Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.
Waaah salah satu cerita favorit ane nongol lagi...
Gak sabar nungguin episode tambahan dan epilognya hehe
oom bram, kalau kenal sama adminnya blog cewekeksibionis
ane mau dong di-invite ke blog cewekeksibisionis
sekarang masuknya sudah susah banget :galau:
 
sayang banget ngak ada season 2 nya, genre eksib skrg udah jadi cerita yg rare, selain cerita dari bramloser yg awesome! hny cerita ini yg mampu menyaingi :tepuktangan::tepuktangan: . teruskan berkarya om, perbanyakan eksibnya! :ampun:
yoi, bramloser, faithia.... emang konsisten di genre ini :jempol:
dulu ada juga cerita yang istrinya eksib terus digang-bang sama kuli bangunan itu (lupa judulnya)
kalau ada cerita exib, kasih tahu ane ya gan
 
fragmen 8 ga ada ya?
mau ngelanjutin baca kok ga nemu yg 8...
:bingung:
ane hapus gara-gara ada kebijakan baru semprot yang melarang adegan anak di bawah umur,
sekarang ane post lagi gan, tapi tokohnya dinaikin umurnya....
 
Wah sayang banget klo g jadi bikin season 2
takut kepanjangan gan.... ane kalau nulis kadang suka kemana-mana plotnya, takut gak tamat aja
 
yoi, bramloser, faithia.... emang konsisten di genre ini :jempol:
dulu ada juga cerita yang istrinya eksib terus digang-bang sama kuli bangunan itu (lupa judulnya)
kalau ada cerita exib, kasih tahu ane ya gan
Iya nih, invite gua jga dong om. Favorit gua tuh blog eksibisionis
 
Fragmen 9
The 2nd Runner

Cahaya bulan cemerlang dan tebaran bintang-bintang adalah satu-satunya yang dilihat Siska saat ini. Ketiadaan polusi cahaya membuat langit terlihat seperti kubah keunguan yang menaungi hamparan persawahan di sekelilingnya. Siska membiarkan tubuhnya yang telanjang tunduk pada gaya apung. Tungkai-tungkainya yang jenjang menendangi permukaan air menimbulkan riak-riak cahaya yang berasal dari lampu ilumenes di bawah kolam renang kecil itu.

Selain ricik air, nyaris tak ada yang terdengar. Leo dan teman-temannya sudah beristirahat di kamar masing-masing, meninggalkan Siska seorang diri di antara pohon-pohon palem dan pisang hias yang merindangi halaman belakang bungalow bergaya tropis itu.

Senyum Siska semakin melebar sebelum menolakkan kakinya kuat-kuat dan meluncur ke ujung kolam satunya. Leo dan teman-temannya sedang lelap tertidur setelah seharian trekking mendaki Gunung Batur, rasanya tak ada satupun alasan bagi Siska untuk mengkhawatirkan kehadiran orang lain di tempat itu. Bikini dan handuk kering terlipat rapi tak jauh dari tempatnya berendam, dan tak akan dibutuhkan waktu lama untuk mengenakan penutup tubuh jika dirinya sigap mengantisipasi.

Telanjang di alam bebas, Siska membatin bahagia, kalau bukan sekarang, kapan lagi? Besar di belantara beton tidak memberikan kesempatan bagi remaja ibukota itu untuk melakukan ritus rahasianya selain mengendap-endap keluar kamar dalam kondisi nirbusana, itupun ketika tak ada seorangpun di rumah.

Siska sampai memohon-mohon kepada sang ibu untuk diizinkan ikut rombongan kakaknya, Leo yang berpakansi ke Pulau Dewata bersama teman-teman kuliahnya. Ibundanya mengizinkan, dengan syarat, Siska harus menuruti kata-kata abangnya. Padahal kan, huh, tahu sendiri Leo itu orangnya kaya gimana!

Udah brewok, nyebelin pula, untung ketolong sama mukanya yang ganteng! Yang namanya Leo, mukanya doang yang mirip Che Guevara si revolusioner, padahal orangnya benar-benar straight edge alias (bahasa Jermannya) saklek! Padahal kan Siska juga ingin merasakan ajojing di diskotek-diskotek yang bertebaran di jalan Legian seperti cerita kawan-kawan sekolahnya yang lebih dulu pernah berlibur ke Bali!

Liburan Caturwulan kali ini adalah kesempatan terakhirnya. Kalau tidak sekarang, kapan lagi? Tahun depan Siska sudah kuliah, itupun sudah pasti tidak bakal diizinkan mengikuti UMPTN di kota lain. Terlahir di keluarga birokrat tidak memberikan banyak pilihan bagi Siska selain mengenakan jas almamater kuning atau mencoba lagi tahun depan. Siska menggerutu dalam hati, seandainya saja ia terlahir di Pulau Dewata....

Tiba-tiba saja Siska teringat dengan perjumpaannya dengan remaja misterius di tepi sungai kemarin siang. Siapa tadi namanya? Kikan? Kiran? Kinan? Wajah Siska agak bersemu mengingat kondisi Kinan yang hanya dibalut busana kelahiran di antara teman-teman kakaknya. Tidakkah dia malu, bertelanjang bulat di antara orang-orang asing dan mempertontonkan pantat dan buah dadanya yang montok?

Uh, Siska apaan, sih?! protes Siska pada dirinya sendiri ketika menyadari kehangatan yang mulai merembes keluar dari ceruk paling intim miliknya. Membayangkan bahwa dirinyalah yang berada pada posisi Kinan saat itu, telanjang bulat dan memamerkan bagian-bagian tubuhnya yang paling memalukan pada orang tak dikenal membuat kelenjar-kelenjar di dinding rahimnya mulai memproduksi getah erotis.

Pulau Dewata, sungai-sungai dan pantai yang masih perawan, Siska memejamkan mata, membayangkan dirinya yang nirbusana melangkah melewati itu semua... lalu muncul penduduk pribumi, turis-turis yang memandangi bagian-bagian intim tubuhnya dengan tatapan memalukan seperti fantasinya selama ini....

●°●°●°●°●°●°●°●°°●°●°●°●°●°●°●°●​

Kotak Pandora itu terbuka bersama dengan menstruasinya yang pertama.

Waktu itu menjelang ulang tahunnya yang ke-11 kalau tidak salah, ketika Siska tak sengaja menemukan majalah porno milik ibunya. Majalah berbahasa Inggris yang berisi gambar-gambar wanita berpose seronok. Wajah Siska mendadak bersemu, dan si kecil merasa malu kepada Tuhan karena menemukan material pornografi perdananya, tapi entah kenapa, tangannya tidak juga berhenti membalik halaman demi halaman, hingga akhirnya Siska kecil sampai pada artikel tentang kaum nudis.

Mendadak perut Siska merasa mulas melihat orang-orang yang bertelanjang bulat di tempat yang tidak semestinya, bermain tenis, memasak, bahkan berjalan-jalan di tengah kota tanpa sehelai benangpun melekat di tubuh. Apa mereka tidak merasa malu? Hal itu terus terus terngiang-ngiang di otak Siska, bahkan seminggu setelahnya. Bagaimana rasanya bertelanjang bulat di depan banyak orang? semakin Siska memikirkan itu semakin Siska merasakan sensasi aneh pada perutnya, hingga akhirnya si kecil terlalu penasaran untuk tidak mencoba...

Dengan hati berdebar-debar Siska melepaskan pakaian, kali ini bukan untuk mandi atau berganti baju, tetapi untuk alasan yang... entahlah, Siska bahkan tidak bisa menjelaskannya, yang pasti saat itu wajahnya sudah berubah merah padam, dan seisi perutnya terasa teraduk-aduk ketika si kecil melepaskan satu persatu pakaian yang melekat hingga tak tersisa benang sehelaipun untuk menutupi ketelanjangannya.

Rasanya menakjubkan! batin Siska menjerit bahagia ketika merasakan 'kenakalannya' yang pertama. Seharian itu Siska mematut-matut diri di depan cermin dan mengagumi bentuk tubuhnya seorang diri. Seharian itu pula Siska meniru pose-pose nakal di majalah sang ibu. Dan Siska tidak pernah bisa melupakan sensasi itu... rasa tegang, malu, takut ketahuan, dan (tentu saja erotis) yang saling bersenyawa dan memicu produksi dopamin di otaknya (yang kelak menjebaknya dalam adiksi)...

●°●°●°●°●°●°●°●°●°●°●°●°●°●°●°●°●​

Mendadak semua terdengar begitu hening seperti isi benaknya yang mengawang ke masa lalu. Nyaris tak ada yang terdengar selain desau angin deru napasnya yang beranjak memburu. Malam sempurna menua, dan rasanya tak akan ada yang peduli kalau Siska mengendap ke persawahan yang terletak seperlemparan batu dari tempatnya berendam.

Sudah lama Siska mengimpi-impikan hal ini, sebuah petualangan telanjang di sebuah negeri eksotis yang menguji segala batas keberanian dan kesopanan... dan kali ini adalah kesempatan terakhirnya....

Siska menarik napas panjang, mengumpulkan segenap keberaniannya. Tubuhnya yang segera disambut angin malam yang menggigit ketika remaja ibukota itu terbuka seutuhnya. Sepasang tungkainya gemetar oleh rasa takut yang tiba-tiba berjangkit, bagaimana kalau ia dipergoki oleh karyawan hotel? Bagaimana jika ia dipergoki oleh penduduk desa? Darahnya seperti membeku, tapi semakin mencekam rasa takut itu, semakin deras pula kehangatan yang meleleh dari ceruk sempit di pangkal pahanya.

Kepalanya terasa ringan. Siska bahkan tidak bisa memikirkan apa-apa lagi ketika melangkahkan sepasang telapaknya yang telanjang melewati perbatasan terakhir menuju daerah tak dikenal. Semuanya terasa begitu samar dan tak kasat. Rasanya Siska sedang bermimpi mendapati dirinya yang telanjang bulat kini berjalan di atas pematang di antara rumpun-rumpun padi yang merimbun. Di atas kepalanya adalah langit malam yang membentang tak terbatas. Sementara satu-satunya penutup tubuhnya adalah angin dingin yang membelai setiap lekuk dan relung tubuhnya yang tengah membara. Jantungnya yang berdetak cepat dan memompa hormon adrenalin membuat Siska seperti melangkah di atas awan.... Sepasang matanya memejam, dan telapaknya bergerak mengikuti naluri untuk mencari muasal dari sensasi sensual yang meremang di bawah perutnya... Ia telah basah... dan bibirnya membuka secelah dan menyuarakan desahan parau ketika ujung jarinya membelai lembah cinta yang telah licin sempurna... Tapi masa di sini? Yang benar aja!!! Sisi dirinya yang masih berakal mencoba menginterupsi, tapi sisi binatang Siska sepertinya lebih tertarik untuk meremas buah dada ranum dan tajuk-tajuknya yang sudah mengeras ketimbang berpikir waras....

Siska mengerang tertahan, remaja kelas III SMA itu hampir saja mencapai klimaksnya jika saja tidak melintas sebuah sepeda motor di jalan tanah di kejauhan. Siska terpekik tertahan, dengan jelas Siska bisa melihat nyala lampunya yang tak sampai 20 meter jauhnya.

Refleks Siska berjongkok dan menutupi bagian-bagian intim tubuhnya dengan tangan. Alarm tanda bahaya di otaknya berbunyi nyaring, mengembalikan akal sehat dan nalar pada posisinya yang sediakala.

Dasar sinting! Umpat Siska kepada dirinya sendiri. Bagaimana jika sampai ketahuan?! Untung saja kegelapan masih cukup tebal untuk menyembunyikan keberadaan dirinya yang tanpa busana. Apa yang bakal dikatakan orang tuanya jika ia sampai diarak ke balai Desa?

Siska bahkan masih bisa mendengar suara degup jantungnya sendiri ketika motor itu menghilang di kejauhan. Sikap tubuhnya berubah waspada. Dan ketika bunyi mesin motor itu dirasanya tidak terdengar lagi, dengan sigap Siska berjingkat cepat menuju zona aman sambil menyilangkan tangan di depan dada.

Menggeragap, Siska mengenakan kimono handuk yang diletakkan tak jauh dari kolam tempatnya berendam. Ini sudah cukup! Suara batin Siska terdengar mengumpat. Remaja ibukota itu sedang membasuh kakinya cepat-cepat, ketika sayup-sayup gendang telinganya menangkap suara erangan yang berasal dari kegelapan persawahan. Siska mengira ia hanya salah mendengar, tapi ketika terdengar suara rintihan tertahan dari balik batang pohon kelapa, barulah ia menyadari, bahwa dari tadi kegiatannya sedang diawasi....

____________________________

Author’s note: Endingnya sudah ada di otak sih, tapi kalau kalian ada ide si Siska enaknya dikerjain gimana, boleh Share di sini, tar jadi kaya Trix gak jelas tamatnya gimana….
 
Terakhir diubah:
Work of a Master....
 
Siska diajakin ke kakek gedabg aja sama kinan hu terus dia dikerjain sama tuh kakek
 
kasih masukan kah? lama ga disentuh cerita ini harus cari soulnya lagi.... kurang apanya ya...?
Explore sifat exhibitionist nya lebih lagi bro.
Di tempat baru yang belim di sentuh kinan, dengan male counterpart yang berbeda, bisa saja tour guide, atau bisa saja kalau lokasinya Bali, ikut nude photography, sambil pakai sarung dan ngejunjung sesaji.
 
Bimabet
pa
Explore sifat exhibitionist nya lebih lagi bro.
Di tempat baru yang belim di sentuh kinan, dengan male counterpart yang berbeda, bisa saja tour guide, atau bisa saja kalau lokasinya Bali, ikut nude photography, sambil pakai sarung dan ngejunjung sesaji.
pasti gan, tapi ane cuma takut kepanjangan ceritanya
 

Similar threads

Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd