Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG A Diary of Dick (Season 3/Final) - The Last Love

Status
Please reply by conversation.
Kira kira akibat perbuatan si armand, si vany di entot juga gk ya ama cowo lain hmmm
 
Keren hu ceritanya, kok perasaan ineznya kayak pengen punya orang yang care ya hu. Kayak butuh figur pengayom kali. Semangat hu buat update
 
Hhaiisshh....mulai lagi nih si Armand, ngeri ngeri sedap inih....


Lanjutin Man
 
Hmmmm ada apa dengan inez nyampe ngebet ngt kyk gitu
Hmmmm ato jgn2 mereka lg taruhan nich
 
Eta pisan, komo bari jeung gadis kieu mah lur, kagok edankeun leklok tuur ge kajeun hahaha
Heueuh .. kamari ti jkt liwat bks edan macetna .. mendingan macet Di kamar bari dibaturan nu geulis .. pered .. seuseut jeung cape na ge ngeunah .. hahaha
 
Aku bengong ketika telponan selesai, ya ampun, apa yang sudah terjadi barusan ? Aneh ya, harusnya aku seneng dong ada perempuan muda, cantik, masih perawan dan mau menyerahkan keperawanannya padaku, tapi aku merasa sebaliknya. Masa depan Inez masih panjang, kalau aku rusak sekarang, yeah, memang sih, faktanya banyak wanita yang sudah tidak perawan dari muda tetap bisa sukses di karir, Oprah Winfrey misalnya. Namun, secara psikologis pasti ada sesuatu yang rusak, bisa jadi dia malah jadi punya kepribadian ganda, salah satunya hipersex, atau mudah depresi, atau gangguan psikologis lainnya.

Aku harus ngomong baik-baik pada Inez, harus banget ini mah...

Jam menunjukkan pukul setengah 10 malam, ketika handphone-ku berdering lagi saat aku bersiap mau tidur. Siapa lagi ini. Rupanya dari Titin, eh Jessica, iya pokonya dia itu weh lah.

“Aa udah tidur ? lagi di kosan gak ?”, tanya Jessica di ujung telepon, agak berisik, sepertinya ia sedang di jalan.

“Baru mau Tin, eh Jess, kenapa ?”

“Aku kesitu boleh ya, alamatnya yang di send location kemaren kan ?”

“Oh gitu, tumben, gak kerja kamu ? Ya sok kesini aja, bawa makanan ya hehehehe”

“Aku udah keterima kerja di dealer aaaaaa, nih aku baru cari-cari kosan, tenang aku bawain burger”

Pucuk dicinta ulam pun tiba, lagi lumayan sange, eh ada memek nyamperin, bawain burger jumbo pula. Ah beruntung kali aku ini, apa karena kebetulan ? Apa karena aku tokoh utama cerita ini jadi dibikin beruntung terus sama si babymaker cabul ini ? Ah apaan sih. Namanya juga godaan setan, sekali kecebur ya ada aja jalannya biar keterusan, ya kayak sekarang ini. Nah kalo yang ini gausah ragu, yang udah rusak ya rusak aja sekalian. Eh bentar, si Jessica kan jablay, terus aku kan berprinsip... ah bodo amat, jangan liat jablaynya, liat dia sebagai saudara, toh Rara, Silvy bahkan tante Rani aja kuembat.

Jessica lalu datang dengan motor matic-nya, segara aku membantu membukakan gerbang kosan yang memang sudah dikunci jam segini, lalu bersama kami berjalan ke kamarku di lantai 2. Titin masuk duluan ke kamar sementara aku sempat memasukkan sendal-sendal kami ke dalam. Ia nampak menggunakan celana skinny jeans ketat dengan jaket bomber, khas setelan cabe-cabean zaman now.

Persis ketika aku habis meletakkan bungkusan burger-nya di atas meja laptopku, Jessica alias Titin segera memelukku. Dengan beringas ia mencumbu bibirku, lalu berpindah ke leherku seraya tangannya menggerayangi punggungku, ia mendekapku erat sehingga toket besarnya terasa empuk di dadaku.

Aku sempat panik dengan serangan mendadak Jessica, namun menikmatinya, aku tak langsung memberikan perlawanan, hanya reaksi reaksi kecil yang menandakan bahwa aku menikmati rangsangannya. Hingga akhirnya Jessica menindihku di atas kasur.

“Kamu kenapa sih Tin, ganas banget”, ledekku.

“Biarin, aku teh udah sange banget sama aa, gara-gara waktu itu gak jadi, aku kebayang terus, makanya aku bela-belain kesini”, ujar Jessica seraya mengatur nafasnya dengan pandangan tajam kepadaku.

“Idih, ini mah pemerkosaan atuh”, godaku.

“Iya biarin, pokoknya kalo aa gamau muasin memek aku, aku teriak nih”, ancam Jessica.

“Ya gausah pake ngancem kali, ayo, aa juga kebetulan sange, eh tapi laper juga”

“Iiiihhhh aa, yaudah, mau makan dulu apa mau ngewe dulu ?”

“Makan sambil ngewe, bisa ?”, ajakku.

“Hmmm... gimana aa aja deh”, ujar Jessica manja.

Jessica lalu mengambil burger, lalu menghampiriku. Ia kemudian memegang burger seraya bergaya dengan pose seronok lalu menari erotis layaknya striptease dancer, sayang gak ada tiang di dalam kamarku.

Ia lalu menyodorkan burgernya padaku, sempat ditarik ulur sebelum akhirnya aku sukses mendapat 1 gigitan, Jessica lalu menjilati burger tepat pada area bekas gigitanku seraya menatapku nakal.

Seraya memegang burgerku, Jessica lalu mencumbu bibirku mesra sementara kedua tangannya merangkul leherku, kami saling berpagutan lalu perlahan beradu lidah. Tanganku mulai membuka resleting jaket bombernya dan wow... ada seragam dibaliknya. Kemeja seragam ketat milik salah 1 dealer merk motor Jepang yang terkemuka, dengan orang yang sama aku mendapat 2 sensasi berbeda, kemarin disepong jablay, sekarang aku mau ngentot dengan SPG hehehe...

Sekitar 1 menit melakukan french kiss, Jessica lalu kembali menyuapiku dengan burger-nya, sementara tanganku berkelana melepas kancing seragam SPG-nya, kemudian nampaklah bra bermotif polkadot abu-abu dan pink, di dadanya masih terlukis tattoo bertuliskan “Jessica” dalam aksara latin kuno. Aku lalu memegang sendiri burgerku sehingga Jessica leluasa melepas seragamnya. Ternyata masih ada tattoo lagi di bagian punggungnya bermotif sayap dan sejumlah tattoo lagi di lengan kiri dan kanannya, perut, punggung bawah, hingga kulihat ada tattoo menyembul di bawah pusarnya yang kurang jelas gambar apa karena ia masih memakai skinny jeansnya.

Jessica menatapku tajam seraya tersenyum, ia cantik sekali dengan rambut panjang terurai lurus yang di-cat semu kekuningan, agak blonde. Bibirnya menggunakan lipstik berwarna merah tua dengan make up tebal dan eyeshadow di sekitar matanya, dandanan khas SPG, dan jablay tentunya.

Sambil mengunyah burger, leherku dicumbui oleh Jessica, bahkan sesekali lidahnya bermain di daun telinga kiriku, tangannya sudah bergerilya ke dalam celana boxerku, mengurut-urut kontolku yang sudah ngaceng. Namun aku sadar, Jessica pasti bukan lawan tempur yang mudah ditaklukkan, bisa jadi ia lawan terberat yang akan kuhadapi, makannya aku berusaha tenang dan relax, aku bahkan masih bisa cukup fokus melahap burgerku perlahan.

“Aaaahhhhh.... sssshhhhh a Armaanndd...”, desah Jessica ditelingaku berulang kali. Aku terpejam menikmati rangsangannya, sambil ngunyah burger hehehe.

Sadar bahwa aku masih bisa menahan cukup fokus menahan birahiku, Jessica melakukan langkah ekstrem. Segera ia turun kebawah dan menurunkan celanaku. Boing ! kontol ngacengku kini berada di hadapan wajahnya. Jessica tersenyum nakal menatapnya, lalu menatapku, tangan kanan Jessica mengocok kontolku perlahan lalu makin cepat secara konstan. Bibirnya yang kemerahan karena lipstiknya yang luntur masih sangat menggoda untuk kukecup, lalu bibir itu terbuka dan melahap kontolku.

“Sluuuurrrrrrpppppppp... ssssslllllluuurrrrrrrpppppp”, bunyi mulut Jessica mengisap kontolku. Pandangan matanya tak sedetikpun lepas menatapku, sesekali ia meludahi kontolku, mengocok dengan tangannya lalu mulutnya melahap kontolku lagi.

“Hmmmmm....”, desahku tertahan. Permainan mulut Jessica memang mengagumkan, ia menghisap lembut kepala kontolku, lidahnya menyapu area lubang kencingku, kemudian seketika ia memberi hisapan kuat disitu seakan ingin meneguk cairan apapun yang keluar dari situ. Aku bergidik kenikmatan, merinding bulu romaku.

Jessica melakukannya berulang kali, sesekali ia tertawa melihat ekspresi wajahku, sementara potongan burger di tanganku sudah melompat entah kemana.

“Haduh Jeeessss, haduh...”, gumamku.

Puas memainkan lubang kencingku, Jessica kemudian melahap habis kontolku hingga ke ujung batang. Aku kemudian merangkulkan kakiku ke kedua bahunya, Jessica dengan posisi setengah push-up pun naik turun mengulum kontolku. Bunyi gesekan air liur dari mulutnya yang beradu dengan batang kontolku sungguh menggungah birahi. Sesekali sebelah tangannya merapikan rambutnya yang jatuh terurai, sungguh seksi ketika lengannya naik memegang rambutnya.

Setelah beberapa saat, aku melepaskan rangkulan kakiku. Jessica melepaskan kulumannya dan mengocok kontolku dengan sebelah tangannya, sementara satu tangannya melepas pengait bra di punggungnya dan... tumpahlah toket besar bertato nan mulus itu, putingnya mengacung dengan warna hitam sedikit kecoklatan.

“Uuuhhhh....”, desah Jessica kala menjepit kontolku dengan toketnya, aku mengangkang lebar dengan kedua kakiku diangkat. Sensasi geli karena kekenyalan toket Jessica kembali membuatku bergidik, toket mulus itu naik turun menjepit kontolku, licin karena campuran air liur dan sedikit keringat. Jessica menatap wajahku seraya tersenyum genit, wajahnya memerah dengan keringat tampak di dahinya, ia pun nampak sudah sange, namun masih ingin main main dengan kontolku.

“Enak a Armand ? Hmmmm ??? ahhh... enak diginiin ?” shhhh....”, tanya Jessica yang kubalas anggukan.

Beberapa saat kemudian Jessica menghentikan jepitannya, ia meludahi tangannya lalu kembali mengocok kontolku. Sambil mengocok dengan tangannya, lidahnya kembali menghampiri kontolku, kali ini lidahnya naik turun di kulit luar batang kontolku. Lidah Jessica menyusuri tiap area batang kontolku dengan lembut, sesekali ia menghisapi biji kontolku bergantian.

“Haduh Jeeessss, aaaahhhhhhhhhh...”, desahku. Gawat, belum penetrasi aja aku sudah mulai agak kerepotan nih.

Puas menjilati kontolku, Jessica menatapku sambil masih mengocok kontolku perlahan dengan tangan kirinya, tangan kanannya sibuk menyibakkan rambutnya yang terurai. Senyum nakalnya seakan mengisyaratkan ia tengah berpikir permainan selanjutnya. Aku balas tersenyum dan menatapnya tajam.

Ingin sebenarnya aku nyeletuk : “Kapan tempurnya nih Jess ?”, tapi setelah dipikir gengsi juga, ada pertaruhan gengsi disini. Jessica punya latar belakang sebagai pelacur, walau kini baru jadi SPG, dan ketika seorang jablay memilih seorang laki-laki sebagai tandem seksualnya tanpa ada embel-embel bayaran alias sukarela, artinya ia memang sedang ingin menikmati hubungan seksual yang ‘real’ yang ia harapkan mampu dipuaskan oleh lawan tarungnya. Makanya aku tak mau mengecewakan Jessica, aku juga tak akan kalah darinya sekaligus menantang batas diriku sendiri, sekuat apa sih aku hehehe.

Jessica lalu menurunkan celana jeansnya, begitu pula celana dalam g-stringnya. Nampak ada tato bentuk hati tepat di area atas vaginanya, dengan tato sayang yang terhubung hingga ke pinggul, bulu kelaminnya sendiri tipis dengan jumlah sedikit di atas vaginanya dan ada juga sebuah anting tepat sebelum belahan vaginanya, lalu tindik-tindik perak di sekitar klitorisnya. Gokil banget ini perempuan. Kulihat ada cairan kewanitaan yang menetes di sela selangkangannya, rupanya ia sudah becek, eh banjir. Aku pun dengan penuh semangat membuka kaosku lelu telanjang bulat seperti dia.

Namun, Jessica lalu kembali mengulum kepala kontolku, namun kali ini tak lama karena ia kemudian menjilati batang kontolku lalu menyusuri bijiku, sempat dikecup keduanya, lalu ia memutar lidahnya dia area perbatasan biji kontolku dengan lubang anusku, geliiiii sekali, aku lalu mengangkat panggulku dan... oh, Jessica menjilati permukaan lubang anusku !

“Ssssshhhhhhhh... hhhhaaaaahhhhh Jess”, gumamku.

Ia memutar lidahnya sampai kemudian memasukkannya ke dalam lubang, seakan ingin menjangkau sesuatu di lubang itu, tangannya turut membantu menahan kedua pahaku. Aku terus menerus menggelinjang karena perlakuan Jessica, rasa geli, nikmat dan rasa-rasa lain campur aduk.

Permainan Jessica diakhiri dengan mencumbui area sekitar pantatku, wanita ini memang gila, liar sekali foreplaynya. Jessica lalu bangkit dan menyambar minuman soda di sekitar kasurku. Sementara aku masih mengatur nafas dan mengatur posisi sandaranku, aku sempat menemukan potongan burgerku yang tadi, langsung kulahap habis. Jessica cekikikan melihat tingkahku.

“Gimana a ? Asik kan ?”, tanya Jessica seraya menghampiriku. Ia bersandar di bahu kiriku.

“Yah... lumayan”, jawabku dengan gaya cool, padahal barusan kerepotan.

Jessica lalu mengambil wadah berisi kentang goreng yang kemudian ia makan beberapa potong dengan cocolan sambal. Kemudian lengannya merangkulku leherku dari belakang, ia menyuapi mulutku dengan potongan kentang goreng itu satu persatu, sesekali kami bercumbu mesra dan saling mengulum lidah satu sama lain.

Tanganku sendiri sudah bergerilya ke toket dan terutama memeknya, aku penasaran dengan memek beranting dan bertindik itu. Mulanya kubelai halus paha mulus Jessica sambil sesekali kucolek nakal selangkangannya, ia merespon dengan melebarkan bukaan selangkangannya, kubelai halus pula bagian atas vaginanya dia area tato dan rambut kelaminnya.

Aku merasakan hembusan nafas di tengkukku, rupanya Jessica sudah sange sekali, ia mencumbui leher dan telingaku, kedua tangannya merangkul dan mendekapku erat seraya menjambak rambutku. Seiring jariku beroperasi di lubang memeknya yang basah, sementara ia mengangkangkan kedua pahanya lebar.

“Uuuuuhhhhhh... Mmmmmmhhhhh”, desah Jessica. Perlahan jari jariku menelusup ke dalam lubang memeknya, kumainkan jariku dengan pola maju mundur dan sesekali melingkar, mengobok-obok liang memeknya.

Memek Jessica basah sekali, dua jariku yang kini sedang menyelaminya terasa hangat dan basah oleh cairan kewanitaan Jessica, sesekali kusentil anting dan tindik di klitorisnya hingga Jessica menggelinjang.

“Oooouuuuhhhhh a, hhhhmmmmpppppphhhh sssssshhhhhh haaaahhhh aa Armand uuhhh”, rintih Jessica menikmati permainan jariku. Ia lalu mencumbui leherku, hingga kemudian kurasakan gigitan-gigitan kecil di leherku, rupanya aku dicupang olehnya. Pelan tapi pasti kutingkatkan kecepatan kocokan tanganku hingga menghasilkan bunyi khas saat tanganku dan memeknya beradu. Tubuh Jessica gemetar dan kian erat memelukku, seiring cupangannya di leherku semakin menggila.

Eeeemmmmpppppphhhhh.... aa.... oooooooouuuuuhhhhh”, lenguh Jessica, langsung kulahap bibirnya dan kami saling menjelajahi rongga mulut lawan dengan lidah kami, seiring kocokan yang kian cepat dari tanganku.

“Aaaaaaaaarrrrrrrggggghhhhhhhhhh !!!”, raung Jessica kala meraih orgasmenya.

Untuk beberapa saat kami terdiam, dalam pelukannya kudengar deru nafasnya yang terengah-engah, sementara keringatnya dari tubuhnya membuat rasa lengket di kulitku, aroma wangi parfum Jessica serasa makin kuat.

Jessica melepas rangkulannya dan bersandar, wajahnya cantiknya merah padam, sungguh innocent berbalut rambut panjangnya yang terurai. Aku menarik tanganku dari selangkangannya, jariku yang basah kemudian tanpa ragu kujilati seraya menatap wajahnya. Jessica tersenyum manis melihat aksiku.

“Ih si aa, ga jorok ? Hmmmmppphhhh”, tanyanya.

“Nggak kok, lah kamu sendiri tadi jilatin lubang ee gak jorok ?”, tanyaku balik.

“Justru itu teh kesenengan aku a, favorit”, jawabnya seraya tersenyum, deretan gigi mungil berpagar behel berwarna membuatku terpesona, cantik memang si Titin ini. Hebat juga dia dengan behel begitu tapi bisa nyepong tanpa membuat kontolku luka, class.

“Sini nyender a”, pinta Jessica sambil membentangkan tangannya.

Aku lalu bersandar agak ke bawah membelakanginya, gundukan toket besarnya terasa di punggungku. Tangannya merangkulku dari belakang, satu tangan lainnya menyuapiku kentang goreng. Sesekali kami bercumbu mesra, sesekali pula Jessica mencumbu dan mencupang leherku kala mulutku sibuk mengunyah kentang. Nikmatnyaaa...

“Jess, haus Jess”, ujarku.

“Mau minum apa atuh a ?”, tanya Jessica.

“Ya minum itu lah soda yang barusan, emang ada minuman lain ?”

“Ada kok, kalo aa mau”, goda Jessica nakal.

Aku mendongakkan wajahku ke arahnya dengan pandangan heran, Jessica tersenyum lalu mendorong bahuku perlahan turun. Kini posisiku tiduran dengan kepalaku bersandar di pahanya, Jessica menunduk menyodorkan toketnya ke wajahku.

“Ayo a isep a”, pintanya.

Aku pun menghisap toket kanan Jessica, sementara ia meremas dan memijat toketnya sendiri. Kumainkan lidahku di puting hitamnya yang mengacung, aksiku mampu membuat Jessica merintih tertahan.

“Sssssssshhhhhhhhhhh aaaaahhhh aa, iseeepppp iiihhhh... Jangan dimainin puting akuuu”, rengek Jessica dengan nada manja. Aku menuruti kemauannya, kuhisap kuat-kuat putingnya seiring pijatannya makin kencang. Perlahan kurasakan sesuatu mengalir di mulutku, rasanya aneh, agak asin.

“Sssssshhhhh aaaahhhhh aa, minum tuh a, isep terus aaaaaaaaaaaaaaa”, racau Jessica.

Yup, ada air susu yang keluar, di tengah kenikmatan aku keheranan, kok bisa ada ASI ? Emang Jessica udah punya anak ? Ah bodo amat lah. Kukenyot puting Jessica bergantian, sementara Jessica meracau tak karuan, hingga kemudian aktivitas kami berhenti sementara.

“Jess, itu air susu ? kok bisa ?”, tanyaku keheranan, kulihat tetesan cairan putih mengalir dari toket Jessica.

“Hmmm... iya a, ini air susu, aku lagi menyusui”, ujar Jessica.

“Hah ? Netein siapa kamu ? Kamu udah punya anak ?”, tanyaku.

Jessica mengangguk perlahan.

“Umurnya udah setahun lebih a, aku teh juga gak tau bapaknya yang mana, tapi da aku pengen gedein anakku, kebeneran aku ada kenalan suami istri udah aki sama nini yang gak punya anak di Cibitung, mereka yang urus dia teh, tapi aku tiap hari kesana, paling lama ge 2 hari lah gak ketemu”, tandas Jessica.

Aku melongo mendengar penjelasan Jessica, gak nyangka juga sih karena tempo hari di karaoke dia tidak cerita tentang hal ini, tapi sementara skip aja dulu, tanya tanyanya nanti saja kalau urusan kontolku dan memeknya nanti sudah selesai.

Jessica terdiam, aku segera inisiatif beraksi sebelum mood sex-nya berubah. Kuambil sebatang kentang goreng, sengaja kugigit sebagian, sementara sebagian lagi menyembul keluar mulutku. Jessica mengerti isyaratku dan tersenyum, lalu menggigit sebagian kentang tadi hingga kemudian kami melakukan french kiss lagi.

Puas french kiss, aku langsung menyergap kedua pahanya dan mendekatkan wajahku ke selangkangannya, kubuka lebar dan segera kujilati memeknya.

“Aku bersihin dulu ya Jess... sssssllllllllllluuuuurpppppp”, lidahku menyapu area liang memeknya.

“Oooouuuuuuhhhh aa iiiiihhhhh”, rengek Jessica seraya menjambak rambutku.

Kumasukkan lidahku hingga menjangkau belahan memeknya, lalu naik turun menyusuri belahannya, kuhisap cairan yang keluar dari liang itu, kuputar lidahku dan kuobok obok permukaan memek Jessica.

“Sssssssshhhhhhhhh aaaaaaahhhhhhh.... mmmmmmmmppppppphhhhhh”, desah Jessica.

Puas dengan lidah, aku mengambil kentang gorengku. Aku memakannya sambil menatap Jessica yang mengatur nafas.

“Boleh pake sambel ?”, tanyaku. Jessica cuma tersenyum tipis.

Kucolekkan ujung kentang gorengku ke memek Jessica, sehingga cairan kewanitaannya menempel di ujung kentangku, tanpa ragu kulahap kentangku.

“Si aa aya-aya wae nih”, Jessica tersenyum melihat tingkahku.

Aku lalu mencolekkan kentang goreng berikutnya, kali ini kusuapkan ke mulutnya. Ia pun tanpa ragu mengunyah kentang berlumur cairan memeknya. Aku melakukan hal itu beberapa kali, lalu aku minum air soda. Kurasa sudah waktunya nih. Aku lalu menyusupkan 2 jariku ke liang memek Jessica, kukocok perlahan sambil lidahku ikut bermain disitu. Jessica menjepit tubuhku dengan kedua pahanya seraya merintih nikmat menerima perlakuanku.

“Oooohhhh aa ooooohhhhh eeeemmmppppphhhh ayo aaa”, racau Jessica. Aku semakin menggila mengesploitasi liang memeknya dengan hisapan, jilatan dan permainan jariku.

Hingga pada suatu momen aku berhenti sejenak untuk menarik nafas. Ketika kutengadahkan kepalaku, tiba-tiba Jessica menarik pinggulnya sehingga tercabut jariku dari lubang memeknya. Ia lantas mendorong dan menindihku, dengan sigap ia berjongkok dia atas selangkanganku dan memposisikan memeknya sambil satu tangannya mengocok kontolku.

“Aaauuuuuhhhhhhh”, raung Jessica kala akhirnya kontolku menghujam liang memeknya.

Tanpa basa basi Jessica langsung menggenjot memeknya naik turun, kepalanya menengadah ke atas dengan mata terpejam, kuremas toket besarnya yang bergoyang naik turun dari bawah. Sungguh pemandangan yang menakjubkan, seorang ibu muda penuh tato dengan memek beranting sedang menikmati kontolku, lenguhan kami saling beradu di tengah keheningan malam.

“Uh ah uh ah oh uuuuhhhh ssssshhhhh aaaaaaahhhh”, desahan kami bersahutan, Jessica sesekali membenamkan memeknya hingga ke pangkal batang kontolku, lalu menariknya keatas secara perlahan, kemudian secara mendadak menghujamkan lagi ke bawah, sungguh luar biasa yang kurasakan.

Suara kelamin kami yang beradu bersahutan dengan suara desahan kami, Jessica menindih tubuhku sehingga dada kami bersentuhan, lalu kami saling berciuman mesra dengan lidah saling menelusuri rongga mulut lawan. Sesekali ia menyibakkan rambut panjangnya yang terurai hingga menutupi wajahku.

Usai 10 menit Jessica di atas, kini kami sudah dalam posisi doggy style. Kuhujam kuat-kuat kontolku di liang memeknya, cairan memeknya sampai menetes membasahi spreiku. Kutepok pantatnya hingga ia melenguh sambil kujambak rambut panjang Jessica.

“Aaaaaaaaaaannnnnnjjjjjjjjjjjjiiiiiiiiiiiiiiinnnnnngggggggggg”, racau Jessica kala menerima sodokan-sodokan brutal kontolku dan perlakuan kasarku.

Kuputar-putar kontolku menjelajahi rongga memeknya, lalu gantian pinggul Jessica yang bergoyang dengan gerakan memutar dan maju mundur, nikmat sekali. Jessica lalu mengangkat tubuhnya, diposisikan agak sejajar lurus dengan tubuhku, sehingga kamu bisa berciuman dan tanganku menggerayangi toketnya. Peluh dari tubuh kami bercampur dan menimbulkan aroma aroma yang makin menambah libido kami.

Puas dalam posisi doggy style selama sekitar 10 menit, kami langsung berganti gaya ke posisi standar. Dengan kaki mengangkang, Jessica lalu menerima sodokan kontolku yang tanpa kompromi menghujam memeknya yang memerah dan becek luar biasa. Sejujurnya, tak banyak variasi gerakan yang kami lakukan sejak masuk fase ngentot, mungkin karena kami sudah sama-sama tidak tahan sehingga sudah tak terpikirkan lagi mau mencoba aksi-aksi erotis lain.

“Haaaaaaahhhhhhhh hhhhaaaaaaahhhh hhhhhhhaaaaaaaahhhhhhh”, racau Jessica. Rambutnya berantakan sekali, sementara aku dengan penuh semangat memompa kontolku dengan kecepatan tinggi. Pinggulku maju mundur menusuk nusuk liang memeknya. Sementara mulutku asyik menghisapi air susu yang keluar dari putingnya.

“Sssssllluuuuurrrrrrrppp...”, bunyi yang keluar dari mulutku kala mengisap putingnya. Sementara sebelah toketnya lagi kuremas perlahan dengan tanganku, harus pelan, karena payudara wanita menyusui itu sensitif, bisa nyeri kalau diremas kuat-kuat seperti biasa kulakukan ke wanita lain.

“Ah ! Haaaaaaahhhhhh ! aaarrrrrrggghhhhh !”, erang Jessica menikmati permainanku. Kupilin-pilin putingnya seperti memutar knob volume radio tape jadul, kadang kujepit di sela-sela jariku. Bergantian juga toketnya kulahap dengan mulutku, sementara air susunya tak habis-habisnya keluar dan membasahi mulutku serta area dadanya. Tak lupa juga kucupangi area dadanya habis habisan, hingga nampak warna kemerahan di area dadanya yang sebagian tertutup tato hitam berukir namanya. Sodokan kontolku sendiri tanpa ampun menghajar liang memeknya, menghasilkan bunyi aduan yang terdengar jelas, menambah erotis suasana.

Kunikmati setiap jengkal tubuh Jessica, nama asli Titin Suminarsih, wanita Sunda 21 tahun saudari jauhku, seorang SPG yang sempat lama jadi jablay, ibu muda dengan 1 anak balita yang masih disusui. Tubuhnya yang montok 58 kg penuh keringat bercampur dengan keringatku, kulit putih mulusnya, rambutnya yang berantakan dan wajah cantiknya yang mirip Cupi Cupita (bukan Lucinta Luna alias bang Fattah ya) sungguh memaksimalkan libidoku. Benar-benar dapat rezeki nomplok aku malam ini.

Jessica masih melakukan perlawanan, ia merangkul leherku lalu memaksaku berbalik sehingga kami dalam posisi awal, yakni woman on top. Ia lalu dengan ganas naik turun memompa memeknya. Saat ia mulai lelah, Jessica menunduk dan mencumbu bibirku, maka pada saat itulah kesempatanku untuk berbalik kembali dalam posisi dominan, aku diatas. Kupompa kuat-kuat kontolku di sela desahan dan raungan Jessica, hingga aku lelah dan ia kembali memaksaku di bawah. Kami terus saling bergantian bertukar posisi, hingga kemudian tiba saatnya ketika aku diatas.

“Aaahhhh eemmmpppphhhh aa, uuuuuuhhhhh aku mau ke.... aaaahhhh ke....”, Jessica tak mampu meneruskan ucapannya.

“Bareng Jess, ooohhhhh barrrrrrrreeeeeeeeeeeeeeeennnnngggggg”, jawabku.

“AAAAAAAAAAARRRRRRGGGGGGGHHHHHHHHHHHH !!! AAAAAAARRRRRRRRRGGGGHHHHHHH !!! AH ! AH ! AAAAAAAAAHHHHHHH!!!”, jerit kami kala mencapai orgasme bersamaan.

Kuhujamkan dalam-dalam kontolku di liang memek Jessica saat spermaku muncrat, tak peduli nanti jadinya gimana. Aku lalu ambruk di atas tubuhnya, dia sendiri terlentang lemas di atas kasurku. Kami sama-sama mengatur nafas.

Kulihat jam, ternyata sudah larut malam. Kurasa total durasi aksi kami terhitung sejak foreplay tadi sampai orgasme sudah sekitar 2 jam. Tubuhku lemas rasanya, benar-benar menguras tenaga, namun puas sekali melampiaskan nafsuku pada si montok nan cantik Titin alias Jessica.

Malam itu aku tidur tanpa busana, males aku bangun lagi untuk sekedar berpakaian, sementara Jessica hanya menggunakan dalamannya. Jessica menginap di kosanku, namun tak ada ronde kedua karena aku langsung ngorok.

Keesokan paginya aku bangun kesiangan, aku langsung menyambar handuk dan mandi gejebar gejebur karena panik dan rusuh. Jessica yang sudah rapi dengan seragamnya cekikikan melihat tingkahku. Selesai mandi, sambil berpakaian Jessica menyuapiku sarapan nasi uduk yang dia beli.

“Kamu kan kerja di deket sini, kenapa mesti ngekos ? Tinggal sama aa aja Tin”, ujarku sambil mengunyah sarapan.

“Tinggal berdua sama aa kitu disini ? emang gapapa ?”, tanya Titin sambil telaten mengaitkan kancing kemeja kerjaku.

“Gapapa, disini mah kosan bebas, bapak kos juga pensiunan tentara. Aman pokoknya”

“Hmmm... gimana ya, oke juga sih, tapi aku teh masih kudu ngekos sendiri a, kusabab aku teh masih nerima job sampingan”

“Hah ? job sampingan apaan ?”

“Ah si aa, ngerti laaaahhhh”

“Oooo, eeehhh kirain teh kamu udah kerja jadi SPG, udah berhenti total dari cari objekan, ternyata masih aja”

“Hihihihi, masih a, tapi gak banyak, akunya oge pilih-pilih, sama tergantung mood, aku ada akun BO sendiri di twit**ter, kadang sok buka expo, bisa di hotel bisa di kosan, kumaha maunya aku weh, lagian aku ge pengen bawa anakku ke kosan kalo nanti pas libur”, jelasnya.

“Aku taro sedikit baju-baju aku aja ya disini, buat ganti nanti kalo nginep lagi, boleh kan a ?”, lanjutnya.

“Oh ya sok aja Jess, boleh banget, nanti aku duplikatin kunci buat kamu sekalian”, jawabku.

Next Update : https://www.semprot.com/threads/a-diary-of-dick-season-3-final-the-last-love.1260480/page-13
 
Terakhir diubah:
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd