Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

[Kompilasi] Rumput Tetangga 'Nampak' Selalu Lebih Hijau.. (CoPasEdit dari Tetangga)

----------------------------------------------------------

Cerita 92 – Rumah Kontrakan

Part 11

Seperti
diaba-aba.. aku dan Ece kemudian mulai bergerak mengayunkan pantat secara bersama-sama.
Bedanya arahku maju-mundur sedang Ece arahnya memutar..!

Tanganku yang mencengkeram pantat Ece selalu menarik kuat-kuat..
menekan ke arahku saat aku mengayunkan pantatku ke depan..

Hingga ujung kepala penisku menghantam mulut rahimnya agak keras.
Setiapkali itu pula kudengar Ece menjerit.. "Owghh.. owghh.. owghh..!!"

Merasa capek dengan posisi demikian.. Ece memintaku untuk berganti posisi.
Ia meminta untuk memegang kendali permainan dengan bermain di atas.

Aku segera menggulingkan tubuhku dan telentang di kasur.
Sejenak kemudian Ece naik ke atas perutku dan membuka pahanya lebar-lebar.

Dipegangnya batang penisku dan diarahkan ke celah sempit di tengah bukit kemaluannya.
Kemudian perlahan-lahan pantatnya diturunkan.

Bless..!! Batang penisku langsung tertelan oleh celah bukit kemaluannya.. bahkan hingga amblas sampai ke pangkalnya.
"Owghh..!!” Aku dan Ece tanpa aba-aba melenguh secara bersamaan.

Batang penisku serasa diremas dan dipilin sangat nikmat oleh gerakan memutar pantat Ece yang berjongkok di atas perutku.

Ece terus bergerak semakin liar. Payudaranya berayun-ayun indah saat ia bergerak memutar.
Tanganku segera meraih dan meremas serta memilin kedua putingnya.

Kulihat mata Ece terpejam dan mulai menggigit bibirnya sendiri.
Gerakannya semakin liar dan tubuhnya semakin terhentak-hentak.
"Akhh.. a-aku k-keluar, Mas.. ohh.. terus..!”

Ece menggeliat-geliat selama beberapa detik lalu akhirnya ambruk di atas perutku.
Nafasnya terdengar tersengal-sengal seolah-olah habis berlari jauh.
Denyut jantungnya terasa berdetak kencang menempel di dadaku.

Kubiarkan ia mengatur napasnya sebelum aku mengambil giliranku.
Setelah ia cukup istirahat, segera saja kuangkat pantatnya dan kuganjal dengan dua bantal.

Dengan posisi telantang dan terganjal bantal, bukit kemaluannya jadi semakin membusung indah.
Kupentang pahanya lebar-lebar dan kuposisikan tubuhku di antara kedua bentangan pahanya.

Slebb.. Kucucukkan batang penisku ke dalam celah merah di sela bukit kemaluannya yang berdenyut-denyut kembang kempis.
Rbbb.. Kodorong pelan-pelan hingga seluruh batang penisku masuk sampai ke pangkalnya.
Kudiamkan sejenak untuk menikmati sensasi menyatunya tubuhku dengan tubuhnya.

"Ehhkk..!!” Ece menjerit keras saat tiba-tiba kutarik batang penisku dari jepitan liang kemaluannya dengan cepat.
Namun sebatas ujung kepala penisku masih tetap menancap erat di tempatnya.

Kemudian kudorong lagi pantatku ke depan secara pelan hingga masuk seluruhnya.
Kutarik lagi dengan cepat hingga berulang-ulang.

Akibatnya sungguh luar biasa..!
Tubuh Ece seperti terhentak-hentak setiap batang penisku kutarik mundur! Ia selalu menjerit.

Payudaranya berguncang terayun-ayun setiapkali tubuhnya terguncang..!
Aku pun merasakan adanya desakan maha dahsyat yang mulai mengumpul di ujung batang penisku!

Aku semakin mempercepat ayunan pantatku maju-mundur.
Kutindih tubuh Ece dengan seluruh berat tubuhku, aku hanya mampu bertumpu pada lututku.

Kedua tanganku kutempatkan menyangga kedua buah pantat Ece untuk terus menggenjotnya.
"Terus, Ce.. putar.. tarik.. sshh.. ohhh..” tubuhku mulai menegang.

Otot perutku terasa ditarik-tarik dan batang penisku berdenyut-denyut cepat..
siap memuntahkan semua isinya yang sudah menggumpal.

Ece pun semakin liar memutar pantatnya menyambut setiap tusukanku.
Batang penisku seperti digiling oleh daging lembut dan licin miliknya.

Aku sudah tak kuat lagi menahan gempuran kenikmatan yang sudah mau meledak.
"Akhh.. aku keluar, Ce.. arrghh..” Crott.. crott.. crott.. crott..

Akhirnya aku menggeram saat batang penisku mengedut-ngedut dan memuntahkan cairan sperma ke dalam rahim Ece.
Tubuhku terhentak-hentak di atas perut Ece selama beberapa saat hingga akhirnya terdiam.

Aku benar-benar lemas tak bertenaga!
Nafasku kembang kempis tinggal satu-satu.. saling berlomba dengan nafas Ece yang juga memburu.

Kubiarkan batang penisku tetap menancap di dalam jepitan liang kemaluannya..
hingga kurasakan lubang kemaluan Ece berdenyut-denyut pelan..
seolah memeras sisa-sisa sperma yang masih tersimpan di dalam batang penisku.

Kubiarkan biar tuntas sekalian.. Aku sudah terlalu capek.
Akhirnya aku dan Ece terkapar sama-sama tak bertenaga. Tenaga kami sudah terkuras habis.
------------------

Pada saat mataku hampir terpejam.. secara samar-samar kulihat sekelebat bayangan melintas di balik pintu.
Aku tersadar ternyata sedari tadi kami bercinta dengan pintu dalam keadaan setengah terbuka.

Pikiranku langsung menduga pasti bayangan itu milik Mitha.. adik Ece Geulis..!
Soalnya tidak ada orang lain lagi selain dia.
Kang Pardi.. suami Ece, sedang tugas jaga malam dan paling banter besok pagi baru pulang.

Jadi tidak salah.. pasti tadi karena kami keasyikan bergumul sampai-sampai tidak mendengar kedatangan Mitha..
yang masuk menggunakan kunci cadangan yang selalu dibawanya.

Ece sendiri matanya sudah terpejam dan kuyakin sudah tertidur kelelahan.
Napasnya sangat teratur dan di bibirnya tersungging secercah senyuman. Alangkah damainya.

Aku segera keluar dari kamar. Dan benar, di dapur aku bertemu dengan Mitha.
Kami sama-sama kaget. Sebelum aku sempat berkata apa-apa, Mitha sudah ngomong duluan.

“Eh, Mas Ardi. Aku kira siapa..” katanya sambil tersenyum kikuk.
Kupandangi dirinya yang malam itu mengenakan kaos tanpa lengan dengan rok pendek selutut.

Wajahnya tampak cantik.. dengan ukuran dada yang cukup montok juga.. sesuai dengan seleraku.
Seharusnya ia marah melihatku yang keluar dari kamar Ece.. namun nyatanya tidak.

Maka jadilah aku berani untuk menggodanya.. karena kutebak ia sudah tau apa yang barusan aku lakukan bersama Ece.
“Eh, Mith.. tunggu..! Aku mau nanya nih.. tapi harus dijawab jujur ya..” kataku memulai.
“Bo-boleh, Mas. Emang mau nanya apaan..? Kok serius amat..?” Jawabnya gugup.

“Begini .. kamu tau apa yang barusan aku lakukan di kamar Ece..?” Tanyaku langsung to the point.
Wajah Mitha langsung memerah dan tersipu. Aku langsung tau kalau bayangan tadi adalah benar-benar dia.
“Ma-Maaf, Mas. Mitha nggak sengaja..” katanya dengan wajah sedikit memerah karena sudah mengintip pergumulan kami.

“Ja-jadi kamu melihat semuanya.. aku sama Ece ..?” Aku tak sanggup meneruskan kata-kataku.
“I-iya, Mas. Maaf..” jawabnya jujur. Wajahnya semakin memerah karena malu ketauan mengintip.

“Yach.. aku juga yang salah, Mith. Tapi tolong.. jangan bilang sama siapa-siapa ya.
Terutama sama Kang Pardi.. kasihan Ece kalau sampai dimarahi..” kataku memohon.

“I-iya, Mas. Mitha janji deh..” katanya penuh pengertian.
“Terimakasih, Mith. Kamu memang orang yang paling baik di dunia..” gombalku.. sambil segera memeluk dan mencium pipinya.

Maksudnya untuk memberi tanda terimakasih atas pengertiannya. Namun Mitha menganggapnya lain.
Ia terdiam dan bahkan memejamkan matanya sambil membuka mulutnya. Napasnya menjadi sedikit memburu.

Melihat ada peluang terbuka, segera saja kuperketat pelukanku pada tubuh mungilnya dan kusurukkan wajahku ke lehernya.
“Ehhkk..” nafas Mitha langsung tercekat

“Mass..” ia sedikit memberontak saat aku mulai menciumi batang lehernya.
Tercium bau aroma sabun terpancar dari tubuhnya. Rupanya ia baru mandi.. sehingga kulitnya masih segar.

Lidahku segera menyerbu sepanjang batang lehernya. Kepalang tanggung.. pikirku saat itu..!
Apa yang terjadi terjadilah..!! Pokoknya sikat duluan aja. Urusan biar dipikir belakangan..!
Demikian godaan setan mengilik-kilik batinku..!

Tubuh Mitha menggelinjang dalam pelukanku.
Dadanya yang cukup montok menggesek-gesek dadaku. Aku jadi makin terangsang.

“Mas.. hmm.. mau ngapain..!?” Desis Mitha galau. Aku tidak mempedulikan pertanyaannya.
Tanganku yang melingkar di punggungnya segera saja kuarahkan ke pantatnya..
lalu mulai meremas serta mengelus-elus buah pantatnya yang cukup montok.

Tubuhnya kian meronta.. namun tidak ada upaya untuk melepaskan diri dari pelukanku.
Aku jadi semakin berani lagi..!

Segera saja tanganku melepas kaitan rok di atas pinggulnya..
lalu segera menyusupkan tanganku ke balik rok itu serta mendorongnya masuk ke balik celana dalamnya.

Sekarang tanganku berkeliaran di seputar buah pantat Mitha.
Dengan gemas kuremas dan kupijat-pijat bongkahan pantat itu dengan kedua tanganku.
Terasa sangat empuk dan lembut sekali. Aku menyukainya. Aku semakin terangsang dibuatnya.

“Mass..! Ja-jangan.. ohh..!!” Desis Mitha.
Mulutnya bilang jangan tetapi dari gerakan tubuhnya aku tau kalau sebenarnya ia juga menginginkannya.

“Nggak apa-apa, Mith. Aku suka sama kamu..” bisikku di telinganya dengan rayuan gombalku.
Mulutku segera mencari bibirnya dan segera kusergap dengan menggunakan lidah.

Mula-mula Mitha menutup rapat bibirnya.. tetapi tidak lama kemudian ia mulai membalas kuluman bibirku.
Lidahnya mulai ikut mendorong-dorong lidahku yang sudah menerobos masuk ke dalam mulutnya.
Sedikit bicara banyak bekerja..! Itulah ungkapan yang tepat untuk keadaanku dengan Mitha saat itu..!

Tanganku yang berkeliaran di daerah pantatnya semakin liar bergerak.
Sesekali jari-jariku menyentuh daerah belahan di antara kedua bongkahan pantatnya..
hingga tersentuh rambut kemaluannya yang menyeruak ke bagian belakang.

Mitha rupanya sudah menyerah dengan serbuanku.
Tubuhnya tidak lagi memberontak.. malah sekarang sepenuhnya menyandar dalam pelukanku.

Roknya yang sudah merosot setengah lutut.. membuat tanganku semakin leluasa menggerayangi buah pantatnya.
Tangan Mitha pun mulai bergerak mengelus-elus punggungku.

“Ja-jangan di-di sini.. Mas..” Akhirnya Mitha mendesah pasrah.. malah memintaku untuk berpindah tempat.

Akhirnya.. dengan tetap kupeluk.. tubuhnya segera kuseret ke sebuah kamar yang terletak di samping dapur.
Pintu kututup dengan kakiku dan segera kuteruskan aksiku.

Kutarik roknya ke bawah hingga terlepas..
Mitha membantu upayaku dengan melangkahkan kaki melepaskan roknya yang teronggok di mata kaki.

Tubuh bagian bawahnya sudah terbuka sama sekali.
Tanganku segera meluncur ke depan dan mulai meraba gundukan bukit kemaluannya yang ditumbuhi bulu-bulu hitam keriting.

“Mashh.. shh.. ohh..” Mitha mendesah-desah saat tanganku mulai meremas-remas gundukan bukit kemaluannya.
Tanganku segera merasakan adanya cairan lengket yang sudah membasahi celah bukit kemaluan itu.

Tangan Mitha pun semakin berani. Kini tangannya bergerak meraba-raba tonjolan penisku dari luar celana.
Aku menggeliat merasakan nikmat betapa batang kemaluanku yang sudah sangat keras diraba-raba oleh tangan halusnya.

Aku sudah sangat bernafsu ingin segera menikmati tubuh mulus Mitha. Nafsuku sudah sampai ke ubun-ubun.
Segera saja kuhentikan aktivitasku dan kuangkat kaos Mitha ke atas.. kulepaskan melalui kepalanya.

Bra-nya yang berwarna krem kulepas juga dan kulempar entah ke mana. Kini tubuh Mitha sudah telanjang bulat di depanku.
“Mass..” Ia tampak malu dan segera mendekapkan kedua tangannya untuk menutupi dada dan bukit kemaluannya yang terbuka.
Wajahnya memerah. Lucu sekali kelihatannya.

Dengan mataku.. kulahap seluruh pemandangan indah yang terpampang di depanku itu.
Tubuh Mitha begitu bersih dan mulus. Perutnya masih cukup rata.. dengan pinggang yang kecil khas milik gadis perawan.
Payudaranya terlihat cukup besar.. membuat tubuhnya menjadi semakin indah.

Aku segera melucuti pakaianku sendiri dan telanjang bulat di depannya.
Pakaianku kubiarkan teronggok di lantai kamar yang sempit.

Di kamar itu tidak ada tempat tidur, hanya ada kasur busa tipis yang digelar di lantai dengan dialasi tikar plastik.
Satu-satunya perabot yang ada di situ hanyalah lemari kecil yang terbuat dari tripleks sebagai sarana menyimpan pakaian.

Mata Mitha terbelalak melihat batang kemaluanku yang sudah sangat tegak menunjuk ke langit-langit kamar.

Tanpa memberi kesempatan lebih banyak bagi dia untuk melihat seluruh tubuh telanjangku..
segera saja kuraih ia ke dalam pelukan dan kulingkarkan salahsatu tanganku ke belakang..
untuk mulai bergerak mengelus-elus punggungnya dengan begitu lembut.

Tanganku bergerak menyusuri sepanjang tulang belakangnya dan berhenti tepat di pantatnya yang kenyal.
Di sana aku hinggap dan mengusap-usap cukup lama.

Sementara tanganku yang satunya segera menuju ke arah buah dadanya yang masih ditutupi tangan.
Kusingkirkan tangan itu dan kubimbing ke arah selangkanganku.

Mula-mula Mitha terlihat agak kaku kala memegang batang kemaluanku..
namun setelah kubujuk.. sedikit demi sedikit tangannya mulai lincah meremas dan mengurut-urut batang kemaluanku.

“Ohh.. enak, Mith.. terus..” desisku saat tangannya semakin lincah mengurut batang kemaluanku.
Bibirku kembali menyergap mulutnya dan segera mengulum bibirnya yang mungil tipis.

Lidahku kususupkan ke dalam mulutnya dan mulai mendorong-dorong lidahnya.
Iapun membalas serbuan lidahku.

Tanganku segera mengarah ke buah dada Mitha yang ranum dan mulai meremas serta memilin-milin puting buah dadanya.
“Sshh.. ohh.. Mass..!”
Mulut Mitha mendesis-desis saat jari-jariku semakin kuat memilin puting mungilnya yang kini terasa semakin mengeras tajam.

Tangannya juga semakin liar bergerak di selangkanganku.
Dari mengurut, tangannya mulai beralih meremasi biji pelirku dengan gemas.

Beberapa jurus kemudian kudorong tubuh Mitha hingga berbaring telentang di atas kasur.
Tubuhku segera menggumuli tubuh telanjangnya.

Kusibakkan kedua pahanya lebar-lebar hingga gundukan bukit kemaluannya terbuka lebar.
Kutindih tubuhnya dengan batang kemaluanku yang sudah mengeras..
menempel ketat di gundukan bukit kemaluannya yang sudah semakin basah dan terbuka.

Mulutku segera saja menyerbu buah dadanya yang menantang.
“Emhh.. ohh.. Mas..!” Mulut Mitha tak henti-hentinya mendesis-desis. Tangannya dengan gemas meremas-remas rambutku.

Tubuhnya menggelinjang dalam tindihan tubuhku..
sehingga batang kemaluanku yang menempel ketat di bukit kemaluannya jadi tergesek-gesek nikmat.
Ahh.. Hangat sekali rasanya..!

Apalagi dengan keluarnya cairan licin yang mulai merembes dari celah memanjang di bukit kemaluannya..
maka makin menambah lancarnya gesekan alat kelamin kami berdua.

“Ja-jangan, Mass..!” Desis Mitha sambil mencoba menutupi bukit kemaluannya saat mulutku mulai mendekat ke sana.
“Mitha malu..! I-itu kan kotor..” bisiknya. Namun aku tak mempedulikan permintaan itu.

Kupegangi tangannya dan kusingkirkan dari bukit kemaluannya, wajahku segera menempel ke situ.
Tercium aroma khas bau kelamin perempuan yang sangat merangsang gairah kelelakianku.

Tubuh Mitha terhenyak.. pantatnya terangkat menyambut tekanan wajahku saat lidahku mulai menyeruak masuk..
di celah yang terbentang di antara gundukan bukit kemaluannya.

“Ahh.. Mass.. ouch..!”
Seketika tubuh Mitha menghentak-hentak saat lidahku semakin menyeruak lebih dalam menggesek-gesek celah dinding kemaluannya.

Mulutnya terus mendesis-desis.
Sementara tangannya yang memegangi kepalaku tanpa sadar menekan agar aku lebih ketat menyerang bukit kemaluannya.
Aku jadi gelagapan karena sulit bernapas.. namun lidah dan mulutku semakin liar merangsek dan menjilati lubang kemaluannya.

“Akhh.. su-sudah mas.. Mitha.. ohh.. nggak tahan.. aku.. kelu-arghhh..!!”
Gadis itu tak mampu meneruskan ucapannya. Tubuhnya menggelepar hebat.

Pantatnya terangkat-angkat menyambut rangsekan wajahku. Kedua kakinya melingkar mengepit punggungku.
Tubuhnya semakin bergerak liar selama beberapa saat lalu terdiam. Dadanya turun naik mencoba mengatur nafasnya.
Matanya terpejam dan bibirnya mengatup rapat menandakan masih mencoba menghayati kenikmatan yang baru saja kuberikan.

Setelah napasnya mulai sedikit teratur.. segera kutempatkan diriku sejajar dengan tubuhnya di antara kedua pahanya yang terbuka.
Kuarahkan batang kemaluanku di tengah-tengah celah bukit kemaluannya yang basah dan licin sempurna..
lalu kudorong pantatku pelan-pelan.

Slebb.. Bless.. !! Perlahan-lahan sekali kepala batang kemaluanku mulai menerobos celah sempit hangat di tengah bukit kemaluannya.
“Ughh..!!” Nafasku sedikit tertahan merasakan betapa nikmatnya batang kemaluanku saat terjepit erat dalam lubang kemaluan Mitha.

Ternyata.. dia memang sudah tidak perawan lagi..
mungkin sudah diambil oleh pacarnya.. namun aku masih tetap puas karena sudah berhasil menyetubuhinya.

Aku merasa kepala batang kemaluanku berdenyut-denyut..
saat tanpa dikomando pantat bulat Mitha mulai bergerak memutar secara perlahan.
Aihh.. Goyang Karawang ini begitu melenakan..!

Nafsuku yang sedari tadi sudah berkobar jadi semakin menggebu.
Perutku serasa kejang saat batang kemaluanku serasa dipilin di dalam jepitan lubang kemaluannya.

“Ughh.. Mitha.. terus.. enak..!” Sku semakin mempercepat ayunan pantatku.. maju dan mundur.
Aliran desakan magma seolah mengumpul di ujung kepala kemaluanku.. siap meledak sewaktu-waktu.

Apalagi Mitha terus menggoyangkan pantatnya dengan semakin menggila. “Mass..!”
Desah Mitha sambil terus memutar pantatnya. Kedua kakinya menggapit pinggangku dengan ketat.

Mataku seperti kabur menahan gelora kenikmatan yang amat sangat ini.
Aku mengayunkan pantatku sekuat tenaga, menghujamkan batang kemaluanku sedalam-dalamnya ke jepitan lubang kemaluan Mitha.

Kepala batang kemaluanku serasa berdenyut-denyut hendak menumpahkan semua tekanan yang menggumpal di dalamnya.
Hingga akhirnya, Crrot.. Crrot.. Crrot.. Crott..!! “Arghh.. Mitha..!”

Aku menggeram sambil menggigit pundaknya saat batang kemaluanku menyemburkan cairan kental ke dalam mulut rahimnya.
Pantat Mitha kuremas kuat-kuat agar semakin erat menjepit batang kemaluanku. Tubuhku berkejat-kejat di atas perutnya.

Tubuh Mitha pun juga bergerak liar.
Lubang kemaluannya berdenyut-denyut cepat menjepit batang kemaluanku yang masih tertancap dalam-dalam.

Tubuhnya menggelepar dengan liar hingga akhirnya kami sama-sama terdiam beberapa saat kemudian.
Namun nafas kami masih saling berlomba. Kami mencapai orgasme secara bersamaan.
Kulirik wajah Mitha yang cantik.. matanya nampak terpejam.

Kubiarkan batang kemaluanku tetap menancap di liang senggamanya.
Perlahan-lahan aku merasakan jepitan lubang kemaluan Mitha semakin mengendur..
karena batang kemaluanku mulai mengerut dan akhirnya terlepas dengan sendirinya.

Aku lalu menggulingkan tubuhku ke samping tubuh telanjang Mitha dengan tetap memeluknya sambil bersama-sama mengatur napas.

“Kamu hebat sekali, Mith. Aku sayang sama kamu..” bisikku di telinganya.
“Mas Ardi juga hebat. Mitha sampai kewalahan melayani Mas..” balasnya sambil tersenyum malu.

“Eh.. kalau boleh tau.. kok kamu bisa pintar beginian..?” Tanyaku.
Wajahnya merona karena malu. “Pacar Mitha yang ngajarin..” jawabnya agak malu-malu.

“Tapi kita udah putus kok..” tambahnya kemudian dengan buru-buru.
“Ja-jadi kamu sudah biasa main sama pacar kamu..!?” Tanyaku pura-pura kaget.
“I-iya, Mas..” jawabnya agak malu.

“Gimana rasanya batang dia kalau dibandingin punyaku..?” Tanyaku menggodanya.
“Ah, Mas Ardi bisa aja..” bisiknya sambil mencubit batang kemaluanku.
“Pasti gede ya..?” Kataku terus menggoda.

“Ahh.. udah ah. Mitha nggak mau ngomong. Tanya yang lain aja..”
jawabnya sambil tangannya meremasi batang kemaluanku yang sudah mulai menggeliat bangun lagi.

“Iih.. nakal ya.. sudah dikasih mau minta lagi..” katanya sambil meremas batangku lebih kuat.
“Lho.. kan kamu yang mbangunin. Tadi masih enak-enak tidur dipegang-pegang. Jadi ya bangun begini..” kataku menggoda.
“Pokoknya kamu harus bertanggungjawab nih..” Kataku lagi sambil tanganku mulai menggerayangi tubuhnya.

Begitulah.. malam itu, selama Ece Geulis tidur di kamar.. aku dan Mitha bersetubuh beberapakali lagi hingga benar-benar puas.
Berbagai posisi dan gaya kami lakukan di kamar sempit itu.

Paginya.. baru aku menemui Ece dan memberinya jatah satukali lagi.
Gara-gara tidak sengaja.. aku jadi dapat menikmati keindahan tubuh dua wanita tetanggaku. Aahh..

Setelah hari itu, hubunganku dengan Mitha menjadi semakin akrab.. kalau tidak mau dikatakan berpacaran.
Memang tidak ada yang nembak duluan..

Namun setiapkali kami bertemu pasti tidak luput spermaku mampir di memek.. perut ataupun mulutnya.
Lebih dari sekedar berpacaran bukan..? Hehe..

Sementara dengan Siska dan Ece Geulis.. aku juga masih tetap sama.
Dengan adil aku berusaha memuaskan kedua wanita itu.. meski sudah tidak bisa sesering dulu.. karena sekarang sudah ada Mitha.

Mitha sendiri tampak tidak keberatan.. ia seperti berusaha menutup mata dengan segala tingkah lakuku.
Yang penting aku tetap mencintainya.. begitu dia berkata saat kutanya alasannya.

Iya.. Mith.. kamulah satu-satunya cintaku. Siska dan Ece hanya tempat pelampiasan nafsuku.
Kepada kamulah kutitipkan hatiku.

----------------------------------------------
 
Rumah Kontrakan sudah tamat apa belum ?
Atau msh sambung ke part 12 ?
Atau mau lanjut ke Cerita 93 ?
 
----------------------------------------------------------

Cerita 92 – Rumah Kontrakan

Part 12

Dan hari ini aku ulang tahun. Sebagai pasangan baru.. tentu aku ingin merayakannya bersama Mitha.
Jauh-jauh hari kami sudah menyusun rencana.. sehabis kerja akan kujemput Mitha di kampus.

Kami akan nonton bareng.. setelah itu dinner di tempat yang romantis.
Rencana yang sangat sempurna bukan..? Kita memang boleh berkehendak.. namun tetap Tuhan yang menentukan.

Di hari H, tiba-tiba saja Mitha sakit. Ia mengirimiku SMS kalau hari ini tidak bisa pergi ke kampus.
Dengan begitu.. sepertinya acara kami juga akan batal.

Dengan kecewa.. sepulang kerja aku segera pergi ke rumahnya yang dempet dengan rumah Ece Geulis.
Aku bawakan obat sekaligus makanan kalau misalnya dia tidak kuat masak.

Kuketuk pintu rumahnya pelan. Yang membukakan pintu ternyata Ece..
dengan hanya mengenakan kaos tipis dan celana pendek sejengkal.

Pantatnya yang berisi tampak terburai keluar di sore yang terik itu..
begitu juga dengan payudaranya yang menggantung bebas.. menampakkan sisi bagian depannya yang bulat dan indah.

Aku segera mengalihkan pandangan.. pura-pura tidak tertarik dengan hal itu. Bisa celaka kalau sampai tergoda.
Namun Ece tanpa sungkan menarik tanganku dan menutup pintu dengan cepat.

Dia lalu memelukku dan memberiku ciuman hangat di bibir sambil berkata.. “Selamat ulang tahun. Ar..!”
Dari tonjolan putingnya yang menekan dadaku.. bisa kupastikan kalau saat itu Ece tidak mengenakan beha.
Dan aku berani taruhan kalau ia juga tidak mengenakan celana dalam. “Iya, Ce. Terimakasih. Tapi.. mana Mitha..?” Tanyaku.

Ece melepaskan pelukannya dan tersenyum, “Dia sedang tidur habis minum obat..” katanya sambil menyingkap kaos tipisnya ke atas..
menampakkan kedua gundukan payudaranya yang besar kepadaku. Lengkap dengan putingnya yang menonjol mungil kemerahan.

“Eh, Ece mau apa..?” Tanyaku bingung. Takut tiba-tiba Mitha datang dan memergoki ulahnya.
“Mumpung Mitha lagi tidur..” katanya. “Sudah dua hari lho kamu nggak nyentuh aku..!”

Mulutku ternganga dan tidak bisa berkata apa-apa lagi.
Aku sebenarnya sudah ingin memprotes.. namun Ece sudah keburu meraih tanganku dan menyeretku ke arah dapur.

Di sana.. Ece langsung memelukku dan memberiku ciuman hangat di bibir.
Ia melumat bibirku begitu rakus hingga aku jadi tidak bisa melawan. Bahkan saat ia mulai menelanjangi diri.. aku juga diam saja.

“Anggap saja ini sebagai hadiah ulang tahun dariku..” kata Ece sambil memelorotkan celana dalamnya ke bawah.
Ia sudah sepenuhnya telanjang sekarang. Nampak tubuhnya begitu putih dan mulus.. sangat bisa memancing nafsuku.

Diberi suguhan seperti itu.. aku yang pada dasarnya berdarah panas jadi tidak bisa menolak.
Perasaan takut akan dipergoki oleh Mitha dikalahkan oleh nafsu yang menggebu-gebu.

Apalagi saat melihat memek Ece yang berbulu lebat.. yang labianya sudah terlihat membengkak dan memerah..
Maka semakin terpancinglah libidoku.

“Hmm.. ngaceng gini pake nolak segala..!” Kata Ece saat tangannya masuk ke balik celanaku.
Dipegangnya penisku yang sudah setengah menegang.

Tanpa banyak kata.. iapun menunduk untuk mengendurkan ikat pinggangku lalu melepas celana jinsku.
Dia tersenyum saat melihatku tidak memakai celana dalam..
Toewew.. kontolku yang sudah sedikit mengeras segera terlempar ke dalam genggamannya.

Dengan tangan kanannya Ece menangkup kedua bolaku..
sementara dengan tangan yang lain ia memegangi penisku sambil mulai mengocoknya lembut.

Penisku langsung tumbuh lebih besar dan lebih keras dari sebelumnya.
Saat sudah menegang penuh, Ece menjilat bibirnya dan berkata.. “Ini akan jadi hadiah ulang tahun yang tidak akan kamu lupakan..”

Sehabis berkata begitu, iapun menunduk dan langsung menciumi ujung penisku.
Lidahnya menjulur untuk mengisapi kepalanya yang gundul selama satu menit..
Ece menjilati cairan precum yang kukeluarkan sebelum tiba-tiba ia membuka mulutnya dan mendesakkan batang penisku ke sana.

”Ughh..” rasanya sungguh nikmat sekali diemut oleh Ece. Kepalanya bergerak bolak-balik mengulum batang coklatku.
Selama beberapa menit ia melakukannya sebelum kemudian berdiri dan mengatakan kepadaku agar mengikutinya ke kamar mandi.

”Ayo. Ar. Memekku dah gatel banget ini..” kata Ece ketika kami pergi menuju halaman belakang.

Selama berjalan.. ia mengayunkan pantatnya di depan wajahku dan menunjukkan vaginanya yang sudah sangat basah kepadaku.
Aku mencoleknya sedikit dan Ece menggelinjang geli karenanya.

Tiba di dalam.. ia langsung mengunci pintunya dan langsung memelukku. Tanpa menunda-nunda.. Ece melumat dan menciumi bibirku.
Kubalas dengan sama-sama rakus.. namun Ece mendorong tubuhku dan kemudian berbaring di lantai kamar mandi yang dingin.

Ia membuka kakinya lebar-lebar sambil menunjuk lubang kemaluannya yang sudah menganga sempurna.
“Jilat, Ar..!” Ia meminta. Aku lantas berlutut di antara kedua kakinya dan mulai menjilat lembut di sana.

Slrupp.. Kukulum dan kuisap-isap bagian dalam liang vaginanya hingga jadi semakin basah dan lengket.
Aku terus melahap memek sempit Ece sampai ia mulai tegang dan melengkungkan punggungnya..
tanda kalau sebentar lagi akan mencapai puncaknya.

“Ohh.. aku keluar, Arr..!!” Ece mengerang keras dengan tubuh bergetar.
Dari liang vaginanya memancar cairan panas yang sangat banyak sekali membasahi mulut dan wajahku.

Aku mengangkat kepala hingga sisa-sisa cairan Ece menetes-netes dari wajahku.
Kami tertawa bersama. Kulihat nafas Ece masih tersengal-sengal.. namun ia tersenyum begitu puas.

Ece kemudian duduk dan meraih kepalaku.
Dia mengusap-usao wajahku yang masih penuh dengan cairan.. lalu menciumku dengan begitu lembut.

“Sekarang giliranmu..” bisiknya sambil mendorong punggungku hingga rebah ke lantai.

Ubinnya yang basah terasa begitu dingin saat menyentuh kulitku..
sangat kontras dengan badan Ece yang hangat.. yang pelan-pelan mulai mengayunkan kaki di atasku.. mengangkangi perutku.

“Aku selalu kangen kontolmu ini, Ar..” kata Ece sambil mengambil penisku dengan tangan kirinya..
lalu menuntunnya ke arah liang vaginanya yang sudah basah kuyup.

Dia memegangi penisku di pintu masuknya sebentar sebelum menurunkan dirinya pelan-pelan.
Slebb.. “Ough..” aku merintih saat kepala penisku mulai masuk menembus liang senggamanya.

Ece terus menurunkan tubuhnya hingga penis panjangku semakin jauh memasuki tubuh sintalnya.
Saat sudah terbenam sempurna.. kami pun mengerang secara bersamaan. “Arghhh..”

Ece tetap dalam posisi seperti itu selama satu atau dua menit..
sebelum mulai menaikkan dan menurunkan vaginanya ke penisku dengan gerakan ke bawah yang sangat mantap.

Saat aku menatapnya dan melihat payudaranya yang berayun bolak-balik..
aku segera mengangkat tangan dan menangkup keduanya untuk meremas serta mencubiti putingnya yang menjulang indah..
sampai Ece mendesah penuh nikmat karenanya.

”Isap Ar..!” Kata Ece sambil membungkuk ke depan.. memberikan salahsatu tonjolan putingnya kepadaku.
Mulutku segera terbuka dan langsung mengisapnya dengan begitu rakus.

“Auw..! Pelan-pelan saja, Ar..!” Ece menjerit.. namun terlihat sangat menikmatinya.
Bahkan ia kini menggerakkan pinggulnya semakin cepat hingga membuatku jadi merem melek keenakan.

Terus menjilatinya, kunikmati kehalusan dan kekenyalan buah dada Ece.. juga jepitan liang vaginanya yang begitu sempit dan menggigit.
Tanpa perlu mengubah-ubah posisi.. kami sudah sama-sama puas.

Tak lama kemudian Ece kembali orgasme..
kedutan-kedutan liang vaginanya yang begitu melenakan membuatku menyusul tak lama kemudian.

Tanpa perlu bertanya.. crott.. crott.. crott.. kutembakkan semua spermaku ke lorong sempit organ kewanitaannya.
Cairan kami bercampur menjadi satu..
dan menetes keluar banyak sekali saat Ece mencabut penisku dan kemudian berbaring terengah-engah di belakang pintu.

Ece menatapku dan tersenyum.. “Bisa-bisa aku hamil, Ar.. kalau terus kamu isi kayak tadi..” katanya manja.
Aku tertawa.. “Mungkin lain kali kita kudu pake kondom, Ce..”

“Nggak ah..” Ece menggeleng.
“Gak enak pake karet.. lebih baik aku hamil daripada pake kondom gitu..” Kami sama-sama tersenyum.

“Aku juga nggak suka pake karet. Ya buat jaga-jaga.. kita sebaiknya lebih hati-hati aja..” kataku.
Ece tersenyum dan mengangguk setuju.

Saat itulah kami mendengar suara batuk Mitha dari kamar depan. Rupanya gadis itu sudah bangun.
Ece segera melompat berdiri dan menyambar handuk..
sementara aku dengan cepat mengenakan pakaianku kembali dan berlari menuju ruang tamu.. pura-pura baru saja datang.

Semenit kemudian.. pintu kamar Mitha terbuka.
Gadis itu keluar tersaruk-saruk dengan badan lemas dan wajah pucat.

Aku segera melangkah menghampirinya. ”Gimana keadaanmu, Mith..?” Tanyaku sambil memeluk tubuhnya yang terasa panas.
”Eh.. mas Ardi..” ia menumpangkan tangan ke bahuku.. terlihat sangat senang dengan kedatanganku.

”Sudah agak mendingan, tapi masih lemas..” jawabnya.
”Kamu duduk aja, biar aku bikinkan minuman hangat..” kataku.

”Teteh ke mana..?” Ia bertanya mencari keberadaan Ece Geulis.
Saat itulah.. Ece keluar dari kamar mandi dengan tubuh hanya terbalut handuk.

”Ece lagi mandi..” jawabnya sambil tersenyum dan mengedipkan mata kepadaku.
Ia berjalan menuju kamar untuk berganti pakaian.

Setelah Ece menutup pintu.. Mitha menatapku dan bertanya, rupanya ia sempat menangkap isyarat mata dari Ece.
“Itu tadi maksudnya apa..?”
“Ehm, aku juga nggak tau..” sahutku sambil segera berlalu meninggalkannya.. tidak ingin lagi ditanyai yang macam-macam.

Sampai malam aku menemani Mitha. Ece juga bersama kami berdua.. ia baru pulang setelah suaminya datang.
”Ar.. titip Mitha ya..” kata Ece sebelum keluar.. ia menggendong bayinya yang sudah tertidur dalam dekapan.

”Awas lho.. jangan diapa-apakan..!” tambahnya serius.
Aku cuma mengacungkan dua ibu jari sebagai jawaban.. sementara Mitha hanya tertawa saja.

Sepeninggal Ece.. Mitha segera menggeser duduknya mendekatiku.
Ia merebahkan kepalanya di bahuku sementara tangannya seperti tidak sengaja namplok di selangkanganku.
”Eh, udah bangun..” bisiknya pelan sambil meremas penisku perlahan.

Aku menatapnya dan tersenyum. ”Terus kamu mau apa..? Kamu kan lagi sakit..” kataku.
”Yang sakit kan badanku, Mas.. yang ini enggak kok..” Mitha menunjuk selangkangannya.

”Lagian, mas Ardi lagi ulang tahun sekarang, sudah seharusnya kita rayakan secara spesial..”
Penisku langsung menegang keras begitu Mitha mengusap-usapnya secara begitu halus.
Dia terus membelainya sambil mulai menciumi mulutku. Aku hanya tersenyum dan mengimbangi lumatannya.

Dalam hati aku berpikir; Dua kado ngentot kudapatkan di hari ulang tahunku dari dua wanita yang sangat spesial..
Namun masih ada sisa satu.. apa kira-kira besok Siska juga akan memberikan kado yang sama ya..?

Ah.. aku harap saja begitu.

Mitha menyadarkan lamunanku saat menarik tanganku untuk ditempatkan di atas gundukan celana dalamnya.
Sudah terasa begitu basah di sana.
Seperti biasa.. Mitha mengenakan celdam model g-string, jenis kesukaanku.

Mudah saja tanganku menyelip di selanya yang mungil dan mulai memegangi liang kemaluannya.
Kutusuk-tusukkan jariku di sana sambil berusaha kuimbangi ciuman Mitha yang kini terasa semakin yahud.

”Buka, Mith..” aku berbisik pelan sambil mulai membuka kancing bajunya satu per satu..
juga melepas bra-nya yang terasa menghalangi remasan tanganku.

Payudaranya yang bulat padat kini sudah terbuka lebar.. menampakkan gundukannya yang begitu membukit sempurna.
Benda itu terlihat mengkal.. sama sekali tidak kendor ataupun lemas.

Beda dengan milik Ece.. yang meski sangat besar namun sudah tidak ’utuh’ lagi.
Punya Mitha masih sangat sempurna.. itu yang kusukai dan yang kucari-cari dari dulu.

”Hah.. hah..” Mitha menghela napas dan membaringkan tubuh montoknya di kursi.. menghadap ke diriku.
Ia membiarkan tanganku mulai bermain-main di atas gundukan payudaranya yang mulus dan indah.

Terasa lembut sekali saat kutekan.. juga begitu hangat dan kenyal.
Putingnya yang mungil kemerahan nampak begitu menggemaskan..
yang langsung kupijit dan kupilin-pilin lembut hingga membuat Mitha jadi merintih kegelian.

”Curang ah.. ini juga dilepas donk..”
Desisnya sambil membuka kancing ikat pinggangku dan menurunkan ritsletingku dengan terburu-buru.

Setelah terlepas.. ia segera meraih batang penisku dan langsung mengocoknya dengan begitu lembut.
Dengan cepat tubuh kami sudah sama-sama telanjang. Kami terus saling berpelukan sambil membelai tubuh masing-masing.

Mitha menyandarkan kepalanya ke bahuku sambil tangannya tetap memegangi penisku.. mengocoknya cepat.
Sementara aku mengusap seluruh tubuh mulusnya.. mulai dari punggung hingga bokongnya yang bulat padat.
Juga tak ketinggalan gundukan dada dan liang vaginanya yang bulat tembem.

”Mas diam ya.. sekarang biarkan Mitha yang bekerja..” bisiknya serak sambil berlutut dan mulai menciumi penisku.
Kurasakan panas di tubuhnya sudah sedikit menurun.. digantikan oleh cucuran keringat yang amat banyak..
membuat tubuhnya semakin mengkilat dan basah saja.

Mungkin benar apa kata dokter; Seks bisa menyembuhkan meriang..! Kalau tidak percaya.. coba saja di rumah.

Mitha menatap mataku sambil mencoba menempatkan batang penisku ke dalam mulutnya.
Awalnya memang terlihat agak susah karena milikku memang besar sekali..
namun aku yakin Mitha bisa melakukannya.. karena sudah sering ia memanjakanku dengan oralnya yang mantab.

Dan benar saja.. satu menit kemudian kontolku sudah meluncur mulus keluar-masuk di dalam mulutnya.
Dengan lidahnya Mitha menjilati batangku.. ia juga menangkup bolaku dengan kedua tangannya..
meremas-remasnya lembut sambil menyuruhku agar meremasi gundukan payudaranya.

Mitha memang paling suka kalau dadanya kumainkan..
itu adalah salahsatu area sensitif di tubuhnya.. dipegang sedikit saja sudah membuatnya merintih tak karuan.

Apalagi kalau diremas-remas seperti sekarang..
erangan dan desisannya langsung berpadu dengan geramanku.. mengisi ruang tamu yang mungil itu.

Sadar kalau kami masih berada di ruang publik yang bisa saja ada orang tiba-tiba masuk..
Mitha segera mengajakku berpindah ke kamar. Dengan memegangi penisku yang sudah mengacung tegak.. ia menyeret tubuhku.

Aku menurut saja.. persis seperti kerbau yang dicucuk hidungnya.
Namun jangan salah.. sebentar lagi kerbau yang ini akan mencucuk sawah si ibu petani. Hehehe..

Mitha segera mendorong tubuhku hingga terbaring pasrah di atas ranjang.
Seperti janjinya tadi.. dialah yang aktif mengendalikan permainan.

Sambil tersenyum manis Mitha naik mengangkangiku dengan kaki melangkah di setiap sisi tubuhku.
Lalu pelan-pelan ia mulai menurunkan tubuhnya ke bawah..
Clebb.. sampai kepala penisku mendorong lembut bibir liang vaginanya yang sudah begitu basah.

Mitha memegangi penisku sejenak untuk digosok-gosokkan di celah bibir liang kemaluannya..
sekedar meyakinkan kalau alat kelamin jadi sama-sama basah.

Sementara ia melakukan itu.. aku mengulurkan tangan untuk menangkup gundukan payudaranya yang bergoyang-goyang indah.
Kuremas-remas sebentar benda putih mulus itu sebelum akhirnya kutarik mendekat untuk kujilat dan kuisap-isap putingnya yang mungil.

”Sudah, Mith. Masukkan sekarang..” rintihku saat ia terus menggesek-gesekkan ujung penisku di bibir liang vaginanya..
seolah tanpa berniat untuk segera memasukkannya.
”Sabar mas.. Sebentar lagi..” ia tersenyum.. seperti sengaja ingin menggodaku.

Tak tahan.. akupun segera memegangi pinggulnya dan menekannya ke bawah.
Tanpa bisa dicegah.. penisku yang sudah berada di celah bibir kemaluannya langsung meluncur masuk.

Sleepp.. Jleebb..! ”Auwghh..!” Mitha mendesah kaget.. namun segera tersenyum.
Apalagi saat pinggulku mulai bergerak maju-mundur menyetubuhinya.. ia semakin lupa akan niatnya semula untuk memanjakanku.

”Ohh.. enak, Mas.. auhh..” Mitha merem melek keenakan.
Begitu juga denganku.. ”Ohh.. ohh.. goyang terus, Mith..” pintaku sambil berpegangan pada pinggulnya yang bulat.

Kami terus saling menghentakkan pinggul, terutama saat penisku terasa ada yang menyedot-nyedot halus.
Oh.. rupanya Mitha sedang memberikan empot ayamnya.
Ditambah desahan dan rintihannya yang nakal.. jadilah urat syaraf birahiku semakin terangsang hebat.

”Ohh.. Mit, nikmat banget memekmu..” desisku dengan pantat terus bergerak maju-mundur mengoyak liang vaginanya.
”Ahh.. ahh.. Mas..!” Sementara Mitha dengan desahannya yang manja.. menggerakkan pinggulnya memutar..
berusaha mengimbangi segala tusukanku.

Ia menundukkan kepala.. mendekatkan bibirnya yang seksi kepadaku.. yang langsung kusambar dan kulumat dengan begitu liar.
Tak lupa juga remasan tanganku di gundukan payudaranya yang kini terasa begitu keras..
lengkap dengan puting mungil yang kini jadi begitu kaku dan tegang.

Tubuh polos kami saling menempel erat.. dengan keringatku bercampur dengan keringatnya.
Sprei sudah acak-acakan.. begitu juga dengan bantal dan guling yang entah terlempar ke mana.
Kami sudah tak peduli lagi. Yang penting kami sama-sama nikmat.

”Mith, ganti posisi yuk..!” Ajakku.
“Terserah.. asal jangan dilepas ya..? Habis enak banget sih..” desisnya manja.

Dengan kontol masih menancap tegang di liang vaginanya.. kuangkat tubuh bugil Mitha lalu merebahkannya di bawah..
sekarang ganti aku yang berada di atas.

Sambil menciumi bibirnya kembali pinggulku bergerak cepat.. seperti layaknya piston dengan RPM maksimum.
Dan tak cuma menusuk.. terkadang aku juga menggerakkannya memutar..
hingga membuat Mitha jadi merem-melek menahan gairah yang mungkin sangat diharapkannya malam itu.

”Gila, Mith.. Enak banget memekmu..” bisikku sambil kembali meremasi gundukan payudaranya yang sekarang terlihat lebih menantang.
”Ohh, mas.. aku udah nggak kuat..” rintihnya dengan pinggul tersentak-sentak pelan.

”Tahan sebentar, Mith. Aku juga mau nyampai..” erangku dengan goyangan semakin liar.
Beberapa detik kemudian.. segera kucabut batang penisku dan kusodorkan ke arah wajahnya.

”Isap, Mith..” pintaku sambil tanganku mengocok kencang batangku yang rasanya seperti sudah berada di ujung.

Dengan jilatan ganas Mitha mengisapnya.
Tanpa menunggu lama.. spermaku yang kental langsung muncrat keluar.. membasahi mulut dan bibirnya.

Seperti mendapat minuman hangat.. Mitha langsung menelan semuanya.
Ia bahkan menjilati semua sisa-sisanya hingga tidak ada yang tertinggal.

Batang kontolku jadi bersih kembali layaknya habis dicuci..
sama sekali tidak terlihat kalau habis muntah-muntah beberapa detik yang lalu.

”Kamu luar biasa, Mith..” pujiku atas kehebatan Mitha melayaniku.
Aku duduk di atas ranjang sementara penisku masih menegang tanggung.
”Syukurlah kalau mas suka..” katanya sambil mengusap dan mempermainkan penisku dengan penuh rasa sayang.

Setelah kami kembali bernafas normal.. ganti aku yang menempatkan Mitha di atas ranjang dan membuka kakinya hingga terbuka lebar.
”Mas mau apa..?” Ia bertanya bingung.
”Kamu belum keluar kan..?” Tanyaku dengan tangan mulai bermain di atas liang vaginanya.

Tanpa menunggu jawaban.. kumasukkan tanganku untuk mengocoknya sambil mulutku ikut turun untuk menjilatinya.
”Auwh.. ahh.. ahh.. Mas..!” Mitha menggelinjang, sama sekali tak sanggup untuk menolak.
Dalam waktu singkat ia meremas rambutku dan menjepit kepalaku di antara pahanya.

”Mas, aku keluaragghh..!!” Jeritnya dengan tubuh bergetar pelan.
Srrr.. srrr.. srrr.. Dari liang vaginanya menyembur cairan hangat yang banyak sekali..
membasahi seluruh mukaku karena aku sama sekali tidak dapat menghindar.

Kubiarkan Mitha berbaring untuk sejenak.. setelah nafasnya sedikit mulai tenang dan jepitan kakinya agak sedikit mengendur..
aku membungkuk ke depan untuk memeluk dan menciumnya.

Kami terus dalam posisi seperti itu selama beberapa menit..
sebelum akhirnya Mitha berkata lebih baik kami segera membersihkan diri karena hari sudah beranjak malam.
”Aku masakin air ya..?” Tawarku. Mitha mengangguk mengiyakan.

Kamipun mandi bareng, air hangat. Di kamar mandi.. sempat sekali lagi kami melakukannya.
Aku jadi teringat kejadian tadi sore.. saat tanpa kusangka bisa melayani Ece di tempat ini.

Layaknya deja vu.. sekarang aku melayani adiknya untuk hal yang sama.
Bedanya.. yang ini lebih nikmat.. karena Mitha masih muda dan tubuhnya masih sangat kencang sekali.

Ibarat mobil.. baru keluar dari dealer. Masih mulus dan halus sekali saat dinaiki.. hehe..
--------------------------------------------------------
 
Bimabet
Makasih atas updatenya om @Pecah Utak

Seru juga abis maraton bacanya..Mujur bener ya nasib Ardi..Kyknya Devi boleh juga klo Ardi bisa naklukin tuh..
 
Jav Toys
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd