Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

DRAMA 42?

suamidiani

Suka Semprot
Daftar
16 Apr 2019
Post
24
Like diterima
7
Bimabet
42
Part 1
Beberapa hari yang lalu aku memutuskan bahwa aku menginginkan lebih, aku ingin lebih dari sekedar bersalaman, aku ingin lebih dari foto bersama, aku ingin lebih dari sekedar menonton saja, aku ingin mendapatkan apa yang kuidam-idamkan sejak dulu, tubuh indah mereka.
Sudah beberapa jam sejak show mereka hari ini selesai dan aku mulai bosan menunggu sasaranku, salah seorang gadis idola yang sejak dulu ingin kujamah tubuhnya. Saat batang terakhir rokokku habis, akhirnya kulihat dia berjalan keluar dari mall dua huruf dengan mata yang terpaku pada layar handphonenya. Sesaat kemudian dia masuk kedalam sebuah mobil berhenti tepat didepannya, dugaanku itu adalah taksi online yang dipesannya.
“Ikutin bang, mobil yang itu.” Perintahku kepada supir taksi yang mobilnya kusewa untuk melancarkan aksiku.
“OK, jalan kita.” Balasnya setelah membuang puntung rokoknya keluar jendela. Dia bukanlah sosok yang banyak tanya, setelah mendapatkan lima ratus ribu dariku, dia bahkan tak mau tahu alasanku melakukan ini semua.
Aku tak terlalu ingat bagaimana awalnya aku bisa terjerumus ke dunia yang disebut sebagai peridolan, mungkin karena aku penasaran setelah melihat para gadis dengan rok mini menari-nari di layar televisiku, atau mungkin karena aku tak sengaja melewati theater mereka di daerah Sudirman. Entahlah, tetapi setelah itu aku menjadi salah satu mahluk yang disebut sebagai wota dan mengikuti segala macam kegiatan dan hal-hal yang berhubungan dengan group idola remaja tersebut.
Lalu Frieska, gadis yang mobilnya sedang kuikuti sekarang adalah alasanku tetap berada di dunia laknat itu. Dia adalah personifikasi malaikat yang turun ke bumi, begitu cantik, manis dan membuatku mabuk kepayang oleh senyumnya. Dengan bodohnya aku mengira bahwa aku jatuh cinta padanya, merasa dia adalah belahan jiwaku yang hilang, menjijikan. Hingga akhirnya aku sadar bahwa yang selama ini yang kurasakan bukanlah cinta tapi napsuku kepadanya, yang membuatku mabuk kepayang bukanlah senyumnya tetapi khayalanku akan nikmatnya mengecup bibir merah muda miliknya. Untunglah sekarang aku sudah sadar dan memutuskan untuk melakukan sesuatu yang benar pada akhirnya, setelah aku dapat merasakan hangat tubuhnya maka semua kebodohan yang pernah kulakukan atas nama cintaku kepadanya akan terbayar lunas.
Beberapa hari yang lalu aku mulai mencari semua informasi yang bisa kudapatkan tentang kehidupan pribadi Frieska, kampusnya, tempat-tempat yang biasa dikunjunginya namun sekeras apapun aku mencoba aku tak dapat menemukan alamat ataupun kontak pribadinya. Tentu ada beberapa yang mencoba menjual informasi palsu kepadaku, hingga kuputuskan untuk mengikutinya dan membiarkanya menuntunku ke tempat tinggalnya.
Aku sengaja meminta untuk berhenti cukup jauh dari apartement Frieska, aku tak ingin dia curiga dan membuat semua usahaku ini gagal. Setelah memastikan suasana aman, akhirnya aku mengetuk pintu kamarnya.
“Siapa?” Teriaknya dari dalam.
“Paket.”
Tak ada jawaban yang kuterima namun aku bisa mendengar suara kunci diputar dari dalam, kupasang senyum diwajahku dan sedetik kemudian bisa kulihat wajah manisnya kelihatan bingung dengan kehadiranku.
“Maaf bang kayaknya salah alamat deh, aku nggak ada mesan apa-apa soalnya.” Ucapnya.
Frieska nampaknya tak mengenaliku meski baru beberapa jam yang lalu kami berfoto bersama, memang aku mengenakan topi dan jaket namun kurasa itu tak cukup untuk menutupi siapa aku sebenarnya. Dia yang hanya mengenakan celana pendek bermotif bunga dengan sebuah kaos hitam, memandangiku sekarang, dia terlihat begitu cantik dan mengairahkan. Rambutnya yang hitam itu terlihat basah, sepertinya dia baru selesai mandi, sayang sekali karena aku akan mengotori tubuhnya lagi.
“Maaf mbak, saya nggak tahu mbak. Saya cuma disuruh ngantar ke alamat ini.” ucapku mencoba memberi alasan.
“Aduh gimana ya mas, saya kan nggak mungkin nerima paket yang bukan milik saya.” Balasnya.
Aku memang membawa sebuah kotak agar dia tak curiga, kotak yang berisi barang-barang yang kubutuhkan untuk melakukan ini semua. Kuyakin Frieska ingin sekali menyuruhku untuk pergi dari sini, tatap matanya itu jelas menunjukan bahwa dia merasa tak nyaman atas kehadiranku.
“Ya udah mbak, saya coba telpon boss saya dulu. Mau mastiin alamatnya.”
“Ya udah mas coba pastiin dulu alamatnya.” Ucap Frieska, dia terlihat senang sekali mendengarnya, dia bahkan tak malu-malu lagi menunjukan senyuman bahagianya kepadaku.
Aku berpura-pura menelpon dengan wajah yang bingung, untuk menyempurnakan aktingku, aku sengaja berjalan mondar-mandir didepannya. Setelah kurasakan cukup, aku pun kembali menghampirinya dengan sebuah ‘kabar buruk’.
“Aduh mbak nggak diangkat sama boss saya.” Ucapku berusaha terdengar sebingung mungkin.
“Terus gimana dong bang?”
“Aduh gimana ya, boleh titip dulu nggak mbak? Besok kalo memang alamatnya salah, saya ambil lagi.”
“Waduh jangan dong bang, ntar ada apa-apa saya yang repot.” Balasnya yang diikuti oleh gelengan kepalanya.”Abang bawa pulang aja deh paketnya, besok bawa aja ke kantor abang sekalian mastiin alamatnya.”
“Sa....saya....nggak punya rumah mbak, saya numpang di mesjid kalo malam.”
Mulutnya menganga tanda tak percaya, matanya tajam memandangiku, mencoba mencari petunjuk yang bisa dia dapatkan untuk memastikan ucapanku. Dia memang patut curiga atas ucapanku, itu memang terdengar terlalu luar biasa untuk menjadi kenyataan. Aku tahu itu, tapi aku butuh cerita itu. Aku butuh alasan untuk Frieska mengundangku masuk kedalam kamarnya, menjadi fansnya untuk waktu yang cukup lama membuatku tahu bahwa dia adalah orang yang punya rasa empati yang tinggi. Meski terlihat cuek tapi dia adalah gadis yang gampang merasa kasihan terhadap orang lain yang sedang kesulitan, dan aku butuh cerita bodoh itu agar dia merasa kasihan padaku.
Untuk meningkatkan kesempatanku untuk dikasihani Frieska, aku sengaja memakai celana berbahan kain yang sedikit robek dibagian lutut dan jaket yang sengaja tak kucuci selama beberapa hari. Tak lupa tentunya aku menundukan kepalaku dengan ekspresi yang mengisyaratkan bahwa aku begitu malu mengakui kemalanganku itu.
“Mas.” Ucapnya pelan, nada suaranya pun berubah menjadi lebih lembut.
“Maaf mbak saya malu banget sekarang, saya udah bingung banget mbak. Saya nggak tahu lagi harus gimana, saya takut kalo saya bawa ke mesjid paketnya ilang.”
Caranya menatapku pun berubah, tatap mata yang lembut yang ditemani oleh sebuah senyuman yang muncul dari bibir indahnya. Aku rasa, aku berhasil membuatnya merasa kasihan kepadaku.
“Ya udah mas boleh.”
“Boleh?” tanyaku berpura-pura bingung.
“Paketnya boleh mas titipin disini.”
“Serius mbak?” ucapku yang mencoba begitu keras untuk terlihat senang dan terkejut pada saat yang bersamaan.
“Iya.”
“Makasih mbak...makasih banyak.”
Kugengam tangannya dan kucium beberapa kali, tak lupa aku tersenyum dan mencoba terlihat sesenang mungkin. Frieska terlihat berusaha memaklumi tingkahku meski kuyakin dia sangat ingin melepaskan tangannya dari gengamanku.
“Mas, mas udah mas, udah ya.” ucapnya yang masih berusaha mempertahankan senyumnya.
“Maaf mbak, saya nggak bermaksud kurang sopan.” Ucapku yang kembali menunduk, berpura-pura malu atas tingkahku.
“Ya udah, sekarang masnya masuk dulu saya buatin minum. Kayaknya capek banget masnya.”
“Nggak usah mbak, nggak perlu.”
“Nggak apa-apa mas masuk aja, saya maksa loh.”
“Iya...iya.” ucapku.
Aku pun mengikutinya masuk sembari memandangi lekuk pantatnya yang bergerak naik turun, seksi sekali, aku tak sabar ingin menikmati tubuh indahnya.
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd