Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

[Kompilasi] Rumput Tetangga 'Nampak' Selalu Lebih Hijau.. (CoPasEdit dari Tetangga)

----------------------------------------------------------

Cerita 92 โ€“ Rumah Kontrakan

Part 9

Malam
itu aku dan Siska tertidur sangat lelap dengan tubuh telanjang kami berpelukan.
Menjelang pukul 6.30 pagi aku terbangun karena ingin buang air kecil.

Pelan-pelan kulepaskan tangan Siska yang masih memeluk tubuhku.. aku tidak ingin membangunkannya.
Dengan tubuh yang masih telanjang.. aku bangkit menuju ke toilet untuk buang air kecil.

Setelah kembali.. aku terdiam melihat Siska yang masih tertidur dengan posisi terlentang.
Wow.. sungguh pemandangan indah yang sulit kulukiskan.

Aku duduk di tepian ranjang di samping tubuhnya..
seakan-akan tak puas-puasnya mataku melihat setiap inchi tubuh Siska yang telanjang.. secara refleks kontolku tegang.

Sebelum aku berbuat lebih jauh.. otakku mempunyai ide nakal; segera aku berjalan ke laci mejaku untuk mengambil camcorder.
Kutekan tombol aktif untuk mengambil video shoot lalu kuletakkan di tempat yang tak diketahui Siska..
Kemudian kembali aku bergerak berbaring di sampingnya dan tanganku mulai meraba payudaranya.. mengecup pundaknya.

Mulanya Siska masih belum bergeming.. tapi setelah kumainkan pentil payudaranya.. ia pun bereaksi.
โ€œEhhm.. Ardi nakal.. emangnya nggak ngantuk..?โ€ Tanyanya dengan mata yang masih terpejam..
sedangkan tangannya bergerak mengelus punggung tanganku yang tengah meremasi tonjolan payudaranya.

โ€œAkunya sih dah ngantuk.. tapi adikku ini yang nakal.. hehe..โ€ jawabku.
โ€Coba aja kamu pegang, nih..โ€ kataku sambil membimbing tangan kanannya ke arah kontolku yang sudah tegak menantang.

Kini posisi Siska tidak terlentang lagi.. tapi memelukku dari sebelah kanan..
sembari tangan kanannya menggenggam kontolku yang tegak dengan sempurna.

โ€œEhhmm.. aduh.. koq bisa gede lagi, Ar..? Kontol kamu kuat banget sih..!โ€ Tanyanya kaget.
โ€œSebenarnya wajar aja sih kontolku gede lagi// abisnya kamu yang cantik bugil di ranjangku. Kamu mesti tanggungjawab nih..โ€ jawabku.

โ€œEhm.. kamu bisa aja, Ar.. pintar banget ngerayu aku.. tapi aku nggak mau.. aku mandi dulu ah..โ€
jawab Siska sambil berusaha bangkit dari pembaringan.

Tapi tanganku berhasil memegang tangannya.. sehingga terjadi adegan tarik menarik antara aku dan dia.
Siska yang saat itu dalam posisi berdiri.. dan aku duduk di tepian ranjang.. dengan adanya tarik menarik tersebut..
sungguh aku melihat gerakan yang sangat erotis darinya..
khususnya dari kedua payudaranya yang ikut bergoyang saat tanganya kutarik.. Wuihh.. indah sekali.

Tubuh Siska pun melemas saat ia kutarik sekali lagi.. dan kini tubuhnya tepat berada di depanku.
Wajahku tepat berada di tengah-tengah payudaranya yang montok menantang.. dengan kedua tanganku berada di kedua pantatnya..
Uuh.. posisi yang sungguh menantang sekali buatku.

Clrup.. Dengan lembut kukecup kedua payudaranya dan kucium juga perutnya yang rata.
โ€œEhmm.. Ardi.. kamu membuatku melayang.. aku sayang kamu, Ar..โ€ rintih Siska.

โ€œHmm.. sepertinya kamu memang harus mandi, Sis..โ€ kataku.
โ€œEmang kenapa..? Kok gak dilanjutin..? Apa aku kurang seksi..?โ€ Tanya Siska sambil menggoyang-goyangkan tubuhnya..
sehingga kedua payudaranya yang bulat besar bergerak-gerak dengan indahnya.

โ€œKamu seksi sekali, Sis.. tapi..โ€ kataku.
โ€œTapi kenapa..? Masih ada waktu kok.. suamiku pasti masih teler..!โ€
Jawab Siska sambil terus bergoyang.. kali ini gerakannya seperti seorang striptes menari-nari di hadapanku.

โ€œBukan itu maksudku.. tapi karena tubuhmu sudah bau sekali.. bau peju..!! Hehehe.. sana gih mandi..โ€
ujarku sambil kuputar tubuhnya dan kupukul dengan lembut pantatnya yang semok.

โ€œHuh.. dasar nakal kamu, Ar.. awas ya, nggak aku kasih lagi loh..โ€
Jawab Siska sambil merengut dan berjalan berlenggak-lenggok menuju kamar mandi.
Uhh.. sungguh seksi nih perempuan..! Batinku.

โ€œBener nih aku nggak dikasih lagi..?โ€
Tanyaku sambil berjalan mengambil camcorderku dan membawanya ke kamar mandi untuk mengambil gambar Siska yang akan mandi.

โ€œAah, Ardi.. malu ah.. sana pergi..!โ€
Siska mengusirku sembari berusaha menutup pintu kamar mandi setelah sadar aku mengambil gambarnya saat sedang mandi.

โ€œNgapain mesti malu..? Kan seluruh tubuhmu sudah aku lihat..? Aku hanya ingin mengabadikan saat-saat kita bersama..
aku takut berpisah denganmu, Sis..โ€ kataku.

โ€œKok kamu ngomong seperti itu, Ar..? Aku akan selalu bersama kamu koq..โ€
jawab Siska sembari mendekat kepadaku dengan tubuh yang basah dan lalu mencium bibirku lembut.

โ€œIya.. aku percaya sama kamu.. tapi boleh kan aku mengambil gambarmu sekarang..?
Habisnya kamu seperti bidadari dari kayangan lagi mandi.. sayang kan kalau tidak diabadikan..? Hehe..โ€ rayuku.

โ€œOk deh.. kalau itu maumu.. ambil yang bagus ya..โ€ jawab Siska.
โ€œOke.. tapi kamu juga harus bergaya yang seksi donk. Tenang aja.. pasti ada bayarannya deh..โ€ jawabku.

โ€œHah.. ada bayarannya..? Kamu jangan bercanda ah, Ar.. emang aku perempuan apaan pake dibayar segala..!?โ€
Jawab Siska sambil merengut.
Uh.. wajahnya tambah menggemaskan sekali saat dia marah.

โ€œBukan itu maksudku.. pokoknya kamu akan suka deh.. Udah.. kamu sekarang mandi yang bersih.. bersihin tuh peju di vaginamu.. hehe..โ€
jawabku sambil terus kuarahkan camcorderku ke tubuhnya yang telanjang.
โ€œIni kan gara-gara peju kamu, Ar.. Dasar..!โ€

Akupun terus mengambil gambarnya sampai.. โ€œAr, ayo sini mandi sama-sama.. Sudah.. taruh sana camcordernya..!โ€ Ajak Siska.
โ€œOke deh..โ€ jawabku lalu kutaruh camcorderku di tempat yang tepat agar tetap dapat mengambil gambar..
lalu akupun menyusul Siska mandi.

Setelah di dalam segera kupeluk dia dan kamipun saling menggosokkan tubuh kami dengan sabun dan saling membilas.
Setelah bersih.. Siska berjongkok di depan kontolku dan memeganginya.. lalu pelan tapi pasti kontolku pun masuk ke dalam mulutnya.

Slrupp.. dengan lembut kontolku diisap dan dijilat.. mulai ujung kepalanya sampai dengan buah pelirnya.
Semuanya habis disapu oleh lidah Siska.

โ€œOhh, Sis.. kamu makin pintar aja.. kamu bikin enak kontolku.. Emang nggak takut disodok ya sama pentunganku ini..? Aahh..โ€
rintihku keenakan sambil kubelai-belai rambutnya yang basah.. sementara tanganku yang lainnya mengelus-elus punggungnya.

โ€œIya donk.. ehm abisnya kontol kamu lebih enak dari es krim sih.. gede banget lagi.. Siapa yang takut..!?
Eehhhmm.. cup.. cupp.. sllruup..!โ€ Jawab Siska sambil terus mengemut kepala kontolku.

Setelah sekian lama.. dia pun meminta kontolku agar dimasukkan ke dalam liang vaginanya.
โ€œAr, masukin ya.. aku dah nggak kuat nih.. please, entotin aku..โ€ pinta Siska seperti merengek.

โ€œNggak ah, nggak mau.. entar malam aja. Aku takut suamimu dah bangun.. lebih baik kita cepat-cepat, kamu harus kembali secepatnya..โ€
jawabku.
โ€œYah, nanggung donk.. please, Ar, entotin aku sekali lagi.. please, perkosa aku..!โ€ Rengek Siska. Tapi rengekannya tetap tidak kugubris.

Aku langsung keluar dari kamar mandi meninggalkannya dan segera mengeringkan tubuhku dengan handuk.
Tak lama Siska pun keluar dan kuberikan handukku kepadanya.

Selama mengenakan pakaian kami tak banyak bicara.. sepertinya Siska agak kecewa dengan keputusanku.
Pikirku biar saja.. aku ingin memberi kejutan untuknya.

โ€œAr, aku pulang ya..โ€ kata Siska, dia sudah rapi kembali.
โ€œOke, baik-baik ya.. aku sayang kamu, Sis..โ€ jawabku.

โ€œHuh.. kamu nggak sayang sama aku..!โ€
Balasnya lalu mencubitku dengan gemas dan langsung bergegas menuju ke arah pintu dan pulang.

Dalam hati aku tertawa geli melihat tingkah pola Siska yang sedang menahan bara nafsu birahi dalam dirinya..
Sabar ya, sayang..

Setelah kurang lebih dua menit, akupun bergegas keluar sambil membawa camcorderku dan menuju ke arah pintu rumahnya.
Kuketuk pintu rumahnya. Tak lama muncul wajah dari balik tirai.

Lewat mimiknya aku memastikan Siska bertanya ada apa.. lalu kujawab dengan isyarat untuk membuka pintu.
Tak lama pintu terbuka.. kulihat Siska hanya menggunakan handuk pendek.. yang hanya bisa menutupi payudara dan lubang vaginanya.

โ€œAda apa, Ar..?โ€ Tanya Siska heran.
โ€œAku masih ada perlu sama kamu.. suamimu masih tidur..?โ€ Tanyaku.

โ€œPerlu apa..? Dia masih tidur.. sepertinya dia teler berat. Abisnya tadi malam aku kasih obat tidur cukup banyak dalam minumannya.
Ada apa sih..?โ€ Jawab Siska penasaran.

โ€œNggak.. aku cuma mau nepati janjiku..โ€
kataku sambil kutuntun Siska menuju ke kamarnya di mana suaminya sedang tergeletak tidur pulas sekali.
โ€œJanji apaan sih, Ar..?โ€ Tanya Siska bingung.

โ€œKan aku janji mau bayar kamu waktu jadi model di kamar mandi.. nah, ini bayarannya..!โ€
Balasku lalu segera kutarik handuk kecil itu dari tubuhnya..
sehingga dia kembali telanjang bulat di hadapanku.. juga di hadapan suaminya yang tengah tertidur.

Lalu kutaruh camcorderku di tempat yang tepat untuk merekam.
โ€œAiih.. kamu nakal banget sih, Ar..!? Jadi itu maksud kamu.. kenapa nggak bilang aja dari tadi..?โ€ Balas Siska manja.
โ€œSurprise donk.. hehehe..โ€ balasku lalu dengan cepat kubuka seluruh bajuku dan kamipun sama-sama telanjang.

Segera kurebahkan tubuh Siska di samping Anton.. kami pun berciuman dan berpelukan dengan ganasnya di samping tubuh Anton.
Setelah berciuman.. perlahan kuturunkan ciumanku ke lehernya.. terus turun menuju payudaranya.

Cukup lama kuisap kedua payudaranya dan Siskapun mendesah.
Ia merintih dengan cukup keras tanpa takut suaminya mendengar.. gairahnya menggelegak keluar seakan tak terbendung.

Pelan dan pasti ciumanku turun menuju perut dan terus menuju ke vaginanya.
Dengan lembut kucium kedua pahanya.. Siska pun menggeliat-geliat seperti ular.. menikmati setiap ciumanku.

Aku terdiam sejenak memperhatikan vagina Siska yang sekarang tepat berada di hadapanku.
Siska bereaksi dengan berusaha menutup vaginanya dengan telapak tangan dan menjepitkan kakinya.

โ€œAh, Ardi, jangan.. kotor tau.. geli ah.. sudah masukin aja kontolmu, please..โ€ rintihnya.
Tapi gerakannya dapat kutahan sehingga vaginanya tetap terbuka di hadapanku.
Aroma vagina yang sangat khas segera tercium di hidungku.. begitu menggodaku.

โ€œKan tadi udah mandi.. tenang aja, Sis.. kamu pasti suka..โ€ jawabku.
โ€œNggak mau ah.. jijik, Ar..โ€ balas Siska.

โ€œAh, aku nggak jijik kok.. kamu aja nggak jijik sama kontolku.. Sekarang kamu merem aja.. nikmati aja ya.. Siap-siap..โ€ balasku..
lalu segera kucium bibir vaginanya dan terus merambat dengan dengan membukanya lebar-lebar.
Kulihat klitorisnya sudah membesar.. yang dengan lembut segera kujilat.

Siska yang baru pertamakali merasakan hal tersebut pada vaginanya nampak seperti orang bingung..
dia mendesah tidak karuan menahan sensasi geli bercampur nikmat yang menyerang lubang vaginanya.

โ€œAhh.. uhh.. uhh.. Ar.. aah.. geli.. uuh.. aduh.. kamu apain memekku, Ar..? Enak tau..โ€ rintihnya.
โ€œBener kan enak..!?โ€ Jawabku sambil kuteruskan jilatan lembutku pada bibir vaginanya.

โ€œAhh.. uuh.. Ar.. kamu apain aku..? Aaa.. hhh.. terus, Ar.. enak..!โ€ Rintih Siska mulai suka.
โ€œAku apain kamu..? Coba kamu tanya Anton saja.. lagi diapain kamu sama aku..? Ayo tanya..โ€ ledekku.

โ€œAaah.. mas Anton.. aku diapain sama Ardi, Mas..? Uuh.. uuh.. aah..โ€ rintih Siska.
โ€œKamu tuh aku jilatin, Sis.. bilang sana sama suamimu..โ€ lanjutku.

โ€œAah.. mas Anton.. memekku dijilati sama Ardi, Mas.. Uuuh.. enak banget, Mas.
Mas Anton kok nggak pernah jilatin memekku sih..? Aah.. hhh.. uuh.. Ardi pinter banget jilatinnya, Mas.. ssshhh..โ€ rintih Siska keenakan.

Aku terus menyerang liang senggamanya itu.. sambil tak lupa menyerang tonjolan buah dadanya dengan meremas-remasnya lembut.
Hingga akhirnya.. โ€œAaah.. Ar, aku nggak kuat.. aku mau keluar.. sssh.. Uuuh.. aku keluar, Arr..hhh..!!โ€
Teriak Siska sambil tubuhnya menekuk dan meregang karena orgasme. Srrr.. srrr.. srrr.. srrrr..

โ€œNggak apa-apa, Sis.. keluarin aja.. enak kan..?โ€ Kataku sambil meneruskan jilatan.
โ€œSssh.. enak banget, Ar.. kamu pinter.. ahh.. ahh.. ahh..โ€ jawab Siska di sela-sela deru napasnya.
Iapun tergeletak lemas setelah menyemburkan cairan cintanya.

Aku membiarkan Siska istirahat sejenak.. aku berbaring di samping kanannya.. sedangkan tubuh suaminya ada di sebelah kirinya.
Setelah Siska bisa menguasai diri.. diapun bangkit untuk duduk.

Lalu tanpa diminta.. dia langsung mengemut kontolku dengan penuh nafsu.. seakan ingin membalas perlakuanku padanya barusan.
Kubiarkan dia memainkan kontolku sambil pelan kuraba-raba payudara dan seluruh tubuhnya untuk membangkitkan kembali gairahnya.

Setelah cukup lama dia bermain-main dengan kontolku.. segera kuminta dia untuk menungging..
dengan kepala menghadap ke arah suaminya.. dan dengan mantap kuarahkan kontolku ke lubang vaginanya.

Setelah kurasa pas.. Slebb.. Jlebb.. kutancapkan sedalam-dalamnya memasuki tubuhnya.
Siskapun menjerit saat kontol besarku masuk dan dengan tekanan yang cukup cepat dan keras menerobos lubang nikmatnya.
โ€Aaahh..!! Ar.. pelan-pelan, Ar..!! Ssshh.. aah.. kamu apain aku, Ar..? Sssh..โ€ Rintih dan erangan nikmat Siska ramai.

โ€œNgapain kamu..? Ahh.. katanya kamu minta aku entoti.. hugh.. hugh..! Katanya kamu minta aku perkosa..!?
Sekarang aku perkosa kamu, Sis..!!โ€

Balasku sambil kupacu kontolku dengan kecepatan tinggi dan kutekan sedalam-dalamnya hingga terasa mentok di rahimnya.
โ€œAah.. arghh ahh.. sshh.. iya, Ar.. Oohh.. please entoti aku.. perkosa aku Arr..hhhh..!!โ€

Siska lalu menoleh kepada suaminya dan berkata..
โ€Mas anton.. aku dientoti Ardi nih.. sssh.. aku diperkosa sama dia, Mas.. Ssshh.. akkhhuu sukkhaaa, Mas..!!โ€ Jeritnya penuh nikmat.

Terus saja kupacu tubuhku seperti sedang menunggang kuda pacuan.. sehingga tubuh Siska yang montok menempel rata pada ranjang..
Hanya pantat bulatnya saja yang begitu indah menungging menikmati terjangan torpedoku.

Tak lama Siskapun menjerit menjemput orgasmenya.
โ€œAaah.. Ar, aku keluar.. sssh.. terus, Ar, entotin aku..!!โ€ Teriaknya melepas beban nikmatnya.

Sekitar semenit kemudian kuterjang Siska dengan posisi tersebut sebelum kucabut batang kontolku dan kuangkat tubuhnya yang lemas.
Kutempatkan Siska di atas tubuhku.. sementara aku duduk di tepian ranjang.

Tubuh Siska kupangku.. Clebb.. kontolku kembali kumasukkan ke dalam liang vaginanya.
Dengan posisi tersebut sambil menggoyang.. aku dapat memainkan kedua payudaranya dan mengisap putingnya sesuka hati.

Siska seperti sedang mengendarai kuda.. tubuhnya turun-naik dan napasnya begitu berat.
Kami pun terus berpacu hingga akupun tak dapat menahan orgasmeku.

โ€œAah.. terus, Sis.. uuh.. mas Anton.. istrimu pintar sekali sih.. Uuuh..udah cantik.. seksi.. montok.. pinter nyepong..
enak banget lagi ngentotnya.. Uuuh.. akkhuu..uhh.. mau kelluaaarrr Sissshh..!โ€ Lenguhku.

โ€œSshh.. ahh.. aku juga mau keluar, Ar.. Tunggu akkkhhuuu.. ahh..!โ€ Teriak Siska.
Goyangannya menjadi semakin cepat dan kuat.. membuat kontolku jadi terasa dijepit-jepit oleh lorong vaginanya.
Ahhh.. Nikmatnya sungguh tak terlukiskan..

Tak lama kami pun menggapai puncak kenikmatan secara bersama-sama.
โ€œAhh Sis.. aku keluar.. terus goyang, Sis..!!โ€ Jeritku sambil kupeluk tubuh sintalnya dengan erat.

Jlegh..! Kubenamkan dalam-dalam batang kontolku ke liang vaginanya. Crott.. crott.. crott.. crott..
Srrr.. srrrr.. srrrr.. srrr.. โ€œAahh.. aku juga, Ar.. enak banget.. shh..โ€ balas Siska.

Kamipun tergeletak lemas di ranjang dengan tubuh yang masih berpelukan..
sementara kedua alat kelamin kami masih bersatu seakan tak ingin berpisah.

Kami berciuman sangat lama dan mesra sekali. Setelah itu kami tertidur cukup lama..
mungkin sekitar 20 menit dengan posisi Siska berada di atas tubuhku dan kelamin yang masih menyatu.

Saat tersadar.. kami pun kembali berciuman dan sungguh beruntung Anton ternyata masih tertidur.
Akupun segera beres-beres untuk pulang.. meninggalkan Siska yang melanjutkan tidur di samping suaminya. Hehe..
----------------------------------------------
 
Terakhir diubah:
----------------------------------------------------------

Cerita 92 โ€“ Rumah Kontrakan

Part
10

Sibuk dengan Siska.. membuatku sedikit melupan Ece Geulis.. padahal Ece juga tak kalah mempesona dan menggairahkan.
Hari ini aku berniat untuk main ke rumah Ece, kebetulan suaminya sedang dinas malam.

Sepulang kerja.. aku segera menuju ke sana. Kepada Siska aku beralasan kalau mau membetulkan tivi Ece yang lagi rusak..
Kebetulan juga Siska sibuk merawat suaminya yang lagi sakit.
Sudah 2 hari ini Anton kena flu. Karena itulah aku aman saat melangkahkan kaki ke rumah Ece.

Kuketuk pintu rumah Ece.. Ece segera membukakannya dengan muka sedikit terkejut.
โ€œMas Ardi, ada perlu apa..?โ€ Tanyanya bingung.
โ€œHanya pengen ngobrol sama Ece.. nggak enak di rumah sendirian..โ€ jawabku beralasan.

Ece pun mempersilakanku masuk. Kami duduk di ruang tamu.
Setelah berbasa-basi sejenak, Ece minta ijin untuk pergi ke belakang membuatkanku minum.

โ€œNggak usah repot-repot..โ€ kataku saat ia beranjak pergi.
โ€œAh, nggak apa-apa..โ€ katanya sambil beranjak menuju dapur.
Kupandangi goyangan indah bokong bulatnya saat ia bergerak menuju ke sana.

Tak lama Ece sudah kembali. Malam ini ia mengenakan baju ketat tanpa lengan..
sehingga setiapkali menyodorkan cangkir.. buah dadanya yang montok nampak menggelantung indah..
tercetak jelas di balik baju ketatnya yang hampir transparan.. sungguh membuat aku salah tingkah.

Erghh.. Hal ini makin membuat adik kecilku memberontak ingin keluar..!

Ece kemudian duduk di depanku. Sambil menikmati kopi, kami mulai berbicara banyak hal.
Pikiran-pikiran kotorku segera bekerja mencari cara bagaimana memanfaatkan kesempatan emas ini..!

Saat aku mengulurkan tangan untuk mengambil kopi.. saat itulah terjadi kecelakaan kecil yang sedikit kusengaja.
Kopiku tersenggol dan tumpah mengenai perut dan paha Ece.

Ece langsung menjerit karena kopinya masih cukup panas. "Aduhh..!!" Ia menjerit kesakitan.
"Eeh.. S-sorry, Ce.." aku gugup dan segera beranjak mengambil tissue untuk membersihkan tumpahan kopi..
yang mengotori baju dan rok ketat Ece.

"Aduh.. panass.." desis Ece Geulis kepanasan. Dengan pura-pura panik aku segera mengelap
dan menggosok bagian perutnya yang tersiram kopi dan tanpa sadar Ece pun menyingkap bajunya.

Ia membuka pahanya yang kepanasan tersiram air kopi agar bisa kulap dan kubersihkan.
Aku terkesiap saat melakukannya. Meski sudah pernah melihat paha mulus Ece..
namun tak urung aku tetap deg-degan juga saat mengelap pahanya pelan-pelan dengan tissue yang kupegang.

"Maaf, Ce.. aku enggak sengaja..โ€ kataku karena Ece terus mendesis-desis kepanasan.
"Cepat ambil krim luka bakar di lemari dapur.. botolnya warna hijau." katanya memerintah.

Aku segera berlari masuk ke dapur.. di kamar Ece kulihat bayinya sudah tertidur pulas.
Dengan teliti aku mencari-cari krim yang dimaksud.
Mungkin karena aku tidak keluar-keluar.. Ece segera menyusulku masuk ke dapur.

"Itu.. yang seperti odol yang warnanya biru.. tutupnya putih.." Lagi-lagi Ece mengangkat lengannya.. menunjuk botol yang dimaksud.
Buah dadanya yang besar sangat merangsang birahiku.

Akhirnya aku menemukannya. Segera kuusapkan ke perut dan paha Ece sementara ia duduk di meja dapur.
Untung kopi yang tumpah sudah tidak terlalu panas.. karena kami ngobrol cukup lama tadi..
sehingga tidak meninggalkan bekas luka bakar. Ece cuma sedikit kepanasan.

Kedua mata Ece terpejam dan nafasnya sedikit tertahan saat aku membalur pahanya dari atas ke bawah.
Roknya kusingkap ke atas.. hingga gundukan kemaluannya yang terbungkus celana dalam putih tampak membayang jelas.

Bahkan dari celah-celah bagian bawah ada beberapa helai rambut kemaluannya yang menjulur keluar.
Paha Ece terasa begitu lembut dan halus.

Aku agak sedikit gemetar saat menyentuhnya. Darahku bergolak menghadapi keadaan ini.
Akupun sekarang tidak lagi mengelus.. tetapi berganti memijit-mijit paha kiri dan kanan Ece secara bergantian.

Jari-jariku merangkak dari atas lutut hingga ke pangkal pahanya.
Ece diam saja, bahkan sedikit-demi sedikit mulai menggeser pahanya agak lebih terbuka.

Aku semakin berani.
Jari-jariku sedikit kutekan pada saat memijat daerah pangkal pahanya yang sudah terbuka lebar.

Bahkan kadang aku sedikit menyentuhkan tanganku pada gundukan di selangkangannya yang terbungkus celana dalam putih itu..
dengan gerakan yang seolah-olah tidak sengaja.

Napas Ece mulai memburu. Dan ia melenguh pelan saat tanganku menyentuh gundukan bukit di selangkangannya.

Hal ini membuat aku lupa diri. Aku semakin berani lagi.
Dari hanya menyentuh, sekarang aku sudah mulai berani memegang bukit kemaluannya..
walaupun hanya dari luar celana dalamnya yang terasa sudah mulai basah.

Ece yang sudah terangsang berat langsung memelukku. Bibirnya terbuka dan matanya terpejam.
Mendapat reaksi seperti itu, keberanianku timbul.
Segera kulingkarkan tangan kananku ke punggungnya.. kuraih tubuh mulus Ece ke dalam pelukanku.

Tangan kiriku semakin berani dengan menelusup ke balik celana dalamnya..
untuk meraba-raba bukit kemaluan Ece yang sudah semakin basah.

Sementara bibirku langsung menyergap bibirnya yang setengah terbuka..
lidahku kudorong masuk untuk menjilat-jilat langit-langit mulut Ece.

Tangan Ece pun tidak tinggal diam.
Jari-jarinya mulai membuka kancing kemejaku dan menyusupkan tangannya mengelusi permukaan dadaku.

Lidah kami berdua saling berkutat. Jari tanganku mulai menyentuh cairan pekat yang sangat licin di celah gundukan bukit kemaluan Ece.
Membuatku semakin terangsang.

Jariku kugesek-gesekkan ke dalam celah hangat di selangkangan Ece dan bergerak di sepanjang alurnya yang sempit..
kugesek berulang-ulang dari atas ke bawah.

"Ohh..โ€ Ece mendesis sambil matanya tetap terpejam menerima rangsanganku.
Pahanya semakin dibuka lebar-lebar.. sehingga memudahkan jariku masuk lebih dalam lagi.

Aku terus menggerak-gerakkan jariku di dalam jepitan bukit kemaluan Ece yang semakin licin.
Jari-jariku terus mencari dan mencari hingga kutemukan sebentuk tonjolan kecil.. di ujung atas celah-celah bukit kemaluannya.

Kugesek tonjolan itu dengan penuh perasaan. Ece terasa semakin menggerinjal dalam dekapanku.
Napasnya kian memburu. Bibirku digigitnya dengan gemas.

Tangan Ece pun mulai membuka zipper celanaku dan terus menyusup ke balik celana dalamku.
Diremasnya penisku yang sudah mulai mengeluarkan cairan dengan lembut sambil sesekali diurut dan dikocok ringan.
Hal ini membuatku semakin blingsatan.

Tangan Ece juga gemas meremas-remas kantung pelirku..
saat kugerak-gerakkan jariku di tonjolan kecil di celah bukit kemaluannya dengan gerakan memutar.

"Ahh.. terus, Mas.. i-itu.. yah itu..โ€ tubuh Ece melonjak-lonjak dalam dekapanku.
Pantatnya terangkat dan kepalanya terdongak ke belakang.
Sementara tangannya semakin kencang meremas biji pelirku.. sehingga kurasakan menjadi agak ngilu.

"A-aku mau keluar, Mas.. ohh.. teruss..โ€ mulut Ece terus mendesis. Aku pun semakin cepat memutar jariku menggesek tonjolan kecilnya.
Sampai akhirnya tubuh Ece terhentak dan meliuk-liuk saat mencapai puncak kenikmatannya.

Matanya terpejam semakin erat, sementara bibirnya digigitnya sendiri dan tangannya semakin erat meremas kantung pelirku.
"Ohh.. Mas Ardi pinter banget sih..โ€ desisnya sambil mengatur napas. Ia langsung ambruk menelentang di atas meja dapur.

Setelah napasnya menjadi agak teratur, segera kutarik celana dalamnya ke bawah.
Ece membantuku dengan mengangkat pantatnya sehingga aku mudah meloloskan celana dalamnya dan melemparkannya ke lantai.
Kemudian kutarik kedua kakinya hingga menjulur ke lantai.

Dengan telentang di atas meja makan, bukit kemaluan Ece nampak semakin membusung.
Tanpa membuang-buang waktu, aku segera mendekatkan wajahku ke selangkangan itu dan mulai menciuminya.

Ece yang memang jarang disentuh oleh suaminya, langsung menggelinjang keenakan.
Tangannya segera menekan kepalaku agar lebih ketat menekan bukit kemaluannya.

Bibirku segera menyedot dan menciumi bukit kemaluan Ece dengan gemas. Rasanya agak asin-asin sedikit seperti daging mentah.
Lidahku segera kujulurkan dan menjilat bergerak mengikuti alur yang membentang di celah bukit kemaluan Ece dari bawah ke atas.

Kuulangi geseran lidahku beberapakali sambil sesekali kudorong..
Slrupp.. agak kutekan di tonjolan kecil di sudut atas celah bukit kemaluan Ece yang sudah sangat basah.

Pantat Ece terangkat-angkat ke atas seolah menyambut setiap dorongan lidahku pada bukit kemaluannya.
Kepalaku semakin ditekan ke arah selangkangannya sehingga aku jadi sulit untuk bernafas.

Tubuh Ece menggeliat-geliat seperti cacing kepanasan saat aku yang gemas menyedot tonjolan kecil di celah bukit kemaluannya.
"Hhkk.. ohh.. terus, Mas.. ughh.. hhh..โ€ ia terus mendesis-desis.

Gerakan lidahku kupercepat menggesek tonjolan kecil di celah bukit kemaluan Ece demi melihat ia semakin terangsang.
Kedua kaki Ece bahkan dikaitkan ke belakang leherku untuk lebih menekan wajahku ke bukit kemaluannya.

Aku semakin bersemangat menjilat dan menyedot tonjolan kecil itu yang semakin lama semakin keras seolah mau pecah.
Tanganku pun tak tinggal diam! Kedua telapak tanganku menekan dan memijat bukit kemaluan Ece yang membusung dengan gemasnya.

Akhirnya dengan diiringi lenguhan panjang, tubuh Ece terhentak-hentak.
Kakinya semakin kuat menekan kepalaku dan pantatnya terangkat ke atas menyambut wajahku yang menekan bukit kemaluannya.

"Ohh.. terus, Mas.. shhh.. oohh.. ohhh..!โ€ Tubuhnya semakin liar meronta selama beberapa detik lalu terdiam.
Kedua kakinya terkulai lemas di kedua pundakku.

Tangannya terpentang melebar dan dadanya naik turun mengiringi deru napasnya.
Aku sangat terangsang melihat betapa tubuhnya yang putih dihiasi bulu-bulu hitam lebat di selangkangannya dan kedua ketiaknya.

Dengan cepat aku berdiri dan melepas seluruh pakaianku.
Kini aku sudah telanjang bulat tanpa sehelai benang pun yang menutupi tubuhku.

Penisku yang ukurannya luar biasa berdiri tegak dengan ujung yang mengkilat karena basah oleh cairan.
Lalu aku menarik baju ketat yang masih melekat di tubuh Ece melalui lehernya.

Ece membantuku dengan menggeser tubuhnya.
Sekarang ia hanya mengenakan bra putih tanpa penutup lain menghalangi keindahan tubuhnya.

Aku menindih tubuh Ece dan menempatkan diriku di tengah-tengah kedua pahanya.
Penisku yang sudah tegang terjepit di antara gundukan bukit kemaluannya dan tubuhku sendiri.

Tanganku kulingkarkan ke belakang tubuh Ece dan kubuka kaitan bra-nya.
Kulempar satu-satunya kain yang tersisa di tubuhnya hingga kini aku dan Ece sama-sama telanjang..
tanpa sehelai benang pun yang menutupi tubuh kami berdua.

Kugumuli tubuh Ece yang masih lemas. Kucium bibirnya dengan gemas.
Kudorong lidahku menyusup ke dalam mulut Ece yang terbuka dan kugesek-gesekkan lidahku ke langit-langit mulutnya.

Reaksi Ece sungguh luar biasa. Dengan ganas ia menyambut bibirku dan menyedot lidahku sekuat tenaga.
Tanganku bergerak liar mengelus dan menjamah seluruh tubuh telanjangnya.

Tangan Ece pun melingkar ke punggungku dan mengelus-elusnya ringan.
Pantatnya bergeser ke kanan dan ke kiri menyambut tekanan penisku pada bukit kemaluannya.

"Ughh..!" Aku sulit untuk bernafas karena lidahku disedot oleh bibir Ece. Rasa nikmat menjalar dari ujung kaki ke ubun-ubun.
Batang penisku yang sudah sangat keras terjepit bukit kemaluan Ece yang hangat dan licin.

Aku berusaha melepaskan lidahku dari sedotan Ece.
Aku ingin memenuhi obsesiku untuk menciumi bulatan payudaranya yang bulat besar.
Obsesiku itu terpenuhi ketika Ece melepaskan sedotannya pada lidahku.

Tanpa membuang waktu kusedot kedua payudaranya dengan gemas.
Kumasukkan putingnya yang mungil kemerahan sepenuh mungkin ke dalam mulutku.

"Ohh.. sshh..โ€ tubuh Ece semakin melengkung ke atas saat kedua putingnya kumasukkan ke dalam mulutku..
kupermainkan dengan lidahku sepuas-puasnya.

"Sudah, Mas.. ohh.. sekarang.. auchh..โ€
Ece merintih-rintih memohon agar aku segera menyudahi permainan lidahku di kedua payudaranya.

Aku pun mengalah. Lidahku sekarang bergeser turun ke arah perutnya yang putih mulus dan masih rata meski sudah pernah melahirkan.
Kukais-kais lubang pusarnya lalu kugigit-gigit di bagian bawah dengan gerakan cepat..
hingga membuat tubuh mulus Ece terhentak-hentak.

Beberapakali hal itu kulakukan untuk membuat Ece semakin terangsang hebat.
Teknik ini kuperoleh dari pengalamanku main dengan Siska.

Setelah itu lidahku bergeser ke bawah lagi. Aku bangun dan berdiri di lantai.
Kuangkat kaki Ece sambil membungkuk dan kujilati pangkal pahanya.

Lidahku bergeser dari pangkal paha ke bawah terus ke kaki.
Kujilati betis Ece yang indah lalu seluruh jari-jarinya kujilati satu per satu.

"Shh.. ohh.. kamu hebat, Mas.. ohh..โ€ Ece mendesis dan merintih menikmati permainanku.
Aku terus bekerja memuaskan hasratku menikmati setiap jengkal tubuh Ece sepuasnya.

Setelah kujilati seluruh jari kakinya, lidahku berpindah ke kaki satunya lagi.
Arah gerakan lidahku terbalik dari yang pertama.

Pertama-tama kujilati seluruh jari kakinya, lalu lidahku merayap ke atas menuju betisnya..
lalu ke lututnya dan naik lagi hingga ke pangkal pahanya.

Jilatan lidahku selalu kuselingi dengan gigitan-gigitan kecil..
hingga membuat tubuh Ece menggeliat dan pantatnya terangkat-angkat menahan geli.

Dari pangkal paha.. lidahku merambat lagi naik ke atas.
Sekarang lidahku bergeser ke perut Ece dan terus naik hingga ke bawah payudaranya.

Setelah puas melumat kedua payudaranya, lidahku kembali bergeser naik ke leher Ece yang jenjang.
Tubuhnya semakin mengeliat saat lidahku menari-nari di seputar lehernya yang putih mulus.
Seluruh bulu tangan Ece meremang berdiri saat lidahku menjilat-jilat leher bagian belakangnya.

Mata Ece terpejam dan mulutnya setengah terbuka menikmati layananku.
Kedua tanganku membekap kedua payudaranya yang montok lalu bibirku menyergap mulutnya yang setengah terbuka.
Kusedot bibir Ece dengan gemas dan kodorong lagi lidahku ke dalam mulutnya.

Belum puas menikmati keindahan tubuh Ece, kubalik tubuh telanjangnya hingga kini ia tengkurap di meja.
Kutindih tubuhnya dan kembali lidahku tak-henti-henti menjelajahi setiap lekuk tubuh bagian belakangnya.

Lidahku menyusur dari tengkuk hingga ke lutut. Kedua buah pantat Ece yang indah pun hampir memerah karena gigitan-gigitan gemasku.
Karena tidak tahan dengan serbuanku, Ece memberontak dan bangun. Tubuhku digulingkannya hingga jatuh telentang di lantai dapur.

Ditindihnya tubuhku sambil melumat bibirku. Lidahku disedot oleh bibirnya.
Tubuhku yang telentang diduduki Ece, tepat di atas penisku hingga membuat penisku terjepit buah pantatnya yang padat dan kenyal.

Dari menyedot lidahku, mulut Ece sekarang balas menjelajahi tubuhku.
Kedua putingku disedotnya habis-habisan. Kemudian lidah Ece bergeser turun untuk menjilati perutku.

Lidahnya terus bergerak ke bawah dan dengan diselingi gigitan-gigitan kecil di perut bagian bawahku..
Terus bergeser menjilati ujung penisku. "Hahh.. sshh..โ€ sekarang giliranku yang mendesis-desis keenakan.

Ujung penisku hingga ke pangkalnya dijilati oleh Ece dengan begitu gemasnya.
Pantatku spontan terangkat ke atas saat ujung lidah Ece mengai-ngais lubang di ujung penisku. Otot-otot perutku serasa ditarik ke atas.

Tidak berhenti sampai di situ. Kantung pelirku pun tak luput dari sedotan mulut Ece. Nikmat bercampur ngilu rasanya.
Lidah Ece terus bergerak menyusuri urat yang memanjang di sepanjang penisku..
mulai dari pangkal hingga ke ujungnya lalu berhenti di lekukan ujung topi baja kepala penisku dan menjilati lekukan itu..
hingga aku mendesis nikmat.

Secara spontan kupegang kepalanya agar tidak bergeser dari situ.
Seperti tau keinginanku, mulut Ece terus merangseki batang penisku..
sambil tangannya tak henti-hentinya mengurut batang penisku sambil sesekali meremasnya pelan.

"Ughh.. shh.. s-sudah, Ce..โ€ desisku tak tahan. Kutarik tubuh Ece agar naik ke perutku.
Ece pun menghentikan aktivitasnya dan duduk di atas perutku. Diangkatnya pantatnya dan dikangkangkannya kedua kakinya.

Dipegangnya batang penisku dan diarahkan ke celah bukit kemaluannya. Slebb.. Jlebb..
"Upff..!โ€
โ€œOohh..!"
Aku dan Ece mendesis hampir bersamaan saat ia secara perlahan menurunkan pantatnya.

Perlahan-lahan ujung kepala penisku mulai terbenam dalam jepitan bukit kemaluan Ece.
Clebb..clebb.. clebb.. crebb.. crebb.. Beberapakali Ece menaik-turunkan pantatnya..
Sampai akhirnya seluruh batang penisku melesak ke dalam celah sempit di bukit kemaluannya.

Hangat sekali rasanya saat batang penisku terjepit di tengah-tengah celah bukit kemaluannya.
Ujung kepala penisku seperti menumbuk sesuatu yang lembut di dalam sana.

Ece terdiam, aku pun juga. Kami sama-sama menikmati menyatunya tubuh kami.
Aku merasakan betapa batang penisku seperti diremas-remas oleh daging yang licin dan hangat.

Erghhhh.. Kepala penisku seperti berkedut-kedut. Nikmat sekaleeee..!!
Mataku seperti berkunang-kunang merasakan aliran kenikmatan yang mulai menjalar.

Kedua tangan Ece bertumpu di dadaku. Kemudian secara berirama ia mulai menaik-turunkan pantatnya..
Beberapakali diselingi gerakan memutar. Batang penisku serasa seperti dipilin-pilin, nikmat sekali rasanya.

Perlahan-lahan aku merasakan otot-otot perutku seperti ditarik-tarik.
"Terus, Ce.. aahh.. aku..โ€ aku sudah hampir tidak dapat mengontrol diriku lagi.

Tanganku segera bergerak ke belakang tubuh Ece dan meraih kedua pantatnya.
Kuremas pantat itu dan lebih kutekan agar ujung penisku semakin mentok sedalam-dalamnya.

Ece pun juga semakin liar menggerakkan pantatnya.
"Terus, Mas.. ayo.. kita..โ€ belum selesai Ece berbicara.. tiba-tiba tubuhnya berkejat-kejat.
Gerakannya semakin menggila.

Batang penisku yang terjepit di dalam celah bukit kemaluannya berdenyut semakin keras..
menahan sperma yang sudah terkumpul di ujung kepala penisku.

Tubuhku semakin mengejang. Kuputar pantatku seirama dengan putaran pantat Ece yang semakin liar.
"Akhh..โ€ hampir bersamaan.. aku dan Ece menjerit. Srrr.. srrrr.. srrr.. srrr..
Kuremas pantat Ece dengan gemas dan kutekan lebih ketat. Croot.. Croot.. Croot.. !

Akhirnya sperma yang sudah tertahan di ujung kepala penisku tumpah.. muncrat dengan kencang..
Nyutt.. nyutt.. nyuttt.. bersamaan dengan denyutan dinding liang kemaluan Ece yang menjepit erat batang penisku.

Ece masih berkelojotan beberapa saat sebelum ambruk di dadaku.
Tubuhku dan tubuhnya sudah basah oleh keringat. Nafasku masih menderu.
Kucium pipi Ece sebagai ucapan terimakasih atas kenikmatan yang ia berikan.

"Enak, Ce..โ€ kubisikan kata-kata di telinganya dan kubelai rambutnya yang pendek.
"Aku juga, Mas..โ€ Ece membalas bisikanku sambil mengecup pelan bibirku. Ia masih menindih tubuhku.

Dadanya yang montok menempel ketat di permukaan dadaku yang bidang.
Batang penisku yang sudah mulai mengkerut masih terjepit dalam celah di antara bukit kemaluannya yang hangat.

Mata Ece terpejam rapat.. dengan nafas yang cepat.. bibir bawahnya dia gigit penuh..
seolah meresapi kenikmatan yang baru dilaluinya setelah masa-masa penantian panjang yang sia-sia bersama suaminya.

Aku masih dapat merasakan adanya aliran cairan pekat yang menetes keluar dari celah bukit kemaluannya..
mengalir sepanjang batang penisku dan menggumpal di atas rambut-rambut bulu kemaluanku.

Pikiranku menerawang memikirkan masa depanku.
Selain Siska.. aku yakin Ece juga tidak akan mau berhenti selingkuh denganku.
Aku membayangkan pasti suatu saat suami mereka berdua akan mengetahui perbuatan kami. Ngeri juga aku membayangkannya.

Tapi nasi sudah menjadi bubur. Sperma sudah telanjur mengucur.
Mumpung belum ketauan.. akan kunikmati perselingkuhan ini sepuas mungkin.
Akan terus kugilir tubuh montok Siska dan Ece Geulis untuk memuaskan nafsuku.
----------------

Tanpa aku sadari aku ternyata telah terlelap dalam mimpi. Aku tertidur sambil memeluk tubuh telanjang Ece.
Aku tak tau berapa lama aku tertidur setelah bertempur dengannya.. dan aku juga tak tau sejak kapan Ece sudah bangun dari pelukanku.

Aku tersadar saat dibangunkan Ece dan dibuatkan kopi lagi. Segar sekali rasanya bangun tidur sudah dibuatkan kopi.
Ece nampak sudah sangat segar habis mandi. Rambutnya masih basah sehabis mandi besar.

Ia hanya mengenakan handuk sebagai penutup tubuhnya.
Aku yakin ia belum memakai bra dan celana dalam.. karena kulihat benda-benda itu masih berserakan di lantai.

Setelah menyeruput beberapa teguk kopi panas.. aku pun minta ijin untuk ikut mandi di rumahnya.
Segar sekali rasanya saat tubuhku diguyur oleh air hangat yang disiapkan oleh Ece.

Saat asyik-asyiknya menikmati guyuran air..
aku terkesiap saat tiba-tiba kurasakan ada yang mengelus-elus dan meremas batang penisku dari belakang.

Ternyata Ece sudah ikut bergabung di kamar mandi dalam keadaan bugil.
Tidak ada sehelai benangpun yang menutupi keindahan tubuhnya yang telanjang.
Aku terpana melihatnya. Aku hanya mampu melotot memandangi setiap lekuk tubuhnya yang montok.

Bukan hanya itu, Ece pun lantas menyabuni seluruh tubuhku dengan sabun cair yang biasa ia gunakan.
Tubuhku yang licin oleh busa sabun diraba dan dielus oleh belaian tangan Ece yang lembut.

Dari leherku tangannya bergerak menurun ke bawah hingga pusarku.
Batang penisku pun perlahan-lahan sudah mulai mengeras.

Beberapa saat kemudian batang itupun sudah berdiri tegak seperti prajurit yang siap tempur.
"Hhh.. Ece..โ€ aku mendesis lirih saat tangan Ece dengan lincah bermain-main di daerah penisku.

Batang penisku yang licin karena busa sabun menjadi sasaran bulan-bulanan tangan Ece.
Batangku diremas dan diurut dengan pelicin busa sabun. "Oohh.. enak, Ce..โ€ desisku berulang-ulang.

Aku pun tak kalah gesitnya, kuambil botol sabun dari tangannya dan kubalurkan ke tubuh montok Ece Geulis.
Ia menggerinjal saat tubuhnya yang licin kugosok dengan kedua tanganku.

Kedua payudaranya menjadi sasaran pertamaku.
"Shh.. oohh.. terus, Mas.." desis Ece saat tanganku bergerilya di daerah selangkangannya.

Rambut lebat yang memenuhi bukit kemaluannya kugosok seperti layaknya sedang cream-bath.
Kuremas dan kupijat gundukan bukit kemaluan Ece hingga ia semakin liar menggerinjal..
dan semakin liar pula tangannya mengurut batang penisku yang sudah sangat keras.

"Sekarang. Mas.. oohh.. aku nggak tahan..โ€ desisnya berusaha menghentikan tanganku.
Aku pun mengikuti kemauannya.
Kuhentikan aksiku meng-creambath rambut kemaluannya dan kubilas seluruh tubuhnya dengan kucuran air hangat.

Ece menyeretku ke tempat tidur setelah mengeringkan tubuhku dengan handuk yang tersedia di kamar mandi.
Ia melakukannya dengan menarik batang penisku.

Seperti kerbau dicucuk hidungnya aku mengikuti langkahnya. Ece langsung memelukku begitu kami duduk di tempat tidur.
Bibirnya menyergap bibirku dan lidahnya dijulurkan untuk menyelusup ke dalam mulutku.

Kubalas tindakannya yang menyedot lidahku dengan menyedot lidahnya yang terjulur.
"Uggh.. ughh..โ€ Ece gelagapan.. apalagi tanganku secera refleks langsung mengarah ke bukit payudaranya..
lalu bermain-main di sana dengan meremas dan memilin kedua putingnya secara bergantian.

Tangan Ece yang masih memegang batang penisku turut meremas apa yang dipegangnya.
Ia mengusap dan mengocok batang penisku dengan lembut.

"Shh.. terus, Mas.. oohh..โ€ desah Ece terputus-putus menerima rangsanganku saat tanganku..
yang sudah puas bermain di dadanya langsung meluncur ke bukit kemaluannya yang sudah mulai basah.

Kumasukkan jariku ke dalam celah sempit di belahan bukit kemaluannya yang licin dan kukorek-korek dengan dua jari.
Tubuh Ece mulai gemetar menahan desakan nafsu yang semakin menggelegak.

Sejurus kemudian kulepas tanganku dari jepitan celah bukit kemaluannya dan kuminta Ece untuk merangkak di atas kasur.
Segera ia memposisikan diri seperti layaknya anjing yang siap kawin.
Pantatnya sedikit menungging ke atas memperlihatkan gundukan bukit di selangkangannya yang terbelah seperti bakpau.

Tanpa membuang waktu kudekatkan wajahku ke depan belahan itu dan kutekankan wajahku ke selangkangan Ece yang terbuka.
Kujulurkan lidahku ke celah sempit di belahan bukit kemaluannya yang tembam.

Cairan yang agak asin terasa di lidahku. Aku tak peduli rasa dan baunya.
Biar baunya seperti comberan namun rasanya nikmat seperti durian..!

Tubuh Ece yang menungging semakin indah menggerinjal saat lidahku mengais-ngais di dalam liang sempit di celah bukit kemaluannya.
Pantatnya semakin dinaikkan berusaha menekankan bukit kemaluannya ke wajahku.

Aku semakin bersemangat mengorek dan mengais liang itu.
Kedua tanganku membekap buah pantatnya agar tidak terlalu liar bergerak.

"Hhaahh.. sshh.. ohhh.. terus, mas.. ohh.. terus..โ€
dengan diiringi jeritan histeris.. tubuh Ece tersentak-sentak menahan sesuatu yang siap meledak.

Ia terus meronta selama beberapa detik sebelum tubuhnya terdiam.
Ece berusaha mengatur napasnya setelah pendakian yang melelahkan itu.

Namun aku tidak memberinya kesempatan.
Segera aku naik ke tempat tidur dan dengan posisi berlutut menempatkan diriku di belakang pantatnya yang masih menungging.

Kuarahkan batang penisku ke belahan di bukit kemaluan Ece yang sudah dibasahi oleh cairan pelicin. Slebb..
Dengan pelan kudorong pantatku ke depan hingga ujung kepala penisku menerobos celah sempit di tengah bukit kemaluannya.

Aku segera dapat merasakan betapa batang penisku terjepit daging hangat dan licin..
juga ujung kepala penisku seperti menumbuk daging lembut di dalam sana.

"Hkkh.. Hhgg..โ€ aku dan Ece menahan napas hampir bersamaan.
Kudiamkan sejenak batang penisku yang sudah terbenam seluruhnya ke dalam celah sempit di belahan bukit kemaluannya.
-------------------------------------------
 
Terakhir diubah:
Jav Toys
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd