Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Akhwat dan Syahwat

Status
Please reply by conversation.
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
Bab 8 : yang kedua
Pengenalan tokoh :
rk0jdj.jpg

Laila Ningrum Ayuningtyas (Lala)
a31w6.jpg

Annisa Herawati Hilman (Kak Nisa)


Aku duduk di kursi, sedangkan Lala sedang berlutut di hadapanku. Aku membuka celanaku dan mengeluarkan kontolku yang mengaceng sejak masuk kamar kak Ridwan tadi. Lala sedikit tersentak saat melihat kontolku, namun ia menenangkan diri dan segera memegang kontolku. Namun, Lala berhenti saat kontolku sudah disentuh tangan lembutnya.

“Kenapa La? Kan semalam kamu udah nyepongin kak Ridwan” Lala menengadah melihatku

“Anu Dan. Kontol kamu gede banget. Muat nggak ya di mulut aku” Lala memasang wajah bingung

“Kita nggak bakal tahu kalau nggak dicoba. Lala manis” Aku mencubit kedua pipinya dengan lembut.

Lala akhirnya memasukkan kontoku ke dalam mulutnya. Uhhh….kenikmatan tiada tara yang belum kucoba saat ngentot dengan Chantika tempo hari. Lala mendiamkan sejenak kontolku dalam mulutnya, karena tidak sabra, aku pun memegang kepalanya, lalu memaju mundurkannya. Perlahan namun pasti, sepongan Lala sudah tidak perlu tuntunan dari tanganku. Aku fokus menyaksikan khimar maroon-nya berkibar – kibar. Aku mengambil HPku di meja yang ada dalam jangakauanku. Aku merekam aktivitas Lala selama beberapa detik. Lalu melihat jam masih menunjukkan jam 8 pagi. Hari ini masih panjang untuk dinikmati bersama Lala.

Beberapa kali aku merasakan kepala kontolku menyentuh bagian ujung mulut Lala. Lala sendiri sampai tak bisa mengeluarkan suara karena mulutnya sesak oleh kontolku. Sedangkan aku masih menikmati sepongan akhwat tukang ceramah di kelas namun ternyata binal ini. Aku menyalakan AC agar Lala tidak kepanasan. Karena menurutku, bercinta sembari memakai pakaian besar seperti khimar dan baju kurung sangatlah panas. Hingga akhirnya, aku tak bisa menahan laharku yang akan segera keluar.

“La, aku mau keluar. Tahan dulu La, aku mau semprotin ini ke mukamu” Aku menarik kontolku dari mulutnya.

“Buka mulut kamu La” Lala hanya menurut saja.

Crottt…..Crotttt…Crottt….Aku menyemprotkan pejuku sampai 5 kali semprotan ke wajah Lala. Ada yang masuk mulutnya, tapi lebih banyak yang belepotan di muka dan khimarnya.

“Ihhh….Jorok amat sih kamu Dan. Orang itu ngarahinnya ke mulut, kok malah ke muka. Kan jadi belepotan gini” Protesnya sembari menyapu sperma di mukanya dengan jari lalu menjilat jarinya.

“Hehe…nafsuin tau ngeliat akhwat belepotan peju. Udah, Kamu ke kasur aja deh La. Aku udah nggak nahan nih ngeliatin kamu” Lala berdiri dan segera terlentang di kasur.

“Aku buka baju nih?” Tanya Lala padaku

“Ah. Jangan dulu La. Aku mau nikmatin kamu pelan – pelan aja” Aku mendekatinya

“Ngentot ya ngentot aja kali” Mukanya berubah kusut

Aku menaiki tubuhnya. Dengan posisi terlentang seperti ini, meski sudah berpakaian longgar, gundukan dada Lala tetap menonjol. Ini bagian yang paling aku suka dari cewek berbaring. Tanpa basa – basi aku menindih tubuh akhwat ini. Aku segera menciumnya dengan liar, dia yang awalnya terkaget mampu segera menguasai dirinya dan mengimbangi permainanku. Kami saling berpagutan, bertukar liur, dan mengaitkan lidah. Dalam kondisi seperti ini, kontolku yang tadi sudah melepaskan muatan mulai mendapatkan stimulasi untuk berdiri lagi. Aku tak ingin permainanku cepat berhenti seperti saat bercinta dengan Chantika. Aku peluk erat tubuhnya dan memperlakukannya dengan lembut. Aku membelai seluruh bagian tubuhnya. Saat aku membelai bagian payudaranya, terjadi getaran hebat pada tubuh Lala.

Jam menunjukkan jam 8 lewat 32 menit saat aku masih mempertahankan pose berciuman dengan Lala. Sejak tadi, mungkin momen saat Lala membuka matanya bisa dihitung jari. Tampaknya dia sangat menikmati perlakuanku padanya. Perlahan aku menggeser tangan kiriku dari sebelah kepala Lala. Sedangkan kedua tangan Lala tetap memeluk erat pinggangku, tanda dia menikmati permainanku. Tangan kiriku menerkam segera payudaranya yang bulat dengan ukuran ideal. Saat tanganku meremas toketnya, wajahnya menengadah.

“Ahhhhhh……” Pagutanku terlepas darinya, namun segera kami berpagutan lagi

Karena masih terhalang khimar, baju dan dalaman yang Lala kenakan, aku seperti tidak merasakan payudara Lala dengan sempurna. Aku memasukkan tanganku ke dalam khimarnya dengan menyibakkan khimarnya hingga di atas dadanya. Tubuh Lala sudah kutindih sepenuhnya, dalam pergulatan kami, kontolku bergesekan dengan daerah selangkangan Lala. Lala terlihat semakin liar saat aku menggesekkan kontolku seakan menyodoknya dari luar pakaiannya. Hingga akhirnya, aku merasakan sedikit basah di daerah selangkangannya. Aku kemudian melepaskan ciumanku dan segera membuka pakaianku hingga tak ada sehelai benang pun yang tersisa. Aku kembali menindih tubuh Lala dan berciuman dengannya.

Mengingat Lala sudah mencapai klimaksnya sekali, aku pun mulai menarik pelan bagian bawah baju kurung yang ia kenakan. Lala membantuku dengan mengangkat badannya ke atas untuk mempermudahkanku melepas baju kurungnya. Lalu kulepas pagutanku dan Lala sepertinya benar benar pasrah saat aku membuka tandas baju kurung yang ia kenakan. Aku melhatnya hanya memakai khimar merah maroon, CD berwarna putih dan BH berwarna putih. Aku sedikit heran melihatnya hanya memakai dalamn berupa CD dan BH saja. Padahal biasanya akhwat memakai pakaian yang berlapis – lapis. Aku membuka celana dalam dan BH Lala sehingga kini hanya Khimarnya saja yang tersampir ke atas lah yang masih menempel di tubuhnya.

Aku melepaskan pagutanku padanya, lalu aku memperhatikan sejenak tubuhnya. Di hadapanku kini sedang terlentang seorang akhwat yang pasrah dengan apa yang akan terjadi pada tubuhnya. Khimar yang masih berbau sperma. Dada yang membusung dengan puting berwarna kecoklatan dan memeknya yang ditumbuhi bulu dengan lumayan lebatnya. Aku menyapu penglihatanku ke sekujur tubuh teman satu jurusanku ini. Tak pernah aku bayangkan sebelumnya, aku bisa meniduri seorang akhwat yang merupakan calon pengurus lembaga dakwah kampus ini.

“Sekarang giliran toket ama memek kamu yang aku acak – acakin” AKu menundukkan kepalaku dan membenamkan wajahku pada toketnya. Ah, rasanya kenyal, hangat dan sangat harum, sedangkan Lala hanya terdiam pasrah saja melihatku mulai menyusu padanya. Aku menghisap pentil dan sekujur toket Lala yang sebelah kiri, sedang tangan kananku aktif meremas dan memilin milin putingnya.

“Ah, setan….Enak banget disitu Daaaaaaan” Lala tidak bisa menahan kenikmatan yang menjalar di sekujur tubuhnya.

Aku tak membalas ucapannya, kubiarkan Lala meracau sepuasnya. Kubiarkan itu menjadi lagu penambah nafsuku menggarap tubuh polosnya ini. Mengkilat toket kiri Lala kujilat dan kuhisap seluruhnya. Aku berpindah ke toket sebelah kanan, dan tangan kiriku bermain di selangkangannya. Karena tidak pernah memainkan memek cewek sebelumnya, aku Cuma membelai dan menusuk nusukkan jariku masuk ke dalam memeknya. Aku menggunakan satu jari terlebih dahul, Blesss..Tanganku masuk sepenuhnya lalu kukerluarkan lagi. Lalu kukocok dengan cepat memeknya.

“Ahhh,,,ahhhh,,,,ahhh….Cepetan sodok memekku kampret. Udah nggak tahan” Aku masih mencoba memancing nafsu Lala hingga ke titik tertinggi. Aku tak ingin membuat ini segera berakhir. Cukup Chantika yang membuatku menyesal tidak menikmatinya dengan penuh kelembutan. Aku masih mengocok – ngocok memek Lala hingga aku merasakan getaran hebat dari tubuhnya.

“Daaaaaaannnnn….Ahhhh….Aku nyampe lagi. Enak banget” Racau Lala

Sementara memeknya sudah menjadi licin karena sudah dua kali Lala mengeluarkan cairan cintanya. Aku kemudian memperbaiki posisiku dan mengangkangkan kaki Lala.

“Laa…Aku minta maaf untuk kali ini. Mungkin aku udah jahat sama kamu. Tapi, tahan yaa, entar kamu juga bakalan keenakan kok” Aku membuka memeknya dan perlahan memasukkan kontolku.

“Pelan – pelan Daan..Kontol kamu besar banget” Lala Nampak menutup matanya dan bersiap menahan sakit

Baru masuk kepala kontolku ke dalam memeknya suda susah karena memeknya sempit minta ampun. Untung saja cairan cinta Lala sudah cukup untuk melumasi kontolku untuk menerobos benda berharga Lala ini. Baru sepertiga masuk, kontolku sudah sangat kesulitan untuk masuk. Aku sendiri merasakan perih di kontolku saat kontolku menyeruak masuk ke dalam memek sempit Lala.

“Tahan dulu Dan. Sakit banget” Aku berusaha memeluk tubuh Lala dan mencoba menenangkannya

“Aku masukin pelan – pelan ya La” Aku membelai kepalanya yang masih terbungkus khimar. Dia pun mengangguk pelan dengan mata yang pasrah dan terlihat ia mulai menitikkan air matanya. Ah, hal yang paling sulit dari aktivitas ini adalah aku harus melihat wajah temanku sendiri. Aku seperti tidak tega untuk menodainya. Namun, di lain pihak aku juga tidak mampu menahan nafsuku.

Sudah setengah bagian kontolku yang sudah sampai dan terasa menyentuh sesuatu. Kupikir itu adalah ujung Rahim Lala, namun karena didorong rasa penasaranku, kontolku seperti merobek sesuatu. Seketika tubuh Lala mengelinjang dan membusungkan dadanya.

“SSSSIHHHHHHHHHIAAAALLLL….AKU NYAMPE LAGI DAN” Lala benar – benar menikmati permainanku kali ini. Kudiamkan kontolku perlahan agar memek Lala terbiasa dengan kehadiran benda asing di dalamnya sembari disirami oleh cairan cinta Lala.

“La, aku mulai ya” Lala Cuma mengangguk pelan dengan matanya yang sayu.

Aku mulai menggenjotnya pelan dan perlahan. Dengan pelan tapi pasti, diiringi pilinan tanganku di toketnya, tubuh Lala menggelinjang hebat dan ia masih berusaha menahan suaranya dengan mengigit bibir bawahnya. Kepalanya berusaha mendongak ke atas pertanda ia menahan sensasi kenikmatan yang luar biasa.

Pelan tapi pasti, aku mempercepat genjotanku. Saat itu pula Lala sudah kalap dan tak bisa menahan diri lagi.

“Ahhh….Ahhh….Ahhhh….Terus Dan. Enak banget anj**g” Aku tak menyangka ada seorang akhwat yang mulutnya begitu tajam dan kasar seperti Lala ini. Aku selalu menganggap akhwat apalagi yang memakai khimar dalam kesehariannya adalah pribadi yang santun, lembut, dan mampu mengendalikan diri Tapi yang kuliat sekarang adalah seorang akhwat dengan mulut tajam, dan kelakukan yang tak bisa ia kendalikan.

“Ahhhh….Ahhhhh….Ahhhh. Memek kamu mantap banget La. Sempit tapi legit banget” Aku memuji memeknya yang dibalas dengan senyuman oleh Lala.

Aku menunduk untuk melihat tusukan demi tusukan kontol yang aku hujamkan ke memek Lala. Di saat itu aku melihat sebercak darah di atas seprei kasurku.

-Darah? Dari mana ya? Darah perawan Lala? Kan semalam dia juga sudah ngentot dengan kak Ridwan. Jadi jika memang Lala semalam masih perawan artinya sudah robek oleh kak Ridwan- Aku bingung dan jadi menyimpulkan sendiri sumber bercak darah tersebut.

Aku memutuskan untuk mencari puncak kenikmatanku. Kupercepat genjotanku sedangkan Lala hanya bisa ternganga sembari melenguh pelan tanpa suara. Sepertinya seluruh tenaganya sudah hampir habis karena empat kali menyemprotkan air cintanya. Sekali hentakan terakhir, aku tanam dalam – dalam kontolku ke dalam memek Lala. Kusemprotkan semua spermaku ke dalam rahimnya. Ada sekitar tiga hingga lima tembakan aku keluarkan. Aku yang sudah kelelahan pun akhirnya ambruk dan menindih tubuh Lala. Karena sudah tidak punya tenaga, aku pun hanya memilin milin pentil toket Lala untuk membantunya mencapai klimaksnya. Hingga dia melenguh pelan namun panjang menandakan dia mencapai klimaksnya. Aku yang sudah tak punya tenaga tersisa pun sehabis pertempuran hebat dengan teman akhwatku ini berusaha turun ke samping kiri tubuhnya. Sedangkan Lala dengan nafasnya yang masih terengah – engah, hanya bisa menatap kosong langit langit. Matanya berair, mungkin tak menyangka bahwa temannya telah menerkam kehormatannya.




Sekitar sejam aku tertidur dengan Lala. Aku merasakan bau aneh dari khimar yang masih dikenakan Lala, bau keringat, peju dan liur bercampur menjadi satu. Sedangkan kulihat lala juga sudah bangun. Aku menengok ke arah jam dinding, sudah menunjukkan pukul 11 siang Artinya aku tertidur sekitar sejam. Lala berusaha duduk dan berdiri, darah dan spermaku masih mengalir dari dalam memeknya. Ketika ia berusaha berdiri, lututnya yang masih goyah tidak mampu menahan dirinya sehingga ia ambruk dan terbaring kembali. Sedangkan aku yang tenaganya sudah sedikit pulih berusaha berdiri memaksa lututku berdiri dan sekadar menarik segelas besar air minum dari dispenser. Kusodorkan pada Lala yang kembali duduk. Dia menerimanya dengan wajah yang masih memperlihatkan kelelahan. Sedangkan aku mengambil sekotak tisu di atas mejaku. Aku membasuh sisa sperma dan cairan cinta Lala di daerah selangkanganku. Sedangkan Lala masih menatap kosong ke depan dengan tangannya masih memegang segelas besar air yang masih penuh.

“La. Minum gih airnya. Kamu kayaknya masih capek deh” Dia berbalik menatapku dan segera meminum tandas air yang kusodorkan. Aku lalu mengambil lagi dan tandas lagi olehnya.

“Dan, aku lapar nih. Kamu sih, orang jam 8 pagi udah main kuda – kudaan aja” seperti sebelumnya mulutnya begitu bawel kepadaku.

“La, aku bersihin memek kamu ya” Dia hanya mengangguk sembari mengusapkan khimarnya pada wajahnya untuk menyeka keringatnya yang masih bercucuran. Aku penasaran dengan darah yang keluar dari memek Lala.

“La, ini kok ada darah ya?” Aku bertanya sekenanya.

“Itu darah perawanku Dan. Kamu udah ngambil perawanku” Aku kaget bukan kepalang. Karena yang kutahu kalaupun memang Lala masih perawan saat ke kost, perawannya pasti sudah dijebol oleh kak Ridwan semalam.

“Bukannya kamu ama kak Ridwan semalam udah main?” Aku bingung

“Nggak. Kemarin waktu di ruang tengah emang aku sempat nyepong kontolnya kak Ridwan. Tapi waktu masuk kamar, dia dapet telpon yang ngebuat dia kayak panik gitu, jadi akunya nggak diperhatiin. Kagak tahan dianggurin, ya udah, aku tidur aja” Lala menceritakannya dengan tatapan kosong

“Serius kamu La?” Aku masih tidak percaya jika aku lah perebut mahkota perawan Lala.

“Buat apa juga aku bohong? Ngentot ya ngentot, otomatis keperawanan udah hilang. Lagian yang di tisu itu apaan? Darah kan? Jelas lah itu darah perawan. Masa iya darah haidh” Dia sekali lagi menunjukkan betapa bawelnya dirinya.

Aku seperti ingin berteriak. Namun aku tak ingin Lala melihat kebahagiaanku. Bagaimana tidak, aku ternyata telah menjebol pertahanan dua orang hijaber yang konon katanya sulit buat diajak untuk begituan.

“Udah ah, intinya kamu udah ngentotin aku. Kamu nembakin sperma kamu di dalam memekku, sampai aku hamil, awas kamu Dan. Ya udah deh, aku mau mandi dulu, pegangin gih.” Aku membantu Lala berdiri menuju kamar mandi di dalam kamarku.

“Dan, tolong donk ambilin tasku di dalam kamar kak Ridwan. Sekalian beliin makan gih sono. Aku lapar banget. Di tasku ada dompet, pake aja uangnya” Dia segera menutup pintu kamar mandi dan tak lama kemudian aku mendengar desiran air.

Aku berjalan menuju kamar kak Ridwan dengan hanya bermodal celana pendek saja. Aku masih sulit berjalan karena lututku masih goyah. Bagaimana tidak, aku sudah dua kali menembakkan pejuku dua kali hari ini hingga mencapai titik maksimal tembakannya.

Aku membawa tas Lala ke dalam kamarku. Aku mengambil pakaian dari dalam lemariku dan uang dari dompet Lala. Aku pun berjalan pelan menuju warung terdekat untuk membeli makanan. Aku beli 4 porsi, untuk pagi dan siang. Maklum, pertempuran tadi sangat melelahkan. Saat kembali dari membeli makanan, Ketika aku melihat pagar rumah, aku baru ingat kalau aku lupa mengunci pintu rumah dan pagar.

“Aduh, bisa gawat nih. Kayaknya si lala udah kabur deh” Aku mempercepat langkahku




Aku mendengar desiran air dari dapur dekat kamarku. Saat aku masuk, aku melihat sesosok tubuh dengan mengenakan khimar biru muda, hanya mengenakan celana training dan kaos putih sekenanya saja. Lala sedang mencuci piring yang memang menumpuk di westafel dapur. Aku meletakkan makanan yang kubeli di atas meja makan dan kulihat baskom yang berisi khimar, baju kurung dan dalaman yang tadi Lala pakai.

“Kalau masuk pake salam kek. Main nyelonong aja. Sempat maling” Lala melirik ke belakang melihatku.

“Dan. Sekalian jemurin pakaianku donk. Tadi mau keluar, tapi masa iya aku keluar jemur dalaman, entar tetangga mikirnya macem – macem. Kost cowok kok ada dalaman cewek.” Aku segera mengangkat baskom ke bagian ruang tengah, lalu kujemur saja sekenanya di sandaran sofa ruang tengah dan kunyalakan kipas angin dan mengarahkannya ke pakaian – pakaian tersebut.

Saat aku masuk kembali ke dalam dapur, aku melihat Lala masih berjalan terkangkang kangkang, mungkin masih pengaruh jebolnya keperawanannya. Beberapa saat kemudian, makanan sudah siap di piring dan tinggal disantap.

“La, kok tumben kamu pake celana training? Nggak pake baju kurung sekalian?” Aku membuka pembicaraan kami siang itu.

“Buat apa? Lagian di rumah ini kan Cuma kamu aja. Maunya tadi sih sekalian telanjang, Cuma karena aku takut kedinginan dan nggak biasa nggak pake khimar, ya aku pakai aja kaos, training ama khimar. Tapi aku tetep cantik kan?” Tanya Lala sembari mengangkat alisnya

“Iya sih. Kamu mah pake apa aja tetep cantik. Asalkan pake khimar. Telanjang? Emangnya kamu nggak malu apa?” Aku bingung dengan pemikiran Lala

“Malu? Buat apa? Kan kamu udah nikmatin tubuh aku. Undah dientot, udah dikenyot, udah nyusu, pake dicupang lagi. Dapat perawanku juga malahan” aku mangut mendengar penjelasan Lala

“Iya juga sih” Aku melanjutkan makanku.

“La. Kok kamu nggak kabur aja sih tadi? Kan rumah nggak dikunci” Aku kembali mengeluarkan pertanyaan padanya

“Kabur buat apa? Khimarku masih ada 2, kaos masih ada satu, baju kurung ada 2, BH ada 2, ama CD masih ada 2. Buat apa kabur?” Lala kembali memperlihatkan kebinalannya padaku

“Kamu nggak takut apa dimainin lagi ama aku?” Aku mencoba mencari tahu

“Hahaha. Lucu kamu Dan. Dimana – mana orang ngentot tuh enak. Awalnya sih aku nggak percaya, tapi setelah nonton video kak Nisa dan kak Ridwan, aku jadi penasaran deh. Apalagi dengar cerita kak Nisa. Makanya semalam aku sih harapannya bisa main bareng kak Ridwan. Tapi kamu deh yang rezeki dapat perawan pagi – pagi” Aku melihatnya dengan tatapan bingung

“kenapa Dan? Ada yang salah?” Lala balik bertanya padaku

“Ahhh..Nggak sih, Cuma yaa. Maaf aja nih, kan kamu pakai khimar. Yang ada di bayanganku tuh kalau akhwat yang pake khimar itu orangnya kalem, lembut dan alim. Tapi kamu udah kasar ngomongnya, bawel, mana binal lagi” Lala kemudian tertawa.

“Hahaha…asliku sih emang kasar omongan dan bawel sih. Aku jadi ngeliatin sisi asliku ke kamu karena sisi telanjangku aja udah kamu ekspos. Jadi yang buat apa ditutupin coba?” lala minum dan meletakkan piringnya di westafel lalu kembali duduk di kursi.

“Binal? Hahaha….Cowok mah emang gitu ngeliat cewek pake khimar. Belum tahu kamu kalau udah pada ngumpul, cewek hijaber pun sering ngomongin tentang kontol cowok”

Aku memperbaiki duduk mendengar cerita Lala

“Mau kuceritain nggak soal kostan-ku?” Lala bertanya dan langsung kuiyakan

“haha. Kostku itu sarangnya akhwat lonte. Untungnya para lontenya udah pada sarjana semester kemarin. Jadi kayak aku dan beberapa maba masuk disana. Pas disana, ketemu ama kak Nisa, kak Nisa itu emang aktivis dakwah, sering malah ngadain kajian di kost. Jadi di kost aku tuh ada 6 kamar, yang tinggal disana ada 7 cewek. Akhwat dan pake hijab semua. Yang pake khimar sih 4 orang ama aku. Tapi selain ngajarin soal agama, kak Nisa tuh ngajarin kami soal seks” Aku terkejut

“Ngajar seks? Maksudnya gimana tuh La?” Aku bingung

“Awas lho kalau kamu cerita. Aku potong tuh kontol kamu. Soalnya ini tentang rahasia kak Nisa. Jadi gini, kan disana yang MABA itu ada 2 orang. Yang semester 3 ada 3 orang Sedangkan kak Irma kayaknya jarang nongol deh. Jadi tiap malam kalau nggak ada kesibukan, kami dipanggil satu – satu ke kamarnya kak Nisa. Disana kami diajarin untuk tetap berhijab tapi jangan bercadar, soalnya dia takut kalau cowok takut ama kita. Dia juga bilang kalau salah satu cara masuk surga itu dengan cara ngebahagiain suami. Nah, cara paling efektif buat ngebahagiain suami ya dengan ngentot” AKu sudah menemukan benang merahnya

“Terus? Kayaknya masih belum bisa disimpulin deh kenapa kamu jadi sebinal itu”

“Makanya denger dulu bawel. Belum selesai juga ceritanya. Jadi, setiap selesai belajar kami tuh disuruh buat telanjang ama kak Nisa. Kak Nisa lalu milin – milin pentilnya kita, ngocokin itil kita, intinya dia ngerangsang birahi kami deh pokoknya. Terus dia juga nyuruh kami buat pacaran, katanya buat ngebooking dan nyeleksi suami. Jadi dia bilang kalau pacar tuh udah kayak suami aja. Jadi kayak Khaliza, Riana, udah pada punya pacar karena itu”.

“Nah, dua malam kemarin, kak Nisa nyuruh aku buat ngegantiin dia buat main ama kak Ridwan. Katanya dia sih udah waktunya aku lepas perawan karena udah banyak nyerap ilmunya”

“Lah…Kok kamu mau aja sih disuruh buat ngegantiin kak Nisa untuk main ama kak Ridwan? Kan pacar tuh udah kayak suami. Kamu nggak takut apa ngerebut suami orang?” Aku makin penasaran dengan kostan Lala.

“Nah…Kan istri bisa dua, bisa tiga, hingga empat kan? Jadi kenapa takut jadi kedua?” Kali ini aku betul – betul paham asal muasal kebinalan Lala.

“La, nama kostan kamu apa? Jadi pengen ke sana nih” Aku mencoba mencari mangsa baru

“Selaras. Jangan sekarang dulu. Soalnya kak Nisa masih sering disana. Buat masuk disana harus bisa ngelewatin kak Nisa atau waktu kak Nisa nggak ada. Kak Nisa orangnya nggak suka kalau ada cowok di kost kami. Katanya karena itu bisa membuat mereka dicap negative ama orang sekitar” Jawab Lala dengan serius.

“Oke deh. Kalau begitu, kamu udah punya tenaga sekarang?”

“Mau ngentot lagi? Bisa sih. Tapi sehabis aku shalat ya” Lala kemudian masuk kamarku.




Hingga malam harinya, aku terus bertempur dengan Lala. Di saat itulah aku paham seberapa binal Lala dan seberapa menariknya akhwat – akhwat hasil didikan kak Nisa. Aku jadi berpikiran untuk menikmati tubuh kak Nisa, sebab saat kulihat melalui video streaming, badan kak Nisa sungguh sempurna. Wajah, toket dan bokong begitu sempurna. Aku jadi bermain dengan Lala sembari membayangkan tubuh kak Nisa yang semok.




Minggu pagi, aku terbangun dengan Lala masih tertidur di dadaku. Kali ini keadaannya sudah telanjang bulat. Semalam, saat jam menunjukkan pukul 3 pagi, kami melakoni ronde ke-5 persenggamaan kami. Aku terpaksa membeli obat kuat karena keberingasan Lala. Karena sudah terlalu dipenuhi pejuku dan keringat, Lala pun membuka khimarnya dan bertelanjang ria bersamaku.

Aku membelai halus wajah dan punggungnya. Ah, alangkah indah tubuh di balik hijab. Kulit yang Putih, toket yang mulus, memek yang begitu legit, hingga kebinalan yang tak pernah aku sadari hingga aku menikmati tubuh Lala.

“Terima kasih La“,aku kemudian mencium pipi Lala. Sedangkan jam sudah menunjukkan pukul 12 siang.




Pukul 4 lewat 25 sore Lala pulang kembali ke kostnya dengan menumpang gocar. Aku tak bisa menemani Lala karena ada jani buat ngapelin Chantika di kostnya. Saat menunggu drivernya datang, aku dan Lala mengobrol.

“Eh. Gocarnya udah datang Dan. Oh ya, aku kan tadi ngebuka e mail pake laptop kamu, belum aku sign out kok. Kamu cek gih isi e mail dari kak Nisa. Lumayan buat bahan coli kamu Dan. Untung tadi kak Nisa cepet ngirimnya. Hehe. Itu hadiah dariku untuk permainan kamu yang luar biasa” Lala lalu memelukku dan mencium bibirku, aku pun lalu mencium keningnya.

“Lain kali lagi ya Dan. Aku suka kontol kamu. Kalau lagi pengen, chat aku ya, entar diatur. Hehe” Ujar Lala sembari menuju gocar yang sudah menunggunya di halaman.

Tak lama setelah Lala pergi, aku pun juga mengendarai mobilku menuju rumah Chantika.

(Bersambung)
Yang kayak gini ada dimana ya? Pengen boking
 
Bru2 ini ane ps ma seorang umahat hehe..
Binor, jilbab lebar, muka manis, body padet berisi...
Tryta referensi gaya ny banyak bgt
Sensasi ny emg luar biasa ...
 
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd