-------------------------------------------------------------------------
Cerita 147 – Hasrat dan Nafsu [Part 4]
Seperti yang telah kuceritakan sebelumnya.. kehamilan mbak Marisa olehku benar-benar membuatnya sangat bahagia.
Terkadang aku nggak habis pikir dengan jalan pikiran mbak Marisa ini.
Bagaimana mungkin ia bisa bersikap demikian..
padahal anak yang dikandungnya itu jelas bukan dari sperma suaminya yang sah.
Aku khawatir jika perut mbak Marisa semakin besar pasti akan terjadi geger seisi rumah.
Tak dapat kubayangkan reaksi suaminya nanti jika melihat isterinya dihamili orang.
“Kapan suamimu pulang.. Marisa..?” Bisikku letih kepadanya..
sejenak setelah hampir sekitar kurang lebih 1 jam aku menggeluti dan menyetubuhinya sebanyak dua kali.
Kami berbaring kelelahan di atas kasur kamarnya.
Kuelus-elus mesra bukit kemaluannya yang sedikit basah berkeringat sehabis kusenggamai.
Begitu tebal dan montok bukit kemaluan mbak Marisa ini.
Kucubit gemas berulangkali belahan bibir labia mayoranya yang empuk dan kenyal.
“Nggghhhh.. akhir bulan depan Er.. kenapa..?” Ujarnya setengah merintih menikmati elusanku.
“Apa katanya nanti Marisa..?” Tanyaku sedikit khawatir.
“Aahh.. selalu itu saja yang kau tanyakan Ery.. ngghhh.. dia harus tau diri karena ia sendiri yang mengusulkan ide ini..“
“Bisa-bisa aku dibunuhnya Marisa..?” Tanyaku masih tak puas.
Mbak Marisa membuka kedua matanya yang setengah terpejam lalu memandangku gemas.
“Ery.. bagaimana pun juga suamiku pasti ingin tau siapa bapak anak yang sedang kukandung ini..
setidaknya kamu mesti ketemu dengannya..”
“Suamimu benar-benar gila Marisa..?”
“Kita yang gila Er.. dan kau yang gila Ery..! Kamu sendiri khan yang nekat dan berani-beraninya merayuku..
sampai hamil begini.. ahhh..” bisiknya lirih masih kelelahan. Mulutnya tersenyum kecil.
“Kenapa kamu juga mau dirayu..?” Ujarku tak mau kalah.
“Bodo aahh..” sahutnya malas.
Kupandangi wajah cantiknya yang terlihat letih. Bibirnya yang sedikit tebal tampak basah.
Kupandangi tubuh bugilnya yang putih mulus dan begitu montok nan aduhai..
Kedua buah dadanya mengacung tegang bak buah melon..
dengan puting-putingnya yang keras berwarna coklat kemerahan.
Pinggulnya bundar padat dengan kedua paha serta kaki seksinya yang putih merangsang..
Bukit kemaluannya yang mulai tertutup dengan rerimbunan jembutnya yang halus..
dan kehitaman tampak basah merangsang birahi.
“Suamimu benar-benar menyia-nyiakanmu Marisa..” bisikku gemas.
Kuremas dan kukocok alat vitalku yang mulai menegang lagi.
Dalam sekejab rudal tomahawkku telah kembali perkasa. Kepala penisku membesar bak buah sawo manis.
Urat-urat di sekujur batang penisku mulai bertonjolan keluar menandakan ereksi-ku yang telah sempurna.
Mbak Marisa melirikku sekilas dan hanya bisa tersenyum letih.
“Aaah.. kadang kupikir aku sudah tak sanggup lagi melayanimu Ery..” bisiknya lemah.
Aku tersenyum menyeringai senang.
Dengan penuh gairah aku kembali menaiki dan menindih tubuh mbak Marisa yang telanjang.
Kupentang lebar kedua belah paha mulusnya. Dia hanya memekik kecil dan merintih panjang..
saat untuk kesekian puluhkalinya batang alat vitalku kembali menembus..
dan mengobok liang kemaluan hangatnya sampai mentok kandas.
“Aawww.. ooh.. Ery.. kau ini benar-benar hipersex..” bisiknya letih.
Aku tau mbak Marisa sudah tak sanggup lagi melayani nafsu seks ku lagi.. Sayang aku tak peduli.
Ia hanya bisa mengeluh dan merintih berulangkali ketika aku mulai mengayuh pinggulku..
turun-naik menyetubuhinya lagi beberapa saat lamanya..
Sebelum akhirnya air maniku kembali tersembur keluar dengan hebatnya memenuhi liang vaginanya..
menyebar benih-benih spermaku ke dalam rahimnya.
-----oOo-----
Perlu juga aku ceritakan sedikit tentang kelainan seks yang dimiliki mbak Marisa..
Selain ia senang menyuruhku meminum cairan lendir orgasmenya,
mbak Marisa juga suka melihat air maniku ditumpahkan ke atas kemaluannya.
Pernah suatu malam saat kami berhubungan badan yang biasanya paling tidak kami lakukan sebanyak 2 ronde..
Pada ronde pertama kami bersenggama ketika kurasa air maniku sudah hendak muncrat keluar..
Yiba-tiba mbak Marisa berbisik kepadaku.
“Eryyy.. keluarkan di luar sayang.. nnnggghh.. cabut dulu penismu Er..” erangnya manja.
Semula aku agak kaget juga mendengar permintaannya yang aneh..
karena biasanya bila air maniku hendak keluar kedua paha mulusnya langsung dijepitkan kuat-kuat ke pinggangku..
dan vaginanya langsung merapat ketat sekali sampai alat vitalku tak kuat lagi menahan rasa nikmat..
Namun kali ini mbak Marisa malah mendorong tubuhku yang sudah mulai meregang nikmat hendak ejakulasi.
Dengan cepat tubuhnya yang berada di bawah tindihanku langsung bergeser sedikit ke atas..
sehingga otomatis batang penisku langsung tercabut keluar dari dalam liang vaginanya.
Belum juga habis kagetku, jemari tangan kanannya menyambar alat vitalku..
Diremasnya kuat dan dikocok naik-turun dengan cepat..
Kepala penisku diarahkannya ke atas permukaan bukit kemaluannya yang besar montok..
ditumbuhi dengan bulu jembutnya yang mulai rimbun dan tebal..
Belahan kedua bibir kemaluannya masih setengah terbuka sehabis kusenggamai tadi tampak basah berlendir..
bekas cairan kewanitaannya yang bercampur dengan cairan orgasmenya yang berwarna keruh kekuningan.
Crraatttt.. crreeeettt.. Crrreeett.. Crrrettt t.. ccreeeeetttt..! Air maniku yang putih setengah kental langsung berhamburan keluar..
banyak sekali.. membasahi seluruh permukaan bukit kemaluannya yang merangsang.
Bulu jembutnya yang mulai tebal seakan tertutup oleh leleran air maniku yang putih seolah seperti sedang dikeramasi.
Saking kuatnya semburan spermaku itu sampai membentuk garis-garis putih dan panjang di seluruh bukit kemaluannya..
juga di sekitar perut serta pusarnya,,
Sebagian besar meresap masuk di sela-sela belahan bibir kemaluannya dan memasuki liang vagina merahnya yang setengah terbuka.
Kedua mata mbak Marisa tampak berbinar-binar melihat cairan mani kentalku yang begitu banyak melumuri bukit kemaluannya.
Ia mendesis gemas dan lidahnya setengah terjulur keluar menjilati bibirnya yang basah merekah.
"Mmmmhh.. pantas saja begitu cepat aku hamil Er.. Spermamu sebanyak ini..” bisiknya kagum.
Aku tersenyum bangga di antara rasa nikmat ejakulasiku..
Kuraih alat vitalku yang mulai sedikit lemas karena air maniku seakan terkuras habis..
dari remasan jemari tangan mbak Marisa..
Dengan gemas kuusap-usapkan alat vitalku yang masih setengah ngaceng..
ke seluruh permukaan bukit kemaluannya yang penuh leleran maniku sendiri..
Lalu dengan sedikit susah payah berusaha kubenamkan kembali kepala penisku yang sudah loyo itu ke dalam liang vaginanya.
Tapi sayang.. Alat vitalku terlalu lemas untuk memasuki liang vagina mbak Marisa yang sangat rapat..
Hingga.. meski aku berusaha menekan tetap saja hanya ujung kepala penisku yang bisa masuk sekitar 3 centi saja..
“Aaaahhhh.. Marisa..” bisikku gemas menyaksikan semua itu. Aku terkulai lemas di sampingnya.
Dengan mesra mbak Marisa mengusap lembut jidatku yang penuh keringat..
sebelum akhirnya ia mengusap-usap perut dan bukit kemaluannya sendiri yang penuh leleran maniku..
sampai berjatuhan dan membasahi sprei tempat tidurnya.
Beberapakali aku juga sering minta kepada mbak Marisa untuk mencoba merasakan senggama lewat lubang anusnya..
sebab sering aku melihat di film-film porno anal seks seperti itu kelihatannya sangat nikmat sekali..
karena lubang anus sudah pasti sangat sempit dan jauh lebih rapat dibanding liang vagina.
Namun dengan tegas mbak Marisa selalu menolak dengan alasan kotor dan takut sakit.
Untuk menghiburku biasanya ia menyuruhku agar menjepitkan batang alat vitalku di antara payudaranya yang memang sangat besar.
Aku sangat menyukainya karena rasanya juga nikmat.. empuk, kenyal dan hangat.
Dan bila air maniku sudah hendak tumpah keluar..
maka mbak Marisa akan memintaku untuk memasukkan penisku ke dalam liang vaginanya kembali.
Ia memang lebih senang kalo air maniku ditumpahkan di situ..
karena katanya 'sense of good'nya luarbiasa kalo liang senggamanya dialiri cairan hangat.
Namun selama kami berhubungan badan.. belum pernah sekali pun mbak Marisa mau mengulum..
dan atau mengisap batang penisku.. –blow job..– sebagai pemanasan.
Padahal aku sangat kepingin sekali bisa merasakan kuluman dan sedotan mulutnya yang menawan itu.
Pernah suatu kali ketika air maniku hendak tumpah keluar..
setelah kurang lebih 15 menit kujepitkan dan kugesekkan di antara kedua buah dadanya..
aku meminta mbak Marisa untuk mencoba merasakan dan meminum air maniku..
Pada mulanya dia menolak.. karena ia risih kalo harus mengulum dan mengisap batang penisku..
namun setelah kubujuk agar ia membuka mulutnya saja karena jemari tanganku sendiri yang akan mengocoknya..
akhirnya mbak Marisa bersedia meski setengah ragu.
Saat air maniku telah sampai di ujung leher kepala penis pertanda ejakulasiku telah sampai..
dengan cepat kusodokkan kepala penisku memasuki mulut mungilnya.. lalu crott.. crott.. crott..
Langsung kusemburkan air maniku dengan sekuatnya ke dalam kerongkongannya. Kurang lebih 3 semburan kuat.
Ia terperangah dan mendelik kaget dan kurasakan gigi-gigi mulutnya seakan menggigit penisku.
Sejenak kemudian mbak Marisa memalingkan mukanya lalu terbatuk-batuk sambil memuntahkan air maniku kembali keluar.
Aku sedikit kecewa karena ulahnya tersebut..
Sebagai pelampiasan.. kusemburkan sisa-sisa air maniku yang masih ada ke atas pipi dan rambutnya sampai basah semua.
Akibatnya.. ia juga kesal atas ulahku.
Selama 4 hari mbak Marisa tak mau kutemui sama sekali. Aku sangat menyesal sekali.
Namun kejutan ketika di hari kelima.. tiba-tiba ia muncul di tempat kostku sambil meminta maaf telah mengabaikanku.
Sebagai gantinya ia mengajakku rekreasi dan menginap di Klub Bunga kota Batu.
Di sana kami berdua melampiaskan semua nafsu birahi kami yang serasa mau meledak karena 4 hari tak ketemu.
Kalo kupikir heran juga kami saat itu.. masa’ dalam 1 hari 1 malam di hotel..
aktifitas terbanyak kami hanya di atas ranjang.
Siang sewaktu kami tiba di hotel.. langsung masuk kamar untuk berhubungan badan.
1 ronde selesai kami turun untuk makan.. lalu 1,5 jam kemudian kami berdua masuk kamar lagi dan berhubungan badan lagi..
Setelah itu tidur selama kurang lebih 3 jam.. ketika bangun kami bercumbu lagi dan diteruskan dengan bersetubuh lagi..
setelah selesai dan mandi kami turun untuk makan malam..
1 jam kemudian masuk kamar lagi bercumbu lalu berhubungan badan lagi.. selesai kami tidur sejenak sampai pukul 9 malam..
ketika bangun kami nonton TV tetapi malah kebetulan sedang memutar film bertema romantis..
Kami jadi terpengaruh lalu bercumbu dan bersenggama lagi..
selesai kami tidur lagi sampai hampir pukul 2 malam.. aku terbangun karena haus sekali.
Bersenggama berkali-kali membuat tubuhku sangat lemas kurang cairan.
Aku membangunkan mbak Marisa untuk minum bersama-sama.
Semula ia ogah-ogahan karena ngantuk namun begitu aku menggodanya..
dengan meremas gemas buah dadanya yang montok dan kenyal ia jadi terpengaruh.
Disibakkannya selimut penutup tubuhnya..
Mbak Marisa masih setengah telanjang karena ia memang hanya mengenakan celana dalam saja.
Dengan perlahan ia lalu memelorotkan dan melepas kain penutup tubuh satu-satunya itu..
lalu dengan manja ia memintaku untuk menyetubuhinya lagi.
Edaan.. kupikir. Tapi itulah kenyataannya malam itu mbak Marisa sangat hipersex..
Kuminum separuh gelas anggur putih dan separuhnya kuberikan padanya..
sebelum akhirnya aku menaiki tubuh bugilnya lagi untuk kusetubuhi sampai ia merintih keras mereguk puncak kepuasan sex.
Benar-benar 1 hari yang tak kan pernah terlupakan.. capek tapi membawa nikmat..
-----oOo-----
9 Nopember.. Siang itu setelah salon tutup.. aku bersiap hendak mengantar Silvi pulang.
Perlu pembaca ketahui.. Silvi sudah resmi jadi pasanganku sejak seminggu lalu.. meski masih dalam taraf penjajakan.
Dengan mesra kucium dahinya yang putih dan halus sebagai tanda sayang.
Silvi tertunduk malu.. ia benar-benar polos sekali.
Kadang kupikir benar juga kata Agus.. Silvi ini belum pernah dijamah laki-laki.
Atau mungkin malah belum pernah pacaran sama sekali.
Aku tak pernah menanyakan hal tersebut kepada Silvi.. karena itu bukan masalah penting buatku.
“Vi.. aku pipis dulu yaa..” ujarku padanya mesra.
“Iiih ada aja sih kamu.. cepetan dong..” bisiknya tak kalah mesra.
Kadang lucu juga ia memanggilku dengan sebutan 'mas' padahal usianya setahun lebih tua dariku.
Dengan penuh semangat aku bergegas ke kamar mandi belakang rumah mbak Marisa.
Kulihat mbak Diana.. Erna.. Santi dan juga mbak Marisa masih asyik memberesi peralatan salon.
“Hai.. everybody..!!” Sapaku gembira kepada mereka semua.
“Hai juga.. mau nganter Silvi pulang Er..?” Tanya mbak Marisa sembari tersenyum penuh arti padaku.
Kelihatannya mbak Marisa masih terkenang dengan keganasanku semalam ketika menyetubuhinya.
“Iyaa.. mbak.. but kencing dulu nih..” ujarku sambil ngibrit ke belakang.
Setengah berlari aku menuju ke kamar mandi belakang dekat dapur.
Karena sudah kebelet aku langsung membuka pintu dan masuk ke dalam dan.. Astaga..!!
Ternyata Sherly ada di situ sedang buang air kecil juga.. kebetulan kulihat ia masih berjongkok mengeluarkan air kencingnya..
Currr.. currr.. currrr..! Bunyinya mendesis-desis seperti suara ular.
“Eehh..!?”
“Eeehh..!?”
Kami berdua sama-sama kagetnya. Karena kebetulan saat itu Sherly sedang mengangkat roknya ke atas..
Sehingga dapat kulihat jelas kedua belah pahanya yang seksi dan putih mulus.. begitu juga bagian terlarangnya yang lain.
Wiiiihhh..! Mataku sampai mendelik kagum..
menyaksikan keindahan bukit kemaluan Sherly yang cukup besar.
Bulu jembutnya yang merangsang tidak terlalu lebat sekali..
sehingga aku dapat melihat jelas celah bibir vaginanya yang ternyata masih menutup rapat.
Namun dari sela-sela celah sempitnya itu kulihat sebuah air mancur kecil sedang menyembur-nyembur dengan hebatnya.
Sherly dengan wajah merah padam segera menutup bagian bawah tubuhnya dengan rok pendeknya..
Lalu ia langsung berdiri. Setengah terburu-buru ia segera membalikkan badan karena malu.
Celana dalamnya yang masih tersangkut di antara kedua pahanya yang putih mulus segera ditarik ke atas dan dipasang kembali.
Wooww.. indahnya bentuk pinggulnya itu.
Baru kali ini aku menyadari betapa indahnya bentuk tubuh mbak Sherly ini.
Tak kalah dengan Marisa. Bokongnya terlihat bulat mekal dan padat.. menandakan ia termasuk cewe yang nikmat untuk disetubuhi.
Mukanya masih merah padam ketika dengan cepat Sherly menghampiriku dan Plakk..!!
Tiba-tiba saja pipiku terasa panas dan pedih. Aku benar-benar maklum kenapa ia menamparku.
“Maaf Sherly.. aku nggak sengaja.. kenapa pintunya nggak dikunci..?” Ujarku pelan sembari meraba pipiku yang panas.
“Aku bukan cewe murahan yang bisa kau pandangi seenakmu Ery.. kamu sengaja khan mengintipku..?”
Katanya dengan pandangan berapi-api.
“Astaga.. swear Sherly.. untuk apa aku mengintipmu..!?” Ujarku membela diri.
“Ery.. kau bisa saja mempermainkan mbak Marisa tetapi itu bukan berarti kau juga bisa mempermainkanku..” katanya ketus.
Aku tersenyum melihat kemunafikan di wajah cantiknya.
Aku tau Sherly sedang berpura-pura menutupi rasa malunya sendiri.
Bagaimana pun juga aku tau ia punya hasrat kepadaku.
“Maaf Sherly.. aku nggak perlu berdebat denganmu lagi.. aku ingin kencing..” ujarku rada jengkel juga.
Aku membalikkan badan memunggunginya.
Setengah memancing sengaja setengah kuplorotkan celana jins dan celana dalamku.
Ingin kulihat seberapa jauh reaksinya.
Kalau ia keluar berarti ia punya konsekuensi tersendiri.. jika tidak berarti ia bohong dan menginginiku.
Alat vitalku yang masih lemes segera kuluruskan agar air kencingku tak sampai mengotori dan membasahi celanaku.
Benar saja.. beberapa saat kemudian ketika air kencingku mulai mengalir keluar..
kurasakan sebuah dekapan lembut memeluk pinggangku..
Aahh.. aku sedikit terlena merasakan desakan dua gumpalan bulat yang lunak.. kenyal menempel..
dan menekan punggungku ketat sekali.
Seraut wajah cantik muncul dari sebelah pundak kananku seakan mengintipku yang sedang buang air kecil.
Aku tersenyum penuh kemenangan.
“Aku tau kau menginginiku Sherly.. kau tidak bisa membohongi itu dariku..!”
“Maafkan aku Ery.. maafkan kemunafikanku..” bisiknya lembut.
Aku mendesah nikmat saat jemari tangan kanannya yang halus lentik menggantikan jemariku..
yang sedang memegangi alat vitalku.
“Aaahhh.. Sherly.. awas tanganmu kecipratan..” bisikku mulai bergairah.
Hanya 5 detik saja, alat vitalku langsung menegang dalam genggaman jemari tangannya yang halus.
“Iiihh.. punyamu besar sekali Ery..!” Bisik Sherly lirih di sebelahku.
Jemari tangannya mulai mengurut batang alat vitalku yang mulai ngaceng..
Air kencingku masih menyembur beberapa saat.
Sedikit kerepotan juga kencing dalam keadaan ngaceng seperti ini. Seperti ngganjel.
"Sini aku cucikan punyamu Er..” kata Sherly perlahan. Diambilnya secebok air..
lalu pelan-pelan disiramkannya membasahi kepala penisku sampai ke tengah-tengah batang penisku yang ngaceng.
“Kau ereksi sekali Ery..?” Katanya lagi begitu lembut..
seolah alat vitalku yang sedang ngaceng ini hanya sekedar barang mainan anak-anak.
Diusapnya lubang saluran kencingku dengan ujung jemari telunjuknya beberapakali sampai bersih..
membuat tubuhku sampai menggeliat kegelian. “Sudah Sherly.. aaaahhhh.. geliii..” bisikku keenakan.
Dengan perlahan penuh kelembutan Sherly lalu melepaskan genggamannya pada batang penisku yang ngaceng.
Kubalikkan badan dan dengan segera kuraih tubuh Sherly dalam pelukanku.
Dalam 2 detik bibir kami sudah saling bertautan mesra.
Kunikmati bibirnya yang hangat merekah dan kuisap dengan penuh nafsu.
Begitu hangat dan lembut bibirnya membalas cumbuanku seakan kekasih yang memendam rindu.
Sementara itu dengan terampil kedua jemari tanganku telah berada di atas dadanya..
lalu dengan gemas dua bulatan payudara Sherly yang cukup besar itu kuremas-remas berulang-ulang.
Ooouhh.. Begitu kenyal dan padat. Sherly merintih pelan di antara cumbuan bibirku.
Namun hanya sebentar.. 2 menit kemudian Sherly melepaskan ciumanku.
Ia hanya memandangku dengan gemas penuh dengan sejuta keinginan.
“Sudahlah Er.. jangan diteruskan.. bagaimana pun juga kau milik mbak Marisa khan..” bisiknya sedikit memburu.
“Tapi Sher ..” bisikku setengah kecewa.
Ia tak menjawab hanya kedua jemari tangannya segera meraih celana dalamku..
kemudian ditariknya ke atas menutupi alat vitalku yang masih ngaceng.
Seakan masih bingung dengan pikiranku.. Sherly
dengan cepat telah memasangkan kembali celana jinsku dan mengancingkannya sekaligus.
“Aku menginginimu Sher..” bisikku bernafsu.
Aku segera memeluknya hendak mencium bibir merahnya sekali lagi.
“Eryy.. sudahlah nanti ada yang lihat..” katanya setengah memberontak. Namun jemari tanganku lebih cepat..
Dalam sekejab tanganku itu telah memasuki roknya dan menyelip liar ke dalam celana dalamnya.
Kurasakan rerimbunan lebat bulu jembutnya menggelitik telapak tanganku.
Aaah.. bukit kemaluan Sherly yang montok dan berbulu lebat itu telah berada dalam genggaman telapak tanganku..
Aku meremasnya gemas karena kehangatan dan keempukan daging kemaluannya itu.
“Eryyy.. lepaskan tanganmu..!! Ja..jangan..” pekik Sherly setengah gugup.
Tiba-tiba.. Krrriieeeeetttt..!! Mbak Marisa telah berada di depan pintu kamar mandi.
Kami berdua langsung mendelik kaget setengah mati. Apalagi mbak Marisa pula.
“Haaiiii.. apa yang kalian lakukan di sini.. Eryy..!? Sedang apa kamu..!?” Seru mbak Marisa kepada kami.
Perlahan-lahan segera kutarik kembali tanganku dari sela-sela selangkangan kemaluan Sherly.
Ada rasa kecewa juga. Sherly segera merapikan pakaiannya yang awut-awutan.
"M.. mm.. mbak.. Maafkan kami mbak..” ujar Sherly begitu gugupnya.
“Keluaaar kamu Sherly..!” Pekik mbak Marisa setengah marah. Sherly kelihatan ketakutan sekali.
Setengah tergopoh-gopoh ia segera menyingkir, namun dengan sigap kuraih pinggangnya lebih dulu.
“Eryy.. lepaskan..” bisik Sherly padaku setengah memohon.
“Sher.. kamu jangan khawatir soal mbak Marisa..!”
“Ery.. apa yang kamu lakukan..?” Gertak mbak Marisa makin marah. Aku menyuruh Sherly untuk segera pergi..
Lalu sejenak kemudian kuhampiri mbak Marisa yang masih setengah melotot ke arahku.
Secepat kilat kukecup bibirnya yang merah merekah. Cuppp.. cupp.. mbak Marisa memekik kaget.
“Eryy..!?”
“Marisa.. bagaimana kalo dia membongkar rahasia kita..?”
Ujarku sambil meninggalkannya pergi menemui kekasihku Silvi yang mungkin sudah lama menunggu.
“Erryyyy.. aku belum selesai bicara..” kata mbak Marisa sekali lagi ke arahku.
“Apa sayang..!?” Wajahnya yang cantik memandangku gemas.
“Kamu khan yang memulai tadi..?” Katanya setengah marah.
“A..aku memang terangsang tadi Marisa..” kataku terus terang.
“Jangan berbuat gila Eryy..!”
Aku mendekatinya lagi. “Marisa.. kalo boleh.. ehm.. tapi kalo mbak melarangnya aku akan menjauhinya..”
Ujarku pelan penuh arti sambil mengedipkan mata.
Sekali lagi ia hanya memandangku gemas. Lama sekali.. sampai akhirnya ia mengatakan.. “Oke.. oke.. Er.. kalo itu juga maumu..
Hehh.. Kamu ini memang maniak.. mm.. oke.. Tapi satu hal.. aku tidak ingin mendengar nanti ia sampai hamil olehmu..”
Katanya pelan seolah mengingatkan. Aku tersenyum puas mendengar jawabannya
---oOo---
Sore itu di rumah Silvi yang kebetulan sedang ada arisan RT.. membuat kesempatanku berkencan dengan Silvi jadi tertunda.
Padahal aku sudah merencanakan untuk mencumbunya.
Maklum.. semenjak jadian baru sekali saja aku menikmati kelembutan bibir manisnya.
“Ramai ya Mas.. aduuh harus ngebantu ibu nih mas..!” Katanya setengah kecewa juga.
“Ya udah deh Vi.. Nanti malem aja aku ke sini lagi.. salam aja deh sama mama-mu..” bisikku kesal.
“Jangan marah dong mas..” Cuppp..!! Kata Silvi gemas sembari mencium mesra pipi kananku.
“Eeeh.. Silvi ntar ketahuan mama-mu berabe kita..!”
“Biarin biar kita dinikahin aja sekalian..” katanya manja.
Sepeninggal situ.. aku kembali balek ke tempat mbak Marisa untuk menemui Agus.
Sengaja aku lewat pintu samping tempat kost.. agar kedatanganku tak terlihat mbak Marisa atau oleh yang lain.
Di depan pintu kamar Agus kulihat ada 4 pasang sendal cewe yang sangat kukenal.
Aku sedikit kaget karena di situ terdapat juga sandal Mona..
Cewe kost paling cantik yang menurut Agus belum pernah disentuhnya.
Gilaa.. entah kenapa aku jadi cemburu melihatnya. Ingin rasanya kudobrak saja pintu kamar si Agus ini.
Sudah begitu gilanya kah si Agus sampe ia langsung menggilir 4 cewe sekaligus.. dan kenapa harus Mona ikut serta.
Kuberanikan diri untuk mengetuk pintu kamar itu, aku benar-benar tidak rela kalo Mona sampe digarapnya.
Kuhajar dia karena mestinya dia tau kalo aku menyukai Mona.
Tok.. tok.. tok..! “Masuk Gus..!!” Terdengar sahutan suara cewek dari dalam kamar. Itu suara Yeni.
Kletek.. Daun pintu dibuka dan kulihat wajah menawan Mona telah berada di depan pintu.
Aku terhenyak kaget begitu juga dia.
“Eh.. mas Ery.. si.. silakan masuk Mas..” katanya sambil hendak berlalu keluar.
“Lhoh.. kamu mau ke mana Mona..?”
Tanyaku heran setengah menyelidik melihatnya terlihat agak pucat. Jangan-jangan ia sudah digarap..
“Nnngg.. kepala aku pusing mas..” katanya lagi sambil berlari masuk kamar.
Setengah bingung kulongokkan wajahku ke dalam kamar.
Kulihat si Agus tak berada di situ, pasti dia masih di kampus pikirku lega.
Di dalam hanya ada Farida.. Nani dan Yeni yang kini terlihat sedikit kaget melihat kedatanganku.
“Eehh.. mas Ery.. Masuk mas..” sahut mereka hampir berbarengan.
Rada heran juga aku dengan keadaan pakaian mereka yang sedikit awut-awutan.
Mereka semua mengenakan kaos longgar dengan celana pendek ketat..
Sehingga terlihat jelas betapa mulus dan seksinya paha dan kaki mereka.
Ya.. ampuun.. pantes.. pikirku..
Setelah kutau mereka semua ternyata sedang menonton film porno lewat laserdisc milik Agus.
Gila.. karena sempat kulirik film yang mereka tonton sedang memperlihatkan seorang gadis bule muda belia..
sedang digarap bergantian oleh empat orang pria. 2 orang bule dan 2 orang negro.
Entah bagaimana ceritanya.. tiba-tiba saja aku sudah duduk bergabung bersama Farida.. Nani dan Yeni.
Menurutku gadis di film itu masih sangat muda sekali.
Mungkin sekitar 14-17 tahun karena kulihat garis wajahnya yang masih imut-imut.
Begitupula dengan bentuk payudaranya yang masih kecil dan kencang dengan puting susunya yang berwarna kemerahan.
Bodi tubuhnya pun masih terlihat mungil dengan bentuk pinggul dan kedua pahanya yang masih kecil.
Kasihan juga gadis kecil itu yang menjadi bulan-bulanan keempat laki-laki kekar itu.
Yang negro dengan alat vitalnya yang begitu besar dan panjang berwarna hitam legam..
tampak begitu buas dihujamkan ke dalam lubang vaginanya yang terlihat sempit sekali.
Daging vaginanya sampai tertarik keluar saking besarnya alat vital pria negro itu.
Gadis itu menjerit histeris.. namun sembari menggeram nikmat..
cowo negro itu menghentak-hentakkan pinggulnya maju-mundur..
membenamkan alat vitalnya yang segede terong itu sampai kandas ke dalam lubang kemaluannya.
Sementara itu.. ketiga pria lainnya tampak antre menunggu giliran..
sambil mengurut alat vitalnya masing-masing yang rata-rata sangat panjang dan besar. Mungkin sekitar 18-19 centian.
Aku melirik ke samping kiriku.. dan kulihat Yeni sedang asyik mengusap-usap selangkangannya..
sampai celana pendek yang dikenakannya jadi semakin tertarik ke atas.
Duh.. putih mulus sekali kedua belah pahanya itu. Mau tak mau batang penisku jadi ikutan ngaceng.
Aku jadi semakin blingsatan karena kulihat Farida dan Nani juga melakukan hal yang sama.
Astaga.. mereka ini rupanya korban kebejatan si Agus. Mereka jadi maniak seks semua.
Kualihkan perhatianku kembali ke layar TV 21 inchi di depanku.
Kini kulihat pria negro itu dengan cepat mencabut alat vitalnya yang sebesar terong..
dari dalam lubang kemaluan gadis kecil itu.. lalu sedetik kemudian terjadilah banjir lokal yang luar biasa banyaknya.
Air mani pria negro itu disembur-semburkan dengan nikmat menyirami alat kelamin gadis itu..
Sampai meresap di sela-sela bibir kemaluannya yang mungil.
Belum tuntas pria negro itu ejakulasi.. Jlebb..!
Kembali dibenamkannya lagi alat vitalnya yang masih memuntahkan air mani itu ke dalam liang vaginanya lagi.
Tampaknya ia ingin memuntahkan air mani kentalnya itu ke dalam kemaluan gadis kecil itu.
Gila.. gadis kecil itu menjerit dan merintih kesakitan.. sampai akhirnya kulihat negro itu tampak puas sekali.
Begitu kontol raksasanya dicabut dari jepitan liang vagina si gadis kecil..
ketiga temannya yang sudah antre di belakang langsung berebutan ingin ganti menyetubuhi gadis kecil itu..
oOo
Aku tak tahan lagi.. segera kuberdiri hendak keluar dari kamar bejat itu.
Namun sebuah jemari halus menarik lenganku. “Mau ke mana mas Ery..?”
Aku menoleh, ternyata Yeni yang menarikku tadi. “Kepalaku pusing Yen.. aku menunggu di luar saja..”
“Di sini saja mas.. Yeni ada obatnya kok..” katanya dengan pandangan sedikit aneh.
“O..obat apaa..?” Tanyaku semula tak curiga.
Yeni menarikku ke dalam kembali lalu langsung menutup pintu. Aku mulai curiga melihat sikapnya.
Benar saja begitu kulihat ia menutup pintu, tanpa ragu-ragu dan tanpa kuduga sama sekali.
Yeni langsung menarik kaos ketatnya ke atas sampai lepas..
Sehingga kedua buah dadanya yang sama sekali tak mengenakan BH langsung mencuat keluar dengan indahnya.
Woow.. aku mendesah pelan terpesona dengan keindahan tubuh Yeni yang setengah telanjang.
Kedua buah dadanya yang montok tidak terlalu besar dan terlihat kencang.
Puting-putingnya berwarna coklat kemerahan. Wajah Yeni yang cantik membuat hatiku berdebar tak karuan.
Lututku seakan goyah ketika dengan perlahan Yeni mulai menurunkan celana pendeknya.
Dan.. Aaaahhh.. Tanpa dapat kucegah lagi alat vitalku mulai menegang di dalam celanaku.
Masih dengan hanya mengenakan celana dalamnya yang berwarna merah muda..
Yeni berjalan menghampiriku sambil tersenyum sedikit malu. Aku pikir dia pasti nekat berbuat seperti itu di hadapanku.
"M..mas..” ujarnya pelan sedikit ragu melihatku masih bersikap pasif.
“Kau cantik sekali Yeni..” Ia tersenyum manis dan menunduk malu.
Aku tak mampu menahan diri lebih lama lagi.. kurengkuh tubuhnya dalam dekapanku..
Dan seakan pasrah.. Yeni membiarkanku mulai menciumi dan mencumbu bibirnya yang basah.
Kuremas gemas dua bulatan bokongnya yang padat dan mekal..
Lalu kuplorotkan celana dalam yang dikenakannya sampai ke lutut.
Aku seakan melupakan kehadiran Farida dan Nani yang masih berada di situ.
Yeni menjerit kecil ketika celana dalamnya kubetot ke bawah dengan kasar..
Selanjutnya ia hanya merintih pelan ketika bokongnya yang telanjang kuremas dan kupuntir gemas.
Cuupp.. cuppp.. aaahh..
“Aahh.. massss..” erang Yeni lirih begitu pagutan mulutku pada bibirnya terlepas.
Dengan cepat aku segera membuka seluruh pakaianku sampai telanjang bulat hanya dalam tempo 10 detik.
“Aaaaahhhh..!” CONTIECROTT..!!
------------------------------------------oOo--------------------------------------