Bab 02 - Siswa yang ditransfer ke Dunia Lain (Bagian II)
Beberapa hari kemudian setelah menyadari adanya kemampuan
“Cheat” kami membangun tempat penampungan sementara untuk kami tinggali, bersatu mengusir monster dan menyingkirkan segala ancaman.
Faktanya, kami menambahkan daging monster yang telah kami bunuh sebagai bagian dari persediaan makanan kami saat ini.
Namun selain itu, ada permasalahan lain yang muncul yakni tidak semua orang diberkati dengan kemampuan
“Cheat”.
Menurut pengamatanku paling banyak, hanya sepertiga dari kami yang memiliki kemampuan
“Cheat” kuperkirakan hanya sekitar tiga ratus orang memilikinya.
Mereka yang memiliki kemampuan
“Cheat” mempunyai tugas pergi ke hutan untuk berburu dan melindungi tempat penampungan sementara.
Karena mereka melakukan eksplorasi hutan, kami menamai mereka
“Scouting Corps”.
Mereka yang tanpa kemampuan
“Cheat” terlibat dengan pekerjaan konstruksi tempat tinggal atau penampungan sementara. Berbeda dengan
‘Scouting Corps’, mereka disebut sebagai
‘Stay Behind Group’. Dan kami memberi nama tempat yang kami tinggali dengan nama
'Colony'.
Ngomong-ngomong, aku tidak memiliki kemampuan
“Cheat”, dan teman otaku yang mengajariku tentang pengertian kemampuan
“Cheat” juga tidak memilikinya juga. Ada orang-orang dengan kemampuan
“Cheat” dan sebagian dari mereka yang tidak memilikinya. Mungkin ada beberapa teori di baliknya, tapi sayangnya, aku tidak tahu alasannya.
Sebenarnya selain kemampuan
“Cheat", ada beberapa kemampuan lainnya, lebih tepatnya yakni ada beberapa peningkatan dalam kekuatan fisik, kekuatan berfikir dan lain sebagainya, yang dimiliki oleh sejumlah orang dari tujuh ratus orang yang tersisa, tetapi mereka terlalu sepele dan terkesan mengacuhkannya, karena kemampuan itu tidak sampai bisa dikatakan sebagai kemampuan
“Cheat”.
Aku juga merasakan sedikit ketidaknyamanan dengan tubuhku, tetapi itu bisa saja karena aku berada pada tingkat stres yang tinggi dan mungkin tidak lebih dari ilusi atau perasaan stres yang menumpuk akibat kekacauan ini.
------------------------------------------------------------------------------------------
Seminggu kemudian…
Meskipun ada beberapa korban tambahan, para siswa yang dipindahkan ke dunia lain secara tidak langsung dan berkelanjutan mengalami gaya hidup yang agak stabil.
Pada saat itu, sesuatu hal seperti sistem pemerintahan, dijalankan oleh satu bagian dari siswa dan beberapa para guru dan orang tua, juga mulai berfungsi.
Karena ada hampir seribu orang, keberadaan sistem pemerintahan yang digunakan untuk menyatukan kami semua mutlak diperlukan, agar tidak terjadi kekecauan.
Setelah adanya sistem pemerintahan, hal berikutnya di benak kami adalah menemukan informasi terkait dunia seperti apakah ini.
Pada titik ini, tidak ada yang percaya bahwa ini adalah dunia asli kita lagi.
Jika kami bertanya kepada mereka yang memiliki kemampuan
“Cheat” untuk mengendalikan sihir agar mereka mengajari kami, supaya bisa belajar menggunakan sihir /
“magic”.
Jawaban mereka tidak pernah memuaskan kami, selain itu hanya mereka yang sudah memiliki kemampuan
“Cheat” diberi kesempatan untuk belajar
“magic”. Mereka harus berjuang demi mata pencaharian kami, dan seperti yang aku takutkan orang-orang itu tidak punya waktu luang untuk mengajarkan sihir kepada mereka dari
‘Stay Behind Group’ yang tinggal di tempat tinggal sementara
“Colony” yang dibangun dari segala jenis pohon yang ditebang dan dibentuk menjadi rumah-rumah kayu.
Bagaimanapun, kami sedang mencari pengetahuan tentang dunia ini.
Apakah ada manusia seperti kita di sini?
Apakah ada peradaban lainnya di sini ?
Apakah ada cara supaya kami bisa kembali ke dunia kami semula ?
Pertanyaan seperti itu sering terbersit dibenak kami.
Apabila memang ada, maka kami bisa melarikan diri dari hutan ini dan bisa menemui mereka.
Dengan pertimbangan itulah, Unit
“First Expedition” dibentuk. Tujuan dari dibentuknya unit ini adalah adalah untuk melarikan diri dari hutan ini, mengetahui informasi-informasi yang bermanfaat untuk kami dan memikirkan cara kembali dari dunia ini.
Namun sayangnya aku tidak bisa menahan perasaan ironi terhadap nama itu. Karena Unit
“Second Expedition” tidak akan pernah ada dan dikirim untuk meneruskan tugas Unit
“First Expedition” selama-lamanya.
Satu minggu setelah Unit
“First Expedition” pergi, tempat tinggal sementara kami
“Colony” dihancurkan.
Beberapa orang dengan kemampuan
“Cheat” melakukan kudeta.
Aku baru saja terbangun dari tidurku di sebuah rumah yang kami bangun dari kayu, akibat mendengar suara bising di luar dan adanya asap tebal mengepul masuk kedalam rumah.
"Astaga !" saat aku keluar dari rumah kulihat banyak mayat bergelimpangan, bangunan banyak terbakar dan beberapa orang sedang bertarung dan beberapa lainnya mencoba menyelamatkan diri mereka.
Dapat aku simpulkan bahwa didorong dari sifat mereka di dunia yang lama, mereka seperti memperoleh kebebasan karena berada di tengah hutan dunia lain di mana hukum tidak ada, sulit bagi siswa untuk mempertahankan moral baik mereka. Bahkan lebih bagi mereka yang mendapatkan sesuatu seperti kemampuan
“Cheat”. Kekuatan itu mendorong seseorang menjadi gila, dimana muncul istilah “para pemuda yang tersesat”.
Mereka mengambil kesempatan dengan tidak adanya Unit
“First Expedition” yang mana berisikan sebagain besar dari orang-orang berpengaruh di
“Colony” , sekelompok orang ambisius, yang menamai diri mereka
“Revolt Group”, mengumpulkan “para pemuda yang tersesat” dan menggelar kudeta.
Pertempuran sengit terjadi antara para siswa yang mencoba menjaga ketertiban atau sisa pemerintahan
“Colony” yang tidak ikut unit
“First Expedition” dengan para siswa dari
“Revolt Group”.
Kemampuan
“Cheat” adalah kekuatan yang dapat dengan mudah membunuh siapapun dengan mudah bahkan untuk membunuh sekumpulan naga sekaligus.
Karena adanya konflik antara mereka yang ingin memegang kekuasaan, para siswa tanpa kemampuan
“Cheat”, termasuk aku sendiri, hanya bisa berlari menghindari pertempuran dan mencoba melarikan diri kerusuhan itu.
Masih akan lebih baik jika mereka hanya berlari, mencoba melarikan diri, namun kenyataannya para siswa tanpa kemampuan pun saling menjatuhkan siswa tanpa kemampuan lainnya agar tetap hidup dan bertahan.
Itu bukan hanya sebagian dari orang-orang dengan kemampuan menipu yang kehilangan akal. Bahkan para siswa tanpa kemampuan
“Cheat” membuang moral dalam diri mereka dan memilih menggunakan cara kekerasan yang digunakan oleh
Revolt Group.
Di tengah-tengah situasi ini, aku diserang dengan kejam oleh sesama siswa dari
“Stay Behind Group”.
Jika aku harus mengatakan apa yang salah, aku pikir itu hanyalah nasib buruk. Memang ada korban yang lain sepertiku, mereka juga korban keributan itu. Namun mereka tidak ada yang datang untuk saling membantu.
Aku kira tidak ada yang punya waktu luang untuk melakukan sesuatu seperti itu. Semua orang putus asa, mereka hanya tahu satu tujuan saja yakni cara untuk bertahan hidup. Sebuah alasan yang logis dari naluri manusia.
Namun, aku berbeda aku ingin membantu mereka yang lemah untuk bertahan hidup, aku tidak ingin kehilangan naluri alami ku sebagai seorang manusia.
Kenyataan berkata lain, apalagi ketika melihat banyak siswa menyaksikanku diserang, namun mereka berpura-pura tidak tahu dan terus melarikan diri, membuat hatiku hatiku terluka sampai hancur.
Satu-satunya alasan aku selamat adalah karena aku beruntung.
Saat itu, pertarungan antara pengguna kemampuan
“Cheat” pecah di dekat kami, dan semua orang terkena gelombang kejut yang dihasilkan.
Para siswa yang melakukan kekerasan terhadapku semua berubah menjadi abu hitam.
Hanya aku, korban dari penganiayan mereka yang selamat, karena kondisku terjatuh telungkup di tanah, sebuah nasib baik untuk seorang sepertiku.
Itu semua tentang keberuntungan. Tidak ada yang aneh tentang mati atau terbunuh.
Saat aku menganalisanya kejadian yang kualami ini, hatiku yang terluka terasa seolah-olah itu menjadi sangat kosong. Aku mulai kehilangan naluri alamiah ku sebagai manusia.
Memaksa tubuhku yang cedera parah, untuk segera melarikan diri ke kedalaman hutan, dan berkeliaran di dalamnya selama beberapa hari guna menyelamatkan diriku.
Kemudian, pagi ini, aku menemukan sebuah gua dan berlindung di sana.
Meskipun aku telah menemukan tempat aman untuk berlindung, kenyataan bahwa aku yang baru saja melarikan diri dengan mengabaikan hidup orang lain yang membutuhkan bantuan membuat hidupku serasa tidak berguna, tidak dapat berbuat apa pun di saat orang lain membutuhkan bantuan membuat diriku dipenuhi rasa penyesalan dan bersalah.
Setelah pertempuran sengit itu, aku yakin akan ada banyak monster yang berkeliaran dan merajalela di hutan ini karena mengendus darah dari korban pertempuran, dan tanpa kemampuan
“Cheat” atau kemampuan bertarung, semakin menguatkan alasanku untuk tidak meninggalkan gua.
Jika aku benar-benar ingin bertahan hidup, mungkin seharusnya aku mengambil risiko dan mencari orang yang dapat kupercayai sebelum meninggalkan
“Colony”.
Namun, di tengah kebingungan yang kualami dalam menghadapi situasi kacau seperti itu, aku tidak dapat melakukan pemikiran sejernih itu.
Tidak, bahkan jika bukan dalam situasi seperti itupun, aku yakin di mana Anda tidak tahu apa yang akan terjadi di menit berikutnya, aku pikir tidak mungkin bagiku, untuk membuat pilihan baik semacam itu.
Setelah beberapa kejadian yang kualami aku sudah tidak bisa lagi mempercayai manusia.
Karena manusia hanyalah sampah.
Keyakinan itu mungkin adalah satu-satunya hal yang aku dapatkan setelah datang ke dunia ini.
Atau mungkin aku telah kehilangan sesuatu yang penting sebagai manusia.