Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT BUSCANDO IDENTIDAD, Section : Lucky Sikat

Session 6 :
La tragedia del pasado


《POV WRITER》


"Lho mama??, mas Lucky??. Pada kemana sih?!"
Firsa celingukan mencari kedua orang yang dipanggilnya, namun tak juga terlihat.

Sebuah pesan whatsapp masuk ke handphone Firsa,

"Aku keluar sama mama kamu sebentar, ada hal penting yang harus dibahas. Jangan kemana-mana. Tunggu kami disana!!"
sebuah pesan dari Lucky, hanya dibaca saja oleh Firsa tanpa bisa membalas dengan kalimat apapun.

Disebuah restoran tak jauh dari rumah Firsa, terlihat Lucky duduk berhadapan dengan mama Firsa. Keduanya masih sama terdiam.

"Baiklah Lucky, untuk mengawali pembahasan penting ini. Kamu perlu tahu namaku dulu. Dan aku yakin kamu sudah mengenal nama itu. Namaku Lily, Lily Sumarti binti Ruslan."
Mama Firsa yang bernama Bu Lily membuka pembicaraan. Nada suaranya bergetar.

Tak menunggu waktu lama untuk membuat Lucky terkejut.

"Apakah ini mimpi...mama??"
ucap Lucky lirih menahan tangis.

"Tidak sayang...ini nyata!!"
jawab bu Lily mulai sesenggukan.

"Tapi kenapa mama dan papa meninggalkan aku?? Apa salah Lucky ma??"
Lucky berteriak dalam tangisnya. Beberapa pengunjung restoran menoleh, namun memilih untuk tak ikut campur urusan ibu dan anak tersebut.

"Ceritanya panjang nak,"
suara bu Lily hampir tenggelam dalam tangisnya.

"Cerita saja ma!!, biar aku bisa menilai bahwa aku layak dibuang atau tidak!!"
teriak Lucky lagi. Kali ini terpancar kilatan api amarah di lensa matanya.

"Baiklah kalau kamu memang perlu cerita itu. Sekitar 22 tahun yang lalu, kamu masih berumur 3 tahun. Papa dan mama melakjkan perjalanan udara menuju kampung halaman papamu. Niatnya ingin memperkenalkan mama dengan keluarga papa. Kamu sengaja tidak kami ajak karena khawatir ada reaksi negatif dari keluarga papa,"
Bu Lily berhenti, menahan isak tangisnya sejenak sebelum kemudian melanjutkan kisahnya.

"Namun na'as, pesawat yang kami naiki mengalami kerusakan kemudian jatuh di tengah hutan. Mama tidak sadarkan diri dan tak tahu papa masih hidup atau tidak. Saat mama siuman, ternyata mama sudah berada di sebuah rumah. Yaitu rumah Pak Bimo. Mama tak tahu harus berbuat apa. Beberapa bulan kemudian mama mulai sembuh dari trauma kecelakaan pesawat yang pernah terjadi. Yang mama tanyakan ke pak Bimo waktu itu hanya satu, papa dimana?. Namun jawaban pak Bimo membuat mama putus asa. Kata dia, semua korban pesawat tidak ditemukan. Pak Bimo secara tak sengaja hanya menemukan mama dan seorang anak kecil berumur 1 tahun."
Bu Lily kembali tersedu. Lucky yang baru mengetahui kisah tersebut segera melunak dan mengelus lembut punggung tangan mamanya.

"Pikiran mama sangat kacau dan bingung. Dalam kebingungan itu pak Bimo melamar mama. Mama tidak punya pilihan lain selain menambatkan harapan pada pria tersebut. Sempat mama berpikir untuk pulang. Tapi bayang-bayang papa kamu selalu menghantui mama. Mama kala itu seperti diantara sadar dan gila. Akhirnya dalam alam lamunan mama tersebut mama menikah dengan pak Bimo."
lanjut bu Lily. Airmata kesedihannya tak kunjung surut.

"Kemudian lahirlah Firsa??"
potong Lucky tak sabar.

"Tidak."

"Lalu?"

"Dia anak umur 1 tahun yang ditemukan bareng mama!!"
ucapan Bu Lily kali ini sedikit membuat Lucky cukup bernafas lega.

"Kemudian...satu tahun yang lalu saat mama dan pak Bimo sedang di bandara. Tak disangka mama ketemu papa kamu nak!!"
suara tangis Bu Lily kembali meledak.

"Tapi papa digandeng seorang wanita, mungkin istrinya. Kami bertemu. Sempat berpelukan sebentar, sebelum kemudian mama harus berlari bersama pak Bimo mengejar pesawat."
Bu Lily menutup kisahnya dengan berurai airmata.

"Ja..jadi papa ma..masih hidup juga??!!"
Lucky gemetar. Kerinduannya memuncak.

"Baiknya kita segera kembali ke rumah sayang, sebelum menimbulkan kecurigaan pada pak Bimo dan Firsa. Sementara kamu simpan dulu status kita agar tidak menambah konflik baru disamping permasalahan ancaman atas perusahaan pak Bimo dan Firsa."
ucap bu Lily sambil menyeka airmata. Lucky menganggung patuh. Mereka berpelukan dan berjalan beriring keluar dari restoran.


~~~|_~~~


《POV LUCKY》


Tiba dirumah Firsa, aku hanya terdiam. Pun begitu juga mama. Beliau langsung melangkah memasuki kamarnya diiringi tatapan Firsa yang penuh tanda tanya. Aku yang langsung terduduk lemas di kursi tamu juga menerima tatapan penuh selidik dari Firsa.

"Ada apa mas?, ngobrol apa sama mama?"
wajah Firsa tampak khawatir.

"Hanya seputar ancaman-ancaman itu,"
jawabku enggan berbicara lebih banyak.

"Ga mungkin. Kalau cuma ngonrolin itu harusnya kalian disini juga bisa!"
Firsa tampak menyangkal.

"Sudahlah. Aku lagi malas berdebat!"
ucapku datar.

"Aku ga ngajak debat kok. Cuma tanya aja!"
suara Firsa sedikit meninggi.

"Sori ya Fir. Aku lagi males bahas itu. Oya satu lagi, aku urung menginap disini. Aku tetap akan jaga kamu, tapi dengan caraku sendiri,"
ucapanku pelan, namun masih membuat Firsa tidak terima.

"Kalau pacar ga gitu kali mas. Kamu...."
Belum selesai sanggahan Firsa, mendadak handphone-ku berbunyi, ada panggilan masuk. Firsa sejenak terdiam.

L : Halo bro

P : Aku sudah dapetin sebagian data pak Bimo sob...

L : Iya gimana?

P : pertama, dia dulu duda, mamanya Firsa adalah istri berikutnya; kedua, golongan darah Firsa berbeda dengan papa dan mamanya; ketiga, pak Bimo pernah beberapa kali cekcok dengan pimpinan perusahaan 'Nusantara Nusa Rio' yang juga distributor alkes namun baru merintis berdiri; ke empat, pak Bimo pernah 2x masuk bui beberapa puluh tahun lalu dengan tuduhan otak tindak kejahatan. Sementara itu bro, sambil aku terus melacak data lainnya.

L : thanks sob. Nanti aku kontak lagi. Bye


"Fir, aku sedang berpikir keras untuk melindungi keluarga kamu. Terutama kamu dan mama kamu. Jadi tolong berikan aku waktu untuk konsentrasi. Memaksakan untuk tinggal disini hanya akan membuat fokusku terpecah."
Ucapku setelah menutup panggilan telepon.

"Iya mas. Ya sudah mas yang lebih paham. Firsa hanya bisa mendukung!"
Firsa mengendur amarahnya. Aku tersenyum memuji kedewasaan dalam melihat situasi.

Baru saja aku hendak pergi dari rumah Firsa, pak Bimo datang. Mau tak mau aku harus duduk kembali dan sedikit berbasa-basi.

"Oh Lucky ada disini, mama kok ga ngabari papa dari tadi!"
pak Bimo sedikit bersungut, namun segera ia berusaha tenang kembali.

"Pak, saya ingin bertanya. Mengapa bapak kirim orang untuk mengeroyok saya?"
lugas saja aku bertanya. Sekaligus aku ingin melihat reaksi non-verbal nya. Firsa yang ikut mendengar menjadi terkejut. Ia sama sekali belum mendengar jika ada orang yang telah mengeroyokku.

"Lho mas kok ga cerita ke aku?"
selidik Firsa dengan rasa ingin tahu yang tinggi.

"Sstt..diem dulu Fir. Kita dengar jawaban papa kamu dulu!"
potongku sambil tak melepaskan pandangan ke arah pak Bimo.

"Lho...malah aku baru mendengarnya dari kamu. Ini pasti kompetitor yang mengancam itu pelakunya. Keberadaanmu sudah tercium oleh mereka sepertinya Luc!"
jawaban meluncur kaget dari pak Bimo. Aku masih cukup tenang yanpa menunjukkan perubahan ekspresi sedikitpun.

"Jika demikian, maka keberadaamn saya disini hanya akan mengundang peehatian mereka pak. Maka, ijinkan saya membatalkan niat untuk tinggal disini. Saya akan tetap menangani kasus ini."
ucapku datar, sekali lagi memancing respon non-verbal dari pak Bimo.

"Hmm...baiklah jika itu pilihan kamu. Tapi tolong jangan meninggalkan kasus ini!"
balas pak Bimo setelah berpikir sejenak.

"Pantang bagi Lucky Sikat untuk mundur dari perkara yang belum tuntas pak!!"
tanggapanku mendapatkan acungan jempol dari pak Bimo.


~~~|_~~~


Aku kembali menyusuri jalanan dengan kuda besiku. Motor kujalankan cukup lambat, menunggi sesuatu. Benar saja, tak berapa lama muncul lagi kawanan bermotor yang menguntitku. Kuperkirakan mereka menunggu tempat lengang untuk melakukan penyergapan.

Dengan lincah aku segera bermanuver. Memacu kendaraan bagai annak panah yang terlepas dari busurnya. Memotong jalan, keluar masuk perkampungan, gang sempit, melenggok lincah diantara kemacetan lalu lintas. Dan akhirnya aku lolos. Kuhemat tenagaku untuk pertarungan yang lebih utama.

Begitu lolos, aku segera mengarahkan motor menuju markas. Menghampiri Prima yang sedang duduk tercenung di teras. Motor cepat kumasukkan garasi dan kututup.

"Gimana sob?"
tanya Prima mengikuti langkahku ke dalam ruangan.

"Rencana berubah. Aku akan tinggal disini!"
balasku.

"Nice. But why??"
Prima mengernyitkan keningnya.

"Ada yang ga beres. Akan kupelajari dulu!!"
ucapku serius. Prima hanya diam melihat kusutnya wajahku.

"Mandi sana, biar seger. Baru mikir!!"
lanjut Prima, namun tertahan ketika mendengar panggilan masuk di handphone-ku.

L : Ya haloo

? : Ini Pak Lucky. Perkenalkan saya Inna. Saya ada perkara yang perlu anda tangani!!

L : Baik bu Inna. Dimana saya bisa menemui ibu??

I : Nanti malam saya hubungi lagi, sekaligus share lokasinya.

L : Baik. Saya tunggu.


"Siapa bro??"
tanya Prima.

"Orderan baru hehe... psepertinya kamu perlu resign dari pengetikan deh. Kasus kita semakin perlu diseriusi."
ungkapku.

"Menarik. Ya sementara aku ambil cuti aja dulu. Karena kita juga butuh backup bos ku bro!!. Sambil nanti lihat situasi ke depan,"
jawab Prima.


~~~|_~~~


..please check index for new update
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd