Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

MISTERI A MAN AND HIS FUCKING SEXDOLLS

Bimabet
#5
Ending Is The Beginning



Berita kematian 3 korban mutilasi yakni Choirul, Karmin dan Kiko yang sangat menggemparkan publik, menjadi headline di berbagai media massa baik cetak, TV maupun online, Semua pakar kejahatan, ahli kriminologi di hadirkan sebagai narasumber dan memberikan pandangan mereka tentang kasus kejahatan yang di anggap sangat luar biasa. Bagaimana tidak, peristiwa pembunuhan sadis tersebut sudah seminggu lebih di tangani pihak kepolisian namun belum ada rilis resmi terkait motif dan dugaan pelaku. Pihak kepolisian hanya merilis identitas korban namun ketika ditanya tentang perkembangan kasus, mereka hanya bilang kasus ini masih ditangani dan masyarakat diminta untuk tetap tenang dan tidak usah takut.

"Polisi tidak bisa meminta masyarakat untuk tetap tenang jika kasus ini belum terpecahkan dan polisi menahan tersangkanya. Selama belum ada penangkapan, masyarakat akan dihantui bahwa di tengah-tengah mereka ada seorang pembunuh psiko yang masih melenggang bebas," kritik Ronald Hasibuan, seorang kriminolog di sebuah acara talkshow stasiun TV swasta yang disiarkan secara langsung malam ini.

"Jika dilihat dari bukti-bukti yang ditemukan dan dirilis oleh pihak kepolisian, besar kemungkinan pelaku adalah perempuan. Namun menurut hemat saya, ini adalah sebuah tindak kriminal yang dilakukan oleh satu komplotan dimana salah satu anggota komplotan mereka adalah seorang perempuan yang digunakan untuk memancing korban. Saya setuju dengan pendapat Bapak Danang yang mengatakan bahwa 2 korban meninggal yakni Choirul dan Karmin, dibunuh karena mereka mengetahui sesuatu dan di anggap bisa jadi saksi mata sehingga turut dibunuh. Dan sasaran utamanya adalah Kiko," ujar Prof Fikri Tama, salah seorang guru besar Hukum sebuah Universitas ternama di sebuah kesempatan yang berbeda.

"Mau tidak mau, kita harus mengakui bahwa peristiwa ini bukanlah sebuah kejahatan yang biasa saja. Ini termasuk kasus yang extraordinary. Kami selaku pihak kepolisian tidak mungkin tinggal diam saja. Kami lebih memilih bekerja dengan senyap. Saat saya berbicara di sini, tim khusus yang menangani kasus ini tengah bekerja keras siang dan malam untuk mengungkap semuanya. Kami yakin bahwa kami bisa menangkap para pelakunya. Namun kami tetap meminta kepada masyarat untuk tetap tenang," terang Kombes Pol Argawijaya Kabidhumas Polda ketika diminta keterangan beberapa awak wartawan ketika ia selesai menghadiri sebuah acara di kantor Gubernur.


Segala macam teori dikemukakan, baik dari para ahli hukum maupun orang awam yang coba ikut memecahkan kasus ini. Namun tetap saja tidak ada jawaban gamblang tentang apa, siapa, kenapa dan motif sebenarnya pelaku. Semua orang yang menganalisa kasus ini selalu berhadapan dengan tembok tinggi, yakni tidak ada saksi mata langsung dan tidak ada calon tersangka kuat. Beberapa nama yang dipanggil oleh pihak kepolisian semuanya hanya berstatus saksi, tidak ada yang dinaikkan menjadi tersangka.

Jika dari sisi logika dan hukum belum mendapat titik terang, kemudian muncul analisa dan pendapat yang dikeluarkan dari paranormal. Ya, wartawan tidak ingin kasus ini menguap begitu saja dan hanya bisa menunggu keterangan dari pihak kepolisian yang dinilai sangat lamban mengungkap kasus ini. Sehingga para kuli tinta ingin kemudian mengubah angle berita dari sisi diluar nalar alias dari sisi mistis.

"Menurut penerawangan saya, kasus ini memiliki unsur gaib yang sangat kental. Ada hawa mistis. Namun saya juga tidak bisa mengatakan lebih dari ini, karena ada aura gelap dan asing yang menyelimuti rumah almarhum Kiko pasca kejadian. Aura gelap tersebut yang memblok penerawangan saya. Aura gelap tersebut sungguh luar biasa pekat, sesuatu yang baru kali ini saya temui. Dan saya harus mengakui, saya pun gemetar ketika bersinggungan dengan aura misterius tersebut."

Komentar Ki Wahab, seorang paranormal terkenal, yang dimuat di koral lokal membuat geger. Dan justru membuat masyarakat semakin takut. Bahkan para penghuni Kompleks Perumahan Permata Hijau yang berdekatan dengan rumah Kiko, lebih memilih pindah sementara waktu. Karena mereka mengaku ngeri. Seperti di salah satu berita yang dimuat di media cetak, ada kesaksian warga yang rumahnya bersisian di rumah Kiko, mengaku mulai tidak nyaman tinggal di kompleks yang terkenal dengan hunian orang-orang kaya tersebut.

"Hawa rumah mas Kiko semenjak kematiannya jadi makin seram mbak. Bahkan orang tua mas Kiko pun juga enggan berlama-lama tinggal disini. Orang tua mas Kiko sudah mencoba mencari beberapa orang untuk dijadikan penjaga rumah mas Kiko untuk sementara waktu namun meskipun diberikan iming-iming upah tinggi, tidak ada yang berani. Sehingga kalau malam, rumah mas Kiko gelap gulita. Berdasarkan pengalaman beberapa tetangga dan pengakuan anak saya yang sering pulang larut malam, sering mencium bau busuk dari dalam rumah mas Kiko. Padahal setelah mendapat ijin dari kepolisian, seluruh isi rumah terutama di kamar mas Kiko sudah dibersihkan. Waktu saya ikut tahlilan di rumah Mas Kiko pun, tidak mencium bau apa-apa. Justru kondisi rumah selalu bersih dan wangi. Duh, baru cerita begini saja, bulu kuduk saya merinding. Sudah dulu mbak," ujar salah satu pengakuan warga dari Perumahan Permata Hijau saat di minta pendapatnya tentang keadaan rumah almarhum Kiko, dua minggu setelah kejadian.

Ketika semua orang dilanda rasa mencekam, lain halnya dengan Anwar yang justru dilanda perasaaan stress. Stress karena pekerjaan yang semakin hari menumpuk di meja kerjanya. Pasca meninggalnya Kiko, Anwar mendapat banyak limpahan pekerjaan dari atasannya yakni Bu Sari yang menuntut ini-itu sampai-sampai Anwar tidak bisa bernafas barang sejenak pun.

Hari Sabtu yang biasanya libur pun Anwar terpaksa masuk dan turun langsung ke dalam event promosi alat fitnes terbaru dari SULTAN SPORTS. Anwar yang tidak menyukai keramaian, canggung bertemu dengan banyak klien, banyak kesalahan dalam hal media promosi membuat acara launching berjalan kurang memuaskan, Dan efeknya membuat Bu Sari marah luar biasa kepada Anwar.

Hari Minggu, Anwar dipanggil ke rumah Bu Sari. Anwar yang sudah menduga bakal mendapat amukan dari Bu Sari luar biasa tersinggung ketika ia bukan hanya kena marah namun juga dimaki-maki Bu Sari dengan nada tinggi.

"KAMU INI SEORANG SUPERVISOR ! KOK BISA-BISANYA MEMBUAT ACARA LAUNCHING SEDEMIKIAN MEMALUKAN SEPERTI ITU? MAKANAN UNTUK TAMU TERLAMBAT 2 JAM, MEDIA PROMOSI BANYAK YANG SALAH CETAK, SALAH TANGGAL DAN JAMNYA. SAMPAI-SAMPAI MESTI KITA TUTUP DENGAN LAKBAN KARENA SUDAH TIDAK ADA WAKTU LAGI UNTUK CETAK ULANG. SAYA SUDAH CEK KE PIHAK PERCETAKAN. MEREKA TIDAK SALAH CETAK, KARENA MEREKA SUDAH MENCETAK SESUAI DENGAN DRAFT YANG KAMU BERIKAN KEPADA MEREKA.

SOUNDS SYSTEM JUGA SANGAT PARAH, TERUS BERDENGING SEPANJANG ACARA. MEMBUATKU SAKIT KEPALA DAN MESTI MENAHAN MALU DI DEPAN KOLEGA. INI SAYA JUGA BELUM MENYINGGUNG MASALAH SPG LHO YA! DARI 20 SPG YANG MESTI STAND BY DI ACARA, KENAPA CUMA ADA 5 SPG DISANA !! 15 ORANGNYA KEMANA !! ANWAR, KEMARIN ADALAH MOMEN PALING MEMALUKAN SEPANJANG KARIR SAYA SEBAGAI SEORANG MANAGER PT SULTAN SPORTS!"

Rentetan makian dan kemarahan Bu Sari di hari Minggu pagi benar-benar ditumpahkan kepada Anwar tanpa tedeng-aling. Anwar ingin membela diri namun ia mengurungkan niat dan tetap diam saja. Karena ketidakbecusannya dalam mengurus acara bisa ia gunakan agar pengunduran dirinya dari PT SULTAN SPORTS langsung diterima saat ini juga oleh Bu Sari yang wajahnya memerah, urat lehernya terasa kencang karena ia sudah marah-marah sedari tadi.

Namun ketika di akhir pembicaraan, Anwar mengeluarkan sepucuk surat pengunduran diri kepada Bu Sari sebagai bentuk pertanggung-jawaban, Bu Sari langsung merobek-robek surat tersebut di depan Anwar lalu berkata.

"Tanpa kamu resign pun, saya akan memecatmu sekarang juga. Namun hal itu tidak akan saya lakukan sampai keluar hasil audit," ujar Bu Sari dingin.

