begawan_cinta
Guru Semprot
- Daftar
- 27 Oct 2023
- Post
- 581
- Like diterima
- 10.074
3 kisah digabung menjadi 1.
Selamat menikmati.
Semoga tidak membosankan.
~~~●●●~~~
BH Mama
Selamat menikmati.
Semoga tidak membosankan.
~~~●●●~~~
BH Mama
AKU baru saja menaruh sepeda motorku di halaman, Mama berlari keluar dari rumah. “Yudi... Yudi... tolong Mama sebentar ya?” kata Mama.
“Tolong apa, Ma?” tanyaku pada Mama.
“Masuk dulu sini...” suruh Mama.
Aku masuk ke rumah meletakkan ranselku di kursi ruang tamu, Mama keluar dari kamarnya membawa sebuah kantong plastik. “Ini BH...” kata Mama.
“BH? Buat apa, Ma?” tanyaku bingung.
“Tadi Mama beli...,” Mama mengeluarkan 2 potong BH, satu berwarna hitam dan satu berwarna merah dari kantong plastik. “...ternyata nggak pas buat Mama. Tolong Mama tukar ya, ini masih ada bonnya. Mama sudah janji sama mbaknya, kalau nggak cocok boleh ditukar...”
“Ahh... Mama, masa suruh aku yang tukar BH sih?”
“Nggak apa-apa, tolong Mama sebentar, ya... soalnya besok sudah nggak boleh ditukar...”
“Memangnya tadi beli nggak dicoba dulu? Mau tukar nomor berapa?”
“Barang obral, kata mbaknya nggak boleh dicoba. Yang sekarang nomor 36, tolong Mama tukar nomor 38, ya...”
“Besar amat nomor 38?” kataku.
“Memang besar tetek Mama, nih...” Mama membusungkan dadanya di depan aku.
“Hee... hee...” aku tertawa.
“Iya... kan?”
“Iya...” aku menjulurkan tanganku ke dada Mama. Siapa suruh memamerkan tetek padaku, kataku dalam hati.
“Eittss... pegang-pegang, ada Fendi ah di kamar!” Mama menepis tanganku. “Sudah, makan dulu sana baru pergi, ada ikan asin dan sayur asem...”
Aku pergi ke dapur. Mama menyiapkan makanan untuk aku di atas meja. Lalu aku duduk di bangku yang berada di depan meja makan mulai menyuap nasi ke mulutku dengan sendok.
Karena perutku sudah lapar, aku makan dengan lahap, apalagi sayur asem bikinan Mama sangat nikmat dimakan sama ikan asin. Sebentar saja nasi dipiringku sudah ludes.
“Mau tambah lagi nasinya?” tanya Mama datang membawakan aku segelas air minum.
“Sudah kenyang Ma, sayur asemnya enak!” pujiku memandang Mama yang berdiri di samping aku. Mataku menatap teteknya yang sangat mengundang itu. Mengundang untuk dijamah, mengundang untuk diremas.
Kemudian aku merangkul pinggang Mama, lalu kucium teteknya yang terbalut kaos dan BH. “Genit, ya? Nih... sekalian cium ketek Mama, wangi....” kata Mama mengangkat lengannya.
Tanpa menunggu lagi, aku beranjak bangun dari bangku yang kududuki, lalu kucium ketek Mama dan kusedot bau ketiak Mama yang wangi merangsang itu. “Ee.... beneran, ya.... Yudii... Yudiii.... Yudiii... oohhh.... Yudiii...” seru Mama ketika tanganku ikut meremas teteknya.
“Ii....ihh...” Mama memukul tanganku. “Nakal nih tangan...”
“Enak sih....”
“Kamu yang enak, Mama yang kebagian sakitnya... tetek masih di dalam BH... diremas-remas...” kata Mama mengomel. “Sudah, minum tuh... airnya...” suruh Mama. “... BH Mama nanti tukar dengan warna yang sama ya, kalau model... terserah kamu, kamu pilih aja sendiri, sukanya model apa...”
Mama membawa piring dan gelas bekas makan dan minumku ke tempat cuci piring.
Aku pengen usilin Mama lagi. Aku melangkah mendekati Mama memeluk perutnya yang agak buncit. “Sudah, pergi sana... nanti pulang dari toko saja kalau mau cium Mama, sekarang nggak enak, lagi ada Fendi di rumah...” kata Mama.
Mama seolah-olah merestui aku mengusilinya. Aku mencium leher Mama, sementara itu kedua tanganku merayap ke atas memegang kedua teteknya yang berdiri tegak di depan dadanya karena Mama memakai BH yang ketat dan tebal mangkok BH-nya supaya teteknya yang montok itu bisa ditopang dengan sempurna, tidak menggelayut.
“He... nanti kelihatan sama Fendi... sudah, sana pergi dulu... pulang nanti kamu mau apa saja silahkan...” kata Mama sambil mencuci piring, sedangkan telapak tanganku mengelus-elus dadanya yang membusung itu.
“Nih anak... ngomong nggak mau ngerti ya? Penasaran, ya?” tanya Mama.
“Hee... hee... aku buka ya BH Mama....”
“Iya... biar penasaran kamu itu hilang...”
Terus tanganku membuka pengait BH Mama di belakang. Thezzz... BH Mama menjadi longgar di dalam kaosnya. Mama lalu membalik menghadap aku. Kedua tangannya yang basah diletakkannya di pundakku. “Mau ngapain sih?” tanyanya.
Aku memeluk Mama. Dalam sekejap kedua bibir kami sudah dalam dekapan yang saling mengecup dan saling melumat. Ludahku dan ludah Mama pun bercampur menjadi satu ketika lidah kami saling menjilat, saling memelintir dan saling menghisap.
O... tidak kusangka Mama mau bercinta denganku. Mungkin Mama horny ketika tadi kupegang-pegang teteknya. Sejurus kemudian tanganku sudah masuk ke dalam kaosnya.
BH-nya kuangkat, lalu teteknya yang menggelayut di dadanya kuremas-remas, putingnya yang besar kuputar-putar dengan jariku. Napas Mama tidak beraturan sudah, mendengus-dengus dan mendesah-desah, tubuhnya bergetar hebat. Mama memeluk aku erat-erat.
“Maammaa... gak tahann, Yudiii... Mamm... maa... gak tahannn... Mama keluarrr... ooohhh...” kata Mama pelan di dekat telingaku dengan napas tersengah-engah.
Mama orgasme. Aku membawa Mama duduk di bangku. Kulihat wajahnya sayu dan pucat. “Kamu.... bikin Mama lemes...” kata Mama pelan.
“Maaf ya, Ma... aku nggak tau Mama cepat gitu keluarnya...”
“Sudah, sana pergi... nanti Fendi keluar dari kamar melihat Mama lemes gitu, disangkanya kita lagi ngapain lagi di sini... ia kan sudah ngerti yang gitu-gituan... Mama pernah melihat ia nonton film porno dan ngocok kemaluannya di kamar....” kata Mama.
“Punyaku, gimana nih, Ma? Lagi keras banget...”
“Di pojok situ... biar nggak ketahuan Fendi....”
Mama takut banget dengan Fendi. Memang orangnya agak kasar, suka bentak-bentak Mama. Kalau Mama omongin sedikit saja, ia suka nggak mau terima meskipun ia bersalah.
Di pojok dapur, aku berdiri menurunkan celana panjangku dan ketika aku menurunkan celana dalamku, kontolku yang keras terpental keluar dari celana dalamku. Kemudian Mama berlutut, Mama memegang pangkal kontolku dengan tangannya hangat. Aku menggelinjang.
Kemudian Mama membuka mulut memasukkan kontolku ke dalam mulutnya. Ketika dikulum... ahhh... ditambah telapak tangan Mama meremas-remas biji pelerku... uuughhh... segera kukocok kontolku keluar-masuk di mulut Mama.
Peduli amat orang mau ngomong aku anak durhaka, sebab sudah tidak bisa kutahan lagi akan nikmatnya kuluman mulut Mama.
Kepala Mama ikut maju-mundur, Kelihatannya ia begitu nikmat menghisap kontolku yang keras, panjang dan besar. Air ludahnya sampai menetes keluar dari mulutnya.
Aku pun sudah mampu bertahan lebih lama lagi. Kontolku berdenyut-denyut dan tubuhku mengejang hebat. “Ooohh... Mamaaa... Mamm...maaa... aku kluarrrrrr....” erangku.
Kupegang kepala Mama, lalu kusemburkan air maniku di dalam mulutnya. Crroottt... crrooottt... creettt... crrooottt... semburan yang begitu kencang, seperti semburan lava dari gunung berapi yang meletus. Mama sampai menahan napas dan memejamkan matanya.
“Paling nikmat, Ma....” kataku ketika Mama mengeluarkan kontolku dari mulutnya.
Mama tersenyum sembari mengulum air maniku, lalu berlari pergi menuju ke tempat cuci piring mengeluarkan air maniku dari mulutnya. Sementara itu aku memakai kembali celanaku. Tubuhku masih lemas lunglai ketika aku naik sepeda motor pergi ke toko untuk mengganti BH Mama.
~~~●●●~~~