Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

[Kompilasi] Rumput Tetangga 'Nampak' Selalu Lebih Hijau.. (CoPasEdit dari Tetangga)

Bimabet
BOs,request petualangan hendra juga tolong ditampilin komplit. Kmrn ada beberapa aja yang ditampilin

:cim: Hehe.. siaappp brada..
Ntar di lain kesempatan n di lain Trit yaa..
Coz nyang Nubi masukkan di Trit ini adalah Cerita si Hendra ama Tetangganya aja.

Okay brada..
 
---------------------------------------------------------

Cerita 92 – Rumah Kontrakan

Part 2

Paginya
aku bangun kesiangan, untungnya aku belum mulai masuk kerja, masih menunggu panggilan dari perusahaan pak Anton.
Kubuka jendela rumahku untuk melihat situasi sekeliling, sepi sungguh sepi.

Kubuka pintu rumahku, pikirku biar udara segar masuk ke dalam rumahku dan aku beranjak menuju kamar mandi.
Kubuka seluruh bajuku dan kusiram tubuhku dengan air dingin, uuh segarnya.

Saat aku mulai menyabuni tubuhku, terdengar suara perempuan memanggilku.
Samar-samar kuperhatikan suara tersebut, kupikir suara Siska, tapi bukan.

Akupun membilas sabun yang melekat di tubuhku dan bergegas mengambil handuk dan kulilitkan sekenanya di tubuhku..
segera keluar kamar mandi.

Tapi aku sungguh terkejut saat aku mau keluar dengan terburu.. aku menubruk seseorang di depan pintu kamar mandiku.
Aku pun terjatuh menimpa orang itu.

Setelah kagetku hilang, ternyata orang itu adalah perempuan yang sangat kukenal.
Ece Geulis tertindih olehku..! Dan yang lebih membuatku syok adalah .. wajahku terbenam di antara kedua buah dadanya..
yang saat itu hanya memakai tank top tali yang seksi.

Aku lantas berusaha bangkit berdiri dan membantu dia berdiri juga. “Maaf ya, Ece.. saya tidak lihat Ece di depan pintu..” pintaku.
“Iya, mas Ardi. Saya yang mestinya minta maaf karena masuk-masuk sampai ke sini.
Habisnya saya panggil-panggil kok gak ada sahutan, tapi pintu rumah kamu terbuka, jadi Ece masuk saja..” jawab Ece sambil tersipu.

Wuih.. cantiknya Ece Geulis ini.
Lama kupandangi wajah dan tubuhnya.. tak terasa penisku menegang karena teringat tadi saat wajahku terbenam di dadanya.

Saat itu aku masih tak menyadari kalau aku hanya pakai handuk..
handuk yang kupakai tidak dapat menutupi penisku yang saat itu sedang tegang.
Ece Geulis melirik penisku yang menjulang seakan ingin menembus keluar dari handukku. Wajahnya bersemu merah.

“Kenapa, Ece, koK muka Ece jadi merah gitu..?” Tanyaku masih belum menyadari.
Matanya memberi isyarat kepadaku untuk melihat selangkanganku hingga aku terkaget.

Saking groginya aku berusaha menutupi, tapi sialnya, mungkin karena tadi aku sempat terjatuh..
maka ikatan pada handukku kendor dan saat aku berusaha menutupi burung, eh malah handuknya terlepas.

Ups..! Terbukalah handukku dan terlihatlah penisku yang tegak seperti monas.
Ece Geulis sontak menjerit melihat pemandangan seperti itu.
“Aduh, Mas Ardi..!! Iihh.. malu atuh, Mas..” sambil berusaha menutupi wajahnya dan kulihat dia menelan ludahnya.

“Ups, maaf, maaf ya, Ece. Saya gak sengaja, gara-gara Ece sih ah, saya jadi malu nih..” jawabku sambil membereskan handukku.
“Kok gara-gara saya sih, mas Ardi..?” Jawab Ece.

“Kalau handuknya jatuh sih bukan gara-gara Ece, tapi ..”
“Tapi apa, Mas..?” Tanya Ece penasaran.

“Nggak ah, malu..” jawabku sekenanya.
“Apaan sih..?” Tanya Ece semakin penasaran. Karena dia mendesakku, akhirnya aku menjawab juga.

“Tadi waktu jatuh, muka saya jatuh di susunya Ece, trus..” jawabku ragu-ragu.
“Trus apa..?” Tanya Ece mengejar.

“Tadi kan Ece sempat melihat punyaku kan..?”
“Nggak kok..” jawabnya berbohong.

“Gede kan..?” Sambungku.
“Iya, gede banget..” jawabnya cepat dan spontan.
“Ups..!” Ece langsung menutup mulutnya.

Aku pun tertawa kecil melihat tingkah lucu dan wajah Ece yang memerah.
“Ya itu gara-gara susu Ece, punyaku jadi gede..” tambahku.

Bibirnya tersenyum dan rona wajahnya semakin memerah.
“Iihh, mas Ardi genit ah..” sambil beranjak ingin pergi.

“Eits, tunggu dulu, Ce. Tadi Ece mau ngapain panggil-panggil saya..?” Tanyaku.
“Iya, aku ada perlu sama mas Ardi, mau pinjam handphone untuk menelpon suamiku.
Handphone rusak, aku belum bisa ganti dengan yang baru, boleh kan..?”

“Boleh, tapi nanti. Saya anterin saja ke rumah Ece, saya mau pakai baju dulu, oke..?” Jawabku.
“Iya deh, aku tunggu di rumah ya, Mas..” sahutnya sambil melangkah keluar.

Akupun segera memakai baju dan celana pendekku dan segera ke rumahnya.. kesempatan emas ini tak boleh kusia-siakan.

Segera kuketok pintu rumahnya dan keluarlah si cantik Ece Geulis menyambutku.
“Silakan masuk, Mas..”
“Ya, terimakasih, Ce. Enak ya rumahnya, bersih. Gak seperti rumahku..” kataku.

“Ah, bisa aja. Mau minum apa, Mas..?” Tanya Ece lagi.
“Kopi juga boleh..” jawabku, pikirku biar aku bisa berlama-lama di rumahnya.

“Sebentar ya, aku siapin..” diapun masuk ke dapurnya.
Dari belakang kupandangi pantat perempuan ini, sungguh sangat menggairahkan, pikirku.

Tak lama dia keluar sambil membawa segelas kopi.
“Silakan, Mas, kopinya..” sambil merunduk dia menyuguhkan kopi di hadapanku.. dan aku terpesona oleh dua bukit kenyal..
yang seakan-akan ingin melompat keluar dari balik tanktop putihnya yang dihidangkan bersama kopiku.

Tapi sepertinya dia tidak menyadari kalau payudaranya sedang kuperhatikan. Dia duduk di sofa sebelah kananku dengan tenang.
“Oh iya, ini handphonenya, Ce. Katanya mau pinjam..” kataku sambil kuberikan HP-ku kepadanya.
“Oh iya, terimakasih, Mas..” dia mengambilnya dari tanganku.

Lama juga dia mengutak-utik HP-ku tapi tidak menelpon-nelpon.
“Kok belum nelpon juga, Ce..?” Tanyaku.
“Aku bingung pakenya, ini dikunci ya, Mas..?” Tanyanya.

“Oh iya, aku lupa bukain kuncinya. Sini aku bantu..”
Aku segera berdiri mendekatinya dan mengambil HP di tangannya..

Ece Geulis tetap duduk di kursinya dan aku berada di sebelah kanan atasnya.
Dari situ, aku bisa melihat dengan jelas payudara si Ece dan bra kremnya yang menyembul keluar.

Wow.. kesempatan ini tak boleh kusia siakan.
Segera kuaktifkan camera HP-ku dan mulai menjepret isi dari tanktop Ece.. sambil pura-pura seakan-akan kuncinya macet.
Lumayan banyak juga kuambil gambarnya. Hehe..

“Kenapa, Mas, susah juga ya..?” Tanyanya.
“Iya nih, tapi sekarang sudah bisa kok..” segera kuserahkan HP-ku kepadanya.

Ece Geulis pun segera menelepon suaminya, menanyakan kabarnya.
Dari pembicaraan mereka yang kudengar.. suami Ece dapat tugas jaga malam dan besok pagi baru bisa pulang.
Wajah Ece keliatan kecewa mendengar kabar itu.

“Ini, mas Ardi, terimakasih ya..” katanya.
“Sama-sama, Ce. Oh iya, HP Ece rusak apanya sih..? Boleh liat nggak..?” Tanyaku.
“Boleh, sebentar ya, Mas..” dia masuk ke kamarnya untuk mengambil HP-nya.

“Ini, mas, sering hank dan macet. Katanya kena virus..” sahutnya kemudian.
Kulihat HP itu sudah dilengkapi kamera dengan pixel yang lumayan besar dan memorinya juga besar.
“Ce, sebentar kuambil laptopku. Aku punya anti virus, siapa tau bisa..” kataku.

Tak lama aku kembali lagi sambil menenteng laptopku, dan mulai kunyalakan.
Pelan-pelan kukeluarkan memori card dari HP-nya dan kumasukkan ke dalam card reader, dan aku mulai memindai setiap data yang ada.
Akhirnya kutemukan salahsatu virus akibat penggunaan fasilitas internet di HP.

”Ini loh, Ce, penyebabnya..” kataku.
“Bisa diperbaiki..?” Tanyanya.
“Bisa, tapi data Ece harus dipindahkan dulu ke dalam komputerku, nanti diinstall ulang. Gimana..?” Tanyaku.
“Iya deh, pindahin dulu..” pintanya.

Aku segera mengcopy semua data yang ada di HP-nya dan menetralisir virus yang ada di datanya.
Saat memeriksa data, tak sengaja aku menekan folder image, dan keluarlah foto-foto milik Ece.

Yang membuat aku kaget adalah banyak sekali foto-foto Ece dalam keadaan telanjang dan saat berhubungan dengan suaminya.
Ece menyadarinya dan terkejut. “Mas Ardi, kok buka folder saya sih..?” Katanya sedikit marah.
“Waduh.. sory banget, Ce. Saya gak sengaja, maaf ya..” jawabku serba salah.

“Suami saya sih, nakal. Aku pikir foto-foto itu sudah dihapus olehnya, ternyata belum..” wajahnya memerah.
“Sudahlah, Ce, toh cuma saya yang melihat dan saya tidak akan menyebarkannya. Tenang aja, saya janji kok..” kataku.

“Tapi kan saya malu sama mas Ardi..” sahutnya serak.
“Kenapa mesti malu, orang fotonya cantik-cantik kok. Ece tuh cantik dan seksi tau..
saya aja kalau jadi suami atau pacar Ece pasti ingin mengabadikannya dalam bentuk foto, beneran loh..!” Belaku.

“Masa’ sih.. ih, apanya yang cantik dan seksi hayo..? Ih, jadi malu saya..” jawab Ece.
“Sini liat, saya tunjukan kecantikan Ece..” kutunjuk salahsatu gambar di laptop.

“Tuh liat payudara Ece besar dan tidak turun, tapi begitu montok, dengan puting yang begitu menantang.
Wajah Ece keliatan oriental, seperti orang Chinese.
Perut dan pantat Ece juga masih kencang.. tidak kelihatan seperti perempuan yang sudah punya anak..” tegasku.
“Ah, mas Ardi bisa aja..” ucapnya malu.

“Cuma sayang camera yang dipakai bukan kamera professional, jadi agak blur atau pecah.
Kalau pakai kamera prof pasti Ece kelihatan cantik sekali, seperti bidadari turun dari langit dalam keadaan telanjang, hehehe..” candaku.

“Ih.. mas Ardi nakal. Memangnya kalo pake kamera prof bisa lebih bagus hasilnya..?”
“Ya iyalah. Aku punya kamera seperti itu, Ece mau coba..? Sebentar aku ambilin ya..?”

Segera aku bangkit berdiri dan berlari balik ke rumah. “Duh, gak usah repot-repot, Mas..” sahutnya.
“Udah, gak apa-apa kok..” aku segera mengambil kameraku.

Sebentar saja aku sudah kembali. “Ayo, Ce, kita coba..” ajakku.
“Di mana ya mas tempat yang bagus..?” Tanyanya.

“Kalau mau foto telanjang sih bagusnya di kamar, Ce, hehehe..” candaku nakal.
“Ah, gak mau. Aku malu sama mas Ardi..”

“Kenapa mesti malu, kan saya sudah lihat semuanya, hehe. Lagian kan saya professional, Ce, gak bakal macam-macam kok..”
“Beneran nih..?” Ucapnya malu.
“Ya iyalah, emangnya becanda, kan Ece mau bedain nanti hasilnya..” kataku.

“Oke deh, yuk kita ke kamar. Untungnya anakku sedang kutitipkan di rumah neneknya..” katanya riang.
“Oh begitu, bagus donk..”

Kami sekarang sudah ada dalam kamarnya, aku pun berpura-pura seperti prof..
mulai membereskan kamarnya dan menyetelnya supaya keliatan bagus saat diambil gambar.
Ece Geulis keliatan berdiri mematung, pakaiannya belum ditanggalkan. Aku mendekatinya.

“Lha kok bengong, mau foto gak? Kalo gak mau ya sudah, gak usah kita lanjutkan nih..” kataku.
“Mas Ardi, aku takut dan malu. Kalo ketauan suamiku gimana..?” tanyanya.

“Hehe, dia pasti senang liat istrinya di foto cantik sekali. Lagian jangan dikasih tau kali..” sahutku.
“Ah, mas Ardi bisa aja..”

“Ayo donk, cepet dibuka bajunya. Apa perlu aku bantuin..?” sahutku.
“Huh, maunya tuh, hihi..” Ece mulai rileks dan tertawa.

Dia pun mulai membuka pakaian tanktopnya dengan membelakangiku, lalu celana pendeknya.
Saat dia mau membuka bra kremnya, terlihat dia kesulitan, keliatannya kancingnya macet. Aku menelan ludah melihat pemandangan itu.

“Perlu aku bantuin gak..?” Tanyaku.
“Boleh deh..” jawabnya, dan akupun mendekatinya.
Dengan tangan bergetar, kuraih kaitan bra krem tersebut, tapi masih sulit juga.

“Wah, gak bisa dibuka nih, Ce. Gimana neh..?’ Tanyaku.
“Diputusin aja deh, Mas. Tarik aja biar putus. Aku memang mau ganti bra ini dengan yang baru, sering macet begini..”

“Oke deh..” akupun mengerahkan tenagaku untuk memutuskan pengaitnya.
Mungkin karena tenagaku terlalu besar, kaitan terputus dan bra-nya terlempar ke lantai dengan keras.

Aku kaget bukan kepalang karena payudara Ece tersentak dan bergelantung sambil bergoyang-goyang dengan indahnya.
Wow.. sunggug luar biasa. Ternyata melihat dari dekat seperti ini semakin membuat penisku menegang dengan dahsyatnya.

“Mas Ardi, biar adil, mas fotonya juga sambil telanjang donk..” pinta Ece.
“Ah, gak mau ah. Aku malu. Sudah, Ece aja..” jawabku pura-pura.

“Gak, aku gak mau difoto telanjang sendirian..”
sahutnya sambil kedua tangannya yang kecil berusaha menutupi kedua payudaranya yang besar.

“Oke-oke..” sahutku kemudian, aku pun mulai membuka bajuku.
Saat kubuka celanaku, terlihatlah torpedoku yang tegak menantang.

Kulihat Ece terus memperhatikan torpedoku yang besar dan berukuran di atas rata-rata itu, kulihat dia menelan ludah.
“Mas.. anunya gede ya..?” katanya.
“Anunya apaan, Ce..?” tanyaku pura-pura.

“Itu tuh..” sambil tangannya menunjuk ke batangku.
“Oh ini, kan ada namanya, Ce. Ini namanya kontol, hehe..” kataku vulgar.

“Ih, mas Ardi ngomongnya kotor..”
“Kotor tapi mau kan? Mau pegang, mau cium atau mau jilatin, hehe..” candaku.
“Ih, mas Ardi nakal nih..” ia berjalan mendekatiku dan tangannya mencubit dadaku.

“Kok cubitnya di dada..? Kenapa gak di kontolku saja..?”
Kutangkap tangannya dan kuarahkan ke arah kontolku yang sudah mengeras tajam.

Lama juga tangannya mengelus-elus kontolku. Tanganku pun mulai bergerilya menuju payudara dan pentilnya..
kuremas-remas pelan kedua bukit kembar itu.
Mata Ece terpejam, kulihat dalam posisi ini Ece jadi sangat cantik sekali. Jadi kameraku pun mulai bekerja.

“Kok kontol saya cuma dielus-elus aja, gak mau dicium, Ce..? Gak suka ya..?” Tanyaku.
“Ehm.. memangnya mas Ardi mau aku isepin..?” Tanyanya.
“Mau donk..” siapa juga yang bisa nolak.

Perlahan dia berjongkok di depan kontolku. Ece sempat kaget karena kontolku begitu besar, mulutnya hampir tak muat.
“Mas Ardi, anunya gede banget sih..” bisiknya sambil terus menjilati batang kontolku.

“Itu namanya kontol, Ce, bukan anu..!”
“Iya.. kontol mas Ardi gede banget..” setengah berteriak dia mengucapkannya.

“Suka ya..? Sama kontol suamimu gedean mana..?” Tanyaku.
“Aku suka kontol gede, Mas. Suamiku saja yang jadi Satpam kalah besarnya, ini mah cuma bisa disamakan dengan tongkat satpam.
Gak kebayang kalo masuk ke lubangku..” lanjutnya.

Saat dia mengulum dan mencium kontolku, aku mengambil foto-fotonya. Seksi sekali nih perempuan.
“Berarti sekarang istrinya Satpam kena sodok sama pentungan Satpam donk, hehe..” candaku.

“Iya, Mas. Please, sodok aku dengan pentunganmu..”
“Mau posisi apa..?” Tanyaku.

“Aku mau nungging, Mas. Kelihatan seksi kalau dilihat di kaca..” katanya, memang di depan kami ada sebuah cermin besar.
“Ayo, Mas!” rengeknya.

Aku pun mulai menyodok Ece yang saat itu sudah menungging. Agak sulit memasukkannya karena ukuran penisku yang lumayan besar.
Tapi dengan bantuan ludahku.. akhirnya kutembus juga lubangnya Ece.

Dengan napas tertahan, dia memintaku untuk tidak menggenjotnya dulu.
Setelah lima detik, aku merasakan liangnya Ece mulai licin, dan pelan tapi pasti aku mulai menggenjotnya.

“Auw.. ahh.. sssh.. ach.. terus, mas Ardi, ya terus..” kata-katanya meracau.
“Uuh.. enak sekali memekmu, Ce. Memek begini nih paling enak dientot dari belakang..” aku juga meracau keenakan.

Kira-kira ada 30 sodokan kulakukan, keliatan teriakan Ece semakin menggila.
“Ah ah ah.. ssssh.. oh, mas Ardi, aku mau keluar.. terus, Mas.. entot aku yang dalem..” pintanya.

Sengaja kutahan laju sodokanku, biar dia tambah penasaran.
“Mas Ardi, ayo donk.. entot lebih cepat dan dalam.. aku sudah mau keluar nih..” rengeknya.

Sengaja aku berbuat lebih nakal, kutarik kontolku keluar dari memeknya. Aku mau tau reaksinya.
“Aaaah.. mas Ardi, jangan dikeluarin donk kontolnya, aku sedikit lagi mau keluar nih. Please, masukin lagi..” rengeknya.

“Aku mau masukin, tapi aku mau foto-foto kamu dulu saat kamu lagi habis-habisan terangsang.
Ayo, pose memelas seperti tadi, kamu berbaring di ranjangmu..” kataku.

”Oke deh, apapun asal nanti masukin lagi ya..?” rengeknya.
“Iya pasti, kan kita mau dapat posisi yang bagus..” kataku.

Mulailah dia berpose di ranjang dengan wajah dan tubuh sedang mengalami horni berat.
Uuh, sumpah deh, wanita akan cantik sekali saat difoto dalam keadaan begini.

Setelah puas mengambil gambar, kurebahkan dia dalam posisi terletang..
kontolku yang masih tegang segera kuarahkan ke lubang memeknya.

Tubuh Ece bergetar hebat saat aku kembali menusuknya. Memeknya seakan ingin mencengkramku.
Akupun terus menyodok dan menyodok.
Tak lama Ece berteriak, “Mas Ardi, aku keluaaaaar.. uohh nikmatnyaaaa.. terus entot aku, Mas.. biar cairanku keluar semua..” rintihnya.

Aku terus menyodok, entah sudah berapa kali Ece orgasme.. akhirnya akupun meledak, tubuhku bergetar hebat.
Tadinya hendak kutarik kontolku saat spermanya mau muncrat, tapi kaki Ece menjepit pinggangku.

“Sudah.. masukkan saja, Mas. Aku lagi gak subur kok, gak apa-apa.
Lagian aku mau merasakan semburan sperma dari kontol mas Ardi yang gede. Ternyata enak banget, hangat sekali..” rintihnya.

“Uuuuooohh.. Ece, aku keluuuuaaar.. rasakan pejukuuuu.. ahhhh..!” Lenguhku sambil terus kugenjot kontolku di dalam memeknya..
dan akhirnya akupun rubuh karena kecapekan.

Sambil terengah-engah, kami berbaring telanjang bersama-sama di ranjang.
“Wow, mas Ardi luar biasa. Kontol mas enak banget deh, terasa penuh di lubangku. Memekku aja masih terasa longgar dan senut-senut..”
Puji Ece.

“Begitu ya, Ce.. Ece cantik sekali kalau telanjang bulat seperti ini.. coba aku jadi suamimu..
aku akan menyuruhmu tidak pakai baju bila di rumah. Uh, indahnya..” kataku sambil kuperhatikan seluruh lekuk tubuhnya.
“Ah, Mas.. jangan liatin aku seperti itu dunk, aku jadi malu..” sahutnya.

Kamipun beristirahat sambil berpelukan mesra. Sampai akhirnya aku pamit mau pulang karena kurasakan lapar sekali.
Sesampainya di rumah, akupun segera makan dengan lahapnya.
Pikirku, aku harus menjaga staminaku karena sekarang aku harus kuat melayani dua orang wanita yang menurutku haus akan seks.

Selesai makan, aku segera istirahat.
Sudah dua hari ini aku bertempur dengan dua wanita yang sudah bersuami.. hingga kurasakan tubuhku letih sekali.
Tapi baru lima menit aku tertidur.. aku mendapat kiriman SMS dari Siska..
Ia menanyakan aku ke mana karena tadi siang dia ke tempatku tapi aku tidak ada.

SMS itu tidak kujawab, aku harus istirahat dulu, pikirku.
Dan aku punya rencana akan menghilang selama tiga hari untuk membuat mereka berdua penasaran.
Berpikir seperti itu, akupun tertidur dengan pulasnya.
---------------------------------------
 
Terakhir diubah:
----------------------------------------------------------

Cerita 92 – Rumah Kontrakan

Part 3

Jam
sembilan malam, kembali aku menyusun siasat.
Segera aku naik ke atas bubungan atap rumahku untuk melihat gerak-gerik Siska dan Ece Geulis.
Tepat di atas atap rumah Siska, kuperhatikan pasangan pengantin yang baru berusia tiga minggu itu sedang bercumbu dengan mesranya.

Tapi lagi-lagi kulihat Pak Anton tak sanggup untuk melayani hasrat istrinya.. ia cepat sekali orgasme.
Dengan wajah kecewa Siska terbaring telanjang di samping suaminya.

“Maaf ya, Sis. Aku capek banget hari ini.. mana besok aku harus pergi ke kantor pagi-pagi sekali.
Kantorku sedang diaudit kantor pajak.. jadi bosku mau aku mengurus hal ini dengan sebaik-baiknya..” kata Anton.
“Iya, nggak apa-apa..” jawab Siska memaklumi.

“Oh iya, Mas, ngomong-ngomong si Ardi kapan dipanggil ke kantor kamu..?” Tanyanya.
“Tadi siang sih CV dia sudah aku serahkan ke bos, mungkin minggu depan dia dipanggil sama bos. Memangnya kenapa, Sis..?”
Tanya Anton.
“Nggak apa-apa, siap-siap aja kalau ditanya sama dia..” jawab Siska.

Di atas atap.. aku tertawa geli. Sepertinya Siska kebingungan karena aku tidak jawab SMS darinya..
mungkin dia pikir tadi siang aku sudah mulai kerja.
Hehe.. kangen nih ye sama kontolku..? Ternyata rencanaku untuk membuat dia penasaran berhasil hari ini.

Akupun beranjak menuju atas rumah Ece Geulis.. dan di situ kuperhatikan Ece Geulis sedang tertidur pulas..
dengan hanya menggunakan kaos dalaman yang tipis dan berenda pada bagian dadanya.

Kulihat dia hanya menggunakan CD saja, tapi tidak mengenakan bra.. seksi sekali dia.
Di sampingnya.. anaknya juga sedang tertidur pulas. Malam ini suaminya tidak pulang.
Akupun turun dari atas atap rumah dan segera tidur.

Kira-kita jam sebelas malam kembali kudapatkan SMS dari Siska.
“Ardi, kamu ke mana aja, kok SMS dari aku gak dibalas..? Kamu marah sama aku ya..?”
Aku menahan diri untuk tidak menjawabnya, dan kembali melanjutkan tidurku.

Pagi-pagi sekali aku segera bangun, hari ini aku punya rencana seharian untuk pergi ke Glodok membeli camera pengintai..
karena pikirku akan sangat berbahaya kalau aku terus-terusan naik ke atap rumahku.
Segera kutuntun Honda CBR-ku menjauh dari kontrakan agar suaranya tidak terdengar.

Seharian kuhabiskan waktuku untuk mencari camera pengintai terbaik..
setelah kudapatkan, akupun pergi ke toko obat Chinese untuk mencari ramuan obat untuk memelihara staminaku.
Jam 18.30, aku pun kembali ke kontrakanku.

Setelah selesai mandi dan makan..
aku mulai menjalankan rencanaku untuk memasang camera pengintai di atas rumah Siska dan Ece Geulis.

Lumayan lama juga aku memasangnya.. karena harus berhati-hati dan ada beberapa tempat yang kupasang..
seperti kamar utama.. kamar mandi dan ruang tamu.. baik rumah Siska maupun rumah Ece Geulis.
Semuanya kubuat rapi agar tidak sampai ketauan.

Kira-kira jam sembilan malam pekerjaanku selesai, dan saatnya menyaksikan gerak-gerik mereka pada komputerku.
Malam ini aku senang sekali karena kualitas gambar yang kudapatkan sungguh jernih..
juga kameraku dapat kugerakkan untuk mengambil posisi yang kuinginkan.
Dan yang membuatku lebih senang lagi adalah malam itu aku dapat menyaksikan adegan percintaan mereka dengan santai di rumahku.

Sekarang ini aku tengah melihat Ece Geulis sedang digumuli oleh suaminya.
Tapi sama saja dengan Siska.. biarpun suami Ece Geulis punya stamina lebih baik..
tetap saja kulihat wajah Ece Geulis tak dapat menyembunyikan kalau dia kurang berhasrat.

Yang lebih parah lagi Siska.. malam ini ia tidak disetubuhi oleh suaminya..
Karena kudengar suasana hati suaminya sedang tidak baik. Hari ini laki-laki itu ditegur oleh bosnya sebab ada kesalahan.
Kulihat wajah Siska kelihatan sedih dan kecewa. Suaminya kulihat tertidur pulas, sedang Siska kuperhatikan kelihatan gelisah.

Kira-kira jam 22.30.. kuliat Siska mengambil handphonenya.
Aku menebak sebentar lagi pasti aku mendapat kiriman SMS. Dan benar saja.. dia mengirimiku SMS.

“Ardi, kamu menjauhiku ya..? Katanya kamu sayang sama aku, tapi kok tidak pernah membalas SMSku..?”

Aku tidak membalasnya.
“Kalau kamu tidak mau jawab, ya sudah.. kita nggak usah ketemuan lagi seterusnya..” lanjutnya mengancam.

Sengaja aku tidak menjawabnya selama lima menit.. baru kemudian kubalas.
“Sorry, Sis. Aku bukannya tidak mau menjawab, tapi aku nggak tau kalau kamu SMS.
Battere handphoneku rusak dan seharian ini aku ke Roxy untuk cari battere.. tapi agak sulit karena model tersebut sudah tidak keluar.
Tapi aku akhirnya dapat juga biarpun mahal. Maaf ya, Sis. Emang ada apa..?”
Jelasku.

Hehe, ngambek nih ye. Mana bisa aku gak ketemu lagi sama kamu, Sis. Aku kan belum puas sama tubuhmu.. pikirku.

“Oh gitu, sorry ya. Kupikir kamu menjauhi aku setelah kejadian kemarin malam..” jawab Siska.
“Aku nggak mungkin menjauhimu, Sayang.. karena aku masih belum puas sama kamu.. tubuhmu kan belum ku-explorasi, hehe..” candaku.

“Dasar.. memangnya aku tambang minyak..? Huh..!” Balas Siska.
“Bukan tambang minyak, tapi tambang nikmat. Sudah siap ku-explorasi..? Hehe..” candaku lagi.

“Tambang nikmatku sudah siap di-explorasi dari kemarin, penambangnya aja sombong gak mau jawab undanganku..” balas Siska.
“Nanti aku cari penambang yang lain loh..!” sambungnya.

“Mana ada penambang yang ahli seperti aku, Sis..?
Kalau kamu cari penambang lain, aku batalkan kontrak kerjasama kita loh, hehe
..” balasku.
“Waduh, jangan donk, Ar. Soalnya susah cari penambang yang punya peralatan besar seperti punyamu, hihi..” jawab Siska.

“Jadi kapan nih mau di-explorasi..?”
Tanyaku.
“Malam ini bisa..! Aku ke tempatmu ya..?” Tanya Siska.

“Oke, tapi kurang seru kalau di rumahku. Aku ada ide seru nih, gimana kalau di rumahmu aja..?”
Ajakku.
“Gila..!! Nekat kamu, Ar..! Kamu mau kita ketauan..! Gak ah..!” Balas Siska.

“Justru itu yang bikin seru.. orgasmenya pasti lebih pol deh, hehe. Aku ke sana ya..?” Jawabku.
“Jangan, Ar, aku nggak mau..” balas Siska.

Aku tak membalas SMSnya. Kuperhatikan dari layar monitor.. dia nampak gelisah sekali.. dan segera beranjak keluar dari kamarnya.

“Mau ke mana, Mah..?” Tanya Anton setengah terlelap.
“Aku mau minum, Pah, haus sekali. Udah, papa tidur aja..” jawab Siska.
“Ehmm, iya..” balas Anton sambil melanjutkan tidurnya.

Akupun segera keluar dari rumahku dan menuju pintu rumah Siska.
Kulihat di jendela wajahnya mengintip dari balik kain korden.. tangannya melambai menyuruhku untuk pergi.

Tapi aku tetap berkeras ingin masuk.. hingga akhirnya Siska terpaksa membuka pintunya.
“Gila kamu, Ar. Nanti kalau ketauan gimana..?” Kata Siska berbisik.
“Justru kita harus ahli dalam hal ini, mau terima tantanganku gak..?” Balasku berbisik.

“Ehm, tapi..” jawab Siska ragu.
“Udah, nggak usah kelamaan, yuk kita ke kamar mandimu..” ajakku sambil merangkulnya.

“Oke deh, tapi kita jangan sampai ketauan ya..” jawab Siska.
“Pastilah..” aku mengangguk mengiyakan.

Kamipun beranjak menuju kamar mandinya.. untung kamar mandi itu cukup luas untuk kami berdua.
Segera kubuka baju Siska dengan penuh nafsu.. payudaranya yang bulat ranum langsung keluar..
karena dia sudah tidak memakai bra dan celana dalam.. sejurus kuperhatikan tubuhnya.

”Kamu seksi dan menantang sekali, Sis. Sudah siap ku-explorasi..?” Tanyaku sambil memijit tonjolan putingnya.
“Ayo cepat, Ar. Jangan berlama-lama, nanti kalau suamiku bangun gimana..?”

Siska membantuku membuka pakaianku, dan tanganku mulai meremas-remas payudaranya.
Kamipun berpagutan mesra.

“Duh, aku kangen sama susumu, Sis. Sudah dua hari aku nggak netek..”
kataku sambil mendekatkan bibir untuk mengisap susunya yang montok.

“Auw, pelan-pelan, Ar.. jangan nafsu begitu donk. Aku juga kangen sama batangmu, boleh kuciumi..?”
Balas Siska sembari berjongkok di depanku dan mulai mengelus-elus lalu menjilati batang kontolku.

“Ehm.. akan kubuat kau keenakan, Ar..! Rasakan..” kata Siska sangat bernafsu sambil menjilati kepala kontolku.
“Ooh.. Sis, kamu makin ahli aja. Terus, Sis, lidahmu enak sekali..!” Seruku lirih sambil tanganku kembali memainkan pentilnya.

Saat dia tengah asyik bermain dengan kontolku.. tiba-tiba terdengar pintu kamarnya dibuka dan ada langkah kaki mendekat.
“Sis, kamu sedang di kamar mandi..?” Tanya Anton dari luar.
“I-iya, Pah. Perutku mules nih, gak tau kenapa, mungkin salah makan..” jawab Siska berbohong.

“Oh gitu, aku pikir kamu ke mana. Tapi kamu nggak apa-apa kan..?” Tanya Anton lagi.
“Aku nggak apa-apa kok, Pah. Papa tidur aja lagi, nggak usah kuatir..” jawab Siska.
“Oke deh..” jawab Anton kemudian. Terdengar langkah kakinya menjauh, dan pintu kamar yang ditutup kembali.

Huft.. Kamipun bernapas lega. “Tuh, kataku apa..!? Bisa bahaya tau..!” Sahut Siska berbisik.
“Ah.. cuma gitu aja, nggak apa-apa. Tapi seru kan..? Hehe.. ayo lanjutkan dong..” balasku.

Kembali Siska melanjutkan mengoral kontolku.. biasanya dia betah melakukannya..
tapi karena saat ini khawatir suaminya curiga, dia segera minta untuk kusetubuhi.
Kuminta Siska untuk duduk di bak mandi sambil melebarkan kedua kakinya.

Akupun langsung memasukkan kontolku ke dalam memeknya dan pelan tapi pasti mulai kugenjot tubuh montoknya.
Mata Siska terpejam-pejam menikmati setiap sodokan dari kontolku dan dari bibirnya keluar suara mendesis pelan.

Hampir sepuluh menit aku menggenjotnya dan mulai ada tanda-tanda dari Siska kalau dia mau orgasme.
Tapi saat aku lagi asyik berkonsentrasi..
tiba-tiba kembali terdengar pintu kamar yang dibuka dan langkah kaki Anton yang berjalan mendekat.

“Masih belum selesai, Sis..? Kok lama amat..?” Tanya Anton mulai curiga.
“I-iiya nih, Pah, susah keluarnya, mules banget perutku. Udah, papa tidur aja sana..” jawab Siska cepat.

Sementara dia berbicara.. terus saja kugenjot tubuh mulusnya.
Tangan Siska mencengkram lenganku, meminta untuk berhenti.
Tapi tak kulakukan, malah makin kugenjot tubuh sintalnya.

“Uuuh.. perutku cuma mules tapi belum mau keluar.
Sssh.. udah, Papa sana gih tidur, mungkin aku akan minum pencahar saja biar mudah buang airnya.. uuhh..!”
Jawab Siska sambil menahan nikmat dari gesekan batang kontolku di liang vaginanya.

Saat itu Anton tidak tau kalau di dalam, istrinya sedang mengejang nikmat karena akan orgasme akibat tusukan kontolku. Hehe..

“Ughhh.. a-aku mau keluar..” rintih Siska lupa mengontrol dirinya.
“Kamu tuh sedang apa sih, buang air atau sedang apa..?” Tanya Anton heran.

“Aku lagi buang air, Pah. Akhirnya keluar juga.. lega dan enak rasanya. Pantesan aja susah, itunya besar sih..” kata Siska berdalih.
“Ih.. jorok ah.. mending aku tidur aja daripada nungguin kamu..” sahut Anton sambil berjalan menjauh.

“Lagian sudah dibilang tidur aja, nggak mau. Syukurin, hihi..” kata Siska.
Ia segera berpura-pura mengambil air seolah-olah ingin menyiram kotorannya.

Sementara dari depan, aku terus menggenjot tubuh mulusnya. Keadaan tadi semakin membuatku bernafsu.
Setelah hampir sepuluh menit, akhirnya aku meledak.

Segera kutarik kontolku dan kuarahkan ke mulut Siska, kupaksa dia untuk menelan spermaku.
Awalnya dia tidak mau, tapi terus kupaksa.

Kubuka mulutnya agar mengulum kontolku, dan akhirnya saat orgasme muncratlah spermaku ke dalam mulutnya.
Crott.. crott.. crott.. crott.. “Telan pejuku, Sis. Aaaaah..!!” Rintihku melepas nikmat.

Siska pun dengan terpaksa menelannya dan menjilati sisanya yang menempel di batang kontolku.
“Iihh.. kamu nakalin aku ya, jahat..!”
Manja Siska sambil terus menjilat kontolku hingga kembali bersih dan licin.

Kamipun berciuman dan berpelukan mesra. “Kamu hebat, Sayang..” kataku berbisik.
“Kamu juga hebat, Ar, sudah berhasil menyetubuhi aku di depan suamiku. Nakal sekali kamu..!” Ia mencubit puting susuku.

“Tapi tadi kamu menikmatinya kan, Sayang..?” Tanyaku masih dengan suara lirih.
“Aku sangat menikmati, Ar. Campur aduk sekali perasaanku tadi waktu hampir orgasme suamiku datang..
hebat kamu membuatku seperti ini..” balasnya dengan juga berbisik.

“Sudah puas..?” Tanyaku lagi.
“Sebenarnya mau lagi, tapi nanti bisa bahaya. Sebaiknya kamu segera pulang, Ar..”

Kami pun dengan hati-hati keluar dari kamar mandi dan Siska mengantarku hingga ke depan pintu rumahnya.
Sebelum berpisah kucium lembut bibirnya yang basah.
“Met jumpa lagi, Sayang. Tidur nyenyak ya..” bisikku mesra. Siska melepas kepergianku dari balik korden.

Sesampainya di rumah, aku masih menyaksikan Siska dan suaminya bercakap-cakap.
“Sudah enakan, Mah..?” Tanya Anton tanpa curiga.

“Sudah, Pah, sudah lega..” jawab Siska.
“Sebenarnya tadi kamu buang air atau lagi apa sih..?” Tanya Anton menyelidik.

“Sebenernya aku.. emm, aku.. tapi papa jangan marah ya.. janji ya..?” Kata Siska.
“Iya, kamu lagi apa sih..?” Tanya Anton lagi.

“Aku tadi sedang melakukan itu, Pah..” jawab Siska pelan.
“Itu apa, Sis..?” Tanya Anton penasaran.

“Ini juga gara-gara Papa sih..” rengek Siska.
“Kok gara-gara aku..?” Tanya Anton bingung.

“Iya, Papa nggak sentuh-sentuh aku, padahal aku tadi lagi kepingin banget.
Tapi lihat Papa kecapekan gitu, aku jadi gak tega untuk meminta. Ya sudah, terpaksa aku melakukan itu..” kata Siska.

“Oh, kamu mastubasi..?” Tebak Anton.
“Hihi.. iya, Pah. Tadi waktu aku teriak mau keluar itu, yang kumaksud bukan kotoranku.
Tapi aku sedang orgasme hebat. Papah ganggu aku aja tadi..!” Kata Siska.

“Kamu sudah biasa berbuat itu ya..?” Tanya Anton.
“Nggak, Pah, cuma sesekali aja, kalau pas lagi pengen banget..” jawab Siska.

“Darimana kamu tau caranya..?”
“Aku baca di majalah kesehatan wanita. Aku kan harus menemukan solusi untuk masalah kita ini.
Emang kenapa, Papah nggak suka ya..?” Tanya Siska.

“Bukan begitu, aku nggak apa-apa kok. Yang aku bingung, kalau kamu masturbasi, kamu bayangin siapa, Sis..?
Aku..?” Tanya Anton menyelidik.

“Nggak mau..! Abisnya Papah jahat nggak mau sentuh-sentuh aku..” balas Siska.
“Lalu siapa donk kalau bukan aku..?” Tanya Anton.

”Papah beneran pengen tahu..?”
Anton mengangguk. ”Katakan, Sis. Aku nggak akan marah kok. Ini kan kesalahanku juga..”

“Emm.. aku.. aku.. b-bayangin.. Ardi, Pah..” jawab Siska jengah.
”Kenapa Ardi..?” Tanya Anton, masih kelihatan tenang.

”Habisnya dia ganteng sih, hihi..” jawab Siska spontan.
“Aku nggak ganteng ya..?” Tanya Anton agak sedikit marah.

“Cemburu nih ye..?” Siska tertawa.
”Aku serius, Sis..” Anton merajuk.

”Iya, iya. Aku bohong kok. Ya pasti bayangin Papahlah, masa sama Ardi..” jawab Siska menenangkan.
“Dasar nakal kamu ya..!” Kata Anton sambil tangannya meggelitik tubuh Siska.
Merekapun tertawa bersama-sama.

Tengah malam, aku dapat SMS lagi darinya.
“Ar, gawat lho tadi, hampir aja kita ketauan.. untung aku bisa menjawab semua pertanyaan suamiku.
Kamu sih nakal banget pake acara ngentotin aku di depan suamiku.
Tapi btw, seru juga sih. Kamu hebat ya.. kutunggu aksimu selanjutnya.
Oh iya, cicilan pertama sudah lunas ya, aku sudah terima pembayarannya. Terimakasih ya, Ar
..”

Sengaja aku tidak membalasnya. SMS yang kedua menyusul tak lama kemudian.
“Oh iya, besok kan hari minggu, mas Anton kan libur.. lebih baik kita jangan ketemuan dulu deh.. aku khawatir akan ketauan.
Oke..? See u next week..”


Di kamarku aku berkata.. ”Asyik juga nih cewek, sudah cantik, seksi, pintar lagi. Jadi tambah sayang gue sama dia.
Tunggu petualangan dariku selanjutnya, Sis. Kamu pasti tambah nggak bisa lupain aku..”
---------------------------------------------------
 
Rumah kontrakan versi lengkap punya gs gan? Soalnya yg part 13 kok berasa nanggung
 
----------------------------------------------------------

Cerita 92 – Rumah Kontrakan

Part 4

Besok
paginya, aku bangun dengan tubuh yang segar. Ah.. aku mau cuci motorku, ah.. pikirku.
Dan aku ada ide nakal; aku akan bertelanjang dada dan hanya menggunakan celana pendek ketat..
yang biasa dipakai untuk balap sepeda.. pasti kontolku akan tercetak dengan jelas.
Hahaha.. Pasti dua perempuan itu akan ngiler bila melihatku.

Segera kulakukan aksiku.
Sebelum keluar.. aku melakukan push up dan angkat beban sebentar biar keringat dan ototku yang kencang terlihat menonjol.
Memang aku sangat menyukai dan biasanya sering melakukan olahraga balap sepeda dan angkat beban..
sehingga otot pahaku menonjol dan tubuhku terbentuk sempurna.

Setelah kurasakan otot tubuhku mengencang dan keringatku mengucur deras membasahi tubuh..
segera kukeluarkan sepeda motorku dan kuparkir di halaman depan rumahku.

Kulihat sekeliling.. ternyata masih sepi. Saat itu masih jam 7.30 pagi. Akupun mulai mencuci motorku.
Oleh karena siraman dari selang tidak terarah dengan tepat.. maka tubuh dan celana pendekku basah tersiram.
Ahh.. Sial..! Pikirku.

Tapi kupikir-pikir justru dengan begitu kontolku jadi semakin terlihat tercetak pada celana pendekku. Hehe..
Kondisi ’tidur’ saja kontolku mempunyai panjang 10 cm..
nah bisa kebayang kan kalau kontol dengan ukuran segitu terjepit celana pendek yang tipis dan ketat.. hehe.

Aku terus mencuci. Ternyata tanpa sepengetauanku.. ada sepasang mata yang mengawasiku..
dan ternyata.. itu bukan Siska ataupun Ece Geulis.

Tak lama muncullah seorang wanita cantik keluar dari rumah kontrakan sebelah rumah Ece Geulis..
dan berjalan hendak keluar dari gang kontrakan yang pastinya melewatiku.

Kira-kira jarak lima meter.. aku pura-pura berdiri dengan tegak.. sengaja ingin memamerkan tubuh dan batangku yang menonjol.

Tepat di depanku, gadis itu menyapaku.. ”Pagi, Mas Ardi..” katanya ramah.
“Oh iya.. selamat pagi juga. Lho.. kok tau nama saya..? Padahal kan kita belum kenalan..?”
Kataku sambil kuberikan tanganku untuk bersalaman.

“Saya Paramitha.. panggil saja Mitha. Saya adiknya Ece Geulis, Mas. Kebetulan saya juga ngontrak di sebelah rumah Ece..”
jawab gadis yang ternyata bernama Mitha itu.

“Oh gitu.. aku nggak tau kalau Ece punya adik perempuan.. apalagi cantik begini..” rayuku.
“Ah.. Mas Ardi bisa aja..” balas Mitha dengan wajah bersemu merah.
Kuperhatikan dia melirik ke arah celanaku.. tapi cepat-cepat ia palingkan begitu melihat apa yang ada di sana.

“Beneran cantik kok.. Mitha mau ke mana..?” Tanyaku.
“Oh, aku mau ke warung depan, Mas. Mau beli sabun buat mandi.. di rumah habis..” jawabnya.

“Jadi belum mandi ya..?” Tanyaku iseng.
”Iya..” dia mengangguk.
“Belum mandi aja sudah cantik begini.. apalagi kalau mandi, hehe..” rayuku sambil tersenyum.

”Daripada beli sabun buang-buang uang, mendingan sini aku bantu mandiin bareng sama motorku.
Tuh aku juga pakai sampo bagus buat mandiin motor, hehehe..” candaku sambil mengarahkan selang yang ada di tanganku ke tubuhnya.

“Ih.. jangan donk, Mas.. nanti kalau kena bajuku kan basah..!?” Kata Mitha sambil menghindar.
“Bukannya takut basah kali.. tapi takut tambah seksi, hehe..” balasku sambil sedikit kusemprotkan air pada tubuhnya.

“Iiih.. Mas Ardi nakal ya.. basah atuh, Mas, bukannya seksi..!” Jawabnya.
“Nggak kok.. tuh kan jadi seksi..” kutunjuk baju kaos putihnya yang basah tersiram di bagian dadanya.

Kulihat dia menelan ludahnya dan wajahnya begitu merah.. sementara tangannya dengan cepat berusaha menutupi buah dadanya.
“Iihh.. nakal banget Mas Ardi ini.. nanti aku cubit loh..” balas Mitha.

“Memangnya berani..? Ini cubit..!” Tantangku sambil menyodorkan dadaku ke dekatnya.
“Udah donk, Mas.. Mitha kan mau ke warung..” rengeknya.

“Emangnya kamu mau beli sabun apa sih..?” Tanyaku.
“Aku mau beli sabun Pantene, Mas..” jawabnya.

“Sama donk sabunnya. Udah nggak usah beli, aku masih ada stok banyak, kamu pakai aja punyaku.
Sini aku siram lagi..” kataku sambil kembali menyiram tubuhnya.
“Udah donk, Mas. Tuh kan, aku jadi basah semua nih..” rengek Mitha.

“Oke deh. Tunggu sebentar ya, aku ambilkan sabunnya. Masuk dulu, Mith, duduk dulu aja, tuh di sofa..” jawabku.

Aku lantas masuk ke rumahku untuk mengambil sabun.. Mitha mengikutiku masuk ke ruang tamuku dan duduk di sana.
Tak lama aku keluar lagi sambil membawa sabun dan berjalan mendekati Mitha..
yang sedang duduk sambil membaca majalah kesehatan lelaki yang ada di mejaku.

“Hei, itu kan buat laki-laki, Mit..” kataku sambil berdiri di depannya.
“Oh iya..? Sory.. Habis isinya bagus-bagus, Mas..” jawab Mitha sambil menaruh majalah kembali di meja.

Dia pun terkejut saat mendongak.. matanya tertumbuk tepat pada tonjolan besar yang tercetak di celana pendekku.
Wajahnya langsung merah padam.. dia bergegas bangun dari duduknya lalu mengambil sabun yang ada di tanganku.

“Makasih ya, Mas, aku bayarin deh..” kata Mitha dengan wajah masih memerah.
“Nggak usah, Mit. Mau sekalian aku mandiin gak..? Hehe..” tanyaku nakal.
“Ihh.. Mas Ardi nakal banget sih. Udah ah, aku mau pulang..” jawab Mitha, diapun segera bergegas keluar dari rumahku.

Kupandangi dari belakang tubuhnya.. tak disangka, ternyata adik Ece Geulis sangat cantik dan montok.
Payudaranya menonjol sekali.. dan kulitnya lebih putih dari kakaknya.. kalau pantatnya sama-sama menonjol.
Wah.. bisa betah aku tinggal di sini. Kataku dalam hati.

Selanjutnya aku pun keluar lagi dan melanjutkan mencuci motor.
Sedang asyiknya membilas.. dari arah samping kananku ada suara lelaki yang menyapaku. Oh, ternyata Mas Anton.

“Lagi mandiin motor, Ar..?” Tanyanya.
“Iya nih, Mas, udah keliatan dekil banget..” jawabku.

Kami pun terlibat pembicaraan serius masalah pekerjaan..
dia memintaku untuk berhati-hati bekerja agar tidak melakukan kesalahan karena ini menyangkut nama baiknya.
Kulihat mata Mas Anton juga memperhatikan tonjolan yang ada di celana pendekku. Mungkin dia iri.. hehe..

Akupun selesai memandikan motorku dan Mas Anton juga sudah kembali masuk ke dalam rumahnya karena Siska memanggilnya.
Kulihat sebelum masuk.. Siska menelan ludahnya dan melirik kepadaku dengan tatapan penuh nafsu.

”Asyik juga tuh perempuan, sudah cantik, seksi, pintar lagi. Jadi tambah sayang gue sama dia.
Tunggu petualangan dariku selanjutnya, Sis.. kamu pasti tambah nggak bisa lupain aku..” gumamku setelah di dalam rumah.

Hari senin, aku dipanggil untuk interview di kantor Mas Anton. Singkat cerita akupun diterima.
Aku bekerja mulai besok. Selasa pagi.. aku berangkat memakai motorku.
Seharian aku sibuk bekerja hingga tak terasa kalau hari sudah sore.

Saat akan pulang Mas Anton memanggilku.. dia berkata kalau akan kerja lembur malam ini.
Ia titip pesan untuk memberitahu dan menjaga istrinya.. dia khawatir Siska akan ketakutan ditinggal sendirian.

Dalam hati.. aku melonjak kegirangan.. Tenang aja Mas.. aku akan menjaga istrimu sebaik-baiknya.. hehe.. bisikku dalam hati.

Segera kutinggalkan kantor itu dan kukebut Honda CBR-ku menuju rumah kontrakanku.
Begitu sampai.. segera kumasukkan motorku ke dalam rumah dan aku langsung menuju ke rumah Siska.

Saat itu Siska sedang nonton teve dengan hanya memakai tank top tipis warna krem. Begitu dipersilakan masuk..
langsung saja kupeluk dan kucium dia dengan penuh nafsu seperti layaknya seorang kekasih yang sudah lama tak bertemu.

Siska kaget bukan kepalang menerimanya.. dan bertanya. “Ada apa, Ar, kok tumben..?”
“Aku lagi pengen ngentot sama kamu.. aku sudah kangen berat nih sama susu dan jepitan memekmu, Sis..”
candaku sambil kuremas payudaranya dengan penuh nafsu.

Kubimbing dia untuk pindah ke sofa ruang tamu dan kupangku tubuhnya sambil kupeluk dia dari belakang..
sementara kedua tanganku terus meremas-remas kedua gunung indah miliknya yang masih terbungkus bra hitam lembut.

“Jangan nekat, Ar, nanti kalau suamiku pulang gimana..?” Tanya Siska ragu.
“Hehe.. jangan takut, Sis. Tadi suamimu minta tolong kepadaku untuk ngentotin kamu malam ini..
dan supaya benar-benar memuaskanmu. Karena malam ini dia lembur.. mungkin jam satu malam baru bisa pulang, hehe..” candaku.

“Ah masa’..? Memangnya dia sudah tau hubungan kita..? Kamu bohong ya, Ar, dasar kamu..!”
Kata Siska sambil membaringkan kepalanya di pundakku dan membuat tubuhnya semakin melengkung seksi..
sehingga payudaranya yang bulat semakin kelihatan membusung indah.

Tanganku dengan agresif segera melepas bra hitamnya..
dan langsung kuremas-remas dengan penuh nafsu kedua gundukan daging kenyal itu.
Siska memejamkan matanya menikmati setiap sentuhanku.

“Hehe.. mimpi kali ye.. kalau bisa seperti itu berarti ilmuku sudah pada level sempurna, Sis.
Sekarang ini masih belum, tapi suatu saat pasti ilmuku bisa sempurna dan aku akan bisa menaklukan suamimu itu, hehe.. tunggu aja..”

Malam itu kami bersetubuh sepuas-puasnya.. dari mulai ruang tamu.. ruang makan..
kamar mandi hingga terakhir di kamarnya untuk mengantarnya masuk ke dalam mimpi.

Aku baru pulang saat Siska sudah tertidur lelap.
Melalui komputerku.. suaminya kulihat baru pulang jam 1.30 dinihari.. dan langsung tertidur..!
------------

Esoknya aku kembali bekerja. Suasana di tempat kerjaku yang baru ini ternyata sangat menyenangkan.
Perusahaan ini bergerak di bidang jasa penerbangan yang setelah kuamati hampir 80% karyawannya adalah perempuan.

Di sini rekan-rekan kerjaku kebanyakan adalah wanita-wanita yang mempunyai paras cantik dan bentuk tubuh yang proporsional.
Pantesan Mas Anton kalau kerja sering sampai lupa waktu.. pikirku.

Hari ini aku kesal sekali karena kelihatannya aku harus kerja lembur.. ada program baru yang diminta oleh divisi Accounting.
Sudah dari siang aku mempersiapkan perlengkapan yang akan kugunakan untuk kukerjakan pada malam harinya.
Huh, sial..! Malam ini aku tidak bisa ngentot sama Siska.. padahal Mas Anton juga lagi lembur.

Saat aku hendak menaiki lift.. aku berpapasan dengan Mas Anton yang berjalan dengan seorang wanita yang cukup cantik.
“Eh, kamu, Ar.. mau ke mana, sudah mau pulang..?” Tanyanya.

“Belum, Mas, masih ada kerjaan. Mas sudah mau pulang..?” Tanyaku.
”Belum juga..” jawab Anton.

“Oh iya, ini kenalkan sekretarisku, Devi..” katanya.
“Oh iya, saya Ardi..” kuberikan tanganku. Kami pun bersalaman dan saling memberikan senyum.

Anton menjelaskan kepada sekretarisnya itu mengenai status kerjaku.
Kuperhatikan perempuan ini cantik juga.. dan terlihat pintar pintar memilih pakaian yang dapat membuatnya kelihatan anggun dan seksi.

Saat itu dia mengenakan baju dalaman berwarna krem yang mempunyai belahan dada yang cukup rendah berbentuk V..
lalu dibalut lagi dengan blaser warna hitam serta rok mini sekitar 15 cm di atas lutut.

Pahanya yang putih dihiasi bulu-bulu hitam yang halus.. kian menambah kesan seksi dari penampilannya.
Entah kenapa aku mulai berpikir ngeres kepadanya.. tapi segera kutepis pikiran itu.

Kami masuk ke dalam lift bersama-sama dan berpisah saat Mas Anton keluar bersama sekretarisnya di lt.15..
sedang aku masih melanjutkan hingga lt.17 untuk menemui atasanku.
Sesampai di ruangannya, atasanku berkata.. “Ar, setelah selesai urus perlengkapan, kamu install program di lt.17 ya..” suruhnya.

“Baik, Pak Lesmana.. akan saya kerjakan.
Tapi mungkin baru agak malam saya baru bisa install karena masih banyak perlengkapan yang belum lengkap..” jawabku.

“Oke, tidak apa-apa. Yang penting bisa selesai malam ini dan beres semuanya..” balas Pak Lesmana.
“Baik, Pak..” jawabku.

Akupun kembali melengkapi segala sesuatu yang kuperlukan untuk kubawa ke sana..
oh iya kalau nggak salah lt.17 itu kan ruang Mas Anton bekerja. Lama juga aku mempersiapkan semuanya.

Jam delapan malam, handphone-ku berbunyi, ada SMS masuk. Oh, ternyata dari Siska.. dia menanyakan keberadaanku.
Akupun menjawab kalau malam ini tidak menemani dia karena diminta lembur.
Dia kelihatan sedih karena suaminya juga lembur dan sampai sekarang belum pulang.

Kira-kira sekitar jam sepuluh malam, saat keadaan sudah sepi, aku baru beranjak menuju ke lt.17.
Sebelum masuk ruangan mas Anton.. aku memutuskan untuk ke toilet dulu.

Saat akan membuka ritsletingku.. kudengar suara yang mencurigakan dari arah salahsatu WC yang pintunya tertutup..
Hmm.. seperti ada suara desahan nafas yang sangat kukenali.

Akupun mendekat dan masuk ke salahsatu WC yang ada di sebelahnya.
Dengan pelan dan hati-hati kutempelkan telingaku ke dinding WC.. dan benar saja dugaanku..
ternyata sepasang sejoli sedang bersetubuh menggapai nikmat di sana.

Aku penasaran siapa kira-kira yang berbuat hal tersebut. Mulai kupanjat dengan hati-hati dinding WC tersebut.
Jgerr..! Aku kaget bukan main saat kulihat siapa yang ada di sana..
Ternyata itu Mas Anton bersama dengan Devi.. sekretarisnya.. sedang melakukan penetrasi.

Mereka tidak menyadari kalau gerak-gerik mereka kuawasi dan sempat aku mengambil gambar mereka dengan camera handphoneku.
Tapi karena takut ketauan..
aku tidak meneruskan acara mengintipku dan segera keluar dari toilet untuk bergegas menuju ruang kerja divisi Accounting.

Di dalam.. aku berusaha menenangkan diri dan berpikir cepat untuk menarik kesimpulan.
Kasihan juga kau, Siska.. pikirku. Kau tidak tau apa yang dilakukan suamimu di luar.
Pantas saja Anton suka lembur hingga tengah malam.. dan bila diajak berhubungan oleh Siska dia selalu menolak belakangan ini.

Kira-kira jam 11.30 malam selesailah pekerjaanku untuk menginstall semua program.. dan akupun segera kembali ke rumahku.
Karena begitu lelah.. aku langsung beranjak tidur.. tapi sebelumnya sempat kulihat gerak-gerik Siska dan Anton melalui komputerku.

Ternyata malam ini mereka bertengkar karena hampir setiap malam Anton selalu lembur dan meninggalkan Siska sendirian di rumah.
Aku tidak tau apa yang akan terjadi bila saja Siska mengetahui apa yang telah kulihat hari ini.
Aku lalu mematikan komputer dan segera tertidur dengan pulasnya.

Esoknya aku bangun kesiangan.. untungnya aku hari ini dapat masuk siang karena sudah lembur tadi malam.
Saat aku sedang memakai baju setelah mandi dan masih menggunakan handuk, tiba-tiba pintu rumahku diketok orang.
Akupun segera beranjak menuju ke sana untuk melihat siapa yang datang.

Setelah kubuka, ternyata Siska yang datang, dia langsung masuk ke dalam rumahku dan duduk di sofa ruang tamuku.
“Ada apa, Sis..?” Tanyaku sambil mendekat dan duduk di sebelahnya.

“Aku lagi kesal dengan Mas Anton, Ar..” jawab Siska.
“Memangnya ada apa..? Wwajahmu kok keliatan pucat banget gitu..?” Tanyaku lagi.

“Aku bertengkar dengan suamiku tadi malam, dan setelah itu aku tidak bisa tidur hingga pagi hari ini.
Aku berusaha SMS kamu tapi tidak dibalas juga, kamu juga sudah tidak peduli sama aku ya..?” Balas Siska.

“Oh gitu.. pantas saja wajahmu pucat. Sudahlah.. tidak usah dipikir lagi.. nanti kamu jadi sakit lho..” jawabku.
”Enak saja kamu ngomong, Ar..” sahutnya.

“Emangnya kamu SMS aku jam berapa, Sis..? Aku tadi malam capek banget habis lembur.. jadi begitu nyampe rumah langsung tidur.
Maaf ya..” kataku.

“Oh gitu.. aku sangka kamu juga sudah nggak peduli lagi sama aku..” kata Siska dengan nada manja.
”Mana mungkin aku begitu, Sis..” balasku cepat.

“Suamiku tadi pagi-pagi sudah berangkat kerja tanpa pamit kepadaku.. dia berubah belakangan ini..” lanjut Siska.
“Oh iya, aku pengen tanya sesuatu sama kamu.. gimana sih awalnya kamu ketemu sama Mas Anton..?” Tanyaku.

“Sebenarnya aku tuh sebelum nikah adalah sekretaris big bos di tempatnya bekerja..
oleh karena peraturan perusahaan mengharuskan kalau suami istri tidak boleh kerja bareng..
maka kami putuskan aku yang berhenti bekerja. Memangnya kenapa, Ar..?” Tanya Siska.

“Oh gitu.. nggak apa-apa, cuma mau tau aja..” jawabku..
Hmm.. pantas saja Siska begitu cantik dan seksi.. ternyata dia dulu seorang sekretaris big bos.

Sungguh beruntung sebenarnya Mas Anton bisa mendapatkan hati dari wanita yang begini cantik dan seksi.
Oh iya, aku juga lebih beruntung bisa mendapatkan tubuh Siska tanpa harus membiayai kebutuhan hidupnya.. hehe.

“Ar.. tau nggak yang membuat aku tambah kesal.. pagi ini sampai hari Minggu sore, Mas Anton harus keluar kota..
untuk mengunjungi kantor cabang. Dia benar-benar sudah tidak peduli lagi sama aku..” kata Siska.

“Sudahlah Sis.. jangan bersedih. Nikmati aja setiap keadaan, toh tidak semuanya buruk untuk kita. Lagipula kan ada aku di sampingmu..”
balasku berusaha menghiburnya.
Siska tersenyum mendengarnya, ”Iya, Ar..” dia mengangguk.

“Oh iya, Sis, mumpung besok hingga minggu suamimu pergi ke luar kota, bagaimana kalau kita juga jalan-jalan..?
Besok Jumat sore setelah aku selesai kerja, kita berangkat.. daripada kamu sedih terus..” sambungku.

“Ehm.. boleh juga.. tapi kita mau ke mana..?” Tanya Siska.
“Kita ke Puncak aja. Aku dulu pernah tau satu tempat bagus.. semacam villa.. tapi privasinya bagus banget.
Ada kolam renangnya pribadinya. Tapi yang jadi masalah.. harganya mahal banget..” jawabku.

“Trus kita ke sana naik apa, Ar..?” Tanya Siska lagi.
“Kalau kamu nggak keberatan, kita naik motorku saja, mau..?” Tanyaku.

“Boleh juga sih, sepertinya seru tuh. Aku nggak pernah jalan-jalan jauh pake motor.
Ok deh.. soal biaya.. aku yang keluarin deh. Yang penting kita bisa senang-senang di sana..” jawab Siska.

”Ok, sip kalo gitu..” sahutku.
“Aku agak pusing nih, Ar. Aku mau pulang dulu deh.. mau tidur..” sambung Siska sambil memegangi kepalanya.

“Sepertinya kamu masuk angin, Sis, makanya nggak usah terlalu dipikirkan. Oh ya.. mau kukerokin nggak..?
Biar besok kamu sudah sehat dan kita bisa menikmati jalan-jalan kita..?” Tawarku.

“Aku nggak mau dikerok, nanti kulitku jadi rusak, trus nanti kamu nggak gairah lagi lihat aku. Dipijitin aja deh..” jawab Siska.
“Oke deh. Kamu mau dipijit di mana, di sini atau di rumahmu..?” Tanyaku.

“Di rumahku aja, biar bisa langsung tidur. Kamu nanti siang mau kerja kan..?” Jawab Siska.
“Iya, kamu duluan pulang sana, kalau bareng-bareng takut tetangga pada curiga..” kataku.

“Oke deh.. aku pulang dulu ya, Ar. Jangan lama-lama lho..” jawab Siska, dia segera pulang ke rumahnya.
Tak lama akupun menyusul. Siska langsung mengajakku masuk ke kamarnya, dan diapun segera berbaring di ranjangnya.

“Sis, kalau mau dipijat, buka dulu donk bajunya..” kataku.
“Oh iya, sorry..”

Diapun kembali duduk di ranjang dan mulai melepas kaos putih dan celana pendeknya..
yang tertinggal sekarang hanya cd dan bra berwarna pink, dia lalu kembali berbaring.

Wow, indahnya wanita ini; bokongnya sungguh padat.. kakinya yang panjang begitu putih dan halus..
punggungnya pun begitu menggairahkan.

Glekk.. aku menelan ludah melihat tubuh Siska yang terpampang sangat jelas di hadapanku.
“Ayo, Ar.. tolong pijit yang enak ya..” kata Siska dengan mata terpejam rapat.

Akupun segera memijatnya dengan lembut. Entah kenapa aku mulai merasa sayang dengan wanita yang satu ini.
Rasanya aku merasa cocok sekali dengan semua yang dimiliki oleh Siska.

Kumulai pijatanku dari kaki dan terus kususuri naik hingga ke pahanya..
Sesampainya di paha.. aku minta kepada Siska untuk melepaskan cd dan bra-nya.

“Sis, kupikir lebih baik kamu lepaskan saja cd dan bra-mu supaya lebih mudah aku memijat..” kataku.
“Iya deh. Tolong dong, Ar, kamu lepasin cd dan bra-ku..” pintanya.

Aku kembali menelan ludah. Dengan tangan sedikit gemetar kulepaskan cd Siska, dan setelah itu bra-nya juga kulepas..
hingga terpampanglah tubuh Siska yang mulus telanjang di hadapanku.

Lama kupandangi tubuhnya hingga Siska menegurku..
“Jadi pijit aku nggak..? Kok malah bengong..?” Tanyanya.

“Aku sedang mengagumi tubuhmu, Sis.. kamu seksi sekali.
Bodoh sekali suamimu meninggalkan istri yang luar biasa cantik dan seksi seperti ini.
Kalau aku jadi Anton.. aku akan entot kamu siang dan malam.. hehe..” jawabku sambil kembali meneruskan pijatan.

“Ah, kamu bisa aja, Ar. Dulu suamiku juga bicara seperti itu waktu kami masih pacaran..” jawab Siska.
“Tapi aku beda, Sis. Aku benar-benar mengagumi kecantikanmu..” rayuku.

“Ah, gombal kamu..” balas Siska.
“Ya sudah kalau nggak percaya, dengan berjalannya waktu, kamu juga akan tau kalau apa yang kukatakan itu benar..” jawabku.

Aku pun terus memijatnya, pantatnya yang bulat tak luput dari pijatanku..
sambil sesekali kuselipkan jari-jariku di paha bagian dalamnya hingga menyentuh bibir vaginanya.

Siska merintih nikmat karenanya.. “Ughh, nakal kamu, Ar. Nanti kalau aku nggak tahan gimana..?” Sahutnya.
“Gampang.. kan ada aku, hehe..” jawabku.
“Huh, dasar nakal..!” balas Siska.

Akupun meneruskan pijatanku ke punggungnya yang mulus.
Kulihat Siska sangat menikmati pijatanku dan tanpa terasa.. mungkin karena mengantuk sekali.. diapun tertidur pulas.

Aku menghentikan pijatanku dan kubalikkan tubuhnya..
Kini terpampanglah tubuh bagian depannya beserta dengan aksesorisnya yang begitu menantang.

Kusentuh dengan perlahan kedua payudaranya dan kuremas dengan lembut.
Kontolku menegang melihat pentil susunya yang begitu menantang.

Perlahan kudekatkan bibirku ke sana dan kuisap benda mungil kemerahan itu dengan lembut.
Kulihat Siska sedikit menggeliat tapi tak membuka matanya. "Ar, ehmm.. kamu nakal ya..!” Lirihnya terbangun.

Meski sudah sangat konak, tapi aksiku tidak kulanjutkan. Pikirku kasihan juga kalau dia kugenjot sekarang, Siska kan lagi capek.
Jadi kuambil selimut dan kututupi tubuhnya yang telanjang.

Perlahan kubisikkan sesuatu di telinganya..
“Sis, kamu istirahat dulu ya untuk memulihkan staminamu, aku mau bersiap berangkat kerja. Oh iya, kunci rumahmu gimana..?” Tanyaku.
“Bawa aja, Ar, tolong kamu kunci dari luar. Aku nggak mau ke mana-mana hari ini. Tapi kamu nanti malam temani aku ya..?” Jawab Siska.

“Oke deh. Kalau ada apa-apa, kamu telepon aku ya, nanti sore aku datang sekalian bawakan makanan untuk kamu, mau kan..?” Tanyaku.
“Duh, kamu baik sekali sama aku, Ar. Boleh kalau kamu nggak keberatan..” jawab Siska.

“Santai aja, aku senang kok melakukannya untukmu. Kamu mau dibelikan apa, Sayang..?” Tanyaku lagi.
“Apa aja terserah kamu, Ar, dan terimakasih sebelumnya..” jawab Siska.

“Tapi siang ini kamu sudah makan kan..?” Tanyaku kembali.
“Sudah, aku masih ada sayur yang kemarin..” jawab Siska.

“Oke deh, met istirahat ya, Say.. tidur yang nyenyak, karena nanti malam akan kita habiskan berdua dengan percintaan yang panas..”
sambungku.
“Oke, siapa takut.. nanti malam, aku pasti bisa melayanimu..” tantang Siska sambil mengelus kontolku yang masih menegang.

“Sampai nanti malam, Sayang..” kataku sambil kucium bibirnya dan diapun membalas ciumanku.
Siska segera melanjutkan tidurnya, sementara aku berangkat ke kantor.

Di perjalanan, aku berpikir, ”Makanan apa yang akan kubawakan nanti sore untuknya..?”
Ah, akan kubelikan seafood saja untuk mendongkrak gairahnya nanti malam, hehe.. pikiran nakalku kembali bekerja.
-------------------

Sore harinya Siska terbangun, dia merasakan tubuhnya lebih segar.
Diapun segera menuju ke kamar mandi untuk membersihkan diri. “Aku harus memberi penampilan yang terbaik saat nanti Ardi datang..”
pikirnya sambil tangannya mulai mengguyur tubuhnya yang telanjang.

Entah kenapa hatinya begitu bersemangat dan bergairah, seperti halnya merasakan cinta pada pandangan pertama.

Selesai mandi, diapun merias diri dengan sungguh-sungguh..
Dipakainya gaun malam yang seksi dengan punggung yang terbuka hingga ke bokong dan belahan dada berbentuk V..
yang membuat payudaranya yang montok dan putih bersih itu seakan ingin memberontak keluar.

Diikatnya rambutnya yang hitam dan panjang ke atas sehingga lehernya yang putih jenjang terlihat menggoda.
Disemprotkannya parfum termahal yang dimilikinya ke seluruh tubuhnya. Dia siap untuk bertempur kali ini, pikirnya.

Jarum jam seakan bergerak lambat, tak sabar hatinya menunggu kekasihnya datang untuk bercinta.
Demikian halnya juga dengan Ardi, di kantornya ia nampak gelisah.. tak sabar dia ingin segera pulang.

Dia sudah menelpon restaurant seafood langganannya untuk memesan makanan..
jadi saat dia datang ke restaurant itu pesanannya sudah jadi dan tinggal dibawa pulang. Untuk menghemat waktu, pikirnya.

Waktu menunjukan pkl.16.55 WIB, tinggal lima menit lagi, pikir Ardi.
Tiba-tiba hp-nya berbunyi, ada SMS masuk, ternyata dari Siska.

“Ar, cepat datang ya.. aku udah nggak sabar nih. Hati-hati di jalan ya..” bunyi SMS itu.
“Oke, tunggu aku ya.. sebentar lagi aku pulang. Oh iya, request baju seksi ya, Sis..? Hehe..” canda Ardi.

“Tenang aja, aku akan berikan penampilan terbaikku untuk kamu seorang, Sayang.. kamu pasti puas malam ini, hihi..” jawab Siska.
“Oke deh, jadi gak sabar nih.. see u..” balas Ardi.
--------------

Pkl.17.00 sudah tiba..
segera aku keluar dari kantorku dan menggenjot dengan maximal Honda CBR-ku menuju ke restaurant dan langsung bergegas pulang.
Sesampainya di rumah aku segera mandi untuk menghilangkan bau keringat..
dan kupakai baju terbaikku, lalu bergegas pergi ke rumah Siska.

Dengan segera kubuka pintunya yang tak terkunci, berbisik kupanggil namanya.
“Sis, Siska, kamu di mana..?” tanyaku.
“Di sini.. di kamar, kamu masuk aja..!” Terdengar jawaban darinya.

Segera aku berjalan menuju ke kamarnya.
Di sana kulihat Siska sedang berdiri di depan kaca rias sambil bergaya seksi, aku segera menghampirinya.

“Wow, kamu cantik sekali, Sis..!” Sapaku sambil langsung memeluknya dari belakang sembari mencium tengkuk dan batang lehernya..
tak terasa kontolku sudah mulai tegang melihat penampilan Siska.

“Aku memang cantik, Ar, aku kan sekretaris bigbos.. sudah lama juga aku tidak berdandan seperti ini, ini semua demi kamu, Ar.
Belum apa-apa aja burungmu sudah bangun begini..” dengan nakal Siska merebahkan kepalanya di dadaku yang bidang.

“Sungguh beruntung Mas Anton bisa memilikimu, Sayang..” balasku sambil mengecup pipinya.
“Apakah kamu tidak beruntung bisa memilikiku diriku..?” Tanya Siska.
“Aku lebih dari orang yang beruntung, Sis..” kataku sambil memagut bibir seksi Siska dan kami pun mulai berciuman.

Cukup lama kami saling melumat sampai aku ingat sesuatu..
“Oh iya, aku bawakan makanan, yuk kita makan sama-sama..” kataku.
“Iya nih, aku sudah lapar sekali..” jawab Siska.

Kami pun menuju ruang makan.
Siska dengan pakaiannya yang seksi melayaniku bagaikan seorang raja, seakan-akan aku ini adalah betul-betul suaminya.

“Kamu beli apa, Ar..?” Tanya Siska.
“Aku beli seafood, biar nanti malam kita bisa bertempur habis-habisan, hehe..” candaku.

“Ih nakal.. memangnya nanti malam aku mau bercinta sama kamu..?” Balas Siska.
“Harus mau..! Kalau nggak, aku perkosa aja, hehe..” jawabku.

“Ih, maksa nih ye.. kalau rayuanmu yang indah sih aku belum tentu mau, Ar, hihi..” canda Siska.
“Ah, selesai makan juga nanti kamu yang bakal minta, apalagi kita sekarang makan seafood, kita lihat saja, hehe..” balasku.
“Huh, sok tau..!” Sahut Siska.

“Yah sudah, kita lihat saja. Kalau aku yang benar, aku minta kamu menuruti semua permintaanku, mau..?” Kataku.
“Boleh, siapa takut..?” Jawab Siska.
“Yuk kita makan..” kataku lagi.

Kamipun segera menyantap hidangan yang ada, tak lama kami pun telah selesai.
Kami lalu beranjak menuju kamar Siska, dia menyalakan AC dan disetelnya pada temperatur paling kecil..
sehingga tak lama suhu di dalam menjadi sangat dingin.

Aku pun duduk di tengah ranjangya sambil menyandar di dinding..
Siska segera menyusulku dan menyandarkan kepalanya di bahuku sembari tangannya melingkar di pinggangku.

Kubalas dengan melingkarkan tangan di bahunya dan mulai mengelus-elus pelan lengannya yang halus mulus..
sembari kupermainkan bulu-bulu halus di kulitnya.

Suhu ruangan terasa semakin dingin.. membuat Siska semakin merapatkan tubuhnya ke tubuhku..
Tak lama tangannya mulai nakal meraba-raba kontolku. “Tuh kan, benar kataku, pasti kamu yang minta duluan, hehe..” kataku.

“Habisnya dingin banget, Ar..” dia terus memainkan kontolku.. membuatnya jadi menegang karena diperlakukan seperti itu.
Apalagi yang mempermainkannya adalah wanita cantik dan seksi macam Siska.

“Ah, alasan.. udah, ngaku aja, aku yang menang kan..? Pokoknya kamu harus menuruti semua permintaanku..” balasku.
“Iya deh.. emangnya kamu mau minta apa sih..?” Tanya Siska.

“Aku mau kamu sekarang telepon suamimu..” jawabku.
“Loh.. untuk apa, Ar..?” Tanya Siska nggak ngerti.

“Pokoknya kamu telepon dulu deh.. nanti kamu juga akan tau..” desakku.
“Oke.. tapi ..” jawab Siska ragu.

“Udah.. nggak usah takut. Mana hape-mu..?” Tanyaku.
“Ini..” Siska memberikannya.

“Sekarang telepon dia.. ayo, Sis..” kataku.
Siskapun segera memencet hape-nya dan terdengarlah nada sambung pada hape itu.. tak lama terdengar suara suaminya.

Aku meminta dengan berbisik agar Siska mengaktifkan loudspeaker.. begitu sudah diaktifkan.. terdengarlah dengan jelas suara suaminya.
“Halo, Sis.. ada apa..?” Tanya Anton.

“Nggak ada apa-apa, Pah.. papa baik-baik aja..?” Tanya Siska.
“Aku baik-baik aja.. sekarang aku lagi di kamar hotel, baru aja sampai..” jawab Anton.

Selagi mereka bercakap-cakap.. kupeluk tubuh montok Siska dan mulai kuciumi tengkuk hingga lehernya..
sambil tanganku bergerilya masuk ke dalam gaunnya untuk meremas-remas gundukan payudaranya.

“Ehmm.. aahh.. sssh.. aduuh..!” Gumam Siska, tak sadar mengucapkannya karena menerima serangan dariku.
“Kamu kenapa, Mah..?” Tanya Anton.

“Nggak kenapa-napa, Pah.. sshs.. aahh.. uuhh..” rintih Siska.
“Kok kayak gitu suaranya, kamu lagi ngapain sih..?” tanya Anton makin curiga.

“Oh, sorry, Pah.. aku lagi.. uhh.. aku kangen sama Papah.. sshh.. aaah.. uuhh..” jawab Siska berdalih.
“Oh, kamu pasti lagi swalayan lagi ya..?” Tanya Anton.

“Ehhm.. iya, Pah.. aduh enaknya.. nggak apa ya, Pah, aku ganggu papah sebentar..?” Jawab Siska.
“Nggak apa-apa, Sis.. teruskan saja, aku akan mendengarkan dari sini..” jawab Anton.

Aku suruh agar Siska meminta kepada suaminya untuk memberi arahan untuk melakukan sesuatu.. seperti halnya phone seks.
“Pah, aku minta papah untuk memberi arahan kepadaku seperti seakan-akan Papah ada bersamaku.. please.. Pah..!” Kata Siska mendesah.

“Oke-oke.. sekarang seakan-akan kamu kupeluk dari belakang dan kuremas-remas susumu.
Kamu menggeliat kenikmatan. Lalu perlahan kubuka baju dan bra kamu.. sehingga seluruh tubuhmu terbuka..
susumu yang montok itu akan menggelantung bebas dengan indahnya dan kembali kuremas-remas dengan penuh nafsu..”
kata Anton mengarahkan.

Akupun mengikuti arahannya dan kudengar deru nafas Siska semakin memburu.
“Aahh.. uuhs.. sssh.. trus apa lagi, Pah..?” Tanya Siska makin mendesah.

“Perlahan kubuka cd-mu dan kupermainkan klentitmu dengan jariku hingga kau menggelinjang keenakan..
tanganmu mulai meraba-raba kontolku..” jawab Anton.

“Aaww.. enak, Pah..! Truus.. ohhh.. aduh.. kontolnya udah gede banget.. terasa hangat di tanganku.. ughh..”
balas Siska dengan nafas semakin memburu.

“Perlahan kupangku tubuhmu dan kumasukkan kontolku ke dalam memekmu sambil mulutku mengisap-isap puting susumu..” kata Anton.
“Oohh.. tapi kontolnya gede banget, Pah.. rasannya memekku nggak muat.. gimana ini, Pah..?” Tanya Siska terengah-engah.

“Ludahi dulu kontolku dengan lidahmu.. aku mau kamu menjilat dan mengisapnya..” balas Anton.
“O-oke, Pah.. ehhm, enak sekali kontol Papah.. besar, gede banget.. panjang lagi..
Ughh.. sampai mulutku tidak bisa menampung seluruh batangnya.. urat-uratnya.. uohh..!
Kekar banget.. kasar lagi.. aku belum pernah ketemu kontol seperti ini.. ehhm.. emmm..” rintih Siska.

“Kontolku sudah keras sekali.. sekarang coba kamu masukkan ke dalam memekmu..” pinta Anton.
“Iya, Pahh.. kontolnya sudah keras bukan main.. Nggg.. sekarang kumasukkan ya, Pahhh..?” Jawab Siska kian mendesah.

Aku terus saja mengikuti arahan dari suaminya.. gairahku sungguh meningkat sangat-sangat tajam.
“Sekarang sudah masuk semua, Pah.. boleh digenjot ya, Pah..?” Tanya Siska.
“Oke, sekarang genjot, Sis.. yang keras..!” Kata Anton lagi.

“Uuhh.. aaah.. ahhh.. auw..! Enakk, Pah.. terus.. enak banget kontolmu.. ughh.. please, entotin aku terus.. tusuk aku yang dalam.. arghh..!!”
Raung Siska keenakan menikmat sodokan dan genjotan batang kontolku di liang memeknya.

“Sekarang ubah posisimu, Sis.. kamu sekarang nungging.. biar kuentot kau dari belakang..” pinta suaminya.

Kami pun mengubah posisi sesuai arahan Anton..
Clebb.. segera kumasukkan kontolku yang sudah sangat menegang ke memek Siska dari belakang..
Clebb.. crebb.. clekk.. clekk.. clepp.. clepp.. langsung kugenjot tubuh sintalnya dengan penuh gairah.

“Auw.. sshh.. sssh.. terus, Pah, tusuk yang dalam.. entotin aku..!” Rintih Siska suka. Tanpa sadar nafas kami berdua memburu keras.
“Eh.. Sis.. kok ada suara nafas selain kamu..?” Tanya suaminya curiga.

“Oohh.. sshh.. itu nafas Ardi, Pah.. aku sedang digenjot dia, Pah.. aaah..!” Jawab Siska nekat.
“Ardi..!!? Kamu serius, Sis..? Jangan bercanda kamu..!?” Bentak suaminya.

“Sshh…hihi, Papah cemburu ya..? I-itu bukan suara Ardi kok.. tapi suara film blue yang kusewa tadi siang..“ jelas Siska berbohong.
Sungguh bodohnya suaminya, tak menyadari kalau istrinya sedang kugenjot menggapai nikmat bersamaku.

”Beneran..? Jangan bohong kamu..!” Kata suaminya.
“Ya enggaklah, Pah.. ayo kita lanjutkan, sudah nanggung nih.. sshh.. ahh..!” Jawab Siska tanpa takut.

“Emm, baiklah. Sekarang, terus saja kugenjot tubuhmu dengan penuh nafsu.. terus dan terus..”
“Ooohh.. Pah, aku mau keluar.. terus sodok yang keras.. terus.. yah.. terus.. ahhh.. nikmatnya..!” Siskapun mengalami orgasme.

”Kamu sudah selesai, Sis..?” Tanya suaminya.
“Iya, makasih ya Pah atas arahannya..” sahut Siska.

“Sama-sama, yang penting kamu sudah puas.. sekarang kamu istirahat ya..” jawab Anton.
“Iya, Pah.. Papah hati-hati ya di sana, jaga kesehatan.. bye-bye, Pah..” jawab Siska sambil mematikan hp-nya.

Aku yang belum orgasme terus saja menggenjot tubuh montoknya sampai kira-kira seratus sodokan berikutnya.. baru aku orgasme.
Kami berdua terkapar nikmat di ranjang Siska, napas kami masih terus memburu.

“Gila! Ahhh.. gila kamu, Ar.. nekat sekali kamu.. untung aku dapat berdalih, kalau tidak.. bisa gawat kita..” sahut Siska.
“Justru itu yang kusuka dari kamu.. pintar dan cerdik dalam menyikapi keadaan.. sekaligus nakal dan nekat sepertiku..
Hehe.. kamu hebat, Sayang..” jawabku.

“Kapan aku nakal dan nekatnya..?” Tanya Siska.
“Itu, waktu kamu bilang ke suamimu kalau kamu sedang digenjot sama aku..” jawabku.

“Itu tadi aku nggak sadar berkata seperti itu, habisnya kontolmu enak sekali sih..” jawab Siska.
“Oh gitu, tapi tetap saja terasa nakal buatku..” kataku sambil kupeluk tubuhnya yang telanjang dengan erat sambil kami tertawa bersama-sama.

Malam itu kami habiskan bersama dengan percintaan yang luar biasa panas sampai pagi menjelang tiba.
Ahhh lemessnya.. tapi wuenakkkk.. haha..
------------------------------------------------------
 
Terakhir diubah:
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd