jadbeclnnyepla
Semprot Baru
- Daftar
- 20 Jul 2017
- Post
- 26
- Like diterima
- 6
Shani shani 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.
-
Alamat alternatif sudah baru gan.
Bookmark alamat ini gan : https://bit.ly/ceksemprot
Atau buka dengan VPNIkuti alamat terbaru dari forum di : Follow Twitter @SemprotCom
thandiriza
Suka Semprot
- Daftar
- 2 Sep 2014
- Post
- 23
- Like diterima
- 7
udah cukup jelas kenapa di cerita ini, Shani ngetest Adrian dengan Gracia. jadinya "if you take her virginity, you lose". hehehe 
tapi emang karakter kayak si Gre ini banyak banget di dunia nyata. genit, centil, tapi masih virgin, zero experience. honestly, gue lebih suka yang kebalikannya, diem, kalem, tapi expert. hahaha
tapi emang karakter kayak si Gre ini banyak banget di dunia nyata. genit, centil, tapi masih virgin, zero experience. honestly, gue lebih suka yang kebalikannya, diem, kalem, tapi expert. hahaha
lailaxlalat
Semprot Addict
- Daftar
- 4 Nov 2018
- Post
- 409
- Like diterima
- 814
Belum update y hu
JuraganDelusi
Semprot Addict
- Daftar
- 20 Aug 2017
- Post
- 468
- Like diterima
- 119
Panjang keretanya dari sabang sampai marauke
Kempasbertaring
Semprot Lover
Semangat hu updatenya~
jadbeclnnyepla
Semprot Baru
- Daftar
- 20 Jul 2017
- Post
- 26
- Like diterima
- 6
Suhu update suhu
H4n53n
Tukang Semprot
- Daftar
- 5 Feb 2018
- Post
- 1.312
- Like diterima
- 3.695
Hadapi Adrian dulu
Lah, dikira Adrian bakal ngelepas Stefi gitu aja?
dopost adalah anugrah
triple post adalah kebangetan
Semangat dong
Tehehehe
Good
makasih
ya dibaca lagi dong
Mantap mania,... mancing!!
Kan pengam- pacar alay kesayangan
Nomor 7 itu,...I feel that, TETEP KESEL YAAAAAAK ASTAGA DURANGGO
Anyway nice update hu, gua gak paham sama shania yang menyelamatkan stefi but thats a good move hahaha
MANDA ITU NOMOR 7 yak hehehehe
rahasia dulu deh
Pinter karena dapet 'protein' dari Adrian. Heheheasikk Adrian dan pacar alay nya balik.... anaknya udah agak pinter ya sekarang
oh iya, ane harap, part selanjutnya kereta nya gak jadi lewat ya.
Siiiippp.....updatenya mantab
Nia emang galakNia galak bet dah wkwkkw
Nice update kak Ads~ hehe
Ya walau Gracia masih di 'hehe'in dalam batas wajar wkkwkkw tapi
Apa'an sih?Wah Shania ngapain itu sama Stepoy
YuhuuuuuUpdate yuhuuu
Gre tetep cantik tanpa pakaia- tanpa make up
Yah,... ketahuan
EheheheEhe gracia ehe
Ah, masa?
Kacau emang si kampretMakjan, ditinggal threadnya beberapa minggu, taunya update panjang bener... Nah ini salah satu contoh penulis panutan, wa sendiri puas lah ama updatenya meski katanya sama Gre cuma "batas wajar"(gak pake Sexual intercourse), gitu juga udah diservis, keparat! ya diitungnya macem-macem lah.
nanti Adrian bikin kesebelasan kali kalo ditambah sama,...
Utang apa?Jadi kapan ini bayar "utang" ke Nia
WanjerTuutt tuuutttt jezz jezzz
Kereta lewat~
'ADA' itu kan,...
Indira.. Indira...Shani shani
Hmm,...udah cukup jelas kenapa di cerita ini, Shani ngetest Adrian dengan Gracia. jadinya "if you take her virginity, you lose". hehehe
tapi emang karakter kayak si Gre ini banyak banget di dunia nyata. genit, centil, tapi masih virgin, zero experience. honestly, gue lebih suka yang kebalikannya, diem, kalem, tapi expert. hahaha
Kapan ya?Hu, kapan apdet? Udah penasaran nih sama part selanjutnya
Gatau, pantengin aja
HehehePanjang keretanya dari sabang sampai marauke
Yap
Belum
SUUUPERR!!
Anen!!Kgn kak ads
Hmm, tunggu.Suhu update suhu
H4n53n
Tukang Semprot
- Daftar
- 5 Feb 2018
- Post
- 1.312
- Like diterima
- 3.695
Part 11: Always Smile
Nah, akhirnya sampai juga.
Sampai mana?
Ya sampai tempat tujuan lah.
Lama lho ternyata nunggu keretanya.
Mau aku ceritakan?
Tidak usah?
Usah aja deh.
Bodo amat lah. Cerita aja.
Jadi gini,...
.
.
.
.
.
"Kak,... lama ya" keluh Gracia.
"Bentar lagi kayak nya lewat deh" balasku.
Tutt,.. Tut,..
Jezz,.. Jezz,... Jezz,....
(Suara kereta lewat gimana sih? Anggep aja kayak gitu ya.)
Akhirnya lewat juga kereta yang sudah ditunggu-tunggu.
Dan ada kejadian mejengkelkan saat itu,...
"Kak! Kak!! Muka supirnya ngeselin banget" kata Gracia setengah berteriak sambil menunjuk kearah sang masinis yang sedang tersenyum mengejek seperti mengatakan 'nungguin apa sih?'.
Emang ngeselin sih, beneran lokomotifnya doang lagi yang lewat.
"Udah, Gre. Udah" kataku menenangkan Gracia.
Suatu saat kau akan mendapatkan balasannya, wahai masinis, batinku.
"Iya, kak" balas Gracia dengan nada sinis.
"Satu lagi,... itu namanya masinis bukan supir"
"Iya. Itu maksudnya,..." tambahnya masih dengan nada sinis.
Tunggu, tunggu.
Sepertinya ada yang salah.
Keretanya sudah lewat kan, tapi kenapa plang kereta nya belum terangkat.
Apa jangan-jangan...
Ini lintasan kereta dua jalur,...
Masih ada yang mau lewat lagi?!!!
.
.
.
.
.
Iya, gitu lah pokoknya.
Kampret emang.
Dan,...
Ini kenapa sekarang Gracia tiba-tiba masang wajah ngambek ya?, pikirku.
"Gre..?" panggilku.
Tidak menjawabku, Gracia hanya melengos.
Salah apa lagi coba?
Masih pembukaan part lho ini.
"Gre,...?" panggilku sekali lagi. "Ngomong dong. Gue ada salah?" tanyaku kemudian.
Masih tidak menjawabku, Gracia malah berbalik badan dan mulai berjalan.
"Oi!!" panggilku.
Gracia masih tetap berjalan tapi dengan lambat seperti tidak benar-benar berniat pergi, seperti sedang menunggu sesuatu.
"Ngambek sih ngambek, helm-nya lepas dulu kali" kataku.
Seketika Gracia langsung menghentikan langkahnya dan berbalik badan lalu berjalan kembali ke arahku.
Lucunya wajahnya sekarang tampak memerah. Mungkin karena malu, ah tidak. Pasti. Pasti dia malu.
"Salah gue apa sih?" tanyaku saat menerima helm dari Gracia.
"Pik-"
"Jawab 'pikir aja sendiri', gue tampol ya" potongku mengancamnya. "Gue paling gak suka kalo nanya terus dijawab kayak gitu"
Gracia tampak takut akan perkataanku. Dan jika dilihat dari wajahnya, seperti ada sesuatu yang mengganggu pikirannya.
"Gak usah takut. Gue cuma bercanda" kataku menenangkannya. "Lo kenapa sih?" tanyaku lagi.
"Ka... Kak Ads ada hubungan apa sama Stefi?" akhirnya Gracia mengungkapkan apa yang mengganggu pikirannya. "Kak Ads udah pernah gituan sama Stefi?" tanyanya lirih.
What the...
Dia baru connect sekarang?!
Setelah ganti part?
Segini lemotnya ya?
Huft~
Aku sedikit menghela nafas.
"Gue jawab jujur, tapi jangan marah ya" kataku.
Gracia menjawabku dengan menggangguk kecil.
"Sebenernya dia itu,.... Gimana ngomongnya ya" aku berusaha memilihkan kata-kata yang tepat agar mudah dimengerti oleh seorang Gracia. "Ya,... Intinya.... Iya, gue sama Stefi emang udah pernah gituan" jawabku.
Aku menunggu reaksi Gracia.
Satu detik.
Dua detik.
Tiga detik.
Empat det-
Tunggu, dia ngerti gak sih yang gue omongin barusan?!, batinku.
"Aaaahhh,.... Kak Ads" keluh Gracia. "Kok kakak gak cerita sebelumnya?" tanyanya kemudian.
"Eehhh,... Itu..."
"A-Aku kan iri. M-Masa Stefi udah diapa-apain duluan" tambahnya.
Malah ngiri, batinku.
"Tapi itu kan artinya gue lebih sayang sama lo daripada sama Stefi" balasku.
"Oh, gitu ya kak? Ya udah deh, aku gak marah" kata Gracia akhirnya.
Hah?! Gitu doang?, batinku.
"Iya, emang gitu" balasku. "Lebih sayang sama Shani juga" tambahku.
"Aaahh,... ci Shani gak ada disini!!" teriak Gracia. "Aku gak suka kalo kita lagi berduaan, tapi kakak nyebut-nyebut nama ci Shani" kemudian dia memasang ekspresi cemberut.
Haduh, segitunya ya, batinku.
Mungkin keputusanku kemarin saat dirumah Gracia sudah benar.
Maksudku, hanya dengan seperti itu saja, sekarang Gracia seperti sudah benar-benar terikat padaku.
Bagaimana jika aku melakukan hal yang lebih?
"Iya deh, iya. Maaf ya" kataku mengalah. "Udah dong gak usah ngambek. Tadi ngelarang Shani biar gak marah-marah, kok malah lo sendiri yang marah-marah sekarang?"
"AHHH!! Kok disebut lagi!!" balas Gracia.
Astaga, nih anak ya, batinku.
"Biarin aku marah-marah!! Emang posisi aku bisa digeser siapa lagi?" tanyanya kemudian.
Aku hanya membalasnya dengan tersenyum.
"Eh?!! Kak Ads mau nambah lagi?" tanya Gracia. "JANGAN!!! Kasihan ci Shani!!"
Tunggu, dia lebih memikirkan Shani?
"Enggak enggak, Gre" balasku masih dengan tersenyum. "Udah cukup kalian berdua aja kok" tambahku.
"Be-Berdua?"
"Iya, kalian berdua. Kenapa emang?" tanyaku.
Sekarang tinggal mikirin gimana caranya biar sisanya itu gak gangguin, pikirku.
"Gre?" tanyaku saat melihat Gracia terbengong.
"G-Gak ngaruh gombalannya kak Ads!! A-Aku sekarang marah lagi sama kak Ads!" balas Gracia sambil memasang wajah sok kesal dan melipat kedua tangannya didepan dadanya lalu membuang muka, tapi setelah itu sesekali dia melirik ke arahku seperti menungguku untuk membujuknya lagi.
Aku ingin tertawa melihat tingkahnya itu.
"Terus gue harus gimana Gre?" tanyaku pura-pura merasa bersalah.
"Minta maaf dong" balasnya. "Minta maaf yang bener!!"
Huft~
Aku sedikit menghela nafas.
Aku harus cepat-cepat mengakhiri ini.
"Aku minta maaf ya" kataku. "Dimaafin gak nih?" tanyaku kemudian.
"Akhh,... K-Kak Adsss...!!!" teriak Gracia lalu melotot ke arahku.
"Dimaafin gak?" tanyaku lagi sambil tersenyum penuh kemenangan.
"Iya! Iya! DIMAAFIN!!!" balasnya. "Udah kak Ads! Udah! Geli!!"
"Hehehe. Geli ya" kataku sambil cengengesan.
"Kak Ads jahat! Udah dibilangin jangan digelitikin belakang leher aku, masih digelitikin aja" kata Gracia dengan memasang ekspresi memelas dan memegangi belakang lehernya.
Ya, aku tadi memang menggelitiki belakang leher Gracia. Sepertinya hal itu memang bisa menjadi senjata andalan untuk mengatasi kerewelan Gracia.
"Ya, habisnya kalo gak digituin, lo bakal terus-terusan ngambek kayak tadi" balasku.
"Tapi kan-"
"Udah lah, ayok" ajakku kemudian.
.
.
.
.
.
"Kak Ads~" panggil Gracia.
"Ya?" jawabku.
"Kak Ads hari ini beda ya" katanya tiba-tiba.
"Maksudnya? Beda gimana?" tanyaku lalu menoleh ke arahnya.
"Ya beda, gak kayak yang waktu kita jalan sebelumnya" balasnya dengan tetap melihat kedepan.
"Contohnya?"
"Ya,... sekarang ini" Gracia akhirnya menoleh ke arahku. "Langkah kak Ads lebih pendek dari sebelumnya"
"Oh.. Ya, kan gue harus nyesuain langkah gue sama langkah lo. Biar jalannya berdampingan" jawabku.
Gracia sedikit tersenyum mendengar jawabanku, tapi kemudian dia seperti berusaha menyembunyikan senyumannya itu.
"Iihh... Sok romantis" balasnya dengan nada mengejek.
"Tapi suka kan" godaku.
"Ih.. Siapa bilang" elaknya.
"Ya udah" balasku lalu mempercepat langkahku.
"Eeh?! Kak Ads!!" panggil Gracia sambil berusaha menyusulku.
"Kenapa?" tanyaku pura-pura tidak mengerti.
"M-Maksud aku bukan gitu" jawabnya.
"Trus?"
"Kok malah gak peka sih" kata Gracia. "M-Maksudnya... Aku... Aku gak sekalian digandeng apa gimana gitu?" tanyanya.
"Digandeng?" tanyaku. "Tangan lo aja gak ada!" ejekku.
"AAAHHHH.... KAK ADS!!!"
.
.
.
"Gre, lo mau langsung, tunggu sini aja atau ikut gue?" tanyaku.
"Kakak mau kemana?" tanyanya.
"Gak denger itu?" tanyaku balik.
Gracia sedikit memutar bola matanya dan dari ekspresinya seperti sedang berusaha mendengarkan sesuatu.
"Ada diskon?" tanyanya lagi.
"Bukan yang itu!!" balasku.
Kok malah diskonan sih?, batinku.
Aku lalu menunjukkan jam tanganku padanya tapi bukan bermaksud pamer.
"Oh.. Udah waktunya sholat dhuhur ya?" tanyanya.
"Iya. Gue mau cari musholla dulu" jawabku. "Lo mau ikut atau nunggu disini aja?" tanyaku kemudian.
"Ikut dooonngg!!" jawabnya cepat. "Eh! Tapi aku ikut ngapain ya?" balasnya kebingungan.
"Ya, tunggu aja diluar" balasku.
"Ya udah, aku ikut!!" katanya gembira. "Tapi kapan-kapan gantian ya, kakak yang nungguin aku" pintanya.
Tanpa pikir panjang, aku langsung mengangguk mengiyakan.
"Yeay!! Janji ya, kak"
Sekali lagi aku hanya mengangguk.
Bahagia ya punya pasangan yang bisa toleransi seperti ini.
.
.
.
.
.
"Malah ngilang lagi nih anak" gumamku saat baru keluar musholla dan tidak menemukan Gracia berada ditempat tadi dia duduk menungguku.
Tuh anak gak bisa ditinggal bentaran doang apa?
Baru ditinggal bentar lho, udah ilang aja kayak waktu itu, batinku.
Aku jadi teringat pada,...
Diriku sendiri yang sering hilang di mall saat masih kecil. Atau lebih tepatnya menghilangkan diri agar dapat coklat dan permen dengan pura-pura menangis.
Jangan ditiru ya, kalian yang membaca ini pasti sudah dewasa bukan. Kalau kalian hilang di mall lalu menangis, malu sendiri pasti.
Ting~
Ada sebuah pesan masuk.
Dari Gracia?
"Kak, aku tinggal cari cemilan dulu ya. Laper"
Begitu isi pesan dari Gracia.
Gak berubah nih anak.
Baru jam berapa ini coba, udah laper aja, batinku,
Ting~
Ada pesan lagi.
Dari pengirim yang sama dengan sebelumnya.
"Aku gak jauh-jauh kok, kak. Gak usah dicariin"
Ya mendingan dicariin aja, batinku.
.
.
.
"Kemana sih nih anak?" gumamku sambil celingukan mencari keberadaan Gracia.
Harusnya mudah mencari seorang gadis dengan pakaian yang serba ungu.
Dan ternyata benar, aku langsung menemukannya.
Tapi, ada yang aneh.
Gracia tidak sendirian. Dia sedang bersama seseorang.
Tunggu, bukankah itu...
Kenapa harus dia sih, batinku.
Aku berjalan perlahan mendekati tempat dimana Gracia berada.
"Gre..." panggilku saat sudah berada didekatnya.
"Eh, kak Ads" sahutnya lalu menghampiriku. "Hehe.. Maaf ya, habisnya aku laper" tambahnya lalu melahap crepes digenggamannya.
"Iya, gapapa" jawabku.
"Kok kakak nyariin? Aku lama ya?" tanya Gracia. "Maaf ya, habisnya tadi aku ketemu sama-"
"Ternyata lo" kata Yona tiba-tiba.
Ya, memang Yona.
Dia yang tadi kulihat sedang bersama dengan Gracia.
Kenapa harus Yona coba?
dari sekian banyak orang kenapa harus dia?
"Katanya lo punya hubungan sama Shani, kenapa sekarang lo malah sama-"
"Katanya lo udah gak peduli?" potongku.
Mau apa sih nih nenek-nenek sebenernya, batinku.
Dan,...
Gracia sepertinya tidak peduli dengan perdebatanku dengan Yona. dia hanya fokus pada crepes nya.
"Ehm,... Gre, tolong beliin gue crepes juga dong" pintaku.
"Eh, mau juga kak?" tanyanya.
"Iya. Ngeliat lo makan kayaknya enak banget" jawabku. "Lo mau juga?" tanyaku pada Yona.
"Gak. Gak usah" tolaknya.
Ya, bagus deh. Gue juga cuma basa-basi.
Kalo dia tadi jawab 'mau', ya tinggal gue jawab, 'beli sendiri lah', batinku.
Agak jahat ya. Hehehe.
Bodo amat. Lebih jahat dia juga.
Masih inget kan. Dua kali lho.
"Tolong ya, Gre" kataku lagi sambil memberikan uang pada Gracia.
"Rasanya terserah aku ya" kata Gracia sambil tersenyum lebar.
"Gak!!" tolakku. "Nanti lo pesenin rasa kesukaan lo, trus malah lo makan sendiri lagi"
"Yah, kak Ads tau aja" balasnya sedikit kecewa.
Hehe, aku tahu tipu muslihatmu Shania Gracia, batinku tertawa ala-ala sinetron. (Apa'an sih!!)
"Ya udah, mau rasa apa?" tanyanya.
"Pisang coklat" jawabku.
"Oke, kak. Tunggu ya" balas Gracia lalu berjalan kearah kedai crepes.
Kalau boleh jujur, sebenarnya itu bukan rasa kesukaanku. Rasa apapun tidak masalah sih.
Hanya saja rasa pisang coklat, kalau disingkat jadi keren. PisCok.
Kalau dibaca dengan ejaan yang berbeda bisa menjadi,... Peace, Cok.
Keren kan. Ngajak damai (Peace) atau ngajak ribut coba (cok). Hehehe
"Padahal rasa apa aja juga aku makan" tambah Gracia pelan tapi aku masih bisa mendengarnya.
Iya juga sih. Dia kan doyan apa aja ya, batinku.
Sebenarnya meminta Gracia membelikanku crepes itu hanya alasanku saja agar Gracia tidak melihat aku dan Yona yang kemungkinan akan,...
"Cowok macem apa lo" kata Yona tiba-tiba.
,...ribut.
Maunya apa nih orang.
Belum selesai narasi udah ngajak ribut lho.
"Nyuruh-nyuruh cewek" katanya lagi.
"Gue gak nyuruh ya, gue minta tolong" kataku. "Lagian masalah lo apa'an sih?"
"Cih, gue kira siapa cowok yang tadi diceritain Gracia. Gue udah penasaran, gak taunya elo" balasnya lalu mulai berjalan ke arahku.
"Lo kalo ada masalah sama gue ngomong!" kataku.
Yona tidak menjawab, dia meneruskan langkahnya tapi dia melewatiku begitu saja.
Aku tidak suka keadaan ini.
Aku tidak suka jika ada seseorang yang tiba-tiba tidak menyukaiku tanpa alasan yang jelas.
Itu menggangu pikiranku.
"Lo kalo ada masalah sama orang lain, jangan lo lampiasin ke gue dong. Gue gak tau apa-apa" kataku lagi.
"Maksud lo?" tanya Yona kemudian berbalik badan.
"Gue inget. Lo waktu itu nyebut satu nama. 'No No', siapa 'No' itu?" tanyaku.
"B-Bukan urusan lo!!" balasnya dengan ekspresi tidak suka kemudian berbalik badan dan kembali berjalan menjauh. "Oh iya satu lagi" Yona menghentikan langkahnya sebentar sebelum kembali berucap. "Jangan pernah muncul didepan muka gue lagi"
Masalahnya apa'an sih?!, pikirku.
"Apalagi sama warna rambut lo yang sekarang" kata Yona tegas.
Malah nyalahin warna rambut gue.
Tunggu, rambut?
Oh iya, aku tadi tidak memakai kembali kuplukku karena rambutku masih basah terkena air wudhu.
Tunggu, apa jangan-jangan ada seseorang diluar sana yang mirip denganku secara fisik?
Muka gue pasaran apa gimana sih?, batinku.
"Kalo masih berani muncul didepan gue,... Gue tampar lo" ancamnya lalu kembali melangkah menjauh.
"No... Nano! Nano-nano!" teriakku.
Kok kayak merk permen ya?, batinku.
"No... Nino!" teriakku lagi.
Anggotanya RAN dong, batinku.
"No... Eno!" teriakku sekali lagi.
Eh, tunggu. Eno itu siapa?, batinku.
"No... Nuno!" teriakku lagi & lagi.
Lah, emangnya Yovie & Nuno, batinku.
Tunggu, Yovie?
"Kayak pernah denger deh, dimana ya?" tanyaku pada diri sendiri. "Yovie.. Yovie.. Yovie...." gumamku.
Tunggu, kenapa aku malah memikirkan hal itu?
"Kak" panggil Gracia yang tiba-tiba sudah ada disebelahku. "Nih" katanya lagi sambil memberikan crepes pesananku.
"Oh iya, makasih ya, Gre" balasku lalu menerimanya dan menggigit crepes tersebut.
"Kak" panggilnya lagi.
"Hmm,..?" tanyaku sambil mengunyah.
"Ngapain disebut sih?" tanyanya kemudian.
Hah?! Apa'an?, batinku.
"Kan yang ada disini cuma kita berdua. Aku sama kak Ads" kata Gracia menegaskan.
.
.
.
.
.
"Kak! Kak!! Kak Ads~"
Kira-kira yang mana ya?
Pasti salah satu yang kusebut tadi.
Aku tadi sempat melihat Yona menghentikan langkahnya lagi saat aku menyebut nama-nama itu.
Pasti salah satu dari nama yang kusebut tadi adalah nama orang yang sempat Yona salah kira kalau aku adalah orang tersebut.
Tapi yang mana ya?
"Kak Ads, halooo,..."
Ah, karena terlalu memikirkan hal itu. Aku sampai tidak sadar kalau Gracia daritadi memangilku.
"Halo, halo"
"Iya, dengan siapa? Dimana?" jawabku bercanda karena tadi Gracia mengatakan 'halo'. Untung bukan 'hola' ya.
Gracia sempat kaget dengan jawabanku, tapi kemudian dia malah menanggapinya dengan,...
"Dengan Gracia dihatimu" balasnya.
"Passwordnya?" tanyaku masih dengan bercanda.
"Ehm,..." Gracia berfikir sejenak. "GreAds couple. Icikiwir~" kata Gracia lagi.
"Hahaha, apa'an sih Gre?" tanyaku sambil tertawa.
"Pertanyaannya apa kak?" tanya Gracia.
Kulanjutkan saja lah, batinku.
"Pertanyannya, siapa pacar kesayangan Adrian?" kataku. "Pilihan jawabannya,...... A. Gracia B. Shania Gracia C. Gracia JKT48 D. Shania Gracia Harlan E. Sekali lagi, Gracia atau F. Semua jawaban benar"
"F. Semua jawaban benar" kata Gracia mantap.
"Kenapa?"
"Biar setiap saat aku jadi kesayangan kak Ads, gak cuma pas jadi idol aja atau pas aku jadi gadis biasa aja, tapi setiap saat" terangnya. "Soalnya aku mau setiap saat disayang sama kak Ads"
Sialan!
Aku tidak pernah menyangka Gracia bisa memikirkan jawaban secerdas itu.
Dan, entah kenapa mendengarnya mengatakan hal tersebut membuatku bahagia.
"Bener gak?" tanya Gracia.
"Ah,... Bener kok. Bener banget" jawabku sambil tersenyum.
"Hadiahnya apa?" tanya Gracia lagi.
"Hadiahnya,... Kasih sayang yang tulus dari aku" jawabku.
"Dipotong pajak gak?" tanyanya sekali lagi.
"Dipotong cinta buat Shani" jawabku.
"Ahh,... kak Ads mah. Gak seru lagi kan jadinya" kata Gracia kecewa.
Aku langsung mengelus kepalanya.
"Kan gue emang harus adil, Gre" jelasku.
"Iya juga sih" balasnya. "Tapi, kak-"
"Sst..."
Tapi,... ada resiko dan rintangannya Gre, batinku.
Jika kuis biasanya ada pajak yang harus ditanggung pemenang kan.
Kalau yang ini, akan ada resiko dan rintangan yang harus ditanggung.
Tapi aku tidak akan membiarkan Gracia menanggungnya sendiri, aku akan ikut menanggung resiko dan rintangan itu bersamanya.
.
.
.
.
.
"Kak Ads!! Ngalah dong sama pacarnya" protes Gracia yang tidak bisa menang melawanku dalam permainan hoki meja untuk yang keempat kalinya.
Aku hanya membalasnya dengan menggerakkan telunjukku kekiri dan kekanan sebagai penolakan.
SEET..
TAK! TAK!
PLUNG~
"Gue menang lagi wleee" ejekku.
"Ahh,... kak Ads mah gak mau ngalah" keluh Gracia. "Main yang lain deh"
Jika kalian bertanya ada dimana aku dan Garcia saat ini.
Jawabannya adalah di wilayahnya Vanka.
Gak ngerti?
*Penjelasannnya:
Vanka = Time Stones.
Vanka = Time.
Wilayah = Zona, Zona = Zone
Wilayah Vanka = Timez- Zona Waktu. Anggep aja gitu lah.
Gracia berjalan duluan mencari permainan apa yang kira-kira bisa kami mainkan berdua.
Saat aku berjalan mengikuti dibelakangnya, ada sesuatu yang menggangguku.
Itu tiket kenapa gak ada diambil sama bapak-bapaknya ya?
Kok dia malah langsung pergi habis telfonan?, pikirku saat melihat seorang bapak-bapak yang langsung pergi bersama anaknya setelah menemani anaknya bermain salah satu permainan.
Mungkin tadi ditelfon istrinya kali ya, pikirku.
Jangan su'udzon nuduh bapak-bapak itu penculik, orang anak kecilnya juga santai kok.
Ambil gak ya?
Kan lumayan.
Tapi,... Kalo diambil bukan hak gue, kalo gak diambil,... Sayang banget, batinku.
Akhirnya kuputuskan untuk,...
"Pak" kupanggil bapak tersebut. "Buat saya ya" kataku meminta ijin.
Tentunya aku memanggil dan meminta ijin dengan suara yang pelan. Amat pelan.
Yang penting udah minta ijin kan dan kalau tidak dijawab artinya 'iya' bukan.
Hehe. Jangan ditiru ya.
Ambil deh.
Lumayan kan.
"Kak, main ini yuk" ajak Gracia sambil menujuk salah satu permainan.
"Hah? Ini?" tanyaku memastikan.
"Iya" jawabnya.
"Gak! Ogah, males gue" tolakku.
"Yee... Gak bisa ya? Takut kalah ya" ejeknya.
Sialan nih anak, batinku.
"Bukan gitu, males aja gue" elakku.
Alasanku sebenarnya adalah karena permainan yang ditunjuk Gracia adalah Dance-Dance Revolution, aku tidak mau memainkannya karena itu bisa mengingatkantku pada seseorang. Mantanku.
Hah?
Bukan!
Bukan dia, kalian pikir aku hanya memiliki satu orang mantan?
Tidak. Aku punya,...
Yah, ada beberapa lah pokoknya.
Kalo disebutin semua totalnya nanti dikira sombong.
"Mending main itu" tawarku sambil menunjuk permainan yang lain.
"Emang kakak bisa?" tanya Gracia tidak yakin.
"Yeee,... Ngeremehin. Lo kali yang gak bisa" kataku memancingnya.
"Eeehhh,... Siapa bilang?" balas Gracia yang tidak mau kalah. "Ya udah, kita main itu" katanya yang akhirnya setuju.
"Kalo kalah jangan nangis ya" kataku memanas-manasinya.
"Kita liat aja nanti siapa yang nangis" balasnya.
.
.
.
"Aaaah,.... kak Ads" keluh Gracia untuk yang kesekian kalinya. "Kok susah sih?" tanyanya sambil menengok ke arahku.
"Lo caranya salah" balasku sok tahu.
"Terus cara yang bener gimana?" tanyanya lagi.
"Pernah nonton Spongebob gak?" tanyaku balik.
"Pernah" jawabnya. "Apa hubungannya?"
"Tutup mata, trus... Jadi mesin~ Jadi mesin~"
"Eh?! Emang beneran bisa kak?"
"Gak tau juga sih, tapi gak ada salahnya nyoba kan" kataku.
"Yaudah deh" balas Gracia.
Kemudian Gracia memasukkan koin ke mesin capit tersebut lalu menutup matanya.
Ya, memang kami sekarang sedang memainkan mesin capit. Itu yang kami perdebatkan tadi.
Udah lah, sampe mana tadi?
Masukin koin.
Setelah memasukkan koin, Gracia berusaha menggerakkan,... Ehmm... apa itu namanya ya. Cakar. kalau di Toy Story disebut 'cakar' kan.
Gracia menggerakkan cakar tersebut dengan sedikit bergumam,...
"Jadi mesin~ Jadi mesin~"
"Nah kan" kataku.
"Berhasil kak?" tanya Gracia lalu membuka matanya.
"Masih gagal" balasku.
"Aahhh... kak Ads mah" rajuk Gracia dengan menekuk wajahnya.
"Lo aja yang emang gak bisa maininnya" balasku. "Sini, biar sang ahli yang memainkannya" kataku menyombongkan diri, sok mau pamer.
"Emang kak Ads bisa?" tanyanya meragukan kemampuanku.
"Loh, pake ditanya" balasku. "Watch and learn"
.
.
.
"Mana kak?" kata Gracia. "Katanya bisa" tambahnya dengan nada mengejek.
"Sekali lagi, Gre. Sekali lagi pasti bisa" jawabku.
Kok susah ya ternyata, batinku.
"Halah, udah berapa kali bilang kayak gitu" ejek Gracia.
"Oh, gue belum pake jurus 'jadi mesin'. Lo santai aja, kali ini pasti berhasil" kataku mencari alasan.
Kumasukkan koin sekali lai, lalu menutup mataku dan,...
"Jadi mesin~ Jadi mesin~" gumamku sambil mengerakkan 'cakar' dengan mata tertutup.
Setelah kurasa selesai, aku kemudian bertanya pada Gracia.
"Gimana, Gre?" tanyaku masih dengan mata tertutup.
"Wah... akhirnya, kak" balas Gracia.
Setelah menunggu sekian lama, akhirnya,... batinku.
"Berhasil ya Gre?" tanyaku sembari membuka mata.
"Gagal kak" kata Gracia sambil menahan tawa.
Dasar kurang ajar, batinku.
Aku yang sudah kesal, langsung,... lihat kiri kanan dulu, baru kemudian.
BRAK!!
Kutendang mesin ini.
Kesel anjir, susah banget.
Mesin kampret!!
Tapi sekesal-kesalnya diriku, aku tadi lihat-lihat dulu sebelum menendang. Kalau dimarahin petugasnya kan repot.
"Berapa sih, harga mesinnya. Gue beli juga nih" kataku yang masih sedikit kesal. "Kalo murah" tambahku dengan suara pelan.
"Iih,.. kak Ads ngomong gitu kayak punya uang aja" sahut Gracia.
"Ya nabung dulu lah, Gre" balasku.
"Ya kelamaan kak" balas Gracia yang kemudian tertawa.
Lagian tadi gue kan bilangnya 'mau beli kalo murah', batinku.
"Payah!" kata suara yang tiba-tiba terdengar.
Aku menengok ke segala arah mencari sumber suara. Dan ternyata sumber suara itu berasal dari seorang anak kecil yang sedang asyik memakan es krim.
"Payah!!" kata anak kecil itu lagi sambil menunjuk ke arahku.
"He-"
Saat aku ingin membalas anak kecil tersebut, dia malah berbalik badan dan pergi begitu saja.
Tuh, bocah cuma mau ngeledekin gue doang??
Anak siapa sih?, pikirku semakin kesal.
"Kak kak" panggil Gracia dengan menarik-narik lengan jaketku.
Aku menoleh kearah Gracia yang ternyata sedang menatapku dengan ekspresi memohon.
Mau apa lagi nih anak, batinku.
"Es krim, kak... Mau.." pinta Gracia memelas sambil menunjuk kearah anak kecil tadi.
Ya elah, gue kira apa'an, batinku.
"Ya, kak ya... Mau,..." Gracia memberikan tatapan memelas padaku.
kalau sudah seperti ini, bagaimana mungkin aku bisa menolaknya.
Tapi tetap saja,..
"Gak!!" tolakku.
"Please...!" Gracia masih memohon.
"Makan siang dulu, Gre" balasku yang berusaha keras untuk tidak menatap langsung matanya yang memelas padaku dengan mencoba melihat kearah lain.
"Kak Ads~~" panggil Gracia lirih.
"Makan siang dulu" kataku lagi.
Bukannya aku jahat atau bagaimana, tapi aku tidak mau Gracia makan es krim sebelum dia makan siang.
Aku tidak mau kalau sampai dia sakit.
Sekarang ini aku memang bertugas 'menjaga' Gracia kan.
Gracia masih saja memberikan tatapan memohon dan memelas padaku. Malah kali ini dia menambahkan dengan mengedip-ngedipkan kedua matanya.
Huft~
Aku sedikit menghela nafas.
"Lo yang pilih deh, mau makan dimana" kataku akhirnya.
"Bener ya" kata Gracia berusaha memastikan.
Aku hanya mengangguk mengiyakan.
"Kalo gitu,... Kita makan siang di..."
Firasat gue kenapa tiba-tiba jadi gak enak ya?, batinku.
"Sushi Tei" lanjut Gracia.
"GAK!!" tolakku langsung.
"Yah,.. kak Ads... Katanya tadi terserah aku" protes Gracia.
"Ya, tapi jangan sushi dong" kataku.
Gue kan gak doyan, batinku.
"Kenapa harus sushi sih?" tanyaku kemudian.
"Ya,.." Gracia terlihat sedikit ragu menjawab pertanyaanku. "Aku kan,..."
"Kenapa?" tanyaku lagi.
"Aku kan juga pengen nyuapin kak Ads" jawab Gracia. "Kayak ci Shani" tambahnya dengan suara pelan yang masih bisa kudengar.
Ya elah, ngiri doang ternyata,
"Yang penting nyuapin kan, gak harus sushi kan" kataku membujuknya.
"Iya juga ya"
.
.
.
.
.
.
.
"Wlee... Wleee...."
"TA TA TA TA"
"Wlee... Wleee...."
"TA TA TA TA"
"Kenapa sih nak?" tanya si ibu lalu berusaha menoleh ke belakang.
Oke, geser geser.. Maju, lewatin.
Gak ketahuan kan.
"Dadah~" kataku pada si bayi sambil melambaikan tangan.
"TA DA~ Hehehe" balas si bayi kemudian tertawa.
Untung balesnya 'TA TA'.
Kalo 'PA PA', gue yang repot dong, batinku.
Kenapa?
Apa yang baru kulakukan barusan?
Aku hanya baru saja menggoda bayi orang.
Asyik tauuu~
Cobain deh, cobain.
Tapi jangan sampai ketahuan orangtuanya ya.
Kenapa jangan sampai ketahuan?
Ya jangan saja.
Akward nanti.
"Ngapain sih kak?" tanya Gracia heran.
"Apanya" tanyaku balik.
"Ngapain godain bayinya orang?" tanya Gracia lagi.
"Ya gapapa, Gre iseng aja" jawabku.
"Isengnya kakak aneh"
"Lagian mau godain bayi sendiri, gue kan gak punya" kataku bercanda.
"Ayo" kata Gracia seperti mengajak.
"Ayo kemana?" tanyaku. "Ini kan kita mau makan siang"
"Ayo buat bayi!" ajaknya.
"HEH?!!"
.
.
.
.
.
Wah, ada bayi lagi.
Godain lagi ah, pikirku saat melihat seseorang menggendong bayi dari kejauhan.
Tunggu, kenapa firasat ku tiba-tiba tidak enak lagi.
Kira-kira kenapa ya?
Tunggu, bukannya itu.
Manda?
Tidak. Bukan Manda yang sedang menggendong bayi.
Manda sedang bersama seseorang.
Bukan. Bukan Danial.
Bodo amat, anjir sama si bedebah itu.
Lagipula seseorang yang bersama dengan Manda adalah seorang wanita.
Temannya mungkin.
Tapi sepertinya bukan, atau mungkin,... kakaknya?
Mungkin saja sih, Manda pernah cerita kalau dia punya kakak yang tinggal di luar negeri. Dan wanita itu sepertinya sedikit terlihat seperti bule sih.
Kenapa Manda pernah bercerita soal dia punya kakak yang tinggal di Amerika?
Ya, itu karena aku pernah bertanya tentang namanya yang ada kata 'Dwi' didalamnya. Berarti dia anak kedua kan.
Tapi wanita itu tidak mirip dengan Manda sih.
Eh, tunggu. Apa berarti bayi yang sedang digendong wanita itu adalah keponakannya Manda.
Ya kali anjir, masa gue godain ponakannya.
(Mendingan godain tantenya aja ya)
Ya gak gitu juga, kampret!!
Lagipula, bayi itu seperti baru berusia 2 atau 3 bulan. Kalau digodain, belum tentu bisa nanggepin.
Tunggu, kenapa aku malah memikirkan Manda?
Lagipula belum tentu juga itu Manda.
Balik badan aja deh, ngehindarin Manda dan godaan buat godain ponakannya.
Bukan berarti aku tidak mau bertemu dengan Manda ya.
Bukan berarti aku mau juga bertemu dengannya.
Hanya saja, kalau aku bertemu dengan Manda saat ini, bisa-bisa kencanku dengan Gracia terganggu lagi.
Itu lho alasannya.
Lagian itu mantan muncul terus ngapain sih, batinku.
Eh, sekali lagi, belum tentu juga kalau itu Manda ya.
Kenapa aku langsung berfikir kalau itu Manda sih?
"Eh, kak... Kok?" tanya Gracia bingung saat aku mengajaknya berbalik arah.
"Makan di restoran lain aja deh, Gre" jawabku.
"Kenapa?" tanyanya.
"Aku tau restoran ayam yang ayamnya lebih enak" jawabku.
"Hmm,..." Gracia hanya mengangguk-angguk saja.
Semoga Gracia tadi tidak melihat gadis yang kukira manda tadi. Bisa-bisa dia salah paham mengira aku mengajaknya berbalik arah hanya untuk menghindari hal tersebut.
"Emang mau makan ayam dimana kak?" tanya Gracia.
"Ada deh, udah ikut aja" balasku.
Oh iya, aku belum menjelaskan ya kalau akhirnya aku dan Gracia memutuskan untuk makan ayam saja.
Gracia yang mengusulkan. Dia bilang katanya tiba-tiba ingin makan ayam.
"Kita ke restoran ayam yang ayamnya gak aneh-aneh" kataku.
"Gak aneh-aneh? Maksudnya kak?" tanya Gracia tidak mengerti.
"Ya, jaman sekarang kan restoran ayam menunya aneh-aneh" kataku. "Contohnya ya, ayam goreng saus coklat. Itu udah agak aneh. Ada juga ayam goreng saus salted egg. Emang enak ya?" tanyaku pada Gracia.
"Gak tau" jawab Gracia sambil menggeleng.
"Gak sekalian aja, yang lagi kekinian. Ayam goreng saus Green Tea. Kan sekarang banyak tuh, apa-apa pake Gren Tea" terangku. "Atau yang lagi hits, ayam goreng rasa ayam geprek"
"Kak Ads, ada-ada aja ih" balas Gracia sambil menahan tawa.
"Kesel gue tau gak, ayam geprek sekarang kebanyakan bukan ayam geprek asli" kataku. "Ayam geprek yang asli itu kan ayam goreng yang udah dibumbui pake cabe terus dipenyetin ke sambel, bukan ayam tepung yang di geprek-geprekin ke sambel"
"Oh gitu ya kak?"
"Iya, di jogja ada ayam geprek yang enak. Namanya tempatnya bebek mercon kalo gak salah"
"Lho kok, malah bebek kak?"
"Iya, disana itu gak cuma jual ayam aja, jual bebek juga. Yang enak sih bebek penyetnya" jelasku. "Beuh, mantep lah Gre pokonya"
"Ah, aku jadi makin laper kak"
"Ya udah ayok"
"Kapan-kapan ajakin aku ke sana ya kak. Makan ayam geprek yang di Jogja"
"Iya"
.
.
.
.
.
"Iihh,... ternyata bener" kata Gracia sambil tersenyum menatapku.
Apa'an?, batinku.
"Kak Ads kalo lagi makan lucu" tambahnya.
"HEH?!!"
"Pipinya lucu, dikembung-kembungin gitu. Mirip kayak tupai kalo lagi ngumpulin kacang" terangnya.
Hah?!!
Oh, jadi itu alasannya kenapa waktu itu saat aku sedang makan katanya terlihat lucu.
Alasan yang aneh sih, batinku.
Dan julukan 'cap tupai' waktu itu juga mungkin alasannya sama.
"Kak Ads, aaaa...." kata Gracia sambil menyodorkan sebuah kentang goreng padaku, bermaksud untuk menyuapiku lagi.
Tentu saja aku menyambutnya dengan langsung membuka mulutku.
Aku tadi sempat kaget lho karena ternyata Gracia benar-benar menyuapiku sementara dia juga makan.
Maksudku, dia benar-benar rela untuk menghentikan kegiatan makannya sejenak hanya untuk menyuapiku.
"Ternyata ada ya hal yang kakak gak bisa" kata Gracia tiba-tiba. "Aku kira kak Ads bisa apa aja"
"Apanya?" tanyaku.
"Yaa... Itu tadi, kak Ads gak bisa dapet bonekanya hehehe. Aaaa...."
"Ya,... anggep aja itu nunjukin kalo gue gak sempurna dan lebih manusiawi" balasku sambil mengunyah.
Memangnya aku sempurna seperti kapten Tsubasa.
Kapten Tsubasa kan tidak ada kekurangannya. Udah ganteng, pinter, jago olahraga lagi. Sempurna banget.
Beda sama tokoh utama dari manga atau anime lain yang masih ada kekurangannya.
Eh, Tsubasa ada kekurangannya deng. Kurang waras alias sakit jiwa. Ya kali temenan sama bola.
"Oh iya, katanya tadi mau ayam, kok pesennya burger?" sindirku saat melihat Gracia yang kini sedang lahap memakan burgernya.
"Aku baru inget, aku lagi diet, gak makan nasiKalo makan ayam kan harus pake nasi" jawabnya. "Masa aku makan burger pake nasi?"
Lah, orang Indonesia kan kebanyakan gitu.
Kalau belum makan nasi, katanya belum makan.
Makan apa-apa biasanya harus pakai nasi.
Makan ayam pake nasi.
Makan tempe pake nasi.
Makan nasi pake,... pake mulut lah. Pake nanya lagi.
Lagipula, kalau diet tapi makan burger,.. Ya sama aja kan.
Apalagi,...
"Tapi lo makan burgernya tiga" balasku.
"Salah kakak sendiri kenapa vouchernya dipake? Kan jadi beli 2 gratis 1" balasnya yang tidak mau kalah dan malah menyalahkanku.
"Yang minta buat make vouchernya siapa?" sindirku.
"Aku kan gak maksa"
"Gak maksa tapi ngerengek-rengek?"
"Hehehe, ya udah lah kak. Enak ini" balasnya. "Lagian kakak sendiri juga pake vouchernya juga kan"
"Ya, tapi kan gue make yang beli satu gratis satu"
Lagipula untuk apa juga dia diet segala, pikirku.
"Tapi orang tadi kok baik banget ya kak mau ngasih voucher ke kita" kata Gracia lagi.
"Oh iya gue belum pernah cerita ya, dulu due pernah kerja sambilan disini buat nabung. Udah lama sih, pas masih sekolah. SMA kelas 2 kalo gak salah" terangku. "Orang tadi itu kenalan gue, namanya mas Wahyu. Dulu karyawan biasa, sekarang udah jadi supervisor. Keren"
Memang benar, usaha keras tidak akan mengkhianati.
"Kayak magang gitu kak?"
"Enggak juga sih, apa sih sebutannya... casual" jawabku. "Kerjanya enak, cuma bersihin meja yang baru selesai dipake aja. Dibayarnya per jam, belum lagi kalo dikasih uang tip sama customer. Uang tipnya paling sedikit 20.000 kan lumayan. Casual gak sampe seminggu udah bisa beli HP baru, yah ditambah tabungan dari uang jajan sih"
"Enak ya kak?"
"Enak lah, orang sibuknya cuma dihari jum'at, sabtu sama minggu. Selain hari itu sepi, rame palingan kalo tempatnya dibooking buat ulang tahun, tapi makin enak dapet tip dari orangtua si anak yang ulang tahun. Tapi lama-lama jenuh kerja kayak gitu" kataku.
"Kakak berapa lama kerja disini?" tanya Gracia.
"Gak lama sih, soalnya gak betah. Supervisor yang dulu ngeselin"
"Ngeselin gimana?"
"Yah, kan gak jarang tuh ya customer yang uang kembaliannya gak diambil, bahkan ada yang ditinggal gitu aja dimeja. Kan gue sebagai yang tugasnya bersihin meja ya gue ambil, gue kantongin"
"Wah, kak Ads untung banyak dong" kata Gracia sambil mengunyah burgernya.
"Iya, tapi habis itu gue dimarahin sama supervisornya waktu itu. Katanya, kalo anak sini uangnya itu dikumpulin terus nanti dibagi rata"
"Oh, trus kak?" sambil makan Gracia tetap menyimak ceritaku.
"Gue kan pinter gak kayak anak casual yang lain, ya gue jawab aja 'lah, saya kan gak kerja tetap disini. Saya gak tau dibaginya kapan' gitu" kataku. "Padahal dalem hati, 'Gue gak sepolos itu kali'. Seorang Adrian mau diboongin"
"Kesel gak tuh kak dianya?"
"Kesel lah, besoknya gue disuruh bersihin toilet"
"Trus?"
"Ya gue tolak lah, job desk gue kan bukan itu"
Mau ngerjain gue?
Coba cari cara lain.
"Trus sekarang gimana itu orang?"
"Gak tau, tapi tadi gue ngobrol katanya sekarang jadi manager, tapi di cabang lain"
Dasar penjilat, batinku.
Kerja dia gak bagus lho, kalau tidak dengan cara 'menjilat' tidak mungkin dia bisa menjadi manager.
Bahkan waktu aku casual dulu, hampir semua karyawan disini tidak menyukainya.
Pernah saat itu jamannya pilpres, dan dia melakukan black campign dengan mengirimkan sms ke semua karyawan termasuk anak magang dan casual.
Isi pesannya itu menyindir salah satu capres yang suka blusukan, menuduhnya sombong dan hanya ingin pamer karena blusukan ke pasar lalu membandingkan dengan capres satunya yang patroli di hutan.
Besoknya begitu ketemu tatap muka, langsung kutanya dia kenapa mengirim sms seperti itu dan kusuruh juga untuk menghapus saja nomorku.
Untuk apa juga blusukan ke hutan coba, yang satunya di hutan karena dia memang tentara. Lagipula rakyatnya kan di pasar bukan di hutan. Emangnya rakyatnya monyet?
Ini real story lho ya, bukan maksud saya gimana-gimana. Emang ada lho orang kayak gitu waktu itu.
Lagipula, waktu itu aku belum punya KTP untuk ikut pemilu.
Kenapa di mengirim sms seperti itu coba?
Memangnya capres yang dia jelek-jelkkan itu sebenarnya salah apa dan capres yang dia sukung itu juga kan belum tentu juga bisa langsung membuat negara ini menjadi lebih baik.
Segala sesuatu itu butuh proses kan.
Mi instan saja harus direbus terlebih dahulu sebelum bisa dimakan. Benar kan.
Yang penting, dateng, buka surat suara, coblos, lipat lagi. Gitu aja kan.
Sukseskan pemilu!!
Kok jadi gini ya?
Udahlah, cukup ya.
Nanti dituduh tukang ghibah lagi.
"Kak, kak. Kalo ada yang ulang tahun gitu, kakak pernah jadi badutnya enggak?" tanya Gracia tiba-tiba.
Aku hanya diam tidak menjawab pertanyaannya tersebut.
"Diem, berarti pernah ya" tebak Gracia.
"Waktu gue casual, gak pernah ada yang booking buat ulang tahun sih" jawabku.
"Kok aku gak percaya ya?" kata Gracia sambil tersenyum.
Ya, aku malu saja mengakuinya. Pasti Gracia akan menertawakanku kalau tahu aku pernah jadi badut beruang saat casual dulu.
Tugasnya jadi badut berat lho, harus bikin seneng semua anak-anak yang hadir, tanpa terkecuali. Tapi bonusnya gede sih.
"Kakak kok makannya gitu sih?" tanya Gracia tiba-tiba.
"Gitu gimana?"
"Ya langsung gitu sama kulitnya, gak disisain buat terakhir"
"Halah, nanti keluarnya juga sama aja" balasku asal.
"Iiihh, jorok kak" protes Gracia. "Lagi makan juga"
"Tapi bener kan"
"Iya sih" balasnya. "Tapi kenapa kakak sukanya bagian paha atas sih?" tanyanya lagi. "Tadi ditawarin paha bawah gak mau"
"Tadi kan gue udah jelasin, gue ini gak polos" jawabku. "Emangnya gue anak kecil yang mau diboongin gitu aja, ditawarin paha bawah yang katanya 'ayam upin & ipin'. Padahal kan paha bawa dagingnya lebih dikit sebenernya"
Gracia hanya manggut-manggut dengan ekspresi bengong lucu.
Setelah itu kami kembali melanjutkan makan kami.
Tapi beberapa saat kemudian, tiba-tiba aku merasakan ada sesuatu yang menabrak-nabrak kakiku dari arah depan.
Saat kulihat kebawah, ternyata itu Gracia. Gracia menendang-nendang kakiku pelan.
Kulihat dirinya tersenyum saat melakukan hal tersebut.
Mau apa nih anak?, batinku.
"Kak~ Mayonaise aku kurang" kata Gracia tetap dengan senyuman diwajah cantiknya.
"Ya sana, tinggal ambil" balasku sambil melanjutkan makanku. "Kalo sausnya yang kurang, minta yang sachetan aja jangan yang botolan"
Sekedar info, ada beberapa restoran yang botol sausnya jarang dibersihkan.
"Aku mau mayonaise dari kakak" kata Gracia lagi.
"HEH?! Maksudnya?" tanyaku pura-pura tidak mengerti.
"Gak usah pura-pura deh, kak" balasnya sambil tersenyum penuh arti.
"Gre, gak usah aneh aneh ya. Ini kita lagi di..."
"Ya gak sekarang kak. Nanti ya habis makan" balas Gracia sambil mengedipkan matanya.
Sepertinya Gracia sudah ketagihan dengan,...
Dasar gadis liar.
Liar, nakal, brutal. Membuat semua orang menjadi gempar.
"Nafsuan sih, pengen langsung sekarang ya" sindirnya.
"Lo nya juga nafsuin sih" balasku berbisik.
Gracia hanya tersenyum mendengarnya, kemudian kembali memakan burgernya dengan sedikit cepat seperti sedang buru-buru.
"Yang nafsuan sekarang siapa?" sindirku saat melihat cara makannya.
"Hehehe"
"Eh, gue gak disuapi lagi nih?" tanyaku.
.
.
.
"Haduh, bentar ya kak. Perut aku masih begah" kata Gracia sesaat setelah kami menghabiskan makanan kami. "Aku tau kakak udah gak sabar buat ngasih aku mayonaise, tapi sabar ya"
Lah, gue sendiri udah agak lupa lho sama itu, batinku.
"Aku sayang sama kak Ads. Sayang banget" kata Gracia tiba-tiba.
"Iya, gue juga sa-"
"Gak usah dijawab kak" potong Gracia. "Gapapa kok" tambahnya sambil tersenyum lalu mengalihkan pandangannya kearah lain.
.
.
.
.
.
"Gre, yakin disini?" tanyaku memastikan.
"Yah, pokoknya kak Ads jangan berisik ya" kata Gracia mengingatkan. "Nanti keenakan malah berisik lagi"
Gak janji deh, batinku.
Kemudian kutarik dirinya ke arahku dan langsung mencium bibirnya dengan lembut. Gracia pun langsung membalasnya dan semakin merapatkan tubuhnya hingga aku bisa merasakan kekenyalan dadanya menekan dadaku kemudian Gracia membelai lembut selangkanganku.
"Ehh, udah keras aja kak Ads?" sindir Gracia.
"Ya wajar kan" balasku sambil meraba dan meremas pantatnya yang sekal.
Gracia lalu mendorongku hingga terduduk di kloset. Kemudian dia berjongkok dan berusaha membuka celanaku. Tentu saja aku juga membantunya melakukan hal tersebut.
Hah? Kenapa?
Masih perlu dijelasin emang?
Kan Gracia-nya tadi udah minta.
Masa gak diturutin.
Kan pacar. Eh, calon. Calon pacar.
Saat penisku dan tangan Gracia hanya tinggal terhalang celana dalamku. Bukannya langsung melepaskannya juga, Gracia malah membelainya pelan dan kemudian bertanya,...
"Kamu udah kangen ya sama aku" tanyanya pada penisku dengan suara seperti anak kecil yang terdengar lucu.
"Anen! Anen anget!!" jawabku dengan suara yang sengaja kuubah.
"Kak Ads!!" protes Gracia kemudian tertawa ke arahku.
"Atu anen ditayang-tayang" kataku lagi masih dengan suara yang tadi.
"Anen cama mulut atu?" balas Gracia.
Kemudian dengan secepat kilat, Gracia langsung membuka celana dalamku.
Lucunya dia sempat terkaget saat penisku mencuat dan mengenai hidungnya.
"Ihh,... kok aku ditonjok sih" rajuk Gracia tapi dengan senyuman yang menghiasi wajahnya lalu sedikit mengusap-usap hidungnya.
"Hehehe"
Aku hanya bisa tertawa melihat tingkahnya.
Mau bagaimana lagi, tingkah lucunya itu dia lakukan saat dia hendak memainkan penisku.
Itu sungguh bertolak belakang.
"Halo~ Muach..." sapa Gracia pada penisku lalu menciumnya tepat di lubang kencingnya.
"Ayo, katanya mau mayonaise. Ambil sendiri, jangan manja" perintahku pada Gracia.
"Ihh,... gak sabaran banget sih kak" balas Gracia yang mulai mengocok penisku pelan.
"Kalo lo pengen sesuatu, harus berjuang dulu Gre" kataku. "Kalo lo pengen mayonaise dari gue, lo harus usaha buat dapetinnya"
Karena usaha keras tidak akan mengkhianati.
"Kak Ads, sebelum itu... Aku mau nanya sesuatu dulu" kata Gracia.
"Tanya apa?"
"Kenapa kak Ads sekarang mau ngelakuin ini, padahal sebelum sebelumnya kakak selalu nolak dengan alasan kalo kakak sayang sama aku" tanya Gracia dengan wajah polos sambil tetap mengocok penisku. "Apa ini artinya kak Ads udah gak terlalu sayang sama aku?"
"Justru gue makin sayang sama lo" jawabku.
"Gombal!" ledeknya sambil mengocok penisku.
"Soalnya sepongan lo enak ternyata, gue nagih"
"Mesum!!" ledeknya lagi masih dengan tangan yang asyik mengocok penisku.
"Yang mesum siapa ya? Yang lagi asyik ngocokin kontol siapa ya?" sindirku.
"Ya udah aku sepong dulu aja yaah..."
Gracia memintaku mengangkangkan kakiku, agar dia semakin leluasa melayani penisku.
"Ini kayak lampu ajaib ya kak, kalo diusap-usap bakal keluar sesuatu" kata Gracia yang menyamakan penisku dengan lampu ajaib di cerita aladin.
"Ya tapi yang keluar bedaaahhh..."
SLUUURRP~~
Gracia mulai menjilati batang penisku sambil memandang binal ke arahku.
"Aaahhh... Gre~~"
"Emmhh... Slurrrpp... Gimana kak... Slurrpphhh... Enak yaaahhh..." desah Gracia.
Hap!
Bibir Gracia lalu mencaplok penisku sepenuhnya, menyesaki mulutnyaS mungil. Sesekali matanya memandang binal ke arahku, membuatku semakin panas-dingin dibuatnya.
"Slllrrpp.. Crroppp.. Shhhhrrrpppp... Prrrtttttt!" suara kuluman dan sedotan Gracia bergema di bilik toilet ini.
Aku kelojotan menikmatinya dan tanpa sadar tanganku sudah berada di kepala Gracia. Saking nikmatnya, aku mengekspresikannya dengan mengacak-acak rambut Gracia. Tapi Gracia sendiri sepertinya tidak merasakan. Atau tidak peduli?
Dengan lahap disedotnya terus penisku, semakin lama semakin cepat membuat suara khas blowjob semakin keras bergema didalam bilik toilet ini. Gerakan kepala Gracia begitu cepat, dan sesekali aku meremas lembut payudaranya yang empuk.
"Argghhhh... Gracia~~" aku menggeram nikmat saat kurasakan kepala penisku menyentuh dinding lunak tenggorokan Gracia.
Tunggu!!
Apa Gracia sedang berusaha untuk melakukan deepthroat pada penisku saat ini?
"Aaahhh Greee! Lo pinter banget sih, cepet baget sih belajarnya!" pujiku sambil membelai rambutnya. "Lo suka benget ya sama kontol gue?" tanyaku.
Seperti sedang menjawab pertanyaanku, Gracia menggerakkan kepalanya naik turun beberapa kali seperti mengangguk mengiyakan.
Lalu Gracia kembali melakukan deepthroat dengan sedotan yang lebih kuat dari sebelumnya. Malah sekarang, serangannya semakin agresif sehingga aku tak punya pilihan lain.
CROTTT!!!!
CROTTT!!!!
CROTTT!!!!
CROTTT!!!!
CROTTT!!!!
Tubuhku sedikit gemetar dan tersentak-sentak saat penisku menembakkan sperma dalam jumlah banyak ke dalam mulut Gracia.
"Mmmmmpprrhhh" Gracia mengerang tertahan sambil melotot ketika aku ejakulasi didalam mulutnya.
Tapi penisku masih dipertahankan di mulutnya, seakan tidak peduli dengan keadaanku yang sedang kelojotan, ngilu-ngilu nikmat.
Setelah penisku berhenti menembakkan sperma lagi barulah, Gracia melepaskannya dari mulutnya yang mungil.
"Puahhh! Uhuk uhuk!!" Gracia terengah-engah dan terbatuk-batuk kecil.
"Hahhh... Hahhhh enak Gre, Mantep!" pujiku yang juga terengah-engah.
Tapi Gracia menengadah sambil terpejam, sebelah tangannya memegang lehernya lalu,...
CEGLUK!
Aku melihat Gracia menelan sesuatu.
Apalagi kalo bukan spermaku?
Melihatnya seperti itu membuatku sedikit terpana dan menelan ludah.
"Gantian ya, gue yang nyuapin lo"
"Banyak banget sih, kak Ads" kata Gracia sambil mengelap bibirnya dengan tangan. "Hampir aja gak ketelen semua" tambahnya.
"Tapi lo suka kan" balasku dengan tatapan seperti mengejeknya.
Gracia sedikit menekuk wajahnya, tapi kemudian dia mengangguk.
"Lagian siapa juga yang kemaren nyuruh Shani buat masak tumis tauge"
"Masih inget ci Shani aja..." balas Gracia pelan yang sepertinya tidak suka.
"Ehh,... Gre..." panggilku.
Gracia bangkit lalu sedikit merapikan pakaiannya sebelum akhirnya keluar dari bilik toilet dan melangkah mendekati wastafel.
Setelah memakai kembali celanaku, aku berusaha menyusul Gracia untuk menjelaskan sesuatu. Beruntung toilet ini sepi.
Kulihat Gracia berkumur sebentar lalu,...
"Ih kok rambut aku jadi berantakan gini???" Gracia baru sadar rambutnya acak-acakan ketika melihat cermin, kemudian dia memandang ke arahku dengan ekspresi marah.
"So-Sorry, Gre" kataku. "Habis enak banget sampe gak sadar ngacakin rambut lo. Hehe" aku cengar-cengir.
Gracia masih memandang marah ke arahku.
Akupun lalu berjalan mendekat kearahnya dan berusaha sedikit merapikan rambutnya, tapi Gracia langsung menepis tanganku.
"Atau mau gue bikin acak-acakan yang lain?" tanyaku menggodanya sambil tersenyum.
"M-Maksudnya kak?" tanya Gracia sedikit bingung.
Seketika aku tersadar.
"Ah,.. Engak, enggak. Lupain" balasku.
Sial!!
Aku tidak boleh sampai kelewatan terhadap Gracia.
.
.
.
.
.
.
.
"Gre... Masih ngambek ya? Gue kan udah minta maaf" kataku memelas berusaha membujuk Gracia.
Gracia sendiri seperti tidak peduli dengan permohonan maafku dan tetap berjalan cepat di depanku.
"Kok ngambek lagi sih? Kok ngambekan sih sekarang?"
"Kak Ads sih!!" balas Gracia.
"Ya makanya aku minta ma-"
"Aku kan tadi minta dibeliin es krim!! Mana?!" protes Gracia.
Tunggu, jadi... dia marah karena belum kubelikan es krim?
Bukan karena tadi aku menyebut,...
"Emang masih pengen jilat-jilat?" sindirku.
"EH!! Aahh... Kak Ads mah" balas Gracia yang langsung mengerti kalau sedang kusindir. "Nanti,... Nanti aku boleh jilat-jilat lagi ya" tambahnya malu-malu dengan wajah memerah.
"Ya udah, ayo beli es krim" ajakku kemudian.
"Udah gak pengen es krim lagi" balasnya.
"Terus? Mau pulang aja?" tanyaku. "Ujannya juga udah berhenti kayaknya"
Oh iya, kalian tahu tidak. Firasatku benar lagi lho.
Tadi itu turun hujan, dan baru saja hujannya berhenti.
"Masuk situ yuk!" ajak Gracia sambil menunjuk ke suatu arah.
Kuikuti arah yang ditunjuknya dan,...
"T-Tapi, Gre"
"Ayo, kak!!" ajak Gracia sambil menarik lenganku. "Aku ngambek lagi lho" ancamnya.
"Oh mau ngambek lagi?" tanyaku dengan jari-jari tangan yang siap sedia untuk,...
"EH?!! Iya iya gak ngambek!" balas Gracia yang cepat melindungi belakang lehernya.
.
.
.
"Terakhir, kak. Sekarang coba muka jelek" pinta Gracia.
"Wah, susah Gre. Gak bisa gue" bantahku.
"Iih.. sombong banget" balasnya.
Ya, emang susah bagiku untuk membuat wajahku terlihat jelek.
Buktinya kata Shani dan yang lainnya tadi, aku 'ngapain aja ganteng'.
Lalu aku harus bagaimana dong?
"Ya udah kak, gini aja" kata Gracia sambil menaruh tangannya didagu. "Always Smile"
Tanpa mengatakan apapun, langsung kuturuti permintaannya itu.
CKREK!!
"Udah, kak. Sekarang ayo keluar liat hasilnya" ajaknya sambil mendorongku.
"Iya. Iya, sabar dong" balasku.
Gracia seperti terkagum-kagum dengan hasil foto kami berdua saat di photobook tadi. Itu terlihat dari matanya yang berbinar-binar saat melihat dan memperhatikan foto kami.
Kami melakukan banyak... Sebenarnya sedikit sih, karena kami kebanyakan malah mengganggu satu sama lain. Seperti aku yang menutupi wajahnya, memainkan kedua pipinya, atau sebaliknya Gracia yang menutupi wajahku atau menarik-narik rambutku.
Pose yang kami gunakan hanya sedikit. Salah satunya, pose 'Always Smile' tadi. Dan juga pose saat kami membuat kata 'LOVE' menggunakan jari kami. Tapi meski begitu, Gracia sepertinya sudah senang.
"Kak, yang ini aku yang simpen ya" pinta Gracia sambil menunjuk salah satu foto. "Yang ini juga. Ini juga deh. Ini juga ya" tambahnya.
Lo simpen semua aja lah, batinku.
"Ya, kak Ads ya. Boleh ya"
"Iya" jawabku.
"Kak Ads, pose Always Smile nya kok kayak gitu sih" katanya yang baru menyadari kalau pose 'Always Smile' yang kulakukan sedikit berbeda darinya. "Yang bener itu gini" tambahnya sambil menunjukkan pose 'Always Smile' yang benar. "Angka tujuh kak! Angka tujuh!!"
"Lah, gue sukanya angka delapan" balasku.
Lagian kalo pose kayak gitu nanti dikira kampanye lagi, batinku.
"Tapi kan kalo gitu jadi kayak team J" kata Gracia.
Iya juga, kalau jariku seperti tadi malah seperti membentuk team J sign.
"Padahal kan oshi nya sekarang ada di team K3, atau jangan-jangan,..." kata-kata Gracia menggantung.
Aku melihat hasil foto kami yang lain dan baru menyadari sesuatu.
Kayaknya gue dikerjain deh, batinku.
Saat kami melakukan pose dengan merangkai kata 'LOVE' menggunakan jari, Gracia kebagian menyusun huruf 'LO' dengan jarinya.
Itu artinya,...
Kalian pasti paham kan aku harus menyusun huruf apa dengan jariku.
"Ehh,... Gre"
"Ya, kak?" Gracia menoleh ke arahku.
"Lo ngerjain gue ya?" tanyaku sambil menunjuk foto tersebut.
"Hehe, iya. Baru sadar ya kak" balasnya sambil tertawa. "Kak Aaaddss AMPUN!!" teriak Gracia saat aku kembali menggelitiki belakang lehernya.
.
.
.
.
.
"Hehe" tawa Gracia diiringi dengan kepalanya yang maju ke arahku.
Dengan cepat, langsung kupasangkan helm ke kepalanya.
"Kak Ads..! Kok gini?" protesnya. "Gak bisa liat dong aku"
"Oh iya, kebalik. Maaf ya" balasku tanpa merasa bersalah lalu melepas helm dari kepalanya, tapi aku tidak memakaikannya lagi.
"Masih ngambek gara-gara pose tadi ya?" tanyanya dengan wajah memelas.
Aku hanya diam tidak menanggapinya. Sebenarnya aku tidak marah, aku hanya ingin mengerjainya dan membuatnya merasa menyesal.
Untuk beberapa alasan tertentu, aku tidak bisa marah pada Gracia.
"Kak Ads..." panggil Gracia lirih.
Sepertinya cukup, sepertinya Gracia sudah benar-benar merasa menyesal.
Baiklah, sepertinya akting pura-pura marahnya sudah cukup.
Aku bersiap untuk memasang kembali helm ke kepalanya. Kali ini dengan posisi yang benar.
"Helm-nya bau" keluh Gracia.
Kampret!!
Jadi tadi dia hanya ingin mengeluh soal helm, bukan merasa bersalah?
Tapi ya sudahlah, memang seperti itulah seorang Gracia.
"Emang iya? Beneran bau?" tanyaku.
"Iya. Cium Aja" balasnya.
"Lo nya?" tanyaku reflek.
"Iihhh... helm-nya!" balas Gracia sambil tersenyum. "Kalo aku nanti aja" tambahnya dengan suara pelan.
Tanpa menanggapi perkataannya, aku mencoba mencium helm. Dan,...
Emang agak bau sih.
"Ya udah lah, pake aja dulu" kataku. "Nanti kita mampir di tempat cuci helm ya"
"Oke, kak" balas Gracia lalu memajukan kembali kepalanya ke arahku.
Huft~
Aku sedikit menghela nafas.
Dasar manja!
Untung sayang, batinku.
.
.
.
.
.
.
.
-Bersambung-
Nah, akhirnya sampai juga.
Sampai mana?
Ya sampai tempat tujuan lah.
Lama lho ternyata nunggu keretanya.
Mau aku ceritakan?
Tidak usah?
Usah aja deh.
Bodo amat lah. Cerita aja.
Jadi gini,...
.
.
.
.
.
"Kak,... lama ya" keluh Gracia.
"Bentar lagi kayak nya lewat deh" balasku.
Tutt,.. Tut,..
Jezz,.. Jezz,... Jezz,....
(Suara kereta lewat gimana sih? Anggep aja kayak gitu ya.)
Akhirnya lewat juga kereta yang sudah ditunggu-tunggu.
Dan ada kejadian mejengkelkan saat itu,...
"Kak! Kak!! Muka supirnya ngeselin banget" kata Gracia setengah berteriak sambil menunjuk kearah sang masinis yang sedang tersenyum mengejek seperti mengatakan 'nungguin apa sih?'.
Emang ngeselin sih, beneran lokomotifnya doang lagi yang lewat.
"Udah, Gre. Udah" kataku menenangkan Gracia.
Suatu saat kau akan mendapatkan balasannya, wahai masinis, batinku.
"Iya, kak" balas Gracia dengan nada sinis.
"Satu lagi,... itu namanya masinis bukan supir"
"Iya. Itu maksudnya,..." tambahnya masih dengan nada sinis.
Tunggu, tunggu.
Sepertinya ada yang salah.
Keretanya sudah lewat kan, tapi kenapa plang kereta nya belum terangkat.
Apa jangan-jangan...
Ini lintasan kereta dua jalur,...
Masih ada yang mau lewat lagi?!!!
.
.
.
.
.
Iya, gitu lah pokoknya.
Kampret emang.
Dan,...
Ini kenapa sekarang Gracia tiba-tiba masang wajah ngambek ya?, pikirku.
"Gre..?" panggilku.
Tidak menjawabku, Gracia hanya melengos.
Salah apa lagi coba?
Masih pembukaan part lho ini.
"Gre,...?" panggilku sekali lagi. "Ngomong dong. Gue ada salah?" tanyaku kemudian.
Masih tidak menjawabku, Gracia malah berbalik badan dan mulai berjalan.
"Oi!!" panggilku.
Gracia masih tetap berjalan tapi dengan lambat seperti tidak benar-benar berniat pergi, seperti sedang menunggu sesuatu.
"Ngambek sih ngambek, helm-nya lepas dulu kali" kataku.
Seketika Gracia langsung menghentikan langkahnya dan berbalik badan lalu berjalan kembali ke arahku.
Lucunya wajahnya sekarang tampak memerah. Mungkin karena malu, ah tidak. Pasti. Pasti dia malu.
"Salah gue apa sih?" tanyaku saat menerima helm dari Gracia.
"Pik-"
"Jawab 'pikir aja sendiri', gue tampol ya" potongku mengancamnya. "Gue paling gak suka kalo nanya terus dijawab kayak gitu"
Gracia tampak takut akan perkataanku. Dan jika dilihat dari wajahnya, seperti ada sesuatu yang mengganggu pikirannya.
"Gak usah takut. Gue cuma bercanda" kataku menenangkannya. "Lo kenapa sih?" tanyaku lagi.
"Ka... Kak Ads ada hubungan apa sama Stefi?" akhirnya Gracia mengungkapkan apa yang mengganggu pikirannya. "Kak Ads udah pernah gituan sama Stefi?" tanyanya lirih.
What the...
Dia baru connect sekarang?!
Setelah ganti part?
Segini lemotnya ya?
Huft~
Aku sedikit menghela nafas.
"Gue jawab jujur, tapi jangan marah ya" kataku.
Gracia menjawabku dengan menggangguk kecil.
"Sebenernya dia itu,.... Gimana ngomongnya ya" aku berusaha memilihkan kata-kata yang tepat agar mudah dimengerti oleh seorang Gracia. "Ya,... Intinya.... Iya, gue sama Stefi emang udah pernah gituan" jawabku.
Aku menunggu reaksi Gracia.
Satu detik.
Dua detik.
Tiga detik.
Empat det-
Tunggu, dia ngerti gak sih yang gue omongin barusan?!, batinku.
"Aaaahhh,.... Kak Ads" keluh Gracia. "Kok kakak gak cerita sebelumnya?" tanyanya kemudian.
"Eehhh,... Itu..."
"A-Aku kan iri. M-Masa Stefi udah diapa-apain duluan" tambahnya.
Malah ngiri, batinku.
"Tapi itu kan artinya gue lebih sayang sama lo daripada sama Stefi" balasku.
"Oh, gitu ya kak? Ya udah deh, aku gak marah" kata Gracia akhirnya.
Hah?! Gitu doang?, batinku.
"Iya, emang gitu" balasku. "Lebih sayang sama Shani juga" tambahku.
"Aaahh,... ci Shani gak ada disini!!" teriak Gracia. "Aku gak suka kalo kita lagi berduaan, tapi kakak nyebut-nyebut nama ci Shani" kemudian dia memasang ekspresi cemberut.
Haduh, segitunya ya, batinku.
Mungkin keputusanku kemarin saat dirumah Gracia sudah benar.
Maksudku, hanya dengan seperti itu saja, sekarang Gracia seperti sudah benar-benar terikat padaku.
Bagaimana jika aku melakukan hal yang lebih?
"Iya deh, iya. Maaf ya" kataku mengalah. "Udah dong gak usah ngambek. Tadi ngelarang Shani biar gak marah-marah, kok malah lo sendiri yang marah-marah sekarang?"
"AHHH!! Kok disebut lagi!!" balas Gracia.
Astaga, nih anak ya, batinku.
"Biarin aku marah-marah!! Emang posisi aku bisa digeser siapa lagi?" tanyanya kemudian.
Aku hanya membalasnya dengan tersenyum.
"Eh?!! Kak Ads mau nambah lagi?" tanya Gracia. "JANGAN!!! Kasihan ci Shani!!"
Tunggu, dia lebih memikirkan Shani?
"Enggak enggak, Gre" balasku masih dengan tersenyum. "Udah cukup kalian berdua aja kok" tambahku.
"Be-Berdua?"
"Iya, kalian berdua. Kenapa emang?" tanyaku.
Sekarang tinggal mikirin gimana caranya biar sisanya itu gak gangguin, pikirku.
"Gre?" tanyaku saat melihat Gracia terbengong.
"G-Gak ngaruh gombalannya kak Ads!! A-Aku sekarang marah lagi sama kak Ads!" balas Gracia sambil memasang wajah sok kesal dan melipat kedua tangannya didepan dadanya lalu membuang muka, tapi setelah itu sesekali dia melirik ke arahku seperti menungguku untuk membujuknya lagi.
Aku ingin tertawa melihat tingkahnya itu.
"Terus gue harus gimana Gre?" tanyaku pura-pura merasa bersalah.
"Minta maaf dong" balasnya. "Minta maaf yang bener!!"
Huft~
Aku sedikit menghela nafas.
Aku harus cepat-cepat mengakhiri ini.
"Aku minta maaf ya" kataku. "Dimaafin gak nih?" tanyaku kemudian.
"Akhh,... K-Kak Adsss...!!!" teriak Gracia lalu melotot ke arahku.
"Dimaafin gak?" tanyaku lagi sambil tersenyum penuh kemenangan.
"Iya! Iya! DIMAAFIN!!!" balasnya. "Udah kak Ads! Udah! Geli!!"
"Hehehe. Geli ya" kataku sambil cengengesan.
"Kak Ads jahat! Udah dibilangin jangan digelitikin belakang leher aku, masih digelitikin aja" kata Gracia dengan memasang ekspresi memelas dan memegangi belakang lehernya.
Ya, aku tadi memang menggelitiki belakang leher Gracia. Sepertinya hal itu memang bisa menjadi senjata andalan untuk mengatasi kerewelan Gracia.
"Ya, habisnya kalo gak digituin, lo bakal terus-terusan ngambek kayak tadi" balasku.
"Tapi kan-"
"Udah lah, ayok" ajakku kemudian.
.
.
.
.
.
"Kak Ads~" panggil Gracia.
"Ya?" jawabku.
"Kak Ads hari ini beda ya" katanya tiba-tiba.
"Maksudnya? Beda gimana?" tanyaku lalu menoleh ke arahnya.
"Ya beda, gak kayak yang waktu kita jalan sebelumnya" balasnya dengan tetap melihat kedepan.
"Contohnya?"
"Ya,... sekarang ini" Gracia akhirnya menoleh ke arahku. "Langkah kak Ads lebih pendek dari sebelumnya"
"Oh.. Ya, kan gue harus nyesuain langkah gue sama langkah lo. Biar jalannya berdampingan" jawabku.
Gracia sedikit tersenyum mendengar jawabanku, tapi kemudian dia seperti berusaha menyembunyikan senyumannya itu.
"Iihh... Sok romantis" balasnya dengan nada mengejek.
"Tapi suka kan" godaku.
"Ih.. Siapa bilang" elaknya.
"Ya udah" balasku lalu mempercepat langkahku.
"Eeh?! Kak Ads!!" panggil Gracia sambil berusaha menyusulku.
"Kenapa?" tanyaku pura-pura tidak mengerti.
"M-Maksud aku bukan gitu" jawabnya.
"Trus?"
"Kok malah gak peka sih" kata Gracia. "M-Maksudnya... Aku... Aku gak sekalian digandeng apa gimana gitu?" tanyanya.
"Digandeng?" tanyaku. "Tangan lo aja gak ada!" ejekku.
"AAAHHHH.... KAK ADS!!!"
.
.
.
"Gre, lo mau langsung, tunggu sini aja atau ikut gue?" tanyaku.
"Kakak mau kemana?" tanyanya.
"Gak denger itu?" tanyaku balik.
Gracia sedikit memutar bola matanya dan dari ekspresinya seperti sedang berusaha mendengarkan sesuatu.
"Ada diskon?" tanyanya lagi.
"Bukan yang itu!!" balasku.
Kok malah diskonan sih?, batinku.
Aku lalu menunjukkan jam tanganku padanya tapi bukan bermaksud pamer.
"Oh.. Udah waktunya sholat dhuhur ya?" tanyanya.
"Iya. Gue mau cari musholla dulu" jawabku. "Lo mau ikut atau nunggu disini aja?" tanyaku kemudian.
"Ikut dooonngg!!" jawabnya cepat. "Eh! Tapi aku ikut ngapain ya?" balasnya kebingungan.
"Ya, tunggu aja diluar" balasku.
"Ya udah, aku ikut!!" katanya gembira. "Tapi kapan-kapan gantian ya, kakak yang nungguin aku" pintanya.
Tanpa pikir panjang, aku langsung mengangguk mengiyakan.
"Yeay!! Janji ya, kak"
Sekali lagi aku hanya mengangguk.
Bahagia ya punya pasangan yang bisa toleransi seperti ini.
.
.
.
.
.
"Malah ngilang lagi nih anak" gumamku saat baru keluar musholla dan tidak menemukan Gracia berada ditempat tadi dia duduk menungguku.
Tuh anak gak bisa ditinggal bentaran doang apa?
Baru ditinggal bentar lho, udah ilang aja kayak waktu itu, batinku.
Aku jadi teringat pada,...
Diriku sendiri yang sering hilang di mall saat masih kecil. Atau lebih tepatnya menghilangkan diri agar dapat coklat dan permen dengan pura-pura menangis.
Jangan ditiru ya, kalian yang membaca ini pasti sudah dewasa bukan. Kalau kalian hilang di mall lalu menangis, malu sendiri pasti.
Ting~
Ada sebuah pesan masuk.
Dari Gracia?
"Kak, aku tinggal cari cemilan dulu ya. Laper"
Begitu isi pesan dari Gracia.
Gak berubah nih anak.
Baru jam berapa ini coba, udah laper aja, batinku,
Ting~
Ada pesan lagi.
Dari pengirim yang sama dengan sebelumnya.
"Aku gak jauh-jauh kok, kak. Gak usah dicariin"
Ya mendingan dicariin aja, batinku.
.
.
.
"Kemana sih nih anak?" gumamku sambil celingukan mencari keberadaan Gracia.
Harusnya mudah mencari seorang gadis dengan pakaian yang serba ungu.
Dan ternyata benar, aku langsung menemukannya.
Tapi, ada yang aneh.
Gracia tidak sendirian. Dia sedang bersama seseorang.
Tunggu, bukankah itu...
Kenapa harus dia sih, batinku.
Aku berjalan perlahan mendekati tempat dimana Gracia berada.
"Gre..." panggilku saat sudah berada didekatnya.
"Eh, kak Ads" sahutnya lalu menghampiriku. "Hehe.. Maaf ya, habisnya aku laper" tambahnya lalu melahap crepes digenggamannya.
"Iya, gapapa" jawabku.
"Kok kakak nyariin? Aku lama ya?" tanya Gracia. "Maaf ya, habisnya tadi aku ketemu sama-"
"Ternyata lo" kata Yona tiba-tiba.
Ya, memang Yona.
Dia yang tadi kulihat sedang bersama dengan Gracia.
Kenapa harus Yona coba?
dari sekian banyak orang kenapa harus dia?
"Katanya lo punya hubungan sama Shani, kenapa sekarang lo malah sama-"
"Katanya lo udah gak peduli?" potongku.
Mau apa sih nih nenek-nenek sebenernya, batinku.
Dan,...
Gracia sepertinya tidak peduli dengan perdebatanku dengan Yona. dia hanya fokus pada crepes nya.
"Ehm,... Gre, tolong beliin gue crepes juga dong" pintaku.
"Eh, mau juga kak?" tanyanya.
"Iya. Ngeliat lo makan kayaknya enak banget" jawabku. "Lo mau juga?" tanyaku pada Yona.
"Gak. Gak usah" tolaknya.
Ya, bagus deh. Gue juga cuma basa-basi.
Kalo dia tadi jawab 'mau', ya tinggal gue jawab, 'beli sendiri lah', batinku.
Agak jahat ya. Hehehe.
Bodo amat. Lebih jahat dia juga.
Masih inget kan. Dua kali lho.
"Tolong ya, Gre" kataku lagi sambil memberikan uang pada Gracia.
"Rasanya terserah aku ya" kata Gracia sambil tersenyum lebar.
"Gak!!" tolakku. "Nanti lo pesenin rasa kesukaan lo, trus malah lo makan sendiri lagi"
"Yah, kak Ads tau aja" balasnya sedikit kecewa.
Hehe, aku tahu tipu muslihatmu Shania Gracia, batinku tertawa ala-ala sinetron. (Apa'an sih!!)
"Ya udah, mau rasa apa?" tanyanya.
"Pisang coklat" jawabku.
"Oke, kak. Tunggu ya" balas Gracia lalu berjalan kearah kedai crepes.
Kalau boleh jujur, sebenarnya itu bukan rasa kesukaanku. Rasa apapun tidak masalah sih.
Hanya saja rasa pisang coklat, kalau disingkat jadi keren. PisCok.
Kalau dibaca dengan ejaan yang berbeda bisa menjadi,... Peace, Cok.
Keren kan. Ngajak damai (Peace) atau ngajak ribut coba (cok). Hehehe
"Padahal rasa apa aja juga aku makan" tambah Gracia pelan tapi aku masih bisa mendengarnya.
Iya juga sih. Dia kan doyan apa aja ya, batinku.
Sebenarnya meminta Gracia membelikanku crepes itu hanya alasanku saja agar Gracia tidak melihat aku dan Yona yang kemungkinan akan,...
"Cowok macem apa lo" kata Yona tiba-tiba.
,...ribut.
Maunya apa nih orang.
Belum selesai narasi udah ngajak ribut lho.
"Nyuruh-nyuruh cewek" katanya lagi.
"Gue gak nyuruh ya, gue minta tolong" kataku. "Lagian masalah lo apa'an sih?"
"Cih, gue kira siapa cowok yang tadi diceritain Gracia. Gue udah penasaran, gak taunya elo" balasnya lalu mulai berjalan ke arahku.
"Lo kalo ada masalah sama gue ngomong!" kataku.
Yona tidak menjawab, dia meneruskan langkahnya tapi dia melewatiku begitu saja.
Aku tidak suka keadaan ini.
Aku tidak suka jika ada seseorang yang tiba-tiba tidak menyukaiku tanpa alasan yang jelas.
Itu menggangu pikiranku.
"Lo kalo ada masalah sama orang lain, jangan lo lampiasin ke gue dong. Gue gak tau apa-apa" kataku lagi.
"Maksud lo?" tanya Yona kemudian berbalik badan.
"Gue inget. Lo waktu itu nyebut satu nama. 'No No', siapa 'No' itu?" tanyaku.
"B-Bukan urusan lo!!" balasnya dengan ekspresi tidak suka kemudian berbalik badan dan kembali berjalan menjauh. "Oh iya satu lagi" Yona menghentikan langkahnya sebentar sebelum kembali berucap. "Jangan pernah muncul didepan muka gue lagi"
Masalahnya apa'an sih?!, pikirku.
"Apalagi sama warna rambut lo yang sekarang" kata Yona tegas.
Malah nyalahin warna rambut gue.
Tunggu, rambut?
Oh iya, aku tadi tidak memakai kembali kuplukku karena rambutku masih basah terkena air wudhu.
Tunggu, apa jangan-jangan ada seseorang diluar sana yang mirip denganku secara fisik?
Muka gue pasaran apa gimana sih?, batinku.
"Kalo masih berani muncul didepan gue,... Gue tampar lo" ancamnya lalu kembali melangkah menjauh.
"No... Nano! Nano-nano!" teriakku.
Kok kayak merk permen ya?, batinku.
"No... Nino!" teriakku lagi.
Anggotanya RAN dong, batinku.
"No... Eno!" teriakku sekali lagi.
Eh, tunggu. Eno itu siapa?, batinku.
"No... Nuno!" teriakku lagi & lagi.
Lah, emangnya Yovie & Nuno, batinku.
Tunggu, Yovie?
"Kayak pernah denger deh, dimana ya?" tanyaku pada diri sendiri. "Yovie.. Yovie.. Yovie...." gumamku.
Tunggu, kenapa aku malah memikirkan hal itu?
"Kak" panggil Gracia yang tiba-tiba sudah ada disebelahku. "Nih" katanya lagi sambil memberikan crepes pesananku.
"Oh iya, makasih ya, Gre" balasku lalu menerimanya dan menggigit crepes tersebut.
"Kak" panggilnya lagi.
"Hmm,..?" tanyaku sambil mengunyah.
"Ngapain disebut sih?" tanyanya kemudian.
Hah?! Apa'an?, batinku.
"Kan yang ada disini cuma kita berdua. Aku sama kak Ads" kata Gracia menegaskan.
.
.
.
.
.
"Kak! Kak!! Kak Ads~"
Kira-kira yang mana ya?
Pasti salah satu yang kusebut tadi.
Aku tadi sempat melihat Yona menghentikan langkahnya lagi saat aku menyebut nama-nama itu.
Pasti salah satu dari nama yang kusebut tadi adalah nama orang yang sempat Yona salah kira kalau aku adalah orang tersebut.
Tapi yang mana ya?
"Kak Ads, halooo,..."
Ah, karena terlalu memikirkan hal itu. Aku sampai tidak sadar kalau Gracia daritadi memangilku.
"Halo, halo"
"Iya, dengan siapa? Dimana?" jawabku bercanda karena tadi Gracia mengatakan 'halo'. Untung bukan 'hola' ya.
Gracia sempat kaget dengan jawabanku, tapi kemudian dia malah menanggapinya dengan,...
"Dengan Gracia dihatimu" balasnya.
"Passwordnya?" tanyaku masih dengan bercanda.
"Ehm,..." Gracia berfikir sejenak. "GreAds couple. Icikiwir~" kata Gracia lagi.
"Hahaha, apa'an sih Gre?" tanyaku sambil tertawa.
"Pertanyaannya apa kak?" tanya Gracia.
Kulanjutkan saja lah, batinku.
"Pertanyannya, siapa pacar kesayangan Adrian?" kataku. "Pilihan jawabannya,...... A. Gracia B. Shania Gracia C. Gracia JKT48 D. Shania Gracia Harlan E. Sekali lagi, Gracia atau F. Semua jawaban benar"
"F. Semua jawaban benar" kata Gracia mantap.
"Kenapa?"
"Biar setiap saat aku jadi kesayangan kak Ads, gak cuma pas jadi idol aja atau pas aku jadi gadis biasa aja, tapi setiap saat" terangnya. "Soalnya aku mau setiap saat disayang sama kak Ads"
Sialan!
Aku tidak pernah menyangka Gracia bisa memikirkan jawaban secerdas itu.
Dan, entah kenapa mendengarnya mengatakan hal tersebut membuatku bahagia.
"Bener gak?" tanya Gracia.
"Ah,... Bener kok. Bener banget" jawabku sambil tersenyum.
"Hadiahnya apa?" tanya Gracia lagi.
"Hadiahnya,... Kasih sayang yang tulus dari aku" jawabku.
"Dipotong pajak gak?" tanyanya sekali lagi.
"Dipotong cinta buat Shani" jawabku.
"Ahh,... kak Ads mah. Gak seru lagi kan jadinya" kata Gracia kecewa.
Aku langsung mengelus kepalanya.
"Kan gue emang harus adil, Gre" jelasku.
"Iya juga sih" balasnya. "Tapi, kak-"
"Sst..."
Tapi,... ada resiko dan rintangannya Gre, batinku.
Jika kuis biasanya ada pajak yang harus ditanggung pemenang kan.
Kalau yang ini, akan ada resiko dan rintangan yang harus ditanggung.
Tapi aku tidak akan membiarkan Gracia menanggungnya sendiri, aku akan ikut menanggung resiko dan rintangan itu bersamanya.
.
.
.
.
.
"Kak Ads!! Ngalah dong sama pacarnya" protes Gracia yang tidak bisa menang melawanku dalam permainan hoki meja untuk yang keempat kalinya.
Aku hanya membalasnya dengan menggerakkan telunjukku kekiri dan kekanan sebagai penolakan.
SEET..
TAK! TAK!
PLUNG~
"Gue menang lagi wleee" ejekku.
"Ahh,... kak Ads mah gak mau ngalah" keluh Gracia. "Main yang lain deh"
Jika kalian bertanya ada dimana aku dan Garcia saat ini.
Jawabannya adalah di wilayahnya Vanka.
Gak ngerti?
*Penjelasannnya:
Vanka = Time Stones.
Vanka = Time.
Wilayah = Zona, Zona = Zone
Wilayah Vanka = Timez- Zona Waktu. Anggep aja gitu lah.
Gracia berjalan duluan mencari permainan apa yang kira-kira bisa kami mainkan berdua.
Saat aku berjalan mengikuti dibelakangnya, ada sesuatu yang menggangguku.
Itu tiket kenapa gak ada diambil sama bapak-bapaknya ya?
Kok dia malah langsung pergi habis telfonan?, pikirku saat melihat seorang bapak-bapak yang langsung pergi bersama anaknya setelah menemani anaknya bermain salah satu permainan.
Mungkin tadi ditelfon istrinya kali ya, pikirku.
Jangan su'udzon nuduh bapak-bapak itu penculik, orang anak kecilnya juga santai kok.
Ambil gak ya?
Kan lumayan.
Tapi,... Kalo diambil bukan hak gue, kalo gak diambil,... Sayang banget, batinku.
Akhirnya kuputuskan untuk,...
"Pak" kupanggil bapak tersebut. "Buat saya ya" kataku meminta ijin.
Tentunya aku memanggil dan meminta ijin dengan suara yang pelan. Amat pelan.
Yang penting udah minta ijin kan dan kalau tidak dijawab artinya 'iya' bukan.
Hehe. Jangan ditiru ya.
Ambil deh.
Lumayan kan.
"Kak, main ini yuk" ajak Gracia sambil menujuk salah satu permainan.
"Hah? Ini?" tanyaku memastikan.
"Iya" jawabnya.
"Gak! Ogah, males gue" tolakku.
"Yee... Gak bisa ya? Takut kalah ya" ejeknya.
Sialan nih anak, batinku.
"Bukan gitu, males aja gue" elakku.
Alasanku sebenarnya adalah karena permainan yang ditunjuk Gracia adalah Dance-Dance Revolution, aku tidak mau memainkannya karena itu bisa mengingatkantku pada seseorang. Mantanku.
Hah?
Bukan!
Bukan dia, kalian pikir aku hanya memiliki satu orang mantan?
Tidak. Aku punya,...
Yah, ada beberapa lah pokoknya.
Kalo disebutin semua totalnya nanti dikira sombong.
"Mending main itu" tawarku sambil menunjuk permainan yang lain.
"Emang kakak bisa?" tanya Gracia tidak yakin.
"Yeee,... Ngeremehin. Lo kali yang gak bisa" kataku memancingnya.
"Eeehhh,... Siapa bilang?" balas Gracia yang tidak mau kalah. "Ya udah, kita main itu" katanya yang akhirnya setuju.
"Kalo kalah jangan nangis ya" kataku memanas-manasinya.
"Kita liat aja nanti siapa yang nangis" balasnya.
.
.
.
"Aaaah,.... kak Ads" keluh Gracia untuk yang kesekian kalinya. "Kok susah sih?" tanyanya sambil menengok ke arahku.
"Lo caranya salah" balasku sok tahu.
"Terus cara yang bener gimana?" tanyanya lagi.
"Pernah nonton Spongebob gak?" tanyaku balik.
"Pernah" jawabnya. "Apa hubungannya?"
"Tutup mata, trus... Jadi mesin~ Jadi mesin~"
"Eh?! Emang beneran bisa kak?"
"Gak tau juga sih, tapi gak ada salahnya nyoba kan" kataku.
"Yaudah deh" balas Gracia.
Kemudian Gracia memasukkan koin ke mesin capit tersebut lalu menutup matanya.
Ya, memang kami sekarang sedang memainkan mesin capit. Itu yang kami perdebatkan tadi.
Udah lah, sampe mana tadi?
Masukin koin.
Setelah memasukkan koin, Gracia berusaha menggerakkan,... Ehmm... apa itu namanya ya. Cakar. kalau di Toy Story disebut 'cakar' kan.
Gracia menggerakkan cakar tersebut dengan sedikit bergumam,...
"Jadi mesin~ Jadi mesin~"
"Nah kan" kataku.
"Berhasil kak?" tanya Gracia lalu membuka matanya.
"Masih gagal" balasku.
"Aahhh... kak Ads mah" rajuk Gracia dengan menekuk wajahnya.
"Lo aja yang emang gak bisa maininnya" balasku. "Sini, biar sang ahli yang memainkannya" kataku menyombongkan diri, sok mau pamer.
"Emang kak Ads bisa?" tanyanya meragukan kemampuanku.
"Loh, pake ditanya" balasku. "Watch and learn"
.
.
.
"Mana kak?" kata Gracia. "Katanya bisa" tambahnya dengan nada mengejek.
"Sekali lagi, Gre. Sekali lagi pasti bisa" jawabku.
Kok susah ya ternyata, batinku.
"Halah, udah berapa kali bilang kayak gitu" ejek Gracia.
"Oh, gue belum pake jurus 'jadi mesin'. Lo santai aja, kali ini pasti berhasil" kataku mencari alasan.
Kumasukkan koin sekali lai, lalu menutup mataku dan,...
"Jadi mesin~ Jadi mesin~" gumamku sambil mengerakkan 'cakar' dengan mata tertutup.
Setelah kurasa selesai, aku kemudian bertanya pada Gracia.
"Gimana, Gre?" tanyaku masih dengan mata tertutup.
"Wah... akhirnya, kak" balas Gracia.
Setelah menunggu sekian lama, akhirnya,... batinku.
"Berhasil ya Gre?" tanyaku sembari membuka mata.
"Gagal kak" kata Gracia sambil menahan tawa.
Dasar kurang ajar, batinku.
Aku yang sudah kesal, langsung,... lihat kiri kanan dulu, baru kemudian.
BRAK!!
Kutendang mesin ini.
Kesel anjir, susah banget.
Mesin kampret!!
Tapi sekesal-kesalnya diriku, aku tadi lihat-lihat dulu sebelum menendang. Kalau dimarahin petugasnya kan repot.
"Berapa sih, harga mesinnya. Gue beli juga nih" kataku yang masih sedikit kesal. "Kalo murah" tambahku dengan suara pelan.
"Iih,.. kak Ads ngomong gitu kayak punya uang aja" sahut Gracia.
"Ya nabung dulu lah, Gre" balasku.
"Ya kelamaan kak" balas Gracia yang kemudian tertawa.
Lagian tadi gue kan bilangnya 'mau beli kalo murah', batinku.
"Payah!" kata suara yang tiba-tiba terdengar.
Aku menengok ke segala arah mencari sumber suara. Dan ternyata sumber suara itu berasal dari seorang anak kecil yang sedang asyik memakan es krim.
"Payah!!" kata anak kecil itu lagi sambil menunjuk ke arahku.
"He-"
Saat aku ingin membalas anak kecil tersebut, dia malah berbalik badan dan pergi begitu saja.
Tuh, bocah cuma mau ngeledekin gue doang??
Anak siapa sih?, pikirku semakin kesal.
"Kak kak" panggil Gracia dengan menarik-narik lengan jaketku.
Aku menoleh kearah Gracia yang ternyata sedang menatapku dengan ekspresi memohon.
Mau apa lagi nih anak, batinku.
"Es krim, kak... Mau.." pinta Gracia memelas sambil menunjuk kearah anak kecil tadi.
Ya elah, gue kira apa'an, batinku.
"Ya, kak ya... Mau,..." Gracia memberikan tatapan memelas padaku.
kalau sudah seperti ini, bagaimana mungkin aku bisa menolaknya.
Tapi tetap saja,..
"Gak!!" tolakku.
"Please...!" Gracia masih memohon.
"Makan siang dulu, Gre" balasku yang berusaha keras untuk tidak menatap langsung matanya yang memelas padaku dengan mencoba melihat kearah lain.
"Kak Ads~~" panggil Gracia lirih.
"Makan siang dulu" kataku lagi.
Bukannya aku jahat atau bagaimana, tapi aku tidak mau Gracia makan es krim sebelum dia makan siang.
Aku tidak mau kalau sampai dia sakit.
Sekarang ini aku memang bertugas 'menjaga' Gracia kan.
Gracia masih saja memberikan tatapan memohon dan memelas padaku. Malah kali ini dia menambahkan dengan mengedip-ngedipkan kedua matanya.
Huft~
Aku sedikit menghela nafas.
"Lo yang pilih deh, mau makan dimana" kataku akhirnya.
"Bener ya" kata Gracia berusaha memastikan.
Aku hanya mengangguk mengiyakan.
"Kalo gitu,... Kita makan siang di..."
Firasat gue kenapa tiba-tiba jadi gak enak ya?, batinku.
"Sushi Tei" lanjut Gracia.
"GAK!!" tolakku langsung.
"Yah,.. kak Ads... Katanya tadi terserah aku" protes Gracia.
"Ya, tapi jangan sushi dong" kataku.
Gue kan gak doyan, batinku.
"Kenapa harus sushi sih?" tanyaku kemudian.
"Ya,.." Gracia terlihat sedikit ragu menjawab pertanyaanku. "Aku kan,..."
"Kenapa?" tanyaku lagi.
"Aku kan juga pengen nyuapin kak Ads" jawab Gracia. "Kayak ci Shani" tambahnya dengan suara pelan yang masih bisa kudengar.
Ya elah, ngiri doang ternyata,
"Yang penting nyuapin kan, gak harus sushi kan" kataku membujuknya.
"Iya juga ya"
.
.
.
.
.
.
.
"Wlee... Wleee...."
"TA TA TA TA"
"Wlee... Wleee...."
"TA TA TA TA"
"Kenapa sih nak?" tanya si ibu lalu berusaha menoleh ke belakang.
Oke, geser geser.. Maju, lewatin.
Gak ketahuan kan.
"Dadah~" kataku pada si bayi sambil melambaikan tangan.
"TA DA~ Hehehe" balas si bayi kemudian tertawa.
Untung balesnya 'TA TA'.
Kalo 'PA PA', gue yang repot dong, batinku.
Kenapa?
Apa yang baru kulakukan barusan?
Aku hanya baru saja menggoda bayi orang.
Asyik tauuu~
Cobain deh, cobain.
Tapi jangan sampai ketahuan orangtuanya ya.
Kenapa jangan sampai ketahuan?
Ya jangan saja.
Akward nanti.
"Ngapain sih kak?" tanya Gracia heran.
"Apanya" tanyaku balik.
"Ngapain godain bayinya orang?" tanya Gracia lagi.
"Ya gapapa, Gre iseng aja" jawabku.
"Isengnya kakak aneh"
"Lagian mau godain bayi sendiri, gue kan gak punya" kataku bercanda.
"Ayo" kata Gracia seperti mengajak.
"Ayo kemana?" tanyaku. "Ini kan kita mau makan siang"
"Ayo buat bayi!" ajaknya.
"HEH?!!"
.
.
.
.
.
Wah, ada bayi lagi.
Godain lagi ah, pikirku saat melihat seseorang menggendong bayi dari kejauhan.
Tunggu, kenapa firasat ku tiba-tiba tidak enak lagi.
Kira-kira kenapa ya?
Tunggu, bukannya itu.
Manda?
Tidak. Bukan Manda yang sedang menggendong bayi.
Manda sedang bersama seseorang.
Bukan. Bukan Danial.
Bodo amat, anjir sama si bedebah itu.
Lagipula seseorang yang bersama dengan Manda adalah seorang wanita.
Temannya mungkin.
Tapi sepertinya bukan, atau mungkin,... kakaknya?
Mungkin saja sih, Manda pernah cerita kalau dia punya kakak yang tinggal di luar negeri. Dan wanita itu sepertinya sedikit terlihat seperti bule sih.
Kenapa Manda pernah bercerita soal dia punya kakak yang tinggal di Amerika?
Ya, itu karena aku pernah bertanya tentang namanya yang ada kata 'Dwi' didalamnya. Berarti dia anak kedua kan.
Tapi wanita itu tidak mirip dengan Manda sih.
Eh, tunggu. Apa berarti bayi yang sedang digendong wanita itu adalah keponakannya Manda.
Ya kali anjir, masa gue godain ponakannya.
(Mendingan godain tantenya aja ya)
Ya gak gitu juga, kampret!!
Lagipula, bayi itu seperti baru berusia 2 atau 3 bulan. Kalau digodain, belum tentu bisa nanggepin.
Tunggu, kenapa aku malah memikirkan Manda?
Lagipula belum tentu juga itu Manda.
Balik badan aja deh, ngehindarin Manda dan godaan buat godain ponakannya.
Bukan berarti aku tidak mau bertemu dengan Manda ya.
Bukan berarti aku mau juga bertemu dengannya.
Hanya saja, kalau aku bertemu dengan Manda saat ini, bisa-bisa kencanku dengan Gracia terganggu lagi.
Itu lho alasannya.
Lagian itu mantan muncul terus ngapain sih, batinku.
Eh, sekali lagi, belum tentu juga kalau itu Manda ya.
Kenapa aku langsung berfikir kalau itu Manda sih?
"Eh, kak... Kok?" tanya Gracia bingung saat aku mengajaknya berbalik arah.
"Makan di restoran lain aja deh, Gre" jawabku.
"Kenapa?" tanyanya.
"Aku tau restoran ayam yang ayamnya lebih enak" jawabku.
"Hmm,..." Gracia hanya mengangguk-angguk saja.
Semoga Gracia tadi tidak melihat gadis yang kukira manda tadi. Bisa-bisa dia salah paham mengira aku mengajaknya berbalik arah hanya untuk menghindari hal tersebut.
"Emang mau makan ayam dimana kak?" tanya Gracia.
"Ada deh, udah ikut aja" balasku.
Oh iya, aku belum menjelaskan ya kalau akhirnya aku dan Gracia memutuskan untuk makan ayam saja.
Gracia yang mengusulkan. Dia bilang katanya tiba-tiba ingin makan ayam.
"Kita ke restoran ayam yang ayamnya gak aneh-aneh" kataku.
"Gak aneh-aneh? Maksudnya kak?" tanya Gracia tidak mengerti.
"Ya, jaman sekarang kan restoran ayam menunya aneh-aneh" kataku. "Contohnya ya, ayam goreng saus coklat. Itu udah agak aneh. Ada juga ayam goreng saus salted egg. Emang enak ya?" tanyaku pada Gracia.
"Gak tau" jawab Gracia sambil menggeleng.
"Gak sekalian aja, yang lagi kekinian. Ayam goreng saus Green Tea. Kan sekarang banyak tuh, apa-apa pake Gren Tea" terangku. "Atau yang lagi hits, ayam goreng rasa ayam geprek"
"Kak Ads, ada-ada aja ih" balas Gracia sambil menahan tawa.
"Kesel gue tau gak, ayam geprek sekarang kebanyakan bukan ayam geprek asli" kataku. "Ayam geprek yang asli itu kan ayam goreng yang udah dibumbui pake cabe terus dipenyetin ke sambel, bukan ayam tepung yang di geprek-geprekin ke sambel"
"Oh gitu ya kak?"
"Iya, di jogja ada ayam geprek yang enak. Namanya tempatnya bebek mercon kalo gak salah"
"Lho kok, malah bebek kak?"
"Iya, disana itu gak cuma jual ayam aja, jual bebek juga. Yang enak sih bebek penyetnya" jelasku. "Beuh, mantep lah Gre pokonya"
"Ah, aku jadi makin laper kak"
"Ya udah ayok"
"Kapan-kapan ajakin aku ke sana ya kak. Makan ayam geprek yang di Jogja"
"Iya"
.
.
.
.
.
"Iihh,... ternyata bener" kata Gracia sambil tersenyum menatapku.
Apa'an?, batinku.
"Kak Ads kalo lagi makan lucu" tambahnya.
"HEH?!!"
"Pipinya lucu, dikembung-kembungin gitu. Mirip kayak tupai kalo lagi ngumpulin kacang" terangnya.
Hah?!!
Oh, jadi itu alasannya kenapa waktu itu saat aku sedang makan katanya terlihat lucu.
Alasan yang aneh sih, batinku.
Dan julukan 'cap tupai' waktu itu juga mungkin alasannya sama.
"Kak Ads, aaaa...." kata Gracia sambil menyodorkan sebuah kentang goreng padaku, bermaksud untuk menyuapiku lagi.
Tentu saja aku menyambutnya dengan langsung membuka mulutku.
Aku tadi sempat kaget lho karena ternyata Gracia benar-benar menyuapiku sementara dia juga makan.
Maksudku, dia benar-benar rela untuk menghentikan kegiatan makannya sejenak hanya untuk menyuapiku.
"Ternyata ada ya hal yang kakak gak bisa" kata Gracia tiba-tiba. "Aku kira kak Ads bisa apa aja"
"Apanya?" tanyaku.
"Yaa... Itu tadi, kak Ads gak bisa dapet bonekanya hehehe. Aaaa...."
"Ya,... anggep aja itu nunjukin kalo gue gak sempurna dan lebih manusiawi" balasku sambil mengunyah.
Memangnya aku sempurna seperti kapten Tsubasa.
Kapten Tsubasa kan tidak ada kekurangannya. Udah ganteng, pinter, jago olahraga lagi. Sempurna banget.
Beda sama tokoh utama dari manga atau anime lain yang masih ada kekurangannya.
Eh, Tsubasa ada kekurangannya deng. Kurang waras alias sakit jiwa. Ya kali temenan sama bola.
"Oh iya, katanya tadi mau ayam, kok pesennya burger?" sindirku saat melihat Gracia yang kini sedang lahap memakan burgernya.
"Aku baru inget, aku lagi diet, gak makan nasiKalo makan ayam kan harus pake nasi" jawabnya. "Masa aku makan burger pake nasi?"
Lah, orang Indonesia kan kebanyakan gitu.
Kalau belum makan nasi, katanya belum makan.
Makan apa-apa biasanya harus pakai nasi.
Makan ayam pake nasi.
Makan tempe pake nasi.
Makan nasi pake,... pake mulut lah. Pake nanya lagi.
Lagipula, kalau diet tapi makan burger,.. Ya sama aja kan.
Apalagi,...
"Tapi lo makan burgernya tiga" balasku.
"Salah kakak sendiri kenapa vouchernya dipake? Kan jadi beli 2 gratis 1" balasnya yang tidak mau kalah dan malah menyalahkanku.
"Yang minta buat make vouchernya siapa?" sindirku.
"Aku kan gak maksa"
"Gak maksa tapi ngerengek-rengek?"
"Hehehe, ya udah lah kak. Enak ini" balasnya. "Lagian kakak sendiri juga pake vouchernya juga kan"
"Ya, tapi kan gue make yang beli satu gratis satu"
Lagipula untuk apa juga dia diet segala, pikirku.
"Tapi orang tadi kok baik banget ya kak mau ngasih voucher ke kita" kata Gracia lagi.
"Oh iya gue belum pernah cerita ya, dulu due pernah kerja sambilan disini buat nabung. Udah lama sih, pas masih sekolah. SMA kelas 2 kalo gak salah" terangku. "Orang tadi itu kenalan gue, namanya mas Wahyu. Dulu karyawan biasa, sekarang udah jadi supervisor. Keren"
Memang benar, usaha keras tidak akan mengkhianati.
"Kayak magang gitu kak?"
"Enggak juga sih, apa sih sebutannya... casual" jawabku. "Kerjanya enak, cuma bersihin meja yang baru selesai dipake aja. Dibayarnya per jam, belum lagi kalo dikasih uang tip sama customer. Uang tipnya paling sedikit 20.000 kan lumayan. Casual gak sampe seminggu udah bisa beli HP baru, yah ditambah tabungan dari uang jajan sih"
"Enak ya kak?"
"Enak lah, orang sibuknya cuma dihari jum'at, sabtu sama minggu. Selain hari itu sepi, rame palingan kalo tempatnya dibooking buat ulang tahun, tapi makin enak dapet tip dari orangtua si anak yang ulang tahun. Tapi lama-lama jenuh kerja kayak gitu" kataku.
"Kakak berapa lama kerja disini?" tanya Gracia.
"Gak lama sih, soalnya gak betah. Supervisor yang dulu ngeselin"
"Ngeselin gimana?"
"Yah, kan gak jarang tuh ya customer yang uang kembaliannya gak diambil, bahkan ada yang ditinggal gitu aja dimeja. Kan gue sebagai yang tugasnya bersihin meja ya gue ambil, gue kantongin"
"Wah, kak Ads untung banyak dong" kata Gracia sambil mengunyah burgernya.
"Iya, tapi habis itu gue dimarahin sama supervisornya waktu itu. Katanya, kalo anak sini uangnya itu dikumpulin terus nanti dibagi rata"
"Oh, trus kak?" sambil makan Gracia tetap menyimak ceritaku.
"Gue kan pinter gak kayak anak casual yang lain, ya gue jawab aja 'lah, saya kan gak kerja tetap disini. Saya gak tau dibaginya kapan' gitu" kataku. "Padahal dalem hati, 'Gue gak sepolos itu kali'. Seorang Adrian mau diboongin"
"Kesel gak tuh kak dianya?"
"Kesel lah, besoknya gue disuruh bersihin toilet"
"Trus?"
"Ya gue tolak lah, job desk gue kan bukan itu"
Mau ngerjain gue?
Coba cari cara lain.
"Trus sekarang gimana itu orang?"
"Gak tau, tapi tadi gue ngobrol katanya sekarang jadi manager, tapi di cabang lain"
Dasar penjilat, batinku.
Kerja dia gak bagus lho, kalau tidak dengan cara 'menjilat' tidak mungkin dia bisa menjadi manager.
Bahkan waktu aku casual dulu, hampir semua karyawan disini tidak menyukainya.
Pernah saat itu jamannya pilpres, dan dia melakukan black campign dengan mengirimkan sms ke semua karyawan termasuk anak magang dan casual.
Isi pesannya itu menyindir salah satu capres yang suka blusukan, menuduhnya sombong dan hanya ingin pamer karena blusukan ke pasar lalu membandingkan dengan capres satunya yang patroli di hutan.
Besoknya begitu ketemu tatap muka, langsung kutanya dia kenapa mengirim sms seperti itu dan kusuruh juga untuk menghapus saja nomorku.
Untuk apa juga blusukan ke hutan coba, yang satunya di hutan karena dia memang tentara. Lagipula rakyatnya kan di pasar bukan di hutan. Emangnya rakyatnya monyet?
Ini real story lho ya, bukan maksud saya gimana-gimana. Emang ada lho orang kayak gitu waktu itu.
Lagipula, waktu itu aku belum punya KTP untuk ikut pemilu.
Kenapa di mengirim sms seperti itu coba?
Memangnya capres yang dia jelek-jelkkan itu sebenarnya salah apa dan capres yang dia sukung itu juga kan belum tentu juga bisa langsung membuat negara ini menjadi lebih baik.
Segala sesuatu itu butuh proses kan.
Mi instan saja harus direbus terlebih dahulu sebelum bisa dimakan. Benar kan.
Yang penting, dateng, buka surat suara, coblos, lipat lagi. Gitu aja kan.
Sukseskan pemilu!!
Kok jadi gini ya?
Udahlah, cukup ya.
Nanti dituduh tukang ghibah lagi.
"Kak, kak. Kalo ada yang ulang tahun gitu, kakak pernah jadi badutnya enggak?" tanya Gracia tiba-tiba.
Aku hanya diam tidak menjawab pertanyaannya tersebut.
"Diem, berarti pernah ya" tebak Gracia.
"Waktu gue casual, gak pernah ada yang booking buat ulang tahun sih" jawabku.
"Kok aku gak percaya ya?" kata Gracia sambil tersenyum.
Ya, aku malu saja mengakuinya. Pasti Gracia akan menertawakanku kalau tahu aku pernah jadi badut beruang saat casual dulu.
Tugasnya jadi badut berat lho, harus bikin seneng semua anak-anak yang hadir, tanpa terkecuali. Tapi bonusnya gede sih.
"Kakak kok makannya gitu sih?" tanya Gracia tiba-tiba.
"Gitu gimana?"
"Ya langsung gitu sama kulitnya, gak disisain buat terakhir"
"Halah, nanti keluarnya juga sama aja" balasku asal.
"Iiihh, jorok kak" protes Gracia. "Lagi makan juga"
"Tapi bener kan"
"Iya sih" balasnya. "Tapi kenapa kakak sukanya bagian paha atas sih?" tanyanya lagi. "Tadi ditawarin paha bawah gak mau"
"Tadi kan gue udah jelasin, gue ini gak polos" jawabku. "Emangnya gue anak kecil yang mau diboongin gitu aja, ditawarin paha bawah yang katanya 'ayam upin & ipin'. Padahal kan paha bawa dagingnya lebih dikit sebenernya"
Gracia hanya manggut-manggut dengan ekspresi bengong lucu.
Setelah itu kami kembali melanjutkan makan kami.
Tapi beberapa saat kemudian, tiba-tiba aku merasakan ada sesuatu yang menabrak-nabrak kakiku dari arah depan.
Saat kulihat kebawah, ternyata itu Gracia. Gracia menendang-nendang kakiku pelan.
Kulihat dirinya tersenyum saat melakukan hal tersebut.
Mau apa nih anak?, batinku.
"Kak~ Mayonaise aku kurang" kata Gracia tetap dengan senyuman diwajah cantiknya.
"Ya sana, tinggal ambil" balasku sambil melanjutkan makanku. "Kalo sausnya yang kurang, minta yang sachetan aja jangan yang botolan"
Sekedar info, ada beberapa restoran yang botol sausnya jarang dibersihkan.
"Aku mau mayonaise dari kakak" kata Gracia lagi.
"HEH?! Maksudnya?" tanyaku pura-pura tidak mengerti.
"Gak usah pura-pura deh, kak" balasnya sambil tersenyum penuh arti.
"Gre, gak usah aneh aneh ya. Ini kita lagi di..."
"Ya gak sekarang kak. Nanti ya habis makan" balas Gracia sambil mengedipkan matanya.
Sepertinya Gracia sudah ketagihan dengan,...
Dasar gadis liar.
Liar, nakal, brutal. Membuat semua orang menjadi gempar.
"Nafsuan sih, pengen langsung sekarang ya" sindirnya.
"Lo nya juga nafsuin sih" balasku berbisik.
Gracia hanya tersenyum mendengarnya, kemudian kembali memakan burgernya dengan sedikit cepat seperti sedang buru-buru.
"Yang nafsuan sekarang siapa?" sindirku saat melihat cara makannya.
"Hehehe"
"Eh, gue gak disuapi lagi nih?" tanyaku.
.
.
.
"Haduh, bentar ya kak. Perut aku masih begah" kata Gracia sesaat setelah kami menghabiskan makanan kami. "Aku tau kakak udah gak sabar buat ngasih aku mayonaise, tapi sabar ya"
Lah, gue sendiri udah agak lupa lho sama itu, batinku.
"Aku sayang sama kak Ads. Sayang banget" kata Gracia tiba-tiba.
"Iya, gue juga sa-"
"Gak usah dijawab kak" potong Gracia. "Gapapa kok" tambahnya sambil tersenyum lalu mengalihkan pandangannya kearah lain.
.
.
.
.
.
"Gre, yakin disini?" tanyaku memastikan.
"Yah, pokoknya kak Ads jangan berisik ya" kata Gracia mengingatkan. "Nanti keenakan malah berisik lagi"
Gak janji deh, batinku.
Kemudian kutarik dirinya ke arahku dan langsung mencium bibirnya dengan lembut. Gracia pun langsung membalasnya dan semakin merapatkan tubuhnya hingga aku bisa merasakan kekenyalan dadanya menekan dadaku kemudian Gracia membelai lembut selangkanganku.
"Ehh, udah keras aja kak Ads?" sindir Gracia.
"Ya wajar kan" balasku sambil meraba dan meremas pantatnya yang sekal.
Gracia lalu mendorongku hingga terduduk di kloset. Kemudian dia berjongkok dan berusaha membuka celanaku. Tentu saja aku juga membantunya melakukan hal tersebut.
Hah? Kenapa?
Masih perlu dijelasin emang?
Kan Gracia-nya tadi udah minta.
Masa gak diturutin.
Kan pacar. Eh, calon. Calon pacar.
Saat penisku dan tangan Gracia hanya tinggal terhalang celana dalamku. Bukannya langsung melepaskannya juga, Gracia malah membelainya pelan dan kemudian bertanya,...
"Kamu udah kangen ya sama aku" tanyanya pada penisku dengan suara seperti anak kecil yang terdengar lucu.
"Anen! Anen anget!!" jawabku dengan suara yang sengaja kuubah.
"Kak Ads!!" protes Gracia kemudian tertawa ke arahku.
"Atu anen ditayang-tayang" kataku lagi masih dengan suara yang tadi.
"Anen cama mulut atu?" balas Gracia.
Kemudian dengan secepat kilat, Gracia langsung membuka celana dalamku.
Lucunya dia sempat terkaget saat penisku mencuat dan mengenai hidungnya.
"Ihh,... kok aku ditonjok sih" rajuk Gracia tapi dengan senyuman yang menghiasi wajahnya lalu sedikit mengusap-usap hidungnya.
"Hehehe"
Aku hanya bisa tertawa melihat tingkahnya.
Mau bagaimana lagi, tingkah lucunya itu dia lakukan saat dia hendak memainkan penisku.
Itu sungguh bertolak belakang.
"Halo~ Muach..." sapa Gracia pada penisku lalu menciumnya tepat di lubang kencingnya.
"Ayo, katanya mau mayonaise. Ambil sendiri, jangan manja" perintahku pada Gracia.
"Ihh,... gak sabaran banget sih kak" balas Gracia yang mulai mengocok penisku pelan.
"Kalo lo pengen sesuatu, harus berjuang dulu Gre" kataku. "Kalo lo pengen mayonaise dari gue, lo harus usaha buat dapetinnya"
Karena usaha keras tidak akan mengkhianati.
"Kak Ads, sebelum itu... Aku mau nanya sesuatu dulu" kata Gracia.
"Tanya apa?"
"Kenapa kak Ads sekarang mau ngelakuin ini, padahal sebelum sebelumnya kakak selalu nolak dengan alasan kalo kakak sayang sama aku" tanya Gracia dengan wajah polos sambil tetap mengocok penisku. "Apa ini artinya kak Ads udah gak terlalu sayang sama aku?"
"Justru gue makin sayang sama lo" jawabku.
"Gombal!" ledeknya sambil mengocok penisku.
"Soalnya sepongan lo enak ternyata, gue nagih"
"Mesum!!" ledeknya lagi masih dengan tangan yang asyik mengocok penisku.
"Yang mesum siapa ya? Yang lagi asyik ngocokin kontol siapa ya?" sindirku.
"Ya udah aku sepong dulu aja yaah..."
Gracia memintaku mengangkangkan kakiku, agar dia semakin leluasa melayani penisku.
"Ini kayak lampu ajaib ya kak, kalo diusap-usap bakal keluar sesuatu" kata Gracia yang menyamakan penisku dengan lampu ajaib di cerita aladin.
"Ya tapi yang keluar bedaaahhh..."
SLUUURRP~~
Gracia mulai menjilati batang penisku sambil memandang binal ke arahku.
"Aaahhh... Gre~~"
"Emmhh... Slurrrpp... Gimana kak... Slurrpphhh... Enak yaaahhh..." desah Gracia.
Hap!
Bibir Gracia lalu mencaplok penisku sepenuhnya, menyesaki mulutnyaS mungil. Sesekali matanya memandang binal ke arahku, membuatku semakin panas-dingin dibuatnya.
"Slllrrpp.. Crroppp.. Shhhhrrrpppp... Prrrtttttt!" suara kuluman dan sedotan Gracia bergema di bilik toilet ini.
Aku kelojotan menikmatinya dan tanpa sadar tanganku sudah berada di kepala Gracia. Saking nikmatnya, aku mengekspresikannya dengan mengacak-acak rambut Gracia. Tapi Gracia sendiri sepertinya tidak merasakan. Atau tidak peduli?
Dengan lahap disedotnya terus penisku, semakin lama semakin cepat membuat suara khas blowjob semakin keras bergema didalam bilik toilet ini. Gerakan kepala Gracia begitu cepat, dan sesekali aku meremas lembut payudaranya yang empuk.
"Argghhhh... Gracia~~" aku menggeram nikmat saat kurasakan kepala penisku menyentuh dinding lunak tenggorokan Gracia.
Tunggu!!
Apa Gracia sedang berusaha untuk melakukan deepthroat pada penisku saat ini?
"Aaahhh Greee! Lo pinter banget sih, cepet baget sih belajarnya!" pujiku sambil membelai rambutnya. "Lo suka benget ya sama kontol gue?" tanyaku.
Seperti sedang menjawab pertanyaanku, Gracia menggerakkan kepalanya naik turun beberapa kali seperti mengangguk mengiyakan.
Lalu Gracia kembali melakukan deepthroat dengan sedotan yang lebih kuat dari sebelumnya. Malah sekarang, serangannya semakin agresif sehingga aku tak punya pilihan lain.
CROTTT!!!!
CROTTT!!!!
CROTTT!!!!
CROTTT!!!!
CROTTT!!!!
Tubuhku sedikit gemetar dan tersentak-sentak saat penisku menembakkan sperma dalam jumlah banyak ke dalam mulut Gracia.
"Mmmmmpprrhhh" Gracia mengerang tertahan sambil melotot ketika aku ejakulasi didalam mulutnya.
Tapi penisku masih dipertahankan di mulutnya, seakan tidak peduli dengan keadaanku yang sedang kelojotan, ngilu-ngilu nikmat.
Setelah penisku berhenti menembakkan sperma lagi barulah, Gracia melepaskannya dari mulutnya yang mungil.
"Puahhh! Uhuk uhuk!!" Gracia terengah-engah dan terbatuk-batuk kecil.
"Hahhh... Hahhhh enak Gre, Mantep!" pujiku yang juga terengah-engah.
Tapi Gracia menengadah sambil terpejam, sebelah tangannya memegang lehernya lalu,...
CEGLUK!
Aku melihat Gracia menelan sesuatu.
Apalagi kalo bukan spermaku?
Melihatnya seperti itu membuatku sedikit terpana dan menelan ludah.
"Gantian ya, gue yang nyuapin lo"
"Banyak banget sih, kak Ads" kata Gracia sambil mengelap bibirnya dengan tangan. "Hampir aja gak ketelen semua" tambahnya.
"Tapi lo suka kan" balasku dengan tatapan seperti mengejeknya.
Gracia sedikit menekuk wajahnya, tapi kemudian dia mengangguk.
"Lagian siapa juga yang kemaren nyuruh Shani buat masak tumis tauge"
"Masih inget ci Shani aja..." balas Gracia pelan yang sepertinya tidak suka.
"Ehh,... Gre..." panggilku.
Gracia bangkit lalu sedikit merapikan pakaiannya sebelum akhirnya keluar dari bilik toilet dan melangkah mendekati wastafel.
Setelah memakai kembali celanaku, aku berusaha menyusul Gracia untuk menjelaskan sesuatu. Beruntung toilet ini sepi.
Kulihat Gracia berkumur sebentar lalu,...
"Ih kok rambut aku jadi berantakan gini???" Gracia baru sadar rambutnya acak-acakan ketika melihat cermin, kemudian dia memandang ke arahku dengan ekspresi marah.
"So-Sorry, Gre" kataku. "Habis enak banget sampe gak sadar ngacakin rambut lo. Hehe" aku cengar-cengir.
Gracia masih memandang marah ke arahku.
Akupun lalu berjalan mendekat kearahnya dan berusaha sedikit merapikan rambutnya, tapi Gracia langsung menepis tanganku.
"Atau mau gue bikin acak-acakan yang lain?" tanyaku menggodanya sambil tersenyum.
"M-Maksudnya kak?" tanya Gracia sedikit bingung.
Seketika aku tersadar.
"Ah,.. Engak, enggak. Lupain" balasku.
Sial!!
Aku tidak boleh sampai kelewatan terhadap Gracia.
.
.
.
.
.
.
.
"Gre... Masih ngambek ya? Gue kan udah minta maaf" kataku memelas berusaha membujuk Gracia.
Gracia sendiri seperti tidak peduli dengan permohonan maafku dan tetap berjalan cepat di depanku.
"Kok ngambek lagi sih? Kok ngambekan sih sekarang?"
"Kak Ads sih!!" balas Gracia.
"Ya makanya aku minta ma-"
"Aku kan tadi minta dibeliin es krim!! Mana?!" protes Gracia.
Tunggu, jadi... dia marah karena belum kubelikan es krim?
Bukan karena tadi aku menyebut,...
"Emang masih pengen jilat-jilat?" sindirku.
"EH!! Aahh... Kak Ads mah" balas Gracia yang langsung mengerti kalau sedang kusindir. "Nanti,... Nanti aku boleh jilat-jilat lagi ya" tambahnya malu-malu dengan wajah memerah.
"Ya udah, ayo beli es krim" ajakku kemudian.
"Udah gak pengen es krim lagi" balasnya.
"Terus? Mau pulang aja?" tanyaku. "Ujannya juga udah berhenti kayaknya"
Oh iya, kalian tahu tidak. Firasatku benar lagi lho.
Tadi itu turun hujan, dan baru saja hujannya berhenti.
"Masuk situ yuk!" ajak Gracia sambil menunjuk ke suatu arah.
Kuikuti arah yang ditunjuknya dan,...
"T-Tapi, Gre"
"Ayo, kak!!" ajak Gracia sambil menarik lenganku. "Aku ngambek lagi lho" ancamnya.
"Oh mau ngambek lagi?" tanyaku dengan jari-jari tangan yang siap sedia untuk,...
"EH?!! Iya iya gak ngambek!" balas Gracia yang cepat melindungi belakang lehernya.
.
.
.
"Terakhir, kak. Sekarang coba muka jelek" pinta Gracia.
"Wah, susah Gre. Gak bisa gue" bantahku.
"Iih.. sombong banget" balasnya.
Ya, emang susah bagiku untuk membuat wajahku terlihat jelek.
Buktinya kata Shani dan yang lainnya tadi, aku 'ngapain aja ganteng'.
Lalu aku harus bagaimana dong?
"Ya udah kak, gini aja" kata Gracia sambil menaruh tangannya didagu. "Always Smile"
Tanpa mengatakan apapun, langsung kuturuti permintaannya itu.
CKREK!!
"Udah, kak. Sekarang ayo keluar liat hasilnya" ajaknya sambil mendorongku.
"Iya. Iya, sabar dong" balasku.
Gracia seperti terkagum-kagum dengan hasil foto kami berdua saat di photobook tadi. Itu terlihat dari matanya yang berbinar-binar saat melihat dan memperhatikan foto kami.
Kami melakukan banyak... Sebenarnya sedikit sih, karena kami kebanyakan malah mengganggu satu sama lain. Seperti aku yang menutupi wajahnya, memainkan kedua pipinya, atau sebaliknya Gracia yang menutupi wajahku atau menarik-narik rambutku.
Pose yang kami gunakan hanya sedikit. Salah satunya, pose 'Always Smile' tadi. Dan juga pose saat kami membuat kata 'LOVE' menggunakan jari kami. Tapi meski begitu, Gracia sepertinya sudah senang.
"Kak, yang ini aku yang simpen ya" pinta Gracia sambil menunjuk salah satu foto. "Yang ini juga. Ini juga deh. Ini juga ya" tambahnya.
Lo simpen semua aja lah, batinku.
"Ya, kak Ads ya. Boleh ya"
"Iya" jawabku.
"Kak Ads, pose Always Smile nya kok kayak gitu sih" katanya yang baru menyadari kalau pose 'Always Smile' yang kulakukan sedikit berbeda darinya. "Yang bener itu gini" tambahnya sambil menunjukkan pose 'Always Smile' yang benar. "Angka tujuh kak! Angka tujuh!!"
"Lah, gue sukanya angka delapan" balasku.
Lagian kalo pose kayak gitu nanti dikira kampanye lagi, batinku.
"Tapi kan kalo gitu jadi kayak team J" kata Gracia.
Iya juga, kalau jariku seperti tadi malah seperti membentuk team J sign.
"Padahal kan oshi nya sekarang ada di team K3, atau jangan-jangan,..." kata-kata Gracia menggantung.
Aku melihat hasil foto kami yang lain dan baru menyadari sesuatu.
Kayaknya gue dikerjain deh, batinku.
Saat kami melakukan pose dengan merangkai kata 'LOVE' menggunakan jari, Gracia kebagian menyusun huruf 'LO' dengan jarinya.
Itu artinya,...
Kalian pasti paham kan aku harus menyusun huruf apa dengan jariku.
"Ehh,... Gre"
"Ya, kak?" Gracia menoleh ke arahku.
"Lo ngerjain gue ya?" tanyaku sambil menunjuk foto tersebut.
"Hehe, iya. Baru sadar ya kak" balasnya sambil tertawa. "Kak Aaaddss AMPUN!!" teriak Gracia saat aku kembali menggelitiki belakang lehernya.
.
.
.
.
.
"Hehe" tawa Gracia diiringi dengan kepalanya yang maju ke arahku.
Dengan cepat, langsung kupasangkan helm ke kepalanya.
"Kak Ads..! Kok gini?" protesnya. "Gak bisa liat dong aku"
"Oh iya, kebalik. Maaf ya" balasku tanpa merasa bersalah lalu melepas helm dari kepalanya, tapi aku tidak memakaikannya lagi.
"Masih ngambek gara-gara pose tadi ya?" tanyanya dengan wajah memelas.
Aku hanya diam tidak menanggapinya. Sebenarnya aku tidak marah, aku hanya ingin mengerjainya dan membuatnya merasa menyesal.
Untuk beberapa alasan tertentu, aku tidak bisa marah pada Gracia.
"Kak Ads..." panggil Gracia lirih.
Sepertinya cukup, sepertinya Gracia sudah benar-benar merasa menyesal.
Baiklah, sepertinya akting pura-pura marahnya sudah cukup.
Aku bersiap untuk memasang kembali helm ke kepalanya. Kali ini dengan posisi yang benar.
"Helm-nya bau" keluh Gracia.
Kampret!!
Jadi tadi dia hanya ingin mengeluh soal helm, bukan merasa bersalah?
Tapi ya sudahlah, memang seperti itulah seorang Gracia.
"Emang iya? Beneran bau?" tanyaku.
"Iya. Cium Aja" balasnya.
"Lo nya?" tanyaku reflek.
"Iihhh... helm-nya!" balas Gracia sambil tersenyum. "Kalo aku nanti aja" tambahnya dengan suara pelan.
Tanpa menanggapi perkataannya, aku mencoba mencium helm. Dan,...
Emang agak bau sih.
"Ya udah lah, pake aja dulu" kataku. "Nanti kita mampir di tempat cuci helm ya"
"Oke, kak" balas Gracia lalu memajukan kembali kepalanya ke arahku.
Huft~
Aku sedikit menghela nafas.
Dasar manja!
Untung sayang, batinku.
.
.
.
.
.
.
.
-Bersambung-
H4n53n
Tukang Semprot
- Daftar
- 5 Feb 2018
- Post
- 1.312
- Like diterima
- 3.695
Catatan Penulis:
Tenang, tenang. Santai semua.
Udah ijin kok sama kak Yov.
Bahkan saya minta ijinnya waktu baru rilis part 2 atau part 3. Jadi udah dari lama ijinnya.
Makasih ya kak Yov, @MisterBrightside
Sekali lagi
Makasih
• TTD H4N53N
Tenang, tenang. Santai semua.
Udah ijin kok sama kak Yov.
Bahkan saya minta ijinnya waktu baru rilis part 2 atau part 3. Jadi udah dari lama ijinnya.
Makasih ya kak Yov, @MisterBrightside
Sekali lagi
Makasih
• TTD H4N53N
sawamura1209
Guru Semprot
- Daftar
- 25 Nov 2012
- Post
- 520
- Like diterima
- 231
Asyiiik apdet. Makasih suhu 
Wizard Kid
Semprot Addict
Ini bagus, kampret emang
Anyway kelemahan Kapten Tsubasa itu cedera bahu kambuhan
Anyway kelemahan Kapten Tsubasa itu cedera bahu kambuhan
SakhaVirgo
Suka Semprot
- Daftar
- 17 Feb 2019
- Post
- 17
- Like diterima
- 1
ayo update!
jadbeclnnyepla
Semprot Baru
- Daftar
- 20 Jul 2017
- Post
- 26
- Like diterima
- 6
Makasih suhu udah update 
DENAW97
Kakak Semprot
- Daftar
- 5 Feb 2017
- Post
- 181
- Like diterima
- 28
Logika macem apa ini???
Similar threads
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
