Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

Bosenin nggak sih?

  • Nggak sih, ceritain sampai ke akarnya dan seluruh kejadiannya walau nggak banyak adegan panasnya

    Votes: 74 85,1%
  • Bosenin, kelamaan, langsung ke intinya aja.

    Votes: 13 14,9%

  • Total voters
    87
  • Poll closed .
Bab 3
LASSO PENAKLUK SINGA


Alda pun diam tak bergeming sambil pipinya berderai air mata, menyesali dosa yang telah ia perbuat bersamaku, sebuah janji dengan Putra yang ia Ingkari, sebuah penghianatan besar terhadap orang yang ia sayangi dan menyayanginya. Melihat itu pun aku kalut kedalamnya, kupeluk tubuh langsing Alda, kubelai rambut panjangnya yang berantakan usai serangan bertubi-tubi yang kuberikan tadi. Sambil berkata lirih " maafin mas ya me, mas Khilaf". Tangisnya semakin menjadi-jadi. Aku pun bingung bukan kepalang dibuatnya, berbagai cara kulakukan demi mencairkan suasana yang sangat sangat tidak nyaman itu. Tapi itu semua sia-sia, Alda hanya mendorong tubuhku untuk menjauh, dan dia pergi membasuh diri. Aku pun kembali menhalami dilema hebat dan menyesali perbuatan setan yang merasukiku itu. Aku hanya terdiam tanpa kata mendengar isak tangis Alda dari dalam kamar mandi. Kubayangkan bagaimana marahnya aku, bila aku di posisi Putra, melihat teman baikku meniduri kekasihku.

Tak lama Alda keluar dari kamar mandi, aroma sabun mandi menyeruak keluar diikuti tubuh Alda yang dibalut dengan kaos putih bergambarkan salah satu karakter dari Anime populer pada masanya. Disana aku melihat mata sembab merah yang membuatku semakin terpuruk dalam dilema dan ketakutanku. Antara takut ketahuan Putra dan takut dimusuhi oleh Alda. Tanpa sadar aku pun meraih tangannya yang lentik, kutarik dalam pelukannku dan berkata "maafin mas, mas nyesel, kamu boleh pukul mas Elvin kalau
kamu emang benci sama mas"
Alda hanya diam didalam pekukanku diikuti suara isak tangisnya yang membuat hatiku semakin terpukul. Dia hanya menjawab lirih permintaan maafku dengan sebuah kata "pergi".

Suara derapan langkah kaki terdengar menaiki tangga, segera Alda mendorongku dan berlari menuju pintu, Putra datang. Perasaanku menjadi semakin tidak karuan membayangkan bagaimana bila Putra mengetahui perlakuanku kepada pacarnya itu. Aku hanya bisa terdiam melihat putra masuk kedalam kamar kost nya diikuti Alda dari belakang.
"Lho Vin gorong moleh?" (Lho Vin, belum pulang) Tanya Putra
Akupun hanya menggelengkan kepala menjawab pertanyaan Putra. Disana aku melihat senyum lega di wajah Alda, dari situ aku tau bahwa Alda sangat mengkhawatirkan Putra. Alda bercerita mengenai aku yang membuatkannya bubur, tapi Alda tidak sedikitpun menyinggung apa yang telah kuperbuat padanya semalam. Aku pun bisa sedikit bernafas lega dan kembali menanyai Putra tentang apa yang terjadi padanya semalam.

"Wingi kon digowo sopo? Diapakno?" (Kemarin kamu dibawa siapa?, Diapain?) Tanyaku serius pada Putra.
"Digowo nang Rental e, ngurusi montor e ajur, dijaluki duwit"(dibawa ke tempat rental mobil, mengurus kendaraannya yang hancur). Jawab putra
"Terus piye? Wes mari urusane?"(terus gimana, sudah selesai urusannya?) Tanyaku lagi
"Gurung, sesok aku nang rembang karo rental e, nderek montor e teko satlantas kunu"(belum, besok aku pergi ke rembang sama pemilik rental, mau nderek mobilnya dari Satlantas sana) jawab putra.
"Dijaluki duwit piro?" (Dimintai uang berapa?) Tanyaku kemudian
"Bingung aku... Dijakuki duwit 47 juta nggo mbayar ganti rugi montor, omah seng tak tabrak, derek, karo polisine"( aku bingung... Dimintai uang 47 juta untuk bayar ganti rugi mobil, rumah yang ku tabrak, derek, sama bayar polisinya) jawab putra.
Aku pun mengetahui kondisi keuangan Putra yang tidak stabil, dia hidup sendiri dengan gaji tak sampai UMK surabaya. Untuk membayar kost aja sudah menghabiskan sepertiga dari gajinya, apalagi untuk membayar semua pertanggungjawaban atas kasus yang dilakukannya, ditambah lagi dia membawa seorang wanita yang notabene bukan keluarga maupun Istrinya, juga tanpa sepengetahuan orang tuanya pula. Istilah kerennya diajak kabur.

Aku yang bekerja sebagai ojol tidak bisa berbuat banyak, apalagi pada saat pandemi corona begini, semua sepi, biasanya sehari bisa mendapat 200 ribu. sekarang, jangankan 50 ribu, 20 ribu aja sukur-sukur udah. Untung aku masih memiliki sedikit simpanan uang yang kutitipkan ke pacarku, selain sebagai formalitas, itupun kuanggap sebagai dana darurat dikala aku membutuhkan. Aku pun berusaha mencari solusi, apa barang yang dapat kujual untuk membantu Putra, hp gak mungkin, motor apalagi.... Duh....

"Jual gelangku aja mas" sanggah Alda sambil melepas gelangnya. Mendengar itu Putra langsung memeluk Alda, tiba-tiba perasaan cemburu menyelimutiku. Apa ini? Kenapa aku cemburu? Itu pacar orang, aku sendiri udah punya pacar. Ah Sudah lah.

Kubuang jauh-jauh pikiranku, dan segera bersiap-siap untuk pulang. Aku pun berpamitan kepada Putra dan kepada pacarnya Alda. Dan langsung turun. Ditengah perjalanan, aku pun kembali berpikir, kenapa ada rasa cemburu kerika melihat Putra memeluk Alda, apakah aku iri? Apa karena pacarku tidak secantik Alda? Ada apa denganku? Apakah aku jatuh cinta pada Alda? Hahaha gak mungkin, apa kata orang-orang. Apa kata pacarku yang sedikit lagi akan menjadi istriku. Aku berusaha menepis semua pertanyaan-pertanyaan yang membuat otakku penuh. Aku pun berpikir untuk sekedar silaturahmi ke rumah pacarku yang letaknya di kawasan Elit di daerah Surabaya Barat. Waktu melewati daerah sekitar jalan Ngagel dan melihat toko kalung. Aku berhenti sejenak sekedar untuk melihat-lihat.

"Mau ambil orderan apa ya pak" tanya salah satu karyawan di toko tersebut.
"Ah nggak mbak, cuma mau lihat-lihat aja, barangkali ada yang cocok buat pacar saya" jawabku.
Sedikit agak dongkol, setiap memasuki toko atau restoran dan aku menggunakan jaket hijau kebanggaanku, aku selalu dikira mau ambil orderan. Tak jarang juga ada yang memandangku sebelah mata. Tapi tak apalah, terserah orang mau bilang apa,yang penting aku tidak berniat untuk mencuri, dan aku mencari uang dengan cara yang halal.
Disana toko itu aku tertarik dengan sebuah kalung berbentuk huruf "A" yang mengingatkanku pada Alda. Entah kenapa hanya Alda yang mengisi pikiranku sejak kemarin.
"Itu berapa mbak? Yang ada huruf "A" nya?" Tanyaku pada salah satu
Pegawai disana.
"200 ribu mas, itu bahannya berlapis perak, anti karat, kalau semisal mau dibuat bentuk tulisan bisa juga, tambah 20 ribu per hurufnya." kata karyawan toko itu menjelaskan.
Setelah pertimbangan yang cukup matang, akhirnya aku membeli sebuah kalung bertuliskan "Alda" yang menghabiskan setengah isi kartu debetku. Itung itung permintaan maaf pada Alda untuk perbuatanku semalam. Pikirku.
Maka akupun segera berangkat menuju rumah pacarku, disana aku disambut hangat dengan sebuah pelukan, akan tetapi perasaanku sudah tak seperti kemarin. Seakan rasa cintaku seketika hilang terhadap pacarku, pacarku memang cantik, tetapi setelah melihat Alda aku tidak kembali tertarik dengan pacarku yang sekarang, entah kenapa.

Buah dada yang dulu menurutku sangat imut milik Elvina sudah tidak menarik menurutku, dan selalu kubandingkan dengan milik Alda. Aku sudah tidak lagi bernafsu meladeni Elvina. Entah kenapa saat aku melakukan hubungan intim dengan pacarku sendiri, aku selalu membayangkan Alda dan akupun merasa lebih cepat bosan dari biasanya.
"By, kamu kenapa?"tanya Elvina.
"Gak apa" jawabku.
"Jujur, ada apa sih?" kata Elvina sambil berusaha meraih tanganku.
"SUDAH DIBILANG GAADA APA-APA KENAPA NANYA TERUS" aku tanpa sadar menjawab pertanyaan Elvina dengan nada tinggi yang seketika membuatnya kaget.
Elvina hanya bisa terdiam sambil menatapku membereskan pakaianku yang berserakan di lantai kamarnya. Aku merasa bersalah terhadapnya. Maka aku pun kembali duduk disampingnya dan
Kulihat disana air matanya meleleh diikuti tangisan Elvina karena sudah kubentak.
"Udah jangan nangis, aku minta maaf non...., Aku lagi badmood aja habis kehilangan uang soalnya kena order fiktif." Jawabku untuk menenangkannya.
"Uang berapa sih, kok sampe tega ngebentak aku kayak gitu, nggak biasanya kamu kayak gini by." Jawabnya sambil menutup mukanya dengan lututnya yang tanpa dibalut apapun.
Kembali kutarik kakinya, kuberikan sedikit permainan oral terhadap organ vitalnya, walaupun sebenarnya aku sudah tidak bernafsu. Tetapi karena desakan batin, akhirnya tetap kupaksakan saja.
"Ah... Emph..." Desahan desahan dan nafas memburu mulai kudengar lagi dari mulut Elvina.
Akupun kembali terbawa suasana, kuberikan gigitan kecil pada klirotisnya. Diapun mengerang keenakan disertai cairan kenikmatannya yang meleleh kedalam mulutku.
"Maaf ya soal tadi" kataku sekali lagi.
"Iya iya, itu jangan lupa dibawa" kata Elvina sambil menunjuk kotak lures (umpan tiruan untuk trolling /casting waktu memancing) ku yang ketinggalan di rumahnya.
Memang saat siang hari begini suasana rumah Elvina sangat sepi karena dia hanya tinggal berdua dengan kakak sulungnya Melvia yang saat ini bekerja, sedangkan orang tuanya berada di Kota Solo tempat kelahiran Elvina.

Aku pun keluar dari kamar Elvina, dan berjalan gontai menuju halaman depan tempatku biasa merokok diikuti Elvina dari belakang. Kunyalakan aplikasi ojolku sambil menunggu akupun duduk di kursi santai sambil menyulut rokok gudang garam
Kesukaanku. Terlihat Elvina yang sibuk mongotak-atik akuarium yang biasa kuisi dengan ikan ikan kecil yang kudapat ketika memancing.
Biasa ketika aku berangkat memancing, dia selalu merengek untuk dibawakan ikan yang masih hidup untuk akuariumnya. Disana ada dua akuarium yang satu untuk udang dan ikan hias kecil yang masih hidup sisa umpanku memancing, dan yang satu lagi untuk ikan predator seperti ikan tompel, ikan kiper, ikan kerapu anakan sampai ikan kakap putih yang semua sudah ku adaptasikan supaya bisa hidup di air tawar. Sengaja kubedakan habitatnya, aku tidak mau hal berberapa waktu lalu terjadi lagi, ketika akuarium ikan koi milik Elvina ku Masukkan ikan gabus hasil pancinganku dan semua ikan koinya ludes dilahap ikan gabusku yang super rakus. Dan Elvina pun menangis tak berhenti meratapi nasib ikan koi nya yang sudah tak berwujud.

Lama handphoneku tak berbunyi akibat orderan yang sepi, aku pun memutuskan untuk pulang.
Belum sampai dirumah ponselku berdering tanda telepon masuk, "Putra". Jantungku berdetak kencang, pikiranku tak karuan. Membayangkan marahnya Putra bila Alda menceritakan padanya apa yang semalam kulakukan terhadapnya.
Kuangkat teleponnya dan aku pun diam menunggu sapaan dari Putra, tetapi yang ada hanya suara Alda yang menangis.
"Mas, aku bingung, Mas Putra....." kata Alda tersedu-sedu
"Meme kenapa?? Jangan nangis, aku kesana