Lanjutan
Kami sempat terdiam, tapi karena sudah kepalang nafsu kegoyang saja Mbak Retno pelan-pelan, ia menutup mulurnya menahan desah
"hmmm, gila lo" Bisiknya,
Tak ku hiraukan keluhannya, aku mulai menaikan ritme goyanganku dan itu membuatnya semakin tak karuan
"uhhhh, pelanin dong" erangnya tak tertahan, karena terlalu kencang, dari arah pintu terdengar sebuah teriakan
"woy lagi ngewe siapa lu Van?" dan itu adalah suara Wiya, ketukan semakin kencang, tak kuhiraukan, aku hanya fokus menggenjot vagina Mbak Retno.
10 menit, sudah tidak terdengar suara ketukan, dan fokusku tidak terganggu lagi.
"Ahhh, enak Van" Mbak Retno sepertinya sudah tidak terlalu khawatir, ia mulai lebih rileks menerima serangan di vaginanya, tak luput payudaranya menjadi sasaran lumatanku.
Mbak Retno semakin kacau, hijabnya mulai kusut, dan ia sudah tak memperdulikan suara erangannya, lengguhan panjang menghiasi suasana kamar kostku diiringi playlist yang kuputar untuk menyamarkan suara kami.
"Hhhhh, cepetin lagi Van" Mbak Retno sudah mencapai ujung orgasmenya, dan hisapan vaginanya semakin terasa memijit penisku yang sedang memainkan ritme sedang.
Penetrasi tetap kulanjut dengan tempo sedang, Mbak Retno seperti kurang puas, kedua kakinya mengapitku dan pinggulnya ikut bergoyang untuk mendapatkan sensasi lebih.
"Uhhh aku keluar Van" desahnya panjang, ketika aku tetap menggenjotnya sambil melumat puting miliknya, gigitan kecil menambah sensasi tersendiri baginya, ia mengejang hebat dan semburan hangat mulai membasahi penisku, Mbak Retno akhirnya orgasme.
Aku melambatkan tempoku, dan Mbak Retno seperti kesulitan bernafas, jadi aku melonggarkan tubuhku dari tubuhnya sedikit, penisku masih berada di vaginanya. Tiga menit kami hening dan mengatur nafas, lalu Mbak Retno berkata.
"Pantes Wiya mau, dapet cuan dapet enak juga" kelakarnya padaku, ia mengelusi keringat yang ada pada dadaku dan mulai melumat puting dadaku, aku yang kegelian merespon dengan menggenjotnya lagi dengan tempo yang sedikit kencang, desahan tak tertahanpun keluar dari mulut Mbak Retno
"Ahhhh, geli Van, bentar" ucapnya terbata-bata karena hentakan yang kuberikan cukup mengguncang tubuhnya.
Tidak berselang lama, semburan kedua kembali kurasakan, dan kali ini lebih banyak,
"Hhhhhmmmh, Ahhhh, Revaaaanh" erang Mbak Retno
"Uhhhh Van, bentar Van" pintanya, yang kubalas dengan genjotan yang lebih cepat.
"Ahhhh gila Revaaaanhhh" semburan semakin kencang kurasakan, dan aku memperlambat tempo genjotanku.
"Crrrrhh, Ahhhh, Hnnnngh" desahan dan luapan air vagina Mbak Retno tak mampu ia tahan, ia mendapatkan multi-orgasmenya dan squirt dipermainan pertama kami.
Karena terlalu becek, akupun mencabut penisku, dan membiarkan mbak Retno terkulai lemas dibawahku.
Saat jeda aku mengecek ponselku dan ada pesan dari Wiya
W: "Nanti malem giliran gue ya" tulisnya melalui whatsapp
W: "gua balik lagi jam 6" lanjutnya lagi, kubalas saja oke sayang.
Mbak Retno mulai memulihkan staminanya namun ia berkata
MR: "jangan digenjot lagi Van. Ga sanggup"
R: "Yaudah sepong Mbak"
Iapun menggapai penisku dan mengocoknya dengan lembut sebelum memasukannya kedalam mulutnya, tak bisa dipungkiri ia mahir dalam hal mengulum penis, dan juga cukup telaten, namun Wiya memiliki keistimewaan karena ia bersemangat dalam mengulum penis, sedangkan Mbak Retno hanya mahir, tapi tidak terlihat terlalu antusias.
Pemandangan perempuan sedang mengulum penisku dengan balutan hijab sangatlah indah, meski bukan pertama kalinya namun momen ini selalu kunikmati.
5 menit kuluman Mbak Retno pada penisku, tidak membuahkan hasil, aku masih belum merasa akan keluar, lalu kulepas penisku dari mulut Mbak Retno dan mengocoknya sendiri, Mbak Retno memberi servis lebih dengan memainkan payudaranya dan memilin putingnya sendiri, sungguh menggairahkan, dan akhirnya setelah 10 menit dengan adegan ini, penisku pun memberikan tanda-tanda akan keluar, aku meminta Mbak Retno sekali lagi menyepongku.
Iapun langsung mengulum penisku, tak perlu waktu yang lama, akhirnya aku memuncratkan spermaku di dalam mulut Mbak Retno, ia yang kaget langsung melepasnya, dan semburan terakhir spermaku mengenai wajah mbak Retno. Sungguh Indah!
Bersambung