Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT Aku Rindu Pada Sebuah Kesederhanaan

Kira-kira siapa tokoh "Aku" di judul cerita ini?


  • Total voters
    918
  • Poll closed .
Status
Please reply by conversation.
empat sekawan berkumpul di pernikahan binar?
siapa yang akan menyangka xD
 
ditunggu nikah trus malam pertama Ian dan Gita suhu? mohon segera direalisasikan!!!!
 
Aku bergegas menuruni tangga pesawat, memburu langkahku sembari berharap bisa sesegera mungkin tiba di rumah orangtuaku, menemani binar menunggu detik-detik terlaksananya ijab kabul sembari memastikan tak ada hal-hal kecil yang kurang dan nantinya dapat mengganggu terlaksananya pesta pernikahan binar. Pesta ini direncanakan meriah, selain karena binar merupakan anggota keluarga kami yang terakhir, aku juga memaksa karena ingin melihat kebahagiaan orangtuaku bertemu seluruh keluarga dan kerabat baik yang dekat maupun yang jauh. Tak bisa dipungkiri, orangtuaku pasti merasa kecewa terhadapku yang walaupun sudah dua kali menikah, tetapi tak pernah melaksanakan pesta pernikahan. Mereka pasti lelah menjawab pertanyaan, "lho.. ian sudah menikah? kok kami gak diundang?" Nah.. kesempatan ini tak akan kusia-siakan, cukup banyak tabunganku terkuras demi membantu pesta ini terlaksana.


Aku hanya membawa sebuah travel bag kecil yang ikut bersamaku ke dalam cabin pesawat. sementara pakaian dan seluruh keperluanku sudah dibawa oleh diah hari minggu yang lalu. Harusnya aku juga berangkat bersama-sama dengan diah dan kelurga kecilku di hari minggu yang lalu, tetapi apa daya, pengajuan cutiku ditolak oleh perusahaan. Ya.. jauh-jauh hari aku sudah mengajukan cuti melalui web internal perusahaan, aku sudah input seluruh data-dataku dan tanggal mulai beserta selesainya cuti. Aku sudah bertekad menghabiskan jatah cutiku tahun ini, ingin mnghabiskan waktu bersama seluruh keluargaku. Aku teringat bagaimana terkejutnya aku saat itu, ketika mendapat email otomatis dari portal, yang memberitahukan bahwa pengajuan cutiku ditolak oleh Ka. Divisi.



Sesuai peraturan perusahaan, cuti selama lebih dari 5 hari, harus mendapatkan persetujuan 3 level jabatan diatasku. Aku bingung, mengapa cutiku ditolak, padahal alasanku tepat dan aku sudah menghubungi rekan kerjaku untuk mengambil alih seluruh pekerjaanku selama aku cuti, dan rekan kerjaku tersebut menyatakan persetujuannya yang dituangkan dalam berita acara pengalihan tugas dan tanggung jawab dan turut serta kulampirkan sebagai persyaratan mengajukan cuti. Sore itu, setelah menyelesaikan seluruh pekerjaanku, aku berjalan menuju ruang kerja Ka. Divisi. Ingin menanyakan langsung alasan penolakan cutiku tersebut.



Tok..tok.. aku ketuk pintu ruangan dengan lembut, tetapi yakin bahwa suara ketukannya pasti terdengar ke telinga Pak Kadiv.



“Masuk” perintahnya mantap sesaat setelah ketukan keduaku di pintunya.



“Silahkan duduk Pak Ian” wajahnya tersenyum ketika mendapati aku yang muncul dibalik pintunya, sembari meletakkan kacamata dan Iphone 7 nya di sudut meja.



“Saya sudah menduga Pak Ian akan datang, membahas perihal cutimu bukan?” Tanyanya sesaat setelah pantatku menduduki kursi tamu dihadapan mejanya.



“Benar pak” jawabku sambil tersenyum kecut. Senyuman itu tak mampu menutupi raut kekecewaan di wajahku, kecewa karna cutiku ditolak.



“Saya tak ada masalah dengan cutimu Pak Ian, tapi tolong schedule ulang, dan awal cuti dihari Jumat” sambungnya



“Boleh saya tahu alasannya Pak?” sedikit lega perasaanku mendengar apa yang diucapkan Pak Kadiv barusan.



“Hari senin pada tanggal tersebut, saya ada pertemuan penting dengan rekanan di Singapura. Dan kebetulan Pak Aldi tidak bisa menemani saya sebagaimana biasanya” jelasnya sembari menyebut nama seorang staff pribadinya.



“Dan Pak Aldi merekomendasikan namamu untuk menggantikannya menemani saya. Saya harap kamu tidak menolak” lanjutnya dengan intonasi tegas, khas seorang pejabat.

Tak mungkin aku menolak perintah perusahaan. Kemudian kami mengobrol mengenai apa saja yang harus aku persiapkan menjelang keberangkatan ke Singapura. Dokumen apa yang harus kubawa, dan dengan siapa aku harus berkoordinasi mengenai tiket dan akomodasi lainnya selama di singapura.

“Baik Pak, kalau begitu saya permisi”. Kalimat penutupku singkat mengakhiri pembicaraan kami sore itu disusul senyman dan anggukan kepala dari beliau. Aku sebenarnya senang mendapatkan tugas ke singapura. Tetapi hal yang paling kusesalkan mengapa momentnya sangat tidak tepat.



Sesampainya dirumah, aku menceritakan hal ini kepada diah, kemudian diah menelepon keluargaku memberitahukan berita tersebut. Aku tak berani secara langsung mengabarkan ini kepada Binar, karena aku yakin adikku tersebut akan kecewa.



Di Singapur, tugasku tak banyak, hanya menyusun dokumen-dokumen dan seluruh berkas perjanjian-perjanjian yang akan ditandatangani. Setelah memastikan ruangan dan membantu petugas hotel menyusun ruangan meeting, aku berjalan menuju lobby karena memang tidak diperkenankan mengikuti pertemuan tersebut. Aku hanya diminta untuk standby menunggu telepon darinya. Hampir 4 jam aku duduk di lobby, membuang rasa jenuh dengan membaca majalah berbahasa inggris yang tersedia di lobby. Membaca merupakan salah satu hobbyku, tetapi membaca dengan bahasa inggris merupakan penderitaan bagiku. Ya.. bahasa inggrisku tidak terlalu bagus. Aku hanya membolak-balik majalah ini berharap ada artikel yang bisa kupahami di majalah 200-an halaman ini.



“excuse me sir, there is a phone for you from Mr. Rahmat Darmawan” sapa seorang petugas hotel kepadaku, bahasa inggrisnya ternyata sama jeleknya denganku. Sehingga tanpa tersadar aku tersenyum dan mengambil telepon wireless milik hotel. Dengan kikuk, petugas hotel tersebut berlalu dari hadapanku. Taksiranku beliau berasal dari daerah sumatera yang bekerja di hotel ini.



“Ya Pak, ada yang bisa saya bantu?”

“Pak ian, tolong segera keruangan ya.” Ujarnya dan menutup sambungan telepon secara sepihak setelah mendengar kalimat baik pak dariku.



Aku letakkan telepon tadi ke meja resepsionis, dan bergegas menuju ruangan meeting.



“Pak Ian, nota kesepahaman kita sudah disepakati kedua belah pihak. Tetapi Pak Indrajit selaku Direktur utama berhalangan hadir kesini. Beliau mengutus direktur operasional dan manajer teknik untuk membicarakan proyek ini. Tadi saya sudah berkoordinasi dengan Pak Dirjend di Jakarta mengenai hal ini, beliau menyatakan dokumen MoU harus tetap ditandatangani Pak Indrajit, beliau tidak mau hal ini menjadi temuan BPK. Dokumen penting seperti ini tidak bisa dipercayakan kepada jasa pengiriman, selain rentan hilang, juga memakan waktu perjalanan. Selain itu juga masalah etika, proyek dengan nilai yang besar seperti ini masak dikirim melalui kurir. Pak Ian saya harap segera berkoordinasi ke Bu Ririn di Jakarta, guna mengurus seluruh tiket dan akomodasi menuju Australia sesegera mungkin. Ini nomor kontak orangnya Pak Indrajit, hubungi dia sesaat tiba di Australi.” Perintah Pak KaDiv sangat jelas, walaupun bahasanya seakan tergesa, kata demi kata tersusun rapi dari mulutnya, intonasi dan gesture wajahnya semakin memperjelas bahasanya sehinga membuat lawan bicara sangat mengerti apa yang disampaikan.

Aku ambil secarik kertas yang berisikan nomor kontak seseorang, tanpa nama, hanya nomor saja yang tertera disana. Segera aku meninggalkan ruangan meeting Pak KaDiv dan rekannya, menuju kamarku sambil menelepon Bu Ririn. Bu Ririn ternyata sudah menerima instruksi Pak KaDiv sebelumnya, hanya menunggu persetujuanku maka segala kebutuhanku pergi dan pulang dari Australi akan disiapkan olehnya. Tiket, akomodasi dan lain hal akan dikirim melalui email, bahkan dana perjalanan dinas juga sudah ditransfer ke rekeningku.

Perjalanan panjang Singapura – Australia sangat melelahkanku, hampir tengah malam aku tiba di Bandara Internasional Kingsford Smith, Sydney. Aku raih handphoneku, dan menghubungi nomor telepon yang diberikan Pak KaDiv ketika di singapur. Tak elok rasanya menelpon seseorang di waktu begini, apalagi orang tersebut tak kukenal. Tapi mau gimana lagi, aku buta negara ini, daripada aku tersesat, apa salahnya aku menghubunginya. Mudah-mudahan dia mengerti.

“Hallo” tersengar suara seorang wanita di seberang telepon, perempuan ternyata, batinku.

“Im Sorry, Im Alfian Restu Kusuma, i got your number from Mr. .....” belum sempat aku menyelesaikan pembicaraanku, kalimatku sudah dipotong oleh wanita tersebut.

“Eh.. monyong.. lu dimana sekarang? Cape gw nungguin elu daritadi ya. Kalau bukan karena kakak ipar gw yang nyuruh, ogah gw jemput elu.”

Sesaat aku melihat layar smartphoneku,memastikan nomor yang kutekan sudah sesuai dengan yang tertera di kertas.

“Hallo.. Hallo...???”

“iya.. hallo” jawabku

“elu dimana ian bego. Cepetan.. ngantuk nih gw”

“Starbuck, tak jauh dari pintu kedatangan international sebelah kanan”

“ya.. ga perlu detail, starbuck cuma satu dibandara ini, pahaman gw daripada elu. Lu tunggu disitu. Gw kesana sekarang” dia menutup telpon.

Aku terpana, sekaligus berfikir menerka-nerka siapa perempuan sok kenal ini, kok bisa-bisanya dia memakiku. Apakah dia memang kenal denganku, kalau dari bahasanya sih iya. Tapi aku sendiri masih belum mampu menebak siapa perempuan tersebut. Apa jangan-jangan... Ah.. gak mungkin, tapi ya memang dia satu-satunya perempuan yang tinggal di Australi yang aku kenal. Pandanganku pun liar bergerak kekiri dan kekanan, muka dan belakang mencari sosok perempuan tersebut. Ingin segera memastikan benar tidaknya dugaanku.


Tak ada sosok perempuan yang ku kenal. Aku kembali menatap layar smartphoneku, memperhatikan nomor salah satu operator Australia yang berakhiran 888, mana tau ada petunjuk yang bisa membantuku menebak sosok wanita aneh yang baru saja mengusik pikiranku.


Kuseruput kopi yang tersedia dihadapanku yang kubeli dari gerai kopi yang cabangnya ada dimana-mana ini.


“WOI...” seseorang mengejutkanku, yang membuat aku terbatuk-batuk karena tersedak oleh kopi yang kuminum. Bukan karena rasa kopinya yang tidak pas, bukan.. kopinya malah terasa mantap dan memberi energi positif bagi tubuhku yang kelelahan selama perjalanan. Aku tersedak karena menyadari sosok yang memanggilku ternyata...
 
nah lo',,,sangking menanti update.a jd reader berimaginasi ,,,, kha khay
 
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd