Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

MISTERI Ajian Raga Sukma - Body Swap (Story + Pic)

edy_zakar91

Suka Semprot
Daftar
15 Mar 2019
Post
15
Like diterima
796
Bimabet
Pagi yang cerah dan indah bagi kita rombongan 5 orang pemuda pemudi kota yang akan melakukan pendakian di Gunung Arjuno, Jawa Timur. Rombongan itu dipimpin oleh Hasan sebagai yang paling berpengalaman diantara kita semua, Ani (istri hasan), Riska (sahabat ani), Totok (doonatur utama), dan saya Haryo sebagai beban tim.

Perkenalkan dulu, nama gue Haryo 26 tahun, tinggi 170, berat badan normal, lulusan universitas ternama di kota S yang sampai saat ini 3 tahun setelah kelulusanku masih belum memiliki pekerjaan tetap dan sehari-hari menjadi beban keluarga. Semenjak masa kuliah hingga sekarang saya punya sahabat yang selalu bisa diandalkan yaitu Hasan dan Totok. Meskipun mereka telah sukses, tetapi mereka tidak pernah merendahkan saya atau meninggalkan persahabatan kita. Totok, yang setelah lulus kuliah, melanjutkan bisnis orangtuanya sebagai juragan SPBU di beberapa kota di Jawa Timur. Hasan, sesaat setelah kelulusan langsung diterima kerja di salah satu BUMN ternama dan baru-baru ini melangsungkan pernikahan dengan Ani salah satu adik tingkat di kuliah kita yang sedikit tomboy.

Hari itu, kita bertiga berkumpul bersama di sebuah kafe bercanda layaknya biasanya. Hingga si Hasan mengusulkan untuk mengajak kita mendaki gunung bersama. Totok sangat antusias dengan ajakan tersebut, dikarenakan selama ini dia memang selalu dimanja orangtuanya dan sekarang ingin mencari pengalaman baru. Sedangkan saya langsung dengan tegas menolak ajakan tersebut dikarenakan memang tidak menyukai kegiatan pendakian. Meskipun ini bukan pengalaman pertamaku mendaki gunung, tapi dari dua pengalamanku mendaki gunung sebelumnya selalu berakhir dengan tidak baik. Pertama cuaca di gunung sangat buruk hingga akhirnya tidak bisa menikmati keindahan alam, kedua kakiku terkilir akibat melewati sungai yang berlumut yang memaksaku gagal melanjutkan perjalanan hingga puncak.

Namun kondisi berubah semenjak Hasan mengatakan bahwa ia akan mengajak pula istrinya Ani dan juga akan mengajak Riska sahabat Ani. Seketika aku langsung teringat dengan sesosok bidadari cantik yang selalu mengenakan hijab dan menjadi idola seluruh pria dikampus waktu itu. Aku tak menyangka bahwa akan ada kesempatan bagiku untuk bertemu dengan Riska lagi dan memiliki kesempatan untuk mendekati dia momen ini. Ditambah lagi si Ani istri Hasan yang juga sebenarnya memiliki paras yang cantik khas orang jawa, namun selama ini tertutupi oleh penampilannya yang sedikit tomboy dikampus. Tanpa pikir panjang saya pun menyetujui ajakan Hasan untuk mendaki dan kemudian kita bertiga mempersiapkan segala kebutuhan kita selama pendakian.

Hari yang ditunggu-tunggu pun tiba, kita semua berkumpul di rumah Hasan. Kita sepakat untuk berkumpul pukul 6 pagi, namun saya sedikit telat saat itu.
Hasan: "ah dasar kamu har, telat mulu kerjaannya!"
Totok: "kebanyakan coli sih lu, makanya bangunnya kesiangan. Haha"
Saya: "ah sialan, gue telat y gara-gara siapin perabot kita mendaki ntar. Dikira g susah apa packingnya!"
Ani: "udah-udah jangan ribut, mas Haryo masukin aja dulu tasnya ke dalam mobil, trus minum kopinya dulu sambil nunggu si Riska datang"

Benar juga pikirku, setelah kuamati memang hanya Riska yang belum terlihat. Akhirnya kita menghabiskan waktu menikmati secangkir kopi buatan Ani sambil bercanda masa lalu kita. Dalam hati aku nggak menyangka kalau Ani yang dulu Tomboy sekarang bisa menjadi seorang istri yang cantik khas orang jawa.



-Gambaran Wajah Ani-

"Maaf semuanya, aku telat datengnya. Rumah kak Hasan jauh banget, supir mobil onlinenya td sempet nyasar juga, Maaf yaa!!" Ujar seorang gadis berjilbab yang dengan senyumnya yang manis.
 
"Udah gpp Riska yang penting sekarang kamu udah datang, yuk duduk dulu sebentar kita isi energi trus berangkat" ujar Ani sambil bangkit dari duduknya dan merangkul Riska dengan ramah.

Satu per satu setiap orang telah menyapa Riska dan mulai mengobrol dengannya. Hanya aku yang hanya bisa diam terbengong memandang kecantikan bidadari dunia ini. Sungguh lukisan yang tak ternilai harganya, dengan wajah yang sangat cantik, dibalut kerudung berwarna hitam, baju berwarna abu-abu tampak begitu indah dan sempurna dia kenakan. Tercetak jelas dalam anganku bagaimana bentuk body nya yang aduhai.



-Gambaran Wajah Riska-

"Woy, bengong aja!! Pasti mikir mesum lu ya? Ayo bangun kita berangkat" ujar Totok disambut bahak tawa yang lainnya.

Singkat cerita akhirnya kita akhirnya kita telah berada di tengah hutan dalam upaya mencapai puncak gunung Arjuno. Perjalanan kali ini tidaklah mudah dikarenakan banyak dari kita tidak berpengalaman dan memiliki stamina yang kurang. Secara bergantian Riska, Ani dan Totok meminta untuk beristirahat hingga menghabiskan hampir seluruh persediaan minum kita.

Tak disangka disaat kita beristirahat Riska dan Ani tiba-tiba menjerit. Mereka panik karena terdapat beberapa lintah yang menempel di kaki mereka. Riska semakin panik, ternyata dia memiliki alergi terhadap lintah, sehingga membuat area kakinya terasa gatal yang menyengat dan menyebar dengan cepat. Dengan sigap Hasan dan saya pun menghampiri mereka siap memberikan pertolongan pertama. Untung saja dengan persiapan matang saya telah membawa obat untuk mengantisipasi hal ini. Dengan sedikit garam saya taburkan ke lintah itu dapat membuat gigitan lintah terlepas. Khusus ke Riska saya memberinya obat anti alergi dan salep pereda gatal.

Beruntungnya aku, ternyata Riska meminta tolong untuk mengoles salep tersebut ke kakinya karena dia takut dengan darah. Perlahan Riska mengangkat celananya hingga terlihat betisnya. "Anjiir, kaki dan betis nih anak mulus dan putih banget" dalam hati aku berguman. Dengan lembut akupun mengoles salep tersebut ke kaki dan betis Riska. Sungguh hatiku bergejolak menahan konak diselangkangan. Hanya dengan memegang kaki aja udh bisa sesange ini, gimana kalau pegang yang lain?? Segera kutenangkan diri dan memberikan pertolongan ke Riska, dengan sedikit harapan dia akan melihat ketulusanku membantunya.

"Terima kasih ya mas Haryo" ujar Riska dengan tatapan penuh terima kasih dan senyum yang sangat manis.
"Sama-sama Riska, udah sewajarnya di kondisi sekarang kita saling membantu" ucapku dengan nada sekeren mungkin. Namun dalam hatiku, seolah seluruh tulangku meleleh hanya dengan melihat senyumnya itu.

Perjalanan pun kita lanjutkan kembali ketika Riska sudah merasa lebih baik. Beberapa jam kita berjalan cuaca mendadak berubah dari yang semula cerah menjadi mendung dan angin yang sangat kencang. Sesuatu yang aneh dikarenakan saat ini merupakan musim panas dan sudah lama tidak hujan. Kita berlima merasakan hawa misterius yang membuat bulu kuduk merinding. Dengan insting kita, semua berjalan dengan lebih cepat menuju pos pemberhentian terdekat dengan harapan bertemu dengan penjaga atau pendaki lain. Namun nahas, hujan turun dengan cepat dan begitu derasnya. Langkah kita terhenti dikarenakan akan melewati tebing yang sempit dan jurang yang begitu dalam. Hasan sebagai pemimpin berjalan paling depan sempat ragu untuk melanjutkan perjalanan. Namun dikarenakan kondisi yang buruk dan jalan untuk kembali terlalu berbahaya saya pun memaksa Hasan untuk terus melanjutkan perjalanan.
 
Dengan perlahan kita melalui jalanan sempit di lereng itu. Tiba-tiba tanah yang kita lalui bergetar, bebatuan mulai berjatuhan dari atas tebing. Saya yang berjalan paling belakang untuk menutup barisan berteriak pada semuanya untuk berlari kedepan dan menjauh dari tebing ini. Namun sial bagiku tidak bisa berlari lebih kencang karena terhambat oleh Riska yang berada di barisan keempat ternyata tidak bisa berlari dengan kencang. Tanah yang kita pijak pun semakin jatuh dan longsor kebawah. Beruntung disaat terakhir saya sempat mendorong Riska dan dengan sigap ditangkap oleh Totok. Akupun terjatuh kebawah bergulung bersamaan dengan jatuhnya tanah dan bebatuan. Saat itu aku merasa inilah akhir dari hidupku, namun aku tak menyesalinya karena aku bisa menyelamatkan nyawa dari bidadari yang teramat indah itu.

...........

Pandanganku gelap, badanku terasa berat oleh bebatuan yang menimpaku. Tak tahu udah berapa lama aku tak sadarkan diri, perlahan aku mulai mengembalikan kesadaranku. Sedikit demi sedikit aku mulai merangkak keluar dari kuburan tanah yang menyelimutiku dan akhirnya terlihat secercah cahaya matahari. Beruntung aku masih hidup, lapisan tanah yang menguburku tidak terlalu dalam dan masih memberikan rongga udara buatku bernafas. Tak jauh dari tempatku terbaring ada sebuah batu besar, dalam hati aku berkata "kalau sampai batu ini menimpaku, aku pasti sudah mati".

Kukumpulkan tenagaku dan segera beranjak dari tempatku. Aku berjalan tanpa arah tak tau harus melangkah kearah mana hanya instingku mengatakan aku harus mencari sungai dan mengikuti arah arus sungai itu. Hujan pun turun lagi semakin deras. Akupun terus berjalan menyusuri sungai hingga akhirnya aku menemukan sebuah gua untuk berteduh.

Tampak kuamati keadaan gua ini cukup lama usianya dan terdapat jejak kehidupan manusia sebelumnya di tempat ini. Semakin aku mencoba masuk kedalam gua, terukir banyak gambar-gambar dan tulisan aksara jawa kuno. Akhirnya tiba dibagian terdalam gua, diterangi oleh sedikit cahaya matahari yang samar-samar masuk melalui celah batu diatap gua, aku melihat sebuah altar tempat bertapa. Disekitarnya terlihat beberapa barang peninggalan pertapa tersebut namun telah rusak diterpa waktu. Dengan rasa penasaran aku mencoba mencari barang-barang yang masih tersisa dengan harapan mungkin ada sesuatu yang bisa aku gunakan untuk bertahan hidup di hutan ini.

Nampaknya tidak banyak benda yang bisa aku gunakan dari peninggalan ini. Namun mataku tertuju terhadap sebuah buku cukup tebal dengan bahan dari kulit hewan. Segera kuambil buku itu dan mencoba melihat kondisinya. Tampak buku tersebut ditulis dengan aksara jawa yang masih tercetak dengan jelas dibagian sampulnya. "Sebaiknya aku membawa buku ini, bisa jadi ini adalah harta peninggalan nasional dan memiliki nilai jual tinggi" pikirku saat itu.

Aku pun mencoba membuka buku tersebut, seketika perubahan aneh terjadi di gua tersebut. Angin terasa begitu kencang dan sebuah cahaya yang sangat terang terasa menghantamku hingga akhirnya membuatku kembali tak sadarkan diri.

Sesuatu yang aneh terjadi, saat ini aku merasa sedang melayang, namun aku melihat seseorang yang sangat mirip denganku sedang tergeletak didepanku. Akal sehatku langsung berfikir, "Apakah aku sudah mati? Apakah jasad yang tergeletak itu tubuhku? Apakah sekarang ini aku menjadi arwah gentayangan?". Beragam pertanyaan muncul dikepalaku tanpa menemukan jawaban apapun.

Perlahan suasana di dalam gua itu terasa semakin ramai, terdengar beberapa percakapan dari sesuatu yang tidak kuketahui. Hingga akhirnya muncul didepanku beberapa sosok penunggu gua dengan beragam bentuknya yang datang kearahku. Beberapa diantara mereka berusaha berkomunikasi denganku, beberapa lainnya melakukan penganiayaan padaku dengan ilmu mereka masing-masing. Namun anehnya aku hanya merasakan sedikit rasa sakit dari serangan tersebut. Aku diseret kesebuah perkampungan dimana terdapat banyak jin yang tinggal disana. Aku diikat dan dianiaya oleh mereka semua.
 
Ntah berapa lama aku berada di kampung itu. Rasa sakit dari penganaiyaan itu yang semula hanya sedikit, kini terasa begitu menyakitkan. Setiap siksaan dari mereka membuatku semakin putus asa dan ingin mati kembali. Hingga akhirnya muncul sesosok pria tua dengan beberapa pengawalnya datang menemuiku. Dari penampilan dan sikap penduduk kampung tersebut dapat kuketahui bahwa pria tua ini adalah pemimpin kelompok Jin ini.

"Rasakan penderitaan ini, jika kau mampu bertahan dari rasa sakit paling pedih, maka kelak kau akan menjadi orang paling berkuasa" Ujar pria tua tersebut.

Sesaat kemudian pria tua tersebut tampak sedang merapalkan mantra dan memasang kuda-kuda bersiap melakukan serangan. Sebuah bola cahaya terang muncul diantara tangannya, kemudian diarahkan padaku.

"Aaaaaarrrghhhh..... Haaaaaaaa..... Haaaaa!!!!" Pandanganku kabur, seluruh tubuhku terasa terbakar, tulangku terasa remuk, rasa sakit yang begitu dasyat hingga akhirnya aku kehilangan kesadaranku.

Dalam gelapnya pandanganku pada saat itu, entah kenapa tiba-tiba dalam benakku muncul sesosok bidadari bersayap yang datang menghampiriku. Ternyata itu adalah Riska, gadis yang selalu kuimpi-impikan. Dia hanya menatapku dengan matanya yang sayu dan senyumnya yang begitu manis. Seketika aku tersadar bahwa aku gak boleh mati disini, aku punya seseorang yang harus kukejar, aku gak akan bisa tenang sebelum menyatakan perasaanku padanya.

"Selamat anak muda, kamu telah lulus dari ujian penderitaan terdalam. Kembalilah keduniamu, pelajarilah kitab peninggalanku dan raih kejayaanmu" ucap kakek tua itu dan seketika aku telah kembali ke gua itu lagi melihat jasadku yang masih tergeletak.

Tiba-tiba sesosok Jin wanita yang cukup cantik menggenggam tanganku dan menarikku terbang keluar dari gua. Matahari pagi bersinar hangat. Nampaknya jin ini mau menunjukkan sesuatu kepadaku. Dan benar saja tak jauh dari gua tempatku tak sadarkan diri, terlihat temanku Hasan dan Totok beserta beberapa orang dari Tim SAR sedang mencariku.

Segera aku ditarik kembali ke jasadku berada, dan sosok jin perempuan inipun memberikan isyarat padaku untuk masuk kedalam jasadku.

"Terima kasih atas kebaikan kamu. Bolehkan saya mengetahui nama kamu?" Tanyaku pada jin itu.
Dengan sedikit ragu jin itu pun menjawab "panggil saja namaku Gayatri"
"Saya punya sebuah permohonan padamu, setelah saya kembali memasuki jasadku, maukah kamu mengikutiku dan membantuku dalam mempelajari ilmu dari tetua desa?" Ujarku dengan percaya diri, karena memang aku merasa bahwa jin ini tertarik padaku.
"Aku akan melakukannya, menjadi pengikutmu! Karena memang itu adalah tugas yang diberikan padaku oleh tetua desa." Jawaban yang sangat mengagetkan dan membahagiakan darinya

Akupun segera masuk kembali ke jasadku. Setelah tersadar aku segera bangkit membawa buku itu dan keluar dari gua untuk segera menemui orang-orang yang mencariku. Namun terasa tubuhku sangat lemas dan tak bertenaga. Entah sudah berapa lama jasad ini tidak makan dan minum.

"Haaryoooo, Haryooo..." Terdengar suara orang berteriak namaku dari kejauhan
Sekuat tenaga aku berusaha menjawab panggilan itu. Hingga akhirnya aku melihat sosok yang sangat familiar bagiku.

"Hasan.. Totok.. aku disini! Tolong sayaa" teriakku pada mereka ketika aku telah melihat mereka
Segera mereka berlari kearahku dan memelukku. Dengan sangat khawatir mereka menanyakan keadaanku.
"Aku gpp, badanku sehat! Aku cuma laper, traktir Hanamasa ya abis ini, saya mau makan sepuasnyaa" ucapku dengan tersenyum.
"Dasar kamu ini, otaknya klo g mesum y makan doang isinya" celetuk si Totok.
"Sudah, ntar dikota gue traktir. Yang penting sekarang km selamat. Nih sedikit minum dan makanan buat ganjel perutmu!" Ujar Hasan yang emang paling dewasa diantara kita.
 
Singkat cerita sesudah menyelesaikan urusan administrasi dengan Tim SAR, kita bertiga pun pamit untuk pulang. Aku diajak oleh kedua temanku itu kesebuah hotel yang cukup megah di sekitar wilayah Prigen. Kedatanganku disambut dengan tangisan kebahagiaan dari Nia dan Riska. Sesuatu yang tak terduga mereka berdua bahkan memelukku dengan erat seolah mereka telah menantikan kedatanganku. Gesekan tubuh mereka membuatku dapat merasakan dada Riska yang cukup besar menempel di lengan kananku dan Nia yang memang selama ini tocil di lengan kiriku. Aku tak sanggup mengendalikan diri, hanya dengan gesekan dada mereka membuatku semakin lemas dan tiba-tiba aku terduduk tak tahan melawan fantasiku yang begitu liar dikepala.

"Lu kenapa? Gara-gara dipeluk cewek doang lu udah lemes gini ah" ucap Totok yang emang kalau ngomong suka bener. :D
"Gue lapeeer nyet monyet! Dari kita pisah waktu itu aku belum makan sama sekali" jawabku ke Totok
"Hah, udah hampir 5 hari kamu hilang dan belum makan? Hebat banget kamu bisa bertahan selama itu. Udah sekarang kita pesan makan dulu terus kamu istirahat" ujar nia dengan keibuan.

Singkat cerita sekarang aku udah didalam kamar hotel, dengan rasa kantuk yang teramat sangat. Sempat kulihat jam saat ini menunjukkan pukul 11 siang. Tak terasa aku telah tertidur 10jam, tepat pukul 9 malam aku terbangun dari tidurku karena rasa lapar yang teramat sangat. Akupun menelepon receptionist hotel untuk segera mengirim makanan kekamarku. Sempat terfikir olehku untuk keluar kamar menyapa teman-temanku, tapi aku mengurungkan niatku karena aku merasa badanku masih sakit semua dan ingin segera tidur lagi setelah makan.

Sambil menunggu pesananku tiba, aku teringat akan buku yang aku bawa tadi. Kuambil buku itu dari dalam tasku dan mencoba untuk membacanya. Aneh rasanya, padahal buku ini ditulis dengan aksara jawa kuno yang harusnya aku tak bisa membacanya, namun entah kenapa kali ini aku bisa membacanya dengan lancar.

"AJIAN ROGO SUKMO" judul dari buku ini

Halaman awal buku ini menjelaskan bahwa manusia bisa menjadi lebih sakti dengan melepas raga dari jasadnya. Sesuatu yang tidak asing lagi bagiku, karena aku telah merasakannya di dalam hutan itu. Selanjutnya buku itu pun menuliskan hapalan mantra yang harus diucapkan beserta sarat-saratnya agar raga bisa keluar dari tubuh.

"Hoomm$&;(+_#';;'###;((&;;_$:!(?;/"$'@':...." Akupun mencoba merapalkan mantra sesuai petunjuk buku itu. Namun tidak ada reaksi apapun.

"Aah buku bodoh, bisa-bisanya aku dibohongi dengan mantra-mantra g jelas begini" ucapku dengan jengkel.

Bel kamar pun berbunyi, makananku telah datang. Akupun melempar buku itu dan segera melahap makanan itu. Tak sampai 10 menit, dua porsi makanan yang kupesan itu pun telah habis. Aku beranjak ke kasurku lagi dan bersiap untuk melanjutkan tidurku yang tertunda.

Sesuatu yang aneh terjadi, aku terbangun dari tidurku dan merasakan sesuatu yang aneh ditubuhku. Kulihat tangan dan seluruh tubuhku terlihat putih memucat dan transparan. Lebih terkejut lagi ternyata jasadku masih tertidur dengan dengkuran halus.

Aku pun menyadari bahwa ini pasti merupakan efek dari mantra yang telah aku baca sebelum tidur tadi. Kutengok jam di kamar masih menunjukkan pukul 10 malam. Akupun bangkit dan penasaran dengan apa yang bisa aku lakukan dengan wujud seperti ini.

Aku bangkit dan terbang menembus tembok menuju kamar Totok yang berada tepat disebelah kiri kamarku. Aku penasaran dengan apa yang dia lakukan setelah seharian lelah mencari keberadaanku di hutan. Namun ternyata aku tak menemukan sosoknya dimanapun di kamar itu. Akupun kembali ke kamarku dan ternyata Totok baru masuk kedalam kamarku, terlihat sedang mengamati kondisiku. "Sungguh kamu teman sejatiku, bahkan sampai memperhatikanku dengan tulus" gumamku dalam hati terhadap sikap Totok padaku.
 
Muncul rasa penasaran dengan apa yang dilakukan Hasan yang tidur di kamar sebelah kananku, dan tentu aku penasaran pula dengan aktivitas bidadariku Riska yang tidur dikamar sebelah Hasan. Segera aku meninggalkan Totok yang saat ini terlihat sibuk merapikan piring sisa makanan dikamarku dan menembus tembok kamar Hasan.

"Oh yeah sayang, kontolmu enak banget! Keras banget sih sayang kontolmu hari ini" ucap Ani.
"Iya sayang, udah beberapa hari kita menunda ML karena kita sama-sama khawatir keadaan Haryo! Sekarang Haryo udah aman, kontolku jadi semakin kangen dengan memekmu yang sempit ini" balas Hasan kepada Ani.
"Kita ganti posisi ya sayang, sekarang ganti kamu yang sodok aku dari belakang. Tapi sebelumnya aku mau aku mau kenyotin kontol km lagi" Ucap Ani dengan manjanya.
"Sluuurp.... sluuurp... Sluurrrrp..." Suara sepongan Ani ke kontol Hasan.
Sungguh pemandangan yang begitu mendebarkan melihat adegan seks secara langsung, apalagi pemerannya adalah sahabat sendiri. Sesuai dugaanku, Ani yang memang tomboy sangatlah liar di ranjang. Saat awal aku melihat mereka, Ani sedang menduduki Hasan dengan posisi WOT dengan goyangannya yang sangat kencang dan liar. Saat akan berganti posisi pun dengan rakus dan tanpa jijik Ani mengulum kontol Hasan yang telah bercampur cairan kewanitaannya. Hingga akhirnya mereka mengubah ke posisi doggy style, dimana ini mungkin merupakan posisi favorit Ani, dikarenakan erangannya yang menjadi lebih kencang dari sebelumnya.

Beberapa saat aku melihat mereka dengan posisi itu, terlihat Ani melenguh sangat kencang dan panjang menandakan orgasmenya yang telah tiba saat disodok oleh kontol Hasan yang tidak begitu besar namun terlihat sangat keras. Badan Ani mengejang keras sambil dia mencoba meremas payudaranya sendiri yang tidak begitu besar untuk menambah sensasi nikmat yang dia peroleh. Tidak cukup sampai disitu ternyata mereka masih akan melanjutkan kegiatan itu ke ronde ke-2.

Teringat olehku bahwa ini bukan tujuan utamaku. "Aku harus ke kamar Riska dan melihat apa yang sedang dia lakukan saat ini" ujarku sambil bangkit dan meninggalkan sahabatku Hasan. Tak lupa sebelum meninggalkan mereka, aku mengucapkan terima kasih atas pemandangan yang indah ini.
 
Suara gemericik air terdengar dari kamar yang terlihat kosong ini. Terdengar nyanyian lirih dari seseorang di kamar mandi. "Sungguh beruntungnya aku, saat ini Riska pasti sedang mandi! Aku harus melihatnya sekarang juga" ucapku sambil melayang terbang ke arah kamar mandi.

Wooooow, pemandangan yang luar biasa indah. Jantungku hampir copot dibuatnya. Sesosok gadis yang selama ini kuidam-idamkan saat ini terlihat sedang membersihkan sisa-sisa sabun yang menempel ditubuhnya. Badan Riska sungguh seksi, tidak terlalu kurus dan tidak gemuk. Tak terlihat tumpukan lemak perutnya. Pantatnya terlihat padat dan mulus tanpa cacat sedikitpun. Dan yang paling menarik perhatianku adalah payudaranya cukup besar untuk ukuran tubuhnya. Meskipun begitu payudara itu tidaklah kendur, melainkan bulat dan padat. Selain itu payudaranya nampak semakin sempurna dengan warnanya yang begitu putih dengan terlihat sedikit urat-urat pembuluh darahnya. Putingnya pun terlihat kecil dan menonjol diimbangi aerola yang kecil pula.

Kuamati Riska lebih detail lagi, ternyata dia termasuk cewek yang cukup rajin memotong bulu kemaluannya. Terlihat memeknya gundul tanpa sehelai rambutpun. Dari penampakannya aku pun yakin bahwa ini bukanlah hasil cukur menggunakan alat cukur, namun menggunakan waxing, karena benar-benar tanpa sisa sedikitpun. Terlihat belahan memek Riska yang tembem dan berwarna sama dengan kulit tubuhnya. Sungguh berbeda dengan kebanyakan wanita di Indonesia yang mayoritas memiliki memek yang lebih hitam dari kulit tubuhnya. Tak kusangka Riska memiliki tanda lahir berupa dua titik tahi lalat kecil namun terlihat dengan jelas yang terletak tepat diatas belahan memeknya sebelah kanan dan kiri. Biasanya kalau kata orang, tahi lalat di area selangkangan gitu menandakan kalau orang tersebut memiliki nafsu yang besar.

Riska pun mengakhiri kegiatan mandinya dan mulai memasang handuk melingkar ditubuhnya. Aku mengikuti semua kegiatanny hingga akhirnya dengan menggunakan babydoll yang cukup sopan namun seksi, Riska merebahkan dirinya diatas kasur hotel.

Aku pun iseng dan penasaran apakah aku bisa menyentuhnya dengan wujud ini. Kucoba mendekati Riska yang saat itu sedang asik dengan instagram di HPnya. Kuarahkan tanganku kearah payudaranya secara perlahan. Jantung berdebar dengan cepat, seakan khawatir Riska dapat merasakan sentuhanku dan ketakutan dengan sentuhan yang aku berikan.

"Wuuzzzhh" tanganku lewat begitu saja menembus ke dada Riska. Berkali-kali aku mencoba tetap saja aku tak bisa merasakan payudara itu, bahkan Riska pun bersikap biasa saja seolah tak terjadi apa-apa.

Tok.. tok.. tok..
Seseorang tiba-tiba mengetuk pintu kamar Riska.
"Siapa orang ini, malam-malam mengetuk kamar Riska" ucapku dalam hati.

Riska pun bangkit berjalan untuk membukakan pintu tersebut. Tak disangka orang itu adalah Totok. Dia terlihat lebih rapi daripada sesaat aku melihatnya terakhir kali dikamarku. Rambutnya masih sedikit basah menandakan bahwa ia baru saja selesai mandi.

Totok: "Riska apa aku mengganggumu?"
Riska: "Tidak, silahkan masuk mas, ada apa ya?"
Totok: "Aku tidak bisa tidur, setelah banyak peristiwa besar pada kita akhir-akhir ini"
Riska: "iya mas, riska bisa memahami kok. Hilangnya mas Haryo waktu itu pasti bikin cemas, apalagi persahabatan kalian sangat erat."
Totok: "kamu benar dan syukurlah sekarang haryo udah kembali. Mungkin dia kelelahan, saat ini dia masih tertidur sangat nyenyak dikamarnya. Tapi kejadian kemarin, dimana aku menembak dan menyatakan cintaku padamu, apakah benar kamu mau menerimaku jadi pacarmu? Sampai saat ini aku masih nggak percaya bahwa kamu menerima cintaku. Aku selalu kepikiran hal ini sampai-sampai g bisa tidur"
Riska: "iya mas, aku beneran menerima cintamu mas! Meskipun kita sebelumnya belum terlalu dekat, tapi riska merasa diumur Riska yang sekarang perlu rasanya riska untuk mencari jodoh. Dan sejauh yang kutahu mas Totok itu orang yang baik dan perhatian, jadi Riska tanpa ragu menerima kamu mas"
 
Percakapan itu sungguh mengagetkanku. Aku tak percaya bahwa Totok telah merebut Riska dariku. Namun aku tak bisa sepenuhnya menyalahkan Totok, karena akupun belum pernah menyatakan perasaanku ke Riska. Waktu pun berlalu hanya dengan umpatan dan penyesalan pada diriku sendiri karena telah menjadi orang tak berguna dan tak memiliki keberanian mengungkapkan perasaanku kepada Riska. Hingga akhirnya sebuah kejadian membuyarkan lamunanku. Kini kulihat Riska dan Totok tengah berciuman dengan mesrahnya.

Totok: "Mmuaach aku cinta padamu Riska"
Riska: "iya mas aku juga! Jangan tinggalin Riska y mas"
Totok: "mas akan setia dan gak akan pernah meninggalkanmu!"

Ciuman itu pun semakin mesrah dan memanas. Tangan kiri Totok semakin berani dengan mulai memeluk Riska. Tak cukup disitu tangan kanan Totok pun perlahan memegang payudara Riska dan meremasnya perlahan. Tak terlihat adanya penolakan dari Riska. Hanya desahan dan erangan yang terdengar dari mulutnya.

"Kita pindah ke kasur aja ya dek" ujar totok dan dijawab Riska dengan anggunkan lembut. Adegan pun semakin memanas ketika mereka diatas kasur. Sambil tetap berciuman dengan berani perlahan Totok mulai melucuti pakaian Riska. Payudara yang sebelumnya hanya aku yang bisa melihat, kini tengah dalam genggaman sahabatku. Perlahan ciuman totok pun bergeser dari mulut menuju ke telinga dan leher Riska yang membuatnya semakin mendesah tak karuan. Erangan Riska terdengar semakin kencang ketika bibir Totok telah mencapai payudaranya dan mulai memainkan lidahnya di puting Riska yang pink dan mungil. Tak cukup disitu, tangan Totok pun bekerja sambil berusaha melucuti celana yang dikenakan Riska.

Sungguh perasaan yang menyakitkan. Pemandangan yang sangat tidak ingin kulihat. Rasa amarah dan cemburuku telah memuncak namun tak bisa kulampiaskan. "Aku harus merelakan Riska. Aku mengaku kalah, aku yakin Totok akan menjadi pria yang terbaik baginya." Tak sanggup lagi aku melanjutkan melihat pemandangan ini. Pemandangan yang menyakitkan namun anehnya Penisku menegang dengan sangat keras seolah ingin ikut serta dalam aktivitas itu.

Aku berniat untuk meninggalkan mereka berdua dan ingin kembali ke jasadku yang sedang tertidur. Untuk yang terakhir kalinya, sebagai salam perpisahan ingin sekali rasanya aku mencium Riska dan mendoakan kebaikan buatnya. Disaat Totok sedang sibuk memainkan payudara Riska dengan mulutnya, perlahan aku mendekati wajah Riska. Kubisikkan segala doa yang baik di dekat telinganya, meskipun aku mengetahui dia tidak akan bisa mendengarku. Terakhir aku pun memandang wajahnya dengan lembut, mengenang segala kecantikannya sebelum kutinggalkan, dan akhirnya aku pun mencoba menyentuhkan bibirku dengan bibirnya.

Tidak seperti sebelumnya ciuman di bibir ini terasa begitu nyata bagiku. Aku bisa merasakan empuk dan basahnya bibir Riska. Sebuah cahaya putih muncul dari bibir kita, menyebar hingga aku tak bisa melihat. Untuk beberapa saat aku tak bisa melihat apapun, hanya warna putih yang menyelimutiku dan perlahan menjadi hitam.

"Degh.. sensasi apa ini? Kenapa dadaku terasa geli? Kenapa juga selangkanganku terasa lembab dan sensitif?" Kucoba mengembalikan kesadaranku dan mencari tau sensasi yang kurasakan saat ini.

Perlahan aku bisa melihat kembali. Kulihat saat ini Totok berada di bawahku sedang menjilati dadaku. Aku sangat terkejut, ingin kuhajar dia karena biar bagaimanapun aku ini pria normal. Namun anehnya aku tak bisa mengontrol tubuhku.

Kucoba menenangkan diri dan mengamati keadaan yang terjadi saat ini.
"Degh, ini bukan tubuhku!! Ini badan Riska dan saat ini yang mengontrol tubuh ini adalah Riska sendiri". Aku menyadari saat ini aku hanya roh yang terdampar di jasad orang lain tanpa bisa melakukan apapun. Aku bisa melihat apa yang Riska lihat dan aku pun bisa merasakan apa yang Riska rasakan tanpa aku bisa melawan atau mengontrolnya.
 
Totok pun menjadi semakin bersemangat. Dia mencoba memberikan oral pada Riska.
"Pzzzttt... Ouuuh rasanya seperti tersetrum listrik tapi sangat enak! Anjir, jadi begini ya rasa jadi cewek ketika dioral" pikirku dalam hati.
Tak disangka Riska menghentikan aktivitas Totok dan menariknya keatas. Seolah paham dengan isyarat Riska, Totok pun melepas seluruh bajunya hingga terlihat penisnya yang kecil telah menegang dengan sempurna.

Jijik sekali rasanya melihat pemandangan ini. Tak pernah sedikitpun terbayang akan melihat penis pria lain dalam kondisi seperti ini. Namun tak ada yang bisa kulakukan. Aku hanya bisa pasrah dan menikmati aktivitas mereka berdua didalam tubuh Riska.

Totok kembali mendekatkan tubuhnya ke Riska. Mereka melakukan frechkiss yang cukup lama. Sungguh rasanya aku ingin muntah merasakan ciuman Totok, namun sensasi yang diberikan Totok dengan menggesekkan penisnya ke memek Riska membuatku hilang akal dan merasakan sensasi yang sangat nikmat di selangkanganku. Hingga akhirnya "Aaaach, iyaa mas enaak banget..." ucap Riska bebarengan dengan apa yang kuucapkan dalam hati, ketika Totok dengan cepat memasukkan Kontolnya kedalam memek Riska.
 
riska masih perawan ga tuh kok gampang dimasuki penis totok...kasian haryo
 
bagaimana nasib haryo dgn ilmu raga sukmanya akankan nantinya dapat menikmati tubuh riska dan ani atau wanita lainnya....ditunggu
 
kayaknya bakal menarik, semoga menantang
 
sepertimya menarik nih
 
Jav Toys
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd