Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG (Copas + Remake) Serial Pendekar Rajawali Sakti Episode 1& 2

Setelah selesai berkata demikian, Langlang Pari pun segera mencelat lebih dulu ke arah Saka Lintang. Yang kemudian langsung di ikuti juga oleh ke empat saudaranya secara berbarengan, yang kini terlihat mulai kembali sama-sama ikut mengeroyok gadis itu dari segala penjuru arah mata angin.

“Hiyaattt…,”

“Heeaaa…,”

“Haiittt…,”

“Hup…,”

Trang…, Treng.., Tring…,

Benturan demi benturan pedang pun kembali terdengar keras, menggema memenuhi tempat itu. Sabetan-sabetan keras dan menderu juga terlihat ramai silih berganti, mengiringi jalannya pertarungan yang tak seimbang itu. Hingga perlahan-lahan, semakin lama pertarungan itu pun kian semakin bertambah ramai. Oleh riuh suara dentuman pedang, atau pun pijaran bunga api yang di hasilkan oleh senjata ke enam orang itu.

“Mampuslah kau gadis iblis…,” seru salah seorang yang bernama Tatra Pari, sambil berteriak nyaring.

Tubuh lelaki itu terlihat melenting tinggi ke udara, lalu dengan gerakan yang amat manis. Tubuh lelaki itu pun tahu‐tahu sudah mendarat tepat di belakang tubuh Saka Lintang. Dan belum juga gadis itu sempat melakukan sesuatu, sebelah lengan Tatra Pari yang menggenggam pedang itu pun. Terlihat melakukan gerakan sabetan yang sangat cepat, yang ter arah tepat ke arah leher gadis yang menjadi lawannya itu.

Wuuttt…,

“Hup…, Haiittt…,” teriak Saka Lintang dengan suara lantang dan keras.

Dengan lincah gadis itu pun segera merundukkan kepalanya sesaat, sambil kemudian langsung memutar tubuhnya dengan cepat pula. Sedangkan pedang di tangan kanannya juga terlihat bergerak cepat, menangkis sabetan pedang lawan yang yang meluncur deras ke arah batang lehernya. Tak hanya itu saja, ke dua kaki Saka Lintang juga terlihat bergerak lincah. Meliuk-liuk dengan gesitnya, serta berlompatan ke kanan dan ke kiri. Guna menghindari sabetan demi sabetan pedang yang terus dating bertubi-tubi menghujani tubuhnya itu. Begitulah pola serangan Lima Pari Emas yang datang silih bergantian, dan sangat mematikan itu.

“Hhh…, Gila, serangan mereka benar-benar luar biasa. Kalau terus-terusan begini lama-lama aku bisa kehabisan tenaga.” dengus gadis itu dalam hati.

Sedangkan sepasang bola matanya yang tajam dan terlatih, terus bergerak ke sana ke mari. Karena serangan-serangan yang di lancarkan oleh ke lima lelaki yang menjadi lawannya itu, arah datangnya selalu tak terduga. Serta selalu muncul secara tiba-tiba. Dan tepat ketika gadis itu melihat satu celah serangan yang kosong, tubuhnya dengan gesit langsung segera bergerak melompat dengan cepat. Lalu melenting tinggi ke udara dengan indahnya, sambil terus melakukan gerakan berputar sesaat. Dan kemudian meluruk turun dengan deras, tepat ke arah Tatra Pari yang jaraknya agak dekat dengan dirinya.

Wuussshhhh…,

Lalu dengan gerakan yang cepat pula, tangan kanannya yang menggenggam sebilah pedang itu pun. Terlihat bergerak menyabet ke arah dada lelaki di hadapannya itu. Melihat serangan yang berbahaya itu, Tatra Pari pun seketika langsung sigap menarik tubuhnya sedikit ke belakang. Namun bersamaan itu pula, Saka Lintang juga langsung segera memutar tubuhnya. Sambil kemudian mengirimkan satu tendangan keras ke arah dada lawannya. Tatra Pari yang melihat datangnya serangan cepat itu pun langsung terkesiap, namun belum juga lelaki itu mampu berbuat sesuatu. Sebelah gadis itu telah mendarat dengan telak di dadanya.

Bughk…,

Deesss…,

Tak pelak lagi tubuh Tatra Pari pun langsung terjengkang ke belakang, dan bergulingan di tanah beberapa saat lamanya. Sementara Saka Lintang yang baru saja kembali memasang kuda-kuda, kini tubuhnya terlihat kembali meliuk-liuk dan berkelat-kelit dengan indahnya, begitu melihat satu serangan yang di lancarkan oleh Dadap Pari melesat cepat menghampiri dirinya, di susul oleh serangan-serangan lain. Yang juga terlihat mulai datang, berkelebat silih berganti, serta mengarah ke bagian-bagian tubuh gadis cantik itu.

***
 
Sementara itu di dalam pondok, Intan Kemuning terlihat terus meronta-ronta sambil menjerit-jerit keras. Sepasang tangannya juga terlihat terus bergerak-gerak memukuli tubuh lelaki kasar yang kini telah menindihnya itu. Gadis cantik itu seolah menjadi lupa, jika dia telah belajar dasar-dasar ilmu olah kanuragan dari Saka Lintang. Rasa panik dan ketakutan yang amat sangat itulah, rupanya yang membuat gadis cantik itu lupa segala-galanya.

“Auh…, Lepaskan…, Auuwww…,” jerit Intan Kemuning memekik kaget.

Breettt…,

Tubuhnya langsung menggigil panas dingin, begitu di rasakannya sebelah laki-laki yang sedang menindih tubuhnya itu. Dengan paksa merobek bajunya bagian atas, tak ayal lagi sepasang buntalan padat mulus yang masih tertutup oleh selembar kain itu pun langsung menyembul. Memamerkan dagingnya yang putih dan mulus, serta padat dan mungil. Tak sampai di situ saja, selembar kain yang melilit itu juga langsung di bukanya secara paksa. Ke lima lelaki yang merupakan anggota Bayangan Hitam itu pun langsung di buat melotot, dengan jakun yang langsung terlihat urun naik. Ke empat lelaki lainnya, yang kini juga telah mengelilingi tubuh Intan Kemuning pun. Mulai sama-sama terlihat berkobar-kobar, akibat menahan hawa nafsunya yang kian membara terhadap wajah dan tubuh yang indah itu. Yang terpampang di hadapan mereka. Apa lagi kini bagian dada yang membusung padat itu juga telah terbuka sempurna. Melihat gelagat yang demikian itu, refleks ke dua jemari tangan Intan Kemuning pun dengan cepat langsung bergerak menutupi bagian dadanya yang terbuka. Namun dua orang laki-laki lainnya, yang berdiri dtidak jauh dari tubuh gadis itu juga. Kini terlihat mulai melangkah maju, dan masing-masing dari mereka menarik ke dua tangan gadis itu ke bagian atas kepala.

“Tidaakkk…, Jangaannn…, Lepaskan. Auwww…,” pekik Intan Kemuning mulai semakin putus asa.

Breettt…,

Lagi-lagi baju gadis itu pun kembali di robek paksa, hingga tubuhnya seketika langsung men jadi polos. Hanya bagian bawah saja yang masih tertutup. Sepasang ketiak mulus dari ke dua tangan semampai yang tengah di pegang itu, langsung tersaji indah. Dua orang lelaki yang sebelumnya hanya berdiri saja itu, terlihat tidak bisa menahan diri lagi. Ke duanya langsung mendekat dan meraba-raba tangan yang putih mulus itu. Sedangkan Intan Kemuning pun terlihat semakin benar-benar putus asa, bahkan se titik air bening pun mulai terlihat menitik dari sudut ke dua matanya. Sementara dari bibirnya yang ranum dan merah, terus keluar rintihan-rintihan halus. Memohon belas kasihan pada ke lima lelaki itu. Namun ke lima orang yang sudah di rasuki hawa nafsu itu, seoalah tidak Perduli. Bahkan ke dua lelaki yang tadi meraba-raba sepasang tangan gadis cantik itu, kini wajah mereka terlihat sama-sama merunduk dan langsung melakukan jilatan-jilatan halus. Pada ketiak yang terpampang di hadapan wajah ke duanya itu.

“Slurrppp…,”

“Slurrppp…,”

“Oohhh…,” rintih gadis itu kegelian.

Tubuhnya yang kecil mungil itu pun langsung menggeliat-geliat erotis, sedangkan wajahnya yang cantik dan ayu itu pun. Terlihat menoleh pelan ke samping bagian kiri tubuhnya, dalam pandangan lekat, gadis itu menatap dengan pandangan seolah tak percaya. Pada salah seorang lelaki yang terlihat tengah sibuk, menjilat dan mencucup ketiaknya di bagian kiri. Dan saat dirinya mencoba kembali menengok ke bagian kanan tubuhnya, terlihat juga salah seorang lelaki lain yang juga kini tampak begitu lahap, mencuup ketiaknya di bagian tangan kanan. Belum juga hilang rasa terpana gadis itu, kembali dirinya di buat kaget. Saat merasakan sebuah pegangan halus pada dagunya, dan menarik pelan wajah Intan Kemuning agar kembali tegak. Dan tepat setelah wajanya kembali sejajar tegak, sebuah bibir dari lelaki yang tengah menindihnya terpampang jelas tidak jauh dari wajahnya.

“Kau cantik sekali gusti putri. Hoossshhh…,” ucap lelaki yang sedang menindih tubuhnya itu dengan nafas terdengar memburu.

“Tidaakkk., Jangaannn…,” rintih gadis cantik itu kembali memekik keras.

Ketika di lihatnya bibir lelaki yang tengah menindihnya itu, berusaha maju mendekati bibirnya yang ranum dan basah menggiurkan itu. Namun sebelum bibir lelaki itu menempel di bibir Intan Kemuning, tiba-tiba saja…,

Bruaakkk…,

Mendadak pintu pondok yang tertutup itu pun hancur berantakan, di susul oleh munculnya sesosok pemuda tampan yang tak lain adalah Rangga alias si Pendekar Rajawali Sakti.

“Biadab…,” geram pemuda tampan itu dengan wajah marah.

Tanpa basa-basi lagi tubuh Rangga pun langsung melesat maju, sedangkan lima orang lelaki yang tengah di rasuki nafsu iblis itu langsung terperangah melihatnya. Namun belum juga mereka mampu berbuat sesuatu, sepasang tangan Rangga yang saat itu merilis jurus ‘Cakar Rajawali’. Langsung berkelebat cepat, hingga seketika saja lima kepala orang itu pun langsung terpisah dari tubuhnya. Terbabat oleh jemari tangan Rangga, yang merilis jurus ‘Cakar Rajawali’. Sementara Intan Kemuning pun langsung cepat-cepat mengenakan pakaiannya kembali, yang sudah tercabik-cabik itu. Air matanya masih terlihat mengalir deras, membasahi ke dua pipinya yang ranum. Gadis cantik itu merasa bersyukur karena ke lima laki-laki itu belum sempat merenggut kehormatannya, meski pun tadi dia sempat merasa agak jijik juga. Karena dua orang di antara ke lima lelaki itu, telah berhasil menjilat-jilat dan menghisap ketiaknya di bagian kiri dan kanan. Satu persatu tubuh ke lima lelaki itu pun, perlahan-lahan ambruk dengan kondisi kepalanya terpisah dari lehernya masing-masing. Darah segar pun terlihat mulai membasahi tempat itu, di iringi bau amis yang seketika langsung menyengat hidung.

“Kau tidak apa-apa?” tanya Rangga pelan, sambil membantu gadis antic itu untuk bangkit berdiri.

“Aaa…, Aku tidak apa-apa. Terima kasih atas pertolongannya.” sahut gadis itu dengan suara gugup.

Sesaat sepasang matanya pun langsung terpana begitu melihat ketampanan wajah pemuda yang telah menolongnya itu. Sedangkan Rangga sendiri hanya terlihat diam saja, namun kemudian dia pun segera mengajak gadis cantik itu ke luar pondok. Rupanya saat tengah menuju ke tempat pertarungan Saka Lintang, telinga pemuda tampan itu sempat mendengar suara jeritan wanita di dalam pondok. Itu sebabnya Rangga pun langsung berbalik arah, Dan untungnya saja dia belum terlambat. Karena kalau tadi sedikit saja dia terlambat, entah apa jadinya nasib gadis cantik itu. Mungkin tubuhnya akan jadi bulan-bulanan, nafsu bejat ke lima orang lelaki yang telah di bunuhnya tadi.

“Tunggulah sebentar di sini, sekarang kau aman.” ucap pemuda tampan itu setelah mereka berada di luar pondok.

“Oh, eh. Aku…,” kata gadis itu tergagap-gagap.

Belum juga Intan Kemuning mampu melanjutkan kata-katanya, tubuh Rangga telah melesat cepat meninggalkannya. Gadis cantik itu pun hanya bisa menghela napas panjang sesaat, namun seketika hatinya kembali di buat kaget. Begitu mendengar suara tapak kaki yang mendarat, tidak jauh dari belakang tubuhnya. Seketika itu juga kepalanya langsung menoleh cepat ke belakang, wajahnya pun langsung terlihat gembira begitu mengetahui siapa orang yang dating. Dan kini terlihat berdiri tegak, tidak jauh dari hadapannya itu.

“Ayahandaaa…,” pekik Intan Kemuning senang, sambil langsung berlari menghampiri lelaki itu.

“Intaannn…,” sahut lelaki itu setengah berteriak.

Lelaki yang memang tak lain adalah Patih Giling Wesi itu pun langsung ikut berlari kea rah putri semata wayangnya itu, Intan Kemuning yang telah dekat jaraknya dengan Ayahandanya langsung menubruk dan memeluk lelaki itu erat-erat. Ke duanya saling berpelukan menumpahkan seluruh
air mata dan rindu, yang selama ini menyiksa mereka berdua.

“Kau tidak apa-apa, Nak?” tanya Patih Giling Wesi dengan suara tersendat-sendat menahan rasa haru.

“Tidak Ayahanda, aku baik-baik saja.” Jawab gadis cantik itu tanpa melepaskan pelukannya di tubuh lelaki itu.

“Oh dewata yang agung, syukurlah.” desah lelaki itu pelan.

Kembali ke dua orang anak dan ayah itu pun saling terdiam satu sama lain sambil berpelukan tubuh, segala kerinduan dan kegembiraan pun mereka tumpahkan karena kini ke duanya bisa bertemu lagi. Setelah sekian lama, mereka terpisah. Lalu perlahan-lahan Patih Giling Wesi pun terlihat mulai melepaskan pelukannya pada putrinya, sejenak lelaki itu pun menatap lekat-lekat wajah putrinya yang cantik itu. Jari-jari tangannya pun perlahan mengusap air mata yang membasahi ke dua pipi Intan Kemuning dengan lembut dan penuh kasih saying. Walau bagaimana pun juga, hati lelaki itu masih khawatir. Terhadap diri putrinya yang baru saja terbebas dari tawanan perompak itu.

“Benar kau tidak apa-apa Nak? Apa selama kau di tawan oleh mereka, tidak ada yang mengganggumu?” tanya patih itu masih di liputi oleh perasaan cemas.

“Tidak Ayahanda, mereka tidak ada yang menggangguku, pemimpin perampok itu sangat baik. Bahkan dia juga mengangkatku sebagai adiknya.” sahut Intan Kemuning, menjelaskan.

“Maksudmu, wanita yang berjuluk Bidadari Sungai Ular itu?” kata Patih Giling Wesi, sambil bertanya balik.

“Iya Ayahanda, kakak Lintang selalu melindungiku. Dan dia juga baik
sekali padaku.” Ucap gadis itu lagi, mencoba menjelaskan.

“Lalu, orang-orang yang di dalam pondok itu?” kata Patih Giling Wesi, sambil menunjuk ke dalam pondok. Ke arah lima mayat lelaki yang tergeletak tanpa kepala.

“Mereka bukan orang-orang Bidadari Sungai Ular Ayahanda, tapi orang-orangnya Bayangan Hitam. Bibiknya kakak Lintang.” Jawab Intan Kemuning lagi dengan suara pelan.

Namun seketika raut wajah gadis cantik itu langsung tersentak bagaikan orang yang kehilangan barang berharga saja layaknya. Dia baru ingat kalau tadi dirinya telah di selamatkan oleh seorang pemuda tampan yang telah menggetarkan hatinya seketika.

“Ada apa Intan?” tanya lelaki yang menjabat patih itu keheranan.

“Pemuda itu…, pemuda itu Ayahanda.” sahut Intan Kemuning tergagap-gagap.

“Pemuda? pemuda siapa?” ucap Patih Giling Wesi kembali bertanya, dan semakin kebingungan melihat tingkah putrinya itu.

“Oohhh…,” Intan Kemuning pun seperti tersadar, malu akan sikapnya.

Sebelah jemari tangannya segera menutup rapat bibirnya yang ranum, bahkan seketika itu juga ke dua pipinya langsung menyemburat merah merona. Kepalanya pun perlahan-lahan mulai tertunduk lesu seolah tanpa gairah. Tanpa dia sadari, ternyata dirinya telah mencemaskan pendekar muda yang sejak tadi menarik perhatiannya itu. Pendekar muda berwajah tampan yang telah mampu merebut sekeping hatinya itu. Sedangkan Patih Giling Wesi kini tampak terlihat terdongak kaget, begitu mendengar suara pertempuran tidak jauh dari tempat mereka berdiri. Lelaki itu pun tersadar seketika, rasa haru dan gembira rupanya telah membutakan mata dan menulikan ke dua telinganya. Sehingga dia tidak tahu jika di tempat itu masih ada pertempuran yang tengah berlangsung dengan sengit. Dan ketika tadi dirinya mendengar Intan Kemuning menyebut nama pemuda itu, hati lelaki yang menjabat seorang patih itu pun seolah baru sadar jika putrinya telah menjadi seorang gadis remaja.

“Ah, apakah putriku ini sedang jatuh cinta?” ucap lelaki itu di dalam hati.

“Intan...,” panggil Patih Giling Wesi dengan suara yang lembut dan penuh kasih sayang.

Perlahan-lahan gadis cantik itu pun mulai mengangkat kepalanya, sepasang matanya menatap lembut pada wajah Ayahandanya.

“Ayo Nak, kita lihat siapa yang tengah bertarung di sana.” kata lelaki itu lagi, sambil kemudian menggandeng lengan putrinya.

Lalu ke dua orang Ayah dan anak itu pun, perlahan-lahan mulai melangkah, dan berjalan pelan-pelan menuju ke tempat pertarungan antara Aki Lungkur yang melawan Lestini.

***
 
“Hiyaattt…,”

“Haiittt…,”

Bughk…,

Plaakkk…, Plaakkk…,

Lestini yang saat itu terlihat tengah sibuk menghalau serangan-serangan yang di lancarkan Aki Lungkur. Terlihat bergerak lincah, namun rupanya kakek tua itu juga tak memberi kesempatan sama sekali, ke dua tangannya yang bergerak berkelebatan terlihat terus mencecar tubuh lawannya dengan serangan‐serangan cepat dan mematikan. Bahkan sesekali pula, tongkat di tangan kanan kakek tua itu, terlihat bergerak berkelebat mengarah ke kepala lawannya. Hingga menimbulkan deru angin yang keras.

“Mampus kau nenek peyot…,” teriak Aki Lungkur tiba‐tiba, dengan suara nyaring.

“Uts…, Haiittt…,”

Dengan sigap dan cekatan, wanita tua itu pun langsung merundukkan kepalanya sedikit, begitu melihat tongkat di tangan lawan tampak meluruk deras ke arah kepalanya. Namun tanpa di duga sama sekali, kaki kiri Aki Lungkur juga langsung bergerak cepat, dan melayangkan sebuah tendangan keras tepat ke arah perut wanita tua itu.

“Hih…,”

Bughk…,

Deesss…,

“Ugh…,”

Lestini pun langsung melenguh pendek, tubuhnya tampak membungkuk menahan mual pada bagian perutnya. Yang terkena tendangan kakek tua itu, dan pada saat wanita tua itu masih dalam kesakitan. Kembali Aku Lungkur pun langsung menghantamkan tongkat di tangan kanannya tepat ke arah dada Lestini.

“Heeaaa…,”

Bughk…,

Deesss…,

“Aaaakh…,” Lestini pun langsung menjerit melengking.

Tubuhnya yang terkena hantaman tongkat Aki Lungkur, terlihat terlontar sejauh tiga batang tombak. Dan menabrak sebuah batang pohon besar, tubuh wanita tua itu tampak mengejang kaku, lalu diam tak berkutik lagi. Tewas dalam posisi duduk, dengan kondisi tulang dadanya hancur seketika. Dan dari bibirnya yang mengana, terlihat mengalirkan darah segar, hingga melumuri sekujur pahanya seketika.

***
 
“Bibiii…,” pekik Saka Lintang terkesiap.

Dalam pertarungannya melawan Lima Pari Emas bersaudara, rupanya gadis itu sempat menoleh ke arah pertarungan Lestini Yang berhadapan dengan Aki Lungkur. Dan begitu di lihatnya wanita tua itu telah tewas, Saka Lintang pun langsung terkejut setengah mati. Hingga tak sadar pertahanannya menjadi lowong. Langlang Pari yang melihat hal itu pun tidak menyia-nyiakan kesempatan, dengan cepatnya sebelah kaki lelaki itu langsung melesat. Melayang deras, hingga menghantam perut gadis itu. Saka Lintang yang memang sudah mulai terlihat kelelahan, di tambah lagi konsentrasinya juga buyar setelah melihat Bibiknya tewas. Tak mampu lagi untuk menghindar.

Bughk…,

Deeesss…,

“ugh…,”

Tendangan keras yang dilayangkan oleh lelaki itu pun dengan telak langsung mendarat di perutnya, Saka lintang pun langsung memekik tertahan, tubuhnya yang terkena tendangan lelaki itu pun langsung terlihat limbung sesaat. Dan belum juga gadis cantik itu mampu menguasai keadaan, sebuah tendangan keras yang di layangkan oleh Dadap Pari. Kembali menghantam dadanya dengan keras.

Bughk…,

Deesss…,

“Hugh…, Hoaaak…,” kembali gadis itu memekik keras, namun kali ini dari mulutnya terlihat ikut memuntahkan darah segar.

Tubuhnya yang terkena hantaman kaki lelaki itu pun langsung terlontar keras ke belakang, hingga menabrak sebuah batang pohon besar. Sambil menyeringai menahan rasa sakit di bagian perut dan dadanya, di cobanya untuk kembali bangkit berdiri. Namun seketika itu juga tubuhnya kembali menggelosor jatuh, dalam posisi duduk bersimpuh. Tenaga gadis itu rupanya telah terkuras habis, akibat pertarungan tadi. Yang bisa dia lakukan sekarang hanyalah duduk bersimpuh, sambil sepasang matanya terbeliak lebar. Begitu melihat ke arah lima lelaki di hadapannya, yang kini terlihat kembali sama-sama melesat menyerang ke arah dirinya. Sementara itu, Intan Kemuning yang ikut menyaksikan jalannya pertarungan tersebut. Diam-diam mulai di liputi perasaan cemas yang amat luar biasa, gadis cantik itu yakin jika Saka Lintang tidak akan mampu bertahan lebih lama lagi. Namun dirinya juga tidak bisa berbuat apa-apa, sedangkan Lima Pari Emas, masih terlihat bergerak melesat menyerang ke arah gadis itu. Begitu cepatnya kecepatan ke lima lelaki itu, sehingga Saka Lintang pun tidak mungkin lagi bisa menghindar. Namun sebelum pedang-pedang ke lima lelaki itu merejam tubuhnya, sesosok bayangan putih yang tak lain dan tak bukan adalah Rangga. Terlihat berkelebat cepat bagaikan kilat, melaju deras ke arah tubuh gadis itu. Yang terlihat masih duduk bersimpuh tak berdaya, dan memotong serangan Lima Pari Emas dengan cepat. Ke dua tangannya yang kokoh terlihat bergerak bagaikan kilat, berkelebatan dengan cepatnya. Meyambut lima pedang tajam, yang tengah melaju deras ke arah tubuh Saka Lintang. Begitu cepat dan luar biasa gerakan tangan Rangga, hingga pedang-pedang itu pun langsung patah terpotong oleh jemarinya. Yang saat itu merilis jurus ‘Cakar Rajawali’, yang di padukan dengan jurus ‘Seribu Rajawali’. Sehingga kelebatan-kelebatan sepasang tangan pemuda tampan itu, bagaikan menjelma menjadi ribuan saja jumlahnya.

Wuuussshhh…,

“Hup…, Hih…,”

Plakkk…, plakkk…, plakkk…,

Trang…, trang…, trang…,

Satu persatu potongan pedang-pedang di tangan ke lima lelaki itu pun, langsung terlihat jatuh berhamburan ke tanah. Bahkan tak hanya sampai di situ saja, tubuh ke lima orang bersaudara itu juga terlihat terhempas satu persatu ke belakang. Oleh serangan Rangga yang berikutnya, lewat jurus ‘Kepak Sayap Rajawali’.

Wuussshhhh…,

Bughk…, Bughk…, Bughk…,

Tubuh ke lima lelaki itu berhamburan satu persatu, layaknya di sapu gelombang angin yang dahsyat. Hingga bergulingan di tanah, beberapa saat lamanya. Dan ketika mereka mampu bangkit berdiri kembali, ke lima lelaki bersaudara itu langsung di buat terperanjat. Karena di hadapan mereka, kini telah berdiri seorang pemuda tampan berusia Sembilan belas tahun yang mengenakan rompi berwarna putih. Lima Pari Emas pun langsung tahu siapa pemuda tampan itu, yang tak lain adalah Rangga alias si Pendekar Rajawali Sakti. Yang saat ini namanya mulai menjadi buah bibir, di kalangan rimba persilatan. Seorang pendekar muda yang baru punya nama, namun amat di segani oleh para pendekar lain. Terutama kaum golongan hitam. Pemuda tampan itu terlihat berdiri tegak, sambil membelakangi Saka Lintang. Yang saat itu masih tengah duduk bersimpuh tak berdaya di dekat sebuah pohon besar. Rambutnya yang panjang sampai bahu, sesekali pula terlihat meriap, melambai-lambai tertiup angin. Sedangkan di punggungnya juga, tampak pula bertengger sebuah pedang pusaka yang di bagian ujung gagangnya berbentuk kepala burung rajawali. Saka Lintang yang melihatnya pun, seketika hatinya langsung berdesir keras. Pemuda tampan dan gagah, yang juga ber ilmu sangat tinggi. Pemuda yang telah membuat hatinya luluh dan hancur, kini telah berdiri di hadapannya. Dan menyelamatkannya dari kematian. Apakah semua ini bukan mimpi?. Walau di akui dirinya sempat memendam rasa dendam dan benci, akibat kematian Ayah angkatnya. Namun jauh di lubuk hatinya yang paling dalam, tak dapat di pungkiri jika sesungguhnya dia juga masih amat mencintai pemuda tampan itu. Sementara Lima Pari Emas yang melihat hal itu, mereka juga sama-sama merasa bingung. Benak ke lima lelaki bersaudara itu pun, langsung di penuhi berbagai macam tanda tanya. Mereka semua merasa kebingungan, akan tindakan Rangga yang tiba-tiba saja menolong gadis cantik itu. Padahal tadi mereka juga melihat, pemuda tampan itu bertarung melawan Nambi alias Setan Jubah Merah. Bahkan selama ini sepak terjangnya juga terkenal bagus, karena selalu membela kaum olongan putih. Tapi kenapa sekarang justru berbalik, dan membela kaum golongan hitam?. Berbagai macam pertanyaan pun, langsung memenuhi benak ke lima lelaki bersaudara itu.

Bersambung
 
Thanks updatenya sist TS :beer:

Hahaha Intan langsung jatuh hati aja niih..:mati:
Semakin keren niih critanya...di nanti update2 selanjutnya yaaaa....semoga lancar sampai tamat...:)

Sukses selalu di RL dan forum :ampun::ampun::ampun:
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd