Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

FANTASY Aisha: Istri Pak Haji yang Dilanda Birahi (NO SARA)

Sekali lagi, terima kasih untuk apresiasi para suhu di sini. Sila menikmati sajian segar dari Aisha!



Upside down

Aktivitas di rumah Haji Romlan dimulai sejak sebelum fajar menyingsing. Aisha bangun dari tidurnya dan beranjak ke dapur. Masih dalam balutan daster yang semalam ia kenakan, Aisha menyalakan kompor dan menjerang air. Sudah puluhan tahun rutinitas ini dilakoninya.

Haji Romlan terbangun dari tidurnya saat Aisha telah selesai memasak sarapan. Ia hampiri istrinya yang sedang menyajikan makanan di meja makan. Dengan penuh kelembutan, ia peluk Aisha dari belakang sambil mengucapkan selamat pagi. Wanita paruh baya itu tersenyum. Ia menatap suaminya dengan penuh sayang. Meski Haji Romlan selalu gagal memuaskan birahinya, Aisha tetap bersikap selayaknya seorang istri yang baik.

"Umi udah sembahyang?" tanya Haji Romlan. Aisha menggelengkan kepalanya. Ia selalu menunggu suaminya bangun agar pria itu bisa menunaikan kewajibannya sebagai seorang imam. Haji Romlan melepaskan pelukannya dan menggandeng Aisha ke kamar mandi untuk menyucikan diri.

Matahari telah menampakkan diri saat Haji Romlan dan Aisha selesai beribadah. Keduanya melanjutkan kegiatan pagi itu dengan sarapan. Setelah menandaskan piringnya, Haji Romlan mandi dan bersiap ke toko sembako, sementara Aisha membereskan piring-piring kotor dan mencucinya.

Haji Romlan selesai berpakaian dan melangkah keluar rumah. Ia panaskan mobil tuanya sebelum berangkat bekerja. Pada saat yang sama, Toni membuka gerbang. Ia baru saja menyelesaikan shift malam di fotokopian tempatnya bekerja.

"Selamat pagi Pak Haji. Mau berangkat kerja? sapa Toni berbasa-basi. Badannya lelah karena semalaman bekerja dan satu-satunya hal yang diinginkannya saat ini adalah tidur pulas seharian. Beruntung nanti malam ia tidak masuk kerja karena sekarang sudah masuk musim liburan dan sebagian besar mahasiswa pulang kampung.

"Pagi Toni. Biasa, mesin tua mesti dipanasin dulu sebelum dipake gawe," jawab Haji Romlan ceria. Mood-nya sedang cerah karena kegiatan ranjangnya bersama Aisha, tanpa ia tahu bahwa istrinya itu menahan birahi semalaman.

Aisha keluar dari rumah dan menyodorkan kotak bekal makan siang Haji Romlan. Matanya dan Toni bertatapan sepersekian detik, sebelum Aisha mengalihkan pandangannya ke suaminya.

"Jangan lupa dimakan ya Abi," kata Aisha sambil berusaha bersikap sewajar mungkin di depan Toni dan suaminya. Haji Romlan menerima bekal dari Aisha dan mengecup kening istrinya. Aisha tersipu sekaligus merasakan hatinya agak bergetar, mengingat kemesraan itu dipamerkan di hadapan pemuda yang kemarin sore menggenjotnya.

"Aduh, Pak Haji dan Bu Haji ini. Pagi-pagi udah mesra banget. Saya yang jomblo ini jadi pengen hehe," gurau Toni. Haji Romlan tergelak mendengar perkataan pemuda itu.

"Makanya Ton, buruan...Biar bisa mesra-mesraan begini," timpal Haji Romlan. Pemuda itu hanya tersenyum. Andai saja Pak Haji tahu kalau ia dan istrinya telah berbagi kenikmatan, bukan sekadar kemesraan, batin Toni.

Aisha hanya bisa tersenyum getir. Untuk menutupi rasa bersalahnya, ia bergegas mencium tangan Haji Romlan dan masuk ke rumah. Toni pun berpamitan pada Pak Haji dan masuk ke kamar kosnya. Setelah kepergian keduanya, Haji Romlan masuk ke mobil dan berangkat ke toko sembako.

Aisha menghempaskan pantat semoknya di sofa ruang tamu. Hatinya berkecamuk dalam dilema setelah perjumpaannya dengan Toni pagi ini. Birahinya yang telah ditahan sejak semalam menuntut penyaluran. Namun wajah ceria suaminya saat berangkat kerja membuatnya diliputi rasa bersalah dan dosa.

Ia menghela nafas dengan berat. Bagaimanapun, Haji Romlan telah menjadi suami dan imam yang baik selama puluhan tahun pernikahan mereka. Pikiran Aisha melayang saat Haji Romlan meminangnya. Waktu itu, ia masih berusia 20 tahun. Orangtuanya menjodohkannya dengan Haji Romlan, pria mapan dan taat beragama yang sukses menjadi saudagar sembako.

Aisha mengingat kembali saat Haji Romlan pertama kali datang ke rumahnya. Meski terpaut usia 15 tahun, Aisha langsung terpesona dengan perawakan pria itu. Badannya yang tinggi tegap dan wajahnya yang dihiasi jambang lebat membuat Aisha langsung jatuh hati. Tanpa pikir panjang, ia menerima perjodohan tersebut.

Mahligai pernikahan mereka diawali dengan rasa cinta yang meluap-luap. Setelah setahun menikah, Aisha melahirkan putra sulung mereka. Kemudian putri bungsunya menyusul empat tahun berselang. Dua anak yang manis itu melengkapi kebahagiaan Haji Romlan dan Aisha.

Namun tahun demi tahun berlalu dan Aisha mulai menyadari bahwa ada yang kurang dari kehidupannya sebagai seorang istri. Setiap kali berhubungan badan, wanita itu tidak pernah merasakan kenikmatan seperti yang banyak diceritakan oleh saudara dan tetangga-tetangganya. Puncaknya adalah saat Haji Romlan tidak lagi menjamahnya lima tahun belakangan, sebelum persetubuhan mereka semalam.

Aisha mulai mengeksplorasi film porno dan masturbasi. Gejolak birahinya makin menjadi manakala ia mengetahu tentang seks anal. Perbuatan tabu yang dilarang agamanya itu justru membuatnya penasaran dan nekat menjajal masturbasi di anusnya. Ia teringat saat pertama kali menusukkan jarinya ke dubur. Sensasi asing ketika liang pembuangannya dipenetrasi justru mengantarnya menuju orgasme yang dahsyat.

Fantasinya akhirnya tersalurkan setelah Toni menggenjot anusnya kemarin sore. Kontol besar pemuda itu sukses membobol lubang terlarangnya dan bahkan membuat Aisha orgasme hebat sampai-sampai wanita itu tak sanggup menahan rasa mulas di perutnya. Ia mengingat jelas setiap hujaman kontol Toni di anusnya yang membuatnya terkentut-kentut nikmat.

Mereka ulang adegan perzinahannya dengan Toni membuat Aisha tanpa sadar melebarkan kakinya. Matanya terpejam dan bibirnya mendesah pelan saat jemarinya menggosok klitorisnya yang tertutup jembut tebal. Aroma kewanitaan kuat menguar seiring dengan imajinasi Aisha yang semakin dalam. Jarinya meraba anusnya dan merasakan bahwa lubang itu menjadi sedikit longgar setelah disodok-sodok kontol raksasa anak kosnya. Aisha menusukkan dua jarinya ke anus dan mulai bermasturbasi. Wajah Toni yang berbasa-basi dengan Haji Romlan pagi tadi masih segar di ingatannya.

Aisha mengocok dua jari di lubang pembuangannya, sembari membayangkan seandainya suaminya tahu bahwa ia begitu menikmati seks anal. Benaknya berkelebat liar, mengimajinasikan wajah jijik Haji Romlan saat melihat istrinya orgasme dari anus dan memuntahkan kotoran seperti orang diare.

"Uh...Abi...Umi nakal Abi...Umi istri durhaka," desah Aisha. Kocokan dua jarinya di anus semakin intens. Tangannya yang lain tak tinggal diam dan memainkan klitorisnya. Aisha mendesah semakin kencang saat puncaknya datang.

Payudara 40DD-nya mengencang dan putingnya mengeras. Keringat membasahi dahinya. Tubuh Aisha mengejang dan pantatnya terangkat dari sofa saat klimaks itu akhirnya tergapai.

"Ah...Abi...Bruttt...Bruttt....Bruttt...Uahh," desah Aisha kencang saat ia mencapai klimaksnya diiringi pelepasan kentut dari anusnya. Tubuh Aisha bergetar selama beberapa saat sebelum akhirnya melemas dan terhempas di sofa.

Aisha meraih orgasme pertamanya pagi itu, hanya setengah jam setelah Haji Romlan berangkat bekerja. Namun klimaks itu belum cukup meredakan birahi Bu Haji yang disegani. Memek dan anusnya berkedut-kedut menuntut pemuasan lebih lanjut. Ingin sekali ia menerjang kamar Toni dan menunggangi kontol perkasa pemuda itu.

Ketika Aisha beranjak dari sofa dan berniat menuruti birahinya, suara tukang sayur dari luar rumah menyadarkannya. Aisha menghela nafas dan menata pikiran. Ia benahi pakaiannya yang berantakan lalu mengenakan jilbab. Wanita itu sadar bahwa ia masih seorang istri dan ibu rumah tangga. Kewajibannya tidak boleh dilalaikan. Lagipula, Toni pasti masih tertidur setelah bekerja semalaman, batin Aisha.

Aisha melangkah keluar dari rumah dan menyambangi tukang sayur yang sudah dikerubungi ibu-ibu lainnya. Sebagai istri Haji Romlan, satu-satunya orang di perumahan itu yang telah pergi ke tanah suci, Aisha disambut dengan sapaan ramah dan hormat. Wanita itu tersenyum dan menyebutkan daftar belanjaannya ke tukang sayur. Ia berencana memasak gulai kambing untuk makan malam Haji Romlan.

Setelah menerima belanjaannya, Aisha pulang dan mulai mengolah daging kambing. Pengalamannya bertahun-tahun membuatnya terampil memasak daging kambing yang empuk dan tidak bau. Saat sedang sibuk di dapur, ponsel Aisha tiba-tiba berdering. Ia mencuci tangan dan mengangkat panggilan telepon yang ternyata dari suaminya.

Haji Romlan mengabarkan bahwa malam itu ia akan menginap di rumah kerabatnya. Salah satu familinya ada yang sakit dan karena saudara itu akrab dengannya, Haji Romlan merasa perlu untuk bermalam. Aisha sedikit merajuk saat mendengar hal tersebut. Aisha mengatakan pada suaminya bahwa ia sudah berencana memasak gulai kambing untuk makan malam.

"Aduh, kesukaan Abi tuh. Tapi Abi beneran harus nginep Umi."

"Kalau gitu dagingnya Umi simpan aja ya. Masaknya besok kalau Abi pulang."

"Eh, enggak usah. Masak aja hari ini. Roy katanya pulang. Libur seminggu."

"Wah, akhirnya anakku pulang. Sarah kapa pulangnya, Bi?"

"Kalau Sarah katanya besok. Hari ini dia masih ada praktikum."

Hati Aisha terasa hangat saat mengetahui anak-anaknya akan segera berkumpul di rumah. Setelah saling mengucapkan salam, ia menutup sambungan telepon dan melanjutkan memasak. Dengan penuh semangat wanita itu bertekad akan menyajikan gulai kambing terlezat untuk putra sulungnya.

Roy tiba di rumah tepat sebelum matahari terbenam. Setelah memarkirkan motornya, ia melangkah ke rumah dan mengucap salam. Aisha telah berdiri di pintu menunggunya. Roy mencium tangan Aisha dan wanita itu memberikan kecupan di kedua pipi putranya. Aisha tersenyum saat melihat Roy yang kini berusia 24 tahun telah tumbuh menjadi seorang pria dewasa.

Putranya itu seperti cetakan Haji Romlan saat muda. Badannya tinggi dan tegap serta dihiasi jambang lebat yang membuat wajahnya makin rupawan. Terlebih, Roy kini bekerja di perusahaan besar berskala nasional. Kebanggaannya sebagai seorang ibu membuncah.

Setelah meletakkan barang dan beres-beres, Roy mandi dengan air hangat yang telah disiapkan Aisha. Pemuda itu senang setiap pulang, karena ibunya selalu memperlakukannya dengan penuh kasih sayang. Selesai mandi, Roy bergabung dengan Aisha di meja makan. Di hadapannya tersaji sepiring nasi putih hangat dan gulai kambing yang tampak menggoda.

"Makan yang banyak, Roy."

"Makasih, Umi," jawab Roy dan mulai menyendok makan malamnya.

Masakan Aisha sungguh lezat. Cita rasa kuah gulai yang gurih dengan sedikit pedas merica berpadu dengan daging kambing yang empuk membuat Roy menikmati setiap suapan. Aisha tersenyum melihat putranya makan dengan lahap. Ia tambahkan lebih banyak gulai ke piring Roy yang disambut pemuda itu dengan suka cita. Roy makan sangat lahap dan hampir menghabiskan sepanci gulai.

"Dihabiskan sekalian, Roy."

"Udah, Umi. Kenyang banget."

"Nanti enggak ada yang makan lho. Abi mau nginep di tempat saudaranya."

"Aku udah makan banyak banget Umi. Kasih ke anak kos aja deh."

Aisha mengangguk setuju. Namun beberapa saat kemudian ia sadar bahwa Toni adalah satu-satunya anak kos yang ada. Anak kos yang lain sudah kembali ke tempat asal mereka karena sekarang memang sedang masa liburan. Aisha membayangkan seperti apa reaksi Toni saat melihat Bu Haji yang kemarin digenjotnya mengantarkan makan malam. Roy memandang ibunya yang tiba-tiba termenung dengan penasaran.

"Kenapa Umi?"

"Enggak apa-apa. Umi baru ingat kalau di kos cuma tinggal ada Toni. Itu lho, anak yang kerja di fotokopian dekat kampus."

"Oh gitu. Ini gulainya juga tinggal dikit. Kalau cuma buat satu orang masih cukup."

"Iya, nanti biar Ibu antar ke kamarnya. Kamu istirahat aja."

Setelah menyelesaikan makan malam, Roy kembali ke kamarnya dan beristirahat. Sementara itu, Aisha memindahkan sisa gulai kambing ke mangkok kecil dan menyiapkan sepiring nasi untuk diantarkan ke kamar Toni. Tak lupa, Aisha juga membawa kaos dan celana training Toni yang kemarin ia pinjam. Jantungnya berdebar saat melangkahkan kakinya ke kamar Toni.

"Toni, udah makan belum? Ini ada gulai kambing kalau kamu mau."

Toni membuka pintu dan melihat Aisha berdiri di depan kamarnya sambil membawa nampan berisi gulai kambing dan nasi. Pandangannya beralih ke Aisha yang malam itu tampil sederhana dengan daster hijau gelap dan jilbab hitam.

"Makasih banyak Bu Haji," kata Toni sambil menerima nampan dari Aisha. Ia letakkan nampan itu di meja kamarnya.

"Oh iya, ini kaos dan celana yang Ibu pinjam kemarin," ujar Aisha sambil mengangsurkan pakaian Toni. Pemuda itu menerima pakaiannya sambil tersenyum.

"E-e...Ibu balik dulu ya," kata Aisha hendak beranjak pergi. Namun, tangan Toni menahan pergelangan tangan Aisha. Ia tarik ibu kosnya itu masuk ke kamarnya. Aisha sedikit berontak.

"J-jangan sekarang Ton...Roy lagi di rumah."

Namun Toni mengabaikan penolakan lemah Aisha. Ditariknya istri Haji Romlan itu ke kamar yang menjadi saksi perzinahan mereka. Toni mendudukkan Aisha ke ranjang dan mengambil nampan berisi makan malamnya. Aisha hanya bisa pasrah menerima perlakuan dominan dari Toni.

"Suapin gue," perintah Toni pendek.

Dengan sedikit bergetar, Aisha mengambil alih nampan dari Toni dan memangkunya. Ia ambil sesendok gulai kambing dan menyuapkannya ke Toni. Pemuda itu menerima suapan Aisha dengan rasa puas. Toni merasa di atas angin dengan kepasrahan Aisha. Tangannya bergerak ke payudara jumbo wanita itu dan meremasnya. Aisha yang sedang menyendok nasi terpekik kecil. Batinnya serasa dilecehkan dengan perlakuan Toni.

Namun, birahinya berkata lain. Tubuhnya mulai menikmati perlakuan kurang ajar pemuda itu.

Aisha meneruskan menyuapi Toni sementara pemuda itu asyik menggerayangi susunya. Ia mendesah saat merasakan tangan Toni menurunkan dasternya dan melepas bra-nya. Mulut Toni mencaplok gunung kembar Aisha dan menjilati putingnya. Aisha merasakan dadanya menegang, tetapi ia tetap lanjut menyuapi Toni. Pemuda itu menyantap bergantian gulai kambing gurih dan susu jumbo Aisha sampai makan malamnya selesai.

Aisha meletakkan nampan yang sudah tandas itu ke meja. Tangannya meremas dan mengacak-acak rambut Toni yang semakin beringas mencaplok susunya. Desahan Aisha semakin kuat seiring dengan birahinya yang semakin naik.

"Auh...Ton...nakal banget kamu."

"Tapi lo suka kan perek?" kata Toni sambil menampar berulang payudara Aisha. Wanita itu melenguh dengan perlakuan kasar Toni. Ingatan akan persetubuhan liarnya kemarin sore membuat Aisha lupa dengan anak dan suaminya.

"Oh...iya sayang..."

Mendengar jawaban Aisha, Toni bertindak semakin jauh. Ia ingin melacurkan harga diri Aisha hingga wanita itu sepenuhnya menjadi budaknya. Satu tangan Toni mencekik leher Aisha, membuat mulut wanita itu megap-megap mencari udara. Dengan brutal Toni berulang kali meludahi wajah cantik Aisha yang terbalut jilbab hitam.

Aisha hanya bisa pasrah menerima ludah beraroma gulai di wajah dan mulutnya. Toni mendekatkan mulutnya ke bibir Aisha dan memagutnya kasar, membuat wanita itu semakin kelojotan. Otaknya tak lagi bisa berpikir jernih.

"Juh...Juh...telen ludah gue perek." Aisha dengan patuh menelan ludah Toni yang dibuang ke mulutnya.

Ia serahkan dirinya sepenuhnya untuk pemuda yang bahkan lebih muda dari putranya. Puas melecehkan wajah cantik dan harga diri Aisha, Toni menarik tubuh wanita paruh baya itu ke tengah kasur. Ia posisikan Aisha tengkurap di atas tubuhnya dalam gaya 69. Pantat lebar Aisha yang masih tertutup daster kini berada tepat di depan wajah Toni. Sementara wajah Aisha berhadapan langsung dengan kontol Toni yang menjulang dari balik celana pendeknya.

Aisha bisa mencium aroma kejantanan yang menguar dari balik celana Toni. Ia pelorotkan celana itu dan kontol Toni yang sudah setengah ereksi menghantam wajahnya. Aisha mendekatkan mulutnya ke batang raksasa itu. Ia hirup dalam aroma kejantanan Toni yang memabukkan. Sungguh berbeda dengan penis Haji Romlan yang lembek.

Tanpa diperintah, Aisha meludah ke kontol Toni dan mengulumnya. Lidahnya dengan terampil menjilati urat-urat yang bertonjolan di sepanjang batangnya.

Tak mau kalah, Toni memelorotkan celana dalam Aisha. Memek dan anus Aisha yang tertutup jembut tebal kini tepat di hadapannya. Ia dekatkan hidungnya ke liang vagina Aisha dan menghirup dalam-dalam aroma kewanitaannya. Mulut Toni mengecup dan menyedot klitoris Aisha yang membengkak karena birahi. Lidahnya menusuk vagina ibu dua anak itu dan membuat pemiliknya yang sedang asyik mengulum kontol mendesah.

Aisha semakin tenggelam dalam birahi. Bagian intimnya yang terekspos jelas membuatnya merasa sangat vulgar dan submisif. Secara naluriah, ia gerakkan pantatnya maju mundur mengikuti setiap sapuan lidah Toni.

Anus Aisha berkedut setiap Toni menyedot klitorisnya. Pemuda itu pun memindahkan jilatannya ke lubang pembuangan Aisha. Ia sibak jembut tebal yang menutupi anus Aisha dan mencucukkan lidahnya ke lubang keriput kehitaman itu. Tanpa rasa jijik sedikit pun, lidah Toni menjelajahi rongga anus Aisha dan membuat istri Pak Haji itu melolong.

"Oh...Toni...enak banget bool Ibu...ah".

Toni menyeringai puas dan menusukkan satu jarinya ke anus Aisha dengan mudah. Karena tidak ada perlawanan, Toni menusukkan dua jarinya sekaligus. Ia terkejut mendapati betapa mudahnya dua jarinya membobol anus Aisha.

"Anjing...lower banget bool lo, perek."

"Uh...ini gara-gara kontol kamu, sayang. Kontol kamu bikin bool Ibu lower...auh," pekik Aisha saat merasakan tiga jari Toni memasuki anusnya. Otaknya serasa meleleh saat tiga jari itu mengocok kencang lubang pembuangannya. Perut Aisha bergejolak dengan rasa mulas yang nikmat.

"Prrtt...Brrrtt...Bruttt...Ah," Aisha kini tak malu lagi melepaskan kentutnya. Aroma kuat dari anus Aisha menghantam wajah Toni dan membuat ereksinya semakin keras. Ia semakin intens mengocok tiga jarinya di anus Aisha.

"Bruuuttt....Bruutttt...Auh, enak sayang? Kamu suka kan kalau Ibu kentutin?" tanya Aisha binal sambil menggoyangkan pantatnya. Toni menyeringai dengan kelakuan Aisha yang semakin lacur. Ia ludahi anus wanita alim itu dan menaikkan intensitas kocokannya.

Aisha tak mau kalah dengan keganasan Toni dan balas menyedot dalam kepala kontol pemuda itu. Wanita itu semakin menyorongkan pantatnya ke muka Toni dan dengan sengaja melepaskan kentut ke mulut Toni yang sedang memakan anusnya. Kedua insan yang dimabuk birahi itu tenggelam dalam perbuatan kotor dan tabu, tanpa menyadari adanya sepasang mata yang mengintai dari balik jendela.

Roy tak percaya dengan pemandangan yang tersaji di depan matanya. Awalnya, putra sulung Aisha itu curiga karena ibunya tidak segera kembali setelah mengantarkan makanan untuk anak kos. Ia pun menyusul dan melihat kamar Toni terkunci. Roy hendak berbalik ketika mendengar suara ibunya. Mulanya ia diliputi rasa marah saat melihat Toni dengan cabul menggerayangi payudara Aisha sambil disuapi. Roy hampir saja mendobrak pintu kamar Toni jika saja ia tidak mendengar desahan ibunya. Pemuda itu mengira bahwa ibunya melakukan itu dengan terpaksa, tetapi ekspresi dan desahan Aisha menunjukkan sebaliknya.

Roy semakin terkejut saat melihat Aisha dengan sukarela mengulum kontol Toni dan membiarkan vagina serta anusnya dijilati oleh anak kosnya. Pikiran Roy semakin kacau saat menyaksikan Aisha menikmati perlakuan Toni di duburnya. Ia tak menyangka bahwa ibunya akan membiarkan lubang terlarangnya diperlakukan dengan cabul.

Namun Roy justru menyaksikan Aisha begitu menikmati hal itu. Jantungnya berdegup kencang dan nafasnya terasa berat. Roy merasa marah, cemburu, dan di atas segalanya, birahi.

Buah jatuh tak jauh dari pohonnya. Selain mewarisi perawakan tegap dan tampan Haji Romlan, penis Roy juga pendek dan kecil seperti ayahnya. Pemuda itu merasakan kemaluannya menegang di balik sarungnya saat melihat ekspresi kenikmatan Aisha. Matanya tak berkedip saat menyaksikan ibunya yang sehari-hari tampak alim itu mengentuti wajah Toni sambil mendesah keenakan. Imajinasi liar mulai bangkit dari dalam benak Roy. Ia membayangkan Aisha menduduki mukanya dengan binal dan melepaskan gas buang ke wajah putra sulungnya. Tangan Roy mulai menggenggam erat penis pendeknya. Ia kocok batang mungil itu dengan intens.

Di dalam kamar, Toni dengan beringas menggenjot memek Aisha dalam posisi doggy. Ia tarik kedua tangan Aisha hingga membuat payudara wanita itu semakin membusung. Aisha meraung nikmat merasakan sodokan demi sodokan kontol perkasa Toni mengisi relung kewanitaan yang tidak bisa dijangkau oleh penis kecil Haji Romlan.

"Ahh...enak banget sayang...kontol kamu gede banget. Memek Ibu sesak banget...Ahh."

"Enak mana sama kontol Pak Haji, hah?"

Aisha terdiam mendengar pertanyaan Toni. Ia tak ingin merendahkan martabat suaminya. Namun Toni membenamkan kontolnya dalam-dalam hingga mengecup pintu rahim Aisha dan membuyarkan keraguan wanita itu.

"AHH...KONTOL KAMU LEBIH ENAK SAYANG! KONTOL KAMU LEBIH GEDE!" raung Aisha penuh kenikmatan.

Tubuh Aisha mengejang dilanda orgasme. Bola matanya terbalik saat sentakan klimaks mencapai otaknya dan meluruhkan segala akal sehatnya.

Pada saat bersamaan, Roy yang mengintip dari luar kamar Toni menyemburkan mani untuk ketiga kalinya. Penisnya terasa nyeri, tetapi melihat tubuh seksi ibunya bergetar penuh kepuasan membuat Roy tidak bisa berhenti masturbasi. Hatinya teriris melihat wajah keibuan Aisha berubah 180 derajat saat digenjot Toni. Hilang sudah senyum hangat dan penuh sayang Aisha. Kini Roy tidak bisa lagi melihat ibunya seperti sebelumnya. Wajah Aisha dengan bola mata memutih dan lidah terjulur dalam desah kenikmatan telah terpatri di benak Roy.

Tak terasa air mata mengalir dari kedua mata Roy. Hatinya terasa panas saat menyadari bahwa ibunya telah direnggut darinya. Namun tubuhnya tidak bisa menolak dorongan birahi yang begitu kuat. Roy orgasme untuk keempat kalinya, kurang dari semenit setelah orgsamenya yang ketiga. Penisnya terasa nyeri dan wajahnya basah oleh air mata. Dengan tertatih, ia melangkahkan kakinya kembali ke rumah. Tak sanggup melihat lebih jauh kelakuan bejat Aisha.

Sementara itu, Aisha telah membalikkan badan dan asyik memagut liar bibir Toni. Kedua insan beda usia itu duduk di tengah ranjang dan saling membelitkan lidah. Aisha tak tahu bahwa putra sulungnya menyaksikan perbuatan bejatnya hingga muncrat berkali-kali. Aisha hanya memikirkan kepuasannya. Genjotan Toni di memeknya telah mengantarnya mencapai klimaks. Namun masih ada satu lubang lagi yang menuntut pemuasan.

"Puah...Ahh...Ton...Ibu masih pengen," kata Aisha setelah melepaskan bibirnya dari Toni.

Tanpa berkata-kata, Toni menarik tubuh telanjang Aisha yang hanya ditutup jilbab hitam untuk masuk ke kamar mandi. Ia tahu pasti apa yang diinginkan Aisha. Di kamar mandi, Toni memosisikan Aisha sejajar dengan dinding. Ia arahkan wanita paruh baya itu untuk membalik badannya. Kini, kepala Aisha berada di lantai dengan pantat terangkat tinggi. Dalam posisi ini, Aisha bisa melihat dengan jelas apa yang akan dilakukan Toni di lubang intimnya.



Nafas Aisha memburu saat ia rasakan tubuh pendek dan kurus Toni mengangkanginya. Anusnya berkedut saat kontol jumbo Toni semakin dekat. Ia bisa melihat dengan jelas zakar dan batang kejantanan berurat milik pemuda itu. Toni menyibak anus Aisha yang tertutup jembut dan menggosokkan kepala kontolnya ke lubang keriput itu. Ia sengaja menggoda Aisha.

"Ini yang lo mau kan, perek?"

"Hhh...Iyaah...Iyaahh...Toni."

Toni memundurkan kontolnya dan menundukkan kepalanya. Ia ludahi wajah Aisha yang mengangkang dalam posisi hina.

"Juh...Juh...ngomong yang jelas. Lo mau apa, perek binal?"

"Ah...bool...bool Ibu...e-entot bool Ibu pake kontol gede kamu sayang."

"Juh...Juh...dasar Bu Haji binal...doyan banget main di lobang taik."

Dengan kasar Toni melesakkan tiga jarinya ke anus Aisha. Wanita itu melolong dengan perlakuan kasar Toni di lubang terlarangnya.

"Auh...e-enak sayang...rasanya mulas...tapi enak banget auh...Brutt...Prutt..."

Toni yang sudah tidak tahan pun menyodokkan kontol jumbonya ke anus Aisha. Ia genjot sedalam-dalamnya hingga membuat wanita berjilbab itu meraung penuh kenikmatan. Inilah yang sangat diinginkan Aisha. Genjotan kasar kontol Toni yang membuat anusnya teras penuh dan sesak. Sensasi melilit di perutnya setiap kontol besar itu keluar masuk. Dalam posisinya sekarang, Aisha bisa melihat dengan jelas gerakan kontol Toni yang mengebor pantatnya. Ia merasa martabatnya sebagai istri Haji Romlan sirna seketika. Tak ada lagi Bu Hajjah Aisha, yang tersisa hanya Aisha pecandu anal.

"Uohh...bruttt...iyaahhh....gitu sayangg.... kencengin lagi...prootttt....bikin bool Ibu makin lowerrr," racau Aisha sambil melepaskan kentut dengan penuh kenikmatan. Cairan kekuningan mengalir dari rongga pantatnya yang dihajar habis-habisan oleh Toni. Aroma semerbak memenuhi kamar mandi dan semakin meningkatkan nafsu birahi kedua insan beda usia itu.

Toni menggerung saat ia dengan buas menyodomi Aisha. Nafsunya yang sudah di ubun-ubun membuatnya tak lagi peduli bahwa yang dizinahinya ini adalah istri Haji Romlan. Toni tenggelam dalam kenikmatan jepitan hangat anus Aisha yang tidak henti-hentinya kentut setiap kali ditusuk oleh kontol jumbonya. Ia hentak-hentakkan kejantanannya sedalam mungkin dan membuat anus Aisha yang sudah longgar semakin dol.

Aisha pun meraung menjadi-jadi. Dalam posisi kaki di kepala dan kepala di kaki ini, perutnya berkontraksi ekstra melawan gravitasi. Rasa mulas di perutnya semakin hebat. Ia kocok memeknya untuk menambah kenikmatan ini. Gabungan penetrasi Toni di anusnya dan kocokan jarinya di memeknya membuat klimaks puncak Aisha semakin dekat. Ia tancapkan jarinya dalam-dalam ke memek dan mengejan kuat.

"AUGHH...KELUAR...SAYANG!"

Toni menghentak dalam-dalam kontolnya ke anus Aisha lalu mencabutnya seketika. Ia mundur selangkah dan menyaksikan tubuh Aisha memuntahkan kenikmatan serupa gunung berapi.

"BRUUUOOOOTTTT....BRUOOOOTTTT....SPLOOORRRTTTT PROOOOTTTTTT....SHRRTTTT....PRUOOOTTT."

Aisha melepaskan kentut membahana diiringi semburan dahsyat dari anusnya yang menganga lebar. Kotoran coklat kekuningan menyembur ke dinding kamar mandi Toni. Kuatnya desakan perut Aisha membuat kotoran itu juga menyembur ke paha dan wajahnya sendiri. Perasaan lega setelah buang air besar itu dibarengi dengan muncratan klimaks dari memek Aisha. Istri Haji Romlan itu mencapai langit ke tujuh dan tubuhnya mengejang hebat. Aisha larut dalam gelombang kenikmatan memabukkan yang membuatnya lupa akan statusnya sebagai istri dan wanita terhormat. Saat ini ia hanyalah seorang wanita lacur berlumur kotoran yang dimabuk orgasme.

Toni membiarkan gelombang orgasme Aisha mereda sebelum melesakkan kontolnya yang berlumur kotoran ke memek lacur wanita itu. Tubuh Aisha yang lemas hanya bisa pasrah menerima sodokan brutal Toni. Ia biarkan pemuda itu merojok-rojok memeknya sesuka hati. Toni menggerung penuh kepuasan. Ia benamkan kontolnya ke relung terdalam vagina Aisha dan menembakkan spermanya ke rahim istri Haji Romlan. Aisha merasakan semprotan demi semprotan mani Toni memenuhi rahimnya. Ia mendesah saat akhirnya Toni mencabut kontolnya dan menumpahkan sisa maninya ke wajahnya yang berlumur kotoran.

"Mulai sekarang, lo jadi perek gue, Aisha," kata Toni sambil menyorongkan kontol kotornya ke mulut Aisha. Sambil terpejam, Aisha membuka mulutnya dan mengulum bersih kontol Toni. Ia tak lagi menganggap pemuda itu sebagai anak kosnya, tetapi pria sejati yang memberinya kepuasan lebih dari Haji Romlan.
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd