Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Akhwat dan Syahwat

Status
Please reply by conversation.
Bimabet
ajib ne ceritanya...gw pny pembantu juga janda berjilbab gitu...pengen gw kerjain tapi takut...takut ketagihan dan juga takut minta dinikahin..ahahaha..padahal masih sekel...ada ide ga y biar ga pake perasaan ncuma have fun..nanti gw bikin cerita deh kalau kejadian..
 
kok udah chapter terakhir?
jangan tamatin dulu hu...bidadari d kostnya lala nikmatin dulu semuanya
 
Trmksh updatenya Gan :ampun: :mantap:
Ngeri" sedap gitu :pandaketawa: ditunggu lanjutannya Gan, smoga berakhir dengan happy ending :pandajahat: :klove:
Tetep semangat & sehat selalu Gan :semangat: :beer: :cendol: :beer: :pandapeace:
 
lanjuttt ..... :beer:

dah nambah 2 part aja nich suhu ... mantabbbb
 
Mantap suhu updatenya. Ditunggu update chapter terakhirnya huu ga sabar juga tunggu part 2nya
 
Bimabet
Bab 14 : Kebimbangan
Pengenalan Tokoh :
a31w6.jpg

Annisa Herawati Hilman (kak Nisa)
t6yu5i.jpg

Fajriah Zukriah (Riri)
2ln8ol5.jpg

Chantika Dewi (Tika)
rk0jdj.jpg

Laila Ningrum Ayuningtyas (Lala)
35cn3sy.jpg

Hesti Santoso



Ah, telat lagi. Sial. Kalau Chantika tahu, pasti kena amuk kalau belum shalat shubuh”, Dandi bersegera menunaikan kewajibannya.

Dandi mengambil air wudhu, dan segera melaksanakan kewajibannya di waktu shubuh. Jam sudah menunjukkan pukul 7 pagi. Selesai shalat, dia mengecek HPnya dan kaget ternyata ada 11 pesan dari seseorang

-Dandi-

-Dandi-

-Dandi-

-Dan-

-Dan-

-Bales plis-

-Woy kebo-

-Bangun, pasti nggak shalat shubuh lagi-

-Dan, kalau kamu baca chat ini. Kita nanti ketemuan di kafetaria deket kampus ya-

-Ada yang mau kubicarakan sama kamu-

-Penting-

Dandi sedikit kaget dengan jumlahnya kemudian sadar jika si pengirim telah menchatnya sejak tadi malam, namun tidak direspon karena Dandi sudah tidur. Dandi kemudian memikirkan jawabannya, lalu mengetikkan beberapa patah kata untuk merespon chat tersebut.

-Sorry Tik, semalem aku udah tidur. Kamu sih, chat jam 1 malem, ya nggak dibales lah-

Message To Chantika sent




“Ngantuk gitu La, kemarin pelatihnya gimana? Seru nggak?”, Tanya Dandi saat bertemu dengan Lala

“Lumayan enak sih Dan”, UCap Lala yang terlihat lesu hari itu

“Enak? Apaan coba”, Tanya Dandi heran

“Eh, salah kata ya. Hahaha”, elak Lala, dia keceplosan jika semalam, ia menikmati permainannya dengan kak Ridwan yang berakhir hingga shalat shubuh yang menyebabkan Lala sangat mengantuk. Jika bukan karena hari ini ada jadwal final kuliah, ia mungkin saja tidak memaksakan diri untuk datang ke kampus.

Tidak berapa lama, Chantika datang dengan mengenakan jilbab paris abu – abu gelap yang telah dimodif sehingga tampak Tika terlihat begitu cantik. Dia memakai blouse dengan lengan panjang berwarna kuning dan celana capri dengan warna senada. Dia Cuma tersenyum datar saja padaku

Aku tidak bisa begitu menikmati proses pembelajaranku hari ini, pikirnku sepenuhnya berputar putar memikirkan apa yang ingin disampaikan oleh Chantika kepadaku. Aku mencorat coret kertasku.

TING…TING…

HPku berbunyi, ah, sial, aku lupa mematikan nada deringnya. Semua orang berbalik kepadaku, pikiranku jadi makin kacau.

-Aduh, kenapa kamu chat sih La-

-Hehe…Maaf Dan. Kukira HPmu silent. Kamu kenapa Dan?- Lala Lonte

-Nggak apa kok La. Kenapa emang?-

-Serius kamu Dan? Soalnya kamu murung terus dari tadi-Lala Lonte

-Ini bukan murung bego. Ini mikir-

-Mikirin Chantika ya? Cieee-Lala Lonte

-Nggak lah. Bisa kenapa gampar nanti-

-Terus?-Lala Lonte

-Ahhh…Tahu deh. Kepo amat-

Aku tidak membalas chatnya sama sekali kali ini. Meski layar pemberitahuan di HPku menunjukkan ada beberapa chat dari Lala. Namun aku tidak peduli dan lebih memilih untuk mencari kata yang pas untuk kuucapkan kepada Tika.



Kelas telah usai dengan tempo yang sangat lama bagiku. Hari ini kuliahku sangat melelahkan, dari pukul 8 pagi sampai 3 sore. Aku menunggu Tika di parkiran depan fakultas. Dia masih memasang wajah kecut. Mungkin bukan kecut, tapi lebih ke wajah berpikir.

“Kenapa sih Tik?”, Tanyaku membuka pembicaraan pada Tika

“Nggak kenapa napa kok”, Tika menggeleng

“Terus mau bicara apa sih? Kayak penting amat deh”, Aku mencoba mencari tahu

“Kita ke kafetaria aja deh. Lebih enak bicara disana”, Kami pun berangkat dengan menggunakan mobilku. Sepanjang perjalanan, kami tak saling berbicara satu sama lain. Ada semacam perasaan sungkan dalam diriku untuk mengajak Chantika bercerita dalam kondisi seperti ini. Aku memutuskan untuk diam saja sepanjang perjalanan.

Sesampainya di kafetaria yang agak sepi, kami mengambil tempat di pojokan dengan air mancur. Chantika memandangi wajahku terlebih dahulu, mungkin sedang mencoba merangkai kata yang baik untukku. Sedangkan aku masih sulit walau untuk sekadar memperkirakan apa yang ingin dibicarakan oleh Chantika.

“Dan”, Chantika tiba – tiba menahan air matanya keluar

“Eh, kenapa nangis?”, aku makin bingun

Aku segera mengambilkan Chantika beberapa lembar tisu, Chantika sempat menolaknya, namun saaat kupaksa, akhirnya ia menerima tisu pemberianku. Sekarang, Tika sedikit lebih tenang. Lalu menghela nafas dan memulai ulang pembicaraan.

“Kamu udah begituan ama berapa cewek Dan?”, aku seketika tersentak dengan pertanyaan Chantika.

“Hah? Aku nggak pernah main sama cewek lain kok Tik?”, Aku mencoba mengelak

“Terus kenapa kamu ke WC bareng Lala waktu minggu lalu? Buat ML kan?”, SKAK, Chantika langsung menekanku dan memberikan pernyataan yang membuatku tak bisa menghindar.

“Aku juga udah liat chat kamu ama Lala waktu aku ngajakin kamu ke kost. Eh, tahunya kamu habis begituan ama Lala. Ya ngambek lah”, Tika menggembungkan pipinya dan sudah sedikit tenang. Dia memandangku.

“Kamu udah berapa kali begituan ama Lala?”, Chantika memelototiku saat kucoba mengelakn namun ia menyuruhku untuk jujur.

“Baru 2 kali. Serius kok.”, aku terpaksa jujur padanya.

“Aku pegang kata – kata kamu ya Dan”,

“Dan, aku cemburu tahu”, Chantika meneteskan perlahan air matanya

“Aku egois ya. Padahal kita nggak ada apa – apa. Tapi aku ingin memiliki kamu. Aku tahu kok kalau kamu juga deket ama kak Tias.”,

“Tahu dari mana kamu TIk?”, aku mempertimbangkan setiap kata yang akan keluar agar tidak ada yang terluka.

“Ya jelas lah, kan aku ama kak Tias situ sepupu dua kali”, aku hanya sanggup diam ternganga.

“Dia udah cerita ama aku. Kalau sebenarnya, dia itu suka ama kamu Dan.”, Chantika mencoba menahan tangisnya

“Tika. Aku sayangnya sama kamu”, Aku memegang tangan kanan Tika.

“Tapi aku tidak Dan. Kakak sepupuku suka ama kamu. Aku harus ngalah Dan”, Tika hanya tertunduk memandangi lantai

“Tika. Aku bisa urus kak Tias”, aku mencoba membelai tangan Tika

“Dan, aku cewek. Aku tahu perasaan cewek. Aku nggak apa kok. Kita kan udah temenan dari kecil. Lagian aku cemburuan. Mungkin kalau kamu pacaran ama kak Tias, mungkin kamu masih bisa main ama Lala. Tapi kalau kamu sama aku, nggak mungkin aku bisa tahan kalau kamu ada main dengan Lala”, Tika mencoba menyeka air matanya

“Tahu nggak Dan. Si Riri juga ada hati ama kamu lho. Aku bisa tahu dari komunikasinya ke kamu yang sangat mencirikan orang jatuh cinta”, Chantika masih menangis.

Aku bingung, aku baru sadar jika Riri dan kak Tias juga menaruh hati padaku. Jujur saja, untuk soal perasaan, mungkin jawabanku adalah Chantika. Namun, ketika itu berhadapan dengan kenyataan seperti ini, aku tidak tahu harus bicara apa lagi.

“Dan”, Chantika sudah kembali tenang

“Balik yuk. Aku udah nggak tahan”, Chantika memainkan ujung kemejanya

“Nggak tahan apa Tik?”, Aku bingung

“Aku pengen ML ama kamu Dan. Tapi ini yang terakhir ya. Habis itu, kamu tentuin siapa yang bakal kamu pilih”, Chantika memagang mesra tanganku.

“Hmmm. Ya udah deh. Aku ngalah aja sih”, aku juga beranjak mengikuti langkah Chantika yang segera keluar dari kafetaria.



Sesampainya di kost, Chantika segera mengunci pintu kamarnya. Sehabis itu, dia pamit mandi. Sedangkan aku harus menunggu sembari berpikir tentang yang telah kulewati selama ini. Sepertinya sesuatu yang berat bagiku. Namun, aku memang harus memilih. Aku terus mempertimbangkan, apakah harus aku menjatuhkan hatiku pada seorang wanita atau tetap pada kondisiku sekarang. Aku terus berpikir hingga akhirnya aku sudah mantap memutuskan dan Chantika telah keluar dari kamar mandi sembari mengenakan handuk yang membalut tubuhnya dari paha sampai dada.

“Dan. Udah mau? Hehe”, Tanya Chantika

“Ya udah. Ini udah berdiri”, ujarku sembari menunjuk kontolku yang emang berdiri.

Segera Chantika membuka handuknya yang menampakkan sekujur tubuhnya tanpa sehelai benang pun. Dia melompat ke atas ranjang, lalu segera mengulum kontolku. Dia awalnya menjilati kepalanya saja. Ahhh….Nikmat sekali. Dia memutarkan lidahnya di daerah kepala kontolku, hingga membuatku terus diserang sengat demi sengat kenikmatan. Chantika yang masih menjulurkan lidahnya sembari memperlihatkan wajah sange yang pertama kali kulihat. Kucoba menggapai rambutnya, tapi tanganku tidak sanggup menggapainya.

Chantika lalu melanjutkan kulumannya, memasukkan kontolku ke dalam mulutnya lalu menaik turunkan kepalanya. Mulutnya yang kembang kempis karena diisi oleh kontolku makin memancarkan aura kebinalan sahabatku ini. Aku memegang kepalanya yang telah tidak mengenakan hijabnya. Dia dengan sangat bernafsu terus memberikan rangsangan yang luar biasa ke kontolku. Setelah ia rasa cukup, akhirnya ia menghentikan penetrasinya, lalu ia tersenyum melihatku. Dia kmudian menaiki tubuhku. Lalu kini, ia menciumi daerah dada dan perutku, menjilatinya hingga terlihat mengkilat dikarenakan liur yang dipenuhi hasratnya.

Aku bisa merasakan tubuhku sudah mulai kelojotan menghadapi rangsangan luar biasa yang terus distimulasikan oleh Chantika ke setiap inci tubuhku. Aku hanya bisa menutup mataku sesekali menikmati sedikit demi sedikit sapuan lidah yang ia berikan. Ia tutup adegan percumbuan kami dengan sebuah ciuman penuh kerinduan. Aku menciumnya dengan penuh nafsu, saling menghisap lalu mencari lidahnya. Ketika lidah kami telah saling terkait, kami pun memutar mutarkan lidah kami di dalam mulut yang meningkat sensasi yang kurasakan.

Aku sudah tidak sabar untuk menggenjot tubuh Chantika, seketika ketika kami sudah melepaskan ciuman, aku segera memutar tubuh dan membuat Chantika berada di bawah tindihanku. Dia hanya tersenyum manis melihat tingkahku. Aku mencium keningnya. Lalu kami melanjutkan adegan ciuman kami, namun tidak bertahan lama. Karena aku melepas pagutan kami lalu menyerang lehernya dengan menjilati daerah tengkuk dan leher hingga ke belakang telinganya. Hingga kujilat bagian belakang telinganya, dia melenguh panjang.

“Uuuuuuhhhhhh…….Enak bangeeeeetsh Dan”,

Aku tidak menggubrisnya dan memutuskan melanjutkan dan meningkatkan penetrasiku ke daerah lehernya hingga ia terus menerus menggelinjang dan membusungkan dadanya yang sekal. Melihat payudaranya yang begitu menantang, tanganku segera menyergapnya dan tanpa diperintah, aku segera meremas lembut payudaranya yang berukuran 34C tersebut. Dia terus menerus melenguh di dekat telingaku.

“Auuuuhhhh……Enak banget sayang. Terusin donk. Terus”,

Chantika masih memegangi kepalaku, menahannya agar tidak berpaling dari lehernya yang sudah beberapa kali kena cupanganku. Ketika kurasa sudah cukup dengan menjilati bagian leher dan meremas payudaranya, akupun berpindah untuk menetek pada payudara besarnya. Kuhisap pentilnya yang berwarna coklat muda tersebut. Begitu nikmat dan ia hanya bisa terus melenguh menikmati perlakuan manjaku padanya. Sedangkan ia terus menahan kepalaku dengan tangannya.

“Ahhhhh….Aku udah nggak kuat Daaaaaan. Aku keluar”,

Chantika menyemprotkan cairan cintanya hingga membasahi daerah selangkanganya. Sementara tangannya meremas kuat kepalaku dan menekannya ke bagian toketnya. Sedangkan wajahku hanya bisa tenggelam di bukit kembarnya tersebut. Sedangkan ia melenguh panjang, lalu terkulai lemas untuk beberapa saat. Dia tersenyum, sedangkan aku yang masih tidak puas melanjutkan penetrasiku. Menyerang daerah toketnya, karena aku tahu, mungkin saja ini adalah kali terakhir aku bisa menikmati payudaranya tersebut.

Setelah payudaranya mengkilat karena dipenuhi air liurku, aku memindahkan seranganku ke daerah selangkangannya, kubuka memeknya dengan dua jari telunjukku, lalu mencari klitorisnya. Ketika aku mendapatkan apa yang aku cari, aku tersenyum dan menjilatinya dengan sangat lahap. Chantika hanya bisa bisa menggelinjang penuh kenikmati, sedangkan matanya hanya terlihat putihnya saja.

“Ahhhhhh….Daaaaannnn…..Ampuni aku. Tusuk memekku sayang”.

Aku tidak peduli, aku terus menjilati daerah memeknya hingga ia akhirnya mencapai klimaksnya sekali lagi. Aku kaget mendapatkan air cinta yang menyemprot deras. Aku mengangkat kepalaku, lalu mengambil beberapa lembar tisu dan membersihkan memeknya dari air cintanya. Aku belum berani menjilat air cintanya jika dalam jumlah yang banyak.

Chantika kembali terbaring manja melihatku dengan pandangan sayu. Dia menggigit telunjuknya sembari memicingkan penglihatannya padaku. Ah, pose yang sangat manja. Kubiarkan dia terlebih dahulu beristirahat. Kukangkangkan segera kakinya, dia masih menggigit telunjuknya dan memalingkan wajahnya dariku. Aku mencoba mengarahkan kontolku ke liang memeknya, dengan perlahan, aku memasukkan kontolku yang sedang berdiri dengan maksimal. Chantika terlihat meringis menahan sakit yang mendera memeknya. Kurasakan denyutan dari memeknya menandakan ada benda asing sedang mencoba menerobos masuk ke dalam memeknya.

Hingga akhir, seluruh batang kontolku berhasil kutenggelamkan semuanya di dalam memeknya yang sudah basah karena cairan cintanya. Kubiarkan memeknya terbiasa terlebih dahulu, lalu kugenjot secara perlahan. Chantika mengikuti genjotanku dengan perlahan namun pasti sembari mengeluarkan desah demi desahan yang membuatku makin semangat untuk menggenjotnya.

“Ahhhhh……Ahhhh…..Ahhhh…..Terusin Dan. Hamilin aku. Shhhhhhh…….Ahhhhhh”, Chantika Cuma bisa memalingkan kepalanya dariku

Kugenjot ia dengan tenaga maksimum yang masih kumiliki. Kulihat toketnya bergoyang dengan sangat seksi, lalu segera kuremas toketnya yang sangat menantang tersebut dan akhirnya.

“Ahhhhhh……Dandi, aku mau nyampe”,

“Tahan Chantika, aku juga udah mau keluar. Kukeluarin dimana?”,

“Keluarin di dalam aja Daaaaannn…..Ssssshhhhhhh Enak banget”

Kupercepat genjotanku ke memek Chantika. Hingga kurasakan 3 hingga 5 kali aku menyemprotkan spermaku ke dalam rahim Chantika yang juga menyemprotkan cairan kelaminnya dan menjepit mesra kontolku yang perlahan mengecil.

Aku terlentang di samping Chantika. Chantika menyamping memelukku, dengan tatapan manja, aku belai rambutnya yang dipenuhi keringat cintanya. Kucium keningnya.

“Chantika, besok beliin BH nomor 34C ya”

Chantika Cuma bisa mengangguk perlahan lalu tertidur dalam pelukanku dalam kondisi telanjang.

(BERSAMBUNG)

Tidak mengecilkan cerita-cerita lain juga di forum ini, paling ane suka dari cerita ini adalah ada semacam bumbu-bumbu 'rasa' atau 'feel' didalamnya.

Ane banyak melihat cerita yang alurnya linear. Maksudnya dari awal hingga akhir, pembaca langsung ditembak dengan hal-hal sex dan kita bisa tahu akhirnya seperti apa. Human is thinking being, ada semacam logika serta rasa yang mempengaruhi kompleksitas keputusannya. So, bagi ane pribadi good story is also including those complexity

Konflik yang seperti ini mendorong pembaca tetap stay dan menunggu kelanjutan konfliknya. Good job untuk TS. Semoga ceritanya bisa selesai hingga akhir yg direncanakan
 
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd