Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

DRAMA Alana

CHAPTER 16
Bagian 1





POV Alana



Capekkkknyaaaaa….

Aku mengeluh dalam hati setelah melewati seharian - sejak pagi sampai sore ini, dengan kesibukanku dalam bekerja. Badan rasanya remuk semua, apalagi sejak kejadian siang tadi after makan siang, ketemu dengan dua pria mesum bikin pikiranku semakin tak karuan jadinya.

Bagaimana nasibku nanti?

Bagaimana jika Pak Erga tak ada bedanya dengan Pak Agung itu? Tapi untung saja satu yang sedikit membuatku lega, Pak Erga nanti tidak akan berkantor di hotel ini, karena dia memiliki banyak perusahaan. Bedanya dengan owner sebelumnya, pak Hendra dulunya malah berkantor di hotel ini.

Tapi biar begitu, perasaanku semakin khawatir. Aku takut jika kejadian yang sama kembali terulang. Ku pejamkan mataku sesaat. Mengingat kejadian yang membuatku nyaris berurusan dengan pihak kepolisian.

Teringat kejadian kala itu, saat aku baru bekerja sebulan di hotel ini. Pak Agung yang baru pulang dari cutinya 14 hari kala itu, langsung mengajak semua karyawan untuk meeting bergantian. Karena tak mungkin kan, semua karyawan di ikut sertakan meeting, bisa off atau lumpuh operasional hotel saat kami semua tak stand by pada pos masing-masing.







Sejak awal meeting ku sadari GM hotel pandangannya sering mengarah padaku. Ada apa sebenarnya? Aku tentu belum mengetahui yang sebenarnya, atau mungkin saja memang dia tak sengaja menatap ke arahku.

Begitu kami saling bersitatap, dia sempat melempar senyum.

Dari situlah ku sadari jika ada yang tidak beres. Terbukti setelah selesai meeting, Pak Agung lantas memanggilku. Ada apa ini? Bukankah aku hanyalah bagian resto, mengapa aku harus berhubungan langsung dengan GM yang notabenenya pejabat tertinggi di Hotel, di bawah owner langsung tentunya.

Mengetahui jika aku di panggil Pak Agung ke ruangannya, Dewi tiba-tiba menghampiri.

“Lo hati-hati al… gue dulu….” Dewi tak melanjutkan ucapannya.

“Kenapa emangnya Wi?”

“Gak al… gak apa-apa. Biar gue aja yang jadi korbannya…. tapi gue gak bakal biarin lo ikutan masuk ke dalam perangkapnya”

Tunggu! Apakah ini sesuai yang ku pikirkan?

Apakah Dewi pernah memiliki hubungan dengan Pak Agung? Berbagai pertanyaan langsung menganggu pikiranku ini.

“Jelasin sama aku, Wi… kamu dengan Pak Agung kenapa dulunya?”

Dewi masih diam. Tatapannya kini jauh melambung, jauh ke luar sana. Sepertinya sahabatku ini memang memiliki masa lalu yang kurang baik dengan GM hotel.

Aku menyadari hal itu, di saat wajahnya mulai menunduk. Matanya mulai berkaca-kaca. “Cerita sama aku, Wi…”

Dia menggeleng. “Intinya… pesan gue, lo kudu hati-hati. Kalo lo merasa ada yang tidak beres, segera kabur saja dari ruangannya. Jangan pernah tergiur atau tergoda dengan bujuk rayuannya”

“Ya Allah…. Wi. Lo pernah jadi korban beliau?”

Perlahan, sahabatku menganggukkan kepalanya. Tubuhku langsung membeku, ada perasaan yang penuh amarah dalam sana. Pria brengsek, masih ada aja pria semacam itu di jaman sekarang. Apa ia tak takut, kalo dia di laporkan oleh korbannya, lantas bagaimana dengan kerjaan dan keluarganya?

“Intinya cukup gue ma beberapa anak-anak yang pernah jadi korbannya, jangan elu al. Lo orang baik…. lo orang yang pantas di hormati” perlahan, mataku mulai ikut berkaca-kaca. Dia memang sahabat terbaikku selain kak Risna. Maka aku pun memeluk tubuhnya, serta berjanji akan mengikuti semua sarannya jika memang ku rasa ada yang tidak beres nantinya di ruangan GM.



Singkat cerita….



Akhirnya aku ke ruangan GM. Awalnya semuanya tampak biasa-biasa saja, cuma memang pikiranku mulai kemana-mana. Apalagi Pak Agung berbicara jauh dari topik pekerjaan. Bertanya mengenai masalah pribadi, serta munculnya ajakan makan malam bersama. Apalagi dia juga menawarkan padaku untuk liburan bareng.

Tentu saja hal itu ku tolak mentah-mentah. Sesuai anjuran dari Dewi. Apalagi instingku sudah langsung mudah menebak kemana arah tujuan pria mesum ini padaku. Aku tak segampang itu. Aku bukanlah wanita gampangan.

“Maaf pak. Aku tidak bisa…. aku kalo lepas kerja sibuk ngurusin anak” aku menjawab tegas. Sekali tarikan nafas tanpa jeda. Karena apabila aku langsung keluar begitu saja, sungguh tidak sopan juga menurutku. Apalagi pria ini adalah pejabat tertinggi di tempatku bekerja.

Mungkin saja jika wanita lain yang ada di posisiku, bisa saja dia tak bisa menolak ajakan pria ini. Apalagi penampilan dan cara dia berpakaian tampak jelas berasal dari kalangan atas. Belum lagi wajahnya yang menurutku juga tak buruk. Cukup lah buat menggaet korbannya untuk di ajak ke ranjang. Pun jika wanita itu memang ‘Money Oriented’. Tentu saja peluang untuk dekat dengan sugar daddy seperti Pak Agung ini terbuka lebar. Terbuka peluang buat mereka yang ingin mendapatkan duit tambahan buat meninggikan gaya hidupnya. Tapi itu tak berlaku padaku. Aku tak butuh laki-laki, aku juga tak butuh duit yang berlimpah untuk menjaga penampilanku. Dengan penghasilanku yang ku dapatkan, Insha Allah sudah lebih dari cukup. Apalagi aku juga sudah bahagia hidup hanya berdua dengan putraku. Jadi aku tak butuh apa-apa lagi.

Mendengar jawabanku itu Pak Agung lantas menatapku.

“Kamu sudah punya anak?” tanyanya.

“Sudah pak” jawabku tegas.

“Ohhh….” dia ngangguk-ngangguk. Tapi tatapannya tak lepas dariku. “Kamu cantik… sayang menikah muda”

Aku tak jawab. Karena kalimat ini selalu dan selalu ingin ku hindari. Menurutku aku akan terjebak dengan masalah yang sama, yang amat sulit ku berikan jawaban apabila mereka menanyakan kemana suami, atau apakah aku sudah menikah dan lain sebagainya. Tentu saja di negara ini, hidup memiliki anak tanpa menikah, akan menjadi gunjingan di mata orang lain. Dan hal itu telah ku lewati semuanya. Sudah bukan hal baru lagi kudengarkan, ku terima. Itu sebabnya, selain memang aku dan Rafa membutuhkan dana untuk biaya pengobatannya kala itu, aku juga ingin menghindar dari tetangga yang ramai menggosipkan diriku yang hamil di luar nikah meski memang hal itu benar adanya - jadi ku putuskan untuk mengontraki rumahku pada orang lain yang bisa ku percaya.

“Suamimu bekerja dimana, Alana?”

Aku menunduk. Tak berani memberikan jawaban pada pria ini.

“Ohhh jangan bilang kamu berstatus janda sekarang?” sekali lagi. Ku beri respon dengan hanya menarik nafasku sedalam-dalamnya.

Setelah menyadari apa yang terjadi padaku. Pak Agung mulai melancar rayuan mautnya yang begitu memuakkan. Dia sampai berdiri dan mendekatiku. Tapi aku beberapakali menegurnya juga.

Terucap juga janji-janji manis darinya yang mengatakan akan membantuku untuk memberikan jatah tiap bulannya buat nambah-nambah biaya, akan membantu inilah, itulah, tapi apapun yang di katakan, seakan-akan semuanya sampah.

Hingga di saat tangannya ingin menyentuhku. Ku rasa ini sudah sangat keterlaluan.

“Pak…. saya sejak tadi masih menghormati bapak sebagai GM di sini, tapi…. jika bapak sudah seperti ini, saya rasa saya tidak bisa hanya duduk diam saja. Tolong, jaga kehormatan bapak. Jangan seperti ini” Mungkin dia tidak menyangka, masih ada wanita yang menolak tawaran darinya.

Untung saja aku terselamatkan dengan kedatangan Pak Hendra ke ruangan GM. Dia sempat menanyakan, mengapa anak resto bisa ke ruangan GM. Cuma aku langsung membungkuk hormat dan segera pergi setelah berpamitan pada mereka.

Di bawah, saat bertemu dengan Dewi ku ceritakan semuanya - apa yang terjadi di ruangan tadi. Dewi sampai emosi, nyaris melakukan tindakan untuk memberi pelajaran ke Pak Agung, cuma aku menahannya. Ku katakan padanya jika aku baik-baik saja. Hanya omongannya saja yang nyeleneh, tapi tangannya tak sampai menyentuhku sama sekali.

Mendengar itu, Dewi akhirnya luluh dan hanya bisa bernafas lega, serta mengatakan, apabila hal ini terjadi lagi maka aku harus memberitahukannya biar dia memberikan pelajaran pada Pak Agung.

Ternyata jurus Pak Agung sama yang di lakukannya terhadap Dewi. Begitu cerita dari Dewi. Bedanya, kala itu Dewi tak bisa menolak, karena memang di matanya Pak Agung ini sosok yang rupawan dan bersahaja. Apalagi saat itu memang status Dewi lagi galau putus dengan kekasihnya. Alhasil, dia tergoda dan mau di ajak keluar bareng. Dan yaaa…. begitulah, Akhrinya Dewi membiarkan tubuhnya di sentuh oleh pria brengsek itu. Sempat pula ku tanyakan apakah masih terjadi sampai sekarang?

Jawaban Dewi tentu saja tidak. Hanya sebulan saja, dan beberapa kali dalam sebulan itu Dewi melayani nafsu seks pria brengsek itu, hingga Dewi di sadarkan saat melihat Pak Agung bersama wanita lain, yang juga adalah salah satu resepsionis di Hotel, di salah satu Mall - jalan bareng dan terlihat sangat mesra. Dan dari situlah, Dewi menguburkan mimpinya bisa bersama pria mesum itu dan mulai membentengi dirinya dari serbuan kelakukan brengseknya Pak Agung.



==========================​




Buat teman-teman Reader yang berkelebihan, mohon support dan dukungannya ya.

Bisa PM yang ingin ngasih support buat ane. Nanti ane infokan di PM, dimana tempat Novel Alana versi lengkapnya. Hehehe, maklum TS juga manusia biasa. yang butuh buat beli kopi biar ide lancar.
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd