High and Dry
Tak tau berapa kali aku memindahkan tangan mira yang selalu menganggu persnelingku dan tak pernah terpikirkan oleh ku wanita satu ini tidak bisa diam saat tidur ternyata. kata wong jowo “Akeh pola ne koyok jaran kepang” banyak geraknya kayak kuda lumping. Wajahnya yang nampak gelisah itu semakin membuatnya manis. Kedua bola mata kami sempat saling bertatapan dan sempat Membuat mira menjadi salah tingkah.
“Mau pesen berapa tusuk sate mir?” Ucapku
“Yah? “ Responenya
“Seterah mas” Balasnya
“Ok, mumpung lagi di tegal. Aku pesen 40 tusuk aja yah kalau gitu” Ucapku
“Iyah mas” Ucap setujunya
“Hah? Banyak banget?” Imbuhnya kaget
“ Gak usah tanggung-tanggung kalau makan disini” Ucapku
Setelah aku pesan sate dan sempat kembali lagi ke tempat duduk asal. Aku memperhatikan mira semakin gelisah melihati Hpnya. Sesekali kedua bola matanya meliriku namun ia enggan untuk berkomentar. Kuambil Hpnya lalu ku masukan kedalam kantungku. Sehingga sempat membuat mira semakin panik hendak inggin merebut kembali.
“Mas-mas please....balikin” Ucap mira
“ Yuk, ngobrol-ngobrol” Balasku
“Oh, iyah tadi katanya kamu mau ngomong sama aku” Ucapku
“Apa?” Imbuhku
“Enggak jadi mas...” Balas mira dengan wajah yang lesu
“Mas balikin...” Pintanya dengan tangan yang meminta
Aku sempat memberikan sendok ke tanganya hingga akhirnya membuatnya tersenyum.
“Mas aku teriak nih” Ucap mira dengan wajahnya yang serius
“Gih, teriak sana” Ucap tantangku
Saat moment itu aku melihat sifat kekanak-kanakanya sama persis seperti apa yang ia lakukan saat kami sedang berdiri di depan mading rumah sakit.
“Balikin atau aku lempar sendok nih? “ Ucapnya dengan ancang-ancang hendak inggin melempar sendok kearahku dengan wajahnya yang kesal.
“Yah, lempar aja” Ucapku
“1, 2 ,-“ Hitung mira
“Oh, iyah pak disini pak” Ucapku mengalihkan perhatian
Saat itu aku langsung merebut sendok yang berada di tangan mira dengan secepat kilat. aku sempat melihat wajahnya yang amat begitu kesal. Manis.Kesan itulah yang aku lihat ketika mira pura-pura tidak tau keberadaanku. Ketika aku tanya dia nyanyi-nyanyi sendiri sambil autis mainan tutup tusuk gigi.
“Mir ka-” Ucap panggilku
“Na na na na hmm...hmm...hmmm” Mira yang sedang ngambek sambil mendengungkan merdu suaranya.
“Mir-mir-“
“Hmm~ hmmm...hmmm...la~ la” Dengungan suaranya
“Mir, disini kamu...ada itu” Ucapku sambil menunjuk-nunjuk jidatku sendiri memberikan kode kepadanya dan ia sempat terpancing menyentuh jidatnya sendiri.
“Ada apa mas?” Ucap paniknya sambil menyentuh jidatnya sendiri
“Ada iler kamu” Ucap bisik ku
“Hah? Serius mas? “ Ucap bisik mira yang menanggapiku dengan serius. Ia pun langsung mengusapi jidatnya sendiri dengan gulungan tissue.
“Mfhht...” Cenggesanku
“Yah, udah deh. Aku pulang aja. Makasih yah mas” Ucap mira yang langsung pergi meninggalkan tempat duduk kami berdua.
Aku biarkan dia yang sedang pundung dan ternyata lucu juga kalau lagi ngambek. Aku sempat melihat jam tanganku yang sudah mengarah 10 malam. Sejenak sambil tenang menunggu mira yang sedang ngambek aku melirik Hpku di bawah kolong meja. Melihat SMS dari kedua istriku yang sedang menanyai keberadaanku. Miss call pun tak terhitung jumlahnya , terutama indah yang mungkin dalam keadaan gelisah. aku sempat menelpon istriku agar tidak membuatnya kawatir. Meskipun hati ini menyimpan rasa bersalah yang amat besar. Tapi itu merupakan suatu kewajibanku untuk membalas kembali miss call darinya. Istri sempat meneruskan obrolan ke nyokap yang sedang berada di rumah. Niat inggin menelpon sebentar menjadi semakin lama karena nyokap ngebahas persoalan tadi di rumah sakit. Ketika aku melihat mira dari arah kejauahan sedang celingak-celinguk kebinggungan lalu kembali lagi kespot tempat duduk kami berdua. Dengan gerakan kilat aku menyimpan kembali Hpku lalu ngeloyor ke toilet untuk meneruskan perbincangan dengan ibuku. Aku tidak inggin membuatnya semakin gelisah ketika aku sedang memegang Hpku, apalagi menelpon seseorang. Yap, menggengam HP di hadapan pujaan hati merupakan hal yang taboo bagi pria beristri sepertiku. Secara tidak langsung aku pasti menyakitinya.
Ketika percapakan ku dengan ibuku usai. Di toilet aku masih sempat-sempatnya melirik sejenak pesan BBM dari linda yang sedang di mabuk kepayang oleh ulahku sendiri dan secara tidak langsung membuat celana jeansku terasa sesak akibat melihat pesan bergambar linda yang sedang memancingku dengan menggenakan busana erotis. Sejenak aku sempat menelponya untuk sekedar menanyai kabarnya. Percakapan kami berdua menjadi semakin intens . birahi yang tak terhankan ini rupanya membuatku sejenak melupakan wanita yang sedang menungguku kebinggungan disebrang sana. Singkat cerita linda hanya minta jatah penyaluran syhawat gara-gara mendengarkan suara manja lita yang sedang bersetubuh dengan pak mud kamar sebelah. Apalagi pak mud ku liburkan sehingga membuatnya menjadi semakin leluasa bersetubuh dengan sang pujaan hati yang sedang di mabuk obat terangsang.
Aku kembali lagi ke spot tempat duduk ku dan aku sempat melihat hidangan sate yang dianggurkan begitu saja. Mira sempat melihatku dengan wajah yang cemas. Sementara itu giliran aku yang gelisah saat itu.
“Kok balik lagi?” Ucap sindirku
“Mas tadi lagi apa?” Tanya nya dengan wajah yang cemas.
“Istri mas telpon yah?” imbuhnya
“Oh, enggak...perut aku sakit banget. Sekalian ngasep dulu sebentar...hehe” Ucapku
“Ohhh....habis ini pulang yah” Ucap mira dengan wajah yang lesu.
Dengan sekejap rasa terangsang ku itu menghilang akibat melihat wajah mira yang amat begitu cemas.
“Ah, enak nih satenya mir... yuk makan dulu” Ucapku mengalihkan perhatian.
“Mas...” Genggam tangan mira ke lenganku
“Bisa dengerin aku? Sebentar aja” Ucap mira menatapku
“Okay apa mir?” Ucapku
“Mas aku eng-“
“Aku enggak mau ganggu rumah tangga kamu” Ucapku memotong pembicaraanya
“Salah gak kalau aku pingin makan sama kamu?’ Tanyaku dibalas meneleng-nelengkan kepalanya
“Terus yang buat kamu merasa bersalah apa mir? Aku udah punya istri gitu?” Ucapku
“Emangnya kalau aku udah punya istri aku gak boleh makan sama kamu?” imbuhku membuat ia bungkam.
“Ohhh...kamu setuju aku ajak makan di luar. Karena kamu merasa berhutang sama aku? “ Ucapku
“Mass..” Mira dengan kedua bola matanya yang berlinang
“Apa mir?” Ucapku menatap kedua bola matanya yang seperti embun pagi itu.
“Karena aku sayang sama kamu, rasa itu yang ngebuat aku sakit” Ucap mira
Kugenggam erat tanganya ketika ia menitikan air mata. Saat itu kami berdua menjadi tontonan orang di sekitar kami. Rasanya tempat ini tidak layak untuk melakukan perbincangan kearah suasana hati mira.
“Bisa kita makan dulu” Ucapku dibalas anggukanya.
Usai makan sate aku mengajak mira yang sedang diam seribu bahasa ke gucci puncak pass. Kunikmati slide show pemandangan lampu-lampu kota tegal sambil memacu mobilku dengan kecepatan tinggi. Berkelok-kelok bagai suasana hatiku yang tak bisa kugambarkan. Ucapan mira terus terang membuatku bahagia namun secara tidak langsung menimbulkan banyak pertanyaan di hatiku. Tentang nasib kami berdua, Setandus dan sekering inikah dataran bumi ini bagi seorang pria yang beristri dua sepertiku? Seperti itulah atmosfir ruangan hampa itu ketika kami mendengarkan music High & dry di salah satu ch radio yang tak sengaja kuganti dengan tanganku sendiri.