Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

Menurut pembaca siapa tokoh yang bakal MATI di episode akhir cerita 'Astaga Bapak' ?

  • Suhardi

    Votes: 92 16,4%
  • Dahlia

    Votes: 24 4,3%
  • Yuda

    Votes: 27 4,8%
  • Bayu

    Votes: 23 4,1%
  • Mang Ujang

    Votes: 394 70,4%

  • Total voters
    560
Status
Please reply by conversation.
[HIDE]
Update

Menjelang tengah hari, sinar matahari yang belum terik sudah buat panas situasi. Padahal, hari ini adalah hari minggu, sebuah hari untuk bersantai dan bersenang-senang.
"Pergi mang!!! Pergi dari sini!!!"
"Dahlia gak mau lihat mang ujang tinggal di sini lagi...."
"Ini uangnyaa jugaaa, Bawaaaa!!"
"Sana pergii!!!" Dengan pandangan amat benci, dahlia mendorong-dorong tubuh kurus mang ujang hingga sampai di depan kontrakkannya. Dia juga tak malu harus bersikap demikian di depan bu sarni yang sedang menyapu teras rumah. Padahal, kepada bu sarni, dahlia mengaku bahwa mang ujang adalah pamannya. Di tambah, mang ujang diusirnya begitu kasar. Walaupun sudah diberi uang, mang ujang didesak pergi oleh dahlia dengan hanya mengenakan sarung dan singlet compang.

Tidak halnya dengan mang ujang. Ia tak membela diri karena memang tanpa sepengetahuan dahlia, dia sudah berencana akan tinggal di rumah bu sarni beberapa hari. Tak heran mengapa ia tersenyum sekilas ke arah bu sarni kala dahlia mendorong-dorongnya. Ya, untuk keperluan membersihkan rumah bu sarni dari gangguan makhluk halus, bu sarni memberikan fasilitas kepada mang ujang yang mengaku sebagai 'orang pintar'. Dengan demikian, tak ada yang perlu dikhawatirkan mang ujang. Ia masih bisa mengawasi gerak gerik dahlia sampai harapannya terwujud, wanita itu jatuh dipelukannya lagi.
"Iyyaa atuh mbak..."
"Mang ujang teh pergi nihh.."
"....."
"Tapi awass atuh mbakk!!"
"Suatu saat nanti, mbak bakal jatuh atuh ke pelukan mang ujang..."
"Hehe..."
"Susumu atuh mbak, musti dipenuhin ya, buat mang ujang teh yang doyan nyusu pasti bakal dateng lagi...."
"Hehe...", ancam mang ujang sambil tertawa terkikih-kikih memandangi dahlia.

"Udaahhh sana pergi manggg!!!"
"Pergii!!! Mau dahlia teriakkin ke orang-orang kalau mamang tukang cabul...mau??!!!", dahlia mengabaikan ancaman mang ujang. Malahan, wanita itu menggertak balik. Oleh karenanya, mang ujang tak banyak berkomentar, dengan langkah pelan ia bergegas meninggalkan kontrakkan dahlia. Dari jauh pun dahlia dengan gembira hati tetap memandang, sampai benar-benar mang ujang tak terlihat lagi dari kedua bola matanya.
"biar tahu rasa....!."
"Udah tua malah gak tahu diri itu orang..."
Barulah setelah mang ujang betul-betul hilang dari penglihatan, dahlia masuk kembali ke dalam kontrakkannya. Ia yang berpaling badan pun tak menegur bu sarni yang dari tadi memperhatikannya dengan mang ujang. Mungkin, dahlia malu memperlakukan mang ujang seperti itu. Atau, ia malu karena ketahuan berbohong.

"Wah, berarti saya udah musti siap-siapin kamar mang ujang nih..", ucap bu sarni lekas buru-buru masuk ke dalam rumahnya.

...................​

"Huuhh..."
"Cape juga atuh saya muter-muter bu..."
"Ya mau bagaimana lagi yaa..."
"Kalau enggak begitu teh nanti bisa ketahuan dahlia bu..", mang ujang duduk bersandar di sebuah bangku dalam rumah bu sarni. Sembari dimanjakan secangkir kopi panas, mang ujang mengobrol santai dengan wanita yang secara tidak langsung telah menolongnya.
"Aturan pak ujang gak perlu muter-muter jauh, cukup lihat mbak dahlia masuk ke kontrakkan aja terus balik lagi...", ucap bu sarni menemani mang ujang yang sedang rehat sejenak.

"Ssrrruppp.... srupppp....."
"Kalo begitu saya teh gak berani bu..."
"Nanti kalo dahlia tahu saya teh mau ngurusin rumah ibu, bagaimana??"
"kan bisa batal atuh..." balas mang ujang sembari meminum sedikit demi sedikit secangkir kopinya yang baru diseduh. Mang ujang sedang kelelahan karena berjalan keliling daerah sekitar rumah bu sarni, agar dahlia percaya kalau dia sudah pergi jauh, berangkat pulang kampung. Hanya saja, bu sarni menyayangkan apa yang mang ujang lakukan, terkesan membuang-buang tenaga dan waktu. Namun, mang ujang melakukan hal tersebut semata-mata supaya rencananya betul-betul berhasil mengelabui dahlia.
"Hmm begitu ya pak..."
"Saya ngikut aja deh kata bapak..."
"Yang penting bapak jadi bikin rumah saya gak dihantuin lagi..."
"......"
"Ohhh ya, kita mulai darimana ya pak?"
"Apa bapak mau istirahat dulu? Kebetulan juga kamarnya sudah saya siapkan...", tanya bu sarni yang rela berkorban banyak demi bisa hidup nyaman lagi.

"Emmm...."
"Saya teh mau istirahat dulu bu, kebetulan teh saya bakal mulai kerjanya kan nanti malam..."
"Nah, selagi saya istirahat atuh, saya minta ibu teh mempersiapkan perlengkapan yang akan saya gunakan malam ini...."

"Ohh begitu pak...."
"Hmmmm...."
"Boleh tahu perlengkapannya apa saja ya....?"
"Sebentar, saya mau ambil kertas dan pulpen dulu buat dicatat....", bu sarni beranjak mencari secarik kertas dan sebuah bolpoin karena mang ujang memintanya menyiapkan perlengkapan untuk 'pembersihan' rumah bu sarni. Ketika bu sarni sedang sibuk mencari, mang ujang timbul niat untuk memperalat bu sarni, menambahkan sesuatu syarat untuk bu sarni lakukan. Lagipula, menurut mang ujang, bu sarni sudah amat percaya padanya. Oleh karena itu, bermunculan 'lah ide-ide aneh dari otak mesum mang ujang.

"Okee pak...."
"Apa saja ya perlengkapannya....???", bu sarni kembali duduk dan bersiap mencatat semua yang akan didikte oleh mang ujang.

"Eemmmmh..."
"Ibu teh musti siapin kopi panas,.. kembang tujuh rupa..., arang kayu..., tungku kecil..., korek apii.., terakhir teh....."
"Sama kemenyan yaa...", ucap mang ujang yang mengeja satu per satu secara pelan-pelan, sembari menunggu bu sarni selesai mencatat. Lalu, setelah mencatat keseluruhannya, bu sarni malah terdiam. Ia sedikit bingung dengan beberapa benda yang ia tidak tahu bagaimana mendapatkan dan dimana tempat membelinya. Maka, ia lekas bertanya kepada mang ujang, "maaf pak, kalau kemenyan sama kembang tujuh rupa ini saya bisa dapetinnya dimana yaa..."
"Soalnya saya jarang berhubungan sama benda-benda seperti ini..."

"Waduhh...kalo itu teh saya gak tahu atuh ibu..."
"Saya juga kan bukan orang Jakarta..."
"....."
"Intinya teh bu, semuanya harus ada yaa.."
"Kalau enggak, gak bisa atuh bapak kerjanya malam ini.....", mendengar apa kata mang ujang barusan, bu sarni jadi bingung sendiri. Namun, ia akan bersikeras untuk mencarinya. Lagipula jarang-jarang ada 'orang pintar' mau bantu tanpa dipungut bayaran. "Oke deh pak, nanti saya cariin barang-barang yang bapak butuhin ini..."
"....."
"Kalau begitu,,, saya mau pamit keluar ya pak, sekalian mau cari..."
"Oo yaa.."
"Kalo mau istirahat sekarang, Bapak bisa langsung istirahat kok kalau mau....."

"Sebentar atuh bu, ada beberapa hal lagi teh yang musti ibu lakuin....", tiba-tiba mang ujang mengajukan beberapa hal untuk dilakukan bu sarni. Lantas, Bu sarni pun terkejut karena cukup banyaknya permintaan mang ujang. "Apa lagi yaaa pakk....??" tanya bu sarni dengan raut muka agak kesal. Ditanya demikian, mang ujang malah membisiki telinga bu sarni. Ia tak berani berkata keras dan spontan.
"............."

Tiba-tiba,
"Aduuhh pak! kalo itu saya gak beranii....."
"Lagian buat apa juga pak, emang ngaruh daleman dahlia sama hantu di rumah saya?", bu sarni sangat terkejut karena mang ujang menyuruhnya mengambil semua dalaman dahlia yang berupa bra dan celana dalam. Ia juga terheran-heran apa maksud mang ujang sebagai paman menginginkan dalaman keponakannya sendiri. Lantas, karena hal tersebut, bu sarni punya dugaan buruk. "Mang ujang mau berbuat macam-macam ya sama dahlia?" Sayangnya mang ujang pintar berkelit. Ia buru-buru memotong dan menjelaskan maksudnya. "Aduh atuh si ibu..., mana mungkin si seorang paman yang sudah paruh baya ini teh tega berbuat jahat sama keponakannya yang sudah dewasa..."
"Apalagi dahlia teh anak kesayangan kakaknya bapak..."
"......"
"Udah deh, ibu percaya saja sama bapak atuh...."
"Kalau enggak, yaudah bapak teh mending gak usah bantuin si ibu..."
"Ibu silahkan cari saja orang lain...", mang ujang bergegas berdiri seolah-olah ia mau pergi.

"Eiittt,.eittt,..."
"Maaf pak, maaf...."
"Saya gak bermaksud merendahkan bapak kok..."
"Cuma saya bingung aja ngelakuin yang bapak suruh terakhir itu gimana..."
"Hmmmm....."
"Saya usahain yaa pak, tapinya sayanya gak janji juga loh ya..", bu sarni lantas segera menenangkan mang ujang yang hendak membatalkan secara sepihak. Kemudian Bu sarni berjanji bakal melakukan semaksimal mungkin apa yang mang ujang minta terakhir. "Nah begitu atuh dong bu..", balas mang ujang yang duduk kembali.

"Yaudah sekarang saya mau keluar dulu pak...."
"Bapak juga bisa langsung istirahat di kamar sebelah sana..."
"Ohh ya, sekalian saya titip rumah ini, bapak kayaknya bisa ngerasain langsung keangkeran rumah saya..."
"Kebetulan juga kamar yang bapak tempati itu, yang serem..."
"Dulunya kamar saya disitu, lantas saya pindah ke kamar lain..."
"Kononnya, pak broto yang bapak maksud terbunuh itu meninggal di sana ...", terang bu sarni sembari bercerita sekilas dan menunjuk ke arah kamar yang akan ditempati mang ujang dalam beberapa hari ke depan. "Iya bu, tenang atuh...."
"Justru dengan begini teh bapak bisa lihat-lihat dulu..."

"Yaudah, mangga atuh kalo ibu mau keluar...", mang ujang mempersilahkan bu sarni yang berkeinginan keluar rumah. Ia lalu tak sungkan mengantarkan wanita itu ampai di depan pintu. Tak perlu waktu lama usai bu sarni yang pamit, pergi meninggalkan rumah, mang ujang menutup pintu rapat-rapat karena khawatir ketahuan dahlia. Sesuai dengan keinginannya semula, dengan berani mang ujang pergi beristirahat di dalam kamar yang menurut bu sarni paling menyeramkan. Hanya saja, selagi di dalam kamar, tepatnya saat merebahkan diri di kasur beranjang kayu, tak ada satu pun gangguan dirasakan mang ujang. Justru ia bisa tertidur nyenyak walau hanya mengenakan pakaian yang sama saat didepak oleh dahlia.

"Heeehhhhsss....."
"Enak pisan teh tidur di sini...."
"Kayaknya cocok atuh buat tempat aku tidur bersama dahlia..."

Kesendirian membuat kantuk mudah menguasai mang ujang. Ditambah karena lelah, mang ujang tertidur pulas. Gangguan gaib pula tidak menghampirinya. Akan tetapi, selang beberapa jam mang ujang bermimpi. Ya, bukanlah mimpi indah yang mendatangi mang ujang, melainkan sebuah mimpi menakutkan yang mengandung ancaman. Dibawakan pula oleh sosok yang pernah diceritakan bu sarni, Seorang lelaki dengan kepala bersimbah darah. Matanya merah melotot. Raut wajahnya penuh amarah sehingga yang menatap kan memalingkan muka.
"Pak tua! Kesaktianmu itu tidak ada apa-apanya jika kau memaksakan diri memgusirku dari tempat ini!!!"
"Lagipula ini rumahku, yang kutinggalkan beberapa tahun yang lalu..."
"Jadi, kau tidak berhak mengusirku pak tua..!!."
"......"
"Sekarang, kan jauh lebih baik kau membantuku..."
"karena aku tahu maumu, pak tua..."
"Heughh..heuugh"
"......"
"Tapi, jika kau masih bersikeras mengusirku dari sini, jangan salahkan aku jika aku mempercepat kematianmu malam ini..."
"Sebaliknya, Jika kau mau bersekutu denganku, temui aku malam ini, aku kan membantu mewujudkan keinginanmu itu...", mang ujang terbangunkan oleh mimpinya. Wajahnya pun berubah pucat macam orang ketakutan. Nafasnya pula menderu-deru. Tak lagi melanjutkan tidur, ia justru melamun panik.


######​


"Aadduhhh musti gimana ini tante?!"
"Kalo aku bilang jangan bilang ibunya bayu dulu deh...."
"Kasihann....", situasi panik sedang menimpaku dan tante linda, baru saja bayu bersenggama dengan tante linda, nyatanya sekarang ia malah dibawa ke kantor polisi oleh beberapa petugas penyidik untuk dimintai keterangan terkait sebuah laporan pembunuhan kakeknya sendiri.

"Yaa sekarang mau bagaimana??!!"
"Bayu udah dibawa ke polisi, masa kita diem aja di sini...", tante linda yang pusing tak lagi peduli dengan penampilannya yang kusut dan berantakan seusai bersenggama. Lihat saja, ia biarkan sperma bayu mengalir melintasi kakinya, jatuh membasahi lantai. Mau bagaimana lagi, tak sempat lama ia rehat usai orgasme, polisi tiba-tiba datang ke rumah kakek bayu. Suasana pun jadi panik seketika. Terutama aku, yang melihat dan mengabarkan pertama kali.
"Heeeuhhh......"
"Ini pasti maksud ancaman pak bejo nih..."
"Ck...", Ini mungkin hasil yang kumaksud. Ancaman pak bejo kepada bayu. Benar-benar membingungkan, aku saja tak menyadari apa yang terjadi pada diriku malam itu. Barangkali bayu terlibat pula dalam usaha membuatku tak sadarkan diri. Hanya saja ia bisa jadi berbohong kepadaku. Entahlah...

"..hhuufff..."
"Gak nyangka yaa bayu ternyata penyebab utama kakeknya dibunuh...."
"Hmmm....."
"Kok bisa yaa, tante masih gak percaya",
"Masalahnya dia juga ditanya malah diem ajaa...", tante linda mengambil kesimpulan sepintas usai melihat isi surat penangkapan bayu.

"Yaahhh, mungkin dia udah terlanjur kesal kali sama kakeknya dulu...."
"Ibunya sampai dibikin bunting pula...", pendapatku demikian karena pernah mendengar beberapa cerita memilukan dari bayu dan tante linda.
"Tante sih masih heran aja, yud..."
"Kenapa bisa baru sekarang ya bayu diproses...."

"Hhmmm...."
"Ya, itu yang aku bilang tadi..."
"Ini mungkin maksud ancaman pak bejo, tante...", ucapku sok tahu sekali.

"Maksud kamu, yud?"

"Ini sih menurut aku yaah..."
"Kalo misalnya dikaitin sama mimpi tante linda, bayu itu bisa dibilang makai jasanya pak bejo kali buat nyiksa kakeknya..."
"Mungkin sampai harus dibunuh juga..."
"Siapa tahu yaaa tante...."
"......"
"Lagian juga aku udah bilang kan, bayu itu ngebet banget supaya pak bejo bisa setubuhin tante..."
"Mungkin aja pak bejo yang maksa atau nyuruh bayu supaya begitu..."
"Karena gak kesampaian, makanya pak bejo kesel sama bayu..."
"Yaudah deh, sekarang hasilnya....", itulah mengapa alasanku memaksa bayu memilih menyetubuhi tante linda atau buat film jav, supaya aku bisa mengetahui apa maksud ancaman pak bejo. Dan, inilah hasilnya yang kudapat. Ada merasa bersalah sedikit memang. Namun, yang jelas aku tetap pada pendirianku, yakni melindungi tante linda. Lagipula, bayu hanya kawan, bukan bagian dari keluargaku.

"Mending kita langsung susul bayu aja deh sekarang, yuk..."
"Biar sekalian tahu cerita sebenernya bagaimana..."
"Daripada nebak-nebak kayak begini", usul tante linda.

"Yaudah kalo gitu tante, buru deh tante mandi dulu terus ganti baju..."
"Masa penampilan begini mau ke kantor polisi..."
"Mau dilihatin sama pak polisi-nya apa yaa..."
"Atau pengen dipake sama napi yang ada di sel??", sindir nakalku melihat penampilan tante linda sekarang.

"Yudaa ngomongnya yaaa..."
"Gak dijaga...."
"Awas! Nanti tante gak kasih jatah lag lohi..."
"Baru tahu rasa kamu....", tante linda berbalik melawan. Kalau ia sudah berkata seperti ini, aku tak bisa banyak cakap. "Iyaa,... iyaa...., maaf deh tante..."
"Yuda cuma bercanda kok tadi.."
"Serius banget sih nanggepinnya..."

Tak sia-siakan waktu, Tante linda lalu pergi meninggalkanku. Ia lantas pergi mandi sesuai dengan apa yang aku bilang. Akan tetapi, ia sempat mampir dulu ke kamarnya untuk mengambil sehelai handuk dan pakaian baru. Tentunya, aku mau mandi juga, tetapi menunggu giliran. Selagi menunggu giliran tersebut, aku perhatikan ruang tengah dimana tadi bayu bersenggama dengan tante linda. Cuma mentimun yang tersisa di sana, sedangkan pakaian sudah dikenakan masing-masing. Aku sudah mengenakannya lengkap, begitu juga bayu yang ditahan polisi. Di lain hal, sisa sarapan yang tak kudapat juga sudah dibersihkan oleh tante linda, sekalian ia menuju kamar mandi untuk membuangnya.

Dalam benakku sekarang, aku merenung sejenak terkait apa yang menimpa bayu. Mungkin, ini ada kaitannya dengan bayu yang sudah ditinggal mati bapaknya. Tak ada sosok bapak yang bisa melindungi sang ibu. Itu mengapa bayu merasa dirinya mewakili peranan sang bapak sehingga ia begitu berani berbuat demikian demi ibunya. Meskipun caranya itu salah, bisa kupandang benar niat bayu. Di sisi lain, bila dibandingkan dengan diriku ini. "Hhmmm....." Jauh sekali. Bila bayu kehilangan sosok bapak untuk melindungi sang ibu, bapakku malah berbeda. Menggadai segalanya untuk nafsu semata. Aku pun termasuk korbannya. Walaupun aku harus akui, bapak sejatinya menyayangiku terlepas dari semua dosa masa lalunya. Lihat saja, ia masih menafkahiku walau aku tidak lagi tinggal serumah dengannya, mengungsi sementara waktu. "Kira-kira, bapak sedang apa ya hari libur begini..."
"Hmmm...kenapa aku malah jadi kangen bapak yaa..."
"Haruskah aku sudahi marahku ini pada bapak???"
"....." lantas, mendadak aku menampar telapak tanganku ke dahi.
"Astaga!!! Aku lupa!! Mau nyusul bayu nanti gimana caranya yaa?!!".
"Adduhh...ck.."

Mobil bayu masih terparkir di depan. Kuncinya pula kulihat utuh ada di meja tempat tante linda sarapan. Sejujurnya, aku tak tahu bayu dibawa ke kantor polisi mana dan bagaimana bisa kesana. Sedangkan bayu tak ada, aku pun tak bisa mengendarai mobil, begitu juga dengan tante linda. "Masa iya sih jalan kaki, tujuannya aja gak tahu dimana?"
"masalah lagi deh nih..."
"Gimana mau pulang ke Jakarta kalau sudah begini..."

"Tante!!! Tante!!", aku panik, berjalan tergesa-gesa seakan menguber tante linda. Padahal, tante linda sedang berada tenang di dalam kamar mandi.
"Ada apaan sih yud?!" Teriak tante linda dari dalam kamar mandi mendengar suara panggilanku.
"Ini tante, bayu kan ditahan polisi, terus kita ke tempat bayunya gimana?!!", tanyaku yang sudah berada di depan kamar mandi sambil mengencangkan suara sedikit. "Gimana apanya sih?!!" Sahut tante linda bersamaan dengan suara keran air yang menyala, barangkali ia belum menangkap maksudku.
"Iya!! gimana kita kesananya tante?!! Yang bisa bawa mobil kan cuma bayu!!". Terpaksa kuperjelas lagi pertanyaanku.

"Apa sih?!! Gak jelas nih suara kamu!! Kenapa bayu emangnya?!!" Tante linda menyahut kembali bersamaan dengan suara guyuran air. Namun, karena ia kurang mendengar kuulangi lagi pertanyaanku dengan suara keras
"Iya tantee!!! Bayu kan gak ada, nanti yang bawa mobilnya siapa??!!!!"

"Oohhh iyaa yaa siapa yaaa...."
"...."
"Nanti aja deh yud kita bahasnya, tante mandi dulu nih...!!!"

Mendengar ucapan tante linda barusan, terlebih aku tak rela kelelahan karena berteriak, mau tak mau diriku menunggu hingga tante linda selesai mandi. Lalu, Aku berdiri sejenak memanfaatkan momen tersebut sambil memikirkan lebih dulu bagaimana nantinya keluar dari tempat ini. "Masa iya modal nekat nyetir mobil.."
"Kalau pernah belajar mah gapapa"
"Ini modal cuma megang stik ps..."
Tiba-tiba telingaku mendengar suara mesin sepeda motor mendekat dan sepertinya ia telah berada di depan rumah kakek bayu. "Siapakah gerangan yang datang ini?"
"Pak bejo kah?"
"Hmmm..." aku sedikit parno. Kalau-kalau itu pak bejo apa yang harus kulakukan. Sebab, pikiranku tentang pria itu semenjak di sini buruk sekali.

"Permisi!! Permisi!!! Permisi!!", berselang beberapa menit, terdengar sahutan laki-laki yang kurasa tak pernah sama sekali aku mendengar suaranya. Lantas karena penasaran, aku berniat melihat dan menemui lelaki itu. Lagipula bagaimana bisa ia kemari dan ada keperluan apa ke sini. Maka, kutinggalkan saja tante linda yang masih sibuk membersihkan dirinya. Dalam langkah pelanku, aku coba terka-terka siapakah lelaki yang baru sampai ini. Kemudian desampainya aku di bagian depan rumah kakek bayu sekaligus membukakan pintu, Aku lihatlah rupa lelaki itu. Berdasarkan wajahnya yang cukup rupawan dan posturnya yang tegap, kukira ia seumuran om firman. Penampilannya pun cukup santai, mengenakan celana jins dan kaos polo berwarna biru gelap.
"Ada apa ya mas?" tanyaku sambil mendekat.

"Permisi de, maaf nih saya mau numpang tanya..."
"Ada pak bejonya gak?"

"Hah? Pak bejo?" Malas sekali aku mendengar nama itu.

"Iya pak bejo, betulkan ini rumahnya??"

"Enghhh...."
"Maaf mas, bukan..."
"Pak bejo itu rumahnya yang di sana itu tuh..tuh...", dengan 'sotoynya' kemudian aku menjawab sambil menunjuk-nunjuk dimana rumah pak bejo berada. "Ohh gitu yaa..."
"Saya juga tadi awalnya sempet mampir ke rumah yang di sana itu de, tapinya saya sahutin gak ada orang yang keluar. Yaudah saya pikir rumah pak bejo bukan yang itu, tapi yang ini..."

"Arrriifff??!!!", kutangkap suara tante linda di belakang telingaku.
"Linda??!! Kok kamu bisa di sini, lin??!" Ternyata lelaki yang seumuran om firman ini, yang sedang mencari pak bejo, mengenali tante linda. "Hmmm...." Siapakah dia sebetulnya? Kalau teman tante linda, bagaimana mungkin ia bisa kemari. Lagipula, apa keperluannya mencari pak bejo. Atau, jangan-jangan bayu yang mengenalkan mereka? Semoga saja dia orang baik-baik. Kalau dilihat dari gayanya saat tante linda menghampiri dia, si arif ini seperti berteman dekat dengan tante linda. Menurutku, keduanya teman sekantor. Karena setelah saling bertatap muka, mereka membahas masalah berkas berkas perusahaan yang aku tak begitu paham.
"Yang harus nanya itu aku, rif..."
"Bukannya kamu..."
"......"
"Kok kamu bisa ada di sinii sih????", tanya tante linda yang masih tak menyangka kehadiran sosok teman kantornya.

"Aku ke sini lagi sama temenku lin, yang dulu pernah aku mau kenalin ke kamu itu, tapi gak jadii.."
"......"
"Lagian juga aku ke sini disuruh diaa..."
"Disuruh temuin org namanya pak bejo..."
"Tahu, lin?" jawab arif yang sepertinya begitu senang bertemu dengan tante linda. "Tahu kok. Lah? memang mau ngapain ketemu sama pak bejo?" Dibuat bingung tante linda.

"Gak tahu juga nih lin temenku..."
"Dia suruh aku ngejemput pak bejo buat temuin dia..."
"Enghhhh..barangkali mau ngomongin masalah perkembangan ladang jagung di sekitar sini..."
"Lagian juga temenku kan yang punya ladang jagung yang luas ini, lin...."

Batinku lekas terkejut mendengar omongan teman tante linda barusan, "hah??!! Bukannya punya kakeknya bayu yaaa....??!! Kenapa jadi punya temennya nih orang ???!!"

...................​

Lewat tengah hari yang cerah nan berawan, rumah kakek bayu kubiarkan kosong melompong, tersisa hanya sepeda motor bebek yang terparkir di depan. Akhirnya, aku menemukan solusi bagaimana bisa menggunakan mobil bayu. Ya, bak malaikat penolong kiriman Tuhan, teman tante linda 'lah yang menjadi juru mudi kami, arif. Meskipun demikian, Tante linda juga memintanya. Kemudian disanggupi oleh si arif ini. Lalu, setelah menemukan siapa yang akan memgemudikan mobilnya bayu, aku dan tante linda langsung pergi ke kamar mengambil perlengkapan yang kami bawa kemari. Rencananya, selain mencari dimana bayu sekarang, kami juga akan langsung pulang ke Jakarta. Biarlah aku tak merasa seperti liburan di sini. Yang terpenting aku telah membunuh rasa penasaranku, terkait mimpi tante linda.

Di dalam mobil, karena duduk bersebelahan, tante linda begitu akrab dengan arif, sehingga aku hanya jadi penonton buat mereka berdua di kursi belakang. Entahlah aku paham atau tidak yang mereka obrolkan. Aku hanya mengangguk-ngangguk kepala saja seolah nyambung dengan obrolan. Lagipula, bersamaan dengan itu, aku ingin mengorek-ngorek siapakah arif ini. Statusnya memang teman kantor tante linda. Namun, bagaimana bisa temannya itu mengenali pak bejo, orang misterius di sini. Apakah keduanya kawan lama yang tak lama bertemu? Lalu ingin bernostagia bersama? Selain itu, bagaimana bisa arif mengatakan bahwa ladang jagung yang kukira milik almarhum kakeknya bayu, ternyata malah diakui punya temannya si arif ini. Apa jangan-jangan temannya si arif ini berkawan dekat dengan kakeknya bayu? Jadi bisa dibilang, ladang jagung ini adalah kepemilikan bersama.

"Nanti kita mampir dulu yaa ke tempat temanku, lin..."
"Baru deh habis itu kita pulang ke Jakarta...", ucap arif melirik sesekali ke tante linda.

"Memangnya gak bisa langsung aja yaa...??"
"Soalnya habis kita cari keponakanku, aku pengen langsung buru-buru balik ke Jakarta nih...", balas tante linda yang menyanggah keinginan arif. Hanya saja, arif tetap keras dengan keinginannya. "Hmmm gitu yaa..."
"Tapinya aku gak enak lin sama temenku nanti..."
"Masa aku langsung kabur nyelonong ke Jakarta gitu aja..."
"Udah motornya gak aku balikin ke tempat semula..."
"Kalau dia nyariin bagaimana?"

Tak lekas menimpali, tante linda berpikir sejenak, sepertinya ada hal yang dia khawatirkan. "Emmm... temen kamu itu namanya Arso ya?"

"Loh? Kok kamu bisa tahu lin? Kamu udah kenal dia?", terkejut arif.

"Gak kenal sih, tahu dari orang aja..."
"Ohh ya, nanti kamu jangan bilang kamu ketemu aku di rumah yang tadi yaa.."
"Bilang aja di jalan...", entah mengapa tante linda memohon agar arif berbohong kepada temannya. Kemudian tante linda menambahkan, "satu lagi, kamu jangan bilang juga kalo kita habis cari keponakanku yang namanya bayu ke temen kamu...". Arif lantas heran mengapa dia harus berbuat demikian.
"Kenapa harus bohong sih, lin?"
"Jujur aja kali..."
"Lagian temenku ini orangnya baik..."

"Ck..."
"Kamu gak usah banyak nanya deh..!!"
"Intinya nurut aja dulu..."
"Ntar-ntarnya aku jelasin kenapa aku minta kamu bohongin temen kamu...", mendadak meninggi suara tante linda. Ia kukuh dengan permohonannya. "Oke, oke... aku bakal turutin kata kamu..."
"Tapi, intinya kita nanti musti ke tempat temenku dulu..."
"....."
"Nah, sekarang kita mau cari keponakan kamu dimana nih??"

Seolah-olah tak mampu memberi jawaban, tante linda menengok ke arahku, minta pendapat. "Kemana nih yudd...?" Karena tak tahu dengan wajah kesal karena dicuekki dari tadi, aku membalas, "hhmm.. kok malah tanya aku..."
"Tante linda kan tadi baca suratnya sendiri..."
"Masa gak lihat sih....."

"Tante bener-bener lupa-lupa inget nih yud..."
"Yaudah deh, kita coba-coba aja ya...", Mengandalkan ingatan dan perasaan, tante linda lalu meminta arif menuju ke sebuah lokasi yang ia ia duga. Arif sempat terperanjat karena mengapa tujuannya sebuah kantor polisi. Tante linda kembali tegas dan mendiamkan arif agar ia tak banyak bertanya, menurut saja. Oleh karena itu, arif segera mengantarkan kami ke lokasi yang diusulkan tante linda. Hebatnya, aku tak mengira arif seakan hafal betul daerah Garut dan sekitarnya. Sepanjang perjalanan dia tak bertanya sama sekali ke orang-orang setempatataupun menggunakan petunjuk arah yang berada di dalam mobil. Barangkali menurutku kampung halamannya di sini sehingga sudah terbiasa berkeliling melewati sebuah tempat demi tempat.

"Lin, kalau kamu lagi cari keponakan kamu,.."
"Yang di belakang ini siapa kamu?", si arif ini sungguh tak bisa diam.
"Aku keponakannya juga om...", lantas aku menyahut.

"Ohhh, kamu keponakannya juga..."
"Salam kenal yaa, saya ini temen kantornya tante kamu..."akhirnya arif menyapaku.

"Iya om, sama-sama..."
"Oh ya om, aku boleh tanya gak?", sesuai keinginanku dari awal, aku berencana mengorek-ngorek info dari si arif ini.
"Tanya apa? Tanyain aja, kalau om bisa jawab, om jawab...", jawab arif membuka diri.

"Om kok kayaknya hafal betul daerah sini..."
"Dari tadi aku lihatin nyetirnya lancar jaya aja..."
"Emang om tahu posisi tempat yang tante linda bilang....?", pertanyaan ini terlebih dulu yang kuajukan. Dengan santai arif lalu menjawab, "Memang kesannya begitu yaa?"
"Mungkin karena om sering main ke sini aja setiap malam minggu..."
"Om soalnya sering nemenin temen om liburan di sini, meski gak sering-sering amat...."
"Kebetulan selain punya ladang jagung, temen om punya villa....", terang arif tak hilang kendalinya selagi mengemudi.

"Ohhh..."....
"Om, nanti kita mampir ke villa tempet temen om dulu yaaa sebelum ke Jakarta, gimana??...", pintaku. Namun, tante linda yang tadinya cukup memgamati saja, menyanggah permintaanku. "Yudaa, apaa-apaan sih?!!"
"Enggak ada mampir-mampir! enggak ada! Habis ketemu bayu, pokoknya kita langsung ke Jakarta...!!"

"Udah gapapa lin..."
"Lagian juga kamu asal tahu aja..."
"Temen aku ini yang nyelametin kamu, makanya kamu yang sempet bolos gak ada kabar itu, kamu gak diapain-apain sama kantor..."
"Kamu lupa yaa....?"
"Kalau bukan karena dia..., udah dikasih teguran kamu sama atasan..."

Tiba-tiba nyali tante linda berubah ciut usai arif berkata demikian, "iya deh iyaa... maaf..."
"Tapi kita mampirnya jangan lama-lama yaa...?"

"Enggak lama kok lin..."
"Cuma say to hello aja..."
"Akunya juga kan sekalian mau pamit...", balas arif.

Sejujurnya aku tak mau mampir, tetapi masalah kepemilikan ladang jagung membuatku penasaran terkait siapa temannya arif ini. Lagipula, aku bisa memanfaatkan hal tersebut seolah menikmati liburan. Liburan yang kusia-siakan semenjak dipinta mencari tahu masalah di rumah kakek bayu. "Maafkan aku tante..", begitulah batinku langsung berucap. Akan tetapi, seolah-olah mendengarkan, tante linda melirik ke arahku dengan tatapan gusarnya. Pasti ini gara gara aku punya keinginan mampir di villa temannya arif. Begitulah pikirku.

"Yudaa... nanti tante mau ngomong sama kamu..."

...................​

Di dalam kantor polisi aku bersama tante linda sedang menjenguk bayu. Kini, bayu sedang berbicara dengan kami berdua.
"Jujur, Aku terpaksa mgelakuin itu, karena aku memang udah terlanjur kesel banget sama kelakuan kakek semenjak papa gak ada, tante..."
"Sebetulnya juga aku enggak ada niatan sama sekali kok untuk ngebunuh kakek...."
"Tapi aku heran aja kenapa pak bejo yang biasa aku suruh nyiksa kakek malah ngebunuh dia malam itu...", di depan aku dan tante linda, bayu mengakui perbuatannya. Ya, bayu sedang menjalani tahanan di sebuah kantor polisi untuk dimintai keterangan lebih jauh. Selebihnya, polisi mengaku sedang memburu pak bejo yang mengeksekusi kakek bayu. Apa yang dikatakan bayu kepada kami barusan, sesuai dengan dugaanku. Kebencian dia terhadap sang kakek adalah penyebabnya. Tak banyak komentar yang bisa kuberikan pada bayu, kecuali dukungan moril. Aku berempati atas kejadian yang menimpanya sekarang.

"Maaf, waktu pembicaraan habis...", ucap polisi yang mendekat, bersiap membawa kembali bayu ke sel tahanan.

"Yud, tante... jangan bilang mamaku yaa...", Sebelum masuk ke sel, begitulah pesan bayu yang sudah mengenakan baju tahanan kepada kami berdua. Ia minta jangan sampai sang ibu mengetahui peristiwa ini. "Heeuhhh, kasian bayu..."
Berdiri bersama tante linda, kupandangi bayu yang menunduk, berjalan menuju sel tahanannya. Kini ia harus mendekam di penjara di usia muda, mempertanggung jawabkan apa yang ia pernah perbuat. Setelah itu, aku dan tante linda diam seribu bahasa sembari melangkah keluar kantor polisi menuju mobil bayu yang sedang ditunggui oleh arif, teman kantor tante linda. Kami agak shock atas kejadian ini setelah mendengar pengakuan bayu.

"Yuk, kita langsung ke tempat temen kamu. Setelah itu kita langsung balik ke Jakarta ya...", ucap tante linda kepada sang kawan.

"Oke..."

Lantas, kami bertiga segera masuk ke mobil, mobil kepunyaan seseorang yang sedang berada dalam jeruji besi. Setelah mengunjungi bayu, tujuan kami berikutnya ialah pulang ke Jakarta. Akan tetapi, kami harus singgah sebentar dulu ke rumah teman si arif. Tak sekedar berpamitan bagi arif, aku memanfaatkan hal tersebut untuk mencari tahu siapa teman arif dan mengapa bisa ia memiliki ladang jagung kepunyaan kakek bayu.
"Inget ya rif pesan aku tadi...."
"Jangan kamu bilang ketemu akunya di rumah deket rumah pak bejo", sebelum arif menginjak gas dan menghidupkan mobil, tante linda kembali mengingatkan arif. Tak hanya arif, aku pun juga.
"Yud, inget kata tante tadi kan..."
"Jadi kamu musti tahu aja kenapa....."

Jadi, setelah tiba di kantor polisi tempat dimana bayu ditahan tadi, tante linda sempat bercerita kalau teman si arif yang akan kita temui ini adalah pak arso. Kalau menurut cerita bayu, pak arso ini adalah atasan almarhum bapaknya bayu. Dia merupakan salah satu lelaki bajingan yang pernah meniduri ibunya bayu. Oleh karena itu, tante linda berkata kepadaku jangan sampai pak arso tahu kalau kita ada kaitannya dengan bayu. Bisa-bisa lelaki itu akan teringat memori lamanya. Tak heran, tante linda meminta arif berbohong.

"Lin, tadi kamu nengokkin keponakan kamunya kok dipenjara sih?"
"Keponakan kamu polisi?", tanya arif sembari menyalakan mesin mobil.

"Gak usah banyak nanya..."
"Buruan jalan deh!!", perintah tante linda yang tampak kesal dengan sifat arif.

"Hmmm...."
"Yaudah kita berangkat yaa....", karena dibentak tante linda, sontak si arif buru-buru menginjak gas. Alhasil, mobil milik bayu ini lekas berangkat menuju villa pak arso, teman arif.

...................​

"Wah kalo di sini mah betah deh lama-lama"
"Pemandangannya juga bagus banget....", menjelang sore, aku tak menyangka teman si arif ini orang yang kaya raya. Villanya cukup besar. Halamannya pun luas meski tak seluas lapangan sepak bola. Ditambah, pemandangan sekitar villa ini amat elok. Dapat kulihat hamparan hijaunya perbukitan yang dikelilingi bayang-bayang gunung menjulang. Udaranya pula menyejukkan perasaan yang semenjak kemarin penuh disesakki oleh masalah. Aku jadi ingin menginap semalam, menyentuh kabut, merasakan dingin di tempat ini. Sayangnya, itu tak mungkin. Tante linda sudah buru-buru mau pulang ke Jakarta. Lagipula, tak tepat rasanya aku bersenang-senang ketika bayu sedang mendekam di penjara. Apalagi pemilik villa ini, pak arso, adalah orang yang pernah menzinahi ibunya bayu.

Setelah keluar dari mobil, aku dan tante linda dibimbing masuk oleh si arif ke dalam villa kawannya. Dari jauh kutatap, sungguh jauh sekali perbedaan dengan rumah kakek bayu yang tinggal menunggu ambruknya saja. Villa bercat biru muda ini begitu terawat. Tak ada retakan sama sekali ataupun sarang laba-laba di setiap sisi tembok yang kulewati. Kalau sudah demikian, memang pantas disebutlah pak arso sebagai pemilik ladang jagung yang katanya kepunyaan almarhum kakek bayu. Apalagi jika melihat barang-barang di dalamnya yang penuh dengan barang-barang antik dan hiasan yang kukira harganya sangat mahal, mulai dari guci hingga lukisan besar yag terpampang jelas di dinding.
"Kita langsung ke atas aja yaa..."
"Kayaknya temenku lagi ada di kamarnya nih..", arif mengajak kami menuju lantai dua villa. Lalu, kami pun menaikki tangga.

"Kamu cuma berdua doang sama temen kamu di sini, rif?", tanya tante linda yang kukira juga merasa takjub dengan villa yang cukup besar ini.

"Iya lin, meski statusku ini sebetulnya anak buahnya dia, apalagi umurku jauh di bawah dia, aku merasa cocok aja ngobrol sama temenku ini..."
"Jadi gak heran, aku sering diajak dia liburan.." ucap arif yang kuduga bertipe penjilat.

Sesampainya dilantai dua, arif menuju sebuah ruangan. Hanya saja aku dan tante linda yang mengekor diminta untuk menunggu di luar ruangan tersebut. Nyatanya, ketika arif hendak membuka pintu dan masuk ke ruangan tersebut, ia lihat bahwa tak ada siapapun di sana. Dibuat bingunglah si arif oleh temannya sendiri. "Hmmm, kemana yaa...??"

"Kenapa, rif? Ada gak temen kamu itu?", tanya tante linda yang ikut menengok ke dalam ruangan.

"Enggak ada, perasaan pas aku berangkat tadi ada loh.."
"Apa iya dia lagi jalan-jalan di luar yaa..", arif menggaruk-garuk kepala seraya melihat sekelilingnya.

"Yaudah kita langsung ke Jakarta aja yuk..."
"Lagian juga temen kamu kan gak ada, riff...", tante linda mengambil inisiatif. Ia malas berlama-lama di rumah yang nyatanya tak ada orang yang dicari. "Yaudah, kalian tunggu sini aja dulu yaa..."
"Aku coba cari sebentar...."
"Sapa tahu aja dia lagi ada di sekitar villa...", masih bertahan, arif meminta kami untuk menunggu sebentar. Ia beranjak ke bawah untuk mencari kawannya kembali. Oleh karena itu, sembari menunggu si arif, aku masuk ke ruangan yang dimasukki oleh arif barusan, sedangkan tante linda memilih menunggu di luar. Di dalam, kulihat ruangan tersebut ternyata sebuah kamar yang jendelanya sedang terbuka, membiarkan udara dan angin sepoi-sepoi masuk. Terdapat pula ranjang tidur besar, sebuah lemari pakaian, dan meja kantor beserta kursinya. Cukup besar ternyata ruangan ini untuk dihuni satu orang. Memang sungguh layaknya ditinggali oleh kawan arif, pak arso, yang merupakan seorang bos.

Di dinding tembok kulihat menempel beberapa bingkai foto. Banyaknya foto tunggal seseorang kusimpulkan itulah pak arso. Ternyata, pak arso merupakan seorang atasan yang dekat dengan kawan atau barangkali karyawannya. Terlihat dominan ia berfoto bersama dengan mereka. Anehnya, mengapa tak ada foto keluarga. Apakah dia belum berkeluarga?

"Tante!!! Tantee!! Sini deh!! Cepet sini!!", aku terkejut melihat seseorang dalam foto yang memuat pak arso.

"Apaan sih?!! Kamu jangan main sembarang masuk aja, yud.."
"Ada barang ilang kamu disalahin loh...", tante linda kupanggil tak mau masuk. Maka, sekali lagi kudesak dia agar terpancing ke dalam. "Tante!! Sini dulu!! Lihat deh, masa ada bapak aku di dalam foto ini....", ucapku seraya menunjuk bingkai foto yang dimaksud.

"Ahh serius? Masa sih...? Bukan kali...", tante linda awalnya tak percaya. Akan tetapi, lama-lama karena penasaran, ia menghampiriku juga. "Mana? Mana?"

"Nih, nih, nih...", telunjukku menunjuk ke arah bapak di dalam foto.

"Eh iyaaa yaa, kok bisa sih bapak kamu ada di foto ini?"
"Bapak kamu kayaknya kenal pak arso deh, yud...", samahalnya denganku, tante linda juga terkejut.

"Wah kalo itu aku mana tahu, bapak gak pernah cerita...", jawabku heran. Aku benar-benar tak menduga ada foto bapak bersama pak arso. Di dalam foto itu sebetulnya mereka tak berdua, masih ada beberapa orang lagi yang tak kukenal. Kini, Aku berharap si arif cepat kembali. Siapa tahu saja ia bisa menjelaskan foto ini. Lantas, usai melihat foto bapak. Aku melihat-lihat lagi beberapa foto yang lain. Sayangnya tak ada bapak di sana. Ternyata hanya ada satu foto saja yang memuat.

"Lin!! Ayo ke bawah lin!!"
"Jadi pulang gak nih?!!" Kudengar teriakan keras si arif. Tante linda yang mendengar namanya disebut segera bergegas keluar dan turun ke bawah, begitu juga denganku. Tak lupa pula kututup rapat ruangan yang kumasuki tanpa izin itu. Sebelum kututup, entah mengapa aku merasa ada yang aneh. Terdengar beberapa kali hembusan nafas seseorang. Oleh karena itu, Aku coba balik lagi ke dalam untuk mencari tahu. Ya, aku merasakan kehadiran seseorang di dalam ruangan ini. Kulirik lagi seisi ruangan, kosong. "Ahh mungkin itu perasaanku saja..". Aku lekas menyusul tante linda.

Setelah menuruni beberapa anak tangga, kulihat arif dan tante linda sudah berdiri bersama seseorang yang perawakannya cukup tinggi dengan kumis tipis dan matanya yang agak sipit. Dialah pak arso, orang yang fotonya kulihat di ruangan lantai dua. Ia menyambut langkahku dengan tersenyum seperti mengenali. Tapi mengapa senyumnya itu seperti senyum licik macam tokoh antagonis. "Ohhh kamu ini ternyata anaknya suhardi...."
"Wah berasa tua nih saya..."

"????"
"Kok bapak bisa tahu??", tanyaku sembari menjabat dan mencium tangannya.

Kemudian Pak arso melirik sejenak ke arah tante linda, "tante kamu ini barusan yang ceritaa..."
"......"
"Saya ini dulu adalah atasan bapakmu,..." [lihat episode 20]
"Tapi, semenjak saya berpindah perusahaan, saya tidak lagi menjadi atasannya.."
"Ohh ya, Bagaimana kabar bapak sama ibu kamu? Sehat 'kan?"

"Se-sehat kok ...", balasku yang mendadak grogi.

"Ouh bagus kalo begitu..."
"Ibunya dia ini cantik, gak heran anaknya ganteng begini....", sambil memuji dan tersenyum, pak arso memandangi arif dan tante linda. Mereka berdua juga hanya tersenyum seolah-olah bingung ingin membalas apa. Di lain hal, dengan sikap pak arso yang demikian, aku jadi tak percaya kalau dia pernah menzinahi ibunya bayu. Apakah bayu berbohong lagi kepada kami, usai ia mulanya tak mengaku terlibat dalam pembunuhan sang kakek? Aku tak boleh semudah itu mengambil kesimpulan. Lagipula, semuanya masih cukup samar untuk disimpulkan.

"Jadinya kalian mau langsung balik ke Jakarta nih??"
"Gak nginep dulu semalam di sini??", tanya pak arso seraya menawarkan pada kami bertiga.

"Iya nih pak, kita lagi pengen buru-buru"
"Apalagi senin besok saya musti kerja, si yuda juga musti sekolah...", tante linda yang mengingatkanku agar berhati-hati dengan pak arso berubah ramah sikapnya.

"Hmmm begitu..."
"Yasudah hati-hati di jalan yaa..."
"..."
"Rif, wah kamu jadi pengawal wanita yang kamu taksir nih ceritanya..", ceplas-ceplos pak arso di depan aku dan tante linda yang baru saja ingin melangkah keluar. Secara tidak langsung ia memberitahu kalau arif tenyata suka sama tante linda. "Ssssst pak arso...."
"Saya sama linda ini cuma teman biasa pak..."
"Teman kantorrr.."

"Ciee tante lindaaa..."
"Cieee...ternyata si arif suka sama tante....", aku memanfaatkan momentum tersebut untuk meledekki tante linda.


#######​


Bersambung...




































[/HIDE]
 
Terakhir diubah:
Ternyata dugaan ane bnar. Si marmut dan kelinci yang ngebunuh kakek.
Motifnya dah jelas.
Si bayu benci ama kakek karena ngehamilin ibunya.
Di lain pihak, pal bejo merasa cemburu. Makanya disiksa kelewat kejam.
.
.
Yang masih jadi pertanyaan... Knp yang punya ladang jagung jadi pak arso???
:bingung::bingung:
Konspirasi apakah yang akan di ungkap di episode selanjutnya....
Bagaimanakah rencana mang ujang dan kerjasamanya dengan almarhum pak broto....
Dan seperti apakah pertemuan suhardi dengan nia....
Pernikahan firman dengan lisa....
Stay tune on this channel brother...
:semangat:
:mantap::mantap::mantap::mantap:
 
Ada kartu truff yg masih disembunyikan. Mungkin untuk grand finale twist ini...

Tp analisis guweh...
Suhardi ada kaitannya dengan kejadian kejadian ini, dan ntah kenapa benang merahnya justru ada di si yuda..
 
update kali ini entah mengapaaaa menegangkan sekali.....
mungkin adanya Pak Arso

rencana update kapan hu?
 
Terimaksih suhu..2 hari ane baca dan yg terakhir kok ga bisa ta like ya?

Btw..ceritanya ga bisa ditebak
 
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
Status
Please reply by conversation.

Similar threads

Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd