Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT Cuckold Story: Mengubah Istriku [with epilog]

Dengan siapa Natalie enaknya melakukan Threesome Sex pertamanya?

  • Natalie vs. Nicko vs. Ricko

    Votes: 58 30,4%
  • Natalie vs. Nicko vs. Lelaki Lainnya

    Votes: 18 9,4%
  • Natalie vs. Ricko vs. Lelaki Lainnya

    Votes: 72 37,7%
  • Terserah TS aja deh, kita ngikut aja

    Votes: 43 22,5%

  • Total voters
    191
  • Poll closed .
EPILOG





POV Nicko



Hari ini aku dan istriku, serta Anggoro tengah bersiap di rumah baru kami untuk pergi ke bandara untuk menjemput Ricko yang akan tiba di Semarang siang nanti. Rencananya besok akan diadakan selamatan pembukaan cabang untuk peternakan ayam potong yang digagas Ricko beberapa waktu lalu untuk kami kelola bersama.


Ya, saat ini kami bertiga; Aku, Istriku, dan Anggoro telah tinggal bersama di rumah baru yang kami beli empat bulan setelah peristiwa di hari ulang tahun pernikahanku bersama Natalie istriku. Aku dan Anggoro bersepakat untuk menjual rumah kami masing-masing dan memutuskan untuk membeli rumah baru yang lebih besar dan memiliki lingkungan yang cukup tenang untuk kami tinggali bersama di kota ini.


Keputusan itu kami ambil karena baik lingkungan rumahku maupun Anggoro tak memungkinkan untuk kami tempati lagi, karena masih ada terdapat suara sumbang yang terdengar karena begitu seringnya Anggoro tidur menginap di rumahku maupun ketika istriku menginap sementara di rumah milik Anggoro untuk beberapa lama baik denganku maupun ketika istriku sendiri yang tinggal menginap disana.


Setelah akhirnya kami tinggal bersama, kehidupan kami terasa lebih tenang menjalani hidup baru kami, karena kami tak lagi harus terbebani oleh suara-suara sumbang tersebut. Keputusan tinggal bersama kami ambil pada akhirnya, setelah adanya kesepakatan antara kami bertiga untuk saling membagi dan mengisi satu sama lain. Hal itu berawal dari keluhan istriku yang merasa tidak nyaman selama menjalankan gaya hidup kami yang baru, bukan karena faktor internal kami melainkan faktor eksternal dari lingkungan sekitar yang terlalu merasa bisa menjadi polisi moral bagi orang lain. Dan akhirnya aku usulkan untuk kami mencari tempat tinggal baru dengan menjual rumah kami masing-masing, dan hal itu disetujui baik oleh Anggoro maupun istriku.


Setelah kejadian waktu malam kejutan ulang tahun pernikahan kami kemarin yang mengubah hidup pernikahan kami secara menyeluruh, di saat istriku memutuskan untuk ikut dengan Anggoro pulang ke rumahnya sementara aku akhirnya pulang ke rumahku tanpa bersama istriku. Istriku akhirnya datang kembali ke rumah kami yang dulu dan menemuiku setelah hampir seminggu dia menghabiskan waktu bersama Anggoro. Walau selama seminggu itu aku masih tetap mendapatkan kabar tentang apa yang mereka lakukan, namun aku tak mampu memaksa istriku untuk pulang karena dia mengatakan jika dia nyaman dan selalu merasa dibahagiakan oleh Anggoro selama mereka bersama. Namun itu tak menjadi soal, karena sejujurnya itulah yang kuharapkan. Aku lebih bersemangat ketika menyambut istriku pulang dan menceritakan kegiatan ranjangnya selama bersama Anggoro, dan aku pasti mendapatkan kepuasan yang aku cari melalui hal itu.






FLASHBACK


“Pih…!!”


Aku terhenyak ketika mendengar suara yang paling melekat dalam hidupku, ketika aku sedang mengerjakan proposal penawaran harga untuk klienku seorang diri di rumah ini. Suara yang memanggilku siang itu, membuat jiwaku bergetar tanpa bisa kutahan.


“Ma...mamih??” Lidahku terbata-bata menyebut panggilan sayangku untuknya itu ketika aku melihat sosok wanita yang paling aku cintai berdiri di tengah pintu rumah kami.


“Iyaa pih, ini aku..” sahutnya lagi.


Aku masih terdiam tak mampu menggerakkan otot tubuhku karena terkejut dengan kedatangannya siang ini. Namun mataku tak bisa melepas pandanganku lepas dari dirinya.


“Kok bengong? Aku nggak dipeluk nih?” Ucapnya lagi dengan nada manjanya yang khas di telingaku.


Lalu dengan bergegas aku bangkit dari kursiku dan sedikit berlari ke arahnya, dan tanpa ada yang bisa menahanku langsung kupeluk dengan erat istriku itu. Dengan degup jantung yang berpacu cepat dan tubuhku yang bergetar hebat, aku jatuh dalam pelukan yang paling kurindukan dari sosok wanita yang menjadi istriku ini.


“Kayaknya ada yang kangen berat nih ya?” suara manjanya menggodaku yang terlihat seperti anak kecil yang sedang merajuk pada ibunya.


“Papih kangen ya sama mamih?” Lagi, mulutnya bertanya padaku dengan suara lembut dan manjanya.


Aku tak menjawab pertanyaannya, hanya bisa memeluknya semakin erat dan menganggukkan kepalaku yang melekat diatas bahunya, tak terasa air mataku menetes karena begitu senangnya.


“Huuusshh udah ahh… kayak anak kecil deh nih si papih…” ucap istriku lagi sambil mendorong pelan tubuhku melepas pelukanku namun tak kuindahkan, aku terus mendekapnya sambil menggeleng-geleng cepat kepalaku, masih diatas bahunya.


“Iyaa..iyaa… tapi mamih nggak disuruh masuk dulu apa nih? Capek tauu pihh berdiri muluu..” ucap istriku lagi dengan nada bercanda.


Aku lalu melepas dekapanku perlahan dan menatap wajahnya. Dengan perasaan tak menentu, ku paksakan diriku untuk mencium bibirnya. Aku tak perduli jika dia kembali marah atau bagaimana, aku hanya tak bisa menahan diriku untuk tak menciumnya.


“Ahmmphhss...hmppssh...hmppssh..slurpss...slurrpss…”


Suara lumatanku yang ternyata dibalasnya, semakin membuat aku ingin mencurahkan seluruh hasratku yang terpendam selama ditinggal olehnya. Semua perasaan rindu dan sayang yang selama ini tersimpan, serta rasa bahagiaku yang melihatnya kembali benar-benar kucurahkan lewat ciuman ini.


Setelah beberapa saat, lalu kulepaskan ciumanku di bibirnya dan menatap ke dalam matanya. Aku berusaha menyelami apa yang ada di pikiran istriku saat ini. Dan aku menemukan mata yang juga menyiratkan kerinduan yang sama untukku.

“Love you, pih!” Ucap istriku lembut namun tegas.


Tanpa menjawab, aku kembali memeluknya dengan lebih erat. Aku lebih mencintainya lebih dari apapun! Itu yang ingin aku sampaikan padanya. Dan perasaan itu harus sampai kepadanya lewat pelukan yang kuberikan ini. Hanya itu yang ada di pikiranku, tak ada yang lain.


“Papih nggak bandel lagi kan selama mamih nggak ada?” ucap istriku sambil tersenyum padaku. Sekali lagi aku tak menjawab pertanyaannya, dengan wajah yg berjarak 5 cm sekarang ini, aku hanya bisa meluapkan perasaanku dengan tersenyum bahagia bahkan aku hampir saja tertawa karena begitu bahagianya.


Lalu aku mengajaknya masuk ke dalam, dan kami duduk berdampingan di sofa ruang tamuku.


“Kamu tadi kesini sama siapa mih?”

“Sendiri aja pap.”

“Lho mas Anggo nggak ikut nganter?”

“Ya dianter lah, tapi dia langsung berangkat narik lagi tadi.”


Aku tak lagi meneruskan pertanyaanku, aku lalu memeluknya kembali di atas sofa ini dan mulai ku jelajahi tubuhnya. Istriku tak terlihat menolak dan membiarkan apa yang kulakukan padanya.


Hal itu terus berlanjut sampai kami berdua melepas semua pakaian yang kami kenakan. Awalnya aku tidak ingin melepas celana yang kupakai, namun istriku terus berusaha menariknya sehingga aku tak lagi menahannya.


“Hehehe masih dipake aja ini..” ucapnya ketika melihat kontolku yang masih terpasang alat itu.


“Mau dilepas?” Lanjutnya lagi.Aku langsung menganggukkan kepalaku dengan cepat menyetujui tawarannya.


“Tapi abis ini, dipasang lagi lho ya…” Ucapnya sambil menatapku dengan tatapan menggoda. Tak lagi berpikir aku kembali menganggukkan kepalaku lagi dengan lebih cepat seperti seorang anak kecil yang dengan semangat disuruh pergi mandi karena dijanjikan akan diajak ke tempat bermain favoritnya.


Lalu istriku mengarahkan ku untuk mengangkangi tubuhnya supaya aku mendekatkan kontolku ke arah lehernya, tempat kunci alat ini tersimpan. Dengan sedikit susah payah istriku berusaha membuka alat yang terpasang di kontolku, aku berusaha menahan tubuhku diatas tubuhnya sampai akhirnya dia berhasil melepaskan alat itu sehingga kontolku bisa bebas dari kurungan alat yang hampir seminggu menemaniku.


“Duhh lucunya. Kangen yaa sama mamih?” Istriku berkata seolah-olah sedang berbicara pada kontolku. Tak butuh waktu lama, kontolku akhirnya berhasil mengembang dan ngaceng sempurna di depan wajah istriku sambil dibantunya dengan kocokan lembut. Sedikit nyeri pada awalnya, namun rasa nyeri itu berangsur-angsur hilang dengan sendirinya.


Istriku lalu melumat kontolku yang sedari tadi berada tepat di depan wajahnya. Dengan telaten dan penuh kelembutan, dijilati dan dihisapnya kontolku di dalam mulutnya. Oh, dia semakin pintar mengoral pikirku. Rasanya sungguh lebih nikmat dari sebelum-sebelumnya.


Lalu tanpa melakukan foreplay lebih lama, istriku memintaku untuk mulai melakukan penetrasi. Dan aku langsung memposisikan kontolku di depan memek istriku, memek milikku yang selama seminggu ini dimiliki oleh pria bernama Anggoro.


Dengan segala hasrat dan rasa cinta yang besar aku sangat menikmati detik-detik mulai masuknya kontolku kedalam memeknya. Rasanya seperti kembali ke saat-saat aku pertama kali mencicipi kenikmatan memek istriku ini. Perasaan yang sudah lama sekali tak pernah menghinggapiku itu, saat ini kembali memberi sensasi yang sama seperti dulu. Ini seks ternikmat yang pernah kulakukan, pikirku.


Beberapa saat kemudian, dengan segala upayaku menahan orgasme supaya tak mengakhiri kenikmatan yang sedang kualami saat ini. Akhirnya aku menembakkan benih-benih yang sudah seminggu tertahan di dalam kontolku. Rasa puncak kenikmatan yang kualami, berkali-kali lipat lebih nikmat dari begitu banyak seks yang kulakukan pada istriku. Aku sampai tak bisa menahan teriakan-teriakan kepuasan yang terlontar lepas dari mulutku. Tubuhku bergetar hebat merasakan orgasme ini, sepertinya bola mataku sampai berputar karena sesaat aku merasakan gelap dan terang yang amat sangat secara bersamaan.


“Udah keluar sayang?” Tanya istriku sambil memegang kedua pipiku lembut.


“He eh mih…” sahutku singkat masih meresapi kenikmatan yang baru kuterima.


“Masih enak nggak punya mamih?” Tanyanya lagi.


“Masih, banget mih!” jawabku merespon pertanyaan-pertanyaannya seperti biasa ketika kami selesai ngentot. Tak ada yang berubah darinya, dia tetap menunjukkan dirinya yang seperti kukenal.


“Ya udah sana cuci dulu.” Ucap istriku sambil bersingut melepaskan tubuhku yang menindihnya.


“Mami mau digosokin memeknya? Mami belum dapet kan?” Tanyaku padanya menawarkan fingering supaya istriku mendapatkan orgasmenya seperti biasanya.


“Gapapa sayang, yang penting papih udah dapet puas kan. Mamih mah gampang.”jawab istriku. Lalu tak menjawabnya lagi, aku memberikan tissue kepadanya dan beranjak ke kamar mandi untuk membersihkan kontolku.


Tak lama aku segera kembali ke tempat istriku berada, dan menemukan dia masih duduk di posisi yang sama dan sudah dengan pakaian dalamnya tanpa memakai pakaian yang dipakainya ketika datang tadi.


“Nih, jangan lupa dipake lagi yaa..” ucap istriku ketika melihat kedatanganku.


“Ya mih. Sini aku pake.” Jawabku padanya sambil mengambil alat itu, dan memasangkannya kembali ke kontolku sesuai permintaannya. Aku tak menolak apa yang dimintanya, karena aku menganggap hal ini pantas saja untukku. Malah aku bersyukur istriku memberikanku reward dengan memberiku kesempatan melepas alat ini dan menikmati tubuhnya lagi.



FLASHBACK END




“Mas…!!” Suara Anggoro terdengar menyapaku dan langsung membuyarkan pikiranku yang sedang mengingat-ingat hari dimana istriku pulang setelah kejadian itu.


“Bengong aja. Mikirin apa kali.” Lanjutnya lagi yang masih melihatku terkaget karena sapaannya.


“Eh… Ah enggak kok Nggo. Gak mikir apa-apa aku.” Sahutku padanya.


“Netty mana? Masih di kamar?” Ucapnya menanyakan istriku.


“Iya toh paling. Tau dah tuh abis hamil, kalo dandan lama banget dia.” Sahutku padanya.


Ya, istriku sekarang sedang hamil. Yang entah mengandung anak dari benih siapa, dari benihku atau Anggoro. Karena hanya kami berdua yang melakukan seks dengan dirinya selama 4 bulan terakhir. Walaupun porsi Anggoro jelas lebih banyak, seingatku hanya dua kali saja aku diizinkan istriku untuk membuka alat yang masih terpasang sampai hari ini dan ikut bergabung bersama mereka. Aku selalu mendapat giliran pertama ketika menggarap istriku, lalu ditutup kemudian oleh Anggoro.


Aturan main itu kami buat, supaya semua merasa senang. Karena jika Anggoro yang mengambil giliran pertama, istriku sudah terlalu lelah mendapatkan orgasme demi orgasme yang diberikan Anggoro. Dan ketika aku mendapat giliran, menjadi kurang maksimal karena kondisi istriku yang kelelahan. Sebenarnya aku tidak masalah, asal istriku senang dan mendapatkan kepuasan aku juga merasa senang melihatnya. Di samping rasa birahi tentunya, ketika melihat mereka ngentot di hadapanku.


“Yukk berangkat, aku dah siap nih.” Ucap istriku tiba-tiba ketika dirinya keluar dari kamar setelah sekian lama berdandan. Kemunculannya membuatku, dan sepertinya Anggoro juga merasa terkagum melihat penampilannya sekarang. Tampilannya yang terlihat segar, membuat kami menyukai penampilannya siang ini.


“Duh, nggak rugi nih kita nungguin kamu dandan lama-lama. Seger banget, ya nggak nggo?”

“Iya mas, kamu cakep bener sih dek!”

“Halaah kalian berdua ini, kalo udah urusan ngegombal aja kompak bener. Orang gembrot gini juga, masak dibilang cakep. Cakep dari Hongkong!!”


“Hahahaha"

“Justru itu mih yang jadi daya tarik kamu di mata kita. Montok abiss!!” Ucapku menggoda istriku. Anggoro ikut tertawa bersamaku, suasana rumah setelah kami bertiga tinggal bersama selalu dihiasi dengan keriangan seperti ini. Dan kami sangat nyaman dengan hidup yang kami jalani sekarang.


“Yaudah aku nyalain mobil dulu deh.” Ucap Anggoro lalu beranjak ke garasi mobil untuk menyiapkan kendaraan yang akan kami gunakan untuk menjemput Ricko siang ini.


“Yuk mih, sini tak gandeng!” Ucapku pada istriku.


“Halaah bisa kok jalan sendiri, masih lincah gini juga pake digandeng-gandeng si papih.” Sahut istriku dengan bercanda.


“Ya wiss kalo gitu, yuk ke mobil.” Ucapku lagi sambil memegang bahu belakang istriku dan dengan pelan berjalan beriringan denganku kearah garasi yang bisa diakses dari pintu dalam yang berada menyambung dengan ruangan di sisi samping.

----

----

Suasana bandara yang hiruk pikuk karena begitu banyak orang yang pergi dan datang dari berbagai tempat serta dengan tujuannya masing-masing, dimana kami bertiga sudah berbaur dengan segala macam rupa manusia dengan berbagai latar belakang dan kehidupan masing-masing.


Papan informasi sudah menunjukkan jika pesawat yang ditumpangi sahabatku Ricko, yang sekarang menjadi bos kami bertiga, sudah mendarat di kota ini. Kami hanya perlu menunggunya beberapa saat lagi jika tak ada kendala ketika proses baggage claim.


Sekitar hampir setengah jam kemudian, ponsel milikku berbunyi dan menampilkan nama orang yang sedang kami tunggu kedatangannya ini.


“Oyy coyy, dimana?”

Pintu keluar lha, masa pintu neraka?”

“Hahaha… Ya udah gue kesana! Lu tunggu aja persis depan pintu kedatangan ya!”

Oke jangan pake lama!”

“Siap, Pak Boss!” Lalu kuakhiri panggilan telepon dari Ricko, dan segera menjemputnya.


“Ricko dah keluar, pih?” Tanya istriku padaku.


“Udah, mih. Aku samperin dia dulu ya! Kamu sama Anggo tunggu sini aja.” Jawabku padanya.


“Ya pih.” Sahut istriku singkat. Dan aku segera meninggalkan mereka berdua untuk pergi ke area kedatangan.


Setelah aku sampai ke area yang dimaksud Ricko, aku tak kesulitan untuk segera menemukan dirinya. Pria dengan pakaian yang sangat kantoran banget dengan kemeja lengan panjang berwarna biru muda, dipadu dengan celana yang nge-press membentuk tubuh atletisnya serta kacamata hitam yang menambah kesan maskulin pada sosok pria yang berdiri tepat di samping orang-orang yang berkerumun yang juga baru tiba di kota ini, sama seperti dirinya.


“Woyyyy, Rick!” Teriakku memanggilnya, dan dia langsung menoleh menyadari kedatanganku. Kulihat wajah berkharisma itu tersenyum menyambutku dengan senyuman khasnya yang kupikir akan membuat wanita manapun akan meleleh di depannya.


“Wahhh apa kabar lu, Nick!” Ucapnya sambil memeluk diriku, yang dibalas dengan pelukan kerinduan akan seorang sahabat ini.


“Baek-baek! Lu keren amat sih, abis kondangan apa mau kondangan nih?” Gurauku padanya.


“Hahaha sial. Sebelum kesini gue tadi ada ketemuan sama orang, malah molor meetingnya. Jadi ya nggak sempat lagi ganti deh. Emang kampret dah!” Jawabnya memberikan penjelasan padaku.


“Ya udah yok, ah! Ke mobil langsung aja kita. Bini gue sama Anggoro dah nunggu juga disana.” Ucapku sambil mengajaknya untuk beranjak dari sini menuju tempat dimana istriku dan Anggoro menunggu.


“Eh iya, jadi beneran si Anggoro dah tinggal bareng lu orang, Nick?” Tanya nya sambil kami tetap berjalan.


“Ya bener lha.. Masa gue ngarang-ngarang cerita sama lu sih.”

“Ya sebenernya gue kaget juga sih pas lu cerita begitu ke gue. Lha ya gue nggak nyangka juga ternyata bini lu sama Anggo setelah kejadian waktu itu, masih lanjut terus.”

“Ya gimana dong, gue liat bini gue happy aja kok, happy banget malah. Masa gue nggak nurutin kemauan dia? Lagian kan… Ya lu tau sendiri lah.. hehehe”

“Hahaha emang dasar lu ya, stress lu gak sembuh-sembuh!”

“Wah hahaha sial lu bilang gue stress! Gue sih gak peduli ya apa kata orang, yang jelas kehidupan gue dan istri gue bahagia dengan yang kita jalani sekarang. So what?”

“Iya deh… Biar gimanapun juga, gue ngerasa ikut bertanggung jawab dengan apa yang terjadi sama lu sama bini lu.”

“Yaelaah, lu kayak sama siapa aja sih, Rick! Gue sama sekali nggak ada mikir ke elu gimana-gimananya. Malah kalo bisa gue bilang, gue yang harus terimakasih sama lu dengan apa yang udah lu mulai waktu itu sampe akhirnya sekarang ini gue sama bini gue, dan ada Anggoro juga kita bisa jalanin dengan happy banget. Itu semua lebih dari cukup buat gue.”

“Oke lah!”


“Nah, itu mereka..” ucapku sambil menunjuk kearah istriku yang sedang bersama Anggoro.


“Halo Rick! Apa kabar nih?” Sapa istriku ketika kami berdua menghampirinya.


“Ouwwh!! Aku sih selalu dalam keadaan sangat sangat baik. Apalagi ketemu kamu lagi, tambah baik aja keadaanku nih rasanya! Hahaha..” Jawab Ricko tertawa dengan lepasnya.


“Hahaha dasar yaa ini orang, tengilnya gak sembuh-sembuh.” Jawab istriku juga tertawa melihat tingkah laku Ricko.


“Halo, mas Ricko!” Kali ini Anggoro yang menyapa Ricko dengan memberikan tangan kanannya untuk berjabat tangan dengan Ricko.


“Oh yaa halo Mas Anggo. Widiihhh keliatan makin gagah aja nih. Udah nambah tato lagi mas? Hahaha” sahut Ricko kembali memberikan gurauan saat berjabat tangan dengan Anggoro.


“Hahaha bisa aja nih mas Ricko. Badannya gagahan mas Ricko gitu kok.” Sahut Anggoro masih sedikit canggung terlihat.


“Ni kalo Nicko badannya bisa kayak kita gini. Ntar kita bikin boyband, pasti laku keras tuh!” Ucap Ricko kembali mengeluarkan candaan yang membuat kami semua tertawa lepas.


Lalu setelah kami semua berkumpul, kami melanjutkan perjalanan keluar bandara dan mampir makan sebentar lalu langsung menuju ke rumahku yang sekarang aku tinggali bersama dengan istriku dan Anggoro tentunya. Ricko sempat terkejut dan kagum ketika melihat rumah kami yang sekarang jika dibandingkan dengan rumahku yang sebelumnya, karena cukup jauh berbeda kondisi dan situasinya. Tempat tinggal kami sekarang jelas jauh lebih nyaman dan bagus dari sebelumnya. Wajar sih, ibaratnya dua rumah dijadikan satu. Memang sudah seharusnya menjadi lebih besar dan bagus.


Aku langsung menyuruh Ricko untuk berganti pakaian dan beristirahat di kamar yang sudah dipersiapkan untuknya, karena kegiatan dan perjalananya hari ini diakuinya cukup membuat tubuhnya cukup lelah.


Malamnya kami berempat berkumpul di ruangan utama di rumah ini, obrolan yang membahas tentang kegiatan esok hari kami bahas malam ini dengan serius. Jeffry yang juga terlibat dalam pembicaraan malam ini sudah berada di lokasi memutuskan untuk menunggu disana dan tak menyusul kesini, supaya segala persiapannya tidak ada yang terlewat.


Ketika jam menunjukkan pukul 23.15 segala persiapan yang perlu dibahas sudah selesai semuanya, kami semua langsung masuk ke dalam kamar kami masing-masing. Ricko tidur di kamar khusus yang memang kami persiapkan untuknya jika nanti kedepannya dia akan sering datang kesini berkaitan dengan usaha baru yang kami jalani saat ini. Anggoro juga langsung tidur di kamar pribadinya, sementara aku dan istriku juga akan tidur di kamar yang kami pakai berdua. Selama tinggal bersama, Anggoro memang tidur di kamarnya sendiri dan tak bergabung denganku dan juga istriku. Hanya sesekali saja ketika kami bertiga ngentot bersama baru kami akan tidur bersama bertiga setelah sesi ngentot berakhir. Dan itu tidak selalu di kamarku, di ruang tengah pun jadi, dan kami akan tertidur di sana sampai pagi tanpa lagi kembali ke kamar. Atau di kamar yang ditempati Anggoro, pada intinya kami memiliki kamar pribadi masing-masing dengan tetap terpisah, tapi akan bergabung ketika kami bertiga berurusan dengan birahi. Kira-kira seperti itu.


Tapi malam ini, tak ada pembahasan tentang hal itu dengan kedatangan Ricko. Pikiran kami semua sedang terfokus dengan persiapan pembukaan usaha bersama yang kami bentuk dengan usulan awal yang keluar dari ide Ricko sahabatku itu. Aku sebenarnya mengetahui jika alasan utama dibalik rencananya membuat cabang peternakan ayam potong di daerah sini selain untuk ekspansi bisnisnya juga supaya agar bisa sesering mungkin bertemu dengan istriku. Itu yang dikatakannya langsung padaku, dan aku tentu tak berkeinginan untuk menolaknya.

-----

-----

Pagi ini hari Sabtu tanggal 26 Mei 2018, adalah hari bersejarah untuk kami semua. Karena menjadi awal kami berlima menjadi sebuah team yang akan menjalankan sebuah bisnis secara bersama-sama.


Pagi ini kami semua tengah bersiap untuk berangkat ke lokasi utama tempat peternakan untuk melakukan peresmian bersama dengan semua karyawan dan perangkat pemerintahan setempat.


“Wihh pasangan suami-istri kita ini, kelihatan sumringah banget tampangnya! Malam tadi abis di-charge yak? Hahaha” sapa Ricko ketika melihatku dan istriku keluar dari kamar.


“Otak lu tuh yaa!” Sahutku singkat sambil beranjak terus menuju ke arah dapur sementara istriku menuju ke ruang tengah untuk bergabung dengan Ricko dan Anggoro yang telah berada disana.


Kudengar dari dapur sini, mereka bertiga sedang mengobrol dengan riuhnya. Aku bisa mendengar gurauan dari Ricko selalu bisa memancing tawa dan canda di pagi ini. Setelah membuatkan susu untuk istriku, aku lalu beranjak keluar dapur menuju ruang tengah untuk memberikan susu yang aku buat untuk istriku ini.


Semenjak kami tahu jika ada janin di dalam perut istriku, aku setiap pagi pasti akan selalu menyiapkan susu yang dikhususkan untuk ibu hamil seperti istriku.


“Nih mih, susunya diminum” ucapku pada istriku yang duduk di seberang kiri Anggoro.

“Yaa sayang…” sahut istriku singkat sambil menerima dan langsung meminum susu yang kuantarkan padanya.


“Pagi-pagi udah minum susu aja kamu Natt, bikin pengen aja.” Ucapan gurauan Ricko kembali beraksi.


“Puaahss! Emang kamu mau susu ibu hamil apa nih??? Kalo udah ngomongin susu kamu semangat banget sih!” Istriku membalas dengan gurauan juga.


“Hahahah.. Katanya sih kalo susu punya ibu-ibu yang lagi hamil rasanya makin enak Natt, boleh juga tuh..” sahut Ricko lagi kembali memancing dengan perkataan semakin menjurus.


“Hahaha dasar jomblo akut!” Balas istriku lagi. Kami bertiga lalu langsung tertawa mendengar ejekan istriku pada Ricko barusan.


“Enak aja, ku udah punya pacar tau!” Kali ini Ricko berucap.


“Hah yang bener lu Rick?” Tanyaku sedikit terpancing dengan perkataannya.


“Iya dong, ya itu juga kalo bini lu mau nerima gue jadi pacarnya lagi. Hahahah” sahut Ricko ceplas-ceplos


“Hahahaha… Pede amat lu!” Sahutku santai setelah mendengar jawabannya.


“Tau nih Ricko pede banget ya pih. Emangnya aku mau gitu sama dia lagi?” Ucap istriku bercanda. Kulihat Anggoro hanya diam saja sambil senyum-senyum.


“Kalo kamu nggak mau, yaa aku paksa aja kayak gini kan beres!” sahut Ricko lagi kali ini sambil menarik tangan istriku dan mendekap istriku ke dalam pelukannya lalu mengecup beberapa kali pipi istriku di depanku dan Anggoro. Istriku terlihat seperti berpura-pura menolak diselingi dengan tawanya yang berderai.


“Hahahah… Ricko ahhh… udaaah ihhh ini kita jadi mau berangkat apa nggak sihh!!” Ucap istriku sambil terus menghindar dari pelukan dan kecupan-kecupan yang terus dihujani Ricko.


“Ntar aja, ini lebih penting!” Sahut Ricko.


“Emang bener yang Netty bilang ya mas, mas Ricko nih jomblo akut. Nggak bisa liat cewek montok langsung sosor aja. Kita nggak dianggap nih mas. Hehehe” kali ini Anggoro berkomentar melihat kelakuan Ricko pada istriku.


“Gimana nggak makin montok mas, apalagi lagi hamil muda gini.. Bawaannya pengen dikekepin aja. Hahaha..” sahut Ricko menimpali ucapan Anggoro sambil melepas tubuh istriku.


“Pokoknya hari ini Natalie harus sama gue terus ya. Dia kan ntar jadi asisten gue, jadi harus mulai hari ini di training dulu sama gue. Hahaha” Ucap Ricko lagi sambil tertawa.


“Terserah pak boss aja dah.” Sahutku enteng lalu mengambil gelas yang barusan diminum istriku sambil membawanya ke meja makan.


Demikianlah, hari ini Ricko benar-benar menjadi tamu kehormatan di rumahku. Aku dan Anggoro tak mempermasalahkan permintaannya barusan, karena kami melihat Natalie juga tidak terlihat tak nyaman dengan situasi ini.


Kami lalu bergegas untuk berangkat menuju lokasi peresmian usaha peternakan ayam potong yang berada di perbatasan kota ini. Anggoro menawarkan diri untuk menyetir kendaraan yang akan membawa kami kesana. Aku duduk di kursi penumpang di depan, sedangkan istriku duduk di kursi belakang ditemani Ricko.


Perjalanan yang memakan waktu kurang lebih satu jam itu diiringi oleh obrolan-obrolan ringan diantara kami berempat, jelas utamanya yang menjadi fokus obrolan kami adalah istriku sendiri. Ricko beberapa kali terlihat menjamahi tubuh istriku, mulai dari menciumi pipi istriku dan mengusap-usap perut istriku yang sedang hamil itu dan lain sebagainya. Aku hanya berusaha menahan rasa nafsu yang tentu saja datang ketika berada dalam situasi seperti ini. Aku merasa posisi saat ini tidak memungkinkan untuk aku merespons rasa nafsuku ini, namun karena hal seperti ini sudah kerap aku alami ketika melihat istriku bercumbu dengan Anggoro di rumah, aku semakin bisa terbiasa untuk menahan rasa ini.


Kami pun tiba di lokasi dan langsung disambut oleh Jeffry yang memang sudah standby disini sedari kemarin untuk mempersiapkan acara hari ini. Dan memang sudah terlihat beberapa mobil lain berplat merah yang terparkir di halaman parkir, tamu-tamu undangan sudah datang terlebih dahulu.


Jeffry langsung mengarahkan kami ke tempat acara peresmian yang sudah disiapkan. Dan aku melihat sudah banyak orang-orang yang hadir, entah berapa banyak orang yang hadir saat ini, yang jelas cukup banyak.


Setelah kami sedikit menyapa tamu undangan yang berada di barisan depan, tampaknya yang menempati adalah aparatur pemerintahan setempat yang diundang untuk ikut meresmikan sebuah tempat usaha baru di daerah mereka yang jelas akan bisa menambah kontribusi bagi daerah mereka tentunya.


Acara lalu dimulai dengan secara bergantian pihak-pihak yang berkepentingan memberikan kata sambutan dan kegiatan-kegiatan seremonial lainnya. Setelah hampir dua jam lebih acara ini akhirnya selesai dan setelah beberapa tamu terakhir meninggalkan tempat ini kami berlima menuju gedung office yang dibangun khusus untuk para pemilik, yaitu kami. Gedungnya berada terpisah dari kawasan kandang utama namun masih di dalam lingkungan peternakan. Lokasinya dekat dengan area parkir, dengan bangunan yang terlihat dari luar cukup modern walau tidak terlalu besar, dengan dinding tembok bercat warna kuning gading dan jendela berwarna hitam yang cukup besar memanjang di sepanjang tembok depan dengan pintu yang terbuat dari kaca dengan warna sama dan memiliki frame alumunium di semua sisinya. Cukup khas ruangan kantor pikirku.


Ketika kami masuk ke dalamnya, aku melihat hal yang kontras dari sebuah ruangan kantor. Karena sangat tidak tampak suasana kantor disini, rupanya Ricko yang mendesain ruangan ini dengan memberikan sentuhan suasana yang terlihat sangat santai.


Terlihat sofa minimalis berwarna hitam panjang melingkar membentuk sudut L di kedua sisi dinding yang menghadap ke meja direktur berwarna coklat tua yang cukup besar dan mewah dilengkapi dengan kursi direktur yang terlihat cukup nyaman ditempati. Di belakang kursi tersebut terdapat lemari kaca yang didalamnya berisi pernak-pernik untuk mempermanis dekorasi. Di depan meja besar itu terdapat dua kursi yang lebih kecil yang mungkin difungsikan ketika menerima tamu di ruangan ini.


Di sisi kiri terdapat meja pantry kecil, lemari es, dispenser, dan sebuah televisi LED besar yang menampilkan sorotan kamera-kamera CCTV yang memonitor seluruh sudut di area peternakan ini termasuk satu yang ada di ruangan ini juga. Semuanya tertata rapi dan tampak cukup elegan, jika aku perhatikan lagi di ruangan ini tidak ada satupun meja kerja yang biasa digunakan untuk staf admin bekerja.


“Ini ruangan kenapa nggak ada meja lainnya sama sekali begini?” Tanyaku ketika kami berempat sudah duduk berjejer di sofa yang ada di ruangan ini, sementara Ricko mengambil posisi duduk di kursi direkturnya. Ya, dia adalah bossnya.


“Oh, staf admin beda ruangan Nick, mereka ada ruangan sendiri di dekat kandang utama sana. Ini khusus buat si boss terima tamu maupun klien.” Jeffry menjawab pertanyaanku.


“Owalah… Gila lu Rick, satu ruangan buat elu doang nih ceritanya?” Tanyaku lagi.


“Hahahaha yaa enggak lah, kalian-kalian kalo mau pake ruangan ini boleh banget lah, kan gue juga nggak terusan stay disini.” Jawab Ricko.


“Terus nanti aku kerjanya dimana?” Lalu terdengar istriku yang kali ini bertanya.


“Natalie nanti ada ruangan dengan meja khusus sebelahan sama ruangan staf admin, jadi lebih gampang kalo mau kontrol staf lainnya. Mas Nicko sama Mas Anggo juga nanti ada ruangan khusus buat team marketing, lokasinya deket sama ruangan bagian staf admin. Juga sama, supaya koordinasinya lebih enak karena aksesnya juga deket sama bagian yang diurus Natalie.” Ucap Jeffry menjelaskan.


“Bagian staf admin yang nanti diurus Natalie, itu nanti ada bagian administrasi umum, pembelian, keuangan, pengiriman, sama produksi, kurang lebih nanti ada 5-6 orang yang isi. Sementara untuk team marketing nanti kita urus bertiga sama ntar Ricko bantu kita. Gue juga nanti bantu urus buat pengadaan pakan ayamnya sekalian.” Lanjut Jeffry memberikan penjelasan lebih detail kepada kami.


“Oh iya, satu lagi gue tambahin. Secara struktural, disini Natalie juga bertugas sebagai sekretaris pribadi gue. Kamu nanti yang aturin semua schedule dan forward ke aku semua report harian tentang aktivitas di tempat ini. Kamu keberatan sama tugas kamu, Natt?” Sela Ricko di tengah penjelasan Jeffry dan bertanya tentang kesediaan istriku yang ditugaskan merangkap sebagai sekretaris Ricko. Aku sudah bisa membaca kemana arah dari keinginan sahabatku ini. Kulihat kearah istriku, dia hanya menggelengkan kepalanya tanda jika dia tidak keberatan dengan tugas yang diberikan kepadanya.


“Yang lain, keberatan? Nick, lu keberatan kalo Natalie gue tunjuk jadi sekretaris gue?” tanya Ricko lagi dengan tegas.


“Selama dia nggak keberatan, gue ngikut aja Rick!” Jawabku singkat. Dan aku melihat istriku dan Ricko tersenyum penuh arti secara bersamaan.


“Oke, lanjut Jeff!” Ucap Ricko lagi.


“Oke, nanti kalo penjualan kita udah settle, lu cari orang buat isi team marketing Nick. Elu sama Anggo nanti tinggal kontrol aja, karena kalo udah settle tugas kalian nantinya lebih ke ekspansi. Pasar yang udah jalan di Semarang dan sekitarnya mereka yang harus maintain, sementara kita bertiga sama Ricko juga harus selalu cari pasar baru lagi.” Jeffry melanjutkan penjelasan dari sisi marketingnya.


“Nanti Anggo sementara untuk awal yang mentorin Jeffry, lu sekalian bisa ngajarin Anggo tentang pengadaan pakan selain gimana caranya approach di bidang ini. Karena nantinya gue mau kalian berdua yang bertanggung jawab sama operasional tempat ini. Bisa ya Jeff? Nggo?” Ucap Ricko mulai membagi tugas kepada Anggoro dan Jeffry.


“Siap mas! Bisa!” Ucap Anggo tegas.


“Oke boss..!” Ucap Jeffry dengan santai namun juga tegas.


“Buat elu Nick, entar lu belajar sama gue dulu. Bagian lu nanti lebih ke modern market, Anggo sama Jeffry nanti lebih fokus ke bagian tradisional marketnya.” Ucap Ricko lagi.


Oke Rick! I’ll do my best!” Sahutku.


Good! Pokoknya kita semua kerjasama sebaik mungkin buat ngembangin usaha ini ya. Gue secara pribadi minta bantuan kalian buat semaksimal mungkin mengelola peternakan ini. Karena gue juga ada peternakan lainnya yang harus gue urus, jadi gue nggak selalu bisa stay lama-lama disini karena gue belum punya orang-orang sedekat kalian yang bisa gue andalkan. Peternakan yang disini gue serahin sepenuhnya kepada kalian, dan gue percaya penuh sama kalian semua. Dan kalian perlu tau sebelum kita jalan lebih jauh, nanti Natalie kamu juga bisa cek di bagian keuangan, berapa besar modal yang gue invest di sini sampai hari ini peternakan ini akhirnya bisa jalan. Untuk awal sampai peternakan ini balik modal, kita pakai sistem gaji bulanan. Kalian dan gue, akan terima gaji secara sama rata, masing-masing 5 juta. Nanti kalau sudah BEP, baru kalian akan menerima hasil secara share profit dengan persentase yang sama.”


“Dan paling penting menurut gue bukan cuma itu, tapi ada berapa orang yang saat ini menggantungkan hidupnya bekerja di tempat ini dan berapa perut yang bergantung sama kesuksesan usaha ini. Iya, mereka-mereka yang membantu kita dalam operasional tempat ini. Gue pikir sebelum nantinya kalian sempat hilang fokus dalam ngembangin usaha ini, kalian harus ingat lagi sama mereka. Hidup mereka tergantung di usaha kalian. Jadi gue harap kalian mengerti seberapa besar tanggung jawab kalian nantinya. Ngerti ya??” Ricko membeberkan banyak hal yang menjadi prinsipnya dalam menjalankan sebuah usaha, dan kurasa dia sudah berhasil membakar semangat kami semua untuk mengembangkan tempat ini.


Aku dan yang lainnya menyimak serius pemaparannya dan menganggukkan kepala tanda jika kami menyetujui semua pernyataannya. Lalu tiba-tiba kulihat istriku bangkit berdiri dan beranjak ke arah Ricko yang duduk di kursi direkturnya itu.


“Kira-kira untuk tugas hari pertama buat aku apa nih Pak Bos Ricko?” Ucap istriku dengan nada suara yg dibuat-buat terlihat menggoda.


“Eh, hari ini kita belum mulai kok Natt. Besok kita baru mulai operasional normal. Besok kita bakal ada meeting sama semua karyawan, nanti baru aku kasih tau tugas teknis per bagian di meeting akbar besok.” Jawab Ricko sambil memandang ke arah istriku yang berdiri tepat di dekatnya.


“Besok ya besok tho, aku kan nanya tugas hari ini..” ucap istriku lagi, kali ini dia sedikit menyentuhkan jari jemarinya di wajah Ricko yang masih terlihat bingung dengan perilaku istriku ini.


“Ehmmm… apa gini aja, tadi kamu bilang tugas aku juga ngerangkap jadi sekretaris pribadi kamu kan?” Ucap istriku lagi, kali ini dia berdiri di belakang kursi yang sedang diduduki Ricko sambil meletakkan kedua tangannya di bahu sahabat gue itu. Gue, Anggo, dan Jeffery masih terdiam memperhatikan ke arah mereka berdua.


Aku bisa melihat jelas bagaimana ekspresi keterkejutan mereka berdua terhadap apa yang mereka saksikan, sementara aku masih cukup bisa menguasai diri melihatnya. Namun, jelas aku sudah tak bisa menguasai apa yang ada di balik celanaku yang mulai bereaksi melihat apa yang terjadi di belakang meja direktur itu.


Uhm.. Yes…?” sahut Ricko dengan santai sambil meraih tangan kanan istriku yang ada di bahunya, lalu mengecupnya lembut.


“Tugas sekretaris kan ngelayanin semua keperluan bossnya, betul nggak Rick?” Ucap istriku lagi, kali ini sambil membungkukkan tubuhnya sehingga wajahnya persis tepat di sebelah wajah Ricko.


Yes. And I think you’ve already knew what should you do for me right now!” Sahut Ricko singkat dibarengi dengan aksinya meraih wajah istriku dan langsung mencium bibir istriku dengan sangat berapi-api di depan kami bertiga.


Istriku lalu terlihat membalas ciuman Ricko yang sudah berubah menjadi lumatan, kali ini wajah mereka telah berhadapan satu sama lain setelah Ricko memutar kursi yang ditempatinya kearah istriku. Sambil terus mengimbangi ciuman panas yang diberikan Boss barunya itu, istriku dengan cekatan melepas kancing demi kancing dari kemeja batik yang dikenakan Ricko untuk acara hari ini, dan pakaian itu akhirnya berhasil dilepas istriku untuk masuk ke acara berikutnya.


Ricko juga tak ketinggalan untuk melakukan hal yang sama, sambil terus menjaga lumatannya di mulut istriku supaya tidak terlepas dia mulai melucuti pakaian yang dikenakan istriku. Dan saat ini istriku hanya mengenakan bra dan celana dalam berwarna senada, sedangkan di tubuh Ricko masih memakai kaos singlet berwarna putih. Kaos singlet yang ada tak mampu menutupi otot-otot yang menghiasi tubuh kekarnya.


Shitt!!! Kaliaan ngapaain…??!!!” Teriak Jeffry begitu terkejut ketika menyaksikan apa yang ada di depan matanya.


“Mas Nick…?” Kali ini Anggoro menatapku seakan bertanya kepadaku tentang apa yang terjadi. Aku hanya bisa mengangkat bahu menjawab kebingungannya.


“Puaah...sshh…!”

“Diem lu Jeff! Lu nonton disitu aja! Awas lu deket-deket!” Ucap Ricko memperingati Jeffry sesaat setelah melepas lumatannya di bibir istriku.


“Tenaang pak boss, hari ini aku mau kita pesta. Dari semalam aku udah ngidam dipuasin kontol kalian semua, mumpung banyak kontol di sini. Hihihihi… Yang jelas, kontol pertama yang aku mau hari ini ya kontol pak bos Ricko dulu dong… Yang lain baru boleh, habis aku kasih servis big boss baru aku.” Ucap istriku manja dengan memegang tangan Ricko sambil melihat ke arah kami bertiga.


“Oke, udah denger kan? Sorry Nick, gue mau nikmatin servis sekretaris gue dulu. Walau lu suaminya, tapi disini gue bossnya. Kalian bertiga kalo mau nonton sambil ngocok, terserah! Gue nggak peduli!” Ucap Ricko padaku dan kami bertiga dengan angkuhnya sambil berdiri melepas ikat pinggang dan celana panjangnya serta kaos singletnya hingga saat ini sahabat gue yang jadi big boss di tempat ini sudah telanjang sempurna di depan istriku yang sekarang sedang menjalankan tugas pertamanya sebagai sang sekretaris pribadi.


“Ahhhsshhh yeeaash… Gue kangen banget sama sepongan bini lu ini, Nick!” Racau Ricko sambil berdiri sementara istriku sedang berjongkok di bawah meja kerja Ricko dan mulai memberikan servis oralnya di kontol yang ada di depannya itu.


“Ayooh terussh sayaang...ahhh enak banget isepanmu…” ucap Ricko meracau sambil memegang kepala Natalie yang sedang maju mundur di depan selangkangannya sambil menelan kontolnya itu.


“Anjiiiiing!!! Jadi sange kan gue ngeliatnya!” Umpat Jeffry melihat pemandangan erotis yang ada di depannya.


“Taikk lah, bodoamat!” Umpatnya lagi, kali ini sambil dengan cepat membuka celana panjangnya. Dan langsung mengocok kontol besarnya yang ternyata sudah mengacung keras karena terangsang dengan pemandangan ini. Aku juga melihat Anggoro sedang mengelus-elus selangkangannya yang terlihat juga sudah menggembung besar. Sementara kontolku, juga sudah bereaksi dan membesar, namun…


“Udah kalian kalo mau ngocok sambil telanjang, telanjang aja. Jeff, buka sekalian aja baju lu lah, nanggung amat gue aja udah bugil gini.. Hahaha.. Nggo! Nick! Kalian berdua buka baju sekalian! Masa gue doang sih sama Natalie yang bugil, kita mau pesta loh!” Ucap Ricko yang masih diservis oleh mulut istriku.


Lalu perlahan, Anggoro mulai melorotkan celana panjangnya juga sementara Jeffry sudah bugil total di sebelahku. Anggoro juga melanjutkan dengan melepas pakaian sehingga keduanya sudah tak berpakaian satupun mengapitku di kedua sisi kanan dan kiri ku yang masih berpakaian lengkap sambil mulai mengocok kontol mereka masing-masing. Saat ini hanya aku saja yang masih berpakaian lengkap, aku masih ragu untuk ikut melepas semua pakaianku.


Berada dalam situasi yang semakin menggila seperti ini, dan menyadari pasti apa yang selanjutnya akan terjadi kemudian justru membuat tubuhku bergetar dan seperti dialiri oleh sensasi birahi tersendiri. Ketiga pejantan di ruangan ini, yang kesemuanya siap untuk menggarap istriku yang sedang mengandung anakku, atau anak Anggoro, entahlah aku tak terlalu memikirkan janin yang dikandung istriku itu anak dari benih siapa yang jelas dia akan tetap kuanggap sebagai anak kandungku sendiri.


Kontol Anggoro dan Jeffry terlihat mengacung gagah di sebelah kiri dan kananku. Tubuh gagah penuh birahi dari kedua pria ini dalam kondisi siap tempur sambil menunggu instruksi dari boss kami Ricko yang sedang mendapat giliran pertama menikmati tubuh istriku.


Setelah beberapa saat istriku memberikan kenikmatan oral kepada kontol milik Ricko, kelihatannya mereka berdua akan berlanjut ke sesi selanjutnya. Ricko lalu memposisikan tubuh istriku duduk diatas meja kerjanya dan membuka selangkangannya tepat di hadapan kejantanan pria itu. Sambil membelakangi kami bertiga dia merangkulkan kedua tangannya di leher Ricko, istriku membantu Ricko untuk memasukan kontol yang telah keras untuk mengaduk memeknya.


“Aaaahsss…. Yeaaassh… Memek kamu makin sempit ajaa sayang…” bisik Ricko di telinga istriku.


“Iyaaahh pelaanh yaa Rick, inget bayii akuuh.. ooouhhhhs…” sahut istriku memperingati Ricko tentang kondisinya.


Ricko tak menjawab lagi ucapan istriku, dia melanjutkan genjotannya sambil menggenggam pinggul istriku. Terlihat dia begitu lembut memperlakukan istriku, sepertinya dia mengerti kondisi istriku saat ini.


“Nick! Buka baju lu dong… Kita semua udah bugil gini, lu doang masa yang belum!” Aku terkejut karena secara tiba-tiba Jeffry berkata untuk memintaku melepas pakaianku, sekilas aku melihat ke arah Anggoro dan ekspresinya hanya datar dengan sedikit senyum yang mengisyaratkan jika dia menyerahkan keputusan padaku. Anggoro tau jelas keadaanku, tapi Jeffry dan Ricko, mereka belum mengetahui kondisiku seperti apa sekarang ini. Dan aku belum siap menunjukkan kepada mereka berdua tentang keadaanku.


Namun perlahan ku kuatkan diriku untuk membuka pakaianku, setelah pakaianku berhasil kulepaskan aku tak langsung membuka celanaku. Aku masih sangat ragu apakah aku harus menunjukkan keadaanku kepada orang selain istriku dan Anggoro yang mengetahui kondisiku.


Aku sedikit merasa lega karena setelah aku melepaskan pakaianku Jeffry tak lagi memintaku untuk melepaskan celanaku sehingga aku bugil sama seperti mereka semua. Namun itu tak berlangsung lama, karena kali ini Ricko menyadarinya dan memintaku untuk melepaskan celanaku juga.


“Nick! Lu nggak ikutan ngocok? Bukannya lu horni kalo ngeliat Natalie ngewe sama orang lain. Copot lahh itu celana, ngocok aja udeeh.. hahaha..” ucapnya jumawa sambil menatap ke arahku, dia menghentikan sementara genjotannya pada istriku, namun aku tahu kontolnya masih bersarang di memek istriku.


“Natt, Nicko suruh bugil juga tuh. Masih malu-malu aja dia, kayak sama siapa aja..” ucap Ricko lagi kali ini meminta istriku untuk menyuruhku melepaskan celanaku.


“Papiihhh kalo nggak nurut apa kata mas Ricko, tau sendiri akibatnya ya..” ucap istriku sambil menengok ke arah tempatku berada. Aku yang melihat tatapan istriku, tak lagi kuasa untuk menolak keinginannya.


Maka akupun akhirnya melepas kancing celana yang kugunakan dan perlahan menurunkannya ke bawah, sehingga terlihatlah kontolku yang sedang dalam kondisi terkunci alat yang pernah diberikan Anggoro pada hari ulang tahun pernikahanku dengan istriku. Ya, alat bernama Cockcage atau Chastity itu masih kupakai karena ini keinginan istriku sendiri.


Ricko dan Jeffry terlihat sangat terkejut ketika melihatku dengan kondisi seperti ini, namun tidak dengan Anggoro, dia sudah tau dengan kondisiku ini. Jeffry bahkan sampai melotot melihatku dengan ekspresi terkejut bukan main.


“Hahaha gilaa kontol lu kenapa Nick dipasang cockcage kayak gitu? Wahh gilaa makin parah ajaa ini kalian.” Ucap Jeffry terkejut namun tak bisa menahan tawanya melihatku yang terlihat hina seperti ini.


“Natt… Kok Nicko…??” Ucap Ricko tak kalah terkejut sampai dia tak mampu meneruskan perkataannya.


“Yaa gitu deh Rick. Emang aku yang nyuruh dia pake itu, lagiaan kan sekarang udah ada mas Anggo yang kontolnya gak kalah gede dari kamu. Ya aku pake kontolnya mas Anggo aja deh buat muasin aku. Kontolnya mas Nicko biar pensiun aja. Hihihihi.” Sahut istriku memberikan penjelasan kepada mereka berdua. Aku hanya terpaku diam tak memberikan reaksi pada kondisi ini.


“Jadi, iniii??” Ucap Ricko lagi sambil menyentuh perut istriku.


“Hmmm… Nggak tau juga kalo ini hasil karya siapa. Bibitnya mas Anggo paling..” jawab istriku enteng dengan ekspresi binal menatap Ricko dan kami secara bergantian.


“Waah menang banyak kau Nggo!! Kan gue yang buka jalan pertama, kenapa jadi elu yang ngasih anak buat Natalie!” Ucap Ricko, kali ini dia menarik kontolnya lepas dari memek istriku.


“Pokoknya gue juga mau!” Ucap Ricko lagi sambil mengarahkan tubuh istriku untuk menungging bertumpu pada meja kerjanya. Kali ini wajah istriku menatap ke arah kami bertiga dan Ricko berada tepat di belakang tubuh istriku yang sudah siap dengan posisinya.


“Mau apa kamu Rick?” Balas istriku memancing reaksi sahabatku itu.


“Mau ngasih kamu anak juga!” Sahut Ricko lalu menancapkan kontolnya kembali di memek istriku.


“Aaachh!!! Iyaaahhh Rickoo sayaang.. Kasih aku benih kamuu juga Aaahhhss..” racau istriku sambil menerima genjotan ricko kembali.


“Ahh ini gilaa, nggak abis pikir gue!! Gue juga mau ngehamilin bini lu Nick!!” Kali ini Jeffry berkata demikian sambil mengocok kontolnya dengan cepat, kelihatan birahinya terpancing hebat saat ini.


“Aaahhhss kamuuh jugaaa boleh Mas Jeff, jangan dikeluarin duluu pejuh kamuu. Nanti di memek akuuh ajaah yaaah aahhh..” sahut istriku dengan binal sekali ekspresinya, aku menduga dia tengah berada di jalur menuju orgasme karena genjotan ricko di memeknya masih berpacu terus.


“Kaliaan bertigaaa.. aahhs… boleeh.. yeaassh… hamiliiin...oough.. akuuhh.. aaarggghh…!!” Istriku berkata dengan terbata diselingi desahan dan diakhiri dengan erangan kenikmatan dan disertai dengan tubuhnya yang mengejang. Dia sudah mendapatkan orgasmenya lewat kejantanan Ricko sahabatku.


“Aaarrrggh…. Akuuu jugaaa sampeeee…. Terimaaa pejuhhhku niiiihh..!!!” Ucap Ricko meracau tak lama setelah istriku mendapatkan orgasme, dirinya menyusul kemudian sambil mengejang melepaskan semua pejuhnya ke dalam memek istriku. Ricko sampai mendongakkan kepalanya sambil terpejam matanya menikmati kenikmatan orgasmenya yang terlihat sangat hebat memberikan sensasi kepadanya.


Sambil terus mencengkram pinggul istriku dan merapatkan pinggulnya ke bokong istriku, berangsur-angsur kenikmatan duniawi itu meninggalkan tubuhnya. Lalu Ricko melepaskan kontolnya dan duduk terjerembab di kursi kerjanya sementara istriku masih meringkuk di meja kerjanya.


Wow, sungguh luar biasa menyaksikan istriku seperti barusan. Tak mampu kulukiskan dengan kata-kata lagi, bagaimana sensasi yang menyelimuti raga dan pikiranku. Dan tampaknya hal ini juga dirasakan terlebih oleh Jeffry, walau pasti apa yang dirasakannya berbeda denganku. Jeffry pasti menjadi semakin bernafsu untuk menikmati istriku, bukan untuk hanya sekedar melihat.


“Udah kan boss?? Gantiaan lahh!!” Benar saja kali ini Jeffry meminta jatahnya untuk selanjutnya mendapat giliran menikmati dan memberi kepuasan pada istriku. Jeffry lalu bangkit dan berjalan ke arah istriku.


“Wahhh gilaa pejuh lu banyaak amat bos?? Memeknya Natalie sampe banjir gini!!” Ucap Jeffry lagi setelah melihat kondisi memek istriku yang baru disemprot pejuh milik Ricko di sesi barusan. Aku yang mendengar perkataan Jeffry, merasakan seperti jantungku berdegup semakin kencang.


Bukan apa, karena biasanya ketika sehabis istriku bercinta dengan Anggoro di kamarnya, dia akan kembali ke kamar kami dengan kondisi yang sama seperti saat ini, dengan kondisi memeknya yang berlumuran pejuh Anggoro dan pasti dia memintaku menyeruputnya sebagai 'hadiah’ untuk ku.


Atau, ketika istriku capek sehabis bercinta dengan Anggoro dan tak ingin kembali ke kamarku, dia akan memanggilku ke kamar Anggoro dan melakukannya dengan kondisi Anggoro berada di dalam kamar yang sama, dan aku tetap akan melakukannya. Karena semenjak pertama kali aku merasakan pejuh pria lain yang berada di memek istriku, aku menjadi begitu ketagihan dan tak akan pernah melewatkan kesempatan tersebut.


Namun kali ini berbeda, pejuh yang sekarang ada di dalam memek istriku itu adalah pejuh sahabatku sendiri. Dan aku belum mendapat perintah dari istriku, sehingga aku belum berani bertindak sembrono untuk mengambil 'hadiah’ yang tersedia di memek istriku itu.


“Sebentar Jeff, biar dibersihin dulu…” ucap istriku pelan namun tegas.


“Pihhh… Siniii…” Akhirnya aku tak perlu menunggu lama, yang kutunggu tiba, istriku memintaku untuk menghampirinya. Di dalam sensasi yang kurasakan, aku masih belum begitu yakin melakukannya di hadapan sahabatku dan Jeffry.


Ricko dan Jeffry masih belum menyadari tentang apa yang akan terjadi, berbeda dengan Anggoro yang mengetahui situasi ini. Mereka berdua masih terlihat kebingungan ketika istriku memanggilku yang sedang duduk di sofa seberang meja kerja Ricko.


Namun aku tak langsung menuruti perintah istriku, aku sengaja terlihat enggan mengikuti perintah istriku. Jika saja hanya ada Anggoro seperti biasa, bahkan tak perlu istriku menyuruhnya aku langsung bergegas melakukan kebiasaanku itu.


“Papih siniii buruan malah bengong! Buruan bersihin memek mamiih! Biar Jeffry bisa langsung lanjut ngentotin mamih!!” Melihatku yang terlihat enggan, istriku serta-merta langsung mengatakan semuanya di depan kami semua.


“HAHHH??”

“WHAAATT??!!!”


Seru mereka berdua secara bersamaan. Tampak sekali jika mereka tak percaya apa yang mereka dengar barusan dari mulut istriku. Lalu seperti mengerti, istriku lalu menjelaskan kepada mereka berdua tentang apa yang menjadi kebiasaanku.


“Hihihihi kalian kaget yaa?? Ini udah tugasnya dia sebagai suami yang sayang istrinya. Semenjak mas Anggo jadi partner seks tetap ku, mas Nicko tugasnya ya bersihin memek aku kalo abis disemprot pake pejuh mas Anggo. Iya kan mas Anggo?” Istriku memberikan penjelasan, dan diakhiri dengan pertanyaan kepada Anggoro yang ada di sampingku, Anggoro hanya menganggukkan kepalanya menjawab pertanyaan istriku sambil tak henti mengocok pelan kontolnya.


“Jadi?? Ahhh makin gila aja kalian ini!!” Umpat Jeffry yang diafirmasi oleh Ricko.


“Iya! Nggak nyangka gue sumpah, kalian udah se-ekstrim ini!” Sambung Ricko.


“Udah lah bodo amat!! Ini gue udah kepengen ngentot Natalie nih! Buruan Nick lu bersihin memek Natalie dah!” Ucap Jeffry menyuruhku untuk segera membersihkan memek istriku dari pejuh Ricko.


“Iyaa buruan kenapa sih pih! Tuh liat mas Jeffry udah nggak tahan pengen ngentotin mamih. Mamih juga nih, udah nggak tahan dikontolin lagiii ahhh…” ucap istriku frontal lalu dirinya beranjak duduk di meja kerja Ricko dan membuka pahanya lebar-lebar ke arahku. Jadi posisinya sekarang tubuh istriku membelakangi Ricko dan Jeffry yang ada di belakang meja.


Perlahan aku bangkit dan melepas celana panjangku yang masih tersangkut di pergelangan kakiku, lalu aku melangkah menghampiri istriku yang sedang mengangkang di atas meja kerja itu dengan memek yang banjir akibat disemprot pejuh sahabatku yang sedemikian banyaknya.


Setelah berada di depan istriku, aku langsung berlutut di depan istriku dan memposisikan kepalaku tepat di memek istriku yang baru saja digarap sahabatku. Tak menunggu lama, kedua tanganku langsung merenggangkan kedua pahanya dan menempelkan wajah dan mulutku di memek istriku. Aroma birahi bekas pertempuran mereka berdua langsung tercium menusuk hidungku. Aroma yang membuatku semakin birahi, aroma persetubuhan istriku dengan pejantan lainnya.


Lidahku dengan lincah menari diatas memek istriku meraih semua cairan birahi yang ada disana. Mili demi mili, pejuh sahabatku Ricko yang bercampur dengan cairan cinta istriku meluncur masuk kedalam mulutku. Tekstur cairan kental yang sudah membuatku mabuk kepayang itu semakin banyak masuk kedalam mulutku dan langsung kutelan tanpa ragu.


Setelah merasakan pejuh pejantan lain pertama kali di memek istriku yang merupakan milik Anggoro pada waktu itu. Aku semakin menjadi ketagihan untuk merasakannya lagi dan lagi. Dan kali ini aku merasakan pejuh pejantan lain milik sahabatku sendiri, walau secara umum tak seberapa beda rasa dan teksturnya. Namun sensasi yang kudapatkan sungguh lain, aku semakin bernafsu dan lahap menjilati dan menyedot lubang memek istriku. Lidahku mengorek-ngorek sampai kedalam karena aku tak mau menyisakan cairan mereka walau setetes.


Setelah memek istriku kurasa sudah bersih dari cairan bekas pertempurannya dengan Ricko, aku langsung bangkit dan merasa puas telah melakukan kegemaran anehku ini. Kulihat wajah Ricko dan Jeffry masih tampak shocked dengan apa yang mereka saksikan barusan. Seorang suami dan sahabat yang dikenalnya, justru menjadi alat pembersih memek bekas pejuh pria lain.


Thanks Nick! Sekarang giliran gue ngentotin Natalie. Lu minggir dulu sana!” Ucap Jeffry terkesan meremehkanku. Tatapan menghina dan arogan terpancar jelas di wajahnya.


“Eh.. I..iyaaa…. Tapi pelan-pelan ya Jeff, Natalie lagi hamil.” Ucapku lemah berusaha mengingatkan Jefry untuk sedikit lembut memperlakukan istriku. Karena tiba-tiba aku menjadi khawatir jika mengingat dirinya menggarap istriku dengan kasar waktu di Bandungan pada saat waktu itu.


“Udah tenang aja! Gue juga tau kalo itu! Dah sana! Nikmatin aja show gue sama Natalie!” sahutnya ketus.


“Kamuu jangan kasaar-kasaar sama suami aku lhoo… Gitu-gitu juga suami aku tauuu..” ucap istriku dengan suara sensual sambil meraih pelukan tangan Ricko di tubuhnya.


“Iyaaa sayaang… Aku janji nggak akan kasar sama suami kamuu.. Muacchhh.. cuppsss…” sahut Jeffry lembut lalu mengecup bibir istriku dengan lembut.


Istriku dan Jeffry lalu terlibat ciuman yang sangat panas, seperti tengah meluapkan kerinduan dan birahi yang selama ini tertahan. Memang semenjak kejadian di Bandungan waktu itu dan setelahnya ricko kembali ke Jakarta, baik istriku maupun Jeffry dan juga Ricko tetap menjalin komunikasi dan hal itu kuketahui juga. Bahkan kami berempat mempunyai grup WhatsApp khusus, yang isinya tidak jauh-jauh dari membahas istriku. Namun keberadaan Anggoro tak pernah kami bahas di dalam grup cabul itu.


Saat ini Jeffry sudah berhasil membenamkan kontolnya kedalam memek istriku, terlihat ekspresi istriku begitu menikmati keberadaan kontol Jeffry di dalam memeknya. Walau orangnya terkesan arogan seperti biasa, namun permainan Jeffry kali begitu lembut dan berlangsung dalam tempo lambat. Genjotan kontolnya konstan, tidak menunjukkan keliaran sama sekali. Mulut mereka pun tak sedetikpun terlepas saling membelit dan melumat satu sama lain.


Namun di tengah pergumulan mereka, istriku meminta untuk pindah posisi ke sofa yang ada di seberang dimana Anggoro masih duduk telanjang mengurut kontolnya yang mengacung tegak.


“Pindah ke sofa situ ya, mas Anggo kasian tuh sendirian.” Ucap istriku pada jeffry dengan lembut sesaat setelah ciuman mereka terlepas. Rupanya istriku menginginkan untuk main tiga dengan Anggoro yang sedang menunggu gilirannya. Dan hal itu disetujui oleh Jeffry yang segera melepas kontolnya dari memek istriku dan meraih tangan istriku serta menuntunnya menuju sofa itu. Aku yang berdiri di sebelah sofa yang dimaksud hanya bisa menatap istriku dan Jeffry berjalan beriringan. Ricko terlihat masih duduk di kursinya sambil merokok dan memperhatikan apa yang terjadi di ruangan ini.


Setelah tiba disana, Jeffry langsung duduk di sisi kiri dan memberi ruang pada istriku untuk duduk di tengah-tengah mereka.


“Mas Anggo kasian banget dianggurin, sini mas kontolnya.” Ucap istriku sambil mengambil alih kontol Anggoro dan menggantikan tugas tangan Anggoro dengan tangannya sendiri. Rupanya istriku begitu memikirkan Anggoro, tak sampai hati dia tega membiarkan Anggoro menjadi obat nyamuk di ruangan ini. Sementara aku, tetap berdiri mematung seperti tak dianggapnya ada. Aku tak mempermasalahkan sedikitpun, terpikirkan untuk marah pun tidak. Karena aku justru jujur ikut menikmati berada di ruangan ini dan menyaksikan istriku melayani dan dilayani oleh kontol-kontol jantan dari team baru ini. Tiga kontol mereka saat ini resmi menjadi milik istriku, dan istriku resmi menjadi milik mereka bertiga.


Saat ini istriku berbaring menyamping diapit mereka berdua, Jeffry memposisikan dirinya di belakang istriku dan mengangkat tinggi salah satu kaki istriku untuk memberikan akses kontolnya menyelinap masuk ke memek istriku lagi. Sedangkan kepala istriku berbaring di pinggul Anggoro dengan mulut yang sudah tersumpal kontol Anggoro dan tenggelamlah mereka bertiga bersama dalam gelombang birahi yang mulai dikayuh kembali.


Desahan mereka bertiga mulai bersahutan di ruangan ini memancing birahiku naik kembali menyaksikan Threesome Sex mereka bertiga. Kontol Jeffry terus menggenjot memek istriku kali ini lebih cepat, sedangkan istriku begitu bernafsu mengisap kontol Anggoro di mulutnya. Sementara tangan Anggoro tak hentinya meremasi kedua toket istriku yang menggantung bebas disana.

Potongan cerita yang di-hide di bawah ini adalah cerita yang bermuatan adegan sejenis (sesama pria) jika tidak terbiasa, disarankan untuk tidak membuka konten yang di-hide, terimakasih.
[Hide]
“Nick! Daripada lu bengong aja. Nih kontol gue isepin sampe bangun lagi, gue mau ngentot Natalie lagi!” Kami semua terkejut dengan ucapan Ricko yang secara tiba-tiba sudah berada di dekat posisi kami. Permintaannya mengejutkanku, dan siapapun juga yang mendengarnya.


“Kan lu tadi juga udah ngerasain pejuh gue. Harusnya lu nggak masalah dong ngisep kontol?! Lanjutnya lagi sambil menyorongkan kontolnya yang lemas kearahku tanpa memperdulikan keterkejutanku.


Jeffry yang tadinya menghentikan genjotannya di memek istriku, kembali melanjutkan menggarap memek istriku. Nampaknya dia tak ingin ambil pusing dengan sikap ricko yang memintaku untuk menghisap kontolnya. Istriku pun tak jauh beda, dia kembali mendesah dan mengoral kontol Anggoro kembali. Mereka bertiga kembali terhanyut dengan birahinya masing-masing meninggalkanku berdua dengan Ricko dalam posisi yang cukup canggung.


Tapi kurasa hanya aku yang canggung, ricko terlihat sama sekali tidak merasa canggung ketika melontarkan permintaan itu padaku. Saat ini dia sedang mengurut dan mengocok kontolnya yang perlahan mulai mengeras.


“Pejuh gue enak nggak tadi? Nih gantian kontol gue!” Ucapnya lagi.


Entah mengapa, aku yang masih bimbang dengan apa yang harus kulakukan namun tubuhku berkata lain. Perlahan tubuhku bergerak mengikuti insting rasa penasaranku untuk merasakan sensasi mengoral kontol sahabatku ini.


Beberapa saat kemudian, disinilah aku berada. Sedang berlutut di hadapan sahabatku yang berdiri di depanku dengan wajah tepat menghadap ke arah kejantanannya yang baru saja tadi mengobrak-abrik memek istriku.


Ricko sahabatku itu langsung mengarahkan kontolnya mendekat ke wajahku. Aku masih bingung bertindak, sehingga aku tak melakukan apapun ketika kontolnya disodorkan menempel ke wajahku. Bahkan karena terkejut, aku sampai menutup kedua mataku tak sanggup melihat dengan jarak sedemikian dekat. Aku juga tak menyangka sama sekali sahabatku sendiri melakukan hal ini, dalam hati aku bertanya apakah Ricko seorang bisex? Atau ini hanyalah sekedar variasi penuh sensasi yang dilakukannya. Jika ini hanya sekedar variasi seks, kurasa ini terlalu berlebihan.


Melihatku terlihat menghindar, ricko lalu menarik rambutku dan memukul-mukul kan kontolnya ke wajahku. Aku semakin tak berdaya untuk tak bersentuhan dengan kontol sahabatku ini. Tapi dia terlihat begitu santai ketika memaksaku untuk membuka mulutku.


Beberapa saat kemudian, dengan usahanya tersebut akhirnya dia berhasil memaksaku untuk membuka mulutku. Dan Ricko langsung mendorong kepala kontolnya masuk ke dalam mulutku, jadilah aku saat ini pertama kali merasakan kontol lelaki di dalam mulutku, kontol yang sama juga pernah dirasakan istriku.


Rasanya hambar, mirip seperti ketika aku menghisap dan menjilati toket istriku namun teksturnya yang lebih keras dan sedikit hangat kurasakan penuh di dalam mulutku. Berkali-kali ricko terus berusaha memaksa untuk memasukkan lebih dalam kontolnya, sampai-sampai aku tersedak dan merasa ingin muntah. Bukan muntah karena aromanya, tapi karena mulutku belum terbiasa karena baru pertama kalinya menghisap benda yang sedemikian besar.


Sejenak aku menarik kepalaku, dan aku terbatuk-batuk karena tersedak tadi. Sekilas aku berpikir betapa hebatnya istriku dan para wanita yang ahli memberikan kenikmatan melalui servis oral pada pasangan prianya. Mungkin situasi ini yang mereka rasakan juga, namun mereka bisa menaklukkannya. Sungguh hebat.


Namun perlahan sensasi baru muncul dari dalam diriku, entah darimana ini berasal namun aku seperti ingin lagi melakukannya. Sehingga aku justru kembali mendekatkan kepalaku sambil membuka mulutku tanpa diarahkan ricko seperti sebelumnya. Rasa hambar dan tekstur kasar dan hangat itu kembali memenuhi rongga mulutku, namun sensasi baru yang kurasakan ini mendorongku untuk melakukan sama seperti yang istriku sedang lakukan pada kontol mereka. Dan aku mulai bisa terbiasa, bahkan muncul keinginan untuk melakukan oral yang terbaik sehingga bisa memberikan kenikmatan pada sahabatku ini melalui layanan oralku.


Inilah kami berlima sekarang, istriku sedang digenjot memeknya diatas sofa sambil menghisap kontol satunya lagi. Sedangkan aku sedang berjongkok di depan selangkangan sahabatku dengan kondisi kontol terkunci alat Chastity. Situasi paling liar dan sensual yang pernah aku rasakan di sepanjang umurku, dan aku mulai ikut terhanyut dalam suasana penuh birahi ini.


Dengan mata terpejam aku terus mengoral kontol Ricko menikmati sensasi baru ini yang sudah menjalar ke seluruh tubuh dan menguasai pikiranku, sehingga aku tak lagi begitu memperhatikan keadaan istriku, Jeffry, dan Anggoro yang juga sedang berpacu birahi di atas sofa di sebelahku sampai aku dikagetkan dengan erangan Jeffry yang telah mencapai orgasmenya dan menembakkan beberapa kali pejuhnya kedalam memek istriku. Aku melirik sesaat melihat Jeffry sedang memompa kontolnya untuk menggenangi memek istriku kembali dengan pejuhnya setelah pejuh milik Ricko diawal tadi.

[/Hide]
Lalu Jeffry segera mencabut kontolnya, dan terlihatlah lelehan pejuhku menetes dari memek istriku. Berbarengan dengan hal itu, Anggoro beranjak berganti posisi mengambil posisi Jeffry sebelumnya.


“Mas, bersihin dulu mas!” Sergah Anggoro memerintahku ketika dia duduk dan mengangkat salah satu kaki istriku dan sudah dalam posisi siap sedia menancapkan kontolnya di memek istriku.


Lalu dengan menggeser tubuhku sambil berlutut meninggalkan Ricko dengan kontolnya yang sudah mengacung keras karena service-ku itu, aku menggeser tubuhku mendekat ke sofa dan segera menjilati memek istriku yang baru saja menerima siraman pejuh dari Jeffry. Aku melakukan segala perintah mereka semua seperti seekor kerbau yang diikat hidungnya, tidak punya hak membantah melainkan melakukan semua ucapan dan perintah mereka, terutama pria-pria ini. Dan dalam kondisi ini justru aku semakin merasa birahi.


Setelah aku selesai membersihkan memek istriku dari pejuh milik Jeffry. Tanpa menunggu lama Anggoro langsung menancapkan kontolnya menggenjot memek istriku. Dan dalam posisi berbaring menyamping, mulut istriku kali ini disumpal oleh Ricko dengan kontolnya. Sementara aku masih berlutut di depan istriku yang sedang merintih keenakan digenjot pejantannya.


“Aaaaighhss yeaashh…!!!” Istriku mengerang karena genjotan Anggoro berhasil membawa gelombang orgasme yang entah keberapa kalinya dirasakan istriku.


Anggoro langsung melepas kembali kontolnya, aku yang sudah mengetahui kebiasaannya ini langsung kembali menjilati memek istriku yang banjir oleh cairan orgasme yang baru saja memancar. Ya, tugasku di rumah adalah ketika istriku berhasil mencapai orgasme ketika dientot Anggoro, maka aku harus segera membersihkan memek istriku kembali dan memastikan memek istriku kesat kembali dan siap sedia untuk lanjut digenjot kontol Anggoro lagi.


Lalu kulihat Ricko berjalan mendekati istriku dan mengarahkan kontolnya yang keras itu ke mulut istriku yang langsung disambut olehnya. Kembali kali ini istriku harus melayani dan menerima kenikmatan dari dua kontol tersebut, Anggoro masih terus menggenjot memek istriku dengan bernafsunya namun tetap lembut karena mungkin dia memperhatikan kondisi istriku yang sedang hamil itu.


Sementara aku masih belum memindahkan kepalaku dari posisi sebelumnya, masih berada diatas memek istriku yang tengah digenjot oleh kontol perkasa Anggoro. Ini adalah kontol ketiga yang diterima memek istriku pada hari ini. Tampak jelas terlihat bagaimana kontol perkasa itu menggenjot kuat memek istriku, batang kejantanan Anggoro tampak mengkilap oleh cairan memek istriku yang membaluri di sepanjang batang kontol yang gagah itu. Hempasan-hempasan birahi itu tercium jelas oleh indera penciumanku, aroma birahi yang semerbak membuat otakku terpaku pada pemandangan yang terjadi tepat di depan mataku.


“Aahhhhsss yeeaah.. aku mau keluar sayang…” ucap Anggoro dengan suara betat di tengah pertempuran mereka.


“Phuuafhhss… ahhh taahaan sebentar lagiihhh..akuuh jugaah…” sahut istriku sambil mendorong kepalaku mendekat ke arah lubang memeknya yang sedang digenjot Anggoro.


“Jilatiin itill akuuh pihhh…” perintah istriku padaku ditengah gelombang orgasmenya yang akan segera tiba.


Aku lalu menjulurkan lidahku diatas memek istriku berusaha meraih klitorisnya sesuai permintaannya, karena jaraknya yang begitu rapat tak bisa dihindari lagi jika pinggul Anggoro sampai membentur wajahku ketika dia memaju-mundurkan kontolnya di lubang memek istriku itu. Sementara aku jelas tak bisa menghindar, karena kepalaku ditahan dari belakang oleh tangan istriku, sehingga mau tidak mau aku harus tetap menjilati klitoris istriku sambil menerima hantaman pinggul Anggoro yang terus menghajar memek dan wajah istriku secara bersamaan.


“Ooouurghh...aaaaighhss…” tiba-tiba pinggul istriku bergetar tertahan seperti orang mengejang, dia mendapatkan kembali orgasmenya. Menyadari itu Anggoro lalu mempercepat genjotannya dan segera menyusul istriku mencapai puncak kenikmatannya sendiri.


“Aaarggghh...aaarggghh….” dibenamkannya kontoliliknya itu dan dipompanya berliter-liter pejuh miliknya masuk kedalam memek istriku, tapi hal yang tak kuduga terjadi ketika Anggoro mencabut kontolnya. Mungkin karena semprotannya belum tuntas, ketika dia mencabut kontolnya itu beberapa tetes pejuhnya masih terlontar dan jatuh tepat di atas wajahku. Sehingga wajahku basah oleh beberapa tetes pejuh hangat kental milik Anggoro.

----

----

Mereka berempat baru selesai melakukan pesta seks di kantor baru kami ini setelah menjelang sore hari. Tadinya Ricko bermaksud menyudahi kegiatan ini ketika dirinya dan Anggoro serta Jeffry sudah masing-masing menyemprotkan pejuh mereka sebanyak dua kali. Namun ternyata diluar dugaan, Natalie istriku tidak menyetujuinya bahkan dia merengek kepada ketiga pejantan itu untuk melakukannya lagi dengan alasan ini adalah keinginan ibu hamil yang harus dituruti.


Dan jadilah mereka kembali melakukannya sesuai permintaan istriku. Bahkan ketika kontol mereka masih dalam kondisi lemas, istriku dengan sigap dan semangat mengoral ketiga kontol tersebut secara bergantian dengan posisi istriku bersimpuh di bawah sementara mereka bertiga berdiri mengitari istriku untuk menerima servis mulut istriku sampai kondisi kontol mereka dalam kondisi siap tempur kembali.


Sementara aku hanya diperbolehkan menonton di kursi tanpa diijinkan untuk melepaskan alat yang mengurung kontolku. Aku diberikan satu kursi untuk menikmati pesta seks mereka dan tak diperkenankan untuk beranjak, jika aku melanggar maka aku harus siap menerima hukuman dari istriku, karena istriku sendiri yang meminta syarat demikian. Aku dengan pasrah mengikuti permintaan istriku itu, lagian aku pun menikmati apa yang terjadi saat ini walau jelas aku tersiksa karena aku tak bisa melepaskan birahiku sendiri karena kontolku terkurung seperti saat ini. Aku duduk dengan kondisi bugil menikmati kebinalan istriku bersama ketiga pejantannya dengan kontol terkurung dan pejuh kering yang membekas di sebagian wajah serta tubuhku.

----

----

----

And that time, I was feel the most extraordinary sensation that I can't even describe it…


For when seeing my wife groaning with other men was being my addiction.


And when I became treated more helplessly, that always more lust I become.


Since then I admitted was my “normal sex” is seeing my wife having sex with another men!


----

----

----

----

Dan hari ini, setelah melewati perjalanan perubahan kehidupan seksualku dan istriku yang menurutku cukup panjang, kami berempat sedang menunggu proses kelahiran “anak kami” yang pertama. Dan aku sebagai suami sah dari istriku Natalie diberi kehormatan untuk mendampingi proses melahirkan istriku, istri kami lebih tepatnya.


Ikatan yang terbentuk diantara kami berlima entah mengapa terbangun dengan lebih kuat, dan aku sudah menganggap ketiga pria ini bukan orang lain lagi, demikian juga dengan mereka semua. Tanpa melangkahi “status”-ku sebagai suami sah dari istriku Natalie, mereka tidak mengambil apapun dari hak yang kupunya sebagai suami Natalie, kecuali seks.


Selama kami tinggal bersama, ya kami berlima sudah tinggal bersama setelah Ricko dan Jeffry akhirnya memutuskan untuk pindah ke kota ini, aku hanya diperkenankan untuk melihat istriku berpacu birahi dengan salah satu atau bersama-sama tanpa boleh ikut serta. Terlebih alat yang mengurung kontolku tidak pernah lagi dilepas oleh istriku.


Walaupun demikian, secara personal dan emosional perasaan kami tetap berjalan seperti dulu, istriku tak menunjukan sama sekali perubahan dalam hal cintanya padaku malah bisa dibilang kami cinta kami berdua semakin kuat, dan istriku seperti mendapatkan tambahan cinta dari ketiga pria lain yang sudah kuanggap sebagai bagian dari diriku sendiri.


Hasratku untuk bercinta dengan istriku bukan berarti sama sekali hilang, hasrat itu tetap muncul namun tak lebih besar dari hasratku yang muncul ketika melihatnya merintih dan mendesah karena pertempuran liar dan panas dengan mereka. Bahkan ketika hak seksualku atas istriku dicabut dengan tetap dikurungnya kontolku dengan alat yang terpasang ini, aku tetap bisa mendapatkan kepuasan birahi dan kepuasan fantasi dengan melihat istriku bercinta dengan mereka. Aku masih tetap bisa orgasme walau dalam keterbatasan, dan orgasme-orgasmeku setelah itu adalah orgasme ternikmat untukku.


Dan ketika aku harus membersihkan lendir yang tertumpah di tubuh istriku bekas birahi mereka, itu sudah menjadi keharusan bahkan ini adalah kebiasaan baru yang kusukai dan dengan antusias aku akan melakukannya tanpa diminta. Mempersiapkan memek istriku untuk digenjot kontol-kontol mereka sudah menjadi rutinitasku ketika salah satu dari mereka mendapat gilirannya untuk mengentot istriku. Bahkan, ketika aku harus mempersiapkan kontol mereka untuk dapat kembali memberikan kepuasan untuk istriku, tanpa terpaksa seperti awal dulu Ricko memaksaku sudah pasti akan kulakukan. Melakukan blowjob awal pada kontol mereka yang lemas karena pertempuran ronde sebelumnya sudah menjadi tugas tambahanku sekarang, dan bahkan aku seperti mendapatkan sensasi tersendiri ketika melakukan itu.

----

----

----

----

Ya, begitulah semua kisahku bersama istriku berawal dan masih berjalan sampai dengan saat ini. Kehidupan seks kami yang mungkin berbeda dengan orang kebanyakan tak membuat aku merasa ini adalah sebuah penyimpangan. Ini adalah sebuah kesepakatan antara aku dan istriku untuk memasukan pria lain dalam kehidupan seksual kami. Keterbukaan dari alasan yang mendasari untuk memberikannya kepuasan lewat pejantan lain adalah kunci dari semuanya.


Dan para pria lain tersebut juga memahami dan mengerti kondisi serta posisi mereka. Terlebih semua mereka bukan orang yang sama sekali asing dalam kehidupan kami berdua; Ricko adalah sahabatku sejak lama, Jeffry pernah menjadi rekan bisnisku dulu walau pernah terjadi hubungan tak enak namun semua itu sudah berhasil kami hapuskan, dan sementara Anggoro adalah pria yang pernah mengisi kehidupan asmara istriku. Dan mereka semua mampu menjaga ikatan di antara kami dan menjadikan istriku sebagai fokus dari sexual lifestyle yang sedang kami jalani ini.


Berikutnya, setelah “anak kami” yang pertama lahir, kami sepakat dan sudah mendapat persetujuan istriku tentunya untuk kembali melakukan program kehamilan selanjutnya, yang ketika di awal pernikahan kami adalah sesuatu hal yang sepertinya sulit sekali kami wujudkan.


Namun sekarang, sudah siap tersedia benih-benih potensial dari kontol-kontol jantan milik Ricko, Jeffry, maupun Anggoro yang akan memberikan kehamilan-kehamilan selanjutnya untuk istriku.






FIN

All fantasies and inspirations of this story is that woman above who always sleep next to me, my lovely wife.
What? Jujur sih gw dari awal baca ampe akhir gabegitu dapet, kayanya genre perselingkuhan bukan gw banget wkwkkwk ngacengnya pas adegan solo doang kalo feelnya hmmm ya beda keinginan dan fantasi lah ya bisa di bilang. Btw good luck have fun buat TS, sorry kalo bukan bagian yg bisa menyukai storylinenya but ceritanya bagus dari tulisan, plotnya, dkk and good job banget bagi gw yg ga sejalanpun bisa menikmati
 
Wow suhu Mario turun gunung , baru liat lagi...
Hehehe
Bull story nya ga di update sekalian suhu?
Ane keep waiting aja..
 
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
Ini sejenis cuckold humiliated gitu ya?
Cerita tg menarik, walaupun mungkin bagi sebagian akan ngerasa aneh dgn kepitusan nicko
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd