Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Akhwat Doyan 2 - REPOST & REMAKE

Status
Please reply by conversation.
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
muncul lagi cerita ini, mudahan TS idenya keren sampe tamat
 
#3 Sebuah Awalan

37943238_239194543579605_6622471083712839680_o.jpg

Hanna

“tung” nada notifikasi BBM terdengar dari HP ku yang berada dibalik selimut. Rupanya hanya sebuah undangan pertemanan dari seorang laki laki. Namanya membuat jantung ku berdebar membacanya, Riki Supandi dengan simbol bendera Indonesia dan Palestina disamping kiri dan kanan namanya.


Apa? Akhi Riki men-invite-ku? Darimana dia tahu PIN BBM ku? Ah sudahlah, tanpa mau peduli dari mana dia mendapatkan PIN BBM ku, aku menerima undangan darinya. Ikhwan dambaan ku mengundang ku, membuat ku tersenyum senyum sendiri di balik syahdu nya suara gerimis malam ini.


“ku sampaikan salam ucapan mesra merisik kabaran dari nya masihkah ada peluang untuk ku melafadzkan cinta. Umpama rembulan jatuh ke riba mendengar kabaran darinya padaku kau mememdam rasa”

senyap senyap terdengar lantunan lagu Nasyid Insan Bernama Kekasih dari speaker laptop ku mengiringi bunga bunga yang sedang bermekaran di hatiku. Rasa nya lebih bahagia daripada saat judul skripsi ku diterima oleh dosen pembimbing. Bagaimana nanti jika ia datang kepada ayah ku dan melamar ku? Ahhh sungguh indahnya.


Khayalan ku melayang menembus jagat raya. Membayangkan Riki sedang melamar ku atau mengucap ijab qabul didepab ayahku, penghulu dan para saksi lalu ahh sudahlah untuk yang satu itu tak perlu dibayangkan. Nanti juga pasti tahu sendiri apa yang harus dilakukan saat malam indah itu.



Hanna, sadar dong. Dia Cuma meng-invite, bukan mengajak ke pelaminan. Ayo stop mimpi nya, lanjutkan lagi menulis skripsi mu agar orang tua mu merestui mu menikah. Lagipula belum tentu Riki menyukai mu juga kan? Nurani ku berbisik dan membuatku berhenti membayangkan hal yang belum tentu terjadi meskipun masih disertai dengan senyum senyum simpul di bibirku.


“tung” lagi lagi nada notifikasi Hp ku berbunyi.

“Assalaamu’alaykum mbak” sapa si pengirim yang lagi lagi membuatku baper, siapa lagi jika bukan Riki.

“wa'alaykumsalam, ada apa ya?” balas ku dengan bersikap biasa biasa saja.

“kata ukh Dinda mbak punya buku panduan tarbiyah ya” balasnya lagi.

“oh iya. Ana ada. Kenapa emang?” balas ku.

“boleh ana minjem mbak?” balasnya juga.

“iya boleh. Kapan?” aku makin tersenyum karena akan bertemu dengan dia.

“sekarang bjsa mbak? Ana perlu nya besok pagi soalnya” balas nya.



Apa? Malam ini? Ini kan sudah jam 20.34.


“kenapa tidak besok pagi pagi saja kesini nya? Ini kan sudah malam.” Aku berusaha menjaga kehormatan ku dengan melarang laki laki ini datang menemuiku.

“ana besok berangkat nya jam 5:30 mbak. Gak apa mbak ana bentar aja kok Cuma ambil buku. Setelah itu ana akan pulang” ujar Riki.

“ya sudah. Rumah ana di jalan 69 lorong Basah nomor 33” balas ku.

“syukron mbak. Ana kesana sekarang” balasnya.


Aku bangun dari tempat tidur ku dan bergegas memakai pakaian yang menutup aurat. Mulai dari gamis rumahan berwarna biru muda, jilbab hitam yang tadi siang ku pakai, cadar hitam dan kaos kaki beserta manset dikedua pergelangan tangan ku.


Sembari ku melihat ke luar tetesan air hujan mulai bertambah deras. Seharian ini hujan memang turun tanpa henti. Aku menunggu diatas sofa ruang tamu dengan perasaan gelisah. Satu sisi diriku mengharapkan kehadiran nya dengan segera sedangkan sisi lain dari diriku berharap ia membatalkan kunjungan nya kemari.


Hujan pun makin bertambah deras. Suara angin bertiup dengan kencang. Ditengah bising nya peraduan suara hujan dan angin, ku dengar suara sepeda motor secara samar samar. Tak lama kemudian, ikhwan yang ku dambakan itu mengirim ku pesan BBM yang memberitahukan bahwa ia telah ada didepan pintu kontrakan ku. dengan memegang buku yang ia pinjam, aku membuka pintu dan melihat tubuh nya yang sangat basah.


“ya ampun Rik, kehujanan ya?” tanya ku.

“iya mbak. Hujan nya tambah deras.” Jawab Riki.

“tuh kan mbak bilang. Kalo antum nurut perkataan mbak antum gak akan kebasahan begini” kau menggerutu kepadanya.

“iya gak apa lah mbak, kan gak tau kalo hujan nya akan sederas ini. Mana buku nya mbak?” kata Riki.

“nih buku nya.” Kata ku sambil menyerahkan buku yang ku pegang.


Sempat aku merasa untuk menyuruh ia masuk kedalam, menunggu sesaat hingga hujan berhenti turun dari langit yang mendung mala mini. Namun lagi lagi keimanan ku melarang ku untuk melakukan hal demikian karena berduaan dengan yang bukan mahrom adalah hal yang terlarang apalagi dalam kondisi malam dan hujan deras seperti ini. Setan pasti akan mudah merasuki kami. Tapi apakah aku tega membiarkan laki laki impian ku ini kehujanan? Padahal aku bisa tetap tinggal didalam kamar dan Riki menunggu di ruang tamu dengan pintu terbuka. Bukankah begitu masih tetap dalam koridor aman daripada mengorbankan orang lain demi diri sendiri.


Petir menggelegar sangat keras. Cahaya nya menyilaukan pandangan kami. Suara angin dan air bertambah semakin bising ditelinga kami.

“akhi, tunggu saja dulu disini sebentar sampai hujan reda” tawar ku.

“gak usah mbak. Ini kan sudah malem, nanti ganggu mbak istirahat” jawab Riki.

“gak kok. Daripada antum kehujanan. Baiknya antum tunggu sebentar disini. Nanti kalo reda antum baru pulang. Biar aman, pintu nya tetap dibuka saja” aku seakan memaksanya untuk menuruti perkataan ku.


Riki pun terlihat menyetujui ide baik ku, entah ini ide baik atau ide buruk. Aku pun mengantar Riki kedalam dan mempersilahkan nya duduk diatas sofa. Melihat nya yang basah kuyup menimbulkan rasa iba didalam hatiku. Dengan inisiatif yang muncul tiba tiba, aku mengambil sehelai handuk, kaos oblong milik ku dan sebuah kain sarung.


“antum keringin dulu badan antum pake handuk ini. Nah ini antum pake dulu saja. Nanti antum sakit pake baju basah begitu” kata ku dengan meletakan pakaian tadi diatas meja didepan nya.

“syukron mbak” jawab Riki dengan penuh santun.


Aku pun berpaling darinya. Aku berjalan menuju dapur untuk membuatkannya segelas teh hangat. Ada rasa bahagia yang amat besar saat ku tuangkan air panas kedalam gelas. Berharap suatu saat kelak aku akan membuatkannya the lagi disaat ia pulang dari kerja dengan sambutan mesra seorang istri kepada suaminya. Setelah menyeduh teh, ku antar teh tersebut ke ruang tamu. Langkah kaki ku terhenti saat ku lihat Riki membuka pakaiannya. Mungkin ia tak menyadari bahwa ku melihatnya dari pintu dapur karena posisi Riki membelakangi ku. terlihat punggungnya yang atletis dan menandakan bahwa ia adalah seorang laki laki yang menjaga kebugarannya dengan berolahraga. Rasa malu menghampiriku saat ia menurunkan celana olahraga nya dan berganti dengan sehelai sarung yang ku pinjamkan. Posisi Riki berubah menjadi menghadapkan badannya kearah kanan nya. Dan ketika ia melepaskan celana dalam nya yang juga basah, sarung nya merosot kelantai. Tanpa sengaja aku melihat penis nya bergelantung diselangkangannya. Besar dan panjang. Vagina ku tiba tiba mengalirkan cairan kental licin nya. Dengan refleks pula aku memejamkan mata ku karena rasa malu dan akal sehat yang masih menjaga ku.


Setelah beberapa detik, aku kembali membuka mataku dan Riki telah memakai semua pakaiannya. Pakaian basah nya diletakan diatas lantai.


“ini teh nya diminum dulu akh” aku meletakan segelas teh keatas meja.

“syukron ya mbak. Hujan nya malah tambah deres mbak” kata Riki.

“iya, gak apa akh. Tunggu saja dulu.Mbak ke kamar ya. Kalo ada sesuatu hal atau hujan nya sudah reda, antum panggil mbak saja ya, mudah mudahan mbak belum tidur” kata ku sambil mengarahkan mata ku kearah yang lain.


Aku masuk kedalam kamar dan menutup pintu kamar ku.


waktu terus berjalan, hujan makin turun dengan deras. Suara petir menggelegar dan cahaya kilat terlihat menyilaukan dari sela sela ventilasi. Aku masih belum dapat tidur karena ada seorang tamu yang masih menunggu redanya hujan diluar sana sementara rasa kantuk sudah mulai mencoba mengalahkan ku dan berusaha membuatku terlelap.


Waktu telah menunjukan pukul 22.05. hujan mulai Nampak reda. Aku keluar kamar masih dengan pakaian syari ku seperti sebelumnya. Ku lihat Riki telah tertidur pulas diatas sofa dengan memakai kaos ku yang agak kekecilan dibadannya dan sarung. Rencana ku untuk membangunkannya dan menyuruhnya pulang menghilang mengingat banyaknya kasus begal yang terjadi belakangan ini. Lalu ku ambil celana panjang nya yang basah yang ia letakan diatas lantai dan ku ambil kunci sepeda motor nya. Aku pun memasukan sepeda motor nya kedalam ruang tamu dan mengunci pintu rumah ku. inilah pertama kali nya aku berdua saja dengan laki laki yang bukan mahrom ku didalam rumah yang terkunci. Bisikan bisikan buruk mencoba mempengaruhi ku untuk berbuat zina dengan laki laki ini namun semua itu masih dapat ku atasi. Namun godaan untuk memandang wajah laki laki yang ku cintai dalam diam ini tak dapat ku kalahkan. Tertegun ku berdiri dihadapannya memandang wajahnya yang tertidur pulas. Andaikan bukan sebuah dosa, pasti aku sudah mencium wajah nya. Mata ku pun menjelajahi setiap tubuh nya yang kekar dan terhenti pada satu titik, yaitu sebuah tonjolan diselangkangannya. Entah disadarinya atau tidak, sebenarnya ikatan kain sarung yang Riki pakai sudah terlepas, sehingga memperlihatkan perut nya. Tanpa bisa ku tahan, aku menuruti bisikan diriku yang lain untuk mengangkat sarung itu dan menurunkannya hingga tonjolan itu terlihat.


“aahhhhh” aku menutup kedua mataku dengan telapak tangan ku. penis nya sangat besar dan kekar. Urat urat penis nya terlihat sangat gagah. Pelan pelan, aku menyingkirkan telapak tangan ku yang menutupi mataku. Aku mencoba membiasakan diri untuk melihat benda itu.


“ayo Hanna, tunggu apalagi? Pegang saja! Kamu pasti penasaran mau menyentuhnya kan?”

“jangan Hanna, jangan sentuh dia seujung kuku pun. Ini dosa, cepat masuk ke kamar mu Hanna”

“gak apa kok Hanna, Cuma pegang dikit tidak akan membuat mu berzina selama kamu tidak berhubungan badan dengan nya”

“Hanna, ingat diri kamu. Kamu seharusnya menjaga diri kamu. Bagaimana jika dia bangun saat kamu menyentuh nya”


Kedua sisi diriku saling bertengkar. Aku merasa penasaran pada penis itu tapi aku juga malu. Ahh entahlah, birahi mulai menguasaiku. Vagina ku mulai berkedut dan lagi lagi mengeluarkan cairan nya. Tanpa dapat dicegah, tangan kiriku menekan vagina ku dari luar gamis. Dan aku yang tahu bahwa ini salah masih saja tetap duduk disamping nya sambil memandangi penis nya yang berdiri. Nafas ku mulai terasa berat, nafsu makin menjalar keseluruh aliran darahku. Ahhh aku pun makin kencang menekan vagina ku. dengan pelan pelan, aku memberanikan diriku menyentuh ujung penis yang berbentuk mirip jamur itu. ahh setiap sentuhan yang ku lakukan membuat ku makin jatuh pada gairah syahwat yang semakin menuntut untuk disalurkan. Penis itu ku sentuh sedikit demi sedikit dan berulang ulang. Tak tahu mengapa aku makin menyukai penis yang bentuk nya lucu menurutku. Ditambah lagi semakin ku sentuh, semakin pula ia mengeras. Sesekali ku tatap wajah Riki, bisa gawat jika ia bangun dan melihatku memainkan penis nya. Gemas, itulah yang ku rasa terhadap penis milik Riki ini.


Aku sangat kaget ketika Riki menggerakan badannya dan posisi tidur nya menjadi miring menghadapku. Alhasil penis nya kini tepat berada didepan wajahku bahkan sangat dekat dengan wajahku. Dengan hati hati, aku kembali menyentuh penis tersebut dengan ujung jari telunjuk ku. aahh aku makin melayang, berawal dari aku menekan vagina ku, sehingga akhirnya aku pun melakukan masturbasi dengan menaikan gamis ku sampai ke pinggang dan memasukan jari ku kedalam celana dalam ku. aku tak lagi memikirkan bahaya nya jika Riki bangun dan melihat seorang akhwat bercadar berubah menjadi binal sambil bermasturbasi dan memainkan penis nya. Rasa malu semakin lenyap dari diriku. Penis itu tak lagi ku sentuh dengan ujung kuku ku, melainkan telah berada dalam genggaman tangan ku. ku elus elus penis itu dengan pelan sedangkan tangan kiriku menggesek klitoris ku dengan kuat. Aahh aku makin menikmati apa yang ku lakukan saat ini tanpa sekalipun memandang wajah Riki yang bisa saja ia terbangun dan melihatku melakukan hal ini. Dan tanpa rasa malu serta ragu lagi, aku mencium penis nya dari balik cadar ku. terserahlah apakah Riki akan bangun atau tidak, jika pun ia bangun, aku pasrah jika kemudian ia memperkosa ku.


Aku semakin jauh tersesat dalam kenikmatan ini. Ku lepas cadar ku agar aku dapat mencium penis nya secara langsung tanpa pembatas. Bibir ku makin liar menjelajahi setiap inchi batang penis nya yang berurat itu. aahhhh jemari ku makin cepat memainkan klitoris. Tanda tanda datangnya orgasme makin terasa. Akhirnya air kental itu mengucur dari lobang vagina ku. kenikmatan yang dihasilkan tiap tetesan air nya membuat tubuh ku lemas seakan tubuh ku ini tak memiliki tulang. Perlahan kenikmatan berubah menjadi penyesalan. Aku mulai mengutuk diriku yang dengan bodohnya melakukan perbuatan hina tadi. Betapa hina nya aku hingga berbuat begitu. Aku masuk kedalam kamar dan menutup pintu rapat rapat. Aku menutup mulutku agar isak tangis ku tak terdengar oleh Riki dan membangunkannya. Air mata ku pun menetes makin deras bersama setiap sesalan yang menggelora dalam diriku. Sesaat kemudian aku teringat jika aku meninggalkan cadar ku di atas lantai didekat sofa dimana Riki tidur. Akan sangat berbahaya jika Riki menemukan cadar itu sedangkan penis nya terbuka dengan bebas. Aku pun membuka pintu kamar ku pelan pelan dan melihat ke arah dimana aku meletakan cadar tersebut. Apa? aku tak percaya, ku lihat Riki tengah melakukan onani dengan menggosokan cadar ku ke penis nya sampai penis nya mengeluarkan air mani nya dan mengotori cadar ku.


======================================================

Rahma
27629325_1179574128842414_795532987523889898_o.jpg


Sendirian, dingin hanya bantal guling yang menemani. Ini adalah kesempatan yang jarang bagiku bisa tidur sendirian didalam kamar hotel seperti ini sambil memencet mencet remote TV untuk menghilangkan rasa bosan ku. sayangnya diluar hujan deras, jika tidak aku ingin jalan jalan keluar malam ini.


Ku raih Hp ku yang ku letakan diatas meja kecil disamping tempat tidur. Tanpa ku sadari, ternyata ada sebuah pesan masuk dalam aplikasi BBM ku.

“hai Rahma apa kabar? Masih ingat kan dengan bapak? Dimana sekarang? Bapak kangen nih mmuuaacchhh” demikian isi pesan tersebut.


Rasanya bergidik membayangkan bandot tua genit itu. usia nya sudah memasuki kepala lima, anak anak nya sudah mempunyai anak semua tapi sikap nya tak kalah genitnya dengan anak remaja. Tapi walaupun begitu, beliau lah yang membantu ku untuk bisa lancar bimbingan skripsi tanpa kendala apapun, ya meskipun aku harus membalas jasa nya dengan tubuhku sendiri dan walaupun sudah tua bangka, beliau masih lebih memuaskan daripada pak Gatot yang barusan menikmati tubuhku, hanya nafsu nya saja yang besar tapi penis nya masih tak ada apa apa nya. Mungkin istrinya malas melayani nafsu nya karena penis nya yang terlalu kecil sehingga dia menyewa pelacur seperti ku.


Pesan dari pak Sukonto mengingatkan ku pada masa masa itu. dimana disaat itu ketika aku masih duduk di semester tujuh, aku dipanggil menghadap ketua prodi.

“semesteran minggu depan, nah kamu belum melunasi angsuran SPP semester ini. Kalau kamu tidak segera membayar hari ini, kamu bisa tidak kami izinkan mengikuti UAS” ujar pak Wardoyo, kepala Prodi.

“ya tapi bagaimana pak, orang tua saya mengalami gagal panen dikampung. Sampai saat ini saya belum dapat kiriman. Tolong bantu saya pak” aku memohon.

“ya gak ada cara lain selain kamu harus melunasi uang SPP kamu. Kan kamu bisa minjem sama siapa gitu” kata pak Wardoyo

“apa bapak tidak bisa mengizinkan saya semesteran terlebih dahulu dan saya pasti akan melunasi uang SPP saya pak” kata ku.

“ya sudah, kalau begitu kamu ke rumah saya saja jam tujuh malam ini. Nanti kita bahas disana ya. Sekarang mau jam pulang saya. Ini alamatnya.” Ujar beliau seraya menuliskan alamatnya diatas secarik kertas.



Pukul tujuh malam, aku berangkat kerumah pak Wardoyo. Sepanjang daerah jalan yang dituliskan oleh beliau, banyak mata mata laki laki maupun wanita yang memandangiku dengan aneh. Baik itu tua atau muda, semua menatap ku dengan tatapan asing.

Setelah berkeliling mencari cari alamatnya, akhirnya aku temukan pula sebuah rumah yang sangat sederhana.


“tok tok tok.. assalaamualaykum” aku mengucapkan salam.


Tanpa terdengar jawaban, seseorang membuka pintu.

“eh Rahma. Ayo masuk dulu” kata pak Wardoyo yang membukakan pintu. Beliau hanya mengenakan sebuah kaos singlet dan sarung merah marun khas bapak bapak.

“ibu mana pak?” aku berbasa basi.

“ohh ibu ada didapur.” Jawab Pak Wardoyo. Kami lalu duduk diatas sebuah kursi busa di ruang tamu. Rumah pak Wardoyo Nampak biasa biasa saja. Tidak menunjukan seperti rumah pejabat pejabat kampus pada umumnya.

“ini pak, ada oleh oleh sedikit” aku menyerahkan sebungkus martabak manis kepada beliau.

“wahh dengan Rahma datang kesini saja bapak sudah seneng banget apalagi dibawain martabak” jawab pak Wardoyo.

“maksud bapak?” tanya ku dengan heran.

“hehehe.. kita bahas yang tadi langsung ya. Bapak tutup pintu nya dulu biar gak didenger orang diluar” kata pak Wardoyo. Ia pun menutup pintu rumahnya. Memang rumah pak Wardoyo ini menghadap langsung ke jalanan dan tak ada halaman ataupun pagar.


Aku bisa merasakan pak Wardoyo berdiri dibelakang kursi ku dan tiba tiba ia memegang payudara ku dan meremas nya dengan kasar.

“awwwww.. pak… jangaaaannn” teriak ku sambil meronta melepaskan genggaman tangannya di payudara ku yang masih terlindung oleh jilbab abu abu dan gamis biru.

“hehehe.. bener kan dugaan bapak. Kamu itu punya toket yang sekal dan kenyal, montok juga ya” kata pak Wardoyo dengan terus meremas payudara ku. kekuatan ku tak dapat mengalahkan pria tua ini sehingga aku tak dapat melepaskan diriku.


Lalu dari arah dapur, datanglah pak Sentot dan pak Sukonto dengan hanya memakai sarung.

“waaahhh enak nihhh.. mahasiswi favorit gue nih” ujar pak Sukonto.

“kalo gue sih mau nya sama Hanna yang pake cadar tapi yang ini OK juga” ujar pak Sentot.


Mereka berdua mendekati ku dan memegangi tanganku. Pak Sentot yang bertubuh agak kurus sedangkan pak Sukonto bertubuh pendek gemuk. Mereka menciumi kedua lengan ku yang masih terbungkus oleh gamis.


“gue tiap hari bayangin ngentotin mahasiswi ini tiap ngajar dia” kata pak Wardoyo.

“sama gue juga pak.. hari ini kita bisa mewujudkan impian kita hahahaha” kata pak Sukonto.


“TOLOOOOOONG” aku teriak sekencang kencangnya.

“hahaha.. muka aja cantik tapi otak nya bodohnya. Ini kan tempat prostitusi jadi mana ada yang mau nolongin orang teriak. Yang ada kamu bisa dientot rame rame sama preman yang jaga daerah sini.


Pantas saja selama dijalan tadi semua mata menuju kepadaku. Jadi daerah ini adalah tempat prostitusi? Artinya aku telah dijebak.

“lepasinn paaakkk nanti aku lapor polisi” kata ku dengan terus berusaha melepaskan diri.
“Dirumah sebelah pelanggan nya polisi tuh. Kalo mau lapor sama dia aja” ejek pak Sukonto.


Kedua dosen itu menciumi wajah dan sekujur tubuh ku sedangkan pak Wardoyo masih asik meremas kedua payudaraku sambil mencium kepalaku yang tertutup sempurna oleh jilbab.


“gue emang demen banget dengan mahasiswi kita yang pake jilbab kayak gini” kata pak Sentot sambil mengangkat gamis ku hingga ke betis dan menciumi kedua kaki ku yang masih memakai kaos kaki.


Rasa geli menghampiri kedua kaki ku yang ternyata tak hanya ia ciumi namun juga ia jilati. Lalu pak Sukonto malah menciumi pipi dan bibirku. Tak jarang ia mencium dan juga melumat bibirku sehingga aku mulai merasakan ada hal yang aneh dalam diriku. Aku merasa ada sesuatu dalam diriku yang menuntut untuk dipuaskan. Aahh apakah aku terangsang?



Perlakuan perlakuan mereka makin intens dan brutal terhadapku. Sehingga akhirnya aku merasa lemas dan lelah untuk meronta dan melawan. Karena berkurangnya perlawanan dariku, ketiga dosen bejat ini memapah ku menuju kamar tidur. Tak jarang mereka meremas payudara atau menyolek vagina ku.


Sesampainya di kamar, aku dilemparkan oleh mereka ke atas tempat tidur.


“pertama kalinya gue ketemu mahasiswi ini, dia gak mau salaman sama gue. Sekarang kita buat dia ketagihan dipegang pegang sama cowok. Gimana?” kata pak Wardoyo.

“setuju pak. Gue juga dulu ditolaknya pas mau salaman” kata pak Sentot.

“iya pak. Gue juga dulu gitu. Gue jadi makin gemes mau ngentotin mahasiswi alim kita satu ini”

Kata pak Sukonto.


Pak Wardoyo menyibakan jilbab lebar ku ke leher. Dengan satu tarikan, ia menarik paksa kancing gamis yang berada didepan dada ku. semua kancing itu berhamburan ke atas kasur.


“kamu diam saja ya. Ini cara agar kami mau menolong kamu untuk tetap bisa semesteran tanpa harus membayar SPP. SPP kamu semester ini nanti kami yang bayarin jadi kamu gak usah pikirin lagi masalah itu sekarang pikirin saja cara nya untuk memuaskan kami” ujar pak Wardoyo.


Aku mengangguk pelan, bukan karena setuju tapi karena terpaksa untuk setuju. Lagipula aku memang butuh bantuan untuk menyelesaikan masalah SPP kuliah ku.


Ketiga dosen itu mengelilingiku dan melepaskan sarung mereka. tampaklah penis penis mereka yang keras dan panjang. Semula aku merasa malu untuk melihatnya dan menutup kedua mataku.


“eh lonte, buka mata mu dong” kata pak Sentot sambil memukul pipiku dengan sesuatu yang tumpul. Saat ku buka kedua mataku, ternyata pak Sentot menekan pipi ku dengan penisnya dan sesekali ia menampar pipiku dengan penisnya.


Pak Sukonto mengambil sebuah gunting dari dalam tas nya dan memotong bagian tengah bra putih ku. lalu ia menarik bra itu hingga kedua payudara ku terlihat bebas oleh mereka yang langsung diremas oleh pak Sukonto. Sedangkan pak Wardoyo menarik celana panjang yang ku pakai dibalik gamis dan menarik paksa celana dalam ku. kaki ku terlihat kemulusan nya didepan ketiga dosen mesum ini. Nampaknya pak Wardoyo sangat menyukai kondisi kaki ku yang hanya tertutup oleh kaos kaki. Ia berulang kali menciumi kaos kaki ku hingga ke paha ku.


Anehnya, aku merasa tubuhku menginginkan perlakuan yang lebih jauh dari mereka meskipun hatiku menolak nya. Aku sendiri merasa bingung kemanakah sebaiknya aku berpihak, memuaskan nafsu yang terlanjur mengurungku atau melawan sekali lagi.


Ketiga dosen itu dengan kompak menciumi daerah daerah tertentu pada diriki. Pak Sukonto mencium dan kemudian menyusu payudaraku. Pak Wardoyo menciumi kaki ku mulai dari kaos kaki hingga ke vagina dan kini ia tengah menjilatinya. Sedangkan pak Sentot menciumi bibirku yang perlahan ku balas. Kedua tangan ku yang semula ku gunakan untuk meronta ronta, kini ku gunakan untuk menekan kepala pak Wardoyo dan pak Sukonto yang sedang asik menjilati vagina dan menyusu dengan ku. aku mulai terbawa kedalam kenikmatan yang mereka rencanakan. Desahan desahan terdengar senyap disela sela pertarungan bibir ku dan bibir pak Sentot yang kemudian diganti dengan pertarungan kedua lidah kami. Entahlah, aku tak pernah mengenal sex terlalu jauh. Semampu mungkin aku menjaga diriku untuk tidak sekalipun menonton film porno ataupun mencari tahu apapun itu tentang sex. Yang ku tahu hanyalah jika air mani bertemu dengan sel ovum maka akan terjadi kehamilan. Ironisnya, dengan sedikitnya ilmu pengetahuan ku mengenai sex, secara naluriah aku dapat merespon setiap hal yang mereka lakukan kepadaku.


“memek nya sudah basah. Kita langsung mulai saja ya” kata pak Wardoyo.

“ayo.. gue gak sabar lagi nih” kata pak Sukonto

“gue juga gak sabar lagi. Sesuai kesepakatan tadi ya. Yang menang undian yang dapet bagian utama nya” kata pak Sentot.


Pak Wardoyo mengarahkan kepala penisnya ke vagina ku. ia menempelkan penis nya tepat didepan lubang vagina ku. ahh rasanya hangat dan geli ketika ia menggesekan penis nya disana. Lalu sedikit demi sedikit, ia memasukan penisnya kedalam vagina ku.


“uhhhh sakiiitttt” aku merintih.

“sabar ya sayang. Sakitnya Cuma diawal kok, nanti juga enak” kata pak Wardoyo. Kedua dosen nya yang lain sibuk merekam aksi cabul dosen dan mahasiswi nya.


Pak Wardoyo terus memasukan penisnya hingga aku merasakan pedih yang luar biasa. Ku rasakan ada sesuatu dalam vagina ku yang disobek.


“aaahhhhh..” hanya jeritan itu yang dapat ku keluarkan untuk menjelaskan kepada mereka betapa pedihnya.

“darah perawan nya sudah ngucur tuh” kata pak Sukonto.


Darah perawan? Berarti aku sudah tidak perawan lagi? Setelah sekian lama aku menjaga kesucian ku dan akhirnya seperti inilah akhirnya? Apa kata suami ku kelak? Bagaimana jika tak ada yang mau menikah dengan ku karena aku telah kehilangan keperawanan? Mengapa aku baru tersadar sekarang tentang keperawanan yang menjadi taruhan? Aahhh tidaaakk.. aku juga tidak bisa melarikan diriku saat ini. Aku hanya bisa berharap ini semua bisa seegra selesai dan semoga aku dapat melupakan kejadian malam ini.


Pak Wardoyo memaju mundurkan pinggulnya. Sakit yang tadi kurasa berubah seketika menjadi nikmat yang tak pernah ku rasakan sebelumnya. Aku mulai terbiasa dengan hal ini. Aku pun mulai menikmati permainan ini, terbukti dengan desahan yang keluar dari mulutku.


“nih anak cocoknya jadi lonte loh.” Kata pak Wardoyo.

“masa sih pak? Enak banget ya?” kata Pak Sukonto.

“bukan Cuma enak, nih ya liat” kata pak Wardoyo. Ia menghentikan genjotannya. Namun aku yang sangat sangat menikmati tetap mengoyangkan pinggulku tanpa peduli apapun perkataan mereka.

“hahaha.. tadi nolak sekarang keenakan yaaa” ledek Pak Sentot. Aku tak menjawab apapun, aku tetap menikmati permainan ini dan terus berperan aktif dalam meraih kenikmatan yang lebih tinggi.


Pak Wardoyo menarik tangan ku sehingga tubuh ku ikut terangkat. Posisi ku berubah dari berbaring menjadi duduk. Dengan keadaan begini, aku dapat mencium aroma rokok dari mulut pak Wardoyo saking dekatnya wajah kami. Ia terus menggenjot vagina ku dari bawah dan menciumi pipi serta bibirku. Peluh kami berdua saling berlomba menetes. Baju gamis, jilbab, kaos kaki dan manset menjadi basah akibat keringat yang mengalir dari setiap lobang pori pori ku. mereka tak melepaskan pakaian ku kecuali bra, celana panjang dan celana dalam. Ku rasakan payudara ku diremas oleh seseorang yang duduk dibelakang ku. penis nya terasa menyentuh di pantat ku. tangan nya merogoh kedalam gamis dan jilbab ku dan memilin milin putting yang mengeras. Posisi ku diapit oleh dua laki laki yang sama sama sedang memburu kenikmatan melalui tubuhku.


Pak Wardoyo merubah posisi nya menjadi terlentang. Posisi ini membuat laki laki yang rupanya pak Sentot dibelakang makin leluasa menjamah tubuhku. Lalu pak Sukonto pun mendekati kami dengan penis nya yang sangat tegang. Ia mendekatkan penis nya ke mulutku. aku tak tahu apa yang harus ku lakukan dengan penis itu, tiba tiba pak Sukonto memencet hidungku. Karena kehabisan nafas, aku membuka mulutku dan dengan cepat pak Sukonto memasukan penisnya kedalam mulutku. ia memegangi kepalaku agar aku tak melepaskan penisnya padahal aku merasa sangat mual. Pak Sukonto pun memaju mundurkan penisnya yang ada didalam mulutku. tubuhku menjadi rebutan tiga pria yang seharusnya mengajarkan ku menjadi manusia yang baik namun mereka malah berbuat tidak baik padaku.


Kemudian pak Sentot mendorong tubuh ku sehingga agak sedikit menungging.

“aaawww saakiiittttt jangan disitu” teriak ku.

“sabar ya lonte.. bentar lagi juga enak” kata pak Sentot.

“pelan pelan pak masukinnya nanti dia gak bisa BAB pula hahahaha” kata pak Sukonto.

“jangan di dubur paaakk.. aaahhhkkkk” aku merintih kesakitan ketika penis pak Sentot menghujam lubang dubur ku. ketiga penis dosen dosen ini memasuki tiga lobang dalam tubuhku. Dengan bersamaan mereka menggenjot tubuhku hingga aku tak berdaya lagi. Pak Wardoyo menggenjot penisnya di vagina ku, pak Sukonto menggenjot penisnya dimulut ku dan pak Sukonto menyodomi pantat ku. ketiga serangan itu menimbulkan kenikmatan yang membuat ku ingin terus dan terus melakukan hal ini. Sampai ketika aku mengalami orgasme pertama dalam hidupku dan merupakan orgasme yang luar biasa bagiku.


Tubuh ku terasa lemas setelah mengalami orgasme yang luar biasa tadi. Ketiga dosen pun mencabut penis mereka dan membiarkan ku berbaring tak berdaya diatas tempat tidur yang sudah sangat kusut. Dengan tatapan samar samar aku melihat mereka mengocok penis mereka diatas tubuhku. Dengan bergantian, mereka menumpahkan air mani mereka diatas gamis dan jilbab serta wajahku. Mereka pun terus menyetubuhi ku hingga pagi datang dan pada malam itu aku menjadi ketagihan pada sex dan menjadikan sex sebagai salah satu dari pekerjaan ku yang sekarang, yaitu guru Bahasa Indonesia di sebuah STM dan pelacur.


Karena biaya kuliah, aku rela menggadaikan tubuh ku dimalam itu. dan hal ini terus berlanjut ketika pak Sukonto menjadi dosen pembimbing skripsi ku. untuk memperlancar proses skripsi, aku harus dengan rela memberikan tubuh ku untuknya setiap ia meminta. Sejak itu pula beberapa dosen dosen lain menyewa jasa ku untuk memuaskan mereka. tentu saja dengan dibayar uang tunai ataupun pelunasan biaya biaya administrasi kuliah. Namun meskipun demikian, aku selalu menjaga image ku sebagai seorang akhwat dengan tak pernah menunjukan identitas ku sebagai pelacur.
-----------------------------
 
#4 Motivator

(IRFAN KAGA PERLU MULUSTRASI KAN? WKWKWK)

IRVAN


Saat aku dan teman-temanku tertidur dikamarku sehabis nonton bokep aku mendadak terbangun karena mendengar suara pintu terbuka. "glotrak kreekkk" saat aku mengintip dari mana asal suara tersebut ternyata itu suara pintu kamar kakakku yang terbuka dan aku baru tersadar yogi tidak ada dikamarku saat itu. aku pun memberanikan diri untuk menghampiri kamar kakaku itu, ternyata ada bekas congkelan benda keras di pintu kamar kakakku yang terbuka ini. "ahhh... ampun yogi...ahhh...ahh...kontol...kamu... ge...de...banget....ahhh... perkosa aku... sepuasmu...shhh..." aku tiba-tiba mendengar desahan kakakku aku pun langsung memberanikan diri masuk dengan mengendap-endap kekamar kakakku. kulihat kakakku mengenakan mukenanya sedang menungging kedua tangannya dipegangi oleh yogi dan mukena yang tersingkap sampai kepinggang itu membuat yogi mudah memperkosa kakakku. dibalik mukena itu kulihat kakakku tidak mengenakan apapun alias bugil. aku mulai menyalakan HPku yang ada dikantongku saat itu dan mulai merekam aktifitas temanku dan kakakku yang sedang membakar birahi itu. "enak gak dientot waktu make mukena begini? rasain neh gua kontolin memek lu..." ujar yogi lalu merubah posisi dan memepetkan tubuh kakakku ke tembok dan kembali memperkosa kakakku dari belakang. aku terus merekam adegan itu yogi dan kakakku terus berganti posisi missionary dan juga 69 dengan yogi rekaman berdurasi 30 menit itu pun selesai ku kerjakan dan kusimpan di hpku. ku lihat mereka berdua sudah tergeletak dikasur kakakku karena kelelahan aku perlahan pergi meninggalkan kamar kakakku. "hehehe liat aja bakal gua latih neh lonte baru" senyumku dalam hati karena aku mendapat ide yang bagus untuk melatih agar kakakku menuruti semua kemauanku berkat video ini.


Kutinggal saja bereka berasyk-masyuk dan kulanjutkan tidur hingga pagi hari ku chat Guru lesku yang sudah jadi lonteku, Bu Dinda.



16003026_983829061761144_5555499109224738798_n.jpg

Dinda

“Ahhh.” Perlahan kubuka mataku. Sebuah kamar yang baru saja beberapa hari ini kutinggali. Tampak tersusun rapi oleh buku-buku sumber untuk menulis skripsi. Vaginaku masih terasa agak ngilu gara-gara permainan buas orang-orang barbar tadi malam. Ya, siapa lagi kalau bukan orang-orang biadap yang membawaku terjerumus di lembah hina ini. Pak Endang, Lastri, dan kawan-kawannya. Demi supaya aku tidak digarap oleh bapak kost-ku yang lama, mereka pun rela mencarikan tempat kos yang baru untukku. Awalnya kupikir mereka mencarikanku kos yang mana laki-laki dan perempuan bisa bebas. Seperti kos-kosan yang sering dihuni oleh suami-istri yang belum memiliki rumah sendiri. Tapi mereka malah mencarikanku kos yang penghuninya khusus perempuan, dan sebagian besar berpenampilan akhwat pula. Cuma bedanya, mereka akhwat yang alim, sedangkan aku akhwat lonte.

Sambil berkaca, memandangi tubuhku, dan meraba beberapa bagian tubuhku, aku berkata pada diriku sendiri, “kenapa ya mereka milihin aku kos disini, lonte sepertiku emang pantes yah tinggal bareng merekk.. ahhh.” Reflek aku mendesah karena tersentuh putting payudaraku yang sedang sensitive. “kok aku sangean sih, sekarang?” pikirku.

“tingg” kulihat ringtone hp.ku berbunyi. Kubuka chat itu dan ternyata berasal dari salah seorang teman kajianku, Hanna.

“Ukhti, yang sering kumpul ya sama kita-kita. Jangan fokus skripsi mulu, kagak bosen apa?”

Kubalas, “iya ukh. Maaf yah emang akhir-akhir ini sering mondar-mandir penelitian buat nih kitab sakti mahasiswa”. Terpaksa ku berbohong padanya. Ahh. Andai saja ku jawab terus terang bahwa aku selama ini mondar mandir jadi budak seks anak didikku, Irfan dan teman-temannya, lalu Pak Endang dan teman-temannya juga. Pasti dia dan teman-teman akan memanggilku ukhti lonte.

“ups. Emang lonte sih. Kan enak” ucapku nakal.

Tak lama, hapeku kembali berbunyi. Kali ini dari salah satu tuanku, Irfan. “Selamat pagi Bu Dinda. Pagi-pagi sange banget, nih. Bu”

Kubalas, “Ihh. Nakal yah kamu, ama guru sendiri bilang-bilang sange.” “Mana buktinya kalo lagi sange?” tantangku.

“nih, Bu” sebuah balasan berisi foto penis yang mengacung tegak sempurna membuat mataku tak berhenti menatap layar hapeku.

“khontoolllmuhh.. gedee.. fann” kubisikkan suaraku dengan nada yang berat untuk menggoda irfan. Kurekam, dan kukirimkan kepadanya suara itu.

Tak lama kemudian, irfan membalas dengan sebuah video pendek. “ahhh bu guru lonteee” ucapnya. Sedangkan di layar, terpampang sebuah video close-up penis yang dikocok perlahan. Terlihat cairan pre-cumnya sudah keluar dari ujung penisnya.

“udah ya Fan. Bu Guru lonte mandi dulu” balasku. Sambil kukirim foto selfi wajahku yang kuatur fokusnya pada pipi kananku di bawah mata yang terdapat sperma mengering. “capek nih abis facial” tambahku.

“wihh. Peju siapa tuh, Bu?” balasnya. Dia lalu melakukan video call, namun ku reject. Sampai tiga kali kulakukan itu. “hihihi, biarin deh dia penasaran. Biar dia ngocokin kontolnya sendiri”. Kataku.

Kulanjutkan hariku dengan mandi dan membersihkan diriku dari segala beban yang ada di pikiran dan tubuh. Termasuk beban sperma yang telah mengering di beberapa bagian di wajahku. Hampir saja aku bermasturbasi karena terlalu sering meraba bagian-bagian sensitifku saat mandi.

“Gak perlu pakai daleman ah. Ademm” lalu aku berjalan keluar untuk membeli sarapan. Walau jiwa eksibisionisku sedang on saat ini, tapi masih kuusahakan untuk menahannya dulu. Kecuali jika kepepet sich. Tapi kok kalo kepepet, kok sering ya?.

Baru sampai gerbang kos, kulihat sebuah gerobak bubur ayam lewat.....


36270044_205876350244758_5066657616399171584_n.jpg

Hanna


Tak bisa ku percaya. Sungguh, aku tak percaya dengan apa yang ku lihat. Riki yang ku kira adalah laki laki yang baik ternyata ia malah menggunakan cadar ku untuk melampiaskan nafsu bejatnya.


“tok tok tok.. mbaakk” Riki memanggil ku dari balik pintu.

“ada apa?” jawab ku dengan singkat.

“ana mau pulang ya mbak” kata Riki.


Riki mau pulang? Tapi bukankah ini sudah larut malam. Bagaimana jika terjadi sesuatu yang buruk kepadanya. Tapi, bukankah sebaiknya ia pulang?


“pulang sekarang? Tapi kan sudah malem akhi” kata ku.

“gak apa mbak. Gak enak nginep di rumah akhwat” jawabnya.


Benar apa yang dikatakan oleh Riki. Riki memang laki laki yang baik. Jika ia bukan orang baik, pastinya dia akan memperkosa ku saat ini dimana hanya ada kami berdua dirumah ini. Tapi kini Riki malah mencoba menghindari situasi berduaan dengan ku. ah bukannya wajar jika Riki melakukan onani. Ia pasti terangsang saat aku menyentuh penis nya. Tapi apakah Riki sadar apa yang ku lakukan padanya?


“gak apa kok akh. Nginep saja dulu disini. Besok sebelum subuh baru pulang ya” kata ku. padahal aku menginginkan ia segera pergi tapi aku malah menahan nya.

“tapi ana ngerasa mengganggu istirahat mbak kalo masih disini” jawab Riki.

“gak kok akh, kan kita beda ruangan. Kecuali kalo akhi masuk ke kamar ini barulah bisa bahaya” uppss apa yang ku bicarakan. Mengapa aku bisa berkata begitu.

“hehehe.. ya kalo ana masuk ke dalam kamar bisa gawat mbak. Nanti terjadi hal hal yang diinginkan” jawab Riki.

“huss kok diinginkan sih? Yang bener tuh yang gak diinginkan” apa? aku semakin bicara ngawur.

“ya kan kalo sudah berduaan maka yang ketiga nya setan mbak. Nanti setan membisikan kita sesuatu yang membuat kita ingin melakukannya” jawab Riki, masih dibalik pintu kamar yang tertutup.

“hehehe.. bener juga antum ya. Ana kira antum gak paham. Kan antum masih kecil” kata ku. aku mulai berani bercanda dengannya.

“siapa bilang ana masih kecil? Ana sudah besar ya mbaakk” kata Riki.

“iihhh adek Riki ngambek dibilang masih kecil. Padahal emang masih kecil” semakin jauh aku berani bersenda gurau dengan nya.

“gak ngambek kok. Ana kan emang sudah besar. Umur kita kan Cuma beda dua tahun mbak” jawab Riki.

“ya tetep aja itu namanya masih kecil adek Riki” aku mulai menggunakan nada nada manja kepadanya.

“ya kalo ana masih kecil kenapa emang? Ana minta buatin susu kalo gitu” kata Riki.


Susu? Sebuah kata bermakna ambigu. Susu sapi, susu kambing atau susu yang… ahh kenapa pikiran ku malah menjadi kotor seperti ini.


“gak ada susu nya dek. Beli aja sana di warung” jawab ku dengan ketus.

“aaahh mbak pelit kaaan. Masa sama adek sendiri pelit gak mau kasih susu” jawab Riki.

“ihh gak percaya banget ya nih anak kecil.” Kata ku.

“mana? Tunjukin kalo emang gak ada susunya” kata Riki.

“cari aja di dapur tuh, mana ada susu nya” kata ku.

“hahaha.. anak kecil mau minta susu” lanjut ku dengan nada mengejek.


Aneh, padahal sudah jam 10 lewat. Mata ku belum juga merasa mengantuk padahal sebelum aksi panas yang ku lakukan tadi, aku sudah sangat mengantuk.


“dek belum mau tidur ya” kata ku.

“belum mbak. Gak ngantuk lagi. Mbak mau tidur ya?”kata Riki.

“nggak. Mbak juga gak ngantuk lagi dek” jawab ku.

“eh kok malah panggil adek sih” tanya Riki.

“ya kan emang masih kecil” kata ku.

“huuu.. mbak ngejek terus nanti adek nya ngambek loh” kata Riki.

“ciee ngambek.. mau dikasih apa biar gak ngambek lagi?” kata ku.

Mau susu lah.. kan tadi sudah dibilang” kata Riki.

“ya sudah nih mbak ada susu alami mau?” kata ku yang semakin mengawur dan tidak jelas.

“susu alami apa mbak? Yang keluar darimana?” tanya Riki.

“aahh dasar anak kecil. Gak tau susu alami keluar darimana” kata ku. mungkin suasana malam yang membuat ku sedikit ngawur.


“ya sudah mana susu nya mbak. Ana gak sabar lagi mau minum susu” kata Riki.

“naahh itu minta sama kucing tetangga. Kan lagi nyusuin tuh kucing nya” kata ku.

“masa susu kucing. Susu manusia lah” jawab Riki.

“eeiittsss apa itu maksudnya susu manusia” kata ku dengan ketus.

“ya susu buat manusia, bisa susu tiang bendera, susu enek, susu cap nyonya atau susu apaaa gitu” jawab Riki.

“hoooo.. kirain susu apa” kata ku.

“emang mbak mikir nya susu apa? hayoooo” kata Riki.

“ya susu gitulah hihihihi” kata ku.


Suasana pun hening. Kami tak lagi saling bercakap cakap. Dingin nya malam membawa ku kepada pribadi yang berbeda dan aku merasa ini seperti bukan diriku, agak genit dan supel kepada lawan jenis.


“dek..” kata ku, kembali memulai pembicaraan yang dibatasi oleh dinding triplek.

“apa mbak. Kirain sudah tidur” kata Riki.

“mbak gak bisa tidur. Adek belum tidur” kata ku.

“belum mbak. Emang gak bisa tidur” jawab Riki.

“dek, susah ngomong pisah ruangan gini” kata ku.

“terus gimana mbak?” kata Riki.

“masuk aja sini ke kamar” kata ku.

“serius mbak? Nanti bahaya loh” kata Riki.

“gak lah. Kalo adek mau ngapa ngapain mbak, langsung mbak pukul nanti” kata ku.

“ya sudah. Buka kunci nya mbak” kata Riki.

“gak dikunci dari tadi pintu nya” kata ku.


Pintu kamar ku terdorong kedalam. Riki pun berdiri didepan pintu kamar ku. namun ia tak lagi memakai pakaian. Hanya sehelai sarung yang masih ia gunakan.

“ihh kok gak pake baju sih” kata ku.

“sempit mbak. Agak sesak pake nya” kata Riki.


Aku duduk di tepi kasur dan Riki masih berdiri didepan pintu.


“ngapain berdiri disana? Mau nagih kredit ya om?” aku semakin mudah bercanda padanya. Ada apa dengan ku ini?


Riki pun masuk dan duduk di tepi kasur. Jarak ku dengan nya hanya beberapa jengkal. Terlihat tubuh nya yang atletis membuat mata ku yang terlihat disela sela cadar terpana. Jantung ku berdebar debar saat berduaan dengan nya dikamar ini. Jarak antara kami dan perbuatan zina pun makin mendekat. Vagina ku kembali berdenyut cepat seperti saat aku melihat penis Riki. Nafas ku terasa berat dan selangkangan ku mulai basah. Tak ku percaya Riki ada disebelah ku dan kami hanya berdua saja dikamar ini. Dan yang lebih tak ku percaya adalah aku sendiri yang menyuruhnya masuk kedalam kamar.


“jadi mau ngobrol apa kita disini mbak?” kata Riki.

“adek gak dingin ya gak pake baju?” kata ku.

“nggak kok mbak. Mbak mau nyoba gak pake baju?” kata Riki.

“iihh dasar mau nya ya” kata ku sambil menatap Riki dengan tatapan manja.

“ya gak lah mbak. Kan adek masih kecil jadi gak ngerti masalah gituan” kata Riki.

“masa sih gak ngerti?” kata ku dengan nada yang genit.

“iya lah. Kalo gak percaya buka aja” kata Riki.

“iya deh.. mbak buka ya.” Kata ku.


“nih sudah mbak buka” aku hanya membuka selimut yang menutupi tubuh ku. sedangkan dibalik selimut, aku masih tetap memakai pakaian syari.

“eh mbak cantik juga ya muka aslinya” kata Riki.

“emang adek liat dimana? Kok asal asal nebak” aku sedikit tersinggung dengan prediksi nya. Tapi memang nyatanya aku cantik.

“itu fotonya” kata Riki sambil menunjuk foto ku yang tidak memakai cadar diatas meja hias.

“eeittss jangan lihat dooong” kata ku. aku menghalangi mata Riki dengan kedua tangan ku tanpa menyentuh nya sedikitpun.

Mbak ada catur ya. Emang mbak bisa main catur?” kata Riki.

“ya bisa doong” kata ku.

“yuk main mbak. Nanti ana kalahin mbak loh” kata Riki.

“eiitss.. sok hebat ya. Awas kalo ana yang menang” kata ku.

“kalo mbak yang menang, mbak buka cadar ya” kata Riki.

“iihhh kesempatan banget. Tapi boleh saja asal Cuma sebentar. Lagian adek sudah lihat difoto juga” kata ku.

“tapi kalo mbak yang menang adek harus….” Kata ku.

“buka sarung mbak? Nanti ana telanjang dong” kata Riki, langsung memotong pembicaraan ku.

“ihhh jangan laahh.. kalo adek kalah adek harus bantuin mbak nulis skripsi hehehe”


Permainan dimulai. Kami sudah tidak lagi berada di tepi kasur. Aku dan Riki malah berada di tengah tengah kasur. Duduk berhadapan dimana diantara kami terdapat sebuah papan catur berukuran sedang. Aku memainkan bidak berwarna putih. Riki nampaknya cukup mahir dalam bermain catur sehingga seringkali aku merasa terancam. Bodohnya, mengapa aku mau membuka cadar ku jika aku kalah? Padahal aku belum tentu yakin dapat menang melawan Riki. Ah sudahlah, aku harus menang dan Riki harus kalah.


“skak mat” kata Riki, meletakan Ratu nya didepan Raja ku. raja ku tak dapat berkutik lagi dan akhirnya aku mengaku kalah.


“mbak, buka cadar nya” kata Riki.

“yaaahh.. mbak kan tadi Cuma bercanda” kata ku.

“yaaahh.. mbak gitu kan sama adek nya. Gak mau nepatin janji” kata Riki.

“ya sudah. Tapi sebentar saja ya.” Kata ku. tali cadar pun ku lepas. Lalu nampaklah wajah cantik yang selama ini ku sembunyikan.


“mbak cantik banget” kata Riki.

“aahh jangan bilang gitu dek. Mbak kan malu” kata ku dengan menundukan muka ku. terlihat oleh ku benjolan besar di selangkangan Riki. Mungkin ia mulai merasakan syahwat, sama seperti ku yang berani melepas cadarku didepannya karena dorongan syahwat.


Wajah Riki mendekat ke wajah ku. nafas ku terasa makin berat dan desahan desahan mulai terdengar pelan dari mulutku. setan makin melancarkan bisikan maut nya kepada kami. Hingga wajah kami saling mendekat satu sama lain. Aku memejamkan mata ku dan terasa dibawah sana, ujung jemari Riki dan ujung jemari ku bertemu. Ahhh apakah ini mimpi? Nafsu birahi telah menarik kami hingga kami menjadi sedekat ini. Melupakan pemahaman agama yang telah kami pelajari selama ini dan status kami yang haram untuk bersentuhan. Bibir ku dan bibir Riki pun makin dekat. Bahagia dan gelisah menyatu menjadi sensasi yang luar biasa dalam hubungan yang hampir hampir menjerumuskan kami kepada zina. Setan setan telah berhasil memperdaya ku untuk makin menenggelamkan diriku kedalam lautan birahi yang ingin ku arungi bersama Riki.


Bibir kami pun makin mendekat, hanya beberapa mm lagi.


“jedaaaaarrrrr” suara petir terdengar kuat. Riki menjauhkan wajahnya. Kami sama sama memalingkan wajah kami ke arah kanan kami.

“maafkan ana mbak” suara Riki terdengar datar.

“mbak juga minta maaf” kata ku dengan nada yang tak kalah datar.

“mbak” Riki memanggilku.

“apa?” kata ku.

“ana boleh pulang?” tanya Riki.

“iya.. boleh” jawab ku dengan singkat tanpa memandang ke arah nya.


Setelah ia memakai kembali pakaiannya yang masih basah. Ia menyalakan sepeda motornya. Ku harap tak ada tetangga ku yang terbangun karena suara mesin sepeda motornya. Ia pun melaju dengan cepat menghilang dari pandanganku.


Air mata mengalir ke pipi ku. aku merasa semakin membenci diriku, jika aku tidak menyuruhnya masuk kedalam kamar, pasti tidak akan terjadi hal tadi. Tapi aku tetap bersyukur, kesucian ku masih terjaga. Dengan penuh rasa sesal, aku pun tidur.


Keesokan harinya…


“assalaamualaykum mbak Hanna. Ana minta maaf atas apa yang terjadi semalam. Ana benar benar diluar kendali. Oh iya, ana semalam menemukan cadar mbak di bawah sofa tempat ana tidur. Ana bawa pulang dulu untuk ana cuci karena kotor, anggap saja sebagai ucapan terima kasih ana karena mbak sudah mengizinkan ana untuk menginap beberapa jam sampai hujan reda.

Mbak belum wisuda ya? Mbak, segerakan wisuda nya ya. Ana minggu depan sudah yudisium. Kalo mbak mau wisuda, mbak kabarin ana ya. Soalnya ana mau ngajak kedua orang tua ana untuk melamar mbak Hanna. Semoga mbak mau menerima pinangan ana”


Mata ku berkaca kaca membaca pesan BBM dari Riki. Dia melamar ku? dia menunggu ku untuk wisuda. Baiklah jika begitu, semangat skripsi Hanna.. jodoh mu menanti di ujung sana.


================================================

35287749_1274513282681831_7730308969448603648_n.jpg

Rahma



Dengan santai, aku berjalan menyusuri koridor yang dikelilingi oleh kamar kamar hotel. Tertuju langkah ku pada sebuah pintu aluminium yang menjadi sarana perpindahan lantai di hotel ini.


Lift nya sepi, hanya aku yang berada didalam lift. Dengan mengenakan gamis pink bermotif bunga dan jilbab biru elektrik yang ku bawa sebelum menghadiri seminar kemarin. Tas ransel ku yang ku pakai membuat payudara ku tercetak dari luar jilbab. Ku tekan tombol angka 1 namun lampu indicator lift malah menampilkan angka 6, 7 dan seterusnya hingga berhenti pada angka 14 sebagai lantai tertinggi di hotel ini.


Seorang pria berbadan kurus dan hitam masuk kedalam lift. Usia nya sekitar 35 keatas dengan memakai seragam OB.


“cewek kayak mbak pasti mahal tarif per malam nya ya” kata pria tua itu.

“maksud bapak?” tanya ku dengan heran.

“mbak kan yang nginep di kamar 512?” tanya nya.

“iya benar” jawab ku.

“itu kan yang booking atas nama Gatot, dia kan temen saya. Saya juga yang beresin kamar nya sebelum dia datang kesini” kata pria itu.


Aku hanya terdiam mendengar penjelasan dari orang ini.


“jadi saya sempet mikir, berapa ya pak Gatot bayar lonte jilbaban kayak mbak. Pasti mahal banget. Yang pake baju seksi aja bisa sampe lima jutaan, apalagi yang kayak mbak ya. Sensasi nya kan pasti greget banget bisa ngentotin cewek alim yang kerja jadi lonte” jelas nya.


“maaf ya pak. Bapak salah orang. Saya gak kenal dengan pak Gatot dan saya juga bukan pelacur seperti yang bapak tuduhkan.” Kata ku dengan kesal.

“kalo bukan, coba buktikan!” pria itu memeluk ku dan meremas payudara ku.

“tuh kan gak pake bra. Dasar lonte ya” kata pria itu.

“lepasin pak.. lepasin atau saya teriak” kata ku dengan meronta ronta.

“teriak aja mbak. System pengawasan keamanan di lift ini rusak kok. Lagipula ini kan lift khusus buat OB” kata nya.


Aahhh kenapa aku tak melihat tanda jika ini adalah lift khusus OB? Angka indikatornya juga tak berubah. Mantap di angka 14.

“saya pause sebentar jalan lift nya mbak. Soalnya saya mau enak enakan sama mbak lonte nya pak Gatot.” Kata nya.


Pria ini menggesek penis nya di pantat ku dengan kasar dan tangan nya sangat liar meremas payudara ku.

“gak pake CD juga rupanya ya mbak. Biar gampang ngentotin nya ya” ejek pak tua ini.

“aahhh gak mauuuu.. lepaaasssiiinn” kata ku.

“iya deh nih saya lepasin celana saya” ia pun melepaskan celana nya dan penis nya yang besar dan berurat terlihat sangat menggiurkan bagiku. Namun aku tetap harus pura pura jaim agar ia tak memperlakukan ku semena mena.


Ia lagi lagi menekan nekan penis nya ke belahan pantatku dari luar gamis ku. ujung penis nya terasa menyentuh ujung jilbab yang ku kenakan.


“oohh pantat akhwat emang nikmaaatt” ia menceracau.

“aahh lepas.. lepasin.. gak mauu aaahhh” kata ku.

“terus aja melawan dan meronta ronta, lonte akhwat.. saya semakin suka” katanya, semakin ia kasar menggesek penis nya dan semakin kuat ia meremas payudara ku. dengan mudah, ia menurunkan resleting gamis yang terletak didepan payudara ku sehingga tangannya dengan mudah meremas payudara ku tanpa adanya penghalang.


“toket nya manteepp.. berapa orang yang sudah ngisep nya ya” kata OB tua itu.

“jangan paaaakk.. lepaaasiiinn..” kata ku yang selalu menolak padahal aku mulai terangsang. Apalagi melakukan sex ditempat seperti ini adalah sebuah pengalaman baru bagiku.


Pria tua itu mengangkat gamis ku keatas sehingga tampaklah bongkahan pantat ku yang sekal dan kenyal. Ditamparnya lah dua bongkahan pantat itu berkali kali. Dan dengan paksaan, ia menarik pinggang ku sehingga posisi ku menjadi menungging. Lalu ditancapkannya lah penis besar nya itu kedalam vagina ku.

“hahaha.. tuh kan lonte.. bukti nya memek kamu sudah becek” kata nya.


Ia pun menggenjot penisnya dengan cepat. Aksi seperti ini memberikan ku sensasi baru dan kenikmatan yang luar biasa. Keringat kami pun bercucuran dan membasahi pakaian kami serta lantai lift.


Genjotan demi genjotan terus ia lakukan dengan kasar, cepat dan liar. Tubuh ku menggeliat merespon kenikmatan yang ku dapat dari gesekan penisnya di dinding vagina ku. tiba tiba aku merasakan lift ini bergerak turun. Ahh bagaimana jika ada OB lain yang masuk? Lalu ia melepaskan pelukannya dan mencabut penisnya. Aku terjatuh kedalam posisi duduk diatas lantai lift yang basah akibat keringat kami. Tiba tiba aku merasakan semburan hangat mengenai wajah dan kepalaku. Ternyata pria ini mengeluarkan air mani nya diwajahku.


“nah itu bayaran buat lonte kayak kamu. Make up pejuh langsung dari sumbernya. Hahaha” kata nya.

“nah ini ada sedikit tambahan buat beli jilbab baru karena jilbab yang ini sudah kotor” ia mengeluarkan dua lembar uang kertas pecahan seratus ribu dan melemparkannya padaku yang masih terduduk dilantai lift.


Pintu lift pun terbuka, ia keluar dan meninggalkan ku sendirian didalam lift dengan noda noda sperma yang ia tinggalkan di jilbab dan wajahku.
-------------------------
 
Terakhir diubah:
lanjutin dinda sama azizah nya gan...!tunjukan kehebatanmu
 
Bimabet
lbih pnsrn sm dinda azizah...cz setau ane kisah riki,hanna, rahma udah tamat juga...
tp klo mw d bkin kreasi mantap lah dijadiin satu cerita...satu universe...good job kakak
 
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd