Petualangan Jenny I - part 5
Aku langsung terduduk siaga
Kuintip dari sela-sela bilik bambu yang renggang.
Dan, serasa dipukul-pukul lagi jantungku, seperti saat pelarian tadi.
Aku melihat sosok-sosok yang tak asing lagi bagiku.
"Bajingan!" Umpatku berbisik.
"Aku masih telanjang lagi! Gimana ya?!"
"Halo cantika..." Terdengar suara dilembut-lembutkan yang sudah kukenal.
Aku duduk di bale-bale dengan kakiku menapaki pasir di bawahku.
"Lu bakal nyesel udah kabur dari gua, perek berlemak!" Si pemimpin mengataiku dengan kasar sambil berdiri menghadang di pintu masuk bale-bale.
"Bagus juga lu udah telanjang, tinggal kita pake aja." Sambung seorang yang lain di belakang si pemimpin.
Si pemimpin mendekatiku dengan senyum kemenangan yang jahat.
"Kalo lu jadi perek yang baik, gua akan pertimbangkan untuk membiarkan lu hidup" Lanjutnya dengan datar.
"Sekarang keluar lu...layanin tuh anggota gua, tapi kalo lu dientot sampe mati, gua gak tanggung ya! Tuh kontol-kontol kelaparan semua" Bisiknya di kupingku yang diakhiri dengan gigitan kecil tapi kasar.
"Ahhhhh" Aku memekik sambil memegangi kuping kiriku yang berdarah. Aku melihat setetes darah segar di jariku.
Aku lalu berdiri dengan gemetaran.
Shock therapy yang diberikannya benar-benar ampuh.
Aku kehilangan keberanian untuk mencoba melarikan diri lagi.
Tapi mau kemana juga, pulau ini bahkan lebih jauh ke daratan daripada pulau tadi.
"Eit tunggu dulu cantika.." Tangannya yang kasar dan dingin meraih kedua bahuku dari belakang.
"Lu tau kan, siapa bos disini?" Tangan si pemimpin turun dari bahu lalu menelusup dari bawah ketiakku, langsung meremas kedua susuku dari belakang.
"Jawab, perek!!" Bentaknya sambil meremas kasar susuku.
Aku cuma sebisanya memegang tangannya, walau tahu akan sia-sia, bisa-bisa aku dikasari lebih lagi "I..iya...kamu bosnya.." Jawabku sedikit bergetar.
"Lu tau kan, bos mesti duluan dipuasin...?" Bisiknya dari belakang
"Ih..iyahhhh..." Aku menjawab secepatnya, takut digigit lagi.
"Bagus" Ia lalu menjauh dariku sedikit, melepaskan genggaman tangannya dari susuku.
"Hmmm.." Ia mengangguk sambil melihat ke bawah, ke arah celana pendeknya "Buruan, lu gak usah pura-pura bego!"
"Lu pada sana dulu...ntar pasti kebagian semua!" Perintahnya pada anak buahnya dengan gerakan tangan tanda mengusir.
Sedari tadi anak buah si pemimpin berkumpul berharap bisa nonton hidangan pembuka.
"Tapi nggak usah terlalu jauh! Hey! " Sambungnya
"Iya iya..." Jawab mereka sambil menghilang dari pandangan.
"Nah, kembali ke urusan kita cantika..ayo."
Aku dengan patuh duduk di bale perlahan, tepat di samping kaki si pemimpin.
Kubuka kancing celana cargo selututnya yang basah terkena air laut, lalu kuturunkan retsletingnya dengan hati-hati.
Celana si pemimpin sudah terasa sempit saat coba kuturunkan, karena senjatanya sudah mengeras.
Kupelorotkan celananya selutut, ia lalu duduk di sampingku sambil melanjutkan melepas celana lalu melemparnya ke belakang.
Ia menjambak rambutku, diturunkannya kepalaku dengan kasar, sehingga kini aku bertumpu dengan siku kiriku pada bale-bale, dan tangan kananku di pahanya yang ditumbuhi bulu.
"Lu isep kontol gue yang bener ya, kalo nggak.." Si pemimpin tidak meneruskan ucapannya.
Aku menarik senjatanya keluar dari balik CD nya dengan tangan kiriku, dan memegang CD nya dengan tangan kananku.
"Buruan isep!"
FLOPPP...SRUPPPP...SRUPPPP
Aku berusaha agar gigiku tidak kena senjatanya, sambil berusaha menahan rasa jijik, karena bau antara amis air laut, daki dan sisa-sisa kencing jadi satu di kulit senjatanya yang semakin mengeras.
"Uoooohhhh..ppp" Tiba-tiba aku merasakan cairan hangat di mulutku...encer dan berbau pekat
"Hahahaha...tetep sedot! Jangan lu lepasin, kalo nggak gua gorok lu!" Bentaknya. Tangan kirinya menahan kepalaku dari belakang, dan tangan kanannya mencari-cari sesuatu dari celananya.
CKLIK..KLIK..KLIK
disorongnya cutter yang diambil dari saku celananya tadi, lalu dipajangnya tepat di atas kepalaku.
"Lu minum kencing gua sampe abis!" Bentaknya lebih keras
"Gluppp..glkk..glkk..hmphhh....gluppp...hmmhhhp" Aku berusaha bertahan agar tidak muntah, menelan mililiter demi mililiter cairan pesing yang hangat, sambil menutup mataku, yang menitikkan air mata.
Dilepaskannya jambakannya sambil mendorong kepalaku.
PLOPPPP
mulutku terlepas dari senjatanya yang sudah puas berkemih tadi.
"Hahhh...hahhh...hahhhh" Aku megap-megap seperti kekurangan udara sambil berlutut lemas.
"Ini pengalaman kencing gua yang paling sip! Ditelan semua sama perek mulus kayak lu gini! Ckckckck!" Si pemimpin menggeleng-gelengkan kepala dengan senyum ekstra jahatnya.
Aku masih menutup mata, berjuang antara mengatur nafas dan tidak muntah.
"Hmpp..upppph.." Aku menutup mulutku sambil memejamkan mataku dengan rapat. Aku tidak tahan lagi, aku akan muntah.
"Awas lu muntah!! Perek bego!"
"Hoeakkkkkkk......ueakkkkkkkk.." Aku muntah tepat ke pasir di bawahku, sebagian jatuh di lututku.
"Perekk begooo!! Gua udah bilang jangan muntah!" Dijambaknya rambutku lalu dibenamkannya mukaku ke muntahan bercampur pasir di depanku.
"Lu rasainnn tuh muntah lu! Perek bego! Hihhh! Nafsu gua jadi ilang" Didorongnya lenganku dengan kakinya sehingga aku terjatuh ke samping terguling.
Badanku yang telanjang dan berkeringat bercampur dengan pasir.
Aku berusaha sebisanya menyeka wajahku dari pasir dan muntahanku sendiri sambil bersandar pada dinding bale-bale.
"Woiii...maju semua! Gua udahan nih!" Teriaknya keluar kepada anak buahnya.
Sekali lagi si pemimpin meludahiku, lalu mengambil celana dan CD nya,melangkah keluar sambil menendang pasir.
Aku mendengar anak buahnya berlarian datang.
"Udahan bos?? Cepat amat!" Seru seorang dari mereka.
"Lu jangan bacot kalo gak mau gua bikin kayak Jono!" PLAKK terdengar suara kepala dikeplak oleh si pemimpin.
"Lu jangan kasih ampun tuh perek di dalem ya...kalo perlu lu pake semaleman rame-rame! Sampe mati juga gapapa" Perintah si pemimpin
"Uhuyyy.."
"Siappp boss!"
"Minggir lu"
Terdengar suara mereka berlarian ke dalam bale.
Mereka sempat tertegun melihatku berlumuran pasir.
"Yahh kok main pasir gini sih sayang.." Ucap seorang.
"Bawa keluar aja ke pantai" Balas Jo
Mereka memberdirikan aku lalu membawaku beramai-ramai ke tepi pantai.
Aku bisa melihat si pemimpin sedang duduk di sebuah batang kayu hanyut, masih telanjang sambil menyalakan rokok.
Mereka mendorongku ke arah air, membawaku sampai sebatas paha.
"Kita mandiin dulu biar cakep mainan kita" Ucap Jo, diikuti tawa yang lainnya.
Mereka mengitariku, lalu memandikanku bersama-sama. Pantat besarku ditampar tampar oleh seorang, yang lainnya memainkan susuku dengan gemas dan kasar.
Jo berinisiatif duluan membuka celananya, melemparnya ke tepian. Melihat itu, yang lain juga melakukannya. Mereka semua ada 6 orang, rupanya di pulau tadi belum hadir semua.
"Bawa ke pinggir!" Perintah Jo sebagai inisiator.
"Lu pernah liat bokep gangbang waktu itu kan? Nah sekarang mimpi lu pada bakal terwujud! Ha ha ha ha!" Teriak si pemimpin.
"Ambil terpal di perahu!" Jo sebagai pemimpinya sekarang.
Dengan sigap seorang dari mereka memisahkan diri dari kelimanya, yang masih menggiringku ke pinggir.
Sebelum kami sampai di pinggir, seorang yang tadi sudah berlarian mengepit gulungan terpal, dengan senjata setengah mengeras yang terayun kesana-kemari saat berlari.
Dengan sigap dibentangkannya terpal biru di atas pasir pada bagian yang belum dicapai ombak.
"Duduk lu disini, sayang" Perintah Jo sambil merapikan terpal yang sudah tergelar.
Entah kenapa rasa takutku sudah tidak seperti tadi.
Mungkin karena ada perasaan, bahwa sia-sia saja aku melawan.
Survival instingku berkata, peluang terbaik untuk tetap hidup adalah melayani mereka sebaik-baiknya.
Seliar-liarnya, agar mereka keluar secepat mungkin.
Aku duduk dengan pose seperti putri duyung, dengan gaya senakal mungkin.
Aku bahkan memanggil mereka dengan nakal dengan satu jariku "sini...siapa dulu yang mau ngerasain isepan gua"
"Wohohoooo...ini baru perek idaman gua" Jawab Jo "Ya gua lah!" Jo langsung berdiri di hadapanku mengacung-acungkan senjatanya.
Tanpa spasi ataupun koma, aku langsung melahap senjata Jo dengan rakus.
"Hmmmmmh....mhhhhhhh....sruppppppp...sruuuuppp...flopppp.."
"Ahhhhh..." Jo meringis bagai orang kesakitan "ngilu..."
Aku menghisap senjata Jo secepat mungkin, dengan tanganku mengocok pangkalnya dengan cepat pula.
Kelima pemuda lainnya ikut mengelilingiku, susuku diperas-peras, ada yang berjongkok meng explore pantat besarku, mengobel-ngobel liang sorgaku.
"Tangan lu satu masih nganggur nih!" Seorang berkata sambil meraih tanganku, menggenggamkannya ke senjatanya yang tidak seberapa besar, namun sudah keras sempurna. Usianya mungkin tidak lebih tua dari Jo.
Langsung kukocok dengan keras., sambil tangan satuku tetap mengocok pangkal senjata Jo dalam kulumanku.
"A...ahhhhhhh" Pemuda yang kukocok tadi mengerang setengah menit kemudian
CROTTTTTT CROOTTTTTTT CROOTTTTTTTT
Ia lalu melepaskan tanganku dan mengocok sendiri senjatanya dengan lebih cepat dan mengarahkannya ke susuku.
"Hahaha...baru dikocok aja udah keluar lu! Ucap seorang di belakangnya " Minggir, giliran gua. Makanya jangan coli mulu lu."
Si pemuda pengganti segera meraih tanganku dan mengocokkannya ke senjatanya yang besar. Bahkan lebih besar dari milik Jo.
"Jo, gantian donk. Gua juga mau ngerasain sepongan si perek"
Aku segera memindahkan mulutku ke senjata si pemuda pengganti tadi.
Kuhisap dengan cepat dan dalam, sampai ke pangkalnya.
"Uhhhhhh" Ia juga meringis "perek beneran lu ya."
Ketiga lainnya masih sibuk meremas-remas bongkahan pantat dan susuku, sambil tertawa-tawa.
"Tuh, udah berair memeknya si perek" Ucap seorang, sambil mencolok-colok liang sorgaku dari belakang dengan satu jarinya.
"Dah nungging lu buruan" Kata seorang lainnya lagi.
Akupun berada di posisi doggy style.
Jo dan pemuda pengganti bersenjata besar tadi berlutut mengerubungiku dari depan.
Aku tetap lanjut menghisap senjata mereka bergantian sambil memasrahkan liang sorgaku melakukan perlawanan terpisah di belakang sana.
"Yang kayak gini cocoknya dientot negro..sama kita belum mentok, hahaha.."
"Lu belum pernah kan, make perek yang pantatnya segede ini" Ucap seorang di belakang pada temannya, sambil menggesek-gesekkan helm besi senjatanya di pintu masuk liang sorgaku.
"Akh.." Aku berusaha tetap fokus menghisap senjata kedua orang di depanku, meski rasa nikmat dari belakang sana mulai menjalari tubuhku, hendak mengacaukan pikiranku.
"Ahh..enak banget nih memek...belum pernah turun mesin nih pasti" Katanya pada temannya sambil mulai memaju-mundurkan pinggangny dengan senjata yang masuk setengah.
"Akhhh.." Aku melenguh saat ia menghentak penuh senjatanya ke dalam liang sorgaku.
PAK PAK PAK PAK...PAK...PAK...PAK...PAKPAKPAKPAK
Irama hujaman senjatanya pada bunyi pantatku yang beradu dengan badannya yang ramping dan kekar.
"Ahhhhhh..." Aku sering melepas hisapanku, tidak mampu fokus akibat rasa nikmat yang menderaku di belakang sana.
Berkali-kali Jo mengarahkan kembali kepalaku untuk menghisap senjatanya.
PAK PAK PAK PAK PAK PAK
"Gua dah mau keluar nihh!" Erang si pemuda yang sedang men doggy ku.
"Wei...jangan di dalem ******!" Perintah Jo.
"Gua....hh..ma..huuuu...kelu...arrrr..ahhhhhhh"
Ia menancapkan dalam-dalam senjatanya ke liang sorgaku, lalu dihentakkan beberapa kali, semakin lama semakin lemah
CROTTT CROTTT CROTTTTT
"Hahhh hahhh..." Si pemuda mundur sedikit terhuyung sambil memegangi senjatanya. Diperasnya lagi lalu dilap ujung senjatanya ke tengah bongkahan pantatku yang basah karena keringat.
Cairan kenikmatan kental pemuda itupun menetes keluar dari liang sorgaku.
"Yah kan...gua mesti make memek yang ada bekas peju lu!" Kata Jo .
Jo lalu berdiri dan memposisikan dirinya di belakangku.
SLEBBB...PAK PAK PAK PAK PAK PAK..
Aku sendiri sudah di ambang orgasme pertama sebenarnya, berharap aku digenjot tanpa henti, dan lagi, dan lagi.
Demikianlah orgasme demi orgasmeku kudapatkan, dengan hujaman-hujaman kasar senjata-senjata yang sudah kelaparan.
Aku bahkan tidak merasakan lagi terik matahari di atasku, badanku sudah bermandikan keringat, bercampur dengan keringat, ludah, dan sisa sperma mereka.
Semuanya terasa semakin hening, bahkan dalam keadaanku yang terhentak-hentak, dengan perlawanan liang sorgaku yang sudah semakin melemah.
Aku tadinya berpikir, semua ini akan selesai dengan cepat.
Aku salah.
Aku sudah tidak menyadari, pemuda yang mana yang sedang menggenjotku, atau sudah keberapa kalinya mereka menumpahkan spermanya di perutku, wajahku, susuku, juga di dalam liang sorgaku.
"Aku...tak tahan...lagi..." Batinku dengan posisiku terlentang, masih digenjot salah seorang dari mereka.
Pandanganku semakin benderang dan putih, suara berdenging semakin nyaring di telingaku.
-bersambung-