"Audit? Audit apa bu?" tanya Anwar yang wajahnya juga memerah karena malu bercampur marah.

"Audit budget acara launching kemarin dan beberapa laporan lainnya. Saya sudah meminta divisi Audit untuk meneliti semuanya. Jika tidak ditemukan indikasi penyelewengan atau penggelapan budget, kamu bisa mengundurkan diri tanpa pesangon. Namun jika ternyata ditemukan unsur penipuan, kamu bukan hanya kami pecat tapi juga akan kami laporkan ke pihak kepolisian dengan dugaan pidana penipuan dana perusahaan."

Anwar sungguh kaget mendengar hal tersebut. Ketika Anwar hendak membalas perkataan Bu Sari dengan mempersilahkan tim audit memeriksa pekerjaannya, tiba-tiba Anwar seperti mendapat pencerahan. Pencerahan yang sayangnya membuatnya tersadar bahwa ia hendak dijadikan kambing hitam divisi Marketing. Kematian Kiko sepertinya membuat tindakan penyelewengan yang semasa ia bekerja di PT SULTAN SPORTS mulai terkuak.

Namun jelas tidak ada gunanya mengejar pertanggung-jawaban kepada orang yang sudah meninggal. Meskipun begitu, harus tetap ada orang yang bertanggung-jawab atau dengan kata lain dikambinghitamkan. Dan dalam hal ini Bu Sari hendak menjadikannya hewan hina tersebut.

Bu Sari terlibat. Ternyata dia adalah orang di belakang Kiko yang membuat Kiko bisa dengan bebas menjalankan aksi kotornya, batin Anwar yakin.

Beberapa hari sebelumnya...​

Tanpa ada satupun orang di PT SULTAN SPORTS yang tahu, Sari dan Kiko sudah terlibat affair panas. Bukan hanya menjadi partner seks, keduanya juga sudah bersekongkol menilap uang perusahan sedikit demi sedikit hingga mencapai ratusan juta rupiah. Kematian Kiko membuat Sari terdesak dan kewalahan menutupi jejaknya karena selama ini memang Kiko yang memanipulasi data, bukan dirinya. Ia tahu beres saja.

Tapi Beberapa hari setelah kematian Kiko, Hans salah seorang junior audit mendatangi ruangannya dan membawa beberapa berkas sambil senyum-senyum. Sari yang sedari awal tidak menyukai Hans karena tatapannya yang cabul, sempat kesal karena ia masuk ke ruangannya tanpa permisi. Bahkan Hans dengan kurang ajarnya menggoda dirinya dan mengatakan sesuatu yang membuatnya terperanjat kaget.

"Aduh Bu, itu teteknya makin hari makin tambah montok saja. Sampe blazer Bu Sari berasa kekecilan. Sampe sesak nafas saya kalau melihatnya. Bawaanya jadi pengen buru-buru ke kamar mandi lalu coli sambil membayangkan kontol saya dijepit pake kedua tetek Bu Sari yang mantap. Beruntung banget ya Kiko bisa ngrasain tubuh Ibu kapan dan dimana saja," ujar Hans enteng sambil duduk di sofa yang ada di ruangan Sari.

Sari yang sempat terperanjat langsung memperbaiki gesture dan mengubah ekspresi menjadi setenang mungkin namun terlambat. Hans sudah menangkap ekspresi pertama Sari ketika menyebut nama Kiko. Terlihat jelas Sari sangat kaget.

"Apa maksudmu?" tanya Sari dengan nada meninggi.

"Saya tahu semuanya. Tentang Bu Sari dan juga tentang Kiko, ucap Hans pelan sambil memperbaiki posisi duduknya menjadi sedikit condong ke depan. Sebuah senyuman licik terkembang. "Dan juga tentang aktifitas rahasia kalian berdua dimana saya menaksir minimal 500 juta uang perusahaan sudah masuk ke kantong pribadi kalian berdua selama 2 tahun terakhir ini."

Sari yang tidak menyangka kedoknya terbongkar begitu cepat langsung bereaksi keras. Ia berdiri dan dengan nada tegas mengusir Hans keluar dari ruangannya. "Jangan sembarangan kamu kalau ngomong ya. Keluar dari ruangan saya!" Sari berusaha bersikap keras dan tidak langsung mengaku.

Hans hanya tertawa kemudian kembali duduk bersandar di sofa. "Enak juga nih sofanya, empuk banget. Saya yakin bu Sari dan Kiko sering quicky disini secara diam-diam. Oia serius nih Bu Sari mengusir saya? Saya itu orang audit loh bu, saya tidak mungkin menuduh orang tanpa bukti valid. Tanpa fakta. Dan di map biru tersebut sudah terkumpul berbagai macam dokumen bukti penggelapan yang sudah kalian berdua lakukan. Cek aja kalau tidak percaya."

Sari langsung membuka map dan melihat beberapa laporan keuangan, invoice, faktur pajak, bahkan bukti transfer bahwa ada sejumlah dana yang masuk ke rekening pribadinya, tersusun secara runut dan rapi. Sari yang sedari tadi duduk tegak di kursi putarnya, langsung lemas dan duduk bersandar. Mampus, pikir Sari. Dokumen-dokumen ini menunjukkan dengan gamblang penggelapan dana yang ia lakukan bersama Kiko selama ini.

Hans menikmati ekspresi tegang di wajah Sari saat membaca satu persatu dokumen yang ia bawa. Lalu Hans kemudian berdiri dan berjalan ke arah pintu. Ketika ia sudah memutar knop pintu, Sari bertanya. "Kamu mau kemana?"

"Lho katanya Bu Sari meminta saya keluar dari ruangan ? Ya asal ibu tahu, di meja saya masih ada 3 map lagi yang isinya sama persis dengan yang Ibu pegang sekarang. Saya mau keluar mengambil dokumen tersebut kemudian saya serahkan ke Bapak Bayu GM Audit, Bu Frida GM HR dan tentu saja ke Bapak Sultan, CEO PT SULTAN SPORTS," Jawab Hans santai.

"Jangan !" cegah Sari.

"Jangan apa Bu?" ujar Hans.

"Jangan..laporkan saya.tolong," pinta Sari sambil terbata-bata.

"Tapi bu, saya harus melap-

Apa maumu? Semua keinginanmu akan saya turuti, tetapi tolong janganjangan laporkan saya.." potong Sari yang mulai terdesak. Hidupnya akan hancur jika ia membiarkan Hans keluar dari ruangannya begitu saja.

Sari benar-benar terdesak dan tanpa berpikir panjang mengatakan hal tersebut. Karena ia memang tidak punya pilihan lain selain memohon kepada Hans agar tidak melaporkan dirinya. Bayangan sel penjara membuatnya ketakutan. Kiko yang selalu menenangkan dirinya dan selalu bilang bahwa semua aman terkendali, sudah tiada. Kalau hanya dipecat kemudian membayar ganti rugi, Sari sudah siap menjual harta bendanya.

Namun karyawan terakhir PT SULTAN SPORTS yang ketahuan memanipulasi omset regional I berakhir di balik bui dan kena hukuman penjara maksimal 10 tahun. Sari tidak bisa membayangkan rasa malu yang harus ia tanggung jika dijebloskan ke dalam penjara. Karir dan nama baiknya akan hancur lebur. Bunuh diri jadi satu-satunya jalan, tetapi Sari terlalu takut untuk mati.

Mendengar perkataan Sari yang sudah putus asa dan rela melakukan, pintu yang sudah terbuka sedikit kemudian segera ditutup dan terdengar suara klik pertanda Hans mengunci pintu dari dalam. Sari mendengar bunyi pintu yang dikunci tetapi ia tidak mau protes.

Hans tersenyum sambil bersandar di pintu dan menatap Sari Susanti, seorang Manager Marketing yang di usia yang ke 37 tahun masih belum ada keinginan untuk menikah. Meskipun sudah semakin mendekati kepala empat, kecantikan Sari tidak kalah dengan wanita berusia 25 tahun. Kulitnya yang putih masih nampak kencang, tidak ada tanda keriput di wajah dan aset terbesar di tubuhnya yakni sepasang payudara berukuran 36C masih begitu menggiurkan. Di tunjang dengan kegemaran Sari memakai kemeja yang pas badan ketika ke kantor, membuat semua pria di PT SULTAN SPORTS memiliki fantasi bisa menyetubuhinya.

SARI

Dan hari ini, salah satu pria tersebut berkeinginan untuk mewujudkan fantasinya.

"Apa yang kamu mau agar rahasiaku tetap aman?" tanya Sari pasrah.

"Bu Sari jadi budak seks saya."

Entah kenapa, Sari tidak kaget mendengar permintaan bejat Hans, seorang pria lajang berusia 22 tahun masuk ke dalam kategori pria yang tidak akan pernah menarik perhatian seorang Sari. Meskipun baru berusia awal 20 tahun, namun wajah Hans termasuk boros, terlihat seperti berusia 30an.

"Jika saya bersedia menjadi budak seksmu, apa itu menjamin rahasia saya tetap aman."

"Hmm, bisa iya, bisa tidak."

"Apa maksudmu?"

Jadi begini Bu Sari, biar saya jelaskan dulu kondisinya. Sebenarnya Bu Audrey sudah mulai curiga dengan beberapa laporan fiktif yang dibuat oleh Kiko. Dan saya yang ditugaskan Bu Audrey untuk menginvestigasi masalah ini dan di berikan waktu 1 bulan untuk menyelesaikan proses audit. Dan tanpa Bu Audrey tahu, dalam waktu 2 minggu, saya sudah bisa mengungkap semuanya. Dan saya cukup surprise karena selain Kiko, ternyata saya juga menemukan keterlibatan Bu Sari.

Jadi yang mau saya katakan adalah, berikan saya 1 nama anak buah Ibu yang bisa dikorbankan sebagai otak penggelapan uang perusahaan. Setingkat supervisor. Waktu Ibu tinggal seminggu lagi untuk mencari korban Setelah mendapatkan kambing hitam, selebihnya biar saya yang mengolah data sedemikian rupa hingga si kambing hitam itu yang menduduki kursi pesakitan, bukan Bu Sari. Setelah dia masuk bui untuk jangka waktu yang lama, Bu Sari aman sentosa.. Bu Sari akan saya berikan kepuasan seksual sekaligus melindungi Ibu, Sebuah tawaran yang menarik, bukan?"

Mendengar penuturan Hans, Sari menyadari itu adalah satu-satunya jalan keluar. Toh hanya terlibat affair dengan Hans. Syukur-syukur dibalik penampilan Hans, dia punya penis yang lumayan.

"Deal!" pungkas Sari.

"Deal." Ujar Hans sambil tersenyum merayakan keberhasilannya mulai sekarang ia tidak perlu jajan cewek di luar sana. karena kini kapan saja, ia bisa menikmati tubuh Bu Sari.

"Eh, kamu mau ngapain?" ujar Sari kaget karena melihat Hans mulai membuka kancing celana dan berikut risliting celananya.

"Ngentot sama Bu Sari lah. Minta down payment ena-ena, haha !"

"Hah? Sekarang? Disini?Kita masih di kantor lho !"

"Tenang bu, aman. Pintu sudah saya kunci, tirai ibu juga sudah tertutup. Rileks aja, kalo dinikmatin lama-lama juga asyik kok hehehe…!” ucapnya sambil mendekati Sari dan memegang pundaknya. Sari yang masih duduk di kursinya merinding saat Hans memijit pelan kedua pundaknya.

"Ruangan Bu Sari ini aman, tidak ada CCTV, juga tidak terlihat dari luar, asal Bu Sari gak ribut," kata Hans, dimana kedua tangannya mulai menggerayangi kedua buah dada Sari yang masih tertutup rapat. Karena Sari masih duduk membuat Hans kurang leluas, ia lalu menarik Sari sehingga ia berdiri berhadapan dengannya. Sari sendiri merasakan dadanya berdebar-debar.

"Saya liat dalemnya yah," katanya seraya memegang bagian bawah kaos Sari bersiap untuk menyingkapnya.

Sari mengangguk dan membiarkan Hans melepas Blazer yang ia kenakan dan kini Hans melucuti kaos dalamnya. Sari menyilangkan tangan ke dada menutupi daerah yang tinggal tertutup bra warna krem karena masih canggung dengan Hans. Dengan mudah Hans menyingkirkan tangan Sari yang menghalanginya, lalu cup bra itu diangkatnya sehingga payudara 36C dengan puting kemerahannya itu terekspos jelas.

"Waw…bagus banget, putih bulet gini, kenceng lagi !"

Sari mendesis ketika kedua tangan kasar sang audit, jari-jarinya bergerak liar mempermainkan putingnya sehingga benda itu mengeras. Hans lalu menuntun Sari untuk berbaring di sofa. Hans benar-benar sumringah melihat kedua payudara Sari membusung indah dalam posisi berbaring, , lalu dia membungkuk mengarahkan mulutnya ke payudara Sari. Dilumatnya payudara itu dengan kenyotan dan gigitan-gigitan ringan.

Hal itu menyebabkan Sari menggeliat-geliat dan mengeluarkan desahan, perasaannya terombang-ambing dalam, ketakutan dan kenikmatan yang tak bisa dibendungnya. Hisapan pria itu pada putingnya menaikkan libidonya . Sari hanya bisa pasrah saja, tangannya meremas-remas rambut Hans karena rasa geli akibat kenyotan Hans pada payudaranya, payudara yang lain juga sedang diremasi tangan Hans, nampak jari-jarinya menggesek-gesek putingnya memanaskan birahi sang Manager.

Puas bermain-main dengan gunung molek Sari, Hans menarik rok Sari hingga terlepas. Paha Sari yang putih mulus yang dulu pernah membuat Hans menelan ludah itupun kini terlihat jelas. Apalagi Sari sedang tidak mengenakan stoking sehingga terlihat jelas keseksian pahanya. Bulu kuduk Sari merinding merasakan belaian tangan kasar Hans pada kulit pahanya.

"Hmmm…Bu Sari emang sempurna banget, punya body montok gini siapa yang ga ngiler? pantas saja Kiko rela jadi maling, karena selain dapat uang, ia juga bisa menjamah badan ini," gumam Hans sambil tangannya menjelajahi lekuk-lekuk tubuh Sari.

Bulu kemaluan Sari yang lebat itu sedikit terlihat melalui celana dalam kremnya yang tipis. Lalu Hans menindih tubuhnya, dipeluknya tubuh Sari dan diresapi kehangatan dan kemulusannya. Sari dapat merasakan benda keras di selangkangan Hans bersentuhan dengan daerah kemaluannya. Sari memalingkan wajah ketika Hans menyentuh bibirnya, tapi ruang gerak yang terbatas Hans berhasil juga melumat bibirnya.

"Mmhh…uummm!" gumamnya saat menciumi Sari dan berusaha memasukkan lidahnya ke mulut Sari yang masih menutup.

Sari sendiri dapat merasakan hembusan nafas pria itu pada wajahnya, panas dan bau rokok. Dia merasa tidak enak dengan nafas Hans yang bau rokok itu tapi toh pertahanannya bobol juga karena sulit bernafas dan Hans terus merangsangnya dengan menggerayangi tubuhnya. Lidah Hans pun mulai bermain-main di rongga mulutnya, Sari tidak sanggup lagi mengelak darinya karena setiap kali lidahnya bergerak yang terjadi adalah saling beradu dengan lidah Hans sehingga diapun membiarkan lidah Hans menari-nari di mulutnya.

Ciuman Hans lalu merambat ke dagu, leher, juga telinganya, hal ini membuat birahi Sari makin tak terbendung saja, terlihat dari badannya yang sudah mulai rileks menikmati setiap rangsangan yang diberikan. Tangan Hans semakin liar menggerayangi tubuh Sang Manager dan kini sudah mulai memasuki celana dalamnya dan menyentuh permukaannya yang berbulu. Tubuh Sari tersentak saat jari-jari Hans meraba bibir kemaluannya, seperti ada sengatan listrik yang membuatnya berkelejotan. Tubuh Sari pun bergetar, dari mulutnya yang sedang dicumbu Hans terdengar desahan tertahan. Dia harus mengakui bahwa dirinya terangsang berat karena perlakuan Hans yang kurang ajar.

Daerah bibir kemaluannya semakin basah seiring dengan gesekan jari-jari Hans yang semakin intens. Lidahnya tanpa sadar membalas lidah Hans yang sejak tadi mengorek-ngorek mulutnya, saling jilat dan saling beradu. Hal itu berlangsung lima menitan lamanya. Kemudian Hans duduk di sofa dengan bersandar di belakang, tubuh Sari yang sudah tinggal bercelana dalam itu didudukkan diantara kedua kakinya, lengan kokohnya mendekap tubuh mulus itu dari belakang. Kembali mereka pun terlibat dalam percumbuan mesra, Hans setengah paksa menengokkan wajah Sari ke samping, dari belakang mulutnya kembali melumat bibir Sari.

Sambil berciuman tangan kanan Hans memasuki celana dalam Sari , dari luar nampak gumpalan yang bergerak-gerak pada bagian kemaluan yang masih tertutup celana dalam itu, tangan kirinya dengan liar mempermainkan payudara Sari yang mengkal. Sesekali Sari menggeliat-geliat karena rasa geli pada pangkal pahanya itu, bagaimana tidak, Hans begitu lihai memainkan jarinya menekan, memutar-mutar, dan menggosok bagian sensitif itu, salah satu jurus andalannya dalam menaklukkan mangsanya. Lendir kewanitaannya membasahi jari Hans dan bagian tengah celana dalamnya.

Hans lalu bangkit dan berjongkok di depan selangkangan Sari. Dia sudah membenamkan wajahnya disana. Lidahnya yang panas menjilat-jilat vaginanya disertai gerakan menyedot. Sari yang sudah terangsang berat itu mengelus-elus kepala Hans seraya membuka pahanya lebih lebar, kepalanya menengadah menatap langit-langit ruang kerjanya.

Namun ketika mendaki puncak gairahnya itu Hans malah menghentikan jilatannya sehingga diamerasa tanggung. Ya, memang itu sengaja dilakukan Hans dengan maksud mempermainkan birahi Sari agar secara utuh menikmati ronde berikutnya. Kini Hans berdiri di depan Sari dan melepas celana jeans serta celana dalam tersangkut di mata kaki. Hans mengocok pelan penisnya di depan Sari. Sejenak SARI terpana melihat keperkasaan penis Hans yang hitam berurat itu, lalu dia menggerakkan tangan menggenggam penis itu, rasanya hangat dan berdenyut karena yang punyanya sedang terangsang, lalu tangannya mulai mengocok batang itu.

"Ohhh…Bu, enak banget !" desah Hans sambil membelai rambut Sari.

Sari dengan bernafsu menjilati seluruh batang penis Hans, terkadang buah pelirnya pun diemut. Kemudian dia menyibak rambutnya yang sudah agak kusut dan membuka mulut mengarahkan penis itu ke mulutnya. Hans mengerang nikmat, Teknik oral seks Sari sungguh profesional, batang penis itu dikulum-kulum dalam mulutnya dan juga diputar-putar dengan lidahnya, tangannya pun memijati buah zakarnya dengan lembut. Saking enaknya, pertahanan Hans langsung jebol dalam waktu kurang dari sepuluh menit.

Wajahnya menegang dan cengkeramannya pada pundak gadis itu makin mengeras. Hans yang menyadari lawan mainnya akan segera keluar mempergencar serangannya, kepalanya maju mundur makin cepat dan cret…cret…sperma Hans menyemprot dalam mulutnya. Dengan lihainya Hans menelan dan menyedot cairan kental itu tanpa ada yang menetes dari mulutnya. Sungguh kenikmatan oral terdahsyat yang dialami Hans sehingga membuatnya melenguh tak karuan.

“Uoohh…sedot terus Bu, enak…enak…!”

Sari melakukan cleaning servicenya dengan sempurna, seluruh batang itu dia bersihkan dari sisa-sisa sperma .Setelah mulutnya lepas tak terlihat sedikitpun cairan putih itu menetes dari mulutnya. Sungguh teknik yang sempurnya, demikian pikir Hans.

Setelah puas menikmati pelayanan mulut Sari, Hans menarik lengannya agar bangkit dari sofa itu dan lalu disandarkannya ke dinding. Baju dan branya telah terbuka dan rok mininya tergulung ke atas memperlihatkan organ-organ kewanitaanya.

Hans lalu memasukkan jari ke dalam vagina Sari, mulutnya juga nyosor melumat payudara kanan Sari. Dengan rakus mulutnya menyedoti payudara montok itu sesekali giginya menggigit ringan putingnya yang menggemaskan. Sari memejamkan mata setengah mati menutup mulutnya sendiri agar tidak mendesah. Hans juga mengusap-usapkan jarinya pada klitorisnya sehingga Sari imakin diamuk birahi, membuat tubuhnya bergetar.

Tak lama kemudian Sari merasakan jari yang mengorek kemaluannya dikeluarkan lalu berganti sebuah benda tumpul lain yang menekan-nekan belahan bibir kemaluannya. Hans mengangkat kaki kanan Sari hingga sepinggang, lalu pelan-pelan dia tekan masuk penisnya ke vagina yang telah becek itu.

“Uuhh…!” Sari merintih sambil memeluk Hans lebih erat merasakan setengah dari batang itu melesak masuk ke vaginanya.

“Enak Bu ?” tanya Hans berhenti sejenak memperhatikan ekspresi wajah Sari yang meringis menahan nyeri.

Sari engangguk dan setelah ekspresi wajahnya kembali normal, Hans mulai menggerakkan penisnya keluar masuk vagina Sari.. Tubuhnya tersentak-sentak karena Hans dengan penuh nafsu menghujam-hujamkan batang kemaluannya dalam jepitan vagiananya, tangannya meremas bongkahan pantatnya dengan gemas. Hans lalu mendekatkan wajah hendak mencium bibir tipis Sari. Sari menyambut pagutan bibir Hans dengan penuh gairah. Permainan lidahnya bahkan lebih dahsyat dari Hans, mereka terlibat adu lidah yang panas sampai air liurnya menetes-netes dari bibir masing-masing. Erangan-erangan tertahan terdengar di tengah percumbuan itu.

Hans terus menggenjot gadis itu sambil terlibat dalam ciuman yang panas dan cukup lama, hampir lima menit. Begitu mereka melepas bibir, nafas mereka sudah demikian menderu-deru dan berusaha mengambil udara segar. Hans lalu mengangkat kaki Sari yang satunya sehingga tubuhnya tidak berpijak di lantai lagi. Sari merespon dengan memeluknya lebih erat dan melingkarkan kakinya di pinggang Hans sementara kedua pahanya disangga Hans. Hujaman penis itu makin terasa dalam dalam posisi ini.

Vagina Sari makin basah saja sehingga penis Hans bergerak makin lancar karena cairan itu melicinkan dinding kemaluannya. Tubuh keduanya bergoyang pelan. Bercak keringat nampak membasahi baju keduanya. Setelah bergumul sekitar limabelas menit, akhirnya Hans mengirimkan hentakan yang cukup keras disertai lenguhan panjang. Demikian pula halnya Sari yang mencapai klimaks secara bersamaan, matanya membeliak dan tubuhnya berkelejotan.

Sari merasakan semprotan hangat di rahimnya, sementara di selangkangannya cairan vagina itu bercampur dengan sperma Hans yang meleleh keluar. Hujaman Hans makin lemah, terlebih dulu dia turunkan pelan-pelan kaki kanan si gadis lalu yang kirinya, terakhir dia menarik lepas penisnya. Tubuh si gadis yang telah lemas melorot hingga terduduk di lantai, dia menghirup nafas dalam-dalam dan menghembuskannya lagi. Wajahnya menunjukkan kepuasan akan pemenuhan hasrat liarnya.

Affair terbaru Sari dengan Hans pun resmi di mulai dan Sari sudah menetapkan karyawan yang akan ia kambing hitamkan.

***​

Sekembalinya Anwar dari rumah Bu Sari, moodnya benar-benar buruk. Sehingga ia melampiaskan rasa kesalnya dengan menghajar lubang vagina silicon Kaori dengan kasar sambil bercerita keluh kesah tentang Bu Sari yang berniat menjebaknya, sampai akhirnya ia tertidur kelelahan sambil memeluk Kaori yang berada di sampingnya. Karena saking lelahnya, sampai-sampai Anwar lupa menutup jendela kamar yang hanya di ganjal. Tiupan angin malam yang semilir membuat tirai yang menutup jendela tersebut berkibar-kibar. Jika ada orang diluar yang kebetulan melihat ke arah jendela di kamar Anwar, niscaya ia akan melihat sesosok wanitasudah berdiri di samping ranjang dalam posisi membelakangi jendela dan menatap ke arah sang pemiliknya yang terlelap.

Pada umumnya, seseorang yang tengah menghadapi masalah berat, ia akan susah tidur nyenyak dan akan terus menerus gelisah sepanjang malam. Hal yang sama juga akan di alami Anwar jika seandainya ia tidak memiliki Kaori. Berkat Kaori, Anwar bisa melampiaskan semuanya hingga perlahan rasa gelisahnya hilang dan kini ia tertidur sangat pulas. Kaori yang sudah bangun, berdiri mematung selama 1 jam tanpa bergerak sedikitpun dalam kondisi telanjang.

Masih ada beberapa lelehan sperma Anwar yang menuruni pahanya. Kaori lalu mengambil ponsel Anwar yang masih berada di dalam celana jeans yang bertebaran di lantai. Selama beberapa saat, mata Kaori yang tidak pernah berkedip itu menekuni beberapa chat di ponsel Anwar. Setelah menemukan apa yang dicari, Kaori memasukkan ponsel ke tempat semula. Lalu dengan langkah yang pelan dan kaku, Kaori berjalan ke dapur yang gelap gulita. Namun bagi Kaori, segelap apapun suasana, dia tetap bisa melihat dengan jelas sekelilingnya. Kaori mengambil sebuah benda yang nampak mengkilap di matanya.

Sebuah pisau dapur yang baru beberapa kali digunakan Anwar untuk memotong beberapa sayuran.

Dengan pisau terhunus, Kaori kembali ke kamar Anwar untuk mengambil rok span warna hitam dan T-Shirt polos warna hijau tua. Setelah memakai pakaian yang serba ketat tersebut, Kaori keluar dari kamar Anwar melalui jendela. Kaori melepas ganjalan jendela lalu menekan jendela dari luar sehingga tertutup rapat. Kaori tidak ingin tuannya kedinginan terkena hembusan angin kencang dari luar. Jam 1 pagi sekitaran rumah Anwar sudah sepi. Jadi tidak akan ada yang tahu ada makhluk yang berwujud cewek cantik dengan pakaian yang menonjolkan bentuk tubuhnya, mulai berjalan pelan. Langkah demi langkah Kaori berjalan dengan lamban. Lambat laun ayunan kaki semakin cepat hingga akhirnya Kaori mulai berlari. Kencang. Kencang sekali. Telapak kaki Kaori yang tidak mengenakan apapun beradu dengan aspal jalanan menimbulkan suara tap-tap dengan ritme kencang dan konstan.

Kaori berlari dengan kecepatan diluar batas kemampuan orang biasa sembari tangan kirinya menggengam pisau yang nampak berkilatan tertimpa lampu. Kaori sengaja memilih jalur yang sepi untuk menghindari perhatian orang yang masih ada 1-2 pengguna jalan yang lewat. Ada kalanya Kaori berhenti dan bersembunyi di balik kegelapan dan pepohonan ketika ada kendaraan yang berjalan ke arahnya. Dan ketika sudah sepi, ia melanjutkan berlari bak seekor Singa betina memburu mangsanya malam ini.

Bu Sari.

***​

Di sebuah rumah yang berada di ujung kompleks perumahan yang berbatasan dengan tembok setinggi 3 meter. Ada perempuan dan laki-laki yang sedang berada di dalam kamar dengan lampu temaram. Perempuan yang sedang berdiri tersebut adalah Sari dan laki-laki yang tengah duduk di tepi tempat tidur adalah Hans. Sari yang sudah resmi menyandang status sebagai budak seks, cukup kewalahan melayani nafsu seks Hans yang begitu besar dan seakan tidak pernah puas bercinta dengannya.

Tadi sebelum makan malam berdua, Sari sudah melayani nafsu Hans dengan bersetubuh di dalam mobil yang terparkir di salah satu sudut Kota yang cukup sepi. Dan kini setelah Hans mengantarnya pulang, nafsu Hans bangkit kembali. Tak tahan ia melihat badan Sari yang begitu indah. Maka sebelum ia pulang, Hans meminta Sari untuk sekali lagi melayaninya.

Dengan ekspresi yang tak kalah kesal, Sari pun dengan segera menanggalkan cardigan berikut dengan kaosnya, sehingga dalam sekejap tubuh atasnya kini hanya terbalut sebuah bra hitam berenda. Setelah membuka high heals-nya, kini Sari membuka resleting jeansnya dan kemudian jeans itu pun terlepas dengan menyisakan sebuah celana dalam g-string hitam membalut daerah selangkangannya. Dinginnya AC mulai menyerang tubuh Sari yang hampir polos ini. Tiba-tiba saja Hans menyambar tubuh Sari dan mencium bibirnya dengan membabi buta.

Rupanya gairah Hans tiba-tiba saja muncul melihat tubuh sang Manager Marketing yang hanya berbalut pakaian dalam mini serba hitam seperti itu. Tubuh Sari kini melengkung hanya bertumpu pada genggaman tangan Hans. Ia sama sekali tidak siap mendapat serangan tiba-tiba seperti ini, sehingga Sari nampak gelagapan menerima ciuman demi ciuman di bibirnya. Tak hanya bibirnya, kini leher dan permukaan dada Sari juga mendapat serangan dari bibir Hans.

Setelah keterkejutannya mulai menghilang, Sari perlahan mulai bisa menandingi serangan demi serangan yang dilancarkan Hans pada bagian atas tubuhnya. Ia tahu kini didepannya ada seorang laki-laki yang sedang dilanda nafsu luar biasa, dan ia adalah alat pemuasnya. Dua insan berbeda generasi ini terus berciuman dengan panasnya. Kini bagian dada menjadi sasaran berikutnya setelah bibir, leher dan mulut Sari. Bra hitam memang masih menggantung di pundak Sari namun dengan kondisi kaitan yang sudah terlepas, sehingga payudara Sari kini sudah sepenuhnya dalam genggaman tangan Hans.

Payudara kanan Sari sedang teremas-remas, sedangkan payudara kirinya menerima sedotan dan cupangan. Bekas-bekas merah sudah mulai bermunculan di permukaan gunung kembar sempurna tersebut, menandakan bagaimana dasyatnya gairah Hans. Desahan demi desahan pun mulai keluar dari mulut Sari, menandakan ia mulai terbuai dalam permainan anak muda namun bertampang tua yang satu ini.

"Aakhh!" sesekali juga terdengar teriakan lirik dari mulut Sari ketika Hans menggigit pelan puting payudaranya.

"Bentar Hans" Sari hendak menghentikan sejenak serangan Hans pada tubuhnya.

Namun Hans masih saja asyik dengan aktifitasnya tanpa memperdulikan kata-kata Sari tadi.

"Tolong Hans, berhenti sebentar," Sari mendorong pelan kepala Hans yang masih menempel di dadanya. Dorongan ini akhirnya menyebabkan kuluman mulut Hans terlepas dengan paksa. Sari merasakan sedikit perih ketika puting payudaranya menjadi sedikit tertarik.

Sari meminta Hans berhenti sebentar karena ia ingin melepas g-string dan branya, karena ia tidak merasa nyaman di bagian selangkangan karena vaginanya mulai membanjir. Tak perlu waktu lama untuk kedua potong pakaian dalam mini itu pun tergeletak ke di lantai. Dengan begitu kini tubuh Sari tampil polos di hadapan Hans. Vagina yang berbulu tipis, begitu juga dengan payudara padat miliknya pun kini terekspos bebas di hadapan Hans. Ini tentu akan semakin meninggikan gairah Hans. Rupanya jeda ini juga digunakan Hans untuk melepaskan celana panjangnya.

Dengan masih mengenakan stelan jasnya, kini batang penis Hans sudah mengacung dengan tegak di hadapan Sari. Hans mulai berjalan mendekati Sari. Sari hanya bisa menahan nafas, seakan ia tahu detik-detik penis besar itu untuk menghujam lubang vaginanya akan segera tiba. Dan benar saja Hans membalikkan tubuhnya dengan cepat, lalu membuka kedua kakinya lebar-lebar dan menekan punggungnya sehingga membuat posisi Sari menjadi menungging.

Genggaman tangan Hans kini berada di bongkahan pantat Sari. Sari hanya bisa memegang ujung meja rias yang ada di kamarnya dan memejamkan matanya. Ia tahu vaginanya saat ini belum cukup basah, sehingga hujaman awal penis Hans pada lubang vaginanya pasti akan terasa sangat menyakitkan.

"Mmmhhmm!" benar saja begitu batang penis Hans menerobos lubang vaginanya rasa sakit yang luar biasa langsung terasa di sekujur tubuh Sari.

Ia sampai harus mengatupkan gigi-giginya agar suara teriakan tidak keluar dari mulutnya, Seakan berbanding terbalik dengan yang dirasakan Sari, Hans justru merasakan nikmat luar biasa ketika penisnya menghujam lubang vagina Sari. Dinding-dinding vagina ini terasa begitu keset dan kuat meremas permukaan penisnya, sehingga dengan semangat ia terus menghujam-hujamkan batang penisnya ke dalam lubang surga milik teman sekantor favoritnya ini. Beberapa hujaman penis Hans di awal terasa begitu menyakitkan bagi Sari, namun ia berusaha bertahan sambil tetap menguasai diri agar tidak sampai berteriak terlalu keras. Ia sudah sangat berpengalaman berada dalam situasi seperti ini, Sari cukup tahu kalau rasa sakit ini akan segera menghilang setelah dinding vaginanya menyesuaikan diri untuk beberapa saat.

"Aakhh!" walaupun mencoba bertahan untuk berteriak, namun beberapa kali desahan lirih tetap saja keluar dari mulut gadis cantik tersebut.

"Oooh" lenguhan lirih pun juga keluar dari mulut Hans.

"Aaakhh pelan-pelan dong !" Sari berteriak lirih dengan nada protes ketika Hans mengangkat satu kakinya dan menghujamkan penisnya dengan kasar. Rupaya rasa sakit ini akan berlangsung lebih lama dari perkiraan Sari, karena sampai detik ini dinding vaginanya masih terasa belum cukup basah.

"Sorry Bu" hanya itu yang terucap dari mulut Hans sambil terus menghujamkan batang penisnya.

"Aaakkh sakit !" pekik Sari lagi.

"Tahan bentar aja Bu, lagi enak nih."

Setelah beberapa kali hujaman kembali memompa lubang kenikmatan Sari, maka kini dengan penis yang masih menancap Hans menarik tubuh Sari menjauh dari meja. Agaknya ia ingin mengganti posisi, karena begitu ia mencabut penisnya ia mendorong pelan tubuh Sari sehingga Sari terduduk di sofa. Sari membiarkan saja ketika Hans kembali membuka lebar kedua kakinya, sehingga vagina berwarna kemerahan itu menjadi membuka maksimal.

Sebelum Hans memasukkan kembali batang penisnya, Sari meludahi jari-jari tangan kirinya kemudian mengusapkannya pada lubang vaginanya. Ia berharap itu cukup memberikan cairan tambahan pada dinding-dinding vaginanya. Rupanya cara ini cukup berhasil, karena ketika Hans kembali menghujamkan batang penisnya dan kemudian kembali menggejotnya rasa sakit pada dinding vaginanya mulai berkurang. Kini Sari pun mulai bisa menikmati dan mengimbangi permainan Hans.

"Oooh nikmat banget Bu, vagina Ibu memang luar biasa!"

Sari tidak menjawab. "Aaahh ooohh" hanya beberapa desahan dan erangan yang keluar dari mulutnya.

Genjotan terus menerus menghujami vagina Sari sambil diselingi ciuman dan beberapa sedotan pada puting payudaranya. Sari makin melayang. Tubuhnya mulai terasa merinding dan vaginanya kian membanjir namun Hans sama sekali tidak menunjukkan penurunan dalam tempo permainan. Dan benar saja, begitu Hans mempercepat genjotan penisnya dan terus makin cepat, Sari pun melenguh panjang. Kepalanya mendongak ke langit-langit dengan ekspresi wajah penuh kenikmatan. Ia berasakan benar tubuhnya menggigil dan cairan orgasme mengalir deras dari vaginanya. Orgasme yang begitu didambakannya telah ia capai, semua berkat teman sekantornya yang oportunis ini.

"Oooohh.!!" lenguhan panjang pun terdengar lirih.

Setelah mencapai orgasmenya dengan sukses, bukan berarti Sari bisa beristirahat. Hans justru makin ganas menggenjot penisnya. Ia tahu sebentar lagi Hans juga akan mencapai klimaks permainan. Untuk itu Sari membantu Hans dengan mengapitkan pahanya sedikit sehingga jepitan dinding vaginanya akan lebih kuat. Dan setelah beberapa genjotan lagi, Hans pun mencabut batang penisnya dan menyemprotkan cairan spermanya beberapa kali ke perut dan dada Sari. Cairan kental itu kemudian meluber turun ke sekujur tubuh Sari.

"Aaaahh!!" terdengar kepuasan yang luar biasa dari lenguhan Hans tersebut.

Kemudian Hans pun jatuh terduduk di sambil Sari. Ia mulai mengatur nafasnya sambil menikmati kenikmatan yang baru saja ia dapatkan. Dengan inisiatif sendiri, Sari berjongkok di depan Hans dan mulai mengulum dan menjilati batang penisnya. Sari sudah tidak peduli bahwa ia melakukannya karena ancaman, karena bagaimana pun ia mulai menikmati petualangan seksnya dengan Hans yang sangat perkasa. Sementara itu Hans mengelus rambut pendek Sari yang kusut, masih tidak percaya ia meliha Bu Sari, bahan bacol nomor 1 di kantor, tengah mengulum penisnya. Setelah merasa cukup pulih, Hans mengangkat tubuh Sari dan mendudukkan disampingnya. Mereka pun berciuman kembali namun kali ini tanpa ada nafsu didalamnya, kemudian mereka saling berpelukan dan merangkul satu sama lain.

Beberapa saat kemudian mereka melepaskan pelukan. Jika Sari meraih kotak tisu untuk membersihkan noda sperma Hans yang berleleran di tubuhnya, Hans berjalan keluar dari kamar dalam keadaan masih bugil. Hans hendak mengambil minuman yang ada di dapur. Ketika melintasi ruang tamu, Hans heran karena pintu terbuka lebar dan terasa angin malam berhembus masuk ke dalam rumah. Karena dia tadi merasa sudah menutup pintunya. Hans merinding saat tubuh telanjangnya terkena terpaan angin malam dari luar.

Ah mungkin tadi aku kurang rapat menutupnya karena sudah buru-buru ingin ngentot dengan Bu Sari, begitu pikir Hans. Hans lalu melihat ke arah jam dinding.

1.24

Hans lalu meraih handuk yang ada di tempat jemuran dekat kamar mandi dan ia lilitkan ke pinggangnya, karena ia merasa malu menutup pintu depan tanpa mengenakan pakaian apa-apa. Meskipun ia yakin tidak ada tetangga Sari yang akan terjaga dan melihatnya. Apalagi rumah di samping kiri rumah Sari dan rumah di seberangnya tidak berpenghuni karena banner dengan tulisan DIJUAL terpasang di pagar. Hans sempat keluar dari teras bahkan sempat memastikan pagar luar sudah terkunci lalu melihat ke sekeliling rumah. Daun-daunan bergemerisik tertiup angin, banyak yang berguguran di depan rumah. Tiba-tiba Hans merasakan bulu kuduknya meremang berdiri. Ia seperti merasakan kehadiran sosok misterius di sekitarnya. Maka Hans pun segera ingin masuk ke dalam rumah dan mungkin sekali lagi merasakan kehangatan tubuh Sari.

Namun, ketika ia berbalik badan ia melihat sesosok perempuan cantik berambut pendek, mengenakan t-shirt hijau, rok span dan bertelanjang kaki tengah menatapnya di samping mobil Pajero hitam milik Sari. Perempuan tersebut berdiri mematung di antara dinding dan mobil. Hans bisa jelas melihat penampakan perempuan tersebut karena lampu 5 watt yang terpasang tepat di atas mobil yang memang tidak dimasukkan ke dalam garasi. Otak mesum Hans muncul melihat penampilan perempuan cantik yang masih muda. Namun ia bertanya-tanya siapakah dia? Apakah dia tetangga ? Hanya saja logika dan akal sehatnya menguat, karena siapapun perempuan tersebut, rasanya ganjil sekali melihatnya disini.

Hans yang mulai merasakan ancaman bahaya yang timbul dari pandangan mata perempuan tersebut, bergegas ingin segera masuk ke dalam rumah dan mengunci pintu. Namun ia seperti terpaku dan juga penasaran, apalagi saat Hans melihat sang perempuan tersebut memiringkan kepalanya ke kiri dan tersenyum. Kedua tangan yang tadinya tersembunyi di belakang kini terlihat jelas. Hans sontak ketakutan saat melihat kilatan benda yang di pegang perempuan tersebut.

Sebuah pisau.

Hans langsung berlari secepat yang ia bisa, jaraknya dengan pintu hanya 3 meter dan ia yakin bisa segera masuk ke dalam rumah sebelum perempuan misterius ini bertindak. Hanya saja baru 2 langkah, Hans merasakan punggung belakangnya terasa nyeri. Rasa nyeri seketika berubah menjadi sakit yang luar biasa. Reflek Hans ingin berteriak melampiaskan rasa sakit dan takut. Namun tiba-tiba ada sebuah tangan yang membungkam mulutnya sehingga tidak ada suara yang keluar. Hans mulai merasakan nyawanya terancam ketika ia dihempaskan ke dinding belakang. Rasa sakit yang tadi ia rasakan di punggungnya semakin menjadi-jadi karena punggungnya seperti tertusuk dan tusukan tersebut menjadi semakin dalam.

Mulut Hans terbebas dari bungkaman saat ia di hempaskan ke dinding. Baru juga ia mau berteriak, Kaori langsung mencekik leher Hans dan ia pepetkan ke dinding. Bukan hanya dicekik, Kaori mencekik sambil mengangkat tubuh Hans sehingga ia tidak lagi menjejak ke lantai. Hans jelas saja tidak bisa berteriak, namun ia mencoba memberontak sebisanya. Ia memukul tangan yang mencekiknya, kakinya menendang badan Kaori namun itu semua tidak mampu menggoyahkan Kaori. Seiiring dengan menguatnya cekikan Kaori, wajah Hans memerah, urat di wajahnya menegang, kedua bola matanya terbelalak lebar.

Luka menganga di punggung belakang Hans karena bilah pisau yang terbenam yang membuat darah mulai mengucur deras ke bawah dan ditambah dengan cekikan di leher, serta merta membuat Hans meronta makin hebat. Ia ketakutan karena merasakan ajalnya ternyata sudah dekat. Di antara rasa sakit, nafas yang mulai habis Hans melihat ada sosok lain di belakang perempuan misterius ini. Sosok tersebut seperti mengenakan jubah bertudung serba hitam dan di tangan kanan, ia memegang sebuah tongkat panjang yang di bagian atasnya membentuk sabit. Dari dalam tudung kepala, Hans melihat 2 mata berwarna kemerahan tengah muncul dan melotot ke arahnya.

Apakah dia adalah malaikat pencabut nyawa?

Bersamaan dengan cekikan atau lebih tepatnya remasan Kaori di leher Hans yang akhirnya sampai membuat batang leher Hans patah, sosok berjubah hitam itu mengayunkan sabitnya ke kepala Hans dan roh Hans tercabut keluar dari raganya. Roh tersebut menampakkan eskpresi ketakutan yang susah digambarkan ketika ia diseret pergi oleh sosok berjubah tersebut menuju ke dunia lain, dunia untuk orang-orang yang sudah mati.

Tubuh Hans yang sudah tidak bernyawa merosot turun meninggalkan jejak merah darah di dinding belakang dan akhirnya berkubang dengan darahnya yang berceceran di lantai. Kaori lalu mengambil kembali pisau yang menancap di punggung Hans. Sambil menghunus pisau yang berlumuran darah dan masih meneteskan bulir darah Hans, Kaori masuk ke dalam rumah. Tujuanya jelas mencari Sari.

Sementara itu Sari yang belum menyadari peristiwa terbunuhnya partner seksnya di depan rumah, sedang mandi di di kamar mandi dekat dapur. Ia sempat melihat Hans tadi keluar ke teras hanya mengenakan handuk di pinggang. Sari berpikir Hans ke depan rumah untuk merokok. Sempat khawatir juga sih ada tetangganya yang melihat seorang pria asing hanya berlilitkan handuk, sedang merokok di teras rumahnya.

Namun Sari yakin semua tetangganya sudah terlelap. Sari tahu betul kompleks rumahnya ini mayoritas dihuni oleh pensiunan pegawai negeri yang sudah memasuki usia senja. Jadi pada akhirnya Sari membiarkan Hans. Lalu ia sendiri mandi untuk membasuh badannya yang berbau kurang enak. Karena dari siang, entah berapa kali tubuhnya terkena semburan sperma Hans. 10 menit kemudian, Sari selesai mandi. Rambutnya di lilit handuk agar cepat kering sementara ia mengenakan jubah mandi warna pink kemudian keluar dari kamar mandi.

Namun Sari kaget karena mendapati rumahnya dalam kondisi gelap gulita. Sinar lampu dari luar-lah menjadi satu-satunya penerangan bagi Sari. Jika seandainya pintu depan tertutup sudah pasti tidak ada penerangan sama sekali. Sari mencoba memencet saklar lampu dapur namun nihil.

"Ih, kenapa rumah ini saja yang mati lampu sih?" gerutu Sari karena ia melihat lampu di jalan depan rumah dan beberapa tetanggannya masih menyala. Hanya rumahnya saja yang padam.

"Hans?" panggil Sari pelan ketika ia berada di depan pintu. Namun tidak ada siapapun, Hans juga tidak menyahut panggilannya.

"Hans??" Sari memanggil Hans sekali lagi dengan suara cukup keras. Hasilnya sama, tidak ada yang menyahut.

Antara kesal, marah sekaligus takut karena Hans seperti menghilang begitu saja, Sari bergegas masuk ke dalam rumah dan kemudian menutup pintu. Hanya saja, begitu pintu di tutup, suasana rumah menjadi makin gelap. Maka dari itu, Sari membuka kembali pintunya. Setengah saja.

Sari yang mulai merasa cemas karena Hans seperti menghilang begitu saja, lalu merayap di dinding menuju ke kamar untuk mengambil ponselnya. Dan tanpa sengaja, ia menyenggol meja yang di atasnya ada vas bunga. Vas bunga yang berukuran cukup besar, seukuran galon pun pecah menimbulkan suara yang cukup kencang. Lalu disusul teriakan Sari karena ia menginjak pecahan vas bunga yang tajam. Ketika Sari tengah terduduk di lantai dan memegangi kakinya yang berdarah sambil mengumpat, ia merasakan kehadiran sesuatu yang tengah berdiri di belakangnya.

Saat Sari menoleh, ia mendapati bayangan hitam tersebut berdiri hanya berjarak dua meter darinya dan sebuah benda berkilat yang terangkat tinggi. Otomatis Sari menjerit sejadi-jadinya.

"Aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa!!"

***​

Sebuah mobil Corrola Altis baru saja berhenti di depan rumah nomor 13. Sang pengendara mobil tidak langsung keluar dari mobil, setelah membuka kaca jendela samping dan mematikan mesin mobil. Aipda Joko menyalakan rokok sembari mengurut keningnya, yang menjadi pertanda bahwa ia mengalani stress yang luar biasa. Sudah beberapa hari ini ia pulang di atas jam 1 dini hari, karena tingginya tekanan dan tuntutan agar ia cepat membongkar kasus mutilasi Kiko, Karmin dan Choirul. Namun baru kali ini ia dan tim khusus yang dibentuk seperti mengalami deadlock.

Dari sekian banyak saksi yang dipanggil, semuanya mempunya alibi yang sangat kuat sehingga tidak bisa dikaitkan dengan kematian ketiganya. Bahkan bukti forensik yang diambil dari TKP pun belum membawa mereka kemana-mana. Dari ketiga korban, Kiko menjadi perhatian utama karena penyidik menilai Karmin dan Choirul bukan sasaran utama. Dari penyelidikan awal dan berdasarkan keterangan keluarga serta rekan sekerjanya, Kiko adalah orang yang supel dan memiliki pergaulan luas. Mekipun tergolong orang yang baik di mata semua orang, ada beberapa saksi yang mengatakan Kiko terkadang menyebarkan isu yang kurang menyenangkan, yang di anggap menyudutkan teman sekerjanya.

Aipda Joko sudah mengantungi nama-nama orang di kantor yang keburukannya sering Kiko bicarakan. Bisa jadi salah satu di antara mereka menyimpan dendam dan menjadi motif pembunuhan. Namun tetap saja, bagaimana Kiko terbunuh terlalu sadis dan tidak bisa dilakukan oleh sembarang orang. Si pelaku harus mempunyai ketenangan dan tingkat psikopat yang tinggi. Aipda Joko lalu menjentikkan puntung rokok dan kemudian keluar dari mobil.

Ketika ia hendak membuka pagar rumahnya, tiba-tiba Aipda Joko mendengar suara ribut disusul suara teriakan. Kemudian hening. Suara perempuan yang berteriak. Insting terlatih Aipda Joko langsung mengetahui darimana sumber suara tersebut, dari rumah nomor 69 yang berada di sebrang jalan rumah Aipda Joko. Rumah yang menempel di dinding pembatas kompleks tersebut dihuni oleh Sari, perempuan lajang yang tinggal seorang diri dan bekerja di PT SULTAN SPORTS.

PT SULTAN SPORTS !!!!

Kiko dan Sari bekerja ditempat yang sama!

Feeling Aipda Joko langsung mengembang dan menyimpulkan telah terjadi sesuatu di rumah Sari.

Aipda Joko lalu menelepon ke kantor dan mengatakan sesuatu ke partnernya yang piket malam.

"Kalau 10 menit lagi, aku belum menelepon balik dan memberikan kabar. Kamu ajak beberapa orang ke rumahku lebih tepatnya ke rumah nomor 69."

Setelah menelepon, Aipda Joko lalu mengambil senter kecil yang ada di mobilnya karena rumah Sari gelap gulita, berbeda dengan rumah lain yang masih tetap menyalakan lampu teras. Bahkan 2 rumah kosong yang statusnya di jual oleh pemiliknya pun, lampu terasnya menyala. Maka dengan perlahan Aipda Joko mendekati rumah Sari.

Ketika sampai di depan rumah, Aipda Joko memanggil-manggil Sari namun tidak ada jawaban. Bahkan perasaan Aipda Joko semakin memburuk ketika ia menyorotkan senter ke arah pintu, rupanya pintu depan terbuka lebar. Maka Aipda Joko pun mulai membuka pintu pagar namun terkunci. Aipda Joko lalu menyorot ke arah teras dan di dekat mobil Pajero yang terparkir di depan garasi.

Aipda Joko tersentak kaget saat ia menyorot sesuatu di dekat dinding. Ia melihat seorang pria asing yang sudah bersimbah darah, hanya mengenakan handuk. Posisi orang itu duduk bersandar di dinding dengan posisi kepala lunglai ke kiri. Hanya sekali lihat Aipda Joko langsung tahu pria ini sudah meninggal. Di sekitar mayatnya ada genangan darah bahkan sampai di dinding atas. Jantung Aipda Joko berdebar keras sekali ketika ia melihat jejak darah yang membentuk telapak kaki, masuk mengarah ke dalam rumah lewat pintu depan.

GAWAT!

Bisa jadi ini berhubungan dengan peristiwa pembunuhan Kiko !

Aipda Joko langsung menelepon ke kantor dan meminta bala bantuan datang secepat mungkin. Rekan Aipda Joko mengingatkan agar Aipda Joko menunggu kedantangan mereka dan jangan bertindak gegabah, 5 menit lagi mereka akan sampai.

Namun Aipda Joko langsung mematikan telepon. 5 menit dalam kondisi genting dimana kemungkinan ada pembunuh sadis di dalam rumah dan menyandera Sari bisa menjadi perbedaan. Aipda Joko berhitung kalau ia menerobos masuk, bisa jadi si pelaku kalap dan membunuh Sari. Kalau ia menunggu rekan-rekannya datang, mereka bisa mengepungh pelaku. Hanya saja Aipda Joko khawatir pelaku adalah seorang psikopat yang tidak takut mati bahkan setelah membunuh Sari, ia akan membunuh dirinya sendiri.

Di saat Aipda Joko menimbang ia akan masuk sendirian atau menunggu tiba-tiba terdengar jeritan minta tolong yang cukup nyaring.

Bangsat! umpat Aipda Joko karena merasa kehadirannya sudah diketahui oleh pelaku yang bersembunyi di dalam rumah dan ia menggunakan Sari untuk memancingnya masuk. Aipda Joko merasa jika ia menunggu terlalu lama, pelaku akan membunuh Sari. Akhirnya Aipda Joko memutuskan masuk untuk minimal bertatap muka dan negosiasi.

Sebelum masuk ke dalam pekarangan rumah Sari, Aipda Joko memasang silencer di pistol kesayangannya, Glock 42. Karena kalau terpaksa menembak, ia tidak ingin menimbulkan kegaduhan dan membuat suasana sekitar menjadi kacau. Rumah samping Sari yang tidak berpenghuni membuat Aipda Joko sedikit bernafas lega. Ketika silencer atau peredam sudah terpasang, Aipda Joko menaiki pagar dan meloncat kecil. Aipda Joko sempat memeriksa denyut nadi di leher pria malang yang tergeletak di depan garasi. Tentu saja sudah tidak ada tanda kehidupan. Tubuhnya sudah dingin.

Aipda Joko lalu mengamati sekitar, kondisi gelap gulita ini sungguh merugikannya. Aipda Joko lalu berpikir, kalau hanya rumah ini yang mati lampu bisa jadi si pelaku mematikan sekring. Maka Aipda Joko langsung mencari kotak sekring yang biasanya terpasang di luar. Dan Aipda Joko menemukan kotak yang ia cari yang tepat sepertinya dugaannya, berada dalam posisi OFF sehingga listrik di rumah Sari padam.

CTIK.

Lamput teras, lampu ruang tamu pokoknya semua lampu di rumah Sari sudah kembali menyala. Aipda Joko mengintip ke dalam ruang tamu. Tidak ada siapa-siapa. Namun ia melihat pecahan vas bunga berterbaran di lantai dan noda darah. Noda darah seperti bekas di seret. Aipda Joko lalu mengantongi kembali senter dan kini kedua tangannya fokus memegang pistol. Dengan mengendap-endap, Aipda Joko mengikuti jejak darah yang masih terlihat segar dan jejak darah tersebut masuk ke dalam sebuah kamar. Pintu di kamar tidak tertutup rapat namun tetap saja membuat Aipda Joko tidak bisa melihat ke dalam.

Aipda Joko menempelkan punggungnya di dinding dekat pintu, ia menajamkan indra pendengarannya karena ia tidak mau gegabah masuk ke dalam kamar. Karena bisa jadi si pelaku sudah menyiapkan rencana yang bisa mencelakakan dirinya. Dan perlahan Aipda Joko mulai menangkap suara isak tangis, lebih tepatnya isak tangis yang teredam. Aipda Joko menduga mulut Sari sedang dibekap. Aipda Joko melihat jam tangannya jam 2.23 dini hari. Kurang dari beberapa menit lagi rekan-rekannya akan datang. Maka Aipda Joko pun mencoba bernegosiasi.

"Tolong, siapapun anda. Jangan sakiti sandera. Sebentar lagi tempat ini akan dikepung dan sudah pasti anda tidak akan memiliki kesempatan untuk lolos. Lepaskan sandera dan menyerahah."

Tidak ada jawaban dari dalam kamar.

"Apakah anda mendengar jelas suara saya?" ulang Aipda Joko.

"Masuk... Ke... Kamar.... Sekarang, sahut suara dari dalam dengan nada suara patah-patah.

Aipda Joko menganalisa suara misterius yang sudah jelas bukan suara Sari. Suara barusan terdengar aneh dan terkesan kaku. Aipda Joko pun memutuskan mengintip dan melihat Sari dalam posisi berdiri dengan mulut terbungkan. Lebih tepatnya dibungkam oleh seorang perempuan cantik yang berada di belakang Sari. Tangan kiri perempuan itu nampak memegang pisau.

Saat Aipda Joko beradu pandang dengan Kaori, Aipda Joko merinding, bulu kuduknya meremang, tubuhnya menggigil. Sensasi ngeri dirasakan Aipda Joko ketika melihat Kaori. Aipda Joko bisa merasakan keanehan di ekspresi dan sorot mata Kaori yang bukan seperti manusia. Namun Aipda Joko yakin bahwa orang yang menyandera memang seorang perempuan. Akan tetapi perempuan tersebut memiliki aura yang berbeda dengan perempuan lainnya.

Aipda Joko lalu menurunkan pistol dan membuka pintu kamar lebar-lebar sehingga kini jelas keduanya berhadap-hadapan dalam jarak kurang lebih 6 meter.

"Siapa kamu?"

Kaori hanya terseyum.

"Lepaskan Sari."

Lagi-lagi Kaori hanya tersenyum namun perlahan Kaori menggerakan pisau sehingga kini ujung pisau berada di samping leher Sari. Sari langsung merasa ketakutan, ia menangis dan mencoba meronta namun ia kalah tenaga.

"HEI ! STOP JANGAN SAKITIN SANDERA! KALAU ANDA NEKAT, SAYA TIDAK AKAN RAGU MENEMBAK ANDA!" seru Aipda Joko sambil mengarahkan Glock 42 ke arah Kaori.

Aipda Joko cemas karena Sari terus meronta, membuatya susah membidik ke arah Kaori, apalagi tinggi Sari dengan Kaori sama sehingga area bidikan sempit dan rawan mengenai Sari.

Pemandangan selanjutnya membuat nyali seorang Aipda Joko ciut karena di depan matanya ia menyaksikan Kaori mendongakkan kepala Sari dan secara perlahan menggorok leher Sari. Darah langsung menyembur ke depan dan membasahi lantai. Kedua bola mata Sari melotot, tubuhnya mengejang pertanda ia sedang mengalami sakaratul maut. Aipda Joko yang semakin kehilangan rasa tenangnya langsung membidik ke arah kening Kaori dan tepat mengenai target. Namun yang terjadi adalah kepala Kaori hanya tersentak ke belakang dan tidak roboh sama sekali. Sementara itu tangan kiri Kaori terus menggorok kuat-kuat lebih tepatnya menyembelih leher Sari.

Aipda Joko yang ketakutan langsung berteriak menembak bertubi ke arah kepala Kaori dan tepat sasaran, beberapa bahkan mengenai bola mata Kaori dan membuat wajah Kaori hancur berlubang. Namun tetap saja Kaori masih berdiri tegak. Tepat ketika peluru di pistol Aipda Joko habis, badan Sari merosot ke lantai tanpa kepala. Karena kepala Sari kini di tenteng oleh Kaori. Dengan kata lain Sari mati dengan cara disembelih.

Aipda Joko shock luar biasa melihat pemandangan tersebut, selama 30 tahun menjadi polisi baru kali ini dia melihat makhluk seperti Kaori. Sampai-sampai Aipda Joko berdiri tertegun. Ia tidak sanggup bergerak, berdiri mematung. Padahal bisa saja ia menjadi sasaran Kaori selanjutnya. Di kantung saku Aipda Joko sebenarnya masih ada 2 magasin namun dia sudah tidak sanggup bereaksi dan mengisi kembali pistolnya.

Namun terjadi sesuatu, tubuh Kaori tiba-tiba ambruk. Ia seperti kembali menjadi boneka tak bernyawa. Sementara itu potongan kepala Sari menggelinding di lantai dan berhenti tepat di bawah kaki Aipda Joko dalam posisi menghadap ke atas. Aipda Joko melihat dengan jelas kedua mata Sari terbelalak lebar, mulutnya terbuka lebar. Sari mati mengenaskan.

Tiba-tiba sorot mata Aipda Joko yang tadinya kelabu dan nampak sayu berubah. Matanya kini melotot dan memandang sekelilingnya.

Ia tersenyum dan dengan santai mengisi kembali pistolnya dengan magasin baru. Di luar terdengar suara mobil berhenti. Lebih tepatnya 2 mobil patroli yang tadinya melaju kencang tanpa sirine kini berhenti di depan rumah nomr 69. 1 mobil berisi 4 orang. Jadi total ada 8 orang. Mereka adalah bala bantuan yang diminta Aipda Joko untuk datang. Dengan sigap, 4 orang Polisi keluar dari mobil dan masuk ke dalam rumah. Sementara 4 polisi lainnya bersiaga dan berjaga di luar. Keempatnya tidak kaget melihat ada 1 mayat di luar rumah karena Aipda Joko sudah menceritakan kondisinya. Ketika salah seorang polisi memanggil Aipda Joko, Aipda Joko menyahut singkat dari dalam rumah.

"Kalian kesini. Di kamar. 1 korban meninggal dan si pelaku tewas bunuh diri."

Keempat Polisi langsung masuk ke dalam kamar dan mendapati pemandangan mengerikan. Aipda Joko berdiri mematung membelakangi pintu, tangan kanannya menggenggam pistol sementara di bawah kakinya ada potongan kepala seorang perempuan. Dan di sudut kamar,ada tubuh perempuan yang tertelungkup yang masih mengenakan piyama tidur dalam keadaan tanpa kepala.

"Ya Tuhan..." guman salah seorang Polisi. Keempatnya langsung masuk ke dalam kamar.

Namun ada kebingungan di antara mereka. Karena selain mayat perempuan tanpa kepala, tidak ada mayat lain. Ada 1 perempuan lagi yang terbaring, sempat dikira mayat namun setelah diperhatikan, itu hanyalah boneka berbentuk perempuan dengan bagian kepala hancur berlubang karena tembakan.

"Di mana jenazah pelaku yang bunuh diri cap?"

Aipda Joko tersenyum memandang keempat polisi yang tergolong masih muda. Dengan gerakan yang sangat cepat dan tidak terduga, Aipda Joko menembakkan pistol Glock tepat ke tengah dahi keempat rekannya dengan cepat.

Dzing !
Dzing !
Dzing !
Dzing !


Keempat Polisi tersebut tidak sempat bereaksi, langsung tumbang dan tewas seketika dengan kening berlubang. Karena Aipda Joko menggunakan peredam, keempat polisi yang berjaga di luar tidak menaruh curiga.

Lalu Aipda Joko berjalan meninggalkan kamar yang sudah berubah menjadi lokasi pembantaian dan penuh darah. Aipda Joko yang biasanya berjalan tegap, kini berjalan dengan cara yang kaku. Ia keluar mendatangi 1 mobil lainnya. Melihat Aipda Joko keluar, otomatis keempat polisi mengendurkan kewaspadaan dan mendekati Aipda Joko yang berdiri di dekat pagar.

"Bagaimana situasi di dalam cap?"

Lagi - lagi Aipda Joko hanya tersenyum.

Keempat polisi mengira senyuman Aipda Joko menjadi tanda bahwa situasi sudah terkendali. Namun yang terjadi, Aipda Joko mengarahkan pistol dan kembali menembakkan peluru ke arah kepala keempat rekan sekerjannya dalam jarak dekat.

Dzing !
Dzing !
Dzing !
Dzing !


Mer eka berempat langsung roboh dan tewas di tempat.

Keadaan lalu berubah sunyi.

Tak berapa kemudian, hujan turun dengan sangat deras. Mengaburkan suara dan pandangan, membuat para penghuni kompleks semakin meringkuk dalam selimut dan tidur semakin pulas. Tanpa mengetahui telah terjadi pembantaian. 10 orang tewas malam ini. Hans, Sari dan 8 anggota Kepolisian.

Selesai mengeksekusi ke delapan rekannya. Aipda Joko membuka mulut, memasukkan moncong Glock ke arah langit-langit mulutnya kemudian menekan pelatuk tanpa ragu.

Dzing !

Tubuh Aipda Joko ambruk ke bawah. Ia tewas. Darah kelima polisi yang gugur malam itu mengalir ke dalam selokan di depan rumah Sari bercampur dengan air hujan.

Bersamaan dengan tewasnya Aipda Joko, tubuh Kaori yang tadinya terbaring. Kini sudah kembali tegak berdiri. Ia berjalan keluar dari rumah Sari dengan wajah yang terbuat dari karet silikon, dalam kondisi rusak berat.

Ketika sudah berada di luar rumah, Kaori merunduk lalu meloncat tinggi sekali hingga ia melewati dinding pembatas kompleks setinggi 3 meter. Kaori mendarat dengan mantap di sawah yang bersisian dengan kompeks perumahan. Kaori yang tahu ia tidak bisa pulang ke rumah, berjalan menuju ke sebuah sungai yang berada tidak jauh dari situ. Karena hujan yang sangat deras, membuat aliran air cukup kencang.

Kaori lalu tanpa ragu meloncat ke dalam aliran sungai membiarkan tubuhnya terbawa aliran sungai menuju muara yakni laut lepas. Kini tubuh Kaori yang kembali sudah tidak bernyawa, hanyut terombang-ambing seirirng dengan curahan hujan yang semakin bertambah.

***​

Anwar terbangun tepat pukul 6 pagi, yang pertama ia lakukan adalah memeluk Kaori. Namun saat ia meraba-raba ke sisi kiri maupun kanan dalam kondisi mata masih setengah terpejam, Anwar langsung membuka matanya lebar-lebar. Ia melihat ke sekeliling kamar, ia tidak melihat Kaori. Padahal terakhir sebelum tidur ia memeluk Kaori erat-erat di sampingnya. Anwar segera terbangun. Ia mencari di kamar mandi, dapur, ruang tamu bahkan sampai sekeliling rumahnya namun tetap saja tidak menemukan keberadaan Kaori.

Anwar lalu kembali ke dalam kamar dan duduk di atas kursi. Anwar tidak lagi menangis seperti saat ia pertama kali menyadari Kaori menghilang. Kali ini ia terasa biasa saja. Karena ini sudah kesekian kalinya Kaori hilang. Anwar lalu berhitung dengan jarinya sambil mengingat-ingat sesuatu.

Berarti ini sudah keempat kalinya..

Anwar sudah berhenti mencari alasan kenapa Kaori bisa menghilang, karena selain ia tidak bisa menemukan jawaban yang masuk akal, ia juga masih malas untuk berdebat dengan dirinya sendiri. Rasa penasaran dalam diri Anwar sudah menguap begitu saja.

Anwar lalu membuka laptopnya dan mengetikkan sebuah alamat di Google. Mengisi kolom Quantity dengan 1. Namun kemudian mengubahnya menjadi 2. Kemudian menekan tombol BUY NOW.


Anwar tersenyum puas, karena kali ini ia membeli 2 boneka seks Kaori sekaligus.

Ya.

2 boneka Kaori.


A MAN & HIS SEX DOLL
= FIRST SEASON COMPLETED =
.
.
.
COMING SOON...

A MAN & HIS SEX DOLLS 2 : VINUSHKA


 
Waduhh,, beli 2 boneka sekaligus? Bakalan threesome nih keknya si anwar
di shopexx soalnya lagi ada promo om, beli 1 free 1 + dildo ahaha

Apa yang mengendalikan kaori?
Kaori bisa berpindah tubuh?
Tak sabar menanti season selanjutnya 👍👍👍
yang mengendalikan Kaori ya gw lah, TS-nya,
:papi:

Baru permulaan berarti ?
Patut dinanti
Absen lagi ..... nunggu aksi kaori selanjutnya
mantap suhh ceritanya, ditunggu season keduanya yah

season kedua secepatnya
:beer:
 
Jav Toys
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd