Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

1. Rumah Kami Surga Kami 2. Petualangan Hot 3. Langkah Langkah Jalang (TAMAT)

Terdengar suara Tante Fenti kepada anak angkatnya, “Ini untuk pertama kalinya kamu melihat bunda telanjang kan ?”

“Iii... iya Bunda. Dan untuk pertama kalinya juga aku merasakan enaknya memek Bunda, “ sahut Rendi.

Lalu Tante Fenti mulai menggoyang pinggulnya. Tapi tangan kirinya memegang pergelangan tanganku yang berada di samping bahu Mama. Matanya pun berkali-kali menatapku sambil tersenyum-senyum.

Tapi aku seolah tak peduli dengan hal itu, karena diam-diam aku sedang membanding-bandingkan di antara Mama dan Tante Fenti. Siapa di antara mereka yang lebih enak alat vitalnya ?

Jujur... aku tak menemukan jawabannya. Karena baik Mama mau pun Tante Fenti punya kelebihan masing-masing, yang sulit menceritakannya. Maka kalau aku memberi nilai 80 kepada Mama, aku pun akan memberi nilai 80 kepada Tante Fenti.

Belum juga sempat aku membanding-bandingkan lebih jauh tentang siapa yang lebih enak, Mama atau Tante Fenti, tiba-tiba terdengar dengus nafas Rendi, “Uuuuugghhhhhh.... “

Aku melirik dan melihat Rendi sudah terkapar di atas perut ibu angkatnya.

Lalu terdengar suara Tante Fenti, “Iiih... kamu... kok cepet banget meletusnya, Ren ?!”

“Iii... iya Bun, “ sahut Rendi yang lalu bergerak turun dari bed dan bergegas menuju kamar mandi. Tante Fenti pun mengikuti langkah Rendi menuju kamar mandi.

Pada saat itulah Mama berbisik ke telingaku, “Emang gitu... si Rendi kayak ayam... hihihihi... “

“Tadi berapa kali dia nyetubuhin Mama ?” tanyaku.

“Dua kali. Yang pertama cuma dua menitan... yang kedua gak sampe lima menit. Kayak ayam kan ? “

Aku menahan tawaku. Tapi lalu fokus ke memek Mama lagi. Memek yang sedang kuentot ini. Memang sulit menilai mana yang lebih enak, memek Mama atau memek Tante Fenti.

Mama dan Tante Fenti punya kelebihan masing-masing. Jadi kuanggap sebanding alias sama-sama enak.

Dan aku tak peduli lagi dengan Rendi. Aku lebih fokus merasakan nikmatnya mengentot ibu tiriku yang putih mulus dan berbokong semok ini.

Namun tak lama kemudian Tante Fenti sudah muncul lagi dalam keadaan masih telanjang, kemudian merebahkan diri di samping kanan Mama. Sementara Rendi pun muncul, tapi langsung keluar dari kamar Tante Fenti.

“Rendi kok payah gitu ya ? “ ucap Tante Fenti sambil miring ke arah Mama dan mengusap-usap permukaan payudara Mama.

Mama menyahut, “Barusan itu berarti Rendi sudah ketiga kalinya. Tadi dua kali denganku, lalu sekali denganmu. Kalau Sam main di ronde ketiga, bisa dua jam gak lepas-lepas. “

“Sekarang kan Sam main yang ketiga kalinya, karena tadi udah dua kali main denganku. Berarti dua jam lebih baru ngecrot ?” tanya Tante Fenti sambil menepuk pahaku yang sedang bersentuhan dengan pahanya.

“Kenapa ? Kamu mau main dengan Sam lagi ?” tanya Mama sambil mencolek pipi Tante Fenti.

“Lanjutin aja lah... biar Mbak puas dulu, “ sahut Tante Fenti.

“Aku sih gampang, nanti di rumah juga bisa main sekenyangnya dengan Sam, “ kata Mama sambil memberi isyarat padaku, agar pindah ke atas perut Tante Fenti.

Aku menurut saja. Mencabut batang kemaluanku dari liang senggama Mama. Lalu kujamah kemaluan Tante Fenti. Dan bertanya, ”Kok jadi kering Tante ? Abis dicuci ya ?”

“Iya... jilatin lagi dong, “ sahut Tante Fenti sambil merentangkan kedua belah pahanya. Sementara Mama turun dari bed, lalu melangkah ke kamar mandi. Mungkin Mama mau pipis atau mencuci kemaluannya.

Aku pun melanjutkan aksiku untuk mengentot Tante Fenti habis-habisan....



Dalam perjalanan pulang, Mama berkata, “Tadinya mama dan Tante Fenti sudah bikin rencana yang seru. Tapi ternyata Rendi tidak memenuhi syarat. “

“Rencana seru gimana Mam ?” tanyaku di belakang setir mobil Mama.

“Mau tukar-tukaran posisi. Pada suatu saat, kamu dan Rendi akan mengeroyok Tante Fenti. Di saat lain mengeroyok mama. Gitu. “

“Jadi mama dan Tante Fenti mau gantian dithreesome Mam ?”

“Iya. Tapi Rendi kayak ayam gitu, takkan bisa didampingkan dengan kamu Sam. “

“Kalau Mama mau dithreesome sih gak usah mengundang orang luar. Kan Yoga juga bisa kita ajak. “

“Yoga ?! Iiih... dia kan maih di bawah umur, Sam. “

“Di bawah umur ?! Mama lupa ya... tempo hari dia kan ulang tahun yang kedelapanbelas. “

“Iya ya... tapi mama serasa jadi rakus... masa anak laki-laki mama mau direnggut dua-duanya ?”

“Ngggak apa-apa Mam. Buktinya aku... malah senang sekali setelah bisa merasakan enaknya memek Mama. Nanti Yoga juga pasti merasakan seperti yang kurasakan. Lalu Mama akan kami hangati kapan pun Mama mau. “

“Hmmm... kebayang juga sih... “

“Aku pernah baca pengakuan seorang istri yang dithreesome oleh suami dan sahabatnya. Wanita itu bilang, luar biasa nikmatnya. “

“Ya iya lah. Disetubuhi olehmu sendiri aja mama sudah merasa enak sekali, apalagi kalau dithreesome begitu... hmm... terus kapan mau ngajak Yoga gabung sama kita ?”

“Terserah Mama... tapi untuk yang pertama mungkin harus di hotel yang bersatu dengan mall itu, ya Mam. Biar Mbak Ayu dan Mbak Ita jangan curiga. “

“Hari Selasa kan tanggal merah tuh, “ kata Mama.

“Jangan di hari libur Mam. Nanti Mbak Ayu dan Mbak Ita curiga kalau kita hilang dari rumah. “

“Ya udah... kalau gitu atur aja sama kamu, Sam. “

Aku berpikir sesaat. Akhirnya kuusulkan untuk melaksanakan rencana itu pada hari Rabu. Aku akan mengajak Yoga ketemuan di mall yang ada hotelnya itu. Kemudian kuajak ke hotel dan mengeksekusi Mama... !



Pada hari Rabu yang sudah ditentukan, sepulangnya kuliah aku tidak langsung pulang ke rumah, melainkan menuju mall yang ada hotelnya itu. Kebetulan masih ada kamar yang bednya dua. Lalu aku mandi sebersih mungkin. Setelah mandi, aku menunggu Yoga yang sudah mengiyakan untuk ketemuan di foodcourt mall. Tapi aku masih merahasiakan rencanaku dengan Mama.

Hanya beberapa menit aku menunggu Yoga pun muncul di foodcourt. Dan memesan juice guava kesenangannya.

“Sebenarnya sekarang ini ada acara apa Mas ?” tanya Yoga yang duduk di sampingku.

“Acara istimewa... yang takkan terlupakan di sepanjang kehidupan kita, “ sahutku sambil menepuk bahu adikku.

Yoga menatapku, “Ohya ?! Jadi penasaran juga... mau ada acara apa sih ?”

Kuperhatikan adikku yang kelihatan agak lusuh, “Nanti aja kujelaskan di hotel, “ sahutku.

“Pake hotel segala ?!”

“Iya. Habisin dulu juicenya. “

Yoga pun menyedot juice guavanya, sampai habis. Lalu kuajak dia ke pintu lift yang menuju ke hotel yang bersatu dengan mall itu.

Di dalam kamar yang sudah kubooking itu (dengan uang pemberian Mama tadi pagi), aku berkata, “Mandi dulu gih. Biar bersih dan harum. Pakaian ganti punyamu sudah kubekal dari rumah, di kantong plastik itu tuh. “

Yoga menatapku dengan sorot heran. Tapi dia menurut saja, mengambil kantong plastik berisi pakaiannya dan masuk ke dalam kamar mandi.

Pada saat itulah aku mengirim WA ke Mama, *Aku dan Yoga sudah berada di hotel Mam. Di kamar dua-sembilan. *

Tak lama kemudian datang balasan dari Mama, *Iya. Seperempat jam lagi juga mama tiba di situ. *

Memang sengaja aku mengaturnya seperti itu. Bahwa aku dan Yoga menggunakan motor masing-masing. Sementara Mama pun nyetir sendiri mobilnya. Supaya terkesan kami bertiga sedang berada di lokasi yang berbeda, dengan urusan masing-masing.

Tak lama kemudian Yoga muncul dalam pakaian bersihnya. “Sebenarnya kita mau ngapain sekarang Mas ? Rasanya kok aneh gini, “ gumamnya sambil menyisir rambutnya di depan cermin.

Aku tersenyum sambil menyahut, “Sebentar lagi bakal datang wanita setengah baya yang ingin merasakan dithreesome. “

“Haaa ?! Tante-tante ?”

“Yang ingin dithreesome itu bukan orang jauh. Kamu juga sudah mengenalnya. “

“Ohya ?! Siapa dia ?”

“Mama. “

Yoga terperanjat, “Mama ?! Aaah... yang bener Mas... “

“Serius. Sejak Papa kawin lagi, Mama kan sering kesepian. Tapi Mama masih tidak mau rumah tangganya dengan Papa retak. Karena itu Mama memilih kita untuk mendapatkan kebutuhan batinnya. “

“Dan sekarang Mama ngajak ketemuan di hotel ini, supaya Mbak Ayu dan Mbak Ita tidak tau ?”

“Iya. Kamu sudah punya pengalaman dengan perempuan kan ?”

“Punya. “

“Dengan siapa ?”

“Dengan wanita yang Mas juga kenal, karena dia keluarga kita. “

“Siapa ? Mbak Ita ?”

“Iiih... bukan. Aku belum pernah macem-macem dengan Mbak Ita mau pun Mbak Ayu. “

“Terus sama siapa ?”

“Off the record. Pokoknya aku sudah cukup berpengalaman dalam masalah perempuan. “

Aku tak sempat bertanya lebih jauh, karena pintu yang tidak terkunci itu terbuka. Dan Mama muncul di ambang pintu, dalam celana panjang dan baju yang sama-sama terbuat dari kain sutera berwarna hitam. Sehingga tampak seksi sekali di mataku.

Yoga malah tampak salting. Karena itu aku yang bangkit dan menyambut Mama dengan ciuman mesra di bibirnya, yang Mama sambut dengan sedotan sesaat.

Sementara itu Yoga masih duduk canggung di pinggiran salah satu bed.

“Yoga sudah tau acaranya ?” bisik Mama di dekat telingaku.

“Sudah Mam, “ sahutku.

Mama melepaskan pelukannya dari leherku, lalu menghampiri Yoga yang masih duduk canggung di pinggiran bed. Mama pun duduk di samping Yoga, sambil menanggalkan baju sutera hitamnya.

“Sam sudah ngasih tau apa acara kita sekarang kan ?” tanya Mama sambil melemparkan baju sutera hitamnya yang mirip baju piyama itu.

“Sudah Mam, “ sahut Yoga yang tampak semakin salting, sementara Mama sudah menanggalkan behanya pula di samping Yoga.

“Terus... kamu mau gabung sama mama dan Sam gak?” tanya Mama yang sepasang payudaranya sudah tak tertutup apa-apa lagi.

“Mau Mam, “ sahut Sam sambil mendekatkan wajahnya ke payudara kiri Mama.

Aku duduk di bed yang satu lagi, sambil, memperhatikan gerak-gerik Yoga dan Mama.

Bahwa Yoga langsung menyerudukkan mulutnya ke payudara kiri Mama, sementara tangan kirinya memegang payudara yang kanan. Dan Mama melirik ke arahku sambil memberi isyarat agar aku melepaskan pakaianku.

Aku mengangguk. Dan kutanggalkan seluruh pakaianku, kecuali celana dalam yang kubiarkan melekat di tempatnya. Kemudian menghampiri bed Mama dan Yoga.

Kuperhatikan celana sutera hitam Mama, yang ternyata ada lingkaran elastis di bagiahn atasnya. Lalu kutarik celana panjang tipis dan mengkilap itu, sampai terlepas dari kaki Mama.

Tak cuma itu. Kupelorotkan pula celana dalam Mama sebagai satu-satunya benda yang masih melekat di tubuhnya. Yoga pun menyadari bahwa Mama sudah telanjang. Maka tanpa disuruh pun ia sudah tahu apa yang harus dilakukannya.

Yoga langsung melorot ke bawah perut Mama. Mengusap-usap kemaluan Mama yang berambut jarang tipis itu. Lalu menyerudukkan mulutnya ke bagian terindah di tubuh ibu tiriku itu.

Kubiarkan Yoga beraksi menurut keinginannya. Kubiarkan ia mulai menjilati vagina Mama dengan lahapnya. Sementara aku sendiri bergerak ke samping Mama, untuk mencium bibirnya dengan lahap pula. Yang Mama sambut dengan lumatan hangat.

Tampaknya Mama menikmati apa yang dilakukan oleh kedua anak tirinya. Bahwa ketika aku sedang asyik melumat bibirnya, adikku pun asyik menjilati kemaluan Mama.

Cukup lama semuanya ini kami lakukan. Bahwa akju asyik saling lumat dengan Mama, sementara Yoga pun asyik menjilati kemaluan Mama.

Sampai pada suatu saat, Mama menyuruhku celentang dan menanggalkan celana dalamku. Aku mengerti apa yang akan Mama lakukan. Maka kuikuti saja perintahnya. Menanggalkan celana dalamku, kemudian celentang seperti yang Mama inginkan.

“Lepasin dulu dong pakaianmu semua Yoga, “ pinta Mama kepada adikku.

Pada saat Yoga sedang menanggalkan semua pakaiannya, Mama pun merangkak ke arahku. Lalu melipat kedua lututnya dan membungkuk, mendekatkan mulutnya ke arah penisku yang sudah ngaceng berat ini.

“Yoga... masukkan kontolmu ke sini, “ ujar Mama sambil menepuk-nepuk selangkangannya yang sedang ditunggingkan.

“Iya Mam, “ sahut Yoga.

Pada saat berikutnya, Mama mulai menyelomoti batang kemaluanku sambil menungging. Sementara Yoga mulai memasukkan penisnya dari belakang, sambil memegangi sepasang buah pantat Mama.

Mama bisa menikmati dua penis sekaligus. Mulutnya menikmati penisku, kemaluannya pun menikmati entotan penis adikku.

Aku sendiri mulai terpejam-pejam dalam nikmatnya selomotan mulut dan urutan tangan Mama di badan penisku.

Lalu yang terdengar cuma bunyi keplak-keplok penis Yoga yang sedang menggenjot kemaluan Mama dan bunyi mulut Mama yang sedang menyelomoti penisku.

Tapi semuanya ini hanyha berlangsung belasan menit. Karena pada suatu saat terdengar suara Yoga, “Mam... aku... aku mau lepas... le... lepasin di mana Mam ?”

Mama melepaskan penisku dari mulutnya, untuk menyahut, “Lepasin di bokong mama aja Ga. “

Aku terheran-heran juga, karena ternyata Yoga begitu cepat mau ejakulasi. Sementara aku belum apa-apa.

Lalu terdengar bunyi dengusan nafas Yoga, “Uuuuggggghhh.... uuuuuughhhh.... “



Yoga turun dari bed, lalu bergegas menuju kamar mandi. Sementara Mama sudah menelentang sambil mengelus-elus kemaluannya dan berkata, “Kontol Yoga lebih gede daripada kontolmu Sam. Tapi punyamu lebih panjang. Selain daripada itu, kamu selalu tahan lama... ! Ayo masukin dan lanjutkan, “ kata Mama sambil merentangkan pahanya selebar mungkin, sehingga mulut kemaluannya tampak ternganga.

Aku jadi ingat beberapa selebriti cowok pengagum perempuan yang lebnih tua usianya. Lalu apakah aku pun seperti itu ? Entahlah. Yang jelas Mama di mataku termasuk sosok perfect dan erotis, yang senantiasa mampu membangkitkan nafsu birahiku. Dan Mama selalu menyambut kehadiran hasratku kapan pun aku mau.

Dan ketika penisku mulai membenam ke dalam liang kewanitaan Mama yang masih basah dan licin ini, kudengar mama berbisik, “Tadi sengaja mama suruh Yoga lepasin di luar, karena mama kasian sama kamu. “

“Kasian ?” tanyaku heran.

“Iya. Kalau Yoga ngelepasin di dalam, memek mama kan pasti becek sekali. “

“Buatku sih mau becek atau nggak, memek Mama tetap paling enak di dunia. “

Mama tersenyum manis sambil melingkarkan lengannya di leherku. Lalu menciumi bibirku dengan hangatnya.

Aku pun mulai mengayun penisku, bermaju-mundur di dalam liang kemaluan ibu tiriku. Dan disambut dengan kehangatannya yang tak pernah mengecewakanku ini.

Ya, kedua tangan Mama menarik kedua lipatan lututnya jauh sekali, sehingga kedua lututnya beradadi samping sepasang payudaranya, sementara aku jadi sangat leluasa menggenjot penisku. Akibatnya, puncak penisku terus-terusan “menabrak” dasar liang senggama Mama. Dan itu membuat Mama merem melek, sementara mulutnya sering ternganga sambil melontarkan desahan-desahan nafasnya.

Dalam detik-detik pelampiasan birahi ini, aku semakin menyadari bahwa pada dasarnya Mama itu gede nafsunya. Bahkan mungkin saja dia sudah mulai tergolong wanita yang hypersex. karena ketika aku sedang meremas payudaranya, Mama meminta agar remasanku lebih kuat dan lebih kuat lagi ! Padahal setahuku, Mbak Ayu suka memperingatkan agar aku tidak terlalu keras meremas payudaranya, karena sakit katanya. Tapi Mama malah sebaliknya. Ingin agar aku meremas payudaranya sekuat mungkin.

Waktu pertama kali aku menyetubuhi Mama, aku mendengar permintaannya, agar aku mengentotnya dengan gerakan slow. Supaya lebih terhayati enaknya penisku, kataku. Tapi makin lama Mama makin berubah.

Seperti saat aku sedang mengentotnya ini, Mama berkali-kali merengek, “Yang kencang entotnya Sam... iyaaa... yang kencang... biar terasa serudukan kontolmu di dasar liang memek mama... !”

Aku sih oke-oke saja. Mau dengan gerakan softcore atau pun hardcore, tergantung request aja. Hahahaaaa... !

Maka mulailah aku mengentot Mama dengan gerakan yang sangat kencang dan keras. Penisku seolah gerakan pompa yang maju mundur dengan cepatnya, menciptakan bunyi plak-plok dan plak-plok terus.... dasar penisku pun seolah menampar-nampar permukaan kemaluan Mama. Semoga saja Mama tidak kesakitan dibuatnya.

Mama memang menggeliat-geliat seperti ular terinjak kepalanya. Namun dari desahan dan rintihan-rintihan histerisnya, aku yakin Mama sedang sangat menikmati entotanku.

“Saaaam...... aaaaaaah.... Saaaaam.... aaaaah.... aaaah... Saaaam.... Saaaam......... aaaahhhhh... Saaaaaam.... aaaahhhhhhh.... Saaaaam..... “

Aku sendiri memang sedang sangat menikmati enaknya liang kewanitaan ibu tiriku yang terasa bergerinjal-gerinjal empuk di antara goyangan pinggulnya yang sangat erotis dan membuatku terpejam-pejam dalam nikmat yang tak bisa kuungkapkan dengan kata-kata belaka. Membuatku berdengus-dengus dan terpejam-pejam, sementara keringatku mulai bercucuran, bercampur aduk dengan keringat ibu tiriku.

Dan aku semakin lupa segalanya. Lupa bahwa yang sedang kusetubuhi ini adalah istri ayahku. Yang harusnya kuhormati sebagai penggamnti ibu kandungku yang telah tiada.

Namun jauh di dalam batinku, seakan ada keluhan dan rintihan... Papa ooooh Papa... maafkan anakmu ini Papa... ini bukan sekadar pelampiasan nafsu birahi, Papa... ! Aku merasa kasihan juga kepada Mama yang seolah disia-siakan oleh Papa... izinkanlah aku mewakili Papa untuk menghangati Mama, agar aku bisa mewakili Papa untuk menindas kesepian dan sakit hatinya... !

Aku memang berhasil membuat Mama berkali-kali orgasme dalam kelojotran-kelojotan dan kejang-kejang sekujur tubuhnya.

Bahkan pada suatu saat aku sendiri tak kuasa menahan ejakulasi di puncak kenikmatanku, sehingga aku membenamkan penisku sedalam mungkin sambil menyemprot-nyemprotkan cairan kental hangatku... membuat liang kewanitaan Mama jadi basah kuyup. Lalu aku terkapar di sisi Mama dengan penis melemas dan berlepotan air maniku sendiri, sementara Mama pun terkapar tepar... dengan spermaku yang mengalir perlahan dari mulut vaginanya.

Pada saat itulah kulihat Yoga langsung membenamkan penisnya yang sudah tegang lagi itu... amblas ke dalam liang kewanitaan Mama yang masih basah becek. Lalu kulihat Yoga mengayun penisnya sambil menghimpit perut dan dada Mama.

Aku tak peduli dengan apa yang tengah Yoga lakukan kepada Mama. Aku turun dari bed dan masuk ke dalam kamar mandi, untuk membersihkan penisku. Untuk menyeka keringat yang masih membasahi tubuhku.

Biarlah Mama benar-benar puas setelah meninggalkan hotel ini nanti.

Bahkan ketika aku kembali ke dekat bed yang tengah dipakai oleh Yoga dan Mama untuk menyalurkan nafsu mereka, aku malah senang menontonnya dari sofa.

Memang aku menyaksikan tontonan yang sangat merangsang. Menyaksikan penis Yoga memompa liang kewanitaan Mama. Menyaksikan pinggul Mama yang sudah bergoyang-goyang erotis kembali. Mendengarkan desahan dan rintihan histeris Mama yang menggila kembali. “Yogaaaa.... oooooh.... Yogaaaa.... aaaaaah.... Yogaaaa.... aaaah.... aaaaah... iyaaaaaa.... entot terus Gaaaaa..... aaaaah..... aaaaah... “

Begitu merangsangnya tontonan yang sedang kusaksikan ini, terasa jauh lebih merangsang daripada nonton bokep. Bahkan diam-diam penisku mulai ngaceng lagi. Ingin menyetubuhi Mama lagi... !

Namun aku berusaha untuk bersabar menunggu sampai Yoga “selesai”.

Kali ini cukup lama Yoga mengentot Mama. Sehingga aku agak susah menahan keinginan penisku yang sedang kupegang dan kuelus-elus ini.

Namun setelah cukup lama aku menunggu Yoga selesai, akhirnya kulihat adikku berkelojotan di atas perut Mama. Lalu terdiam lesu, dengan tubuh mengkilap oleh keringat.

Dan setelah Yoga mencabut penisnya, giliranku untuk membenamkan kembali penisku ke dalam liang senggama ibu tiriku.

Penisku yang sudah ngaceng berat ini menggila lagi. mengantot liang senggama Mama yang sudah sangat becek ini. Sehingga bunyi crak-crek-crak-crek terdengar lagi dari kemaluan Mama.

Namun aku tak peduli lagi dengan beceknya liang kewanitaan Mama. Aku hanya ingin menggenjot penisku sampai ejakulasi lagi nanti.

Dan aku yakin, setelah aku “selesai” nanti, Yoga p;asti akan menyetubuhi Mama lagi untuk ketiga kalinya, disambung dengan aksiku sendiri.

Mungkin inilah salah satu keistimewaan threesome. Ada gairah yang luar biasa di jiwaku dan jiwa adikku.

Semoga saja semua ini akan membuat Mama benar-benar puas dan takkan merasa diterlalukan lagi oleh Papa. Karena dua orang anak Papa sedang memuasi istrinya yang hasrat birahinya masih sangat bergairah ini....
:tepuktangan::tepuktangan::tepuktangan::tepuktangan::tepuktangan:yg baca saampe konak abissss..***n
 
Satu tahun lewat sudah suhu @Neena belum mengudara.
Terakhir kali ON AIR 9 Feb 2021 at 8:48 PM suhu @Neena memberitahukan bahwa selama lebih dari seminggu sakit bukan terpapar covid -19 tapi dokter menyarankan untuk berisirahat total sampai benar-benar sembuh.

Kita hanya memohon dalam doa agar kesehatan suhu @Neena cepat pulih dan bisa berkarya kembali seperti biasa. Semoga...
 
Makin lama jilatanku di memek Utami makin massive. Rintihan - rintihan spontan Utami pun makin menjadi - jadi, “Boss ... ooooooh .... Bossssss .... ini luar biasa enaknya Bossss ... “

Sampai pada suatu saat, ketkika celah memek Utami terasa sudah cukup basah, aku pun bangkit. Kuangkat dan kubopong tubuh Utami ke arah bed. Lalu kuletakkan tubuh berkulit sawo matang itu di atas kasur bertilam kain seprai putih bersih.

Tanpa kusuruh, Utami pun menanggalkan kimono dan behanya, sementara aku sendiri sudah telanjang dan memegang batang kemaluanku yang sudah siap untuk dicobloskan ke dalam liang memek cewek berkulit coklat muda yang mulus itu.

Utami pasrah saja ketika kedua kakinya kurenggangkan, kemudian moncong penisku diletakkan pada celah yang ternganga dan berwarna merah darah itu.

Dengan sekuat tenaga tapi hati - hati, kudorong penisku sampai masuk kepalanya.

Buat orang awam, menyetubuhi cewek yang masih perawan itu harus melewati “perjuangan berat”. Bahkan sering kudengar cerita bahwa sepasang pengantin sampai berhari - hari untuk “berjuang” untuk mengambil keperawanan pengantin perempuannya.

Aku geli kalau sudah mendengar cerita - cerita seperti itu. Karena aku tak pernah menemui kesulitan seperti itu.

Penisku yang kepalanya sudah masuk ke dalam liang memek Utami, kudorong lagi sedikit demi sedikit ... memang masih sangat sempit liang memek cewek yang satu ini. Tapi berkat jilatan dan curahan air liurku yang sudah membanjiri liang sempit ini, aku berhasil membenamkan penisku lebih dari separohnya.

Utami menyeringai sesaat. Tapi lalu tampak pasrah lagi. Sementara batang kemaluanku mulai kuayun maju mundur perlahan - lahan dulu.

Makin lama entotanku makin lancar. Meski liang memek Utami luar biasa sempitnya, namun akhirnya secara ekologis lendir libidonya terbit untuk memperlicin liang memeknya. Sehingga entotanku mulai lancar. Aku pun menghempaskan dadaku ke sepasang toketnya yang lumayan gede. Sambil menciumi dan melumat bibir sensualnya.

Setelah ciuman dan lumatanku terlepas, Utami mulai “berkicau”.

“Boss ... duuuuh Boss ... ini enak sekali Boss ... ooooh .... oooo .... sa ... saya seperti melayang - layang gini Boss .... ooooh ... ternyata disetubuhi ini luar biasa enaknya Boss ... oooooh .... aaaah .... ooooh ... iya Boss ... entot terus Boss ... enak sekali ... oooh ... gak nyangka ... disetubuhi ini luar biasa enaknya Bosssssss .... ooooh ... entot terus Boss ... makin lama makin enak Bosssss ... Bossssssssss ..... Booossssss ... “

Ocehan Utami baru berhenti setelah mulutnya kusumpal dengan ciuman dan lumatanku.

Namun tampaknya Utami sudah berada di detik - detik krusial menjelang orgasme. Meski mulutnya tersumpal oleh ciuman dan lumatanku, masih sempat dia melontarkan suara seperti orang yang mulutnya sedang dibungkam “

“Mmmmmm ... mmmmmh .... mmmm ... mmmm ... mmmmhhh ... mmmm ... mmm ... mmmmh ... mmmm .... Bossssssssssssss ....... adududuuuh ... saya seperti mau jatoh ... takuuut ... oooooooh .... !”

Lalu kurasakan liang memeknya berkedut - kedut kencang ... disusul dengan berlimpahnya lendir di dalam liang senggamanya ... !

Jelas Utami sudah mencapai orgasme.

Mengingat Utami baru sekali ini merasakan disetubuhi, aku pun tak mau menyiksanya. Aku berusaha untuk berejakulasi secepat mungkin.

Maka kupercepat entotanku, maju - mundur - maju - mundur dengan cepatnya. Sampai akhirnya kutancapkan batang kemaluanku di dalam liang memek yang sempit dan legit itu.

Disusul dengan berhamburannya sperma dari moncong penisku.

Crooot ... croootttt ... crotrotttt ... croooot ... croooooottttt ... croooooooooottttt .... !

Aku mengelojot, lalu terkulai di atas perut Utami. Dengan tubuh bermandikan keringat.



Ketika kucabut penisku dari liang memek Utami, yang pertama kali kuperhatikan adalah darah di bawah bokong Utami.

Setelah melihat darah perawan di permukaan seprai putih bersih itu, aku mengusap-usap rambut Utami sambil berkata, “Sekarang kamu tidak perawan lagi. Apakah kamu menyesal telah memberikan kesucianmu padaku ?”

“Nggak ... saya malah merasa bahagia karena telah memberikan kesucian saya kepada pria yang sangat saya cintai, “ sahut Utami dengan senyum di bibirnya.

“Tenang ya Sayang. Aku juga sudah mencintaimu. Tapi karena istriku sudah empat orang, mungkin aku takkan bisa menikahimu secara resmi. “

“Nggak apa. Asalkan Boss mau memperlakukan saya sebagai istri ... “

“Masa istri manggil suaminya Boss ? Mulai sekarang kamu harus bisa memanggil Abang atau Bang aja padaku. Kecuali kalau sedang ada karyawan lain di antara kita. “

“Iya Boss ... eeeh ... Bang. “

“Setelah kita pulang nanti, kamu harus membeli buku - buku tentang perhotelan selengkap mungkin. Karena sepulangnya dari Surabaya, kamu akan segera kuangkat menjadi general manager. Dengan gaji dua kali lipat dari gaji yang selama ini kamu terima. Belum lagi uang belanja dariku ... uang belanja dari seorang suami kepada istrinya, meski kita belum menikah. “

Utami memelukku dengan hangatnya. Sambil berkata perlahan, “Terima kasih Bang ... saya semakin bahagia mendengarnya. Semoga Mama pun ikut bahagia mendengar kenaikan jabatan saya nanti. “

“Kamu dan mamamu tinggal di rumah sendiri ?”

“Cuma di rumah kontrakan Bang. “

“Nanti aku akan ngasih sebuah rumah yang layak untuk seorang general manager. “

“Oooh ... terima kasih Bang ... mmm ... saya makin cinta dan sayang kepada Abang. “

Sebenarnya aku bisa saja mengajak Utami bersetubuh lagi kedua dan ketiga kalinya. Tapi aku harus punya tenggang rasa. Bahwa di dalam liang kemaluannya pasti ada luka, akibat robeknya hymen (selaput perawan) Utami.

Biarlah Utami beristirahat dulu selama 2 atau 3 hari. Kalau sudah benar -benar sembuh lukanya, baru aku akan mengajaknya bersetubuh lagi.

Esoknya kami pulang ke Surabaya lagi. Ke hotelku.

Sementara aku tetap berniat untuk mengunjungi keempat cabang perusahaanku yang berdomisili di Surabaya itu.



Niat untuk inspeksi mendadak itu kulakukan keesokan harinya. Sementara Utami kuminta agar beristirahat saja di suite room hotelku. Bahkan aku memberinya uang yang cukup banyak. SIapa tahu dia ingin belanja oleh - oleh dan sebagainya.

Kepada karyawati yang bertugas di front office, aku minta ada yangf mengantar kalaju Utami ingin berjalan - jalan ke luar hotel.



Cabang perusahaan pertama yang kukunjungi, direkturnya seorang pria 40 tahunan bernama Priosembodho. Dia magister di bidang managemen. Penerimaannya atas kedatanganku sangat baik dan sopan.

Aku hanya memberi sedikit pengarahan. Yang jelas, aku ingin agar pendapatan cabang itu meningkat terus. Jangan sampaki stagnasi, apalagi menurun.

Cabang perusahaan kedua yang kukunjungi ... nah ... ini dia masalahnya. Direktur cabang yang kedua ini ... seorang wanita di atas 30 tahunan yang seksi sekali di mataku, bernama Widyaningrum, dengan nama kecil Widi.

Dia juga magister manajemen.

Ketika ia duduk berhadapan denganku, memang sopan sikapnya, tapi spanroknya terlalu pendek, sehingga bukan hanya paha putih mulusnya yang tampak di mataku, melainkan juga celana dalamnya yang berwarna pink itu ... !

Siang - siang gini aku sudah disuguhi “pemandangan” yang merangsang begitu.

Setelah memberikan pengarahan, aku berkata, “Baru kenal sebentar saja Mbak Widi sudah memancarkan kesan positif untuk kemajuan perusahaan ini. Semoga prediksi ini tidak meleset. ”

“Terima kasih Big Boss, “ sahutnya.

“Tapi sayang masih ada sesuatu yang menghalangi pandanganku. “

“Maaf ... maksud Big Boss ... ?!”

Aku menunjuk ke arah celana dalamnya yang berwarna pink itu sambil berkata, “Yang berwarna pink itu menutupi yang ingin kulihat lebih jelas. “

“Aaaw !” Mbak Widi tersipu dan merapatkan sepasang pahanya, “Hihihiii ... gak nyangka Big Boss ini suka berkelakar juga. “

“Nggak ... aku serius, “ sahutku sambil berdiri dan melangkah ke arah sofa yang sedang didudukinya. Lalu duduk di sampingnya. “Bagaimana kalau kita refreshing sekarang ?”

“Siap Big Boss. Asal jangan di kantor ini aja. “

“O, tentu aja. Semuanya harus berjalan secara smooth and safety. Mbak Widi bawa mobil ?”

“Tidak Big Boss. Saya kan belum punya mobil. “

“Ya udah. Kalau gitu ikut aku aja ya. “

“Siap. “

“Bisa dibawa nginap ?”

“Bisa. Saya kan orang bebas. “

“Maksudnya ?”

“Saya tidak punya suami. “

“Owh ... single parent ?”

“Belum jadi parent juga. “

“Wow ... jadi Mbak Widi janda muda tanpa anak ?”

“Betul Big Boss. Sejak tiga tahun yang lalu saya hidup sendiri. “

“Baguslah kalau gitu. “

“Tapi maaf Big Boss ... saya kan sudah berumur tigapuluhdua tahun. Sedangkan Big Boss masih sangat muda.”

“Kebetulan aku penggemar wanita yang usianya lebih tua dariku. Apalagi yang secantik dan seseksi Mbak Widi. “

Mbak Widi tersenyum ceria. Tentu dia senang, karena yang memujinya adalah orang nomor satu di perusahaan ini. Dan itu dinyatakannya secara lisan, “Nggak nyangka kalau saya bisa disukai oleh Big Boss yang begini gantengnya ... masih sangat muda pula ... “

Lalu ia menatapku dengan bola mata bergoyang perlahan, diiringi senyum yang sangat menggoda pula.

Dan aku tak kuasa menahan perasaan lagi. Kurengkuh lehernya ke dalam pelukanku, kupagut dan kulumat bibir yang seolah menantang itu.

Mbak Widi terpejam dan tampak terlena. Terlebih ketika lidahnya kusedot ke dalam mulutku, lalu lidahku mengelus - elus lidahnya. Sementara tanganku mulai merayap ke balik spanroknya yang sangat pendek, sehingga dalam tempo singkat tanganku sjudah berada di balik celana dalamnya ... dan mulai menggerayangi memeknya yang bersih dari jembut.

Jemariku tak cuma mengusap - usap permukaan memeknya, melainkan menyeljundup ke dalam celah vaginanya yang sudah agak basah.

Terasa setiap bagian yang tersentuh olehku mulai menghangat. Pertanda Mbak Widi sudah mulai horny.

Memang prediksiku tidak meleset. Pada suatu saat Mbak Widi melepaskan celana dalamnya sambil berkata dengan suara serak - serak basah, “Kalau sudah dibeginiin, saya gak kuat menahan nafsu lagi ... “

Aku pun melepaskan jas dan dasiku. Kemudian kupelorotkan celana panjang sekaligus celana dalamku, sehingga batang kemaluanku yang “bisa diandalkan” ini tak tertutup apa - apa lagi.

Ketika melihat batang kemaluanku yang sudah sangat ngaceng ini, Mbak Widi terperanjat, “Wow ... penis Big Boss dahsyat sekali ... !” cetusnya sambil memegang batang kemaluanku. Lalu menciumi dan menjilati moncong kontolku dengan sikap wanita yang sudah dikuasai nafsu.

“Takkan ada orang yang nyelonong masuk ke sini kan ?” tanyaku.

“Nggak mungkin. Pintunya kalau sudah ditutup tak bisa dibuka dari luar, Big Boss... “ sahut Mbak Widi yang masih menggenggam kontolku. Lalu menjilati moncong dan lehernya lagi. Bahkan kemudian ia mulai menyelomotinya dengan sangat bernafsu.

Lalu ia menyingkapkan spanroknya sambil merentangkan kedua kakinya sejauh mungkin.

Meski tanpa kata - kata, aku mengerti apa yang diinginkannya. Bahwa ia ingin agar memeknya yang sudah dingangakan itu ingin segera kuentot ... !

Tanpa menunggu permintaan lisannya, aku pun berdiri di antara kedua kakinya yang mengangkang, sambil meletakkan moncong penisku di bagian yang dingangakan oleh kedua tangannya itu. Lalu kudesakkan penisku sekuat tenaga ... slipppp ... meleset ke bawah.

Tangan Mbak Widi pun memegang leher penisku, lalu mengarahkannya ke titik yang tepat. Pada saat aku mendorong lagi sekuat tenaga, tangan Mbak Widi tetap memegang leher penisku. Mungkin agar jangan meleset lagi arahnya.

Dan akhirnya penisku mulai membenam sedikit demi sedikit. Aku memegang sepasang bahu Mbak Widi yang masih mengenakan blazer dan blouse itu.

Sambil berdiri dan membungkuk, dengan kedua tangan menekan sandaran sofa untuk menahan tubuhku, sang Kontol pun mulai kuayun perlahan.

“Dududuuuuuh... punya Big Boss luar biasa gede dan panjangnya ... terasa seret sekali gini ... oooo ... ooooh ... “ rintih Mbak Widi sambil menatapku dengan sorot pasrah.

Memang butuh 1 - 2 menit untuk melancarkan entotanku.

Namun akhirnya liang memek Mbak Widi mulai beradaptasi dengan ukuran penisku.

Meski kami masih berpakaian lengkap, kecuali celana dalam Mbak Widi saja yang sudah meninggalkan pemiliknya, aku bisa mengentot memek Mbak Widi yang sempit dan legit ini.

“Ooo ... ooo ... ooooh ... akhirnya Big Boss menyetubuhi saya di kantor ... “ Mbak Widi mulai merintih dengan mata merem - melek.

“Iya ... ini baru starting point aja Mbak. Nanti kita lanjutkan di hotel semalam suntuk. “

Memang aku yakin bahwa aku akan mampu bertahan. Aku hanya ingin membuat Mbak Widi orgasme. Sedangkan ejakulasiku akan kutahan. Dan baru akan dimuncratkan di tempat lain nanti.

Memang ada perasaan kurang nyaman juga menyetubuhi Mbak Widi di kantornya ini. Karena kalau sampai ada orang lain yang mengetahuinya, bisa gempar perusahaanku nanti.

Karena itu sengaja kupercepat entotanku, agar Mbak Widi cepat orgasme.

Ternyata usahaku berhasil. Mbak Widi mulai menggeliat - geliat, lalu mengejang tegang sambil mencengkram kedua lenganku yang sedang berpegangan ke sandaran sofa.

Lalu terasa liang memeknya menggeliat - geliat seolah ular yang tengah membelit kontolku.

Kudiamkan batang kemaluanku beberapa saat di dalam liang memek Mbak Widi. Lalu kucabut sambil berkata, “Nanti kita lanjutkan di hotel ya. “

“Iii ... iyaaa ... Big Boss belum ngecrot kan ?” ucap Mbak Widi sambil menyeka memeknya dengan kertas tissue basah.

“Belum. Masih jauh Mbak. Barusan cuma ingin meredakan rasa penasaranku aja. “

“Tapi minimal Big Boss sudah merasakan memek saya kan ?” ucap Mbak Widi sambil mengenakan celana dalamnya, dengan sikap genit.

“Iya. Tapi aku ini kalau sedang berselingkuh, tidak cukup dengan satu cewek. Minimal harus dua orang cewek yang melayaniku. “

“Lalu kalau dengan istri Big Boss sendiri gimana ?”

“Istriku kan empat orang. Kadang - kadang mereka berempat melayani hasrat biologisku. “

“Wow ! Istri Big Boss empat orang ?! “ Mbak Widi tampak kaget. Apalagi kalau kuceritakan bahwa istri keempatku adalah Merry. Pasti dia lebih kaget lagi.

Tapi aku sudah sepakat dengan Merry, agar aku merahasiakan perkawinanku dengannya, agar perusahaan tetap berjalan tenang tanpa gosip sekecil apa pun.

Mbak Widi merenung sejenak. Lalu berkata, “Kalau Big Boss mau, saya bisa ajak manager personalia. Dia sebaya dengan saya, nasibnya juga sama. Sudah menjanda sejak usianya masih muda. “

“Ohya ?! Boleh lah. Panggil dia ke sini. “

“Sebentar Big Boss. Mungkin saya harus bisa merayunya dulu.. butuh waktu sebentar ... takkan sampai seperempat jam ... “

“Oke, “ aku mengangguk, “Kutunggu di sini. “

Sebelum keluar dari ruang tamu direktur, Mbak Widi masih sempat berkata, “Maaf saya tinggal dulu Big Boss. “

Tidak terlalu lama aku menunggu di ruang tamu pimpinan cabang perusahaanku ini.

Hanya belasan menit kemudian, Mbak Widi muncul lagi bersama seorang wanita muda, yang katanya seorang psikolog dengan jabatan manager personalia di cabang perusahaan yang dsipimpin oleh Mbak Widi itu.

Lagi - lasgi aku melihat sosok cantik, dengan perawakan tinggi langsing. Berbeda dengan Mbak Widi yang berperawakan chubby.

Manager personalia itu seperti malu - malu waktu menjabat tanganku sambil menyebutkan namanya, “Marisa ... “
Muaaantul tenan
 
Ruarrr biasa kehidupan bang sammy...lucky man in the world...salut jg sm attitude nya suhu...salam ngecrot terus dgn varian memek yg berbeda..
 
Bimabet
ijin baca ceritanya
 
Jav Toys
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd