Semprot235
Semprot Kecil
- Daftar
- 11 Feb 2019
- Post
- 58
- Like diterima
- 110
Bagian 01
Aku menelan ludah melihat Laras mengulum penis Al. Pipi Laras merah merona entah malu atau nafsu karena ada aku di kamar mereka. Al pun yang tadinya malu-malu sekarang bereaksi tanpa ragu. Dibelai rambut istrinya sambil mengerang nafsu.
Dinginnya AC di kamar mereka seolah tak ada pengaruhnya padaku, keringat makin deras sejalan dengan naiknya libidoku. Hanya orang gila yang tidak terangsang oleh aksi yang mereka peragakan. Apalagi aku di sini merupakan tamu undangan. Memang dipersilakan untuk mengamati apa yang mereka lakukan. Lebih tepatnya harus mengamati dan menikmati apa yang mereka peragakan.
Semua ini berawal dari hutangku ke Al 6 bulan yang lalu. Aku dan Al merupakan teman baik sejak SMA. Sampai kami berdua kerja dan memiliki istripun kami masih sering berjumpa, walau tidak sesering waktu SMA. Aldi sukses di sebuah BUMN sedangkan aku masih berusaha meniti karir di perusahaan swasta. Sampai akhirnya setengah tahun yang lalu perusahaanku bangkrut. Seorang manager keuangan menggelapkan dana mencapai 18 miliar yang harusnya digunakan untuk membayar para suplier. Semua aset perusaan disita dan para karyawan di phk tanpa pesangon.
Aku memutuskan untuk berbisnis kayu, karena bahan yang melimpah di tempatku dan juga pasarnya jelas menguntungkan. Satu satunya kendala adalah modal. Tanah warisan orang tuaku masih berusaha kujual karena kalau digadaikan nilai terlalu kecil. Satu bulan berlalu, tabunganku sudah hampir habis, tanahku tidak laku dan cari hutang untuk modal susah.
Akhirnya dengan mematikan ego dan menggerus rasa keengananku aku datangi Aldi untuk mencari pinjaman dengan jaminan sertivikat tanah yang kupunya. Aldi tidak mau menerima jaminanku tapi akan memberi pinjaman sebanyak apapun yang aku mau. Inilah alasan utama keenggananku.
"Udah ambil aja, kalau aku di posisimu sekarang Ton, kamu juga bakal bantu aku kan" katanya.
"Dalam waktu dua tahun duit ini bakal kubalikin beserta bagi hasilnya Al"
"Udah, itu pikirin nanti aja" timpalnya lagi.
Bisnis kayuku berjalan lancar, lebih lancar dari perkiraanku. Aku mulai berpikir untuk melunasi hutangku enam bulan lebih cepat dari waktu yang kujanjikan.
Tiba tiba kemarin Aldi menelponku, nada suaranya terdengar ragu dan cemas.
"Ton, besok ke rumahku ya. Ada yang harus kita bicarakan secara langsung"
Jantungku serasa berhenti berdetak "Aldi butuh uang dan jika aku harus mengembalikan semuanya, aku akan mulai lagi dari nol" pikirku.
"Kalau nggak besok bisa nggak Al" kucoba untuk mengulur waktu.
"Tolonglah Ton, aku bener-bener perlu ketemu" katanya.
Saat Al sudah berkata tolong, berati ini sudah sangat gawat, dan aku sangat tidak tau diri kalau masih mau mengulur ngulur waktu pertemuan.
"Baik Al aku akan datang, kalau perlu sekarang aku langsung ke rumahmu"
"Besok aja Ton, aku masih harus berdiskusi dengan istriku dulu" kata Al yang kemudian berpamitan dan menutup telponnya.
Aku mulai menyusun rencana untuk mencari pinjaman untuk tambahan pelunasan hutangku ke Al. Namun kenyataannya sampai aku kerumah Al aku belum mendapatkan tambahan uang untuk pelunasan hutangku.
Kuketuk pintu rumah Al sekali dan aku langsung masuk dengan langkah lesu. Al sudah menunggu di sofa tempat kami biasa nonton bola. Wajahnya lebih lesu dari wajahku, kulitnya pucat seperti tidak tidur sepanjang bulan. Aku makin merasa bersalah tidak dapat melunasi hutangku.
"Istriku hamil lagi Ton" ujarnya membuka pembicaran.
"Wah selamat Al, si Tia belum setahun udah punya adek" sejenak aku ikut senang temanku dapat momongan lagi, namun lesu kembali setelah sadar inilah alasan Al membutuhkan uangnya kembali.
"Eerr, sorry Al aku baru bisa mbalikin uangmu setengahnya " kataku lirih.
"Lho bukannya kamu baru mau balikin 2 tahun lagi? tanya Al sambil mengernyitkan dahi.
"Kamu manggil aku kesini bukan buat nagih utang?"
Senyum Al yang biasa mucul sebentar.
"Bukan itu alasanku minta kamu kesini" katanya. Pucat di wajahnya agak pudar menyadari kesalahpahaman ini.
"Aku sudah bicara pada istriku dan aku benar benar minta tolong padamu Ton. Cuma kamu yang bisa nolong aku. Aku maklum kalau kamu nolak permintaanku tapi aku tidak bisa minta tolong selain sama kamu."
"Pasti kutolong Al, kalau aku di posisimu kamu juga pasti bakal nolong aku jugakan"
"Aku ingin kamu berhubungan sama istriku" katanya lirih.
Otakku berusaha mencerna kata-katanya. Tidak mungkin yang dimaksud oleh Al adalah berhubungan intim. Kalau berhubungan baik, sepertinya hubunganku dengan Laras baik-baik saja. Aku cuma pernah memecahkan vas bunga kesayangannya sekali. Itupun tak sengaja tidak mungkin dia masih marah. Kecuali karena aku dulu berjanji untuk menggantinya namun sampai sekarang belum kuganti.
"Baik Al, aku akan minta maaf sekarang ke Istrimu dan vas yang pecah itu akan kuganti" kataku tegas.
Koq jadi vas" tanya Laras yang tiba tiba muncul entah dari mana.
Wajah Laras juga pucat, meskipun tidak sepucat suaminya.
Laras menarik nafas panjang dan mulai bicara.
"Begini mas Toni, Laras mau berhubungan badan sama mas Toni" wajah Laras langsung merah padam setelah mengutarakan maksudnya.
Aku mulai sadar, mereka berdua tidak bercanda ataupun mau memainkanku.
Tapi kenapa? Tanyaku yang langsung terbayang wajah istriku yang cemberut.
Alasanya panjang Ton, dan aku butuh bantuanmu segera. Jika kamu merasa jenggah kita bisa mulai pelan pelan. Kamu bisa liat kami melakukannya kemudian kamu bisa ikut. Tolonglah Ton, paling tidak kamu lihat dulu" mohon Al kepadaku.
Aku tidak sanggup lagi mendengar perkataan temanku yang sebelumnya hampir tidak pernah minta tolong.
Dan di sinilah aku, menyaksikan temanku dan istrinya yang cantik jelita.
Wajah Laras makin terlihat cantik waktu mengulum penis Al. Jarinya yang lentik juga lihai mengkombinasikan kocokan dan kuluman. Walaupun payudara Laras tidak sebesar milik istriku namun bentuknya yang bulat sempurna membuatnya sangat sensual. Sekujur kulitnya juga putih mulus, sehingga dengan mata yang agak sipit Laras sering dikira keturunan Cina. Perutnya yang rata pasti membuat orang tidak menyangka bahwa setahun yang lalu dia baru saja melahirkan.
Kocokan dan sedotan Laras makin kencang. Aku dapat melihat Al sudah tidak kuat lagi menahan kenikmata. Tubuh Al mengejang, kelegaan terpancar dari wajahnya yang pucat. Laras memastikan dengan tekun tidak ada setetespun sperma yang tidak masuk ke mulutnya. Sambil memandangku Laras menelah semua sperma yang ada dimulutnya. Istriku tidak pernah mau menelan spermaku. Aku iri dengan Al
Penisku makin mengeras melihat Laras menelan sperma suaminya. Dia meninggalkan Al yang langsung tertidur setelah klimaks. Aku hanya bisa terdiam ketika Laras berdiri di depanku. Dibimbingnya kedua tanganku ke kedua payudaranya yang bulat sempurna. Secara naluriah tanganku meremas payudaranya yang kenyal dan memelintir puting coklatnya. Nafasnya agak tertahan menikmati rangsangan di payudaranya. Saat kesadaraan mulai menguasainya, di copotnya celana jeans dan celana dalamku. Menunjukan penisku yang menjulang. Aku masih terduduk diam. Hanya tanganku yang masih memainkan kedua putingnya.
Diarahkannya penisku ke liang kewanitaanya yang sudah sangat basah. Dalam sekali percobaan penisku menancap sempurna kedalam liang vaginanya. Lenguhan tertahan keluar dari mulut Laras. Sejenak dia diam dalam posisi mendudukiku.
Berlahan Laras mulai menaik turunkan pantatnya, desahan mulai keluar dari bibir mungilnya. Aku menikmati setiap gerakan yang dia lakukan. Payudaranya juga tidak kalah semangat naik turun di depan wajahku. Kuremas dan kumainkan puting payudara kirinya sementara puting kanannya kuhisap hisap dengan rakus. Aku dapat merasakan ASI dari putingnya. Desahan laras makin kencang tiap kuhisap putingnya.
"Gigit kecil kecil" desahnya
Kugigit kecil kecil kedua putingnya sesuai kemauanya.Gerakan pinggulnya makin cepat dengan variasi maju mundur dan berputar. Tiap kugigit putingnya, makin kencang pula gerakan pinggulnya.
Aku sudah merasakan spermaku akan segera keluar saat jeritan tertahan Laras dan semua gerakanya tiba tiba berhenti.
Laras telah orgasme, sejenak otaknya tidak memikirkan apapun selain kenikmatan yang telah diraihnya.
Aku yang sudah hampir orgasme berdiam sejenak menikmati ekspresi orgasme Laras sambil merasakan kedutan kedutan nikmat dari vaginanya.
Namun itu tidak berlangsung lama, nafsuku mengambil alih. Meminta haknya untuk mendapatkan orgasme dari vagina Laras. Kuangkat badan Laras, kududukan di atas meja jati yang ada di pojok kamar. Kupompa penisku kedalam vagina Laras yang masih berkedut.
Sensasi kedutan vagina Laras membuatku melayang. Mata sayu Laras memandang cermin yang memperlihatkan kami berhubungan badan. Aku mencapai orgasme 5 menit kemudian. semua spermaku keluar di dalam vaginanya. Kedutan vaginanya yang makin kencang seolah berusaha memastikan semua spermaku keluar di dalam.
Kulihat Laras mengalami orgasme keduanya bersamaan dengan orgasmeku. Pupil matanya naik, hanya menyisakan bagian putih mata saja.
Kunikmati momen ini, karena hal seperti ini tidak akan terulang untuk kedua kalinya.
Bersambung
Aku menelan ludah melihat Laras mengulum penis Al. Pipi Laras merah merona entah malu atau nafsu karena ada aku di kamar mereka. Al pun yang tadinya malu-malu sekarang bereaksi tanpa ragu. Dibelai rambut istrinya sambil mengerang nafsu.
Dinginnya AC di kamar mereka seolah tak ada pengaruhnya padaku, keringat makin deras sejalan dengan naiknya libidoku. Hanya orang gila yang tidak terangsang oleh aksi yang mereka peragakan. Apalagi aku di sini merupakan tamu undangan. Memang dipersilakan untuk mengamati apa yang mereka lakukan. Lebih tepatnya harus mengamati dan menikmati apa yang mereka peragakan.
Semua ini berawal dari hutangku ke Al 6 bulan yang lalu. Aku dan Al merupakan teman baik sejak SMA. Sampai kami berdua kerja dan memiliki istripun kami masih sering berjumpa, walau tidak sesering waktu SMA. Aldi sukses di sebuah BUMN sedangkan aku masih berusaha meniti karir di perusahaan swasta. Sampai akhirnya setengah tahun yang lalu perusahaanku bangkrut. Seorang manager keuangan menggelapkan dana mencapai 18 miliar yang harusnya digunakan untuk membayar para suplier. Semua aset perusaan disita dan para karyawan di phk tanpa pesangon.
Aku memutuskan untuk berbisnis kayu, karena bahan yang melimpah di tempatku dan juga pasarnya jelas menguntungkan. Satu satunya kendala adalah modal. Tanah warisan orang tuaku masih berusaha kujual karena kalau digadaikan nilai terlalu kecil. Satu bulan berlalu, tabunganku sudah hampir habis, tanahku tidak laku dan cari hutang untuk modal susah.
Akhirnya dengan mematikan ego dan menggerus rasa keengananku aku datangi Aldi untuk mencari pinjaman dengan jaminan sertivikat tanah yang kupunya. Aldi tidak mau menerima jaminanku tapi akan memberi pinjaman sebanyak apapun yang aku mau. Inilah alasan utama keenggananku.
"Udah ambil aja, kalau aku di posisimu sekarang Ton, kamu juga bakal bantu aku kan" katanya.
"Dalam waktu dua tahun duit ini bakal kubalikin beserta bagi hasilnya Al"
"Udah, itu pikirin nanti aja" timpalnya lagi.
Bisnis kayuku berjalan lancar, lebih lancar dari perkiraanku. Aku mulai berpikir untuk melunasi hutangku enam bulan lebih cepat dari waktu yang kujanjikan.
Tiba tiba kemarin Aldi menelponku, nada suaranya terdengar ragu dan cemas.
"Ton, besok ke rumahku ya. Ada yang harus kita bicarakan secara langsung"
Jantungku serasa berhenti berdetak "Aldi butuh uang dan jika aku harus mengembalikan semuanya, aku akan mulai lagi dari nol" pikirku.
"Kalau nggak besok bisa nggak Al" kucoba untuk mengulur waktu.
"Tolonglah Ton, aku bener-bener perlu ketemu" katanya.
Saat Al sudah berkata tolong, berati ini sudah sangat gawat, dan aku sangat tidak tau diri kalau masih mau mengulur ngulur waktu pertemuan.
"Baik Al aku akan datang, kalau perlu sekarang aku langsung ke rumahmu"
"Besok aja Ton, aku masih harus berdiskusi dengan istriku dulu" kata Al yang kemudian berpamitan dan menutup telponnya.
Aku mulai menyusun rencana untuk mencari pinjaman untuk tambahan pelunasan hutangku ke Al. Namun kenyataannya sampai aku kerumah Al aku belum mendapatkan tambahan uang untuk pelunasan hutangku.
Kuketuk pintu rumah Al sekali dan aku langsung masuk dengan langkah lesu. Al sudah menunggu di sofa tempat kami biasa nonton bola. Wajahnya lebih lesu dari wajahku, kulitnya pucat seperti tidak tidur sepanjang bulan. Aku makin merasa bersalah tidak dapat melunasi hutangku.
"Istriku hamil lagi Ton" ujarnya membuka pembicaran.
"Wah selamat Al, si Tia belum setahun udah punya adek" sejenak aku ikut senang temanku dapat momongan lagi, namun lesu kembali setelah sadar inilah alasan Al membutuhkan uangnya kembali.
"Eerr, sorry Al aku baru bisa mbalikin uangmu setengahnya " kataku lirih.
"Lho bukannya kamu baru mau balikin 2 tahun lagi? tanya Al sambil mengernyitkan dahi.
"Kamu manggil aku kesini bukan buat nagih utang?"
Senyum Al yang biasa mucul sebentar.
"Bukan itu alasanku minta kamu kesini" katanya. Pucat di wajahnya agak pudar menyadari kesalahpahaman ini.
"Aku sudah bicara pada istriku dan aku benar benar minta tolong padamu Ton. Cuma kamu yang bisa nolong aku. Aku maklum kalau kamu nolak permintaanku tapi aku tidak bisa minta tolong selain sama kamu."
"Pasti kutolong Al, kalau aku di posisimu kamu juga pasti bakal nolong aku jugakan"
"Aku ingin kamu berhubungan sama istriku" katanya lirih.
Otakku berusaha mencerna kata-katanya. Tidak mungkin yang dimaksud oleh Al adalah berhubungan intim. Kalau berhubungan baik, sepertinya hubunganku dengan Laras baik-baik saja. Aku cuma pernah memecahkan vas bunga kesayangannya sekali. Itupun tak sengaja tidak mungkin dia masih marah. Kecuali karena aku dulu berjanji untuk menggantinya namun sampai sekarang belum kuganti.
"Baik Al, aku akan minta maaf sekarang ke Istrimu dan vas yang pecah itu akan kuganti" kataku tegas.
Koq jadi vas" tanya Laras yang tiba tiba muncul entah dari mana.
Wajah Laras juga pucat, meskipun tidak sepucat suaminya.
Laras menarik nafas panjang dan mulai bicara.
"Begini mas Toni, Laras mau berhubungan badan sama mas Toni" wajah Laras langsung merah padam setelah mengutarakan maksudnya.
Aku mulai sadar, mereka berdua tidak bercanda ataupun mau memainkanku.
Tapi kenapa? Tanyaku yang langsung terbayang wajah istriku yang cemberut.
Alasanya panjang Ton, dan aku butuh bantuanmu segera. Jika kamu merasa jenggah kita bisa mulai pelan pelan. Kamu bisa liat kami melakukannya kemudian kamu bisa ikut. Tolonglah Ton, paling tidak kamu lihat dulu" mohon Al kepadaku.
Aku tidak sanggup lagi mendengar perkataan temanku yang sebelumnya hampir tidak pernah minta tolong.
Dan di sinilah aku, menyaksikan temanku dan istrinya yang cantik jelita.
Wajah Laras makin terlihat cantik waktu mengulum penis Al. Jarinya yang lentik juga lihai mengkombinasikan kocokan dan kuluman. Walaupun payudara Laras tidak sebesar milik istriku namun bentuknya yang bulat sempurna membuatnya sangat sensual. Sekujur kulitnya juga putih mulus, sehingga dengan mata yang agak sipit Laras sering dikira keturunan Cina. Perutnya yang rata pasti membuat orang tidak menyangka bahwa setahun yang lalu dia baru saja melahirkan.
Kocokan dan sedotan Laras makin kencang. Aku dapat melihat Al sudah tidak kuat lagi menahan kenikmata. Tubuh Al mengejang, kelegaan terpancar dari wajahnya yang pucat. Laras memastikan dengan tekun tidak ada setetespun sperma yang tidak masuk ke mulutnya. Sambil memandangku Laras menelah semua sperma yang ada dimulutnya. Istriku tidak pernah mau menelan spermaku. Aku iri dengan Al
Penisku makin mengeras melihat Laras menelan sperma suaminya. Dia meninggalkan Al yang langsung tertidur setelah klimaks. Aku hanya bisa terdiam ketika Laras berdiri di depanku. Dibimbingnya kedua tanganku ke kedua payudaranya yang bulat sempurna. Secara naluriah tanganku meremas payudaranya yang kenyal dan memelintir puting coklatnya. Nafasnya agak tertahan menikmati rangsangan di payudaranya. Saat kesadaraan mulai menguasainya, di copotnya celana jeans dan celana dalamku. Menunjukan penisku yang menjulang. Aku masih terduduk diam. Hanya tanganku yang masih memainkan kedua putingnya.
Diarahkannya penisku ke liang kewanitaanya yang sudah sangat basah. Dalam sekali percobaan penisku menancap sempurna kedalam liang vaginanya. Lenguhan tertahan keluar dari mulut Laras. Sejenak dia diam dalam posisi mendudukiku.
Berlahan Laras mulai menaik turunkan pantatnya, desahan mulai keluar dari bibir mungilnya. Aku menikmati setiap gerakan yang dia lakukan. Payudaranya juga tidak kalah semangat naik turun di depan wajahku. Kuremas dan kumainkan puting payudara kirinya sementara puting kanannya kuhisap hisap dengan rakus. Aku dapat merasakan ASI dari putingnya. Desahan laras makin kencang tiap kuhisap putingnya.
"Gigit kecil kecil" desahnya
Kugigit kecil kecil kedua putingnya sesuai kemauanya.Gerakan pinggulnya makin cepat dengan variasi maju mundur dan berputar. Tiap kugigit putingnya, makin kencang pula gerakan pinggulnya.
Aku sudah merasakan spermaku akan segera keluar saat jeritan tertahan Laras dan semua gerakanya tiba tiba berhenti.
Laras telah orgasme, sejenak otaknya tidak memikirkan apapun selain kenikmatan yang telah diraihnya.
Aku yang sudah hampir orgasme berdiam sejenak menikmati ekspresi orgasme Laras sambil merasakan kedutan kedutan nikmat dari vaginanya.
Namun itu tidak berlangsung lama, nafsuku mengambil alih. Meminta haknya untuk mendapatkan orgasme dari vagina Laras. Kuangkat badan Laras, kududukan di atas meja jati yang ada di pojok kamar. Kupompa penisku kedalam vagina Laras yang masih berkedut.
Sensasi kedutan vagina Laras membuatku melayang. Mata sayu Laras memandang cermin yang memperlihatkan kami berhubungan badan. Aku mencapai orgasme 5 menit kemudian. semua spermaku keluar di dalam vaginanya. Kedutan vaginanya yang makin kencang seolah berusaha memastikan semua spermaku keluar di dalam.
Kulihat Laras mengalami orgasme keduanya bersamaan dengan orgasmeku. Pupil matanya naik, hanya menyisakan bagian putih mata saja.
Kunikmati momen ini, karena hal seperti ini tidak akan terulang untuk kedua kalinya.
Bersambung