Ada yang aneh, biasanya di waktu sore seperti ini, rumah terlihat ramai dengan anak-anaknya yang bermain di teras rumah. Tapi ini kenapa terlihat sepi? Dan pintu rumah juga tertutup rapat. Ga mungkin mereka sekeluarga pergi, karena dia sudah meminta saya untuk mengantar air sore ini. Begitu gumam saya dalam hati.
Perkiraan saya benar, karena pintu pagar tidak tergembok, sambil tergopoh memanggul galon, saya melangkah mendekati pintu dan benar saja, pintu depan pun tidak terkunci. "Ah mungkin mereka sedang keluar sebentar." Pikir saya. Maka saya lanjutkan langkah seperti biasanya, menaikan galon ke dispenser di dapur. "Tapi mengapa semua perabot berantakan? Seperti habis di masukin perampok." Tanya saya dalam hati.
Saya jadi was-was takut terjadi apa apa dengan keluarga ini, segera saya letakan galon dan menyelusuri seisi rumah mencoba mencari tahu apa yang terjadi. Di mulai dari ruang tamu, dapur, ruang tivi, ruang makan hingga ke kamar anak serta....degg! Jantung saya berdetak, kaki gemetar dan nafas tersengal ketika membuka pintu kamar mama ica, terlihat binor idaman saya itu tergeletak di kasur lantai samping tempat tidurnya dengan pakaian compang camping dan seisi kamar hancur berantakan seperti kapal pecah.
Kudekati wanita itu, berharap dia baik baik saja, karena kulihat kaosnya tersingkap hingga ke bawah dada, menampakan perutnya yg datar padat dan putih bersih.
Kutampar pelan pipinya yang chubby sambil berbisik, "mama ica!" Hingga yang kedua kalinya, akhirnya mata yang sembab itu terbuka. Tiba tiba terbangun duduk dan memeluk saya erat sambil menangis. Saya biarkan dia menangis dipelukan saya sambil tangan saya mengusap lembut punggungnya, berharap tangisnya segera reda dan menceritakan apa yang telah terjadi.
Tak lama dia bangkit menatap wajah saya dalam dengan mata yang makin sembab tapi sudah tidak terdengar lagi tangisnya. "Kenapa?" Tanya saya. Dia tidak menjawab, lama hanya menatap saya, dan kulihat air mata mulai menitik di ujung kedua matanya. Buru buru saja kukecup lembut keningnya untuk meredam dengan harapan dia tidak kembali menangis lagi.
Benar saja, raut wajahnya terlihat berubah cerah seperti hari terang setelah hujan. Ku lihat pelangi di matanya, kami saling tatap, kucoba tersenyum tipis, dan dia membalas dengan senyuman pula. Entah siapa yang memulai, bibir kamu saling berpagut lembut tidak terlalu dalam. Kurasakan hangat bibirnya, dia makin erat memelukku.
Kembali kami saling tatap, tapi kali ini tatapannya liar, lantas dia merampas kepalaku dan melumat bibirku dengan ganas hingga kami terjatuh tertidur di kasur busa ini. Kubalas lumatannya, tangan kirinya meremas pantat saya dan tangan kanannya melingkar di leher saya. Aku terbawa suasana, kuelus2 perutnya yang seksi dengan terus melumat bibirnya, sesekali terdengar suara becek dari bibir kami. Sebelah tanganku naik ke atas, meremas payudaranya, ohh...terasa padat dan kenyal. Sontak dia meremas pantatku semakin keras. Remasan tanganku turun ke belakang kaosnya mencari kawat pengait BHnya, kusibakan BH cream itu, terlihat seonggok daging kembar yang putih bersih padat menantang dengan puting besar kecoklatan, kujilat lembut dari bawah dada hingga ke ujung puting. "Ughhhh...." dia mendesah sambil mengelus elus rambut saya. Kuhisap puting itu sambil puting sebelahnya ku pelintir pelintir pelan dengan jariku, desahannya semakin cepat dan gerakan tubuhnya jadi liar. Kami berdua begitu menikmatinya berharap lama berakhirnya hingga terdengar suara anak anak dan pintu pagar terbuka.
(Bersambung)
Ini sedikit ilustrasi adegan itu gan