Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT 55 Days Later: Part 2 (Tamat)

Status
Please reply by conversation.
Sejenis walking dead ya, semua udah terinfeksi, gigitan dan cakaran hanya mempercepat infeksi.

Kalo di ceritaku belum dijelasin tentang zombie nya, penasaran?

Sama
 
Kayaknya baru kemaren baca di wattpad dah, apakah sama penulisnya(?) kalo sama LANJUTKAN TERUS SUHU, BAGUS BANGET CERITANYA
 
Kayaknya baru kemaren baca di wattpad dah, apakah sama penulisnya(?) kalo sama LANJUTKAN TERUS SUHU, BAGUS BANGET CERITANYA
Iya ane authornya jg yang disana wkwk
Sejenis walking dead ya, semua udah terinfeksi, gigitan dan cakaran hanya mempercepat infeksi.

Kalo di ceritaku belum dijelasin tentang zombie nya, penasaran?

Sama
Ana awalnya pengen konsepnya kyak film 28 days later (pernah nonton?) yang zombienya bisa lari cepet, tapi gimana ya jadi kurang pas wkwk
 
Yang di kutub itu kan ceritanya? Bukannya yang disana mah gegara ga ada sinar matahari juga? Jadi si zombie nya takut sama sinar matahari, tapi asa ga dijelasin deh si infeksi nya gimana
Apa gegara aku ga jelas nonton nya ya?
Ehehe
 
2. Escape From Fate

Siang ini cukup terik, matahari bersinar tanpa terhalang awan. Langit terlihat biru, itulah yang kulihat saat ini. Tak terasa aku dan Citra berjalan mengikuti jalan ini dan sampai di sebuah kota kecil. Kota itu tampak hancur, kobaran api terlihat di berbagai tempat.

Kulihat Citra seperti kelelahan setelah lama kita berjalan. Amunisi senapanku tinggal satu magazine, sebaiknya aku benar-benar harus menghemat peluru.

Tempat ini seperti habis dibombardir militer, pikirku.

"Sampai mana ini kak?" Kata Citra

"Aku tak tahu"

Kami melewati beberapa bangunan, tampak terbengkalai sekali, seperti kota mati. Banyak mayat-mayat disana sini. Aku berjalan dengan hati-hati sambil memegang senjataku kalau terjadi hal yang tidak diinginkan.

Ada dua orang didepan.

"Citra, awasi belakangku ya."

"Iya kak"

"Siapkan pistolmu" kataku.

Citra mengambil pistol dari sakunya dan mengokangnya.

Perlahan-lahan kudekati orang itu, tampaknya bukan mayat hidup.

"Hei"

"Oh shit, jangan serang kami." Kata orang itu.

"Jangan khawatir, kami bukan bagian dari mereka." Kataku membalas.

"Oh syukurlah, kirain."

"Hei, sejak kapan mayat hidup bisa say hello?"

"Siapa tau kampret."

"Oh iya, kalian sedang apa disini?" Tanyaku.

"Kita sedang mencari bahan bakar, mobil kita kehabisan bensin, untung saja sudah sampai kota ini." Kata dia.

"Oh iya, namaku Jaka"

"Aku Jono."

"Dino, dan ini Citra" balasku.

Kedua pria itu melambaikan tangan ke Citra. Dia hanya tersenyum.

"Senang sekali bisa bertemu dengan kalian, kalau boleh kalian bisa ikut dengan kami, mobil kita cukup untuk tumpangan kalian." Kata Jaka.

"Terimakasih Jaka" kataku.

---------------------------

Singkatnya, kami bersama Jono dan Jaka berjalan menuju pom bensin yang ternyata cukup jauh dari mobil berhenti. Pom bensin itu cukup besar.

"Oke, kita cari jerigen."

"Dimana kita harus cari?" Kataku.

"Biasanya di pom bensin ada semacam gudang, mari kita cari." Kata Jaka.

"Dan kita harus hati-hati, siapa tahu ada mayat hidup disini." Balas Jono.

"Kak Dino"

"Iya?"

"Aku kebelet pipis" kata Citra.

"Yasudah, aku temenin ke toilet" kataku. "Eh Jaka, aku ke toilet dulu ya."

"Oke Din, hati-hati"

Aku dan Citra berjalan menuju toilet yang letaknya tak jauh dari lokasi mereka. Toilet itu tampak bersih sekali walau sudah tidak ada yang memakai.

"Hati-hati Cit, aku tunggu di luar"

"Iya kak" balasnya.

Aku berdiri dan menunggu Citra menuntaskan hajatnya. Pikiranku melayang melihat tubuh Citra yang bisa dibilang proporsional. Ah. Tidak. Jangan berpikiran jelek-jelek dulu.

"KAK DINOOO"

Citra berteriak, aku bergegas menuju kedalam toilet.

"Ada apa?"

"Itu"

Citra menunjuk sesuatu, ternyata ada mayat hidup didalam toilet!
Mayat hidup itu langsung bergerak menuju kearahku. Aku bergegas memegang senapanku. Aku ayunkan gagang senapanku ke kepala mahkluk itu.

BUKKKK

Mayat itu terjatuh.

"Ayo Citra, kita pergi dari sini" kataku sambil menarik tangan Citra.

---------------------------

"Hah hah hah" aku terengah-engah setelah berlari menghindari mayat yang kupukul tadi.

"Apa yang terjadi?" Tanya Jaka.

"Sialan. Ada mayat hidup tadi." kataku

"Shit. Ada berapa?"

"Satu doang sih, tadi sudah aku pukul sebelum makhluk itu menyerangku."

"Syukurlah" kata Jaka.

Akhirnya kami melanjutkan mencari jerigen. Untungnya kita menemukan tiga jerigen besar, sudah lebih dari cukup untuk mengisi bahan bakar. Selanjutnya kami mengisi jerigen dengan bensin pertamax, untungnya persediaan masih ada.

"Oke, semuanya sudah beres. Yuk kita kembali ke mobil."

Kami berjalan kembali menuju lokasi mobil. Sepanjang perjalanan aku asyik ngobrol dengan Jaka. Dari situ aku mengetahui kalau Jaka adalah seorang operator pom bensin dan Jono adalah seorang karyawan bengkel mobil. Mereka berhasil lolos dan bergabung dengan kelompok militer yang bertugas untuk menolong orang-orang yang selamat, sayangnya seperti aku, mereka terpisah.

Tak lama kita sampai di tempat mobil itu berhenti, Jaka mengisi tangki mobil sedangkan aku, Citra dan Jono memeriksa keadaan sekitar.

"Hei Jono, kemana kita akan pergi" tanyaku.

"Aku tak tahu, mungkin si Jaka kampret punya rencana"

"Rencana? hmmm gimana ya" balas Jaka.

"Kita bahas nanti aja di mobil, yuk kita cabut"

--------------------------------

"Terus apa rencananya?" tanyaku kepada Jaka yang sedang menyetir.

"Gimana ya Din, aku bingung dengan keadaan ini" jawabnya.

"Lah kampret, katanya Jono kamu punya rencana"

"Biasa sih si Jono suka ngawur kalo ngomong"

"Heh kampret, elu kan paling tua disini. Harusnya punya lah rencana gitu" balas Jono tak mau kalah.

"Lah umurmu berapa sih?" tanyaku

"27 hehe" balasnya.

"Tua amat wkwk, gue aja 23 wkwk"

"Kalau mbak Citra?" tanya Jono ke Citra.

"Emhh, 21 mas" balasnya datar.

"Hehe masih muda" kata Jono

"Heh Jon, gak usah sok-sokan sweet sama cewe ya" kata Jaka. Aku tertawa saja.

Sebenarnya dari awal aku curiga dengan kedua pria ini, tapi lambat laun aku bisa menarik kesimpulan kalau mereka orang baik hehe.

"Eh ada apa itu?" aku melihat sebuah mobil erhenti di tengah jalan. Dan ada seorang yang melambaikan tangan.

"Bukan mayat hidup kan?" tanya Jaka

"Sepertinya tidak" kataku.

Kami mendekati mobil itu, yang aku tahu mobilnya sejenis SUV merek asal Jepang. Orang itu mendekati kami.

"Hei, bisakah kalian bantu kami?" teriak orang itu.

"Apa yang terjadi?" balas Jaka. Aku melihat si orang itu membawa pistol.

"Mobil ini tak bisa berjalan tiba-tiba, padahal bahan bakar masih ada." katanya

Kuamati mobil ini, sebuah SUV hitam merek asal Jepang, cukup untuk menampung 7-8 orang. Ternyata dia tak sendiri, ada dua orang pria keluar dari mobil. Entah kenapa aku justru punya firasat buruk.

"Mogok? boleh aku periksa? kebetulan aku seorang montir" kata Jono.

"Benarkah? terima kasih banyak." kata si pria. Jono membuka kap mobil dan memeriksa mesin. Sedangkan aku tetap dalam mode mengawasi mereka.

"Tampaknya gak ada yan........."

DOR!

Aku tak percaya, orang itu menembak Jono!

"Bangsat!" Jaka mengambil pistol dari sakunya.

DOR! DOR!

Jaka terjatuh, dia tertembak di bagian dada. Spontan aku mengambil senapanku.

"Hei bung, jatuhkan senjata...." sialan, aku ditodong dari belakang.

".....Atau wanita ini akan mati dihadapanmu"

"Bajingan, lepasin gak!" aku melihat Citra ditodong kepalanya sama orang itu. Aku tak bisa apa-apa.

"Haha, gampang dijebak ya mereka."

"Apa mau kalian?"

"Gampang, serahkan mobil ini. Nanti wanita cantik ini aku lepas." kata dia.

"Emhhh cantik bener nih cewek bro, enak banget kayaknya kalau main kuda-kudaan"

"Bangsat kau, jangan sentuh dia!!" teriakku.

BUGG

Sebuah pukulan tangan mendarat ke rahangku, aku jatuh tersungkur merasakan sakit yang amat sangat di wajahku, aku merasa bibirku mengeluarkan darah.

"KAK DINOO, TOLONG"

"Namanya Dino ya hahaha, terus siapa nama kamu cantik?" kata orang itu sambil mengelus pipi Citra.

Citra hanya diam

"Gak mau jawab nih??"

PLAK

Orang itu menampar Citra. Aku hanya bisa melihat.

Orang itu menghampiriku, dan kembali pukulan telak menghantam perutku.

"Hei Dino, ini namanya siapa sih?" Kata orang brengsek itu. Aku hanya diam

"Kasih tau, atau ni cewe tak gilir rame-rame hehehe. Memeknya pasti enak."

Kata-kata dari cowok brengsek itu membangkitkan amarahku. Aku merasa tenagaku berlipat-lipat.

"ANJIINGGGG"

Dengan cepat aku mendorong cowok brengsek itu, kuambil pistolnya dan kutembakkan beberapa kali di kakinya. Dengan secepat kilat aku menembak cowok yang menyandera Citra tepat sasaran ke kepalanya.

DOR! DOR!

"AARGGHHH BANGSAAAT"

"Ampuuunn bang" teriak cowok satunya yang langsung melempar pistolnya ke tanah. Ah tampaknya cowok ini penakut. Tanpa pikir panjang aku langsung menembak cowok itu dan jatuh tersungkur, mati.

"Kak Dinoo" Citra langsung berlari dan memelukku erat.

"It's okay Citra"

"Aku takut" kata Citra sambil menangis. Aku menghampiri si cowok brengsek sambil masih memegang pistol.

"Anjingg, arghhhhhh" dia mengerang kesakitan.

"Bunuh saja aku bangsat, bunuh akuu" teriaknya.

"Itulah balasan karena menampar seorang wanita" kataku. Aku mulai menodong pistol itu ke kepala si cowok brengsek.

"Sebelum bunuh aku, aku ingin memberi tahu" kata si cowo brengsek

"Kalian semua terinfeksi, kita semua bisa menjadi mayat hidup"

"Hah? Apa maksudmu?"

"Saat nyawa kita lepas dari tubuh, disitulah kita menjadi bagian mereka, mayat hidup" kata si cowok brengsek sambil mengerang kesakitan.

"Kalian boleh percaya atau tidak, tapi yang jelas kau harus bunuh aku, aku tak mau menjadi mayat hidup!"

Tanpa pikir panjang, aku menarik pelatuk pistol. Si cowok brengsek itu mati.

"Kak, kenapa ditembak?" kata Citra.

"Aku tak percaya mulutnya" kataku.

"Di..Dinooo" Jaka berteriak lirih

Aku menghampiri Jaka yang dadanya sudah berlumuran darah, tampaknya dia tak akan selamat.

"Bertahanlah Jaka"

"Tidak Din, aku sudah selesai. Sekarang tembak aku Din" kata Jaka lirih.

"Kamu dengar kan tadi kata-kata dia, aku akan jadi mayat hidup kalau mati, aku tidak ingin seperti itu. Tolong tembak aku"

"Aku tak percaya omongan dia...."

"Dia benar Din, kita semua terinfeksi. Sekarang tolong tembak aku. Aku ingin mati sebagai manusia biasa"

Aku mengecek pistol ini, tinggal satu peluru. Aku berdiri dan mulai menodong Jaka yang terlentang di tanah, dia tersenyum kearahku.

"Maafkan aku Jaka"

DOR

--------------------------------

Hari sudah menjelang malam. Aku dan Citra tiba di sebuah bangunan sekolah dasar, kami harus terpaksa berjalan kaki karena jalan terhalang oleh mobil-mobil yang terbengkalai. Aku mengecek semua ruangan sekolah ini, sepertinya tak ada mayat hidup disini.

"Kak, ada ruangan UKS" kata Citra.

"Oke mari kita cek"

Aku coba buka pintu UKS, terkunci. Aku dobrak pintu itu hingga akhirnya terbuka.
Tampak sebuah ruangan UKS yang bisa dibilang cukup besar, lengkap dengan dua ranjang tidur dan beberapa obat-obatan. Dan yang terpenting, ada dua galon air yang masih tersegel.

"Oke kita bermalam dulu disini, besok kita lanjutkan perjalanan" kataku sambil dibalas dengan anggukan Citra.

Tak terasa malam telah menjelang, kulihat jam dinding yang masih aktif, pukul 10 malam.

"Kak"

"Iya Citra?"

"Apa tujuan kita sekarang? Kenapa kita berhadapan dengan situasi seperti ini?" dia menatapku dalam. Rupanya yang cantik dan manis seperti membiusku.



"Aku tak tahu Citra, kita harus menghadapi situasi ini

"Bertahan hidup."

"Mhhh kak"

Kami saling bertatapan mata, aku benar-benar terpana dengan kecantikannya. Aku dan Citra saling mendekat dan akhirnya kuberanikan mencium bibirnya.

(Citra's Theme)

"Aghhhh" aku baru sadar kalau bibirku masih terasa perih. Namun aku tetap mencium bibir manis dia.

Awalnya Citra kaget, namun lambat-laun dia membalas ciumanku.

"Maaf" kataku

"Lanjutkan aja kak, aku percaya sama kamu" kata Citra lembut.

Mendapat lampu hijau, aku kembali berciuman dengan Citra, bibirnya sangat lembut. Citra bergerak dan sekarang dia diatas tubuhku. Kami cukup lama berciuman sambil bergelut lidah, aku benar-benar menikmati momen ini, sudah lama aku tidak bercumbu dengan wanita.

"Mmmhhhhhh"

Aku coba untuk menciumi lehernya yang jenjang dan putih bersih itu, seperti dugaanku, Citra mendesah lirih pertanda dia menikmati percumbuan ini.

"Ahhhhh kak Dinoo"

Kulanjutkan seranganku ke arah belakang telinga, kujilati bagian sensitif wanita ini. Citra kembali mendesah, suaranya yang bisa dibilang seksi ini meningkatkan libidoku hingga berlipat-lipat, dan akhirnya area selangkanganku mulai sesak.

"Kak, emhhhhh kok tegang?" kata Citra sambil tersenyum.

"Gak tau tiba-tiba keras sendiri" balasku.

"Geli tau kak, itunya neken perutku"

Citra membetulkan posisinya, dia menggesekan selangkangannya kearah tonjolan di bawah celanaku, memberikan sensasi geli bercampur nikmat.

"Ahhh Citraa, kok digesek"

"Gak apa-apa kak hehe"

Kami kembali berciuman, saling berpagutan lidah dan tubuh kami saling bergerak di bagian selangkangan, seakan-akan kita sedang melakukan hubungan seksual. Kemaluanku yang masih tertutup celana bergesekan dengan selangkangan Citra yang terlapisi celananya.

"Ahhhhh kakak ahhhhhh"

"Citraaa ahhhhh"

Payudaranya bergesekan dengan dadaku, gerakan ini semakin liar. Kami saling mendesah mengekspresikan kenikmatan ini walaupun masih dalam keadaan berpakaian. Kulingkarkan kedua taaganku ke perutnya dan kupercepat gerakan nikmat ini.

"Kakkk oghhhhh akuuuu...."

"Citraaa akkuuuu aghhhhhh"

Tubuhku terasa lemas sekali, aku merasa selangkanganku sangat basah, aku mencapai klimaks. Tubuh Citra juga lemas tampaknya dia juga mencapai klimaksnya, pandanganku tiba-tiba kabur. Akhirnya aku tertidur.

--------------------------------

Kubuka mataku, tampaknya hari sudah agak siang. Kulihat jam dinding, pukul 10 siang, sepertinya aku tertidur lelap setelah pertempuran panas tadi malam. Citra berada disampingku, aku bangunkan dia dengan bisikan di telinganya.

"Citra, bangun"

"Emhh kak..."



"Yuk bangun, kita keluar dari sini"

"Emmhh gimana bisa bangun kalau kamu masih meluk aku kak"" Oh iya, aku masih dalam posisi memeluk tubuh mungilnya seperti guling.

"Ehhmaaf"

"Gak apa-apa kak wkwk"

Untung saja aku masih punya pakaian ganti.

"Di sini ada air buat mandi gak sih?" kata Citra.

"Cek aja dulu" aku menuju kamar mandi yang letaknya ada di dalam ruangan ini. Ah sial, keran tidak mengeluarkan air.

"Kosong" kataku.

Kami terpaksa mandi menggunakan air galon, ya namanya aja darurat banget.

--------------------------------

Berbeda dengan kemarin, hari ini banyak sekali awan di langit, terkadang muncul suara gemuruh. Sepertinya akan turun hujan.

Kami berjalan melewati sebuah gang kecil, sialnya cukup banyak mayat hidup.

"Citra, tetap dibelakangku"

Kami berjalan perlahan-perlahan, menghindari beberapa mayat hidup yang berdiri terdiam entah apa yang dipikirkannya. Aku berusaha untuk tidak mengeluarkan suara sekecil apapun karena aku tahu suara adalah makanan kesukaan mereka.

"Krakkk" aku menoleh, Citra tak sengaja menginjak pecahan kaca.

"Ma..maaff"

Mayat hidup itu mulai bersuara, pertanda mahkluk itu mendengar suara kaca itu.

"Citraa, lari!"

Kami berlari untuk menghindari dari mayat hidup yang mulai berjalan menuju kami. Namun aku merasa lari bukanlah hal yang mudah. Banyak sekali mayat hidup yang berjalan semakin mendekat!

Aku mendobrak sebuah pintu rumah dan kami masuk ke dalam sebelum mayat hidup itu masuk. Aku mendorong sebuah lemari untuk menghalangi pintu.

"Citra, bantu aku" kataku.

"Iya kak"

Kami berhasil mendorong lemari, namun tampaknya mayat hidup itu tidak bodoh, mahkluk itu mulai mendobrak jendela dan beberapa ada yang masuk ke dalam.

Dengan cepat aku mengokang senapanku dan mulai menembak mayat hidup itu. Namun aku juga sadar amunisiku sangat tipis. Aku coba membidik senapan tepat ke kepala mayat hidup itu

DOR DOR DOR.

"KAK DINOOOO" teriak Citra, Sialan! Mahkluk itu menangkap kaki Citra hingga terjatuh.

"CITRAA" Aku menembak mahkluk itu kearah kepala mahkluk bangsat itu berulang kali. Mahkluk itu mati dan Citra terbebas dari cengkraman mayat hidup itu.

"Kita harus keluar dari sini!"

Aku berlari menuju pintu belakang dan mendobraknya.

"GRAHHHHHHH"

"ARGGGHHHHH"

Sebuah mayat hidup mendorongku hingga terjatuh. Aku berusaha untuk mendorong mahkluk itu, namun kekuatannya sangat kuat. Mahkluk itu berusaha menggigitku.

DOR!

Tepat sasaran! Citra menembak kepala mayat itu. Dengan cepat aku menyingkirkan tubuh mahkluk mati itu. "Terima kasih".

"KAKK....."

Beberapa mayat hidup mulai mendekati kami.

DOR DOR DOR DOR

Beberapa mayat hidup terjatuh dan mati, ada dua orang yang menembak ke arah mayat hidup itu.

"Hei, kalian tidak apa-apa?"

"Aku tidak apa-apa"

"Ayo ikuti kami" kata orang itu.

Aku dan Citra berlari mengikuti orang itu sambil menembaki beberapa mayat hidup yang mendekati kami. Amunisiku sudah sangat tipis sehingga beberapa ada yang harus aku pukul pakai gagang senapanku.

Tak berapa lama kami tiba di sebuah bangunan besar dengan pintu teralis besi. Orang itu membukakan pintu.

"Ayo masuk, cepat!"

Aku dan Citra langsung masuk ke dalam, dan pintu teralis itu ditutup.

--------------------------------

Aku mengambil napas dalam-dalam setelah kejar-kejaran mengerikan itu. Citra tampak terduduk dan terengah-engah.

"Kalian tidak apa-apa?" Kata seorang laki-laki

"I'm okay" balasku

"Sama" balas Citra.

"Kalian aman disini, eh Ay, An, Dan. Tolong kunci pintu masuk dan geser lemari itu." Kata sang lelaki.

Aku melihat mereka menggeser lemari besar ke pintu. Dua wanita yang membantu itu menarik perhatianku.

Salah satu wanita menghampiriku.

"Kak, mau minum?" Tanya dia sambil menyodorkan botol aqua. Aku langsung mengambil botol itu dan meminunnya hingga habis tak bersisa.

"Haus banget kayaknya" celetuk si cewek.
Aku hanya mengganguk, lalu kuhampiri Citra yang masih tampak syok.

"Kak"

Dia memelukku, erat sekali. Kurasakan dia sesegukan.

"Maafkan aku kak, gara-gara aku, kita dikejar mahkluk itu"

"Udah gak apa-apa, yang penting kita selamat" kataku.

Dia menangis.

"Jangan pernah tinggalkan aku kak, aku takut"

Kuelus rambutnya pelan.

"Iya Citra, aku tak akan tinggalin kamu"

------------------------

Kulihat jendela, matahari sudah terbenam sebentar lagi malam tiba.

"Eh kakak" tiba2 suara wanita memecah keheningan.

"Iya" jawabku.

"Sebaiknya kakak menghindar dari jendela"

"Kenapa?" Tanyaku

"Nanti tiba2 ada mayat hidup muncul dari jendela gimana hayooo" celetuk si wanita.

"Hahaha bisa aja kamu" balasku. Ini gadis mukanya lucu banget heran.

"Oh iya, namaku Dino"

"Aku Gracia, panggil saja Gre hehehe" balasnya.

"Itu yang cewe siapa?" Tanya Gracia sambil menunjuk Citra yang sedang tertidur.

"Oh namanya Citra"

"Salam kenal ya kak"

"Hehe iya"

"Sejak kapan kamu disini, bersama orang-orang itu?"

"Cukup lama, kami bertahan disini karena disini banyak persediaan makanan dan minuman." Kata Gracia.

"Ohh gitu"

"Yuk kak, aku kenalin sama yang lainnya"

Aku berjalan mengikuti Gracia, kulihat dari belakang tubuhnya yang mungil itu. Mirip-mirip Citra sih.

"Eh guys"

"Gre" kata si wanita.

"Ini Kak Dino" kata Gracia.

"Aku Anin" kata si wanita sambil menyalami tanganku.

"Aya"

"Dani"

"Aji"

"Galang"

"Selamat datang di grup kami hehe, aku harap kalian bisa kerjasama ya" kata Galang. Hmmm dia mungkin pemimpin grup ini.

"Oh iya, gimana keadaan cewe kamu tadi?" Kata Galang.

Cewe kamu? Hmmm.

"Dia lagi tidur, dia sempat syok tapi kayaknya sudah tenang" jawabku.

"Baguslah, bangunkan dia. Kita sudah siapkan makanan."

----------------------------

Malam itu, kami makan bersama. Yaa makanannya sangat terbatas bisa dibilang, daging kornet kalengan dengan kerupuk, tapi makanan ini sudah bisa dibilang bikin kenyang hehe.

"Keras banget dagingnya" kata Citra yang duduk disampingku.

"Dimakan aja Cit, lumayan loh ini" jawabku.

"Hehe iya kak."

"Eh Citra, ini minumnya" kata Aya sambil menyodorkan botol air mineral.

"Makasih kak"

"Gracia, kok ngambilnya banyak banget sih?" Rengek Anin.

"Laper banget Nin hehe"

"Yaelah, buat yang lainnya juga lah. Tuh Dani baru makan dikit loh" kata Anin.

"Gak apa-apa santai aja" kata Dani.

"Dasar rakus" kata Galang.

Mereka tertawa, aku jadi ikutan tertawa karena ulah mereka.

"Oh iya Galang, kalian disini sudah berapa lama?" Kataku.

"3 hari yang lalu. Kita beruntung banget berada disini. Bangunan ini ternyata ada gudang makanan. Ya sayang juga tidak ada beras disini, tapi persediaan mungkin cukup sampai beberapa bulan kedepan."

"Dan kalian, bagaimana cerita kalian?" Tanya Galang.

Aku kemudian bercerita. Saat wabah mulai menyerang, pertemuanku dengan Citra dan bertahan hidup sebelum berada di sini.

"Kalian benar-benar beruntung"

"Di luar sana benar-benar seperti neraka, militer bahkan kewalahan dengan mahkluk-mahkluk itu." Tambah Galang.

"Senjata api bahkan malah membuat mahkluk gila itu muncul lebih banyak."

"Betul, suara adalah makanan kesukaan mereka." Kata Aya.

"Kalian punya senjata api?" Tanyaku

"Punya, kita ada empat pistol sama satu senapan ringan, tapi untuk senapan ini amunisinya tinggal sedikit. Jadi kita pakai pistol saja." Kata Galang sambil mengambil sebuah senapan ringan yang aku tau itu sejenis SS2, sama seperti yang aku bawa.

"Kita pakai senjata tajam untuk menghadapi mayat hidup itu. Disamping tidak memakai peluru, dan yang penting tidak menimbulkan suara." Kata Galang.

"Gunakan pistol hanya untuk situasi yang benar-benar darurat."

"Oh begitu ya" kataku paham.

----------------------

Malam ini sangat cerah, tanpa awan sama sekali, sehingga tampak jelas bulan dan bintang-bintang. Kuambil sebatang rokok pemberian Dani, kuhidupkan rokok itu dan kuhisap dalam-dalam. Sungguh beruntung nasibku bertemu mereka. Aku sekarang sedang duduk di atas atap bangunan ini, mereka tampaknya sedang bersiap untuk tidur sedangkan aku sama sekali belum mengantuk.

"Hai kak."

Aku menoleh, ternyata Aya.



"Oh hai Aya."

Kok sendirian kak?" Tanya dia.

"Hehe gak apa-apa, lagi kepengen aja"

"Aku temenin ya" kata Aya sambil kubalas dengan anggukan. Dia duduk disampingku.

"Rokok?" Kataku.

"Aku tidak merokok." Kata Aya.

"Ohh oke."

"Lagian aneh aja kak, nyodorin rokok ke cewe."

"Hehe siapa tau juga ngerokok." Kataku.

Cukup lama kami terdiam. Aku menghisap rokok dalam-dalam dan membuangnya.

Kuamati wanita bernama Aya ini. Wajahnya sangat manis, setara dengan Citra dan Gracia. Kalau Anin? juga good looking sih hehe.

"Kenapa kak?" Ah sial. Ketahuan ngeliatin dah.

"Ehm gak apa-apa"

"Kayaknya kakak deket banget sama Citra ya." Kata Aya.

Aku tertawa saja.

"Gak terlalu sih, kasihan dia sendirian waktu itu."

"Iya sih, kita juga awalnya sendirian. Sebelum bertemu Galang aku juga sendirian." Kata Aya.

"Pemimpin grup ini si Galang?" Tanyaku.

"Di dalam grup ini tidak ada pemimpin-pemimpinan, yang penting kita bisa kerjasama aja." Kata Aya.

"Tapi aku lihat dia pas banget"

"Hmmm iya sih kak." Kata Aya.

"Hehe nama kakak Dino, kok lucu ya"

"Hah?"

"Kayak nama Italia gitu wkwk" Aya tertawa. Damn, tambah manis aja.

"Hehe, orang tuaku suka banget dengan hal-hal berbau Italia. Makanya anaknya dikasih nama Dino." Kataku bercanda.

"Ohh gitu ya."

"Suka nonton F1?" Kata Aya.

"Iya, kok tau?"

"Dino Ferrari, Enzo e Dino Ferrari. Nama sirkuit F1 dulu wkwk."

"Iya nama sirkuit. Nama lainnya Imola. Sekarang sirkuitnya udah gak dipakai."

"Akhirnya aku bertemu cowo yang suka balapan." Kata Aya dengan bangga.

Gak nyangka ada cewek suka balap F1 wkwk. Singkatnya kami berbicara tentang balapan F1. Wawasan Aya ternyata sangat luas, bahkan dia tahu seluk beluk mobil balap seperti apa.

"Terakhir nonton sebulan yang lalu, si Lewis Hamilton gila juga benar-benar dominasi balapan."

"Jelas lah, mobilnya cocok banget buat dia." Kataku.

Cukup lama kami ngobrol, sampai tak sadar kalau malam sudah semakin larut. Udara dingin mulai menusuk kulit. Kulihat Aya sudah berulang kali menguap.

"Udah ngantuk ya?" Tanyaku. Dia mengganguk.

"Yuk turun, aku juga udah ngantuk." Kataku.

"Emhh kak?"

"Iya?"

Tiba-tiba dia menciumku di bagian pipi. Tampak sekilas saja. Aku kaget.

"Makasih kak, aku jarang banget ngobrol sampai sedalam ini."

"Hehe sama-sama"

Secepat kilat aku mencium pipinya. Seperti dugaanku, dia kaget dan pipinya memerah.

"Biar sama"

"Ihh kak Dino wkwk."

"Dah ah, yuk turun."

Aku dan Aya turun dari atap. Kurasakan bagian bawahku mengeras akibat ciuman tadi, untung saja Aya tidak melihat hehehe.

Malam ini pengen tidur pulas dah.





And, credits roll........
 
Terakhir diubah:
Sedikit trivia

- Senjata yang dipakai: SS2, Glock 17
- Latar settingan episode ini ada di perbatasan jkt
- Cara bikin index gimana y? wkwk

Apdetan episode baru sebelum puasa, kyaknya bisa tetep apdet waktu puasa cuma mungkin pas malam. As always, happy reading dan mohon masukannya wkwk.
 
Ada aninnya mah aku baca
:)

Keren kak ceritanya, pembawaan SS nya ga terlalu dipaksakan. Alurnya menurutku udah smooth

Kalo mau bikin indeks, kopi aja address yang ada di nomor posting, nanti kopiin ke yang gambar rantai di reply.
 
Ada aninnya mah aku baca
:)

Keren kak ceritanya, pembawaan SS nya ga terlalu dipaksakan. Alurnya menurutku udah smooth

Kalo mau bikin indeks, kopi aja address yang ada di nomor posting, nanti kopiin ke yang gambar rantai di reply.
Terima kasih atas masukannya haha
 
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd