Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT 55 Days Later: Part 2 (Tamat)

Status
Please reply by conversation.
Jadi ane hype sangat pas tau cyberpunk 2077 sama ff7 remake rilis taun depan, dan death stranding rilis taun ini. Jadi bikin semangat lanjutin cerita ini haha. Apdetan selanjutnya? Tunggu saja
 
"Mana sih ikannya Gre? gak dapet-dapet"
"Sabar Kak Dino, mancing ikan memang butuh kesabaran"
---------------------
"Ini kecapnya harus banyak gitu Ya?"
"Iya kak, biar sedap ikannya hehe"
---------------------
"Citra, tetep didekatku"
"Iya kak, aku takut"
"Sialan, banyak banget mahkluk itu menuju kemari"
----------------------
Hah? Aku melihat tubuh seseorang. Kuamati lebih teliti.
Aya!
Sedang apa dia didalam mobil dengan tubuh.... telanjang??
----------------------
KLIK
Apa ini?? Aku merasa kepalaku seperti tertempel oleh benda dingin. Anin menodongku??
"Anin, apa maksudnya ini??"
Episode 05 : Trapped
Apdet mungkin minggu depan abis nonton F1 GP Prancis hehe

Dan satu lagi, untuk episode selanjutnya akan ada tokoh baru dan hanya muncul di satu episode doang
 
Terakhir diubah:
Nungguin yang ini update sugan aku juga jadi bisa update
 
Bimabet
5. Trapped

"Dani, coba kamu jalan kearah sana, masih sakit gak?"

"Ughhh masih lumayan sakit Aya"

"Dicoba buat jalan Dani, biar cepet sembuh hehehe"

Aku melihat Aya yang sedang mengajarkan Dani berjalan, dia tampak masih kesulitan untuk berjalan.

"Woii kak"

"Eh Gre, Citra mana? Bukannya tadi sama kamu"

"Cieee nyari Citra mulu kak" kata Gracia.

"Ngggg kan nanya akunya"

"Tuh lagi sama Galang, gak tau lagi ngapain" balasnya.

"Ohhh"

"Eh kak mau tanya-tanya boleh ya" kata Gracia

"Tanya apa?"

"Kakak udah pernah gituan sama cewek?"

"Eh?"

"Mhhh kak maaf hehehe"

Gracia tersenyum sambil menunduk, rambut panjangnya sedikit menutupi mata kirinya. Ah cantik sekali wanita satu ini.

"Itu urusan pribadi Gre, gak enak kalau dibahas bareng cewe"

"Ohh berarti harus sama cowo ya? Kok aneh sih?"

"Ehh bukan gitu maksudnya" balasku.

"Kak, aku pernah ngintip Aya sama kak Dani gituan"

Hah?

"Iya, mereka kayak keenakan gitu" lanjut Gracia antusias.

Aku kaget mendengar perkataan Gracia. Aku bisa menyimpulkan bahwa dia bisa dibilang polos dalam hal begituan.

"Eh Dino" Galang menghampiriku.

"Lihat apa yang aku temukan" katanya sambil memegang dua buah alat pancing lengkap dengan kailnya.

"Pancingan?"

"Iya, kita bisa gunakan ini buat cari ikan Din" kata Galang.

"Kan masih ada makanan kan?" tanyaku.

"Ya variatif dikit Din, apa kamu gak bosen makan makanan begituan terus?" kata Galang.

Hmmmn betul juga sih.

"Nanti si Aya bisa masakin kan ya" Galang menoleh kearah Aya yang sedang menemani Dani.

"Ehh aku jarang masak ikan Lang" balas Aya

"Itung-itung ajaran Ya haha" kataku.

"Yaudah, tapi disini emang ada sungai?"

"Harusnya ada sih, yuk kita cari" kata Galang.

"Aku ikut kak" Gracia tampak antusias.

"Gimana Lang?"

"Hmmmn okelah si Gre ikut gak apa-apa"

Singkatnya aku bersama Galang dan Gracia berjalan-jalan mencari sebuah sungai. Kami memutuskan untuk berjalan dari belakang "markas" kami yang kebetulan terdapat sebuah hutan. Hutan itu termasuk cukup lebat, pohon-pohonnya masih dalam kondisi rimbun hijau. Sehingga aku berharap ada sungai disana.

"Kenapa Gre?" kataku kepada Gracia yang hanya diam saja sambil membawa ransel.

"Berat ini tas, isinya apaan sih?"

"Gak tau, tanya Galang tuh"

"Ya isinya perlengkapan-perlengkapan gitu hahaha" tawa Galang.

"Berat nih" keluh Gracia.

"Yaudah sini aku bawa" akhirnya aku membawa tasnya.

"Gimana Lang? Aku belum lihat tanda-tanda ada sungai disini" tanyaku ke Galang.

"Yaelah baru aja lo omongin, sungainya udah muncul" kata Galang sambil menunjuk ke arah sungai didepan.

Sungai itu bisa dibilang cukup bersih walau airnya tidak sejernih sungai-sungai di gunung, walau begitu aku tak tercium bau tidak sedap di sungai ini. Airnya cukup deras, mungkin karena hujan kemarin. Aku melihat-lihat sekeliling sungai, tampak sunyi sekali. Aku duduk di sebuah batuan besar menikmati udara pagi yang cukup segar.

"Kamu bisa mancing kan Gre?" tanyaku ke Gracia yang juga ikut duduk disampingku.

"Bisa dong kak hahaha, dulu aku pernah juara mancing sewaktu SD" balas Gracia sambil memegang pancing.

"Yaudah Gre cariin ikan ya, aku gak bisa mancing haha"

"Ih kak, tau gitu mah gak usah ikut" Gracia mencubit lenganku. Sakit jelas.

"Gak usah cubit-cubit deh Gre"

"Habis nyebelin kamu kak"

"Emang. Terus kenapa?" Aku menatap Gracia yang tersenyum kearahku. Memang senyumannya tidak semanis Citra yang selalu membuatku melayang, namun tetap saja senyuman wanita adalah anugrah dari Tuhan hehe.

"Kenapa kak?" perkataan Gracia mengaburkan lamunanku.

"Emm gak apa-apa hehe"

"Yaudah kak, cari umpan gitu buat ikan" kata Gracia.

"Biasanya pakai cacing gitu ya?" tanyaku.

"Iya kak, cariin ya hehe"

Saatnya mencari umpan cacing, tapi dimana ya. Aku berjalan-jalan menelusuri setiap jengkal tanah yang aku harap ada cacing didalamnya. Sialnya aku tidak menemukan satupun mahkluk berbentuk seperti ular itu.

"Yahh Gre aku gak nemu cacing" kataku.

"Ohhh pakai ini juga bisa sih kak" Gracia mengambil buah apel dari tas.

"Ya ampun Gre bilang dong dari tadi"

"Gak apa-apa kak, biar ada kerjaan hahaha" balas Gracia.

Sialan lo Gre

Lalu Gracia memotong buah apel itu menjadi beberapa potongan kecil dan memasangnya di kail pancingan.

"Ikan emang doyan apel?" tanyaku.

"Harusnya sih kak, ikan kan termasuk omnivora" balas Gracia.

"Hmmmn" aku hanya mengganguk yang sebenarnya aku tak paham. Memang aku sudah lupa semua tentang pelajaran biologi.

"Nah ini kak udah siap, sekarang lempar umpannya ke air terus tunggu sampai dapet"

Sudah hampir setengah jam menunggu, namun tampaknya umpan tersebut belum disambar ikan. Aku mulai tidak sabar.

"Mana sih ikannya Gre? gak dapet-dapet"

"Sabar Kak Dino, mancing ikan memang butuh kesabaran" jawabnya. Aku hanya menghela napas panjang tanda kesal.

"Yaudah kak biar gak kesel, nyanyi dong" kata Gracia.

"Hah? Nyanyi apaan?" tanyaku.

"Terserah kak, apa aja biar gak bosen nungguin ikan"

"Lagu apa yang kamu suka?" tanyaku ke Gracia.

"Hmmmn sejenis EDM gitu kak, enak didengar"

"Yahh lagu komputer itu mah haha"

"Tapi asik kak"

"Iya-iya deh, tapi menurutku lagu jenis itu kurang ada maknanya, yang ada cuma joget-joget doang" jawabku. Gracia tertawa mendengar penjelasanku.

"Kalau aku suka sama lagu-lagu akustik, enak didengar dan ada maknanya" kataku sambil melihat wajah Gracia yang juga melihatku. Untuk saat ini ekspresi Gracia bisa dikatakan lucu.

"Ohh gitu ya kak" balasnya sambil tersenyum.

Kami cukup lama terdiam, menikmati siang yang berawan ini. Aku memperhatikan aliran sungai yang tenang ini, burung-burung riuh berkicau.

"Kak, pancingnya"

"Kayaknya dapet nih" aku merasakan alat pancing ini seperti tertarik sesuatu.

"Tarik cepet kak" kata Gracia.

Aku coba untuk menarik alat pancing itu, susah sekali karena ikan itu melawan. Kutarik dengan susah payah.

"Ahhhhhhhh"

Akhirnya, aku mendapat sebuah ikan yang tidak terlalu besar.

"Kak Dino hebat hahaha" kata Gracia.

"Hehe bisa aja kamu"

Hampir tiga jam lebih kami mencari ikan. Aku hanya mendapat tiga ekor saja namun aku sudah puas karena dibantu Gracia.

Akhirnya kami pulang ke gudang setelah berjalan cukup lama, memang lokasinya cukup jauh.

"Dapet empat ikan doang" kata Galang. Dia hanya dapat satu ikan selama memancing tadi.

"Gak apa-apa Lang, udah cukup itu buat makan malem nanti.

----------------------------

Malam ini, Aya sedang menghidupkan sebuah perapian dari kayu yang dia buat sendiri. Aku kagum dengan dia, mungkin dia pernah ikut pramuka kali ya.

"Mau dibantu Ya?" tanyaku.

"Ini kak, tolong tusukkan ikannya pakai kayu ini" kata Aya sambil membawa beberapa batang kayu. Seperti tusuk sate namun sedikit berukuran besar dan panjang.

"Hmmmn oke" balasku. Jujur sebenarnya aku kurang pandai dalam hal ini namun aku coba saja hehe.

Kucoba untuk menusukkan ikan yang sudah dibuang isi perutnya itu. Ah, susah sekali.

"Gini kak caranya, ditusuknya di bagian mulut kayak gini" Aya mengajariku sambil memperagakan cara menusuk ikan. Aku langsung paham.

"Oh gitu ya, makasih hehe" balasku. Aya tersenyum.

Setelah beres, ikan itu kutaruh diatas perapian yang sudah dibuat Aya. Kujejerkan ikan itu atas perintah dia.

"Terus kasih ini kak" Aya memberiku sebotol kecap.

"Yang banyak ya?" balasku.

"Iya, biar sedep ikannya"

Tak lama ikan bakar itu sudah siap disantap. Kami makan bersama diluar ditemani api yang menyala terang. Serius, ikan bakar ini sangat enak, sejujurnya aku ingin nambah namun kuurungkan niat itu.

"Jirr enak banget ini ikannya" kata Aji semangat.

"Hehe makasih ya" balas Aya tersenyum.

-----------------------

Aku keluar dari gudang, malam semakin larut dan udara dingin cukup menusuk, namun aku tak mempermasalahkan itu. Aku menyukainya, mungkin tubuhku bisa dibilang bisa menyesuaikan suhu sekitar. Aku menyalakan sebatang rokok, ah sepertinya rokok ini tinggal empat batang, aku harus menghemat rokok ini.

"Bruuukkk ughhhhhh"

Hah? Suara apa itu? Aku mendengar suara mirip desahan dari mobil.

Sialan! Masak ada mayat hidup di mobil sih?

Aku bergegas menuju mobil, kulihat sekeliling, sepertinya tidak ada apa-apa namum mobil ini seperti sedikit bergoyang. Kuintip jendela mobil bagian belakang yang berwarna cukup gelap ini.

Hah? Aku melihat tubuh seseorang. Kuamati lebih teliti.

Aya!

Sedang apa dia didalam mobil dengan tubuh.... telanjang??

Mobil ini semakin bergoyang, aku bisa mengambil kesimpulan bahwa Aya sedang "bermain", tapi dengan siapa?

Oh iya! Pasti sama Dani.

Walau kaca ini cukup gelap, tubuh Aya dengan mataku terlihat cukup jelas. Ah! Payudara wanita ini cukup besar, lebih besar dari Citra. Tubuhnya bergerak-gerak naik turun, tampaknya Aya sedang memainkan kemaluannya. Dia pasti merasa keenakan, pikirku.

Dengan sadar, batang kemaluanku berdiri. Semakin sesak selangkanganku melihat adegan seks dalam mobil ini.

Sialan! Aku butuh pelampiasan!

Citra.......

Gracia........

Atau mungkin, Anin........

Ah! Fuck it!

Aku bergegas meninggalkan mobil yang sedang bergoyang itu dan menuju gudang. Galang, Aji sudah terlelap. Oh dimana Anin?

"Eh Din?"

"Anin, bikin kaget aja lu" aku menjawab kaget saat Anin menepuk pundakku. "Kamu darimana tadi?" tanyaku.

"Pipis hehe" balasnya.

"Owhhhh, eh Nin aku minta tolong boleh?" kataku. Sebenarnya aku ingin sekali melampiaskan nafsuku ke wanita sintal ini.

"Boleh, kenapa" balasnya polos.

"Sini, ikut aku" aku menarik tangan Anin dan berjalan menuju ke belakang gudang beras. Kubuka pintu belakang dan tampaklah sebuah ruangan kecil yang berisi peralatan-peralatan yang entah untuk apa kegunaannya. Dengan cepat aku dorong Anin ke dinding.

"Dino, kamu kenapa??"

"Aku....."

Dengan spontan aku mencium lehernya, kedua tangannya aku pegang keatas. Kuserang bagian sensitif wanita kebanyakan ini. Sudah kuduga, Anin mendesah.

"Ughhhhhhhh Uhhhhhhhh" suaranya seksi sekali, serius.

"Dinoooo ughhhhhhhh kamuuu....." mulut Anin tak henti-hentinya mengeluarkan suara-suara seksinya. Apakah dia juga terangsang? Setelah kuserang lehernya, bibirku langsung mengarah ke bibirnya yang bisa dibilang menggoda ini. Kukulum bibir Anin dengan intens.

"Slllrpppppp ughhhhhhhh"
"Dinooooooo kamuu kenapa sihh ughhhhhh"

Aku tak menjawab, dan terus memcumbu bibirnya, aku mencoba untuk menangkap lidahnya disela ciuman ini. Awalnya dia seperti menolak, namun lambat laun dia menerima saja ciuman ini. Lidah Anin malah membalas lidahku.

"Sllrrrrpppppp" kuisap cairan liur Anin, kebiasaanku saat bercumbu dengan wanita. Rasanya aneh namun aku menikmatinya. Cukup lama kami bercumbu ria sampai liurku dan liur Anin bercampur dan meluber keluar dari mulut. Dan akhirnya aku melepaskan cumbuan ini.

"Din......"

"Iya Nin"

"Kenapa kamu menciumku?" tanya Anin dengan tatapannya yang menggoda.

"Aku tak tahan"

"Kenapa?"

"Aku mengintip dalam mobil, ternyata Aya sama Dani lagi main gituan. Aku tak tahan" balasku. Anin tersenyum.

"Hahaha Din, kamu sange ya"

"Iya" jawabku. Jujur dalam kondisi seperti ini aku tidak bisa berbohong.

"Sebenarnya aku juga tadi ngintip mereka, awalnya aku kepengen gara-gara itu tapi aku bingung harus main dengan siapa" perkataan Anin membuatku kaget. Lampu hijau pastinya!

"Gimana, mau lanjut?" tanyaku. Anin mengganguk dan ughhhh, dia langsung memegang selangkanganku.

"Dah ngaceng Din"

Aku kembali menyerang bibirnya, bercumbu ria. Tubuhku aku pepetkan lagi sampai dadaku menekan buah dadanya yang berukuran cukup besar. Tangan Anin meremas-remas kemaluanku, menimbulkan rasa nyeri bercampur geli karena cukup kuat dia meremas. Dengan sadar aku mendesah keenakan karena perlakuan dia.

"Ahhhhh Anin...."

Aku tak mau kalah, kuremas buah dadanya yang terbungkus baju berwarna merah itu. Dadanya kenyal sekali, salah satu kesukaanku. Kuremas dengan lembut sambil terus mencumbui bibirnya. Tubuh Anin menggelinjang menikmati permainanku. Cukup lama aku meremas payudaranya, dan desahan Anin semakin intens.

"Ahhhhh Dinooooo"

"Sumpah Nin, ini gede kenyal gini"

"Ughhhhhh masak sih gede ahhhhh"

Tanganku langsung bergerak melepaskan kaos yang dikenakan Anin. Dan terlepaslah kaos itu menampakkan sebuah bra putih yang menampung buah dadanya. Ah! Ini indah sekali. Target selanjutnya adalah bagian dadanya. Bibirku langsung menciumi bagian dadanya yang masih terlapisi bra putih, lantas kujilati perlahan.

"Ahhhhhhhhh enakkkk".

Lidahku menyusuri kulit dada Anin, rasanya cukup asin karena keringatnya namun justru itu yang membuatku semakin bergairah untuk mencicipi tubuh sintal Anin.

KLIK

Apa ini?? Aku merasa kepalaku seperti tertempel oleh benda dingin. Anin menodongku??

"Nin, apa maksudnya........"

"Hayo Din, kamu harus tanggung jawab" Anin ternyata menodongku dengan pistolnya!

Suasana menjadi hening akibat perbuatan Anin. Apa yang harus kulakukan?

"Kamu tau Din, gara-gara ulahmu aku jadi sange berat" kata Anin dingin.

"Maafkan aku Nin, aku....aku......" Tubuhku mengeluarkan keringat dingin. Apakah Anin akan menembakku?

"Hahahaha Dinooo" dia tertawa. Ah!

"Santai aja, ni pistol gak ada pelurunya kok. Tapi kamu tetap harus tanggung jawab" tiba-tiba suara Anin yang tadi tegas berubah menjadi memelas, seperti menggodaku.

Dia sedang mengerjaiku. Sialan!

"Tuntaskan sekarang" kata Anin.

"Hhhhhh oke"

Aku langsung mencumbu bibir Anin, dia tidak menolak sama sekali, cumbuanku langsung dibalas olehnya. Lidah dan ludah kami saling bercampur. Kuremas kembali kedua buah dadanya, namun kali ini lebih keras. Tubuh Anin bergoyang-goyang akibat seranganku.

"Ughhhhhh hhhmmmbbbb"

Selanjutnya tanganku bergerak menuju belakang dadanya, mencari kait branya. Kulepas dengan mudah dan akhirnya terlepas, menampakkan buah dadanya yang..... sialan! Besar dan montok! Aku terpana sejenak melihat aset wanita yang dicintai kaum pria. Spontan aku mencaplokan bibirku ke salah satu putingnya yang sudah mengeras karena rangsangan sebelumnya. Desahan Anin semakin intens dan tubuhnya meliak-liuk keenakan.

"Slurrpppppppp" aku menghisap putingnya. Desahannya semakin seksi terdengar.

"Ahhhhh ahhhhhh enak Din terusinnn ughhhh"

"Kenyal banget tetekmu Nin"

"Ughhhhhhhh"

Tangan Anin bergerilya menuju bagian selangkanganku dan dia membuka celana jeansku dan melepaskan celana dalamku. Akhirnya batang kemaluanku bebas tak terhalang apapun. Mata Anin membesar melihat kemaluanku.

"Gede banget Din"

"Hehehe"

Lalu Anin jongkok dan mulai memegang batang kemaluanku yang sudah tegang berdiri itu. Ia mulai memijat pelan batangku, jelas aku mendesah keenakan karena jujur, pijatannya sangat nyaman. Lalu jemari Anin mulai membelai zakarku dan mulai memijatnya. Sumpah ini enak sekali.

"Anin aghhhhhhhh"

"Keenakan lu Din hahaha" tawa Anin sambil terus memijat bagian sensitifku.

"Aku isep ya" katanya yang kubalas dengan anggukan. Anin mulai memasukkan kemaluanku ke mulutnya sambil terus memijat-mijat buah zakarku. Hisapannya sangat terlatih. Aku semakin keenakan dengan ulah wanita ini.

"Glllooookk sslllrrrrpppp" suara dari mulut Anin yang sedang melahap batang kemaluanku, tampaknya dia juga sangat menikmatinya.

"Nin, ughhhhhhh"

Jujur, kalau ini diteruskan lebih lama aku akan keluar dan ini bukan hal bagus. Aku langsung mencabut kemaluanku dari mulut Anin, memuntahkan sebagian besar liurnya ke lantai. Kemaluanku terasa sakit, mungkin akibat bergesekan dengan giginya saat mencabut.

"Ohoookkkk, pelan-pelan napa sih Din?" Anin tersedak oleh liurnya sendiri. Hahaha.

"Giliranku sekarang"

Anin kusuruh bersender di dinding, dia langsung menurutinya. Kulepaskan celana jeansnya langsung beserta dengan celana dalamnya yang ternyata sudah basah. Kemaluannya yang bersih itu langsung terpampang dihadapanku.

"Ngapain dilihat mulu Din? Ayo" kata Anin memelas. Ah okelah!

Tangan kiriku dengan cekatan meraba-raba bagian luar kemaluannya, kuusap dengan pelan saja. Sedangkan tangan kananku kembali memainkan buah dadanya yang menggemaskan itu. Desahan kembali keluar dari mulut Anin. Sesekali kuberikan cumbuan liar ke bibirnya untuk menstimulasi birahi Anin.

"Ughhhhhh Din terusssss"

Kemudian aku mulai merogoh kemaluannya dengan jari-jariku, kutekan bagian klitorisnya yang sudah menegang dan basah. Tubuh Anin menggelinjang menikmati permainanku dan bisa kurasakan bibir kemaluannya kembang kempis meremas jariku. Kupercepat gerakan merogoh kemaluannya. Lenguhan Anin semakin intens.

Clok clok clok, suara kocokan jariku yang bercampur dengan decakan cairan kemaluannya semakin riuh terdengar.

"Ahhhhh ahhhhhhhh ahhhhhh ughhhhhhh Dinooo aku mauuuuuu......."

Syurrrrrrr

Anin squirt. Jariku terjepit keras diantara mulut kemaluannya, semburan air bening yang cukup banyak membasahi tanganku dan lantai ruangan ini. Tampaknya secara tidak langsung jariku menggesek daerah sensitifnya sehingga dia bisa orgasme sehebat ini. Dia melolong keenakan menikmati orgasme, sesaat kemudian goncangan tubuhnya mereda.

"Gila kamu Din, bikin aku nyembur gitu hhhhahhhh hahhhhhh" Anin mengambil napas dalam-dalam.

"Hahaha keenakan kan kamu" balasku.

"Gak ah, biasa aja....."

....kalau ini udah masuk, baru aku keenakan" Anin menggenggam batang kemaluanku sambil kembali mengocok-kocok.

"Yaudah, aku masukin ya"

"Tapi sumpah Din, burung kamu gede. Muat gak ya hhhhhh"

Kuposisikan Anin agar dia merasa nyaman saat persetubuhan ini. Kumasukkan batang kemaluanku pelan-pelan. Anin mendesah saat batang kemaluan ini mulai merogoh dinding kemaluannya yang sudah basah oleh cairannya sendiri.

"Dinoooooo ahhhhhhhhhh"

Memang sudah tidak perawan lubang kemaluan Anin karena bisa dengan mudah masuk tanpa merasa kesusahan. Setelah kudiamkan sejenak aku mulai menggerakan kemaluanku maju mundur. Ahh, sempit juga dinding kemaluan Anin.

"Ahhhhh ahhhhhh ughhhhhhh ahhhhhhh......" begitu kiranya desahan Anin yang sangat seksi didengar telingaku.

Plok plok plok

Hampir sekitar sepuluh menit aku menggenjot kemaluan Anin, aku merasa sangat bergairah kali ini, karena tubuhnya yang sangat menggoda. Aku tak merasa lelah menyetubuhinya dalam posisi ini.

"Doggy dong Din, please"

Aku menuruti perintahnya, tanpa melepaskan alat kelaminku Anin merubah posisi. Sialan! Pantatnya sangat menggoda. Kembali aku memulai proses persetubuhan ini. Batang kemaluanku kutekan dalam-dalam dan tentu saja Anin kembali mendesah keenakan.

"Ahhhhhhh sialaannn, mentok tititmu Din..."

Kedutan demi kedutan dinding kemaluan Anin semakin intens meremas batang kemaluanku, aku membalasnya dengan memberikan rangsangan pada payudara dan meremas pantatnya. Jujur, aku justru tidak suka menampar pantat wanita.

Eh aku udah pernah ngomong gitu ya sebelumnya?

Plok plok plok plok

"Ahhhhhhh mantappp benerrr tititmu Din..... lebih kenceng pleaseeeee ughhhhh"

Oke Nin, terima ini.

Plok plok plok plok

Lenguhan Anin semakin keras dan nikmat, keringatku semakin bercucuran begitu juga dengan keringat Anin, seketika ruangan sempit ini menjadi pengap dan aroma keringat juga mulai tercium. Hampir sekitar sepuluh menit aku menggenjot lubang kemaluan Anin. Kurasakan kemaluannya berkedut hebat, nampaknya ia akan mencapai orgasmenya.

"Ughhhhhh iyaaaaa aku keluarrrr Dinnnn, jangann berhentiii ahhhhh ahhhhh ahhhhh"

Tubuhnya kembalin bergetar, terutama pantatnya yang menggelinjang seksi saat Anin meraih orgasmenya. Batang kemaluanku terbetot hebat oleh dinding kemaluannya. Ini nikmat sekali, namun jika terlalu lama aku akan keluar di dalam dan itu juga bukan hal yang bagus. Aku mencabut batang kemaluanku dan....

Syurrrr syurrrrr

"Ohhhhhhh ahhhhhhhhh aku pipisssss"

Gila. Anin squirt lagi. Cairan itu mengucur langsung tepat kearah batang kemaluanku, cukup banyak sampai lantai dan selangkanganku basah kuyup. Untung saja aku sudah melepaskan celanaku begitu juga dengan Anin yang sudah telanjang bulat.

"Hahhhhhh hhhhhhhhhh gilaa Din, ini enak bangethhhh" desah Anin setelah selesai melepaskan orgasmenya. Aku juga terengah-engah setelah setengah mati aku menahan orgasmeku akibat jepitan liang kelaminnya.

Cukup lama kami terdiam, susah payah mengambil udara yang sudah terasa sesak didalam ruangan ini. Kulihat Anin yang tampaknya masih menikmati orgasmenya, dia melebarkan selangkangannya dan terlihat mulut kemaluannya yang berkedut dan sesekali cairannya masih keluar walau sedikit.

"Din, lagi dong" kata Anin lirih.

"Hah? Kamu gak capek?" tanyaku.

"Gak, kamunya sih mainnya enak banget jadi gak capek akunya hehe" balasnya. "Eh iya Din, tititmu mantep juga, lebih baik dari Galang sama Aji"

Aku kaget mendengar perkataan Anin. "Hah?? Galang?"

"Iya, aku pernah gituan juga sama Galang dan Aji, tapi gak sampai threesome sih". Sialan juga, ternyata Galang yang orangnya keliatan alim dan tegas juga suka gituan hahaha. Aku menggeleng-geleng.

"Terus kalo Aya? Gracia?" tanyaku.

"Aya sih sama Dani, gak tau kalau mereka pacaran apa enggak, kalo si Gre kayaknya gak pernah. Oh iya Din, kamu udah pernah maen sama Citra kan?" tanya Anin.

"Mmmmhhh, iya pernah"

"Hahaha sudah kuduga" Anin tertawa.

"Kamu sama Citra soalnya deket banget, jadi gak mungkin kalau gak maen wkwkwk"

Anin kembali tertawa dan akhirnya terdiam menikmati sunyinya malam ini. Udara dingin mulai menusuk kulit. Aku mendekati muka Anin dan menciumi bibirnya lembut.

"Mmmmmhhhh Din"



"Iya?"

"Misalnya kalau kita pacaran gimana?"

"Hah?" Aku kembali kaget mendengar perkataan Anin.

"Kan cuma misalnya Din hehe"

"Hmmm gimana ya, nanti kamunya tepar mulu setiap hari aku mainin hahaha"

"Dasar cowok" Anin mencubit hidungku. "Ughhh Din, gatel lagi nih, lanjut yaa"

"Oke"

Aku kembali mencumbu bibirnya, memainkan lidahnya dan mengisap liurnya. Setelah cukup lama bercumbu aku membimbing Anin untuk duduk diatas selangkanganku. Batang kemaluanku yang masih tegak berdiri sudah berada diposisi selangkangan Anin. Dia mulai memasukkan batang kemaluanku.

"Ughhhhhhh Dinnnnn"

Mulanya Anin menggerakan pinggulnya sendiri naik-turun. Aku menikmati pemandangan yang sangat indah dengan gundukan payudaranya yang berguncang. Sesekali kuisap putingnya dan kugigit kecil, Anin semakin semangat menggenjot kemaluannya.

Plok plok plok

"Ughhhhh ahhhhhhh ahhhhhhhh enak banget tititmuuuu ahhhhh ahhhhhh"

Oke cukup. Sekarang giliranku. Kupeluk perutnya yang rata dan seksi walau sebenarnya masih lebih indah kepunyaan Citra. Dan aku mulai menggerakan pinggulku naik turun. Gerakan ini sudah cukup membuat Anin merintih-rintih keenakan. Kemaluanku tampaknya sudah menabrak bagian mulut rahimnya, dan juga kurasakan cairannya mulai kembali mengucur. Aku semakin semangat.

Plok plok plok plok

Sesaat kemudian....

"Siaalaaaaannn Din, entottttt ahghhhhhhhhh keluarrrrrrrrrr ahhhhhhh ahhhhhh"

Ya. Anin kembali orgasme. Dinding liang kelaminnya meremas kencang batang kemaluanku yang masih intens menggesek-gesek kemaluannya. Pinggul dan pantatnya yang bulat kenyal itu meliak-liuk menikmati orgasmenya.

"Sssshhhhh ughhhhhhhhhh"

Sesaat kemudian aku kembali menggenjot kemaluannya, Anin kembali merintih nikmat. Kupercepat gerakan ini sampai tubuh Anin sedikit terpental. Jujur sebenarnya aku ingin mengejar orgasmeku yang tadi aku tahan setengah mati.
Tubuh Anin sudah sedikit melemas namun dia masih bisa merespon gerakanku.

"Ahhhhhh ahhhhhhh kapan kamuu keluar Din??? memekku udaahh pegelll ughhhhhhhh"

"Bentar lagi Nin, aghhhhhhh"

Kupercepat kembali gerakan batang kemaluanku yang juga sudah mulai pegal akibat menahan orgasme. Anin sepertinya juga membantu mempercepat proses orgasme dengan melakukan gerakan mengejan-ejan kemaluannya. Sial! Ini enak banget.

"Diinnnnn aghhhhhhhh ahhhhhhhh ahhhhhhh aku mauuuuu keluarrrr lagiii ahhhhh ahhhhh"

"Aku jugaaa Nin, ohhhhhhh ohhhhhh"

"Keluarinnn di mulutku ajaaaa ssshhhhhh ahhhh"

Ahhhhh sebentar lagi.....

Tubuh Anin kembali bergetar hebat, ia melepaskan batang kemaluanku yang sebentar lagi keluar. Ahhhh tampaknya dia kembali squirt dan cairannya membasahi kemaluan dan selangkanganku. Anin lalu memegang batang kemaluanku dan mulai menghisapnya sambil memijat-mijat zakarku. Aku sudah tidak tahan lagi akhirnya aku semburkan air mani yang sudah aku tahan daritadi.

"Ahhhhhh Aninnnnnnn" batang kemaluanku berkedut hebat. Cairan maniku menyembur deras didalam mulutnya. Anin terus menghisap kemaluanku seolah-olah dia ingin menguras habis seluruh cadangan maniku. Nikmat sekali, tubuhku terasa lemas sekali. Tak lama kemudian Anin melepas kemaluanku yang sudah melemas.

"Mmmmhhhh banyak banget Din, sampai aku susah nelen, tapi enak hehehe" kata Anin yang juga sudah melemas. Aku tak menjawab, mataku sudah sangat berat untuk melihat.

"Eh Dino, kamu mau tidur disini?" kata Anin sambil mengelap cairan yang banyak berceceran di lantai dengan sebuah lap.

"Emhhhh lemes banget Nin"

"Hahaha, terbantai kamu Din. Tapi aku suka banget, makasih ya haha"

Kamu juga terbantai Nin.

"Harusnya aku yang makasih ke kamu hhhhh" balasku sambil menghela napas panjang, mencoba untuk mengambil tenagaku yang sudah benar-benar terkuras. Tak lama kami mengenakan pakaian kembali dan dengan susah payah aku memapah Anin, dia minta untuk diantar keatas gudang tempat dimana Citra dan Gracia tidur. Setelah kuantar mataku terasa berat sekali dan pandanganku mulai kabur. Tubuhku jatuh ke lantai dan semuanya menjadi gelap.

---------------------

Aku merasa sudah cukup lama tertidur, kuregangkan tubuhku yang masih terasa lemas ini. Jujur persetubuhanku dengan Anin tadi malam benar-benar menguras habis tenagaku, minimal aku harus tidur seharian dan banyak minum susu untuk memulihkan staminaku. Aku berjalan kebawah, dan aku temukan Citra yang sedang berdiri di dekat pintu keluar.

"Pagi Citra" kataku sambil mencoba untuk memasang muka manis walau sebenarnya masih kusut.

"Ini sore kak" jawabnya.

"Hah? Masak sih?"

"Iya"

"Yang lain pada kemana?"

"Kak Galang ada diatas atap gudang, yang lainnya pada diluar" kata Citra.

"Terus kamu kok disini?"

"Temenin kakak sampai bangun, soalnya tadi kamu dibangunin susah banget" kata Citra.

"Hehehe ngantuk banget soalnya" balasku sambil berjalan ke arah Citra.

Aku melihat langit, tampak mendung sekali bahkan tak tampak sinar matahari, kuhirup dalam-dalam udara yang terasa sejuk ini.

"Dino, hei, kemari" tiba-tiba suara Galang mengagetkanku. Aku langsung menuju tangga yang menuju atas atap gudang ini.

"Kenapa Lang?"

"Mantep jirr pemandangannya" kata Galang.

"Iya sih mantep" balasku.

"Coba kalau hpku masih ada ya, bisa tak abadikan lah pemandangan ini hahaha" kata Galang.

Aku juga menyadari kalau ponselku juga hilang saat kejadian itu berawal.

"Ini jam berapa sih?" tanyaku.

"Jam setengah 4 sore, jirr kamu Din molor lama banget haha" tawa Galang. Ya kan karena tepar melayani Anin haha.

"Ngantuk banget Lang haha"

Kami terdiam dan menikmati sore hari ini. Tiba-tiba pandanganku tertuju pada sebuah gundukan berwarna putih yang menuju kemari, sepertinya sebuah kabut. Kabut ini cukup tebal, aku merasa aneh dengan alam di sekitar ini.

GGGGRRHHHHHHH

Suara apa itu? Aku mendengarnya disekitar kabut ini.

"Lang, pinjem teropong" kataku. Galang melemparkan teropong itu kearahku. Dengan benda ini aku melihat disekeliling kabut itu. Aku tak percaya ada mayat hidup diantara kabut itu....

Tidak mungkin

Ada 5, 10, 20.....

Jumlahnya ratusan dan mahkluk itu menuju kemari!

"Kamu lihat sendiri Lang" kataku kepada Galang sambil memberikan teropong.

"Sialan! Semuanya kedalam gudang, kunci semua pintu" kata Galang. Kami langsung menuruti perintah Galang. Dengan cepat kami mengunci semua pintu luar gudang dan menutupi jendela dengan kayu. Setelah beres aku dan Galang kembali menuju atas atap untuk mengamati.

"Banyak banget Lang, kita gak bisa hadapi semua ini" aku khawatir.

"Tenang saja, selama kita gak berisik pasti aman kok" balasnya.

Tak lama kemudian, seperti yang aku lihat tadi, mahkluk-mahkluk itu mulai menuju kemari, kabut tebal sudah menyelimuti gudang ini. Udara dingin tiba-tiba menusuk tulang, aku tak pernah merasakan udara sedingin ini. Suara-suara erangan mahkluk itu semakin keras terdengar. Aku lalu turun dan Citra langsung memelukku.

"Kak, aku takut"

"Deket sama aku aja biar kamu aman" kataku tenang. Ya, aku berusaha untuk tenang. Aku yakin kita bisa melewati kondisi yang sulit ini.

"Eh Dino, Citra kesini" kata Anin yang sedang duduk didekat pintu masuk.

"Lihat, banyak banget mayat hidupnya" Anin menunjuk sebuah lubang. Aku melihat lubang itu dan memicingkan mata. Benar, mayat-mayat hidup itu telah menuju kemari dan terlihat samar-samar akibat kabut tebal ini. Kulihat ada beberapa mayat yang tiba-tiba terjatuh lalu berjalan kembali, ada yang seperti memukul-mukul tanah sambil berteriak, dan yang mengejutkanku ada sesosok mayat yang perutnya menggelembung dan tiba-tiba memuntahkan sesuatu seperti cairan darah lalu kembali berjalan. Menjijikkan.

GGGGRRRRRHHHHH AAAAHHHHHHH

HHHUUUUOOOOOKKKKK GGGRRRHHHH

Begitulah kira-kira suara mahkluk-mahkluk itu.

Sialan! Ada mayat hidup yang sepertinya melihatku! Aku langsung meninggalkan lubang itu untuk menghindari hal yang buruk.

"Kenapa Din?" kata Anin dengan suara berbisik.

"Mayat itu melihatku tadi" balasku dengan tegang.

"Selama tidak ada suara yang keras, mayat itu tak akan menyerang" kata Galang yang ternyata sudah berada di bawah.

"Tapi Lang, sampai kapan kita bersembunyi seperti ini?" kata Dani yang sedang memeluk Aya yang ketakutan.

"Sampai kabutnya hilang, sebentar lagi gelap"

"Darimana kamu tahu?" tanyaku.

"Pendapatku sih, yang penting kita tetap tenang dan jangan sampai membuat suara yang keras" kata Galang.

Benar kata Galang, kabut itu berangsur-angsur menghilang, begitu juga dengan gerombolan mahkluk itu yang sudah pergi dari tempat ini. Tiba-tiba saja udara sudah tidak sedingin tadi. Benar-benar dunia yang aneh.

"Death Fog"

"Hah? Apaan?"

"Kabut Kematian, Death Fog kalau bahasa inggrisnya" kata Galang.

---------------------

Setelah kejadian aneh kemarin, semuanya sudah berjalan normal. Cuaca hari ini cerah sekali, matahari sama sekali tidak terhalang awan. Aku berada diatas atap gudang untuk mengamati keadaan sekitar. Untuk saat ini tidak ada kejadian-kejadian aneh.

Tetapi

Aku sepertinya melihat seseorang.

Kugunakan teropong milik Galang dan kuarahkan ke sesosok manusia itu. Seorang wanita sedang berjalan menuju kemari. Bukan mayat hidup, manusia biasa.

"Lang, Galang. Ada orang disana" teriakku kepada Galang yang sedang berada dibawah.

"Hah? Mayat hidup lagi?" balasnya.

"Sepertinya bukan, manusia, wanita"

Tak lama wanita itu berjalan dan mendekati gudang ini. Anin langsung membidik senapannya.

"Nin, itu bukan mayat" kata Dani.

"Siapa tau" balasnya.

Aku turun dari atap dan berjalan menuju wanita itu. Mukanya tampak kusut sekali, sepertinya dia kelaparan dan kehausan.

"Aman" kataku sambil memberi tanda ke Anin.

------------------------

Kubawa sebuah piring plastik berisi ikan bakar yang masih tersisa kemarin, baunya masih harum karena aku sempat membakarnya lagi.

"Kamu pasti lapar kan? Ini makan aja" kataku kepada seorang gadis yang duduk bersender di dinding gudang. Gadis itu langsung mengambil ikan bakar itu dan memakannya, aku duduk disampingnya dan menonton gadis itu makan dengan lahapnya.

"Awas itu ikan durinya banyak" kataku.

"Iya tau" balasnya lirih

Tak lama ikan bakar itu habis tersisa tulang-tulangnya. Gadis itu langsung menenggak botol aqua hingga habis isinya.

"Enak gak ikannya?" Tanyaku mencoba memulai pembicaraan.

"Agak gosong, tapi enak sih" balasnya sambil mengelap tangannya dengan tisu.

Kami cukup lama terdiam, menikmati sunyinya sore ini.

"Oh iya, namaku Dino" kuulurkan tanganku kearah gadis itu, namun tampaknya dia tidak merespon.

"Yaudah, piringnya tak ambil ya" aku mengambil piring bekas makan gadis itu dan menuju keluar.

"Kyla.... Namaku Kyla"

Aku menoleh kearah dia, dan tersenyum.

"Salam kenal ya, Kyla"



Credits roll.......

 
Status
Please reply by conversation.
Jav Toys
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd