Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG A Diary of Dick (Season 3/Final) - The Last Love

Status
Please reply by conversation.
Inez lalu perlahan bangkit dan masuk ke dalam kamarku, aku lalu menutup pintu dan menguncinya dari dalam. Di dalam Inez hanya berdiri mematung seraya memandangiku, sementara aku sibuk mengambil pel untuk mengelap sisa tetesan air hujan yang terbawa ke dalam kamar. Aku juga memberinya handuk.

“Keringin badan kamu, terus ganti baju”

“Keringin dong sama kakak”

“Apaan sih kamu Nez, udah jangan bertingkah”, bentakku pelan sambil ngeloyor mengambil roti bantal. “Nih makan, ntar sakit malah tambah ngerepotin”, lanjutku sambil menaruh roti di di atas kulkas dekat Inez berdiri. Aku lalu kembali ke atas kasur dan menarik selimut. Inez lalu melepas kancingnya di hadapanku.

“Hei hei hei, gak malu apa buka baju disini, sana ke kamar mandi !”

“Kenapa mesti malu ? kan di depan sayangnya aku”, jawab Inez. Aku melotot kesal dan memberikan isyarat tangan pada Inez untuk pergi ke kamar mandi. Ia menggeleng dan malah maju mendekatiku. Ia melepas sweaternya, lalu dengan balutan seragam SMA-nya ia menghampiriku. Seragam lengan pendek ketat sehingga lambang OSIS di dadanya tampak menyembul, sepertinya dada Inez lumayan besar untuk ukuran anak SMA, ya baru tumbuh gitu lah ya, jangan dibandingin sama toket Jessica, tante Rani atau Melly, jelas Inez kalah telak. Roknya panjang, ngatung agak jauh di atas mata kaki, namun ketat sehingga lekuk bokongnya jelas terlihat, sekali lagi, untuk ukuran anak SMA ini bisa dibilang besar, jangan dibandingin sama bokong bibi mess yang di Bandung dulu ya.

Wajah Inez begitu cantik walaupun agak pucat karena kedinginan, rambutnya panjang sepunggung dengan bibir tipis yang perlahan memerah, wajah cantik dan putih mulus khas Manado berpadu dengan kemolekan tubuh darah Bali, cantik sekali anak ini. Setidaknya, Inez adalah perempuan paling cantik diantara perempuan-perempuan yang selama ini dekat denganku, sebelumnya rekor masih dipegang istriku Vany, lalu Silvy, nah sekarang Inez merangsek ke peringkat pertama hehehe

“Kakak waktu itu minta syarat kan biar mau jadi pacar aku ?”, tanya Inez sambil berdiri menatapku.

“Udah gausah dibahas, saya mau tidur, cepet ganti baju sana”, jawabku sambil menarik selimut hingga menutupi wajahku.

Inez lalu menghampiriku dan berlutut, ia menarik selimutku, “Kak, iiihhhh kakaaakkk”

“Apaan sih Inez ? udah malem ini, tuh udah setengah 12 !”, bentakku. Aku menurunkan selimut yang menutupi wajahku.

“Ih, justru karena itu, waktunya tinggal setengah jam lagi buat mulai”, Inez juga membentakku sambil melotot padaku, tapi melotot imut ya bukan marah.

“Apaan sih ?”, tanyaku.

“Kak, hari ini hari ulang tahun aku, tepat ke yang 17, aku udah nolak tawaran pesta dari orang tua aku, aku juga minta mereka buat gak dateng ke Bekasi, karena aku pengen abisin malam ini sama kakak, aku pengen menuhin syarat yang kakak mau biar aku jadi pacar kakak, aku mau serahin perawan aku buat kakak, sekaligus dapet hadiah yang paling spesial saat ini juga”, jelas Inez sambil kedua tangannya mencengkeram bahuku.

“Kamu pasti pengen ngelakuin ini buat keliatan nakal kan ? Biar kamu bisa sombongin sama lawan geng kamu itu kan ?”, tanyaku.

Inez tak menjawab, ia lalu menatapku lekat-lekat, kemudian mendekatkan wajahnya ke wajahku, lalu kami pun bercumbu. Aku tak menyangka Inez bakal melakukan serangan, selama beberapa detik aku terdiam, namun perlahan bibirku pun memberikan perlawanan atas aksi bibirnya. Kami lalu berciuman cukup lama, dan makin lama berubah jadi makin panas seiring lidah kami mulai beradu.

Inez lalu mengangkat roknya, ia berpindah posisi dari mulanya di samping jadi naik ke atas tubuhku. Inez duduk di pangkuanku seraya menghadap ke tubuhku, sementara aku dari mulanya berbaring kini duduk bersandar ke dinding kamar, selama berpindah posisi tak sedetikpun kami melepaskan cumbuan kami.

Inez menggenggam wajahku, berusaha makin menekan bibirku seakan kurang dalam lidahnya menjamah rongga mulutku, rambutnya menutupi wajah kami berdua. Dalam cumbuan panas kami, tanganku mulai membuka kancing seragam Inez satu-persatu. Aku lalu menggerakkan tanganku untuk melepas seragam Inez, ia pun membantuku melepasnya. Kini Inez tinggal menggunakan tanktop, ia lalu menarik bagian bawah kaosku keatas, aku pun melepas kaosku dan langsung mencumbu leher Inez yang putih mulus. Inez merangkul kepalaku dalam pelukannya seraya mendongakkan kepalanya keatas tanda ia menikmati rangsanganku.

“Aaaaaaaaaahhhhhhh.... ssssssssshhhhhh... kak, uuuuhhhhh”, desah Inez. Mulutku bergerilya di sekitar area leher dan telinganya, sementara tanganku mulai meremas kedua toketnya yang masih tertutup bra dan tanktop.

Inez lalu menundukkan kepalanya, kami lalu saling tatap dengan dahi yang beradu. Wangi nafas Inez yang terengah-engah terasa menenangkan, ia menatapku lembut, tanganku lalu menaikkan uraian rambutnya ke belakang telinganya.

“Kamu yakin Nez mau ngelakuin ini ?”, bisikku. Inez memejamkan matanya dan mengangguk pelan.

Aku lalu menarik tanktop Inez ke atas, ia pun mengangkat tangannya. Setelah terbuka, aku melepas pengait bra-nya yang berwarna biru muda, lalu terlepaslah. Kini aku melihat dua toket ranum yang menggantung, tidak terlalu besar, ukuran pas anak SMA lah ya. Putingnya berwarna merah muda seakan merekah, sementara secara keseluruhan tubuh Inez sungguh mulus dan putih.

Aku lalu meremas kedua dada Inez dengan masing-masing tanganku, Inez sendiri mengangkat tangannya seraya memegangin rambut panjangnya ke belakang. Empuk dan lembut, itulah kesan yang kurasakan kendati toket Inez tak mengisi penuh masing-masing telapak tanganku, sepertinya kalau diolah lebih sering pasti bisa makin besar nih hehehe

“Mmmmmppphhhhh... kak... kak Armaanndddd”, ujar Inez lirih. Aku lalu menatap wajahnya, dan kami pun bercumbu beradu lidah lagi.

“Kak, kakak orang pertama yang lakuin ini”, ujar Inez.

“Ah yang beneeerrrr”, ledekku.

“Ih seriusaaaannn, dulu aku pernah sih ciuman, tapi ya sebatas itu doang, gak lebih kayak sekarang”, jelas Inez.

“Ooo gitu, yaudah, kakak nenen ya ?”, aku meminta.

“Ih nenen, kayak bayi”, ledek Inez.

Mulutku lalu mulai bergerilya di dada Inez, lidahku berkeliling di sekitar kedua toketnya. Inez lalu merangkul bahuku, sementara aku memeluk pinggangnya. Aku lalu mulai mengisap puting kanannya sementara toket kirinya kuremas-remas.

“Uuuuuhhhhhhh.... mmmmmmpppppphhhhhhh kak, ooooohhhhh”, desah Inez menikmati permainan mulutku di dadanya.

Semerbak wangi tubuh Inez menaikkan libidoku, wangi tubuh khas gadis remaja dengan sedikit aroma parfum. Keringat mulai membasahi tubuh Inez dan tubuhku. Tubuh Inez yang mungil memudahkanku untuk mengubah-ubah posisinya sesuka hati, Inez benar-enar jadi mainanku malam ini dan ia pasrah menerimanya.

“Oooohhhh kaaaakkkk, kak Ar.... mmmmpppphhhh, kak Armand say... aaaaannnnggggg ah !”, racau Inez.

Kuputar putar lidahku di sekitar puting dan areola Inez secara bergantian, toket kiri dan kanan, kuberi pula rangsangan berupa remasan pelan, tubuhnya mulai gemetar sesekali menahan kenikmatan. Kuberi pula sejumlah tanda cupang di dadanya.

“Aaawwww ssshhhhh... iih kakak nakal”, rengek Inez manja saat kugigit sedikit kulit dadanya. Kini bercak kemerahan tersebar di seluruh area toketnya.

Puas bermain dengan toket, aku membalik tubuh Inez sehingga kini ia posisi berbaring di kasurku. Kami saling bercumbu selama berpindah posisi, dan kini aku berbaring menyamping dari badan Inez. Inez menurunkan resleting rok abu-abu SMA-nya, yang lalu kubantu menurunkan roknya. Kini hanya tinggal celana dalam berwarna biru yang tersisa, senada tadi dengan bra-nya yang sudah kulepas duluan.

Tangan kiriku menopang tubuhku yang menyamping, sementara tangan kananku bergerilya di kedua toket Inez dan mulutku masih ditahan oleh cumbuan mulut Inez, kedua tangan Inez memegang kepalaku seakan tak mau aku melepas ciumanku. Tangan kananku mulai bermain di paha Inez, kuelus-elus paha mulus Inez, seiring kaki Inez yang tak bisa diam macam cacing kepanasan. Tanganku lalu mulai bergerilya di selangkangan Inez yang masih berbalut CD, ternyata sudah basah sekali. Inez sempat terperanjat ketika jari tanganku mencari celah belahan memeknya.

Aku lalu bangkit, menurunkan celana pendekku, kini posisiku seperti merangkak, dengan kedua lututku dan tangan kiriku menahan beban tubuhku di atas kasur, tangan kananku bergerilya di selangkangan Inez, dan mulutku masih belum lepas dari cumbuan Inez. Dower-dower dah bibir kita dari tadi ciuman terus.

Inez pun tak mau kalah, tangan kanannya berusaha meraih gundukan di balik celana dalamku. Ia meremas perlahan nan lembut gundukan kontolku yang sudah ngaceng maksimal. Jujur, kalau melihat performa Inez sejauh ini, bagaimana ia mengimbangi foreplay-ku, agak gak percaya aku kalau dia masih perawan, tapi liat saja sebentar lagi, berdarah apa nggak nih memeknya hehehe.

“Ssssshhhhhh aaaahhhhhh....kak ooooohhhhhh”, desah Inez.

Kini cumbuanku sudah pindah ke area lehernya, Inez mendongak sehingga memudahkanku menjamah seluruh area lehernya. Sementara tangan kananku sudah menyusup dibalik celana dalamnya, jariku bermain di belahan memeknya yang becek. Begitupun tangan kanan Inez yang memegang batang kontolku, ia tadi sudah menurunkan sedikit celana dalamku sehingga rudal 15 cm milikku sudah terbebas dari sarangnya. Inez mengocok kontolku perlahan sambil sesekali meremas pelan biji kontolku.

Kemudian aku menurunkan celana dalam Inez hingga kini ia telanjang bulat. Sungguh pemandangan yang mengagumkan, tubuh mulus nan mungil milik gadis SMA yang akan genap berusia 17 tahun terpampang jelas di depanku. Toketnya yang ranum meski belum terlalu besar, putingnya mengacung dan warnanya kini memerah setelah hisapan-hisapanku, sementara area dadanya dipenuhi bercak kemerahan hasil cupanganku yang berpadu dengan keringat sehingga tampak mengkilat dibalik cahaya temaram lampu kamarku. Perutnya dan pinggangnya ramping nan mulus, membakar libidoku kala aku membayangkannya bisa jadi membesar bila kusemprotkan spermaku di dalam memeknya nanti. Kemudian di selangkangannya, memeknya nampak kemerahan karena terangsang berat, terdapat bulu-bulu halus hitam kemerahan khas remaja yang berbaris rapi di atas vaginanya, juga kilatan di sekitar belahan memeknya yang basah oleh cairan kewanitaan Inez.

Kemudian aku bergegas ke aksi selanjutnya, melihat memek ranum perawan begini jelas sayang kalau tidak kucicipi dulu. Kuangkat kedua paha Inez, kutahan di bahuku, lalu segera melahap memek Inez dengan mulutku.

“Aaaaawwwwwwww ah ! hahahahahaah ih! Kakak geli hihihihihihi”, Inez malah cekikikan dan meronta seraya menendang punggungku dengan tumitnya.

“Aduh ! kenapa sih Nez ?”

“Eh kak, maaf aduh maaf, gak sengaja, soalnya aku geliiii hiiiii”, ujar Inez.

Yah, salahku juga sih, kelewat agresif, maklum, biasa main sama yang pro, newbie kayak Inez memang mesti di-treatment pelan-pelan, rasa geli berarti menunjukkan Inez memang masih beginner hahaha.

Wajahku tetap diatas memek Inez, namun kali ini aku bermain lebih halus. Kukecupi area sekitar selangkangannya, pahanya hingga belahan memeknya, perlahan-lahan. Tanganku mengelus kedua paha Inez yang tertopang di bahuku. Inez lalu menggeser pinggulnya maju lebih dekat ke wajahku, ia sudah mulai nyaman.

“Eeemmmmmmppphhhhhhh... aaaahhhh.... kak... ssssshhhhhh....”, desah Inez.

Lidahku menjilati belahan memek Inez, aroma yang tercium sungguh khas tapi unik, agak berbeda dari memek yang lain, begini rupanya perawan sejati. Kujilati cairan kewanitaan basah dan bening yang keluar dari liang memek Inez, lidahku menyapu lembut gundukan bukit lemak vaginanya. Inez kini menikmati permainanku, pahanya menjepit kepalaku seraya tangannya menjambak rambutku.

“Oooooouuuuuuhhhhhhhh kak, aaaaaaaahhhhhhhhhhhhh”, desah Inez dengan suara manja.

Aku tak memasukkan lidahku ke liangnya seperti biasanya terhadap yang lain, cuma di permukaan luar saja. Bagian dalam sengaja kusimpan hanya untuk kontolku. Inez menggeliat dan mendesah, sungguh erotis, apalagi deru hujan dan petir diluar menambah syahdunya suasana, seakan membantu menutupi suara sensual kami dengan gemuruhnya. Inez tiba-tiba mengangkat wajahku dari selangkangannya.

“Hah... hah... kak... hah... mmmppphhhh... udah jam setengah... hah... setengah 1 kak”, ujar Inez seraya terengah engah mengatur nafasnya.

“Emangnya kenapa Nez ?”, tanyaku.

“Ayo kak, ayo masukin kak ? Hadiah ulang tahun aku”, pinta Inez.

Aku lalu mengangkat tubuhku, segera kucumbu bibir Inez yang ia balas dengan lembut. Wajah Inez merah padam dengan keringat yang membanjiri tubuhnya, rambutnya pun sudah berantakan.

“Kamu siap Nez ?”, tanyaku. Inez menatapku lembut, lalu mengecup kembali bibirku. Kemudian memejamkan matanya dan menghela nafas panjang.

“Oke kak, aku siap”, jawab Inez mantap.

“Tahan ya, bakalan agak sakit”, ujarku.

Inez tak menjawab, ia hanya merangku bahuku erat sementara kepalaku tertunduk, kuposisikan bibirku di telinga kanannya, memberi komando dan aba-aba. Inez lalu mengangkat selangkangannya, pahanya tertahan oleh pahaku yang setengah berlutut. Kukocok batang kontolku dengan tangan kiriku, kemudian kugesekkan perlahan di belahan memek Inez. Sengaja, supaya batang kontolku terlumasi cairan Inez walau tak banyak, sekaligus merangsang memek Inez sehingga ia tetap dalam kondisi libido tinggi, maka memeknya akan tetap becek.

“Kaakkk... pelan-pelan ya kak”, rengek Inez. Suaranya bergetar.

“Iya tenang sayang, kakak gak akan sakitin kamu, tenang ya cantik”, ujarku menggombal menenangkan.

Inez memang jelas merasa takut, efeknya ke memeknya yang tidak selicin sebelumnya. Walhasil jadi tugasku lagi untuk merangsangnya, kucumbui lagi lehernya hingga turun ke dadanya, hisap-hisap puting lagi, remas-remas toket lagi. Kontolku sendiri masih kugesek-gesek ke belahan memeknya, sambil merasa-rasakan apa sudah becek lagi.

“Hhhhmmmmmppppphhhhh... aaaaahhhhh kaaaakkkk, ayo masukiiiinnnnn”, rengek Inez.

Aku tak menjawab, hanya aku makin ganas merangsangnya, sesekali aku melenguh dan mendesah. Aku sebenarnya juga sudah ingin sekali penetrasi, tapi memek Inez belum cukup basah. Kasihan kalau kupaksakan dia malah kesakitan, tapi kalau aku kasi tau memeknya belum cukup basah, nanti dia merasa bersalah, kalau mood udah terganggu bukannya basah malah kering kerontang. Hah, begini ya susahnya merawanin, perlu teknik dan pemahaman khusus.

Usahaku mulai membuahkan hasil, memek Inez mulai basah lagi, kurasakan dari cairan yang menempel di kepala kontolku, sip, tinggal menjaga libidonya, jangan sampai dia ketakutan lagi terus kering lagi. Aku lalu mulai memposisikan batang kontolku lurus menghadap lubang Inez, mulai kutekan sedikit-sedikit kepala kontolku di liangnya, tapi nggak sekaligus, jadi kayak tekan lalu tarik lagi, tekan lagi tarik lagi.

“Aaaaahhhhhhhhhhhh.... sssshhhhh kaaaakkkk”, desah Inez. Bagus, dia makin terangsang, sementara permainan mulut dan tanganku di area atas tubuh Inez masih terus berlangsung.

Kini kutambah variasinya, selain ditekan juga diputar. Jadi ketika kepala kontolku kontak dengan liang memek Inez, kuputar sebentar sebelum kutarik menjauh, fungsinya supaya membuka jalan. Kulakukan berulang, dengan ritme perlahan juga variasi gerakan. Yang tadinya ditarik menjauh setelah berputar, kini tarikannya dekat saja dan tekanan kepala kontolku yang justru makin dalam.

“Hhhhmmmmmppppphhhhhh”, desah Inez tertahan, ia mulai merasakannya.

Yup, kepala kontolku sukses menembus liang memek Inez ! Yippie ! Sekarang tinggal menekan sampai habis batangnya, tapi pelan, jangan sekaligus. Disinilah bisa dilihat keprofesionalan laki-laki, amatiran tidak akan sabar untuk melesakkan langsung batang kontolnya, tapi profesional tidak. Pelan pelan. Karena setelah ini, wanita akan merasakan sakit luar biasa di kelaminnya karena robeknya selaput dara, maka pria profesional macam aku akan dengan sabar melakukan penetrasi, rasa sakitnya tidak mungkin dihindari, tapi dapat diminimalisir. Toh, tujuan hubungan seks adalah masing-masing pihak sama-sama mendapat kepuasan kan ?

Aku terus merangsang Inez seraya pelan-pelan makin membenamkan kontolku di liang memeknya, Inez tak lagi mendesah, tapi kini ia merintih, nampak matanya mulai berkaca-kaca karena menahan sakit. Aku juga masih kerap menarik batang kontolku mundur ketika tubuh Inez terperanjat karena sakit, namun tak sampai kucabut batang kontolku. Kutekan lagi perlahan kontolku sambil sedikit gerakan memutar untuk membuka ruang di liang memeknya, benar-benar perlahan. Berkali-kali kucumbu Inez di bibir dan keningnya untuk menenangkannya. Waktu berjalan terasa lama, badanku mulai pegal, kuyakin Inez juga begitu.

“Haaaahhhh... istirahat dulu Nez”, ujarku. Aku mengangkat tubuhku tegak sementara Inez berbaring, pelan-pelan kuposisikan kakinya lurus untuk mengurangi pegalnya karena ditekuk terus. Kepala kontolku masih tertancap di memeknya.

“Kakak ih tanggung”, rengek Inez.

“Saya gak tega Nez, kamu meringis kesakitan begitu”

Inez terdiam dan menghela nafas, jelas sekali ia menahan sakit, pasti nyut-nyutan rasanya, ia melongok selangkangannya, nampak sudah ada darah keluar dari situ, darah itu juga membasahi kontolku. Kami sama-sama menatapnya, kemudian saling pandang.

“Gak semua mesti sukses di percobaan pertama Nez, banyak orang yang 2-3 kali baru bobol”, ujarku.

“Tapi aku maunya sekarang !”, bentak Inez.

Aku lalu bangkit dan kembali berada dia atas Inez, “Saya sayang sama kamu Nez”, ujarku lirih. Inez tersenyum, lalu air matanya mengalir.

“Aku... aku seneng banget kakak bilang gitu”, ujar Inez seraya sesenggrukan menahan tangis. Ia lalu meraih bibirku dan mencumbuku mesra.

“Kamu ternyata beneran masih perawan ya hehehe”, ledekku.

“Iiiihhhh kakaaaakkk, iya lah, udah percaya kan sekarang ?”, rengek Inez manja sambil mencubit pahaku. Lalu kami bercumbu lagi.

Usai bercumbu, kuseka air mata Inez dengan tanganku dan menatapnya lembut. Inez mengangkat pahanya dan mengangkang lebar-lebar.

“Ayo kak, pokoknya aku mau nangis mau ngejerit kayak gimana pun, kakak maju terus ya, jangan peduliin aku”

“Kamu yakin ?”, tanyaku sekali lagi, emang kebanyakan nanya aku ini.

Inez juga sepertinya sudah bosen ditanya terus, ia tak menjawab, malah menempatkan kedua tangannya di pantatku, lalu menekannya maju.

“Uuuuuuuuhhhhhhhh sssssssssshhhhhhhhh... aaaaaaaahhhhh”, desah Inez.

Melihat Inez sudah mantap, aku tak ragu lagi. Kugoyang kontolku seperti bor sambil kutekan ke dalam. Inez meringis kesakitan, sempat kutarik mundur sedikit, lalu kutekan lagi dengan pola gerakan yang sama seperti tadi.

Aku sempat melirik ke bawah, yup, darah merah kehitaman membasahi batang kontolku. Sementara Inez meringis dan kembali menitikkan air mata, kuyakinkan diriku untuk terus maju, ini kan kemauan dia juga.

“Aku sayang sama kamu Nez, sayang banget”, bisikku di telinga Inez sambil terus menekan maju mundur.

“A... aku.... juga sayang bangeeeettt... sama kakak....”, jawab Inez seraya merintih.

Kurasakan kontolku agak licin, makin semangat aku menekan. Inez mendongakkan kepalanya dengan mata terpejam, keringat membasahi sekujur tubuhnya bercampur dengan keringatku.

Dan... akhirnya bobol juga...

Aku sukses melesakkan batang kontolku sampai habis setelah setengah jam lebih berjuang. Mata Inez sempat terbelalak kala kepala kontolku masuk hingga ujung terdalam liang vaginanya, kini ia masih mengatur nafas dan terpejam, pasti masih nyut-nyutan sakitnya. Aku sendiri juga masih menunggu momen yang tepat untuk melanjutkan serangan, kasihan Inez kalau langsung digenjot.

“Minum dulu Nez”, aku menyodorkan segelas air yang sudah sempat kusiapkan sebelum tidur tadi, kugapai gelasnya dengan susah payah, kubantu mengangkat tubuh Inez sehingga ia bisa agak duduk posisinya.

Sambil meringis Inez meminum air, ia tampak kehausan sekali. Setelah itu ia memelukku erat dengan cukup lama, sesekali ia mencumbuku. Aku menatap wajahnya, ada ekspresi bahagia yang terpancar, sukur deh kalo dia tidak menyesal melakukan ini.

“Selamat ulang tahun yang ke-17 Inez, semoga kamu tambah pinter, tambah cantik, sehat sama sukses terus yaa”, ucapku.

“Aaaaahhhhh kakak makasiiiihhhhh, ini kado yang gak akan aku lupain seumur hidup aku”, jawab Inez sambil menitikkan air mata. “Eh iya, tadi doa kakak gak kurang tuh ?”, Inez lanjut bicara.

“Hah ? kurang apanya ?”

“Iya kan kakak bilang, semoga aku makin pinter, cantik, sehat sama sukses, kurang 1 lagi kak”

“Apa emang yang kurang ?”

“Semoga... kakak sama aku bisa sama-sama terus, selamanyaaaaa”, jawab Inez dengan nada riang.

“Iya deh, amiiiinnnn”, jawabku. Hadeh beneran panjang nih urusan. Inez lalu mendekap wajahku di toketnya.

“Eh kak, ngomong-ngomong, burung kakak kok kayak mengecil ya ?”, tanya Inez.

“Mengecil gimana ?”

“Iya gitu, tadi pas awal-awal masuk kayak gede banget, sesek rasanya lubang aku, sekarang kayak longgar”

“Menciut kayaknya Nez, kita kelamaan ngobrolnya, jadi nafsu saya agak turun”

“Ooo gitu ya, maaf hehehe... Yaudah ayo kak, aku bantu rangsang ya biar kakak nafsu lagi, masak ama body seksi begini kakak malah ciut, woooo”, ledek Inez.

“Yey dasar, emangnya kamu udah gak sakit tuh ?”, tanyaku.

“Dikit sih, tapi... ah”, Inez tak melanjutkan ucapannya, melainkan langsung mencumbu ganas mulutku. Ia juga menarik sebelah tanganku untuk meremas toketnya. Kuimbangi rangsangan Inez, lalu kontolku ngaceng maksimal lagi.

“Uh... ah... uh... ah... sssshhhhh... uh... ah....”, suara desahan kami berdua bersahutan.

Entah Inez mendesah keenakan atau kesakitan, buatku ini adalah ngentot paling gak enak yang kualami selama ini, karena aku mesti menggenjot kontolku pelan-pelan, bahkan sesekali mesti berhenti karena tak tega melihat Inez merintih, tapi sepertinya sih perlahan dia mulai menikmatinya. Aku kemudian sadar 1 hal, ya 1 hal yang baru kusadari setelah sekian lama karena baru kualami sekarang...

Aku tidak mengalami ini dengan Vany dulu di malam pertama kami...

Namun kemudian aku terlalu sibuk dengan Inez sehingga mengesampingkan pikiran itu, kini dia mulai berani menggoyangkan pinggulnya maju mundur sehingga kontolku terasa ditarik-tarik.

“Uuuuuuuuhhhhhhh kaaaakkkkk.... enaaaaakkkkk banggeeeeettttt”, desah Inez. Aku cuma tersenyum, kuberi ia gerakan memutar kontolku.

“Aaawwww ya ampun kak... duuuhhhh.... lubang aku dikobok-kobok iiiihhhh”, rengek Inez manja.

Tampaknya Inez sudah tidak kesakitan lagi, ia sudah menikmati pompaanku, gak sia-sia juga habis waktu 1 jam bersabar ngentot pelan-pelan, sekarang aku bisa ganas lagi. Posisi tubuhku tegak sementara Inez berbaring, kulebarkan kangkangan kakinya sementara kedua kakinya masing-masing kutahan dengan tanganku, maju mundur aku menusukkan kontolku di memek Inez, tapi ya tetap saja namanya baru pecah perawan, rasanya masih sempit, sesekali Inez masih kerap tersentak kesakitan kalau aku menusuk terlalu dalam.

“Ssssshhhhh aaaaaaaaahhhhhhhh kakak, enaaaakkkkkk iiiiiihhhhhhh”, desah Inez.

Kemudian aku menundukkan tubuhku, sementara Inez mengangkat pinggulnya naik sedikit, kakinya melingkar di pinggangku. Kugenjot terus kontolku di memeknya, kini kurasakan memeknya basah dan berdenyut, seakan memijat batang kontolku. Kutatap wajah Inez, ia memejamkan matanya dengan ekspresi wajah yang sungguh erotis, rambutnya lepek oleh keringat dan berantakan, tubuh mulusnya pun penuh keringat yang membuat spreiku tampak seperti habis diguyur air.

Mulutku bergerilya nakal menjilati area tubuh Inez, lehernya, telinganya, dadanya hingga akhirnya kuhisap-hisap puting susunya. Tubuh Inez bereaksi dengan gemetar, ia tak membalas rangsanganku melainkan hanya menikmatinya di tengah gempuran kontolku di liang memeknya.

“Ooooouuuuuhhhhhh kaaaaaaaakkkkkkkkk.... ssssshhhhhhhhh mmmmmppppphhhhh”, racau Inez.

Kedua tanganku lalu menelusup ke bagian pantat Inez, kuangkat sedikit sekalian kuremas-remas, dengan tahanan ini aku jadi makin leluasa menyodok memek Inez kuat-kuat. Inez sendiri meracau tak karuan, tubuhnya makin sering gemetar, ia pasti sudah mau orgasme. Wajar, pemain baru masih cepet orgasmenya.

“Ah... ah... kak... aku... ma.... mau ah... ah... mau pipis ah.. ah... ah...”, bisik Inez lirih disela pompaan kuatku.

“Ayo Nez, kita barengan, keluarin aja”, jawabku.

Kurasakan vagina Inez berdenyut-denyut, basah dan hangat sekali kontolku di dalamnya. Mantap banget emang memek perawan. Aku lalu meningkatkan pompaanku ke level maksimal, tubuh Inez gemetar hebat seiring desahannya berubah jadi jeritan dan...

“AAAAAAAAARRRRRRRGGGGGGGHHHHHHHHHH !!!! AH ! AH ! AH ! AH ! OOOOUUUUGGGGHHHHH !!!”

Kami berdua orgasme bersamaan, kusemburkan spermaku di dalam liang memek Inez. Mata Inez terpejam seiring bahunya terangkat, ia nampak merasakan kenikmatan tiada tara. Aku lalu ambruk di atas tubuh Inez, dan ia memelukku erat. Setelah puas menikmati orgasmenya Inez segera mencari bibirku, lalu kami bercumbu mesra.

“Gila kak, anjrit gila banget rasanya ya ampun”, ujar Inez sambil terengah-engah. Aku tersenyum mendengar ucapannya.

“Ah kakak, aduh gila, kayak gitu ya ternyata rasanya, aaaahhhhh kakak aku seneng bangeeeettttt”, pekik Inez lalu kembali mencium bibirku.

Aku lalu mencabut kontolku dan berbaring di samping Inez, aku menatap wajahnya, sementara Inez seperti masih takjub hanya memandang langit-langit kamarku. Tubuh mulus putih dan mungilnya penuh keringat, kuusap keringat di sela keningnya. Ia lalu menurunkan pandangannya ke arah kontolku yang perlahan mulai menyusut.

“Ya ampun kak, yang tadi masuk segede gitu ya ?”, tanya Inez. Aku tersenyum dan mengangguk.

“Ih pantes aja rasanya tuh... aaaawwwww, aduh kok perih ya kak”, ujar Inez merasakan sakit di memeknya.

Aku lalu menenangkannya, memberinya minum dan mengelap vaginanya dengan tissue basah. Aku menjelaskan kalau ini adalah reaksi yang wajar untuk orang yang pertama kali, bakalan agak sakit selama beberapa waktu, tapi nanti setelah sering dipakai ya tidak sakit lagi. Setidaknya aku taunya begitu. Inez manggut manggut mendengar penjelasanku.

“Rasanya tuh kak ya, sekarang ini kayak ada sesuatu yang mekar di bawah perut aku, mungkin karena abis dimasukin tadi ya jadi masih belum balik lagi ke bentuk awalnya, terus tadi tuh ya pas kakak nyabut burungnya kakak, kayak ketarik gitu, ah gila pokoknya”, ujar Inez antusias.

“Eh kak, ngomong-ngomong tadi kakak keluar di dalem ya ? Ih itu nikmat banget sumpah, kayak ada yang anget-anget di dalem kak, tapi aku bakalan hamil dong ?”

“Ya gatau, tapi enggak lah, emangnya saya ama kamu setokcer itu sekali main langsung jadi, lagian kamu lagi masa subur gak ?”

“Hmmm... gatau kak”

“Terakhir menstruasi kapan Nez ?”

“Hmmm.... udah agak lama sih, 2 mingguan yang lalu”

“Oh ya berarti lagi gak subur, tenang aja”, ujarku.

“Eh tapi kalo aku hamil juga gapapa kok kak, aku seneng hamil anaknya kakak”

“Halah, sekolah dulu beresin, terus kuliah yang bener biar dapet kerjaan bagus, baru mikirin bunting”, ujarku menasehati.

Kami lalu berpakaian kembali, Inez hanya memakai pakaian atasannya karena ia merasa memeknya masih agak sakit, takut tambah sakit kalau pakai celana, maka dibiarkan begitu saja.

“Kakak gak marah lagi sama aku kan ?”

“Ya gitulah, kakak maafin kamu, tapi sebelumnya kakak pengen ngomong serius dulu sama kamu”

“Apa kak ?”

“Soal hubungan kita ini nih Nez, kamu kan tau saya udah punya anak istri, jadi....”

“Sssstttttt....”, Inez menyela omonganku seraya mencumbu bibirku.

“Kakak gausah kuatir, aku ngerti kok, aku gak akan ganggu rumah tangga kakak, aku juga gak mau bikin masalah dan bikin kakak sedih, aku bakal sembunyi, kakak bebas punya waktu buat istri ama anak kakak”, jelas Inez.

“Bener ya, janji ya”, ujarku.

“Janji kak, seriusan, tapi kita pacaran kan ?”

“Iya, kita pacaran”

“Horeeeeee !!!”, Inez kegirangan memelukku.

“Oh iya kak, aku tinggal disini ya ? Aku gamau perpanjang kosan ah, boleh ya pliiissss”

“Asal kamu janji sama komitmen kamu barusan, silahkan aja”, jawabku.

“Pasti kak, aku janji”, ujar Inez sambil meraih kelingkingku dan menautkan dengan kelingkingnya.

Maka resmilah aku dan Inez pacaran, mudah-mudahan dia benar-benar bisa memegang janjinya untuk tidak mengganggu rumah tanggaku. Walaupun aku masih bingung kok bisa dia suka padaku dan melakukan hal sampai sejauh ini, tapi ya sudahlah, lain kali akan kutanyakan. Lagipula aku sepertinya benar-benar dapat pengganti Ayu, bahkan dengan spesifikasi lebih yahud, yaitu Inez yang tinggal sekamar denganku, ini sih benar-benar istri kedua namanya, oh iya jangan lupa masih ada si Titin yang juga sudah menaruh baju disini. Hah, gile bener dah.

Keesokan paginya aku bangun, dan kemudian...

“AAAAARRRRRRGGGGGGHHHHHHH ! AH ! AH ! AH !”, suara orgasme bergema di kamar pagi itu.

Yups, bangun dan melihat cewek secantik Inez tidur tanpa celana, langsung kuhajar saja untuk morning quickie sex, dan Inez pun merespon dengan baik, leganya pagi-pagi udah buang pejuh, nanti malam di Garut dapet memek lagi dari istriku. Mantap.

“Harus sering dipake Nez, biar gak kerasa sakit lagi, lagian mumpung kamu lagi gak subur”, ujarku pada Inez yang terkapar.

“Ya ampun kak, baru kali ini, rasanya aku kayak jablay, tapi enak hahahahahahaha”, Inez tertawa sambil berbaring.

Hari ini tanggal merah, Inez tidak sekolah, sementara aku berangkat ke proyek, nanti sore pulang ke Garut. Inez bakal tinggal sendirian di kontrakanku, tapi dia sudah siap-siap, dia juga mau ambil motor dan sejumlah barang yang masih ada di kosannya.

“Gak apa-apa ya kakak tinggal, titip kosan, barusan udah saya pasangin gas-nya ya, ati-ati pake kompor, makanan juga ada di kulkas, kalo kurang itu ada uang di atas kulkas pakai aja Nez, sama token itu juga baru kakak isiin, kalo mau pake motor kunci ama STNK ada di lemari”, jelasku.

“Iya kakak bawel, pake naro uang segala, aku juga punya uang jajan kali”, jawab Inez sambil menjulurkan lidah.

“Dadah kakaaakkk, hati-hati ya, salam buat kak Vany ama si baby unyu-unyu”, ujar Inez saat ku pergi.

Next Update : https://www.semprot.com/threads/a-diary-of-dick-season-3-final-the-last-love.1260480/page-17
 
Terakhir diubah:
What the fuck...!!!!!!! Mantafff dech dapet prawan.......



Good story Om....:tepuktangan::tepuktangan::tepuktangan::tepuktangan::tepuktangan:
 
Mujur si eta .. meunang parawan, Umur belasan .. jigana bakal Aya episode trisam yeuh mun Jess nganjang ..
. Update malem jumaah keur nu nyunah
. Update malem minggu keur nu ngapel bari nganu ... hahaha
 
Punya 2 istri, tapi yg satu belum resmi, usia lebih muda, belum turun mesin, malahan baru buka segel, ya mudahan dk banyak masalah kedepannya gan, maklum jarak umur jauh benar..
 
Walah.... Klo sekamar gak jd masalah nantinya Hu, secara "tamu" yg sering dateng banyak haha....
 
Kalo 2 minggu sesudah mens itu masih masa subur lah, kalo 3 minggu sesudah mens itu baru Ndak subur..
Hamil hamil dah..
Wkwkwkwkk...
 
Wihh dpt ting ting, btw vany gk perawan malem pertama. Kalau bisa si ines hamil trus armand minta izin ama vany cuma vanynya gk mau minta cerai, akhirnya pisah trus armand nikah eh si ines taunya mahmud labil soalnya masih kepengen bergaul dengan seumurannya. Tapi terserah suhu @babymaker si mau gimana, soalnya gk pernah ngecewain. Btw kalau udh tamat nanti bikin cerita tentang affair atau selingkuhan atau sedarah lagi suhu, seneng aja ama genrenya
 
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd