Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT .

Status
Please reply by conversation.
Ya, Dia Ibuku







Chapter 6
Bra Baru








[Mulustrasi]
Yuli Novianti (35 Tahun)











--------







Hari ini memanglah hari minggu dan karena itulah kenapa aku baru saja bangun dari mimpi indahku. Ku nyalakan sekilas HP yang terletak di atas nakas kecil, menunjukkan pukul 07.15 dan ini jarang-jarangnya aku bisa bangun jam segini di kala libur. Biasanya aku bangun paling cepat jam Sembilan dan paling lama hampir jam Sebelas siang.

Terlebih lagi diriku baru pulang sehabis subuh menjelang dari rumah Dion. Jauh beberapa jam sebelum azan subuh sebenarnya aku telah pulang ke rumah dan tak berniat menginap di rumah Dion tapi setelah aku melihat dan mengetahui apa yang terjadi dengan ibuku semalam membuatku mengurungkan diri untuk pulang saat itu juga.

Selama di rumah Dion pun aku sama sekali tak bisa memejamkan mata akibat pikiran masih di penuhi oleh bayang-bayang tubuh polos ibuku yang begitu indah tengah di hajar oleh kejantanan guruku sendiri.






Sebenarnya aku malas untuk mandi tapi apa daya tubuh ini terasa tak nyaman dam akhirnya dengan langkah berat aku ambil handuk lalu lekas masuk ke kamar mandi.



“Sial!”, umpatku ketika akan mengisi air malah keran air macet tak bisa mengeluarkan airnya.



Masih dengan langkah berat dan ditambah rasa dongkol di pagi hari, aku keluar dari kamar dan menuruni anak tangga. Di rumahku ini kamar mandi ada tiga buah. Sati di kamar ibu dan ayah, satu di kamarku dan satu lagi di dapur, namun untuk yang terdapat di dapur jarang sekali di gunakan dan sesekali di gunakan pun hanya untuk buang air besar atau kecil bagi tamu atau dalam artian orang rumah tak memakainya untuk mandi.

Seperti khas dari anak lelaki di pagi hari, kejantanan pasti bangun tanpa alasan yang jelas dan sekarang aku pun berjalan ke dengan kejantanan yang masih berdiri ini. Kadang agak merasa terganggu juga sih ketika bangun tanpa alasan seperti ini tapi mau bagaimana lagi.









Di lantai bawah aku tak mendapati ibuku dan ayahku berada. Kalo untuk ayah aku pastikan beliau sudah berangkat kerja dan ibu? Ku lihat pintu depan terbuka dan saat ku intip sedikit ternyata ibu tengah belanja sayuran bersama dengan ibu-ibu kompleks lainnya. Ada....Lima Orang ibu-ibu di sana termasuk dengan ibuku.

Sungguh, bukan bermaksud menyombongkan tapi dari semua perempuan yang ada disana hanya sosok Ibu lah yang terlihat cantik, paling muda dan tubuhnya paling indah dibandingkan keempat perempuan lainnya yang sudah terlihat tua dengan tubuh yang besar berlemak.

Untuk rasa tegang yang ku rasakan pada kejantananku kali ini rasanya aku memakluminya karna yang sekarang aku rasakan adalah rasa tegang akibat melihat tubuh ibu dan bayangan-bayangan saat tubuh indah itu tengah di garap oleh kepala sekolah serta guru BK ku.




“Sungguh beruntung mereka bisa nikmati tubuh ibu”, gumamku terhadap keberuntungan yang di peroleh pak Susno dan pak Anton.




Aku kembali ke dalam, duduk di ruang tengah menunggu ibu selesai belanja sayuran. Rasanya sangat tak cm ketika duduk menunggu sendiri dengan keadaan kejantanan berdiri tegak serta nafsu yang bangun.




“tumben anak ibu udah bangun jam segini?”, sapa ibu dengan kantung keresek berisi penuh dengan sayuran.
“Bu, Bagas boleh numpang mandi di kamar ibu ga?”
“loh memangnya kamar mandi kamu kenapa nak?”, tanyanya menghentikan langkah menuju dapur.
“keran air di kamar Bagas macet”
“Yaudah pakai aja tapi jangan lama-lama ya soalnya ibu juga belum mandi”, aku mengangguk mengiyakan.









Bergegaslah aku masuk ke kamar ibu. Saat aku sudah berada di dalamnya ingatkanku kembali memutar memori tentang tontonan yang ku lihat semalam. Ku pandangi ranjang yang semalan di pakai pak Anton untuk menyetubuhi ibuku dengan kasar sementara ayah tidur di teras. Sungguh yang namanya nafsu bisa membuat korbannya melupakan pa yang ada di sekitarnya.




BYUR!!! BYUR!!!




Gayung demi gayung yang berisi oleh air ku siramkan seluruh tubuhku ini tanpa ada satu pun sela yang terlewatkan. Sebisa mungkin aku melakukan mandi pagi ini senormal mungkin tapi rasanya tak bisa karna keadaan seakan memberikan aku banyak sekali godaan salah satu dari godaan tersebut adalah celana dalam ibu yang tergantung di dinding. Rasnya tiada hari tanpa rangsangan nafsu.

Katanya toilet atau kamar mandi itu banyak terdapat setan dan mungkin karna sebab itu juga kenapa aku akhirnya di kalahkan eh hawa nafsu dengan mengambil celana dalam tersebut lalu ku hirup aromanya sedalam mungkin. Walau tak bisa ku rasakan dengan jelas lagi aromanya karna mulai menghilang tapi sensasinya masih sama terasa.




“Celana dalammu saya sudah membuat anakmu ini ngaceng berat, bu. Kontol Bagas jadi pengen”, gumamku dengan kini ku buat celana dalam itu untuk membungkus batang kejantananku lalu ku gunakan untuk mengocoknya.

“Eegggghhhh....memek ibu enak banget. Pantas saja pas pak Susno jadi ketagihan sama lubangmu ini bu. Ssshhhhh....”, desahku membayangkan jika aku tengah menyetubuhi ibu.
“Ibu suka kontol ya? Kalo ibu memang suka, Bagas kasih kontol ini buatmu, bu. Nikmatin kontol Bagas”




Untuk pertama kalinya aku onani senikmat ini. Selama ini aku onani menggunakan tangan memang nikmat tapi rasa nikmat yang sedang ku dapatkan kali ini rasanya berlipat ganda. Walau hanya menggunakan celana dalam ibu sebagai medianya menggesek batang penisku tapi rasanya sudah seperti tergesek oleh dinding vaginanya langsung.

Aku hanya bisa menahan selama Tiga menit sampai akhirnya ku merasakan bahwa cairan spermaku akan meledak keluar. Dari sela mataku tengah merem melek nikmat ini, aku tak sengaja menangkap sabun mandi cair milik ibuku.



“anjir udah mau keluar gue”, cepat-cepat ku ambil botol sabun cair tersebut dan sekuat tenaga membukanya.




Kukocok kembali penisku dengan cepat dengan kepala penisku aku arahkan tepat di lubang botol sabun cair tersebut dan, CROT!!! CROT!!! CROT!!! Sekitar Delapan kali semburan aku keluarkan masuk ke dalam botol tersebut.







Ku ambil nafas sejenak setelah meraih klimaks nikmat atas onaniku ini. Nafas mulai bisa aku kuasai kembali dan tanganku masih memegang botol sabun cair milik ibu itu lalu botol sabun cair yang sudah tercampur spermaku itu aku kocok hingga isinya tercampur rata dengan spermaku. Selanjutnya aku pasang kembali tutupnya serapat mungkin.




“sial kenapa bisa enak banget onani pake celana dalam ibu”, pikirku masih meresapi kenikmatan yang baru kurasakan.



Takut ibu curiga karna aku mandinya lama, aku memulai kembali mandiku dengan cepat. Karena aku lupa membawa sabun akhirnya aku mandi tanpa sabunan sama sekali. Sebenarnya ada, tapi sabun cair milik ibu. Ya kali aku pakai sabun yang sudah aku campur dengan spermaku sendiri.






Setelah selesai mandi aku yang berniat keluar tiba-tiba malah kebelet kencing dan niatku keluar pun aku urungkan.



CUUUURRRR!!!!!



Aaakkkhhh....sungguh nikmat rasanya tapi rasa nikmat yang sedang aku rasakan ini bukan hanya karna kencing semata tapi rasa nikmat akibat sensasi saat aku kencing ke mana. Maksudnya? Air kencingku bukan aku arahkan ke lubang pembuangan kamar mandi melainkan air kencing ini aku arahkan ke bak mandi. Pikiranku mendorongku untuk melakukan hal tersebut. Aku ingin mencampur air yang akan ibuku gunakan mandi dengan air kencingku. Sial gila sekali aku ini.

Volume air kencing yang ku keluarkan jumlahnya cukup banyak namun tak sampai membuat perubahan pada warna air yang ada di bak tersebut sehingga ibu tak akan menyadarinya.






Kemesumanku juga belum berakhir disitu karna tepat setelah aku kencing, aku hidup kan kembali kran air dan aku menaiki bak mandi. Dengan susah payah aku arahkan penisku di bawah guyuran air keran tersebut dan disana aku mencuci batang penisku. Air cucian penisku tentu saja langsung jatuh ke bak mandi pula.

Aku tak berani mengelap batang penisku yang basah ini menggunakan celana dalam ibu. Aku takut jika ibu menyadari bahwa nantinya celana dalamnya basah.




“selamat mandi, ibuku”, pelanku tersenyum ke arah bak mandi dan akhirnya aku keluar dari dalam kamar mandi.







Diriku berjumpa dengan ibu saat aku keluar dari kamarnya. Sontak aku menjadi gugup saat melihatnya. Ibu tersenyum padaku sambil mengusapkan tangannya di daster yang tengah ia pakai. Sepertinya ibu habis mencuci piring atau mencuci sayurannya.




“udah mandinya?”, aku mengangguk kaku.
“nanti kalo udah ganti baju tolong lihatin air di dapur ya. Kalo udah mendidih kompor matikan aja dan buat keran kamu yang mati nanti biar ayah aja yang betulkan”, kembali aku hanya mengangguk.
“yaudah ibu mau mandi dulu”




Aku hanya memandang punggungnya saat masuk ke dalam kamar. Pikiranku terbang dengan liar saat membayangkan ibuku mandi menggunakan air yang telah ku campur dengan air kencingku sendiri dan air bekas mencuci penisku. Terbayang pula saat tubuh indahnya itu terolesi oleh spermaku. Oh sial, baru kali ini ini aku seliar ini terhadap ibu, bahkan secara tak langsung aku telah merendahkan harga dirinya atas kelakuan mesumku ini.




“maafkan Bagas, bu dan maafkan Bagas juga karna Bagas menyukainya”













------





Hari Senin, hari yang membuat kebanyakan orang merasa malas untuk beraktivitas. Malas untuk berangkat sekolah ataupun melakukan pekerjaannya kembali. Rasa malas itu pun terjadi pula bagi bu Yuli. Entah apa yang diinginkan oleh pak Susno, bu Yuli di suruh untuk pergi ke sekolah jauh lebih pagi dari sebelumnya dan bahkan lebih pagi dari para muridnya.




Awalnya bu Yuli menolak karna dirinya harus menyiapkan sarapan untuk suami tapi pak Susno tetap bersikeras menyuruh bu Yuli agar menuruti permintaannya itu. Walau bu Yuli menurutinya pun dirinya bingung untuk mencari sebuah alasan supaya tak membuat suami bingung.



Dengan di bantu oleh pak Susno, pak Susno menyarankan bu Yuli untuk bilang ke suaminya bahwa alasan dirinya berangkat pagi-pagi untuk membantu Gledi upacara pagi itu.




“maaf ya mas kalo Adek ga sempat siapkan sarapan dulu”, ujar bu Yuli pada suaminya dengan pakaian PNS nya yang sudah lengkap.
“gapapa, dek. Kamu belum sarapan loh”
“itu bisa nanti aja mas, kantin juga ga lama nanti pasti udah buka kok”
“tapi perasaan tiap upacara hari seni kamu ga pernah sampai berangkat sepagi ini deh kayaknya”, ujar pak Warso merasa ada yang aneh.
“itu—itu soalnya murid-murid yang jadi petugas hari ini beberapa ada yang baru jadi harus di dampingi supaya ga grogi pas pelaksanaannya nanti”
“iya juga sih, seingat mas dulu pas sekolah juga yang jadi petugas itu pake sistem rolling”
“nah iya itu mas, Rolling”, pak Warso mangut-mangut.

“Adek minta tolong juga kalo pas mas mau berangkat dan Bagas belum bangun, mas tolong bangunin ya”
“Mumpung masih pagi kaya gini apa mau mas anterin aja?”
“itu---“, belum sempat bu Yuli menyelesaikan ucapannya tiba-tiba suara klaksoni kendaraan terdengar di depan rumahnya.

“siapa itu dek?”
“Ga tau mas”, bu Yuli memang tak tau siapa yang datang itu.
“yaudah Adek langsung mau berangkat aja mas”, sambungnya sambil mencium tangan suaminya.




Pak Warso ikut berjalan keluar mengantar istrinya untuk berangkat dan karna ke ikut sertaannya mengantar sang istri ke teras rumah, pak Warso bisa melihat siapa orang yang sedari tadi membunyikan klaksonnya.




“Loh bukannya itu pak Susno, Dek?”, seketika bu Yuli menatap jari suaminya yang mengarah ke depan gerbang rumah.



“Aduh, kenapa pak Susno kesini sih?”, batin bu Yuli.



“tumben pak pagi-pagi kesini. Ada perlu kah?”, tanya pak Warso sudah keluar dari gerbang dan bu Yuli mengikuti di belakangnya.
“Oh ini pak, saya Cuma mau ajak bu Yuli buat bareng aja ke sekolah. Kebetulan saya juga mau ikut bimbing petugas upacara kali ini”
“jadi ga enak saya pak”
“loh gapapa pak, lagian juga kan jalan ke sekolah searah. Bapak atau bu Yuli ga usah ngerasa ga enak, saya yang mau kok”
“Kalo saya sih nurut istri saya aja pak, kalo dia mau ya gapapa”, sambil melirik ke istrinya.

“Gimana dek?”, tanya pak Warso. Tanpa pak Warso sadari pula bahwa pak Susno menatap bu Yuli dengan amat lekat sehingga bu Yuki sendiri mengiyakan.
“Hitung-hitung irit bensin juga buat bu Yuli”, ujar pak Susno.
“Yaudah, Adek mau”
“ini bu Helmnya”
“Maaf ya, pak”, ucap pak Warso ketik istrinya sudah naik ke atas motor.







Sempat sebelum motor jalan, pak Susno menyuruh agar bu Yuli melingkarkan tangannya di perut namun hal tersebut sudah pasti di tentang oleh bu Yuli sendiri karna posisinya ada sang suami. Namun, karna pak Susno memberikan sebelah alasan yang jika dipikir logis akhirnya dari diri pak Warso sendiri tak mempermasalahkannya ketika sang istri di suruh untuk memeluk pria lain. Sejujurnya di dalam benak pak Warso merasakan sebuah kecemburuan.




Di tengah perjalanan pula pak Susno beberapa kali menertawakan ekspresi wajah pak Warso saat merelakan istrinya memeluk tubuhnya dari belakang.

Bu Yuli sendiri mendengar suara tawa dan ucapan pak Susno saat suaminya di pecundangkan seperti itu bukanya melepaskan pelukan tangannya, ia malah tetap mempertahankan tangannya.




“jangan kaya gitu ah, pak”
“kenapa bu? Bukankah ekspresi suamimu itu sangat lucu. Hahahaha.... sebuah ekspresi dari kecemburuan.
“Takutnya nanti mas Warso curiga sama kita pak”
“jangan terlalu pedulikan hal itu bu, justru yang seperti itu malah membuat semuanya terasa sangat menyenangkan”
“memangnya suami saya mainan!”
“mainan? Suamimu? Salah bu, yang mainan itu bu Yuli sendiri. Hahahaha...”, bu Yuli terdiam mendengar ucapan pak Susno tersebut yang menyebut bahwa dirinya lah yang sebuah mainan.





Kata Mainan yang terlontar dari mulut pas Susno dengan sangat jelas bisa bu Yuli artikan maksudnya dan karna mengertinya maksud kalimat pak Susno itulah yang membuat bu Yuli memilih untuk diam.

Sambil mengendarai keseimbangan motor, satu tangan pak Susno memegang tangan bu Yuki dan mengelus-elusnya dengan lembut layaknya seorang remaja yang tengah meluapkan rasa sayangnya.









Waktu masih menunjukkan pukul 06.03 saat motor yang di tumpangi keduanya bukan lagi mengarah ke jalan sekolah. Bu Yuli yang menyadari rutenya berubah pun bertanya perihal maksud dari tindakan pak Susno tersebut. Pak Susno membawa bu Yuli pada sebuah pasar yang dimana pasar tersebut bukanlah pasar yang menjual bahan pokok melainkan pasar grosir busana. Karna masih pagi sehingga pasar tersebut belumlah terlalu memperlihatkan aktivitasnya.




“Kok malah ke sini pak?”, bingung bu Yuli setelah turun dari motor.
“saya mau belikan ibu sesuatu buat ini”
“Aih!!!”, pekik bu Yuli kaget ketika dengan tiba-tiba pak Susno meremas payudaranya apalagi saat pak Susno melakukan hal tersebut ada yang melihatnya. Orang tersebut di taksirkan sepertinya sebagai tukang parkir dan orang tersebut baru datang langsung melihat hal tersebut hanya bisa melongo.
“itu ada yang lihat pak!”, sekilas pak Susno melihat ke arah tukang parkir tersebut.
“biarin aja, hitung-hitung sarapan mata buat dia”, jawabnya enteng lalu menggandeng tangan bu Yuli untuk masuk ke dalam pasar.





Karna pintu masuk ke pasar arahnya bertepatan dengan tukang parkir tersebut akhirnya bu Yuli harus menahan malu saat berlalu di depannya namun sejenak saat berpapasan dengan si tukang parkir, pak Susno terlihat berbicara singkat dengannya. Bu Yuli tak tahu apa yang di bicarakan oleh pak Susno terhadapnya. Sepertinya pak Susno tengah menyuruh tukang parkir tersebut untuk menutup mulutnya karna terlihat kepala tukang parkir mengangguk ketika pak Susno berbicara.



Pak Susno menggandeng tangan bu Yuli masuk ke dalam pasar dan sesampainya di dalam pak Susno mengutarakan lagi niatnya dengan ingin membelikan sebuah Bra batu untuknya. Rasa malu hinggap pada benak bu Yuli ketika dirinya akan di belikan barang tersebut, terlebih lagi yang akan membelikannya adalah sosok lelaki dan lelaki tersebut bukan suaminya.




“Ga usah aja deh pak, lagian Bra saya di rumah banyak kok”, tolak bu Yuli.
“saya akan hal itu tapi kan semua Bra yang ibu miliki itu bukan dari saya. Saya ingin bu Yuli pakai Bra yang saya belikan”
“Tapi pak—“
“mau pakai Bra yang saya belikan ini apa mau ga usah pakai Bra?”







Beberapa ruko di lewati oleh keduanya sampai pak Susno menemukan sebuah ruko yang pas. Ruko yang terletak paling ujung dan karna masih terlalu pagi hasilnya sang penjual masih terlihat menyiapkan barang dagangannya.

Kebetulan sosok penjual tersebut adalah seorang pria dengan perawakan sedikit kurus dengan wajah keturunan chinese.




“ko, ada Bra ga?”, tanya pak Susno.
“walah masih pagi udah ada yang datang aja, rezeki memang ya. Bra ada ini, mau ukuran yang berapa?”
“ukurannya saya ga tau, ko. Buat bini saya”
“lah gimana bapak ini mau beli Bra tapi ga tau ukuran dada bininya sendiri”
“Ukur aja sendiri ko”, ujar pak Susno yang membuat bu Yuli dan si penjual terkejut bingung.
“bini saya yang ini, koko ukur aja langsung sendiri”, sambung pak Susno memperjelas dengan memegang bahu bu Yuli.
“bapak apa-apaan sih?!”, protes bu Yuli.
“aduh, maksudnya gimana ini?”, si penjual masih belum juga mengerti maksud dari perkataan pak Susno.




Sekilas pak Susno melihat ke sekeliling sebelum melanjutkan ucapannya. Karna Ruko yang di sambangi merupakan berada di pojok dan waktu masih pagi sehingga lalu lalang orang masih sangatlah lenggang.




“koko carikan aja Bra yang sekiranya sama susu bini saya ini dan kalo memang ragu pas atau tidak koko boleh ujuk langsung. Ini susu bini saya memang makin hari makin gede aja jadi Bra yang di rumah mulai pada ga muat”, dengan berani dan kurang ajarnya pak Susno meremas payudara bu Yuli tepat di depan si penjual.





Di ketahui bahwa nama penjual tersebut adalah ko Ahong. Terlihat ko Ahong menelan ludahnya saat melihat pak Susno saat meremas payudara tersebut. Mau bagaimana pun ko Ahong adalah seorang pria dan pastinya akan terangsang pula melihat tindakan mesum seperti itu terlebih lagi pemilik dari payudara montok tersebut adalah bu Yuli.




“malah bengong. Belum pernah lihat susu indah kaya punya bini saya ya pak?”, pancing pak Susno.
“i-iya, soalnya punya bini saya ga seperti itu pak”, matanya tak lepas dari kedua payudara bu Yuli.
“Yaudah cepat carikan”. Ko Ahong dengan gugup mulai mencarikan Bra yang sekiranya pas untuk payudara bu Yuli.

“yang ini bagaimana pak?”, tanyanya dengan sebuah Bra hitam di tangannya.
“saya ga tau ko, coba koko ukur aja sendiri”
“Bb-benaran boleh pak?”
“Boleh kan bu?”, tanya pak Susno dengan tersenyum penuh arti.




Bu Yuli sendiri merasakan sebuah rasa aneh yang sama sekali belum pernah ia rasakan sebelumnya. Rasa di mana dirinya di permalukan oleh orang lain di depan orang lain pula yang tak ia kenal di tempat umum. Lewat senyuman pak Susno itu, bu Yuli hanya bisa mencoba untuk menurutinya.



“I-iya boleh, ko”, jawab bu Yuli tak kalah gagapnya dengan ko Ahong.





Dengan tangan gemetar ko Ahong menempelkan Bra hitam terbut di payudara bu Yuli. Dalam tahap ini ko Ahong memberanikan diri untuk mengambil kesempatan dengan menekan payudara bu Yuli. Gerakannya yang sedang berpura-pura mengukur payudara bu Yuli di gunakan oleh ko Ahong untuk menyenggolnya dengan cukup keras hingga benda kenyal itu terlihat sedikit bergoyang akibat senggolan tangannya.



Sementara pak Susno hanya mendiamkan apa yang di lakukan oleh ko Ahong karna memang niatnya memberikan hal tersebut supaya dirinya bisa melihat bu Yuli di cabuli oleh orang lain.




“pak...”, panggil seseorang saat ketiganya tengah terdiam. Ternyata yang memanggil tersebut adalah si tukang parkir dan di belakangnya pula ada beberapa lelaki. Jumlahnya semuanya ada sepuluh orang.
“Saya sudah bawa orang yang bapak bicarakan tadi tapi maaf kalo kebanyakan”, ucapnya.
“Justru kalo segini jadi bisa dapat banyak nanti. Udah tenang aja”, balas pak Susno pada si tukang parkir.





Sangat terkejut, itulah yang bu Yuli rasakan saat melihat kedatangan orang-orang tersebut. Dalam benaknya terpikir tentang rencana apa yang akan di berikan pak Susno terhadapnya. Rasanya sungguh takut saat memikirkan hal terburuknya jika saja rencana yang pak Susno buat itu adalah surya dirinya harus melayani semua pria tersebut.

Nafasnya menjadi memburu, detak jantungnya naik dengan drastis dan tubuhnya merasa panas dingin. Perasaannya takut akan kemungkinan-kemungkinan yang terjadi.




“aku tak siap jika harus melayani mereka semua. Gila jika aku harus melayani sebelas orang dengan pak Ahong, belum lagi di tambah pak Susno jika ia menginginkannya juga”, pikiran bu Yuli sibuk sendiri.




Ko Ahong berhenti dari aktivitas memesumi payudara bu Yuli karna dirinya juga bingung serta kaget dengan situasi yang sedang tercipta itu.

Pak Susno hanya melihat sekilas ke arah orang-orang tersebut dan kembali menatap bu Yuli.




“Bagaimana bu, Bra nya pas?”, tanyanya seperti tak terjadi apa pun. Bu Yuli yang bingung tak bisa menjawab dan saat itu pak Susno beralih ke ko Ahong.
“Bagaimana ko? Apa Bra nya pas di susu bini saya?", tapi ko Ahong pun sama sehingga membuat pak Susno merasa kesal, lalu merebut Bra hitam itu.





Dengan tangannya sendiri, pak Susno mengukur Bra yang dipilih ko Ahong di payudara bu Yuli dan ia juga memakaikan Bra hitam tersebut ke payudara bu Yuli dari luar baju.

Rasanya sungguh sangat malu untuk bu Yuli sendiri namun entah kenapa dirinya merasa bahwa selangkangannya sedikit agak basah. Dirinya sudah seperti tokoh super Hero Superman, hanya saja yang bu Yuli kenakan di luar bajunya bukanlah Celana dalam melainkan Bra dengan di tonton oleh pria-pria tersebut.




“Pilihan ko Ahong memang tepat, Bra nya muat di susu bini saya ini”, ucap pak Susno sambil memandang buah dada bu Yuli.
“Mau dimana?”, sambung pak Susno dimana kalimat tersebut berhasil membuat bu Yuli dan ko Ahong kembali bingung. Tapi khusus untuk bu Yuli sendiri rasa bingungnya di sertai dengan rasa takut. Dirinya melemas karna apa yang ia pikirkan tadi ternyata memang benar. Sepertinya dirinya harus di suruh untuk melayani mereka.

“di dalam ruko saya apa pak”, usul salah satu pria sambil menunjuk rukonya yang ternyata tepat di sebelah ruko ko Ahong. Pak Susno mengangguk.

“ini maksudnya apa pak?!”, takut bu Yuli.
“Saya ga mau harus di suruh buat layani mereka semua. Saya ga mau!”, pak Susno malah tertawa mendengarnya dan hal itulah yang makin membuat bu Yuli bertanya-tanya dalam rasa takutnya.
“yang suruh ibu buat layani mereka siapa? Tenang aja bu, saya Cuma mau minta bantuan merek aja kok”
“m-maksud bapak?”
“sudah, ikuti saja nanti juga ibu tau sendiri”
“ko Ahong juga boleh ikut. Soal dagangannya ga usah khawatir, nanti saya jagain”







Tetangga ruko ko Ahong bernama ko Aceng dan si tukar parkir bernama Noto. Untuk kesembilan pria lainnya tak terlalu penting namanya jika di sebutkan satu persatu.

Setelah ruko di terbuka setengah, pak Susno menyuruh bu Yuli dan semua pria untuk masuk k dalam ruko tersebut. Perasaan berdebar menanti apa yang terjadi sungguh sangat di rasa oleh bu Yuli tapi tidak untuk para pria. Para pria malah berdebar menangi kenikmatan yang akan mereka terima.




“Tukang parkir ini pasti sudah jelasin sama kalian peraturannya kan?”, semuanya mengangguk.
“nah karna disini ko Ahong belum tau maka akan saya jelaskan ulang jadi ko Ahong harus dengarkan baik-baik apa yang yang ucapkan”, ko Ahong mengangguk dalam nafsu dan bingung.
“Pertama-tama saya bakal jelasin maksud saya kumpulkan kalian disini. Kalian saya perbolehkan untuk menikmati keindahan tubuh bini saya ini dengan beronani secara langsung”, pak Ahong dan bu Yuli terkejut bukan main.





Bu Yuli mengela nafas lega karna ternyata dirinya tak harus melayani mereka tapi di sisi lain rasa leganya juga belum sepenuhnya hilang karna dirinya harus merelakan tubuhnya dijadikan tontonan sambil belasan pria beronani di depannya.




“kalian memang saya izinkan untuk onani tapi bukan berarti nantinya saya juga nakal izinkan kalian buat entotin bini saya ini. Tak boleh masuk memek, mulut dan kalian juga tak saya izinkan buat melakukan hal yang lain. Maksudnya gini, satu-satunya hal yang boleh kalian lakukan terhadap tubuh bini saya ini hanya satu, kalian Cuma di izinkan untuk meremasnya tanpa boleh mulut kalian menyosor. Mengerti?!”, semuanya mengangguk dengan antusias.
“Oke, kalo kalian semua sudah paham dengan peraturannya. Sekarang buka bajumu bu”
“Ha?”, kaget bu Yuli.
“perlihatkan susuku itu buat mereka coli”
“t-tapi pak”




Mengingat perubahan yang telah terjadi pada bu Yuli membuat pak Susno mempunyai sebuah ide walau ide yang ia dapatkan sebenarnya mempunyai risiko yang tinggi dan bisa saja dirinya bisa kehilangan sosok perempuan tersebut. Tapi jika hal itu terjadi pak Susno bisa mengembalikan semuanya seperti yang ia inginkan.




“Sekarang pilih, jika ibu menginginkan saya maka lakukanlah apa yang saya mau tapi jika tidak itu terserah bu Yuli dan saya ga akan ganggu ibu lagi”







Ini adalah kesempatan besar untuk bu Yuli terlepas dari pak Susno tapi entah kenapa tubuhnya serasa menolak dan sangat berat hati jika harus di tinggalkan olehnya. Perang batin terjadi antara menginginkan kenikmatan yang tak bisa ia terima dari suaminya dan ingin mengakhiri sebelum semuanya terlalu jauh.





Terbayang rasa nikmat yang membuat melayang, betapa keras dan sesaknya vaginanya saat di masuki oleh penis besar itu membuat pikiran bu Yuli di kuasai oleh hawa nafsu dari setan.

Tanpa mengucapkan sepatah kata pun, bu Yuli menjatuhkan tasnya dan mulai membuka kancing baju PNS nya satu persatu. Jika bilang dirinya tak merasa malu itu sangatlah bohong. Bu Yuli melakukannya dengan rasa malu yang ia coba untuk tekan. Semua kancingnya telah lepas memperlihatkan Bra putih yang ia kenakan hingga jemari lentiknya bergerak kembali melepas bajunya dari tubuh serta Bra putingnya sampai kedua bukit indahnya terpampang jelas, terumbar di depan dua belas orang.





“nah, karna bini saya ini sudah menyuguhkan hidangan berupa susu yang indah jadi sekarang sudah bisa kalian mulai. Saya biar jaga di luar, tapi ingat dengar peraturan tersebut. Jika sampai ada yang melanggar saya bakal teriak dan buat seolah-olah kalian sedang memperkosanya”
“oh iya, jika kalian mau keluar, keluarkan di dalam Bra baru hitam itu. Jadikan cup Bra nya untuk menampung semua peju kalian”
“siap bos!”
“Siap pak!”, jawab mereka dan terlihat satu persatu mulai menurunkan celananya.






Di hadapan bu Yuli kini terlihat dengan amat jelas berbagai ukuran dan warna dari penis-penis orang tersebut. Belum pernah terpikir bahwa dirinya akan berada di situasi seperti. Berdiri dengan kedua buah dada terbuka, di kelilingi oleh sebelas orang dan dengan penis mereka yang mengacung tegak.





“Anjir teteknya mantap banget cuy!”, salah satu pria memuji payudara bu Yuli dengan tangannya sudah mulai mengocok kejantanannya.
“benar banget tuh, jadi gemas pengen remes”, timpal seseorang.
“Aaakkkhhh!!!”, pekik bu Yuli saat tangan-tangan kasar itu secara bergantian mulai meremas payudaranya.





Ada yang hanya sekedar meremas bisa namun ada juga yang meremas keras dengan di sertai memilin serta mencubit putingnya. Saat itu payudara indah nan mengkel itu sudah menjadi bulan-bulanan tangan kasar mereka.





“Eegggghhhh....s-sakit pak. Jangan keras-keras”, lenguh bu Yuli saat ada yang meremas keras payudaranya akibat gemas dengan bentuk serta kekenyalan payudaranya.
“Maaf, mbak soalnya teteknya bikin gemas”
“sumpah ini guru bikin kontol gue ngaceng banget lihatnya. Gue jadi pengen jadi anak sekolahan lagi deh biar gue bisa di ajar sama mbaknya”
“bukan lu yang di ajar tapi nanti malah ku yang ajar mbaknya”
“wah benar tuh, tapi bukan ngajar pelajaran tapi ngajarin ngentot. Hahahaha”





Sementara itu di luar ruko pak Susno yang sedang berdiri menjaga situasi sambil merokok mendengar suara-suara dari pria-pria yang tengah melecehkan guru kebanggaannya itu. Mendengar semua pelecehan yang di lontarkan pada bu Yuli membuat rasa nafsu terhadapnya semakin memuncak.




“Ini sih nanti gue harus minta jatah”, lirih pak Susno.















Di waktu yang sama, Bagas sudah berpakaian lengkap hendak berangkat ke sekolah. Setelah mengunci pintu dan gerbang, dirinya pergi menjauh menggunakan sepeda motornya.

Walau masih pagi tapi pikirannya sudah campur aduk tak jelas. Memikirkan tentang ibunya yang sejak pagi-pagi sekali sudah berangkat ke sekolah dan keberangkatannya itu bersama pak Susno. Pria yang sama sekali tak ia percaya sekarang. Setiap ibunya bersama kepala sekolah tersebut membuat pikirannya selalu terbayang hal-hal yang kotor.




“Alasan apa itu dengan mengucapkan bahwa akan mempersiapkan murid yang jadi petugas upacara”, gumamnya.
“Bilang aja kontol lu pengen acak-acak memek ibu”, antara kesal dan cemburu nafsu membuat Bagas menambah kecepatan motornya.














Sudah lewat hampir lima belas menit dan beberapa pun sudah ada yang kalah dengan mengeluarkan spermanya di cup Bra hitam yang di maksud oleh pak Susno.





“Aakkkhhsss.....ngocok aja udah senikmat ini apalagi kocok di memeknya. Ssshhhhh....”, ucap ko Aceng dengan penisnya yang tak di sunat itu.
“selain Guru, mbaknya jadi Lonte juga ga? Kalo iya saya mau pake nih”, bu Yuli masih diam sedari tadi tak mau menjawab satu pun celotehan kotor pria-pria tersebut.
“berapa tarifnya mbak? 100?”


“gila aja badanku hanya di hargai semurah itu”, bagian bu Yuli kesal mendengarnya. Selain karna rasa kesal, bu Yuli yang sedari tadi menahan nafsu pun angkat bicara.




“80jt!”, ucapnya asal.
“bisa bicara juga ternyata ini Lonte. Hahahaha.... 80jt? Kaya harga artis yang itu aja”
“jangan samakkan saya sama orang itu!”
“memangnya kenapa, mbak? Kan Lonte ga ada bedanya”, sungguh panas rasanya saat mendengar dirinya berkali-kali di sebut sebagai Lonte tapi pelecehan seperti itu justru malah membuat libido liar dalam tubuhnya semakin keluar.

“apa kalian ga lihat? Payudara saya lebih besar, padat dan juga masih kencang. Dia? Udah kecil, kendur pula. Saya kan ga gitu”, jawab bu Yuli dengan vulgar dan di bubuhi sedikit nada menggoda.
“Memeknya? Dilihat dari kejadian ini gue ga percaya kalo memek mbaknya ga pernah di pakai banyak kontol deh”, tanya ko Ahong masih dengan penisnya yang di kocok nikmat sambil meremas payudara bu Yuli.
“Vagina saya masih rapat dan saya juga ga pernah di pakai orang seperti yang bapak pikirkan”
“Wah gue suka ini. Ssshhhhh.... Lonte tapi ngomongnya Vagina”
“Bener banget, gue juga suka banget sama gaya ini Lonte. Dandanannya aja kaya Muslimah pake jilbab tapi kelakuannya suka kontol juga. Hahahaha....”



“Aakkkhhsss....mau keluar gue. Ssshhhhh....”, dengan cepat ko Ahong mendekat ke Bra hitam yang akan di beli oleh pak Susno untuk Bu Yuli.





Sambil di kocoknya dengan cepat dan mengarahkan ujung kepala penisnya ke cup Bra hitam itu, ko Ahong melenguh panjang dengan nada nikmatnya.


CROT!!! CROT!!! CROT!!! Spermanya keluar dan bercampur dengan sperma lainya yang sudah terlebih dahulu keluar. Terlihat kedua cup Bra telah terisi banyak sekali oleh sperma.





Tak lama setelah ko Ahong klimaks, pria-pria yang tersisa pun ikut mencapai klimaksnya dengan menyemprotkan di cup Bra. Pancutan demi pancutan cairan putih kental hina itu masuk ke dalam cup dengan amat deras dan banyak.









Setelah kesebelas pria telah berhasil mengeluarkan spermanya, pak Susno dipanggil untuk masuk kembali ke dalam ruko oleh salah satu pria.

Terlihat di dalam sana kondisi tubuh bu Yuli terduduk di lantai dengan kedua payudaranya terbuka dan memerah akibat remasan-remasan keras dari pria-pria tersebut.





“wah ternyata banyak juga ya”, ujar pak Susno melihat Bra hitam tersebut yang kedua sisinya sudah terisi penuh oleh sperma.

“Bagaimana rasanya bu tubuhnya di jadikan bahan coli oleh sebelas orang langsung di hadapanmu? Bagaimana juga rasanya susunmu di remas oleh banyak tangan?”





Beberapa saat pak Susno menunggu jawaban bu Yuli, “e-enak pak”. Dan jawaban bu Yuli itu di hadiahi oleh tepuk tangan pak Susno, bahkan kesebelas pria lainnya pun ikut bertepuk tangan.




Pak Susno berjalan mengambil Bra hitam tersebut, “sekarang ibu pakai Bra ini. Tadi kan saya bilang mau belikan bu Yuli Bra baru”





Sontak saja wajah sayu bu Yuli kembali di buat kaget oleh permintaan aneh pak Susno itu. Dilihatnya di dalam cup Bra tersebut sudah menggenang oleh banyaknya sperma dan dirinya di suruh untuk memakainya. Benar-benar gila pria itu.





“T-tapi kan banyak spermanya pak”
“karna banyak peju seperti inilah yang saya inginkan bu. Saya mau bu Yuli pake Bra yang banyak peju nya. Tenang aja bu, pasti rasnya bakal nikmat banget soalnya nanti kan susumu itu bakal terlumuri sama peju-peju ini. Hehehe...”
“sini biar saya bantu pakai”





Tanpa mendengarkan keluhan bu Yuli, pak Susno tetap memakaikan Bra tersebut di kedua payudara bu Yuli. Rasa hangat dari sperma menerpa kulit payudaranya. Karna jumlahnya terlalu banyak membuat isinya meleleh keluar menari di lipatan payudaranya hingga ke perut.

Namun sperma yang meleleh itu seakan tak ingin terbuang sia-sia dengan pak Susno mengelapnya dengan tangan dan mengarahkannya di depan mulut bu Yuli.




“Jilat, bu dan telan”
“Tapi, pak”
“mereka sudah bantu kita loh, masa kamu mau sepelekan bantuan mereka. Ucapkanlah terima kasih dengan menelan sperma mereka yang meleleh ini”






Bu Yuli mulai menjulurkan lidahnya ke telapak tangan pak Susno yang terdapat genangan kecil sperma. Dengan gerakan lambat, lidahnya mulai menari menjilati sperma tersebut. Perlahan tapi pasti hingga telapak tangan pak Susno bersih dan bu Yuli telah menelannya habis. Rasa asin dan amis memenuhi indera pengecapnya.






Sebelumnya memang sudah di pasangkan Bra tersebut tapi belum terpakai dengan sempurna. Pak Susno melepaskan kembali secara perlahan Bra tersebut sehingga payudara Bu Yuli terlihat jelas mengkilap oleh sperma yang menempel.



Karna banyaknya sperma tersebut, ok Susno melakukan gerakan dengan meratakannya di sekujur bagian payudara bu Yuli sampai benar-benar merata. Di bawah paparan sinar lampu ruko, kedua payudaranya mengkilap dengan aura membuat nafsu yang kuat.





“terima kasih bapak-bapak sudah mau mengumbangkan peju nya buat bini saya ini”
“Wah sama-sama pak. Kita semua yang harusnya berterima kasih. Hehehe....”
“oh iya ko, ini berapa Bra nya?”, tanya pak Susno beralih pada ko Aheng soal harga Bra hitam tersebut.
“Ga usah! Ga usah, pak kan udah di bayar tadi”
“yaudah deh, kalo gitu itu Bra lama bini saya buat koko aja”
“Serius ini pak?”, pak Susno mengangguk dan akhirnya pamit.





Namun baru saja beberapa langkah keluar dari Ruko ada salah satu pria yang bertanya. Sepertinya pria tersebut sangat menginginkan tubuh bu Yuli.





“maaf pak, bapak ini mengajar di sekolah mana ya?”
“kalo untuk itu bapak ga perlu tahu. Memangnya kenapa?”
“gimana ya ngomongnya, maaf sebelumnya. Saya tertarik sama tubuh istrinya. Saya....saya pengen bayar tubuhnya buat puasin saya”


“Bini saya bukan Pelacur!”, Jawabnya dengan tegas dan menggandeng tangan bu Yuli untuk keluar dari pasar.







Dalam hati, bu Yuli merasa senang karna di balik permintaannya yang aneh-aneh ternyata pak Susno masih membelanya dan setelah ucapan tersebut, bu Yuli terus saya menatap lekat punggung pak Susno.













-------





Upacara sebentar lagi sudah mau di mulai dan untungnya pak Susno dan bu Yuli tak sampai terlambat. Namun di parkirkan motor ini bu Yuli merasa khawatir jika harus pergi karna kondisi bajunya atau lebih tepatnya bagian kedua payudaranya sedikit basah akibat sperma yang merembes dari balik Bra barunya itu.




“tapi saya takut kalo ada yang sadar pak”
“Ga bu, tenang aja. Percaya sama saya”
“memangnya ga bau?”, tanya bu Yuli sambil melihat ke arah dadanya.





Tanpa melirik ke sekitar terlebih dahulu, pak Susno menundukkan kepalanya telat di depan payudara bu Yuli. Tentu saja apa yang dilakukan pak Susno itu membuat bu Yuli kaget dengan mencegah kepala pak Susno agar menjauh.


Disana pak Susno hanya mencoba menghirup tanda basah di dada Bu Yuli beberapa kali.




“Ga. Ga terlalu bau peju sama sekali kok bu. Tenang aja, guru yang lain atau para murid pun ga bakal menciumnya”
“Udah ayo, sebentar lagi upacara mulai”. Untuk menghindari kecurigaan, pak Susno berjalan duluan masuk ke area sekolah.







Sesampainya mereka di tempat upacara, pak Susno menempati posisinya dan bu Yuli masuk ke barisan guru tapi dengan mengambil sedikit jarak supaya tak ada yang mencium bau sperma dari payudaranya.




“itu kenapa bajunya kaya basah gitu bu?”, tanya salah satu guru perempuan.
“Eh ini...tadi saya kira terlambat jadi buru-buru terus ga sengaja tabrak murid yang bawa minum”, guru tersebut menganggukkan kepala dan tak lama upacara pun di mulai.






Tanpa bu Yuli sadari ada sepasang mata yang tengah menatap dirinya. Bagas, di brisannya melihat ke arah sang ibu yang baru datang itu. Dari posisinya berdiri dirinya dapat melihat bahwa baju ibunya pada bagian dada terlihat basah.









Sinar matahari mulai naik ke cakrawala membuat rasa panas mulai menyengat membuat bu Yuli mulai tak nyaman. Payudaranya yang telah di lumuri sperma dan juga harus memakai Bra berisi sperma membuat kulit payudaranya menjadi lengket. Sperma-sperma tersebut bercampur dengan keringat dan panas matahari membuat rasa lengket itu semakin menjadi.


Keringat mulai terlihat di dahinya akibat panas, rasa risih dan rasa khawatir takut ketahuan apa yang ia sembunyikan di balik baju seragamnya itu.




Rasa itu harus bu Yuli tahan sampai upacara selesai. Seperti biasa, guru yang pertama kali meninggalkan tempat upacara dan saat itu pak Susno yang berpapasan dengan bu Yuli berbicara singkat.






“Nanti datang ke ruangan saya”, singkatnya.













.
.
.



*Bersambung....
Blm update y
 
Bimabet
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd