fantasisinta
Semprot Baru
- Daftar
- 10 Jan 2017
- Post
- 37
- Like diterima
- 772
Sejujurnya, saya mulai merasakan hal ini sejak remaja. Awalnya, saya mengira ini hanyalah cerminan empati kemanusiaan saya terhadap anak-anak tanggung yang kadang dibully oleh anak-anak remaja seusia saya. Anak-anak yang baru saja melepaskan status kekanakan mereka untuk belajar di tingkat lanjutan pertama sering menjadi objek kekerasan. Waktu itu, entah mengapa, saya selalu peduli dengan anak-anak yang seperti itu, membela mereka jika dibully, memastikan mereka baik-baik saja setelah dibully sampai betul-betul aman. Dan yang selalu membuat saya berat, mereka lambat laun tak membutuhkan saya lagi. Dulu saya selalu menekankan bahwa apa yang saya lakukan baik, hingga suatu waktu saya pernah terlibat cinta monyet dengan anak-anak tanggung itu. Merasa masih muda, saya tidak masalah ketika harus pacaran dengan anak itu. Masalah timbul ketika anak tersebut mulai beranjak remaja dan saya makin dewasa. Anak itu mulai mencari teman sebayanya. Di situlah saya mulai merasakan aneh. Saya selalu tergoda dengan anak seusia itu. Kekanak-kanakan mereka, keingintahuan mereka yang besar (bahkan terkadang bodoh), selalu saya nikmati. Saat kuliah saya masih mencoba berpacaran dengan anak-anak seusia tersebut, tentunya dengan diam-diam, karena saya juga berpacaran dengan cowok-cowok seusia saya. Saya merasa tertampar ketika pernah berpacaran dengan seorang anak dan anak itu memanggil saya 'tante', padahal saya masih kuliah tingkat awal-awal. Saya menyadari ini pasti ada yang tidak beres dengan saya sehingga mulai belajar melupakan kecenderungan ini.
Tapi.... setelah menikah dan punya anak saat ini, entah mengapa godaan itu muncul lagi. Saya tidak menyangkal godaan itu ada sebelumnya, namun saat ini godaan itu terasa lebih kuat. Yang paling berat saya rasakan adalah ketika godaan itu datang dan saya bercermin, saya entah mengapa begitu kasihan melihat bayangan saya yang sudah tidak ada kepantasan lagi dengan anak-anak seusia itu. Saya mencoba merangkai apa yang saya rasakan. Pertama, saya selalu tergoda dengan anak seusia itu, saya simpulkan saya adalah predator, sangat mengerikan. Kedua, saya mulai tidak puas dengan diri saya, karena sudah terjebak dengan usia ini yang tak mungkin memiliki hubungan normal dengan anak seusia itu. Perasaan kedua ini merembet pada ketidakpuasan yang lain pada hidup saya, tidak puas pada hasi kerja saya, bahkan sering mengeluh dan tidak puas pada suami (ini tidak selalu secara seksual).
Yang paling menakutkan... walaupun saya tahu ini adalah penyakit. Entah mengapa saya tidak ingin sembuh. Namun sampai saat ini saya bersyukur tidak pernah mendapatkan situasi yang memanjakan kelainan saya. Adakah di antara sista yang seperti saya?
Tapi.... setelah menikah dan punya anak saat ini, entah mengapa godaan itu muncul lagi. Saya tidak menyangkal godaan itu ada sebelumnya, namun saat ini godaan itu terasa lebih kuat. Yang paling berat saya rasakan adalah ketika godaan itu datang dan saya bercermin, saya entah mengapa begitu kasihan melihat bayangan saya yang sudah tidak ada kepantasan lagi dengan anak-anak seusia itu. Saya mencoba merangkai apa yang saya rasakan. Pertama, saya selalu tergoda dengan anak seusia itu, saya simpulkan saya adalah predator, sangat mengerikan. Kedua, saya mulai tidak puas dengan diri saya, karena sudah terjebak dengan usia ini yang tak mungkin memiliki hubungan normal dengan anak seusia itu. Perasaan kedua ini merembet pada ketidakpuasan yang lain pada hidup saya, tidak puas pada hasi kerja saya, bahkan sering mengeluh dan tidak puas pada suami (ini tidak selalu secara seksual).
Yang paling menakutkan... walaupun saya tahu ini adalah penyakit. Entah mengapa saya tidak ingin sembuh. Namun sampai saat ini saya bersyukur tidak pernah mendapatkan situasi yang memanjakan kelainan saya. Adakah di antara sista yang seperti saya?