.
.
Astagaa,, Pertanyaan Dias sukses membuatku terkejut, membuatku mati kutu dan terdiam selama beberapa saat sambil melihat wajah Dias yang sedang memandang mataku. Itukah yang ingin dia katakan? Dan itu alasan dia mengajakku ke tempat ini?
Kumasukkan tanganku kedalam kantong celanaku, kupegang box kecil berisi cincin yang selalu kubawa kemanapun setiap hari.
Bee..? Inikah saatnya bagiku untuk melepaskanmu,,,?
Bee..? Apa yang harus kulakukan..?
Aku : “A…Aku tidak tau…..” jawabku lirih sambil menunduk tidak berani melihat wajahnya.
Apa aku telah menyakiti perasaanya dengan berkata seperti itu? shitt,, pasti aku telah menyakiti perasaannya. Seketika aku langsung merasa bersalah kepada wanita yang saat ini ada didepanku.Seperti yang pernah kukatakan sebelumnya, Aku tidak perlu meragukan kebahagaiaan yang akan kuraih jika bersama dengan Dias, dia begitu mencintaiku terlihat dari segala perhatian yang dia tunjukkan padaku akhir akhir ini. Dia adalah cinta pertamaku, Bunda juga sudah menyukai Dias, lalu Rein selalu mendukung apapun keputusanku. Tapi,,, tapi aku masih belum bisa melupakan Meta, meskipun dia telah lama pergi dan mungkin tidak akan pernah kembali.
Jika aku bersama Dias, bukankah aku hanya akan semakin menyakiti hatinya karena aku masih belum bisa melupakan Meta.? Bagaimana aku bisa tenang memeluk Dias ketika aku masih terbayang bayang Meta? Jika kupaksakan untuk bersama sama dengan Dias, aku takut selamanya tidak bisa mencintainya sepenuh hati yang hanya akan membuatku semakin berdosa kepadanya.
Dias : “terima kasih sudah mau jujur,, setidaknya kamu lebih bisa berkata jujur daripada Meta..” ucap Dia lirih,, membuatku terpaksa memandang wajahnya.
Kulihat butir air mata disalah satu sudut matanya. Saat dia mengedipkan matanya, butir air mata itu turun menjadi aliran air yang membasahi pipinya namun dengan cepat dia menahan air mata itu agar tidak jatuh terlalu jauh. Air mata itu menunjukkan emosinya, yang pasti begitu pedih dan menyakitkan. Lagi,, sekali lagi aku menyakiti perasaan seseorang yang begitu mencintaiku. Tapi terpaksa kali ini aku harus melakukannya,, Aku siap jika Dias marah, kecewa, atau membenciku... karena untuk sekarang ini, aku tidak bisa mencintai wanita lain seperti aku mencintai Meta. Aku tidak bisa bersama dengan wanita lain selain dengan Meta. Mungkin orang lain akan memilih mengubur cinta yang tidak bisa diperjuangkan dan memilih cinta yang baru. Tapi tidak denganku, aku masih akan menunggu Meta walaupun dia tidak akan pernah kembali.
Dias : “Seharusnya aku sudah mengetahuinya sejak lama,tapi aku mencoba mengabaikannya.. tatapan matamu kepadaku yang selalu kuingat begitu indah sejak kita sekolah dulu, akhir akhir ini aku tidak lagi merasakannya,,kamu melihatku tapi ada orang lain di tatapan matamu…”
Dias : “Malam itu aku bertanya kepadanya, tapi dia tidak mengatakan yang sebenarnya, kupikir memang tidak ada hubungan apa apa diantara kalian,,, tapi melihatmu akhir akhir ini yang sering melamun dan senyum palsumu didepanku semakin membuatku tidak tenang dan khawatir… semalam kuberanikan diri menghubungi kak Amanda dan bertanya kepadanya tentang hubunganmu dengan Meta, tapi Kak Amanda tidak memberikan jawaban yang pasti dan menyuruhku bertanya langsung kepadamu…sekarang semua sudah jelas,, bahkan kedatanganmu ke kota ini lagi itu untuk mencari Meta kan Ga..? aku baru tadi siang saat Linda memberitahuku kalau Meta sudah dua bulan ini tidak pulang ke rumah ketika Linda akan mengantarkan undangan pernikahannhya kepada Meta., kenapa kamu tidak mengatakannya dari awal kepadaku,,?”
Itulah salah satu kebodohanku Dee, dari dulu aku memang selalu ragu dan selalu tersesat dengan pikiranku sendiri jika dihadapan dengan urusan hati, sampai aku tidak menyadari kalau sudah memberikan harapan harapan kepada semua wanita yang dekat denganku. Aku semakin tidak bisa berkata apa apa mendengar penjelasan dari Dias… Aku tidak menyangka Dias akan seperti itu memperhatikanku.. bodohnya aku sama sekali tidak menyadari itu, bagaimana aku bisa melupakan fakta bahwa Dias itu adalah wanita yang sangat peka seperti Alexa ataupun Winry.
Aku : “Maaf…” ucapku lirih tidak berani menatap wajahnya lagi.
Dias : “Jangan meminta maaf kepadaku,, aku yang salah telah hadir di kehidupan kalian hingga memisahkan kalian berdua..” ucapnya sambil sibuk mengusap air matanya.
Aku : “Dee,,?”
Aku benar benar tidak tega melihatnya,
Dias : “Aku gpp kok Ga,, jangan mengkhawatirkanku,, mungkin ini yang dikatakan bahwa
seseorang diciptakan hanya untuk tinggal dihati kita, bukan di hidup kita,,, Aku sudah terbiasa memahami bahwa tidak semua yang kuinginkan harus terjadi,, aku tidak akan seperti Meta yang tiba-tiba pergi dari hidupmu karena tidak kuat menerima kenyataan karena tidak bisa bersamamu,, kita masih bisa berteman seperti dulu, aku baik baik saja dengan itu” ucapnya lalu mencoba tersenyum,, tapi senyumnya kali ini tidak begitu lepas seperti tadi.. benarkah dia bisa begitu saja menerima ini,,? Tidak,, tidak secepat ini.
Kemudian yang terjadi berikutnya adalah kesunyian diantara kami berdua, aku tidak tau harus berkata apa apa lagi. Bahkan makanan yang sudah diantar pelayan sama sekali tidak kami hiraukan.
Dias : “Bagaimana upayamu mencarinya selama ini,,,?” tanya Dias setelah keheningan yang terjadi diantara kami selama beberapa saat.
Aku menggelengkan kepalaku pelan,,
Aku : “Sampai sekarang tidak sedikitpun aku mendapat kabar tentangnya,, aku juga tidak tau apakah dia masih memikirkanku atau tidak.. ironisnya aku sama sekali tidak bisa berpaling darinya, aku tidak bisa berhenti mencintainya,, Bahkan aku menyadari cintaku kepadanya begitu besar disaat dia telah menghilang,,, tapi aku sudah mulai kehabisan tenaga untuk mencarinya Dee,,”
Dias : “dan kamu menyerah begitu saja?”
Aku : “Setiap orang punya hak untuk bahagia kan Dee,,? mungkin dia memang akan lebih bahagia tanpaku, karena bukan kali ini saja aku membuatnya terluka,, sudah terlalu sering aku menyakiti perasaanya dengan tingkahku., dan aku berpikir mungkin perpisahan ini adalah yang terbaik untuknya,,tapi bukan untukku, karena aku masih akan mencintainya walaupun Pada akhirnya memang cinta tidak harus memiliki…”
Sedalam dalam cinta adalah cinta yang tidak bisa dimiliki. Ahh,, Rasanya sakit sekali mencintai seseorang yang tidak bisa kumiliki.. aku yakin seperti itu juga yang saat ini dirasakan Dias., kenapa takdir (penulis) mempertemukan Aku, Dias dan Meta dalam kerumitan seperti ini?
Dias : “Apa yang dikatakan Meta tentang kamu ternyata benar,,, Bodoh dan tidak bisa berbuat apa-apa…”
Hahhh? Ucapan Dias seperti sebuah pisau tajam yang menusuk tubuhku..
Wajar jika Meta berkata seperti itu tentangku,, tapi kenapa Dias menyetujui itu..? Dias yang selama ini kukenal tidak akan bicara seperti itu kepada siapapun..
Dias : “Hanya orang bodoh yang mengatakan cinta tidak harus memiliki, bagaimana bisa kamu mencintai sesuatu yang tidak bisa kamu miliki..? Jika kamu bicara hal bodoh seperti itu, itu artinya dari awal memang kamu tidak benar benar memperjuangkan cintamu kepada Meta.. ”
Pisau yang dia tancapkan melalui kata katanya kini semakin dalam menusuk tubuhku,,, Ucapan Dias membuatku terperanga,,, dia mengucapkannya dengan tegas sambil menatap mataku seolah yang dia katakan adalah cerminan apa yang dia alami..
Dias : “Dan bagaimana kamu bisa tau tentang kebahagiaan Meta dimanapun saat ini dia berada? Bagaimana jika yang terjadi adalah sebaliknya? Dia sama sekali tidak bahagia setelah berpisah denganmu, menangis setiap malam, setiap saat terbayang kamu bergandengan tangan berdua denganku,, seperti penderitaan yang kamu rasakan akhir akhir ini karena kepergiannya..”
Dias : “Apakah Meta begitu berarti bagimu..?”
Aku mengangguk tanpa keraguan…
Dias : “Lalu kenapa kamu melepaskan hal yang paling berharga dalam hidupmu semudah ini?”
Pisau itu kini benar benar telah menembus hatiku..
Dias : “Egaa… Dimanapun saat ini Meta berada, percayalah kalau dia masih mencintaimu, masih merindukanmu, dan sedang menunggu kedatanganmu untuk menjemputnya,, kembalilah kepada dia yang tidak henti hentinya memikirkanmu, karena itu adalah rumah tempatmu untuk kembali.,”
Rumah untuk kembali?
Dias : “Jika memang kamu serius mencintai Meta,,jangan asal menyerah dan melepaskan begitu saja, perjuangkan dia.. yang kamu butuhkan hanya berjuang lebih lagi untuk mencarinya,,, Jika Tuhan memang mentakdirkan kalian untuk bersama,pasti Tuhan akan menunjukkan jalan kepadamu agar kamu bisa menemukannya…”
Dias : “Aku akan membantumu..”
Butuh waktu beberapa saat sebelum aku bisa mencerna semua yang Dias katakan. Segala yang Dias ucapkan membuatku tersadar betapa mudahnya aku menyerah untuk seseorang yang kucintai.
Aku : “Terima kasih Dee,, aku memang bodoh karena tidak serius memperjuangkan hal yang paling berharga dalam hidupku,, aku akan kembali berusaha mencarinya, aku tidak akan berhenti mencarinya sampai aku bertemu dengan Meta,, aku berjanji kepadamu. ”
Setelah mengatakan itu dia tampak lega, Kulihat senyum tipis bibirnya,,
Dias : “Tapi kamu tidak akan mencari Meta malam ini juga kan Ga..?.. ehmm,,”
Hah? Dias seperti ingin mengatakan sesuatu tapi dia ragu untuk mengatakannya,, Dia kelihatan tidak tenang..
Aku : “Dee,,?”
Dias : “uhm,, Aku punya permintaan terakhir kepadamu sebelum akhirnya kamu pergi mencari cintamu,,,”
Permintaan?
Dias : “Jika kamu tidak keberatan,, untuk malam ini saja,, maukah kamu berpura pura mencintaiku, Hari ini aku ulang tahun ,, aku ingin menghabiskan malam ini bersama seseorang yang kucintai…”
Hahhh? Sontak ucapannya membuatku begitu terkejut,,, jadi pesta kecil kecilan yang diadakan keluarganya tadi siang dan kedatangan Linda di rumahnya itu untuk merayakan ulang tahunnya Dias? dan aku baru saja memberikan kado terburuk dalam hidupnya…
astaga,, 18 Nopember, bagaimana aku bisa melupakan tanggal ulang tahunnya Dias.. padahal dulu saat sekolah aku selalu menunggu nunggu tanggal ini untuk mengucapkan selamat ulang tahun kepadanya. .. ahh,, bodoh,, bodoh,, Sial,,
Dias : “eh,, maaf!! Lupakan..,, kamu tidak perlu melakukan apapun,, kamu bisa mengantarku pulang sekarang,,,” ucapnya merasa bersalah karena permintannya.. dia sampai salah tingkah sendiri.
Aku berdiri dari tempat dudukku, kuhampiri Dias di tempat duduknya yang sedang sibuk menyiapkan tas kecilnya, tidak berani memandangku.
Aku : “berdansalah denganku,,!!” ajakku padanya..
Dias terkejut dengan ajakanku, matanya sedikit melebar dan rona wajahnya berubah lagi,,,, mungkin dia tidak akan menyangka jika tiba tiba aku mengajaknya berdansa, dia terlihat begitu gelisah di tempat duduknya..
Dias : “A,,aku tidak bisa melakukannya,, aku belum pernah,,.,”
Melihat ekpresi wajah Dias mengingatkanku saat pertama kalinya Meta mengajakku berdansa di tempat ini,, lalu aku melakukan seperti yang Meta lakukan padaku malam itu..
Aku : “Malam ini kamu pasti bisa…” ucapku padanya untuk memotivasinya agar mau berdansa denganku…
Aku : “Ayolah!!”
Butuh waktu beberapa saat sampai akhirnya Dias meraih tanganku yang daritadi kujulurkan didepannya. Kemudian Aku dan Dias berjalan berdampingan menuju lantai Dansa, dengan tanganku memegang belakang punggungnya.. sambil berjalan Aku tidak henti hentinya memandang wajah Dias yang sedang tertunduk malu. Dia hanya sekilas melihatku..
Dias : “Kamu tidak perlu melihatku seperti itu,,,” ucapnya lirih sambil melihat kedepan..
Aku : “Upss,, sorry..” ucapku padanya… tapi aku tidak benar benar mematuhi larangannya, aku masih memandangnya…
Dias : “Egaaa,,, “ Dias sedikit kesal karena aku masih melihat wajahnya.
Aku : “hahahaa…”
Wajahnya Dias semakin memerah karena tingkahku,, sesampainya di Lantai Dansa, Aku berdiri berhadap hadapan dengan Dias.. kuraih kedua tangannya,, dia tidak menolak. Lalu kuarahkan kedua tangannya melingkar di punggungku. Dias berusaha menjaga jarak agar tidak terlalu dekat denganku,, dia terlihat masih kaku. Lalu kedua tanganku memegang belakang pinggangnya, kupaksa tubuhnya agar lebih dekat dengan tubuhku… dia semakin salah tingkah.
Aku : “Rileks,,” bisikku,,
Aku dan Dias sudah berdiri berhadapan begitu dekat. Lalu mulai kutuntun dia untuk menggerakkan badannya mengikuti alunan musik. Beberapa saat kemudian saat dia sudah mulai rileks dan bisa mengikuti gerakanku, semakin kudekatkan tubuhku ke tubuhnya.. hampir seperti sedang memeluknya.
Dias : “Kamu benar benar nekat mengajak seorang wanita berjilbab berdansa,, aku malu, mereka semua sedang melihatku..” bisiknya pelan…
Hmmm..? aku melihat sekeliling, sepertinya benar apa yang dikatakan Dias. Apakah memang wanita berjilbab dilarang berdansa..? memang tidak ada aturan wanita berjilbab dilarang berdansa, mungkin lebih ke masalah budaya dan pandangan orang lain…
ah,, masa bodo dengan itu.
Aku : “Sudah terlambat untuk kembali ke tempat duduk, kamu akan semakin malu jika kita sebentar saja disini… sudahlah jangan melihat mereka,, lihat wajahku saja,,” ucapku menenangkannya,, dia menatapku kemudian tersenyum..
Dias : “kenapa kamu mau melakukan permintaanku,,,?” dia menatapku..
Aku : “kenapa aku melakukan apa..?” jawabku,, kemudian aku tersenyum dan dibalas oleh senyumya. Lalu kami melanjutkan kembali gerakan gerakan kami..
Untuk sejenak malam ini aku dan Dias melupakan topik serius yang tadi kami bicarakan. Kami berdua menikmati waktu dan suasana tanpa membahas tentang perasaan kami masing masing. Malam ini aku hanya ingin fokus kepada Dias. Aku ingin membuatnya senang di sisa malam hari kelahirannya ini, sebagai tanda terima kasihku karena dia telah mencintaiku dan telah berbesar hati mau mengerti tentang perasaanku kepada Meta,, Walaupun Cuma ini yang bisa kulakukan untuknya.
Sampai dengan tiga kali lagu berganti aku dan dia masih berdansa, tubuh kami semakin dekat. Sesekali Aku merasakan hangat nafas Dias di wajahku ketika dia mendongakkan kepalanya untuk menatapku. Dan sekarang wajahnya seperti sedang bersandar di pundakku..
Dias : “Ega… bawa aku ke tempatmu menginap..” ucapnya lirih,,
Hahhh..? aku tidak salah dengar kan..? untuk apa dia meminta itu?
Aku : “Ma,,maksudnya..?”
Dias : “Kamu tidak sepolos itu,, kamu tau apa yang kubicarakan,,,,” ucapnya, dia tidak berani melihatku..
Apa sebenarnya maksud dia berkata seperti itu? apakah dia memintaku untuk…? Aku bisa merasakan jantungnya Dias berdegup kencang didadaku,,
Aku : “Dee.. Kamu serius..?”
Dias : “Kamu keberatan,,?” kali ini dia menatapku,
Aku : “Tapi Dee,,,”
Dias : “Aku tidak akan memintanya lagi jika kamu merasa hanya akan menghianati Meta..”
Kali ini Dias menghentikan gerakannya kedua tangannya juga sudah diturunkan dari punggungku, dan sedikit menjauhkan diri dari tubuhku,, dia tertunduk dengan mukanya yang memerah.
Aku : “Dee…?”
Dias : “Iya atau tidak,,? Jangan banyak tanya,, atau aku akan semakin merasa seperti wanita murahan… jika tidak, lebih baik kamu mengantarku pulang..” ucapnya tegas sambil menatapku. Tidak kusangka Dias bisa menjadi berani seperti ini, dia kelihatan berbeda dari biasanya.
Malam ini Dia benar benar penuh dengan kejutan. Seorang Dias mempunyai keinginan seperti itu denganku,, tanpa berbicara, kupegang tangannya lalu kutuntun dia kembali ke meja untuk mengambil barang barang kami, lalu kami berdua keluar dari tempat ini menuju mobilku.
Sepanjang perjalanan, kami hanya terdiam dan larut dengan pikiran kami masing-masing. Hanya terdengar bunyi hujan dan suara wiper yang bergerak ke kanan kiri menggesek kaca mobil.
Dias : “Kamu akan mengantarku pulang..? tanya dia memecah keheningan,, mobilku memang sedang menuju ke arah rumahnya.
Aku : “Dee,, kamu yakin dengan permintaanmu,,,?”
Dias : “Aku ulangi lagi pertanyaanku,apakah kamu keberatan,,?” ucapnya lirih,,
Dias : “Bukannya kamu sudah terbiasa melakukannya tanpa perasaan? Aku pernah melihat apa yang pernah kamu lakukan dengan Linda di kost, dan Linda bilang kalau kalian melakukannya sama sekali tidak berlandaskan atas perasaan,, jika kamu bisa melakukannya dengan Linda kenapa tidak denganku?” ucapnya dengan nada agak tinggi,,,
Astaga, Aku tidak menyangka Dias akan bicara seperti itu kepadaku.
Dias : “Maafkan ucapanku,, Kamu tidak harus menuruti kemauanku,, aku tau apa yang ada dipikiranmu .padahal kamu sudah jelas menebalkan tulisan
cintamu itu
hanya untuk Meta,, , aku memang tidak tahu malu.. kamu bisa menyebutku munafik, wanita jalang, wanita murahan,,,terserah, tapi satu hal, aku bukanlah wanita sempurna seperti yang orang lain sering pikirkan..”
Kali ini nadanya merendah, dan dia memalingkan wajahnya ke jendela pintu mobil. Sesekali aku melihat tangannya diarahkan ke wajahnya. Mungkinkah dia sedang menangis?
Aku : “Dee,, jangan berkata seperti itu,,, aku sama sekali tidak berpikiran seperti yang kamu ucapkan,,tapi,, maaf, Bukankah kamu belum pernah melakukannya? Aku hanya tidak ingin kamu menyesal nantinya.,,, ”
Meskipun ini bukan pertama kalinya ada wanita yang memintaku untuk bercinta pertama kali dengannya,, tapi tetap saja aku masih sangat berat jika ada wanita yang memintaku seperti itu,, Seperti yang pernah dikatakan Rein,
Update 25. Card Game
Rein : “dengerin ya dek,, pikirin mateng2 sebelum kamu melakukannya untuk pertama kali, jangan sampai kamu menyesal,, atau jangan sampai kamu membuat pasanganmu menyesal,, belum tentu dia yang akan menjad istrimu,,, apalagi jika partnermu nanti juga pertama kali melakukannya,, kamu gak kasihan sama dia kalo misalnya kesuciannya kamu renggut tapi kamu tidak jadi menikah dengannya? Karena virgin hanya satu kali,, sekali lepas maka akan pergi selamanya…….”
Aku punya keyakinan kuat jika Dias belum pernah melakukannya dengan siapapun. Karena sejak kecil dia dilarang dekat dengan pria manapun karena dia sudah dijodohkan dan ternyata yang dijodohkan dengannya adalah Galih. Ini bukan lagi tentang seks, tapi ini tentang hilangnya sesuatu yang sangat berharga bagi seorang wanita,yaitu kesuciannya Dias. Bukankah di negeri ini perawan masih merupakan ukuran kehormatan seorang wanita?, dan masih banyak wanita yang ingin menjaga kehormatannya, permatanya hanya untuk pria yang akan menikahinya. Aku yakin Dias juga ingin seperti itu..
Lalu Kenapa Dias rela melepaskan kesuciannya untukku? Seorang pria yang baru saja menolak cintanya dan kemungkinan besar tidak akan bisa menjadi pendamping hidupnya. Apakah ini caranya untuk menjebakku agar menerima cintanya? Tidak, Dias bukan tipe wanita licik dan nakal seperti Meta atau Kak Neta, atau Rein,,, atau,, Dia,, ahh sial kenapa wanita itu muncul lagi di otakku. Intinya, apa alasannya sebenarnya? Aku mencoret alasan kebutuhan biologis adalah pemicu Dias meminta itu kepadaku.
Dias : “ya, Aku belum pernah melakukannya,, aku pernah berjanji untuk menjaganya sampai menikah nanti. Meskipun kedua orang tuaku tidak pernah mengatakannya secara langsung, tapi mereka juga selalu mengingatkanku tentang hal itu,, kamu pikir ini hanya keinginan spontan yang tiba-tiba terlintas kepalaku? Aku sudah memikirkannya sejak kejadian malam itu di pelabuhan, setelah aku hampir diperkosa orang jahat itu, dan semakin sering tersirat di kepalaku sejak mimpi buruk yang selalu datang di tidur malamku tentang kejadian malam itu…..”
Dias : “aku tidak kuat lagi melawan apa yang kurasakan… Meskipun kamu bukanlah yang terakhir, tapi aku ingin kamu jadi yang pertama, aku tidak akan menyesalinya, aku janjii.. Egaa,, Aku mencintaimu, dan aku ingin menunjukkannya kepadamu, aku ingin mengakhiri hubungan ini sebaik mungkin,. aku akan lebih menyesal jika melakukannya untuk pertama kali dengan pria yang tidak kucintai, atau secara paksa seperti yang hampir menimpaku malam itu,,, jika kemarin aku bisa selamat, belum tentu besok aku bisa lolos,, untuk apa aku menjaga sesuatu yang sangat berharga jika diambil begitu saja oleh orang yang tidak kucintai atau orang yang tidak kukenal sama sekali,,”
Jadi seperti itu alasannya, kupandang wajahnya dari samping, dia melihat kedepan.
Dias : “Tapi jika memang kamu tidak mau melakukannya denganku, sebaiknya kamu mengantarku pulang sekarang juga… gapapa kok, jangan merasa bersalah,, kamu tidak harus melakukan sesuatu yang bertentangan dengan hatimu,,, ”
Aku tidak menjawabnya, aku hanya diam saja melajukan mobilku sambil memikirkan apa yang harus kulakukan setelah mendengar penjelasannya, mendengar alasan kenapa dia berani memintaku melakukan itu. Sampai akhirnya mobilku berhenti di suatu tempat, Dias sangat terkejut.
Dias : “Ega,,, kamu mau..?” tanya dia kepadaku, setelah mobilku sudah terparkir di halaman depan hotel tempatku menginap selama dua minggu ini.
Aku mengangguk,,
Aku : “Untukmu yang mencintaiku,,” ucapku padanya, aku akan menuruti permintaanya, tapi aku akan melihat kondisinya terlebih dulu,, aku gak mau dia menyesal nantinya.
Setelah itu aku keluar dari mobil membukakan pintu untuknya, Hujan sudah berhenti sejak sekitar sepuluh menit yang lalu. kemudian bersama sama kami berdua menuju kamar hotel tempatku menghabiskan malam di kota ini. tapi malam ini, aku tidak sendirian menghabiskan malam. Karena ada Dias yang akan menemaniku,,
Begitu masuk kedalam kamar, Dias masih banyak diam duduk di sofa tunggal didalam kamar besar bertipe
presidential suite ini. Bahkan dia tidak berani lama lama memandangku, dia sedang menatap langit malam melaui kaca jendela balkon yang tadi lupa kututup tirainya. aku yakin perasaanya saat ini campur aduk memikirkan apa yang akan kami lakukan. Kuambil dua botol minuman kaleng soda di kulkas dan kuberikan satu untuknya. Kemudian kuajak dia keluar balkon kamar, dari lantai 17 kuajak dia melihat pemandangan lampu bangunan bangunan di sekitar hotel dan lampu lampu mobil di jalanan ibu kota yang masih macet meskipun sudah malam. Semuanya terlihat berkilau seperti kilau bintang.
Kami berdiri saling berhadapan bersandar pada pagar besi balkon yang sedikit basah karena air hujan, bahkan Dias harus merelakan bagian bawah rok lebarnya basah karena lantai balkon yang juga basah. Dias menatapku,,
Dias : “Kita benar benar akan melakukannya..?” tanya dia padaku,,
Aku hanya mengangguk menjawab pertanyaanya..
Dias : “Apa yang sebenarnya akan kita lakukan..?” tanya dia lagi,, aku tersenyum mendengar pertanyaannya…
Aku : “apa yang akan aku lakukan,? aku akan menciummu, menghisapmu, membelaimu, menggodamu dan memuja muja keindahan tubuhmu sepanjang malam..” jawabku.. Mukanya langsung memerah setelah mendengar penjelasanku..
Dias : “Kamu terdengar sangat profesional,,,” ucapnya sambil tersenyum,,
Aku : “kuanggap itu sebagai pujian,,,”
Dias : “lalu apa yang akan aku lakukan?”
Aku : “Kamu akan berteriak memanggil manggil namaku sampai suaramu habis,,,” wajahnya semakin memerah.. tak kalah merah dengan awan mendung di atas langit malam ini.
Dias : “Aku tidak akan seperti itu,,”
Aku : “Kamu akan seperti itu, percaya padaku,,, coba kamu lihat bintang itu..!!” perintahku sambil tanganku menunjuk ke langit,,
Pandangan Dias mengikuti kemana arah tanganku menunjuk, mencoba mencari bintang yang kutunjukkan kepadanya,, sampai akhirnya dia menyadari jika tidak satupun terlihat bintang dilangit karena langit masih terlihat merah setelah hujan yang mengguyur dari kota dari siang hari. Ketika tidak menemukan apa yang kukatakan kepadanya, Dias pun menoleh kearahku lagi,, saat itulah wajahku sudah ada tepat didepan wajahnya dan kucium bibirnya. Itu tadi hanyalah trik yang kulakukan agar aku bisa lebih dekat ke tubuhnya, dan bisa menciumnya tanpa perlu meminta ijin kepadanya yang hanya akan membuatnya salah tingkah,,, Dia sangat kaget dengan gerakanku yang tiba tiba, tapi dia tidak menolak ciuman bibirku yang lembut di bibirnya,, Bagiku ini sangatlah luar biasa, bisa merasakan bibir wanita yang sejak kecil selalu membuatku terpesona ketika dia tersenyum.. ini adalah pertama kalinya aku dan Dias terhubung secara intim.
Namun Dias hanya pasrah dan diam saja, aku tau ini pasti ciuman pertamanya dan dia tidak tau cara membalas ciumanku,, setelah beberapa kali kecupan di bibirnya kulepaskan ciumanku,,, Dias masih terperanjat, matanya melebar setelah merasakan rasanya ciuman bibir untuk pertama kali, dia sampai mundur beberapa langkah menjauhiku.
Aku : “Akhirnya aku bisa merasakan senyum indahmu,,,” ucapku terdengar seperti sebuah kemenangan,, tapi Dias masih diam mematung,, tunggu dulu,,,
Aku : “Dee,, bernafaslah,,!!” perintahku kepadanya, dan benar saja, dia langsung mengambil nafas sebanyak banyaknya,,, astaga, ternyata dia sama sekali tidak bernafas saat aku menciumnya. Aku jadi teringat saat pertama kali seseorang mencium bibirku,,
Denganmu AL… Bagiku ciuman pertama tidak akan pernah terlupakan, karena sangat indah, waktu seakan berhenti berputar, rasanya seperti dibius dan jiwa terasa melayang, ,, Mungkin sekarang Dias merasakan hal yang sama,,
Aku : “Kamu gapapa..?” tanyaku, Dia hanya menggelengkan kepalanya sambil mengatur nafasnya,,
Kemudian aku mendekatinya lagi,
Dias : “Kamu akan menciumku lagi,,?” tanya dia sedikit panik.
Aku : “Ya,, ciuman pertamamu tadi tidak akan pernah terlupakan, tapi yang kedua ini akan terasa lebih dahsyat.. masih ingat posisi saat dansa tadi..?” ucapku padanya saat aku sudah mendekatinya, dan kedua tanganku memegang belakang pinggulnya,, Dias dengan malu malu meletakkan kedua tangannya di pundakku,, wajah kami semakin dekat..
Aku : “Pejamkan matamu, buka sedikit bibirmu dan pastikan kali ini kamu membalas ciumanku,,,,” Mendengar penjelasanku, Dias terlihat pasrah dan merelakan bibirku dan bibirnya menyatu lagi, Dias melakukan apa yang kuperintahkan untuk memejamkan matanya.
Semakin kutekan bibirku, dia mulai membalas ciumanku dengan bibirnya yang mencoba memagut bibir bawahku. Kuberanikan diri memegang sisi wajahnya yang sebagian masih tertutup jilbab, kubelai lembut kulit wajahnya. Samar samar aku mendengar erangan dari mulutnya Dias,, aku mulai memainkan lidahku di bibir bawahnya, lalu Ketika bibirnya sedikit terbuka, kuselipkan lidahku masuk ke dalam mulutnya dan lidahku berputar putar didalam mulutnya Dias bertautan dengan lidahnya. Dias pasti terkejut dengan gerakan ini,, ohhh,, aku sangat menikmati ciuman dengannya,, aku harap dia juga merasakan hal yang sama.
Sampai dua menit kemudian kami bibir kami belum terlepas.. aku semakin terbawa suasana,, sambil tetap saling menggigit bibir dan bermain lidah, tanganku yang berada di wajahnya mulai turun membelai lehernya yang tertutup jilbab, kemudian jari jemariku turun dan sudah menyentuh bagian atas payudara Dias yang masih tertutup gaunnya dan bra kemudian menekan payudara itu,, Dias kaget, dan melepaskan ciumannya lalu dia menamparku….
Plakkkk…
Kemudian dia menjaga jarak denganku … nafasnya terengah engah.
Aku : “Maaf,,,,” ucapku merasa bersalah
Sial,,bodohnya aku Aku tidak sadar sedang bersama dengan siapa, dia bukan Meta ataupun Rein. Dias tidak pernah melakukan ini, bahkan ini pertama kali baginya,, pantas saja dia bereaksi seperti itu,,, harusnya aku lebih bisa mengendalikan hasratku.
Dias : “Aku yang harus minta maaf sudah menamparmu,, kamu membuatku teringat dengan kejadian malam itu,,,”
Ternyata Dia masih trauma ketika malam itu dia hampir diperkosa.
Aku : “Aku mengerti,, aku akan berusaha lebih lembut lagi, dan mengubah kenangan burukmu menjadi kenangan yang indah,,,” ucapku padanya,,,
Kemudian kuajak Dias kembali ke dalam kamar dan kutuntun dia untuk duduk di tepi tempat tidur lebar ukuran
King Size ini.
Aku : “Ijinkan aku ‘melihatmu’…”
Aku tau Dias pasti menangkap maksudku,
Dias : “Disini,,?” tanya dia,,
Aku : “Jika kamu tidak keberatan, atau kamu bisa ke kamar mandi,, tidak ada bedanya, pada akhirnya aku juga akan bisa melihat tubuhmu…”
Dia menatapku tajam, Dias pasti sedang berpikir keras,, kemudian dia mulai melepas jilbabnya didepanku..
Aku : “kamu masih merawat rambut panjangmu Dee,, begitu cantik” komentarku, setelah melihat rambut panjangnya yang bergelombang di bagian bawahnya, dia tersipu,,, aku masih ingat dulu saat disekolah setiap hari tidak pernah lepas melihat rambut panjangnya karena tempat duduknya berada didepanku.
Kemudian Dias berdiri dari duduknya, mencoba membuka resleting gaun panjangnya di punggungnya..
Aku : “Bolehkah aku,,,?”
Dias tidak menjawabku, dia berbalik badan membelakangiku kemudian menyikap rambutnya keatas, itu artinya aku diijinkan membuka gaunnya. Aku mendekatinya, bisa kucium aroma kulitnya Dias yang berparfum ketika Dias menyikap rambutnya,, Bagian belakang gaun berwarna merah maroon ini seperti terbelah ketika aku menurunkan resletingnya. Menampilkan tanktop berwarna merah muda di balik gaun itu.
Wajahku semakin mendekat ke wajahnya dari belakang, Dias bisa melihat wajahku melalui cermin besar di mejar Rias. Kukecup sekali lehernya Dias. Kemudian dia menurunkan lagi rambutnya. kami saling berpandangan melalui cermin itu.
Aku : “Berteriaklah jika kamu tidak nyaman dengan apa yang akan aku lakukan,,,” Ucapku padanya.
Kemudian dengan perlahan kuturunkan gaunnya melalui pundaknya sambil tanganku menyentuh lembut tulang pundaknya, aku melakukannya dengan sangat perlahan bergantian dengan sisi pundaknya yang lain sampai gaun itu sudah turun di perutnya, satu satunya alasan gaun itu belum jatuh ke lantai adalah karena Dias menahan gaun itu dengan tangannya agar tidak jatuh. Dias masih menatapku melalui Cermin. Dari cermin itu juga aku bisa melihat bagian depan tubuhnya yang masih tertutup tanktop yang sedikit bagian atasnya transparan, dadanya membusung dibalik tanktop itu.
Kupegang lengan tangan kanannya, kuusap putih kulitnya dengan jari jemari tanganku sambil wajahku terbenam di antara lekukan pundak dan lehernya, kecupan kecupan kecil mulutku mendarat di lehernya,, aku sedikit melirik ke cermin, Dias terpejam merasakan belaian lembut jari jariku di lengannya dan kecupan kecupan sensual di lehernya. Lalu kuraih tangannya yang sedang menahan gaunnya agar tidak terjatuh,
Dias memahami maksudku, hingga akhirnya dia membiarkan gaunnya terlepas melewati jenjang kakinya Dias yang putih mulus hingga akhirnya gaun itu mendarat di ujung kakinya. Dias juga tidak menolak saat kuangkat tanktopnya ke atas sampai tanktop itu terlepas dari tubuhnya. Dias sudah setengah telanjang didepanku, hanya menyisahkan bra putih dan panties berwarna senada menutupi setiap organ intimnya.
Kemudian aku berpindah posisi di depannya, Dias tertunduk ketika aku sudah di hadapannya…
Aku : “Dee,,? Kamu bisa membukanyaa sendiri jika kamu tidak merasa nyaman,,”
Dia menggelengkan kepalanya,,
Dias : “Gapapa lanjutkan Ga,, Aku cuman gugup,,, aku tidak pernah seperti ini dihadapan pria manapun”
Aku : “Lihat aku,,,” Pintaku padanya,,
Kepalanya sedikit mendongak ketika menuruti perintahku, Aku menatap matanya, kami saling berpandangan saat aku berusaha membuka kait bra di belakang punggungnya sampai bra itu terlepas dan kubiarkan jatuh ke lantai. Sesudah itu kupegang kedua lengannya, kemudian pandangan mataku turun pada bibirnya, lehernya, bagian atas dadanya kemudian pandanganku terhenti pada kedua payudaranya Dias.
Indah, pikirku dalam hati,, bentuknya tidak besar namun terlihat begitu kencang,,sangat sempurna untuk tubuh langsing seperti Dias. Tepat ditengah tengah payudara itu, puting berwarna coklat muda terlihat sangat menggemaskan dan sangat menggoda tangan dan mulutku.
Dias : “haruskah kamu melihatnya seperti itu,,?” Dias merasakan pandanganku pada payudaranya, aku tersenyum,,,
Dias : “kamu boleh menyentuhnya jika menginginkannya,,,!!” kali ini dia yang menantangku..
Aku : “Apa kamu juga menginginkannya,,? Tanganku menyentuhmu,,,” tanyaku balik, kami seperti sedang saling tawar menawar satu sama lain.
Dias : “ya,,” ucap Dias singkat,,
Tak lama setelah mendapatkan lampu hijau darinya, tanganku sudah menyentuh salah satu payudara Dias, menangkup bulatnya payudaranya, lalu meremasnya.
Aku : “Begitu lembut” ucapku lirih,
Dias hanya terdiam menatap jari jemariku yang masih berputar putar diatas salah satu payudaranya. Kurasakan Dias semakin tidak tenang saat kini kedua tanganku menyentuh kedua payudaranya. aku melanjutkan rangsanganku pada tubunya dengan menempelkan wajahku diatas lekukan payudara Dias, menghirup aroma kulit payudaranya. Aku bisa mendengar detak jantunngya yang sangat kencang,, kukecup bagian payudaranya itu,, kemudian mulutku mengitari puncak payudara Dias, putingnya yang menggemaskan kumainkan dengan ujung lidahku.
Dias : “shh,,,” Dias mendesis lirih,,
Dias : “ahhh..”
Kali ini terdengar erangan dari mulutnya, agak keras. Saat itu aku menghisap dengan kuat putting payudara Dias yang berwarna coklat muda ini,,
Dia tidak mengatakan apapun, tapi rintihannya sudah menjelaskan kalau dia menikmati permainan mulutku di payudaranya,, detak jantungnya terdengar semakin keras. Hanya sebentar saja aku bisa melihat perbedaan ukuran payudaranya yang kini sedikit bertambah besar dan putingnya semakin memanjang,, apakah ini artinya dia sudah terangsang,,,?
Dias : “Ahhh,,, Egaaa,,”
Dias semakin tidak bisa mengendalikan suara suara yang muncul dari mulutnya,, Erangan Dias semakin terdengar jelas saat kuremas agak kuat salah satu payudara ketika payudaranya yang lain dirangsang oleh mulutku.
Damn,, Aku tidak pernah melihat perubahan ukuran payudara wanita secepat ini ketika dia sedang terangsang, tiba tiba saja payudara Dias terasa sangat penuh di tanganku,,
Dias : “ACCCHHHHHHHH,,,”
Dias berteriak keras, saat kuberanikan diri menyentuh apa yang ada diantara kedua pahanya, tepat di belahan memeknya Dias, dan asal kalian tahu, disana sudah sangat basah…. Aku menghentikan aksiku di payudaranya, tapi tanganku masih memegang penuh panties nya yang basah. Kemudian terlepas..
Aku masih tidak melakukan apapun. Dias terengah engah nafasnya,,, kemudian aku berjongkok didepannya, memegang tiap ujung pantiesnya dengan kedua tanganku bermaksud untuk melepasnya. Namun Dias menahanku dengan tangannya memegang pantiesnya.
Aku mendongakkan wajahku untuk melihat wajahnya,,
Dias : “aku malu,,,,” ucapnya pelan, wajahnya sedikit cemberut..
Aku : “aku akan menutup mataku,,,” ucapku..
Lalu dia tidak lagi memegang pantiesnya, mulai kuturunkan pantiesnya dengan perlahan sambil aku memejamkan mataku,, aku hanya mencium aroma khas memek wanita di hidungku, bercampur dengan aroma parfurmnya Dias. sampai panties itu terlepas dari kakinya,, aku belum membuka mata sampai aku berdiri lagi..
Dias sudah telanjang, aku mengamati tubuhnya yang polos,, segala tentang Dias begitu sempurna, tidak hanya wajahnya yang cantik dan manis, senyumnya, rambut panjangnya, segala lekukan tubuhnya, kedua payudaranya, dan apa yang ada diantara pahanya juga terlihat indah, meskipun aku hanya melihatnya sekilas. Aku tidak pernah menyangka akan ada berada posisi seperti ini dengannya, seorang wanita teman masa kecilku yang dulu kusegani kini berdiri telanjang dihadapanku.
Aku : “kamu cantik sekali Dee,,,” pujiku padanya,,
Dias : “terdengar aneh ketika kamu mengatakannya setelah kamu menelanjangiku,,,”
Aku tersenyum malu,,,
Dias : “Aku tidak pernah merasa dilihat dan diinginkan seperti ini oleh siapapun… Tapi Pernakah kamu membayangkan ini denganku Ga..? membayangkan tanganmu di tubuhku, bibirmu pada bibirku, Ketika kamu memandangku, apakah kamu pernah menginkan seperti ini denganku?..” tanya dia kepadaku..
Aku : “Aku tidak pernah membayangkan apapun seperti ini dengamu Dee. Percaya atau tidak, aku malu untuk membayangkannya, karena kamu terlalu indah,, satu satunya alasanku betah memandang wajahmu sejak dulu adalah karena aku mengagumi keindahan wajah dan senyummu sejak pertama kali kamu menyapaku di lapangan sekolah sampai dengan sekarang,, dan satu satunya yang pernah kuinginkan darimu adalah cintamu…”
Dias menatap mataku,, kemudian tertunduk, kulihat senyum tipis di bibirnya.. lalu dia menatapku lagi.
Dias : “Kamu tidak melepas pakaianmu,,?” tanya dia kepadaku,, seakan sedang mempertanyakan keadilan untuknya, dia sudah telanjang bulat, tapi aku masih berpakaian lengkap.
Aku : “aku menunggumu melakukannya,,” ucapku.
Dias : “aku harus melakukannya..?”
Aku : “tidak, tapi aku menginginkanmu untuk melakukannya untukku,,,” ucapku menggodanya,,,
Dias tersenyum lalu dia mendekatkan dirinya denganku, kemudian dia membuka satu persatu kancing kemeja yang kupakai, lalu melepaskannya dari tubuhku, menunjukkan kepadanya kulit di sekitar dadaku yang hangat dan kencang. Dan Dias memberanikan diri membelai dadaku yang keras dengan penuh kelembutan, menyusuri bagian tengah dadaku hingga otot otot perutku.
Dias : “Dimana kamu menyembunyikan perut buncitmu yang dulu..? sekarang badanmu sangat bagus Ga..” pujinya
Dias : “semua wanita akan menganggap tubuhmu adalah suatu karya seni yang menggoda,,”
Aku : “Kamu tergoda,,,?” tanyaku padanya.. dia tersipu malu, terjebak dengan ucapannya sendiri..
Dias : “Kita hanya akan mengobrol saja nih sampai malam,,?” protesnya…
Haha,
Aku : “Kamu tidak ingin melepaskan celanaku,,,?”
Dias menggeleng dengan cepat,,
Dias : “Lakukan sendiri,,, takut…”
Apa yang dia takutkan? Terpaksa aku menurunkan sendiri celanaku sampai celana dalamku sudah kulepaskan semua,, aku dan Dias kini sudah sama sama telanjang,,
Dias : “astaga…” Dias terkejut melihat penisku yang sudah menegang, bagaimana tidak tegang melihat keindahan tubuh wanita yang ada didepanku.. tapi apakah dia belum pernah melihat penis seorang pria sebelumnya?
Aku : “kenapa Dee,,?”
Dias : “Apakah akan muat..?” ucapnya sedikit terbata,,, aku hanya tertawa geli mendengar komentarnya..
kupegang pinggangnya,, lalu kudekatkan wajahku ke wajahnya untuk menciumnya lagi,, dia tidak melawan, dia sudah mulai terbiasa berdekat dekatan denganku.. tapi dia sedikit menjaga jarak denganku, mungkin menghindari penisku menyentuh tubuhnya.. Dias terpejam sebelum aku mendaratkan ciumanku.. lalu aku menjilat bibirnya, menggigit bibir bawahnya dengan lembut,, semakin kutarik tubuhnya untuk mendekat, menikmati sensasi ketika pertama kalinya kulit kami yang telanjang sedang bersentuhan,, aku bisa merasakan kedua puting payudaranya yang terlebih dahulu menyentuh dadaku, kemudian diikuti daging empuk kedua payudaranya menempel dadaku,,, di bawah, penisku menekan nekan perutnya, namun Dias tidak mempedulikannya lagi,, sepertinya berciuman adalah kegiatan yang saat ini dia sukai,, tangannya melingkar di punggungku.. sedangkan tanganku bergerilya di punggungnya lalu turun ke pantatnya yang lumayan besar untuk tubuh selangsing Dias,satu tanganku yang lain meremas remas lagi payudara Dias dengan kuat,,
Dias : “emphhh,,,”
Dias mengerang saat lidahnya kuhisap dengan kuat,, tangannya mencengkram kuat kedua lenganku…
Dias : “Achhh… shhhh….:
Kemudian kulepaskan ciumanku, kudekap tubuhnya dan mengangkat kedua kakinya lalu menggendongnya ke tempat tidur. Dias sempat kaget dan berpegangan sangat kuat di pundakku ketika aku menggendongnya.
Kutempatkan tubuh Dias ditengah tengah ranjang, Kuamati tubuhnya yang indah, kulit tubuhnya yang putih mulus bagaikan sebuah permata yang indah terlentang pasrah diatas tempat tidur., seolah menggoda hasratku untuk segera menjamah setiap keindahan tubuhnya, bibirnya, payudaranya, dan belahan memeknya,, akal sehatku sebagai seorang pria pun pasti sudah tidak sabar untuk segera menjepitkan penisku didalam memeknya Dias.
Kemudian aku menempatkan diriku diatas tubuhnya. Dias menatapku tajam,
Dias : “Inikah saatnya..?” tanya Dias,,
Aku menggelengkan kepalaku,
Aku : “Belumm..”jawabku singkat
Dias : “Ga,, beneran sakit seperti kata orang-orang? Linda pernah cerita kalau dia sangat kesakitan saat pertama kali melakukannya,,,”
Semua wanita yang belum pernah melakukannya pasti mempunyai pertanyaan yang sama seperti Dias, mereka sangat mencemaskan hal itu dan merupakan ketakutan semua gadis.
Aku : “Iya, mereka yang pertama kali melakukannya denganku berkata sangat menyakitkan,,”
Itulah sebabnya aku tidak buru buru untuk melakukan penetrasi, karena aku tau, hal itu hanya akan membuat Dias semakin terasa kesakitan dan akan membuat keinginannya untuk mengakhiri hubungannya denganku sebaik mungkin dengan mengukir kenangan indah terakhir kalinya bersamaku menjadi berantakan dan gagal total. Untuk itulah aku harus bisa membuatnya cukup basah terlebih dahulu sebelum merobek selaput darahnya.
Dias : “Mereka? Segitu banyaknya wanita yang telah kamu renggut kehormatannya,,?”
Eh? Sial,,, kali ini aku yang terjebak dengan ucapanku sendiri,,,
Dias : “upsss,, maaf,, aku yakin mereka semua memberikannya secara sukerela kepadamu,,” ucapnya lalu tersenyumm,,
Dias : “Berapa banyak memangnya,,?” dia menggodaku,,
Aku : “Aku tidak mau menjawabnya,,,”
Dias : “hahaha, baiklah,, uhmm Meta,,?”
Aku : “Deee,,,,”
Dias semakin tertawa geli setelah merasa sukses menggodaku… tapi dia tidak bisa tertawa terlalu lama karena mulutnya kubungkam dengan mulutku,, kami berciuman lagi, kali ini sangat panas karena tubuhku menindih tubuhnya,, Dias mulai berani mengusap usap pungungku ditenga tengah ciuman kami.. setelah beberapa menit berciuman bibir,, mulutku mulai turun ke lehernya, kemudian turun lagi ke dadanya hingga ciumanku berhenti cukup lama di payudaranya Dias, tepatnya di putting susunya yang sedang kugigit dengan gigiku,, Dias pasti merasa kegelian,, lalu tanganku satunya meremas payudara yang lain dengan ganas..
Tubuhnya yang dingin bergerak gerak tak menentu dibawah tubuhku tak kuasa menahan rangsangan di salah satu titik sensitif seorang wanita.
Dias : “Egaaa,, ahhh…”
Kemudian tubuhku bergeser sedikit ke samping tubuhnya, aku memfokuskan merangsang salah satu payudaranya, menghisap dan mengulum putting payudara Dias yang semakin menegang dan kencang, aku langsung tau kalau Dias adalah tipe wanita yang mudah terangsang, atau mungkin karena tubuhnya tidak terbiasa mendapat rangsangan seperti ini?
Dias : “haahh,, achhh,,”
Kepala Dias mendongak keatas saat jari tanganku mimilin putting payudara yang lain, kuberanikan diri untuk menjamah belahan kewanitaan Dias, dan benar saja, memeknya sudah basah lagi… sesekali kumasukkan ujung jariku menyentuh klirotisnya..
Dias : “Ahhhh,, Egg..ggaaa,,,,”
Penisku semakin menegang mendengar rintihan mulutnya Dias memanggil namaku,, terdengar sangat seksi di telingaku,, tanganku masih asik menjamah belahan memeknya Dias,, penisku sampai cemburu dan sangat ingin segera bermain main disana juga. Tapi belum saatnya, meskipun Dias sudah basah,, tapi ini belum cukup basah..
Kemudian aku berpindah ke kakinya Dias,, kubuka lebar lebar kedua kakinya, sedkit kutekuk.. Dias menegakkan kepalanya melihatku dengan pandangan yang heran, lidahku mulai membasahi bagian dalam pahanya dekat dengan kewanitaan Dias yang bersih tanpa bulu,, dan sangat terawat seperti yang dimiliki Rein atau Resty..
Dias : “Egaa..?” Dias mempertanyakan apa yang akan aku lakukan diantara kedua pahanya,,,
tercium lagi aroma strong khas aroma kelamin wanita,,, aroma itu semakin membuatku lapar,, Lalu kucengkram dengan kuat kedua pahanya kemudian kubenamkan wajahku diantara kedua pahanya dan lidahku baru saja menyapu belahan memeknya Dias yang basah.
Dias : “Egaaa,, kamu ngapain,,? Achhh,,, jangaaannn disitu,,, achhhh…”
Aku tidak mempedulikan larangan Dias, aku tetap mencium dan menjilati memeknya dengan rakuss,,
Dias : “aachhhh Egaaaa,, stoppp,,,,,achhhh…”
Dias sedikit menegakkan tubuhnya lalu menjambak rambutku,, tapi tak menghentikanku, malah sekarang kuberanikan diri membuka belahan memeknya agak lebar lagi tapi agak susah karena sangat rapat,,hmm memek perawan memang beda.
Tubuh dias semakin terangkat, payudaranya semakin membusung keatas ketika lidahku dengan ganas menyentuh biji klirotisnya,, Dias semakin tidak kuat menahannya, jeritan lenguhan dan rintihannya memenuhi seluruh ruangan kamar hotel.
Dias : “Achhh,,, emphhhhh,,, Gaaaa,,,”
Dan kini memeknya Dias sangat basah karena cairan yang keluar dari dalam tubuhnya bercampur dengan air liurku,,
Dias : “EGGAAAA,,,”
Kulirik, Tubuh Dias terangkat sangat tinggii merasakan dahsatnya rangsangan di bagian tubuhnya yang paling sensitif, kedua payudaranya yang membusung pun terlihat sangat kencang. Kemudian aku menghentikan jilatanku di memeknya,,, tubuhnya langsung terhempas kembali diatas tempat tidur,,
Lalu aku menaiki tubuhnya,, wajahku sudah tepat daiatas wajahnya,,, dia menatapku tajam sambil mengatur nafasnya,,
Dias : “Kenapa disitu,,? Jorok,,,” protesnya kesal,,,
Seandainya aku bisa menjelaskan kepadanya bahwa aku melakukannya agar dia cukup basah dibawah sana. Tapi tidak ada waktu untuk menjelaskan kepadanya,, sebelum memeknya kering lagi..
Aku : “Sekarang…” ucapku singkat,,
Dias terkejut mendengar seruanku, matanya melebar.
Aku : “Masih ada kesempatan untuk membatalkannya sebelum semuanya terlambat, yang akan membuatmu menyesal pada akhirnya,,,” ucapku kepadanya,
Dias : “Aku tidak akan menyesal Ga,, dan kamu,, kamu tidak perlu merasa bersalah,,, kamu tidak harus melakukannya dengan perasaan,,, biarkan aku saja,, karena aku mencintaimu, aku pereambahkan ini untuk kamu yang sangat aku cintai, untuk kamu yang pernah mencintaiku,,,,”
Aku : “malam ini aku mencintamu Dee,,,”
Dias tersenyum mendengar ucapanku, mungkin dia menganggapku mengatakan itu hanya untuk membuatnya senang,,
Dias : “lakukan,,”
Aku : “Kamu memberiku tawaran yang sulit,,,”
Dias : “sulit untuk ditolak,,?” ucapnya menggodaku ,kemudian tersenyum manis,
Senyumnya Dias terlihat kalau dia sangat bahagia, matanya bersinar cerah. Senyumnya terlihat lebih lepas daripada tadi yang kulihat di café ketika dia mengetahui kalau perasaanku, cintaku bukan lagi untuknya. Aku tau Dias adalah wanita yang kuat, kendali perasaannya begitu besar sampai memberanikan diri meminta ini kepadaku,
malam ini kamu berhasil membuatku takjub Dee,, kutatap matanya sekali lagi,
sebentar lagi aku akan menyatu denganmu Dee,,
Kemudian kuposisikan penisku menyentuh belahan memeknya Dias, tubuhku sedikit merendah agar lebih dekat ke tubuhnya Dias. Aku dan dia saling berhadapan, Dias pasti bisa meraskaan ujung penisku menempel di belahan memeknya.
Dias : “Gaa, aku takut,,,” ucapnya lirih,,
Heeh,,? Sekarang dia bilang takut,, apa dia masih ragu..?
Aku : “Takut,,?”
Dias : “aku takut dengan rasa sakitnya,,,,”
Aku : “Memang akan terasa sakit, kamu boleh berteriak, menangis,, aku akan menenangkanmu,,aku janji akan pelan pelan,, “ ucapku padanya,,, Dias terlihat sangat gugup.. kukecup sekali bibirnya,, agar dia sedkit tenang,,
Aku : “Peluk aku,, kalau perlu, kamu bisa menggigit pundakku kalau kamu tidak kuat menahan rasa sakitnya,,,,”
Dias mengangguk,, kemudian dia melingkurkan tangannya ke pundakku,, mulutnya sudah menempel di pundakku… baiklah, ini saatnya.
Dengan perlahan, pelan pelan mulai kumasukkan penisku ke dalam memeknya,, aku sedkit kesulitan memasukkannya karena memang memeknya Dias masih sangat rapat, untungnya didalam sana sudah cukup basah,, ujung penisku semakin masuk kedalam.,hingga akhirnya aku bisa merasakan penghalang itu, selaput darahnya Dias,, sebuah batas yang menandakan Dias masih suci sampai sekarang,, aku menghentikan penisku untuk masuk lebih dalam lagi,, kulihat Dias, matanya terpejam…
Kemudian Sekali sentakkan penisku menembus penghalang itu, merobek selaput darah didalam memeknya Dias.
Dan kini Dias sudah tidak suci lagi, karena aku.
Sekuat tenaga Dias mencakar punggungku, dan dia benar benar menggigit pundakku dengan kuat,, aku bisa melihat tetes air matanya meluncur menuruni pipinya dan jatuh diatas dadanya,, penisku sudah masuk kedalam memeknya Dias cukup dalam, penisku berdenyut didalam memeknya Dias yang sangat sempit dan rapat.. penisku sedikit tersiksa karena jepitan yang sangat rapat berbarengan dengan siksaan nikmat yang saat ini kurasakan.
Aku juga merasakan sakit di punggungku karena gigitan Dias, namun aku tau rasa sakit ini tidak sebanding dengan rasa sakit yang saat ini Dias rasakan. Aku masih tidak bergerak, hanya mengamati kondisi Dias,, sampai akhirnya dia melepaskan gigitannya di pundakku. Kukecup keningnya untuk menenangkannya, matanya masih terpejam dengan sisa sisa air matanya yang masih menetes merasakan sakit luar biasa yang barusan menyerang tubuhnya.
Aku : “Dee…?”
Dias : “ssshhhh,,, Aku sudah tidak perawan lagi ya Ga,,,?” tanya dia padaku setelah membuka matanya.
Ak menggangguk,, dia tersenyum memandangku meskipun masih terlihat di wajahnya kalau dia masih merasaka kesakitan..
Dias : “Aku bahagia kamu yang telah mengambilnya,,, terima kasih,”
Kulirik jam dinding,,jam 12 malam kurang 15 menit,, masih ada waktu pikirku.
Aku : “Selamat ulang tahun Dee,,” Dias tersenyum lagi,,,
Dias : “terima kasih juga kadonya,,,”
Langsung kucium bibirnya, dia memegang wajahku saat kami berciuman panas lagi, kali ini kami berciuman dalam keadaan tubuh kami yang masih menyatu,,
Aku : “Boleh aku melanjutkannya,,?” tanyaku padanya,,
Dias sudah merasakan sakit yang luar biasa karena selaput darahnya yang telah robek, tapi Tidak mungkin berhenti sampai disini saja, dia juga harus merasakan nikmatnya orgasme.
Dias : “lakukan sesukamu,, malam ini aku milikmu,,,”
Masih dengan pelan pelan, aku mulai menggerakkan penisku di dalam memek Dias yang hangat,, Dias sedikit menegakkan kepalanya, dia penasaran ingin melihat bersatunya kelamin kami,,,
Dias : “ahhhh,, Gaa,,,,, ssshhh pelaann…”
Beberapa menit kemudian rasa sakit yang dirasakan Dias mulai berganti menjadi sesuatu yang nikmat karena sensasi dinding memeknya tergesek sesuatu yang besar.
Dias : “Gaaa,,, empkhhhh.”
Aku : “Kamu sudah bisa merasakannya..?”
Dias mengangguk dan tersenyum malu,,,
Dias : “ehhmmm,,,,sshhhh,, ah”
Raungan kenikmatan yang keluar dari mulut kami berdua memenuhi seluruh ruangan, masih dengan posisi yang sama, aku masih menindih tubuh Dias sambil menggerakkan pinggulku, menikmati setiap gesekan penisku didalam memeknya Dias..
Aku : “ahhh,, Dee,, hhaa,, ,,” siall, aku tidak bisa bertahan lebih lama lagi dengan memek sesempit ini,,
Aku : “Deee,, punyamu sempit banget,, ahhh,,,,”
Dias : “Achh,,ahhh,,, Gaaaa,,, uhh”
Suara yang ditimbulkan pertemuan pertemuan tubuh kami terdengar sangat keras ketika pinggulku bergerak dengan cepat, kami sedang mengejar orgasme pertama kami,, kupegang kedua tangannya lalu kuarahkan keatas kepalanya dan kutahan disana,, lalu kutekan penisku di memeknya Dias sangat dalam, dengan sentakan sentakan yang pelan tapi menghujam memeknya Dias sampai mentok.
Dias sampai menjerit keras setiap kali penisku menghujam memeknya sangat dalam, dengan mulutnya yang terbuka lebar dan kepalanya sedikit terangkat,,
Dias : “AHHHHH,,, ahhhhh,, ssshh,m,,, Egaaa aku,,, ssshh,,,,,,”
Dias : “Gaaaa,, aku kebelet,,,, AHHHHHHHHHHHH,,,,,”
Kucabut penisku dengan cepat,, spermaku langsung berhamburan diatas tubuhnya Dias dan diatas tempat tidur,,, aku mengerang hebat,,
Aku : “achhhhhhhhhh…”
tubuhku sampai merinding setelah mencapai orgasme pertamaku,,, kemudian tubuhku ambruk tengkurap disebelah tubuhnya Dias yang masih lemas,,
.
.
Kami berdua masih mengatur nafas kami masing masing,, tak lama, Dias menegakkan badannya melihat kondisi memeknya yang mengalir sedikit darah bercampur cairan orgasmenya. Darah itu menetes begitu saja menimbulkan nada merah di sprei tempat tidur yang putih, aku yang menyadari itu langsung berdiri mengambil beberapa lembar tisu di meja kemudian membersihkan sisa sisa darah didalam memeknya,,
Dias : “ahhh,, ssshh,, perih Gaa…” dia memegang lenganku yang sedang membersihkan bagian dalam memeknya…
Kemudian aku mengangkat tubuhnya dan menggendongnya ke kamar mandi,
Dias : “aku bisa sendiri,,,” ucapnya ketika tubuhnya kududukkan di jaccuzi yang ada didalam kamar mandi,,
Aku : “Untuk sementara, kamu tidak akan kuat berjalan ,, percaya padaku,,,”
Kemudain kutekan tombol disisi jaccuzi itu, seketika air hangat keluar dari bawah memenuhi jaccuzi dan meneggelamkan tubuh Dias yang sedang bersandar sambil memejamkan mata. Kubiarkan dia disana, aku menuju shower untuk membersihkan penisku yang juga masih terdapat bercak darah perawannya Dias.
.
.
Dias : “Sudah cukup..?” tanya Dias sambil melilitkan handuk menutupi tubuhnya menghadap cermin didalam kamar mandi,, dia melihatku melalui pantulan cermin itu, aku daritadi berdiri di samping pintu kamar mandi menunggu Dia selesai mandi.
Aku : “maksudnya,,?” aku tidak begitu paham maksudnya..
Dias : “Kamu masih ingin melanjutkan yang tadi,,?’
Aku : “hah,,? Kamu masih mau,,,?”
Dias : “uhmm, terserah kamu…” aku menangkap senyumnya melalui pantulan di cerman
.
.
.
Tidak kusangka Dias masih ingin melanjutkannya, sepertinya dia mulai menyukainya, menyukai kenikmatan tiada duanya yang tadi dia rasakan saat orgasme,, hihi. Kami memulai pencarian kenikmatan kedua kalinya ini diatas sofa panjang di dalam kamar hotel. Dias yang masih memakai handuk sedang duduk di pangkuanku, dia sedang menempelkan bibirnya yang lembut di bibirku, aku merasakan dinginnya paha Dias di pahaku sedang bergerak tidak tenang saat aku mulai menjamah lagi kedua payudaranya yang masih tertutupi handuk.
Tanganku mencoba mendapatkan tangannya,, setelah berhasi kutemukan, kuarahkan tangannya untuk memegang penisku yang sudah agak tegang,, Dias kaget dengan apa yang dipegangnya sampai dia melepaskan ciumannya,, menatapku tajam.. mungkin ini pertama kalinya Dias memegang alat kelamin pria,, tangannya kurasakan sangat dingin menyentuh penisku,,meskipun dia merasa aneh, tapi dia tidak melepaskan penisku.
Dias : “apa yang harus aku lakukan,,? Aku tidak mau memasukkannya kedalam mulutku,,,” ucap dia tegas,,,
Aku kaget sekaligus tertawa geli mendengar ucapannya..ternyata dia tau dan paham tentang oral seks,, tapi aku tidak memaksanya untuk mengulum penisku dengan mulutnya, tidak semua wanita suka, apalagi Dias baru pertama kali bersetubuh dengan seorang pria,,
Aku : “Hahaha, aku tidak menyuruhmu untuk melakukan itu Dee,, btw, bagaimana kamu bisa tau tentang itu,,?” tanyaku.. mukanya memerah..
Dias : “Aku tidak sepolos yang kamu pikirkan,, Linda sering menceritakan pengalamannya kepadaku.. dia juga sering memaksaku untuk menonton film dewasa bersama..”
Ohhh,, Pantesan,, kemudian aku menuntun tangannya untuk mengocok penisku, dia menunduk untuk melihat tangannya sendiri sedang mengocok penisku. Sempat kutangkap raut wajahnya yang takjub melihat perlahan lahan penisku membesar saat dia mengocoknya. Dia juga sempat memutar penisku untuk melihat lebih jelas setiap detail bentuk alat kelamin eorang pria.
Kudekatkan wajahku ke wajahnya, lalu kutemukan lagi mulutnya,, kujilati bibirnya, kugigit bibir bawahnya dengan lembut,, Dias mengerang,,, terdengar sangat memanjakan telingaku,,
Dias : “Emnngghhhhh”
Sambil tetap berciuman, tanganku meraba raba memek Dias, kumasukkan jari tengahku secara perlahan ke dalam memeknya, mencari klirotisnya,,, kulakukan dengan sangat lembut takut jika dia masih merasakan perih setelah pertempuran pertama tadi.
Dias : “Emgghh,,, emphhh”
Dias semakin mengerang di mulutku, dia juga sudah tidak fokus mengocok penisku,, dia hanya memegangnya bahkan sempat mencengkramnya erat ketika lidahnya kuhisap dan permainan jariku di biji klirotisnya. Memeknya sudah mulai basah lagi..
Aku : “aku akan memasukkannya lagi,, “ seruku setelah melepaskan ciumanku,,
Dias hanya mengangguk, kemudian kulepaskan handuknya dan membiarkannya jatuh ke lantai dibawah sofa. Kami berdua sudah sama sama telanjang saling berpangku diatas sofa. Aku mencium aroma sabun yang masih menempel ditubuhnya,,, kemudian Kucengkaram pantatnya dan kuangkat tubuhnya sebentar agar penisku bisa masuk ke dalam memeknya,, Dan penisku langsung bisa masuk kedalam memek Dias tanpa hambatan.. Kami menyatu lagi,,, diatas sofa ini kami saling berpelukan,, kedua payudara Dias tepat dibawah wajahku,, dan aku mulai menggerakkan badannya naik turun melalui pantatnya.
Dias : “Uhhhh,,,ssshhh,,,”
Aku : “ahhh,,,,Dee,,”
Kembali kuraih bibirnya, Dias harus sedikit menunduk untuk melakukannya,,, sambil tangannya mengusap rambutku…
Dias : “empphhh,,, emph…”
Beberapa menit kemudian Dia sudah bisa menggerakkan badannya sendiri tanpa harus aku menuntunnya,, dia menaik turunkan tubuhnya diatas pangkuanku dan semakin lama gerakan pinggulnya semakin cepat, seolah dia ingin segera menemukan kenikmatan yang tadi dia raih..
Aku : “pelan pelan Dee,,,” tahanku,,
Dias : “Hah,..hahhh,,,achhh,,,”
Dias tidak menghiraukanku,, pinggulnya masih bergerak indah di atas pangkuanku… dengan cepat kutahan tubuhnya, agar dia berhenti,,, dia langsung terengah engah,,, kuminta dia untuk turun sebentar dari sofa,, lalu aku membaringkan tubuhku di sofa panjang itu…,
Aku : “Masukkan lagi,,,!” ucapku,,,
Dias mengerti maksudku,,, Dia menaiki sofa dan menaiki tubuhku lagi,, tapi sebelum dia memasukkan penisku ke dalam memeknya lagi,, dia mengecup dadaku sekali,, aku tersenyum karena aksinya itu,, lalu dia mengarahkan penisku ke dalam memeknya, dia agak kesulitan memasukkannya, membuatnya semakin menunduk untuk memastikan penisku masuk kedalam memeknya, dan penisku sudah tenggelam lagi didalam memeknya…
Dias : “Accccccchhhhhhh,,,”
Dia melenguh panjang ketika penisku berada didalam memeknya lagi,,, mulutnya terbuka lebar sambil matanya terpejam,, kemudian dia menggigit bibir bawahnya,, begitu matanya terbuka, dia langsung melihatku yang sedang tersenyum setelah melihat ekpressi wajahnya yang sangat sensual tadi,, Dias langsung tersipu malu…
Pinggulnya kembali bergoyang indah diatas tubuhku, bergerak maju mundur sambil tangannya berpegang pada sandaran sofa. Dia tak berhenti mendesah.. apalagi saat tanganku meraih kedua payudaranya.. cukup lama aku membiarkannya mencari kenikmatan sendirian,,
Dias : “Ahhh.. aaaahhhh…. Achhhh…”
Kemudian kami berganti posisi lagi, kali ini dia kupangku membelakangiku. Dengan posisi seperti ini aku bisa mencekram kuat payudara Dias yang sudah membesar dari belakang sambil tanganku yang lain menyentuh klirotisnya,, Dias semakin tidak bisa mengendalikan kenimakatan yang timbul, terlihat dari tubuhnya yang menggeliat dia pangkuanku, dan desahannya semakin cepat dan terdengar keras. Kuciumi punggungnya yang berkeringat,,
Dias : “Ahhh,, ahh,, ahhh,,,ahhhhhhhhhh,,,”
Tidak berhenti sampai disitu, aku dan Dias memncoba berbagai gaya,, dia tidak keberatan saat kusuruh dia menungging diatas tempat tidur, lalu aku menyodok tubuhnya dari belakang dengan aku masih berdiri diatas lantai di tepi ranjang.. Dias bilang menyukai posisi ini, karena dia sangat merasakan penisku masuk sangat dalam di dalam memeknya,, aku juga mengatakan kepadanya kalau Doggy Style itu salah satu posisi favoritku..
Aku juga mengajaknya melakukan doggy style didepan cermin meja rias, tatapan matanya tidak pernah lepas dari cermin, melihat bagaimana tubuh kami bersatu dalam sebuah pencarian kenikmatan bersama. Dan kami mengakhiri pertempuran kedua ini ditempat kami memulai, diatas sofa panjang,, Diasana Dias bergantian kurebahkan,, dan aku menindihnya,,Tubuhnya sudah penuh dengan keringat, begitu juga dengan tubuhku.. hingga akhirnya kami mencapai puncak kenikmatan secara bersamaan.
Selesai? Tidak, tak cukup sampai disitu,, setelah istirahat sekitar satu jam,, aku dan Dias melakukannya lagi mencoba posisi yang lain lagi. Sekejap saja Dias sudah mulai kecanduan dengan sebuah rasa yang baru saja dia rasakan pertama kalinya malam ini, kenikmatan orgasme. Lalu bagaimana denganku? Aku sangat menikmati malam ini bersama seorang wanita yang sangat mencintaiku, Meskipun malam ini adalah pertama kali dan terakhir kalinya kami bisa seperti ini.
Terima kasih Dee,, ucapku dalam hati kemudian kukecup keningnya,, Dias baru saja terlelap setelah pertempuran kami yang terakhir kalinya,,tak terasa waktu sudah menunjukkan hampir jam 4 pagi. Pengalaman bersamanya malam ini begitu indah, dan tidak akan pernah terlupa. Kupeluk tubuhnya, yang sedang terbaring telanjang disebelahku,, hingga akhirnya aku juga terlelap.
.
.
.
Ketika aku bangun, sinar matahari adalah hal pertama kali yang kulihat menyinari tubuh telanjangku melalui kaca kamar hotel yang tirainya terbuka.
Sudah siang? Ketika aku menoleh kesamping untuk melihat Dias, ternyata diatas tempat tidur ini aku tidur sendirian. Aku reflek menegakkan tubuhku, aku tidak menemukan Dias didalam kamar.
Dias sudah pergi..?
Aku tidak menyangka dia akan pergi tanpa menungguku bangun. Saat aku masih meratapi kepergian Dias, tiba tiba sosoknya muncul dari dalam kamar mandi dan berjalan pelan menju tempat tidur,,
Dias : “Kamu sudah bangun,,,”
Aku sedikit lega melihat Dias,, dia sudah memakai tanktop dan pantiesnya untuk menutupi tubuhnya,, kemudian dia duduk diatas tempat tidur.
Aku : “kukira kamu sudah pergi,,,”
Dias : “Apakah semua wanita yang selesai melakukannya denganmu selalu tiba tiba pergi meninggalkanmu,,?”
Aku : “Hehe, ya enggak gitu juga sih,,,”
Dias : “jangankan pergi jauh, untuk berjalan ke kamar mandi saja aku harus bersusah payah,, saat bangun tadi, aku seperti tidak merasakan tulang tulangku.. kakiku terasa sangat nyeri dan,, uhmm,, masih perih dibawah sana saat aku pipis,,,” ucapnya malu malu,,
Aku tersenyum, kamu bukan orang perytama yang komplain kepadaku tentang itu Dee,, Rein sering merasakan hal yang sama.
Aku : “bagaimana dengan perasaanmu Dee.. kamu gapapa..?”
Dee : “Selain semua rasa nyeri dan perih itu,, bagiku semuanya masih terasa sama.. berhentilah berpikir aku akan menyesali apa yang kita lakukan semalam,, sebaliknya, aku merasa sangat senang…. Jadi kamu jangan pernah merasa bersalah,” ucapnya kemudian dia mempersembahkan senyumnya kepadaku..
hmmmm senyumnya merupakan sesuatu yang indah untuk dilihat dipagi hari. Syukurlah,, kurasa Dias memang baik baik saja.
Dias : “akhirnya aku tau alasan kenapa Linda sangat menyukai melakukan itu,,, hahaha” Dia tertawa geli setelah mengucapkannya,,,
Aku : “kamu menyukainya..?”
Dia mengangguk, itu artinya dia sudah bisa mengganti kenangan buruk saat dia hampir diperkosa.
Dias : “Aku tidak akan pernah melupakan apa yang terjadi semalam, tapi, bagaimana menurutmu? Apa aku melakukannya dengan baik,,?” tanya dia malu malu
Aku : “Kamu melakukannya dengan sangat baik,,” ucapku, dia langsung tersipu, wajahnya merona.
Dee : “Baguslah,, Sudah siang,, bangunlah!! kamu harus segera mencari cintamu,,,”
Dee : “uhm, Ega,, berjanjilah untuk tidak mengatakan apa yang kita lakukan semalam kepada siapapun, terutama kepada Meta., biarlah ini menjadi rahasia indah kita berdua,, jika suatu saat nanti ada seorang pria yang akan menjadi pendampingku bertanya kepadaku tentang itu, aku akan mengatakan kalau kesucianku telah kuberikan kepada pria yang sangat kucintai, dan aku tidak pernah menyesal telah memberikan kesucianku untuknya…”
Astaga,,, aku sangat terharu mendengar ucapannya,,,
Dee : “Dan jika pria yang akan menjadi pendampingku itu benar benar tulus mencintaiku, dia pasti akan menerimaku apa adanya,,,,”
Dee : “Malah diem,, Egaa,, Berjanjilah!!” ucapnya sambil cemberut.
Aku : “eh,, iya, aku berjanji tidak akan mengatakannya kepada siapapun,,,”
Dias terseyum lega,,,
Aku : “Setelah ini apa yang akan kamu lakukan..?”
Dias : “uhmm, mulai minggu depan, aku resmi menjadi ketua yayasan rumah asuh yang didirikan Galih,, mamanya Galih mempercayakan posisi itu kepadaku,, tak hanya itu, disana aku juga menjadi seorang guru untuk anak anak yatim piatu,, akhirnya cita citaku menjadi seorang guru anak anak kecil kesampaian,, jadi, setelah ini, aku akan fokus disana..”
Hmm? Menjadi Guru anak anak kecil? Alexa juga punya cita cita yang sama…
Dias : “Uhm, kalau bisa, setelah ini antarkan aku kesana,, karena semalam aku bilang ke orang rumah kalau akan menginap di tempat yayasan,, atau kalau kamu buru buru, aku bisa kesana sendiri…”
Aku : “Aku akan mengantarmu kesana,,”
Dias : “Baiklah, tapi sebelum itu,, aku mau mandi dulu,,, “ ucapnya lalu berdiri dari tempat tidur.
Aku : “Uhmm, boleh aku menemanimu,,?”
Dias : “Tidak boleh,, takkan kubiarkan kamu melihat tubuh telanjangku lagi…” ucapnya sambil berjalan menuju kamar mandi..
Hihihi,, aku menghempaskan lagi tubuhku diatas tempat tidur.
.
.
.
LANJUT DIBAWAH