Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

DRAMA Aku dan Putri

Part 17 Kecanggungan Membawa Birahi 3



POV Teh Ratna
“Andre tau Teteh belum puas, kan?” Bisiknya samping telingaku... DEG.....

”Mak..maksud kamu a..apaa Ndre?” kataku dengan gugup dan terbata-bata. Aku sungguh kaget sekali dengan perkataan Andre barusan. Tidak mungkin Andre tahu bila aku tidak puas dengan persetubuhanku dengan Bang Haris tadi. Atau jangan-jangan... Tidak mungkin. Lancang sekali jika Andre sampai mengintipku bersetubuh dengan Bang Haris. Kataku dalam hati.

Kemudian Andre semakin mendekat kepadaku. Diraihnya tangan kananku dan diarahkan menuju selangkangannya. Sial. Lagi-lagi aku merasa seperti dilecehkan olehnya. Tapi aku tidak bisa membohongi diri sendiri, aku menyukai caranya. Andre seperti mengetahui rasa penasaranku pada burungnya.

Lalu insting birahiku mulai berjalan. Perlahan kuelus dan kuremas burungnya yang berada dibalik kolor tipis Andre. Sungguh. Telapak tanganku tidak dapat melingkar penuh pada burungnya. Kutatap kembali Andre. Dia masih diam saja sedang menatapku. Bola mata kami saling bertemu bertatap-tatapan. Namun sebelah tanganku masih sibuk dengan burungnya.

Andre mengangkat sebelah tangannya, yang tak lama kemudian memegang pipiku. Dielusnya pipiku dengan sebelah tangannya. Astaga. Aku merasa sangat nyaman saat ini. Padahal kami berada di dapur dan sedang melakukan tindakan yang kotor. Tapi Andre dapat membuatku nyaman, membuat perasaan takutku hilang seketika.

Tapi itu semua tak bertahan lama. Andre melepaskan tanganku pada selangkangannya. Dengan tatapan yang tidak aku mengerti, Andre langsung pergi meninggalkanku kembali ke kamarnya.

Kenapa Andre? Kenapa? Apa kamu mau mempermainkan Teteh? Kataku dalam hati.

Lalu saat itu juga aku menangis. Entahlah aku menangis karena apa. Mungkin karena kecewa, atau karena rasa bersalah. Yang pasti saat ini aku ingin menangis.

**

POV Andre

“Hahaha bisa aja lo. Lagian kan dia juga yang mulai, ya gua mah seneng-seneng aja dikasih rejeki hahahah.” Suara dibalik telpon ini, yang tak lain adalah Boy. Dia sedang menceritakan pengalaman liburannya dengan pacarnya Ayu. Dia bercerita bahwa dia dan Ayu tertangkap basah oleh pembantu rumah Ayu, saat sedang bersetubuh. Sungguh bodoh Boy hahaha.

“Ya elo juga sih, nggak liat sikon di rumahnya Ayu. Sukurin dah lo, biar dilaporin sama ortunya Ayu.” Kata gua mencoba meledek Boy.

“Set dah. Sampe berani tuh pembantu ngelaporin gua. Liat aja nanti bakal gua sikat juga hahaha.” Ucap Boy tanpa rasa takut.

“Oiya yang lain gimana Boy? Lu liburan main bareng nggak sama Angga, Diki, Fachrul?” Ucap gua menanyakan teman-teman yang lain.

“Cuma Fachrul doang Ndre, Angga Diki kan pada ke luar kota.” Balas Boy.

“Terus gimana kabar Fachrul, masih jomblo apa udah single dia?” Kata gua dengan bercanda.

“Nggak mesti gua jawab lo pasti udah tau kan jawabannya.” Sahut Boy.

Setelah hampir 30menit gua ngobrol ngalur ngidul dengan Boy, percakapan kami lewat telpon berakhir. Hhhh rasanya kangen juga main sama bocah. Selama liburan ini gua nggak pernah ketemu sama sekali. Untung 3 hari lagi gua sama Putri udah balik ke Bandung, jadi gua bisa ketemu lagi sama temen-temen gua.

Pagi ini gua sedang berada di teras rumah Putri sambil menghirup kopi panas. Sungguh nikmat dipagi hari yang dingin ditambah dengan segelas kopi panas. Saat sedang menghirup kopi, gua memikirkan kejadian semalam dengan Teh Ratna. Keliatannya dia udah hampir gua taklukin. Gua tinggal nyari kesempatan yang pas aja buat tuntasin semua.

Yak. Semua ini gua lakukan karena gua udah kepalang kesal dengan Teh Ratna. Dia berani-beraninya godain gua, saat kami pergi berdua untuk mengambil obat Bang Haris. Gua yang merasa tidak terima, memutuskan untuk membalas perbuatannya, atau lebih tepatnya untuk meladeni perbuatannya tersebut. Dan sepertinya rencana gua mendekati hasil. Seperti senjata makan tuan, rayuan dan godaan Teh Ratna ke gua, gua balikin dan membuat dia blingsatan sekarang.

Saat sedang melamunkan Teh Ratna, Putri datang..

“Hayoo... pagi-pagi udah bengong aja. Nanti kesambet setan pagi loh Ndree.” Ucap Putri yang seperti ingin mengagetkan gua, namun gagal. Putri lantas duduk di kursi sebelah gua. “Bagi dong kopinya.” Lanjut Putri, sambil mengambil gelas kopi gua tanpa gua izinkan terlebih dahulu.

“Put..Put.. kamu masih pagi udah bikin gemes aja sih. Untung aja sekarang kita lagi dirumah kamu.” Ucap gua sambil mencubit pipi chubbynya Putri.

“Iihhh..” Putri merintih karena pipinya gua cubit. “Maksud kamu apa itu? Emang kalo bukan di rumah aku, kamu mau ngapain?” Ucap Putri
dengan mata disipitkan menyelidik.

“Hahaha nggak harus aku kasih tau, kamu pasti udah tau kan?” Balas gua dengan tertawa. Kembali gua sruput kopi.

“Dasar kamu Ndree.. awas aja kamu nanti kalo ada kesempatan aku bikin KO hahaha.” Ujar Putri dengan menoyol rambut gua.

“Apa? Aku nggak salah denger tuh? Aku bakal tungguin saat-saat itu Put, saat-saat kamu bikin aku KO. Itu juga kalo kamu bisa hahaha.” Sahut gua. Gua pun bangkit menghampiri Putri, dan mulai mengelitiki pinggangnya. Putri pun mengetahui sebuah ancaman, langsung bangkit dari duduknya. Namun gua nggak tinggal diam, gua kejar dia.

“Eh eh Iy..iya Ndree.. geli geli aduh ampun ampun hahahah.” Kata Putri saat gua gelitik pinggangnya. Setelah gua berhenti gelitik Putri, sambil berdiri kini dia berada dalam dekapan gua. Punggungnya disandarkan ke dada gua. Gua cium rambut hitamnya. Wangi sampo rambutnya gua udah hafal betul, dan gua suka.

“Aku tunggu loh janji kamu buat bisa bikin aku KO.” Kata gua dengan berbisik.

Putri hanya diam. Dia semakin meremas telapak tangan gua dalam genggaman tangannya. Kami berdua hanya diam selama beberapa menit dan masih di teras rumah. Lalu Bunda tiba-tiba datang dari dalam..

“Aduuhh ini anak berdua, masih pagi udah mesra-mesraan. Makan dulu, itu sarapannya udah siap.” Kata Bunda kepada gua dan Putri. Kami berdua pun langsung melepaskan dekapan masing-masing.

“Iya Bunda makasih. Ini si Putri masih pagi udah manja banget.” Ucap gua dengan menyalahkan Putri.

“Enak aja nyalahin aku. Andre dulu tuh Bunda yang gelitikin aku.” Balas Putri yang tak terima disalahkan oleh gua.

“Udah udah, tadi mesra-mesraan. Sekarang malah berantem. Kalian ini. Ayuk sarapan dulu..” Perintah Bunda pada kami berdua.

Lalu gua dan Putri masuk ke rumah, membuntuti Bunda ikut ke ruang makan. Di ruang makan telah ada Teh Ratna dan Bang Haris dengan Taufan yang duduk di pangkuannya. Sesaat Teh Ratna melirik ke arah gua, namun segera mengalihkan pandangannya.
“Ayo Ndree sarapan sarapan..” Ajak Bang Haris sambil menyuapi Taufan.

“Iya Bang. Hmm Ayah kemana Bang? Kok nggak ada?” Tanya gua yang memperhatikan ruang makan, tapi tidak menemukan Ayah Putri.

“Ayah udah berangkat tadi pagi buta. Biasalah setiap hari senin selalu ada upacara.” Jawab Bunda sambil menaruh piring-piring di atas meja. Oiya juga ya, Ayahnya Putri kan seorang PNS. Sudah hampir dipastikan setiap hari Senin selalu ada upacara.

“Udah Andreee.. duduk dulu sini. Dari tadi diri mulu.” Ujar Putri yang memberikanku kursi. Namun sialnya posisi kursi tersebut justru berada di samping Teh Ratna. Sedangkan posisi duduk Putri sendiri berada di depan gua.

Teh Ratna yang sedang menguyah roti isi selai tersebut, terlihat berhenti mengunyah saat gua duduk tepat disamping dia. Teh Ratna hanya menatap ke arah piring, sedangkan kedua tangannya memegang selembar roti.

Gua lantas mencoba bersikap biasa-biasa saja dengan Teh Ratna. “Wiihhh enak banget tuh Teh selai cokelatnya.” Kata gua dengan santai.

“I.iya Ndre. Teteh bawa dari Medan.” Jawab Teh Ratna yang mencoba mengendalikan dirinya untuk terlihat biasa-biasa saja. “Ini dicobain aja.” Lanjut Teh Ratna dengan memberikan gua selai cokelat tersebut.

Gua ambil selembar roti, kemudian gua oles selai cokelat tersebut. “Hhhmm enak Teh. Ini enak Put, asli enak.” Sahut gua dengan sedikit berlebihan dan menawarkan selai tersebut ke Putri.

“Hihihi lebay kamu Ndre.” Kata Teh Ratna yang tersenyum, namun tatapannya tidak berubah tetap ke piring di meja.

Sepertinya Teh Ratna sudah dapat menguasai suasana ini. Gua pun memutuskan untuk menikmati hidangan sarapan pagi ini. Tapi saat sedang asik-asiknya sarapan, sialnya Teh Ratna mulai berulah kembali. Dengan tatapan yang masih lurus ke arah piring kosong, tangan kiri Teh Ratna perlahan turun menggerayangi selangkangan gua.

Sial nih orang, berani juga, kata gua dalam hati. Mau nggak mau gua harus sedikit memajukan kursi gua, agar tidak terlihat oleh siapapun termasuk Putri yang berada tepat di depan gua.

Teh Ratna mengelus kontol gua yang masih berbalut celana tipis. Padahal disamping kanan dia ada suami dan anaknya. Kayaknya Teh Ratna benar-benar perlu dikasih pelajaran. Dengan perlahan gua ajak tangan kirinya untuk masuk dari celah celana gua, dan langsung bersentuhan dengan kontol gua.

“Uhhuukk uhhukk.” Teh Ratna tersendak, dan langsung kembali mengeluarkan tangan kirinya dari dalam celana gua. Hahaha sukurin. Berani sih ngerjain gua. Giliran megang sedikit langsung kaget.

Gua sudah dapat membaca orang seperti Teh Ratna. Dia itu tipikal wanita yang memiliki nafsu birahi yang cukup tinggi, namun sangat minim sekali pengalamannya dalam urusan sex. Makanya gua berani berbuat demikian.

“Mamaa.. pelan-pelan dong kalo makan.” Kata Bang Haris suaminya yang langsung memberikan segelas air mineral. Kasihan Bang Haris, padahal dia sangat baik dan perhatian sekali dengan Teh Ratna, namun dia tidak menyadari jika istrinya telah main nakal dengan gua dibelakang.

Namun apa boleh buat, orang seperti Teh Ratna harus diberi pelajaran telah main-main dengan gua. Dia pikir gua cetek pengalaman dalam urusan sex, padahal mah dirinya sendiri yang cetek.

Setelah itu Teh Ratna kembali diam, dan fokus menyelesaikan sarapannya. Dengan cepat roti yang dimakannya telah habis. Lalu Teh Ratna pun pergi lebih dulu bersama Taufan dari ruang makan.

“Bang Haris besok jadi pulang Bang?” Tanya Putri pada Bang Haris.

Sambil mengelap mulutnya dengan tisu sehabis makan. Bang Haris menjawab, “Iya Put, jadi. Tujuannya hari ini mau jalan ke pasar beli oleh-oleh dulu buat tetangga dirumah.”

“Cepet banget Bang. Kirain bareng Andre sama Putri kali pulangnya.” Kata gua ikut nimbrung dalam obrolan tersebut.

“Kaga Ndre, masih banyak kerjaan. Belum lagi minggu depan harus balik kerja ke Kalimantan.” Lanjut Bang Haris. Seperti yang sudah gua ceritakan sebelumnya, bahwa Bang Haris ini kerja di luar pulau, tepatnya Kalimantan.

“Emang nggak niat pindah ke kota asal aja Bang? Biar bisa bareng istri sama anak terus.” Ucap gua.

“Ya kalo niat mah pasti ada. Tapi kan nggak bisa dalam waktu dekat.” Jawab singkat Bang Haris.

Setelah itu Bang Haris juga pergi meninggalkan ruang makan. Mungkin mau bergegas mandi, kan tadi dia bilang ingin belanja oleh-oleh. Jadi hanya gua dan Putri di ruang makan ini. Teringat oleh-oleh, gua jadinya pengen beliin buat bocah di Bandung nanti. “Put kamu emang nggak mau beli oleh-oleh? Buat temen-temen di Bandung nanti.” Tanya gua ke Putri.

“Hhhmm boleh tuh Ndre. Gimana kalo hari ini kita juga beli oleh-oleh?” Kata Putri mengajak gua. Namun rasanya hari ini gua nggak pengen keluar rumah, lagi mager.

“Yah Put aku lagi mager keluar rumah hari ini hehehe. Nggak tau kenapa bawaannya males bawa mobil.” Kata gua dengan nyengir.

“Yaahh kebiaasan deh. Kamu yang ngasih saran buat beli oleh-oleh, malah kamunya yang males.” Ucap Putri dengan cemberut.

“Seriusan Put aku lagi males, lagi pengen tidur aja rasanya seharian. Kamu aja ya yang pergi beli oleh-oleh. Hehehehe. Nanti aku sekalian nitip buat Boy, Fachrul, Angga sama Diki. Yayayaya.” Kembali gua merayu Putri untuk menuruti kemauan gua.

“Yaudah deh terserah kamu aja. Tapi ada syaratnya..” Kata Putri.

“Apaaa?” tanya gua.

“Hhhmm.. kamu cium aku dulu.” Jawab Putri.

“Hahaha kamu, masa disini sih Put. Kan nggak enak kalo diliat Bunda atau yang lain.” Ucap gua.

“Yaudah deh yaudah, nanti aja kamu bayar syaratnya.” Ujar Putri dengan tersenyum manis.

Lalu kami berdua memutuskan untuk menyelesaikan sarapan. Putri membereskan piring bekas gua tadi dan menaruhnya di tempat cucian piring. Memang sungguh calon istri idaman sekali Putri ini hahaha. Kemudian gua perhatiin situasi sekitar, setelah gua merasa cukup aman, gua menghampiri Putri yang sedang mencuci piring. Begitu Putri balik badan langsung gua cium bibirnya. Putri awalnya kaget dengan mata yang terbelalak. Namun perlahan dia mulai ikut meladeni ciuman gua.

“Hhhmmm mmmhhhh mmmhhhh” suara mulut kami yang bersatu.

Kemudian gua keluarkan lidah gua perlahan, berusaha menerobos masuk ke dalam mulutnya Putri. Putri yang paham, dengan perlahan membuka mulutnya hingga lidah kami saling melilit satu sama lain.

“Cclluurrpp cclluurrpp cclluurrpp hhmmm ccclluurrppp.” Begitu merdu suara air liur kami yang sudah bersatu.

Saat sudah mulai menikmati.. tiba-tiba.. “Eeheemmm!!” saat gua tengok ternyata Teh Ratna memergoki kami berdua. Langsung gua melepas cumbuan gua pada Putri karena kepergok Teh Ratna. Tapi pandangan Teh Ratna tetap melihat ke bawah lantai, tidak berani melihat ke arah gua.

Gua langsung canggung berdua sama Putri. Teh Ratna pun langsung kembali pergi meninggalkan kami berdua. “Ndre.. kamu sih berani banget cium aku disini.” Kata Putri dengan mencubit lengan gua.

“Aaww iya kan mau bayar syaratnya langsung sama kamu Put. Hehehe.” Sahut gua hanya bisa nyengir doang.
Kemudian gua memutuskan untuk kembali ke kamar untuk tidur-tiduran sambil main hp. Dan tak berapa lama rasa kantuk menyerang gua, dan gua pun tertidur.

*

Saat gua terbangun hari sudah siang bolong. Sunyi sekali di rumah, kata gua dalam hati. Sepertinya semua orang sedang keluar. Gua baru ingat, kan tadi gua nyuruh Putri buat beli oleh-oleh sekalian sama Bang Haris dan Teh Ratna, kata gua dalam hati. Perlahan gua bangkit dari kasur. Dan saat gua keluar kamar, benar saja rumah ini sepertinya kosong. Hhoooaaaammmm gua menguap sambil mengucek mata yang masih terasa mengantuk. Untuk menghilangkan rasa kantuk tersebut, gua memilih untuk membersihkan mobil.

Gua hanya membersihkan bagian dalam mobil saja. Banyak sekali pasir pantai yang terbawa ke dalam mobil gua. Belum lagi sisa-sisa snack seperti keripik dll. Gua sapu lantai mobil, mencoba menjangkaunya sampai bawah kursi. Kemudian gua keluarkan alas mobil dan tidak lupa gua bersihkan. Setelah gua merasa cukup dengan kebersihan dalam mobil sekarang, maka gua menyudahinya.

Gua pun kembali ke dalam rumah, berniat untuk mengambil segelas air mineral di dapur. Saat di dapur gua mengambil gelas dan menuangkan air mineral ke dalamnya. Segera gua habiskan air mineral tersebut untuk melepaskan dahaga gua. Ahhhhh, seger banget. Kata gua dalam hati. Semua terasa hening dan sunyi sekali di rumah ini ketika semua orang sedang pergi.

Namun saat gua sedang menikmati kesunyian di rumah ini, gua mendengar suara yang cukup mencurigakan. Dan itu berasal dari dalam kamar mandi. Di saat-saat seperti ini bukannya takut gua malah merasa harus waspada, takut ada maling. Dengan mengendap-endap, gua coba mendekati ke kamar mandi, yang letaknya bersebelahan dengan dapur. Sesudah berada di depan kamar mandi, gua semakin yakin bahwa suara aneh tersebut berasal dari sini.

Suaranya semakin jelas, seperti tidak asing lagi di pendengaran gua. Seperti suara desahan. Gimana caranya ya buat gua tengok ke dalam, ujar gua dalam hati. Beberapa detik kemudian gua menemukan sebuah lubang pada pintu kamar mandi. Pintu tersebut sepertinya memang sudah lama tidak diperbaiki.

Langsung saja gua intip dari balik lubang tersebut. Karena lubang tersebut terlalu kecil sehingga gua cukup kesulitan untuk melihat. Tapi... gua mendapatkan sesosok yang gua yakini seorang wanita di dalam dengan menggunakan jilbab, namun gua tidak dapat melihat wajahnya.

Dan tiba-tiba pikiran gua teringat akan seseorang. Yap. Tidak salah lagi, warna jilbabnya sama dengan yang Teh Ratna gunakan tadi pagi. Sedang apa dia di dalam kamar mandi? Berhubung keadaan rumah sedang sepi maka gua mencoba mendorong pintu kamar mandi, yang ternyata tidak terkunci.

Sesaat pintu terbuka benar sudah dugaan gua jika orang di dalam adalah Teh Ratna. Baik gua ataupun Teh Ratna sama-sama terkejut. Gua nggak menyangka melihat Teh Ratna sedang mengangkang dengan gamis yang tersingkap sampai perut.
Pura-pura bego dan sok polos gua bilang “Teh Ratna ngapain?”

Teh Ratna langsung merapikan gamisnya namun masih terduduk di lantai kamar mandi. Tatapannya hanya menunduk ke lantai tidak berani melihat gua. “Hayo Teteh nakal ya, nanti Andre bilangin Bang Haris ah.” Kata gua mencoba untuk mempermainkan Teh Ratna. Dia masih diam saja tatapan masih ke lantai.

Karena kepalang tanggung gua maju dan menutup pintu kamar mandi. Mendengar suara pintu ditutup Teh Ratna langsung mendongakan kepala. Kemudian gua jongkok sehingga kini gua berada didepan Teh Ratna persis. Tanpa omong kosong lagi gua pegang dagunya dan gua cium bibir Teh Ratna.

Awalnya dia kaget saat tiba-tiba gua mulai menciumnya, namun dengan cepat dia mengikuti kemauan gua. Gua pegang pipinya sambil terus mencoba memasukkan lidah. Akhirnya mulutnya terbuka dan lidah gua bebas leluasa bermain dengan lidahnya hingga kami saling bertukar air liur.

Ccclluuurrrpp cccllluurrrppp Eeemmmhhh suara desahan Teh Ratna.

Tanpa gua sadari ternyata sebelah tangan Teh Ratna sudah memegang selangkangan gua yang masih dibalut oleh celana tipis. Kelihatannya dia sudah tidak sabar. Maka gua hentikan gulatan lidah gua. Teh Ratna hanya menurut saja dan diam, namun tangannya tetap mengelus kontol gua dari balik celana.

“Teteh mau ini?” Kata gua dengan menunjuk ke kontol. Dengan perlahan Teh Ratna mengangguk pelan.

“Mau apa Teh? Apa ini namanya?” gua terus menggoda Teh Ratna.

Tatapannya tidak berhenti menatap selangkangan gua. “Bu..burung.” ucapnya pelan.

Hahahaha dalam hati gua tertawa ngakak. Gila ini cewek kayaknya masih kaku banget untuk urusan sex. Penyebutannya saja ‘burung’.

“Ini kontol Teh namanya. Bukan burung.” Bisik gua pelan. “Ayo coba diulang.”

“Koo..koo..n..kontol.” Kata Teh Ratna sangat pelan sekali namun masih terdengar dengan telinga gua.

Maka dari itu gua bangkit berdiri hinggal selangkangan gua tepat berada di depan wajah Teh Ratna. Langsung gua buka celana gua hingga muncullah kontol kebanggaan gua masih belum ngaceng maksimal.

Gua lihat Teh Ratna melotot memandang kontol gua. Gua pegang dan gua kocok di depan wajah Teh Ratna yang masih melotot. “Ayo dong Teh, katanya mau kontol.” Ujar gua dengan vulgarnya.

Dengan sedikit ragu Teh Ratna mulai memegang kontol gua. Dan secara perlahan dia kocok kontol gua.
Aaahhh tangannya terasa sangat halus menyentuh kulit kontol. Karena masih belum puas gua mencoba memegang kontol dan mengarahkannya ke mulut Teh Ratna.

“Teteh belum pernah Ndre.” Ujarnya dengan sedikit malu, kembali dia menghadap ke lantai.

“Gak usah malu Teh, belajar pelan-pelan.” Kata gua untuk merayunya.

Setelah itu Teh Ratna mencoba untuk mengikuti keingingan gua. Dengan perlahan dia masukkan kontol gua ke dalam mulutnya. Awal ketika dimasukkan giginya masih menyentuh kulit kontol gua. Namun Teh Ratna yang mengerti gua sedikit meringis kesakitan mencoba mengatur agar kontol gua tidak mengenai giginya.

Sepertinya Teh Ratna cepat belajar dan gua pun mulai menikmati kuluman pada mulutnya. Aaaahhhh walaupun hanya separuh kontol gua saja yang masuk mulutnya, namun rasanya sudah basah sekali. Sungguh kecanggungan kayak gini menurut gua menambah kenikmatannya.
Karena kondisi kamar mandi yang tidak memungkinkan, maka gua suruh berdiri Teh Ratna dan gua ajak ke kamarnya. Gua udah nggak peduli, dengan setengah telanjang gua jalan menuju kamar Teh Ratna.

Sesampainya di kamar Teh Ratna langsung gua rebahin di kasur. Gua hanya berjongkok di lantai mencoba untuk membuka gamisnya sampai ke perut. Maka terpampanglah kemaluan Teh Ratna yang ditumbuhi bulu halus yang rapi, karena sehabis masturbasi tadi dia sudah tidak mengenakan celana dalam.

Melihat santapan di depan mata, dengan cepat gua sapu memeknya dengan lidah gua.

Ssslluuurrppp Mmmhhhh suara mulut gua dengan memeknya yang sudah becek.

“Aaaahhhh Ndree kamu ngapainnn? Jorokkk..” Ujar Teh Ratna mencoba menolak, namun tangannya justru semakin menekan kepala gua.

Gua mainin terus klitorisnya, kadang gua sentil pake lidah kadang gua sedot. Begitu terus dan tak berapa Teh Ratna mengejang tanda dia akan mencapai orgasme pertamanya.

“AAAHHHHH MMMHHHHH” Pekik Teh Ratna dengan menutup mulutnya agar tidak berteriak, padahal di rumah ini hanya kami berdua.

“Sssshhhh Ndree Teteh lemess.” Ucapnya yang kini sudah melepaskan kepala gua.

Nafsu gua yang udah di ubun-ubun udah nggak bisa gua tahan. Maka gua lepas baju yang gua pake dan langsung naik ke kasur. Kini Teh Ratna sudah berada tepat dibawah gua dan kontol gua sudah menyundul memeknya yang basah akibat orgasme tadi.

Mata Teh Ratna terlihat sayu. Dengan mesra gua kecup bibirnya dan langsung dibalas dengan semangat oleh Teh Ratna. Lidah kami kembali saling berpagut satu sama lain. Setelah ikut gua bangkit dan memposisikan berada di antara kakinya. Gua gesek-gesek kontol di luar memeknya hingga menyentuh klitorisnya.

“Sssshhh aaahhh masuukiinn Ndree.” Ucap Teh Ratna yng sepertinya sudah tidak tahan ingin segera gua gauli.

”Apanya yang dimasukin Teh?” Ujar gua dengan bercanda dan mencoba sabar. Padahal dalam hati gua juga udah nggak tahan ingin mencicipi memeknya Teh Ratna.

“Ko..kon..tol Ndree masukinn aaahhh.” Kata Teh Ratna dengan pelan.
“Pinteeerr. Andre masukin yaaa...” Ujar gua.

Perlahan gua dorong kontol gua hingga membuka belahan memeknya Teh Ratna. Uuuugghhh masih sangat sempit rasanya.

“Eeegghhhh Ssshhhh pelan-pelan Ndree, geedeee...” Ujar Teh Ratna dengan wajahnya yang meringis.

Walaupun terasa sudah cukup basah, namun memeknya masih rapet sekali.

Wajah Teh Ratna sudah terlihat sangat menggairahkan. Maka dengan segera gua cium kembali bibirnya yang ranum dengan tetap berusaha pelan-pelan menggenjot kontol gua.

Mmpphhh ccclluuurrppp ccclluurrppp

Setelah Teh Ratna mulai terbiasa, maka gua masukkan kontol gua seluruhnya ke memeknya. Dengan satu hentakan kontol gua masuk seluruhnya ke memek Teh Ratna. Dan tanpa disangka Teh Ratna mendapatkan orgasme keduanya ketika hentakan kontol gua menembus liang rahimnya.

OOOUUGGHHH AAAASSSSHHHHH

“Hhhh hhhhh hhhhh kamu bener-bener gila Ndree.” Ucap Teh Ratna dengan mata masih memejam menikmati sisa-sisa orgasme keduanya.
Gua biarkan Teh Ratna mengambil napas sejenak dengan kontol gua masih manancap di dalam memek basahnya. Namun tiba-tiba handphone Teh Ratna berbunyi. Krriiiinggg Kkrrriiiiinnggg suara dering handphone Teh Ratna.

Gua yang mendengar suara tersebut kaget, gua mengira jika Bang Haris sudah kembali dari belanja oleh-oleh.
Maka Teh Ratna langsung mengangkat telpon dari bang Haris.

“Halo Pah?” Kata Teh Ratna.

“Mah gimana badan mama udah enakan?” Ujar Bang Haris diseberang telpon.

“Udah lumayan Pah. Ada apa nelpon Mama?”

“Ini Papa nelpon mau tanya Mama lebih suka abon ikan atau abon sapi.” Lanjut Bang Haris ternyata ingin menanyakan perihal oleh-oleh. Berarti gua berkesimpulan jika Bang Haris masih di luar untuk belanja oleh-oleh.

Tiba-tiba muncul ide gua untuk mengerjai Teh Ratna. Kontol gua yang masih berada dalam memeknya perlahan kembali gua gerakkan.

“Aaassshhh” Teh Ratna mendesah dan langsung melototi gua yang hanya menahan tawa dan nikmat.

“Mah? Mama kenapa?” Ujar Bang Haris yang mendengar suara istrinya mendesah. Namun dengan perlahan gua terus menggenjot pelan Teh Ratna.

“Ssshhh aaaahhh Ini Pah Mama Ssshhhh barusah ngulet abis bangun tidur aahhhhh.” Kata Teh Ratna dengan diiringi desahan halus.

“Oh baru bangun tidur, kirain Papa, Mama masih sakit.” Ujar Bang Haris dengan percayanya.

“Yaudah Pah, beli abon sshhhh sapi sama ikan aaahhhh aja. Sssshhh buat bagi-bagi sama eemmmggg tetangga.” Ucap Teh Ratna dengan mata melotot ke arah gua.

Kemudian tak berapa lama telepon ditutup. Namun gua malah menghentikan genjotan pada memeknya. “Gimana enak gak ngentot sambil telponan sama suami?” Kata gua dengan vulgar.

Teh Ratna hanya diam dengan wajah yang dipalingkan ke samping tak ingin menatap gua. Kayaknya dia sedikit tersinggung dengan kalimat gua barusan dengan menyebut kata ‘suami’.

Dengan kontol gua yang masih berada di dalam memek Teh Ratna. Gua dapat ide. Dengan sangat perlahan gua tarik keluar kontol gua kemudian gua tusuk lagi. Perlahan raut muka Teh Ratna berubah menjadi sedikit meringis.

Dan kemudian wajahnya di palingkan kembali menatap gua. Dengan santai gua cium bibirnya. Sepertinya Teh Ratna sudah tidak sabaran.

Dia justru sedikit mengeluarkan lidahnya menawarkan untuk segera dilumat. Maka tanpa basa basi gua lumat lidahnya sambil kontol gua genjot dengan tempo sangat pelan.

Tak terasa sudah hampir satu setengah jam kami bercinta sejak di toilet hingga pindah ke kamar. Teh Ratna sendiri sudah sangat lemas akibat lima kali orgasme. Dia hanya pasrah menerima setiap genjotan kontol gua di memeknya dengan gaya missionaris.

Pertahanan gua juga hampir jebol, maka gua keluarin semangat penuh untuk menggenjot Teh Ratna. ”Ahhhh Teh Andree mau keluarr.” Plok plok plok.

“Mmmhhh aaahhh aaahhh iyyaa Ndree keluarin dii manaa ajaa teeerrsseerraahh kaamuu aaahhh” Ujar teh Ratna dengan pasrahnya.

“MMMMMHHHH SSSSHHH” Teh Ratna mencengkram sprei kasur yang sudah berantakan. Sepertinya dia orgasme lagi. Namun tidak terlalu menggebu seperti sebelumnya.

Dan tak menunggu lama jelang Teh Ratna orgasme, akhirnya pertahanan gua jebol “Aaahhh Tehh Andreee keluuaarrr. AAAHHHHHHH” gua semakin menekan kontol gua di dalam memeknya. Karena Teh Ratna bilang bebas keluarin di mana aja, jadi gua keluarin peju gua di dalem rahim dia.

Hhhh hhhh hhhh hhhh hhhh kami berdua mencoba mengatur napas....

To Be Continue
 
Terakhir diubah:
:D lama gk updete jadi lupa cerita sebelumnya, jadi harus ngulang dulu.

Semoga gak macet lagi suhu, semangat terus pantang menyerah. :semangat::cendol:
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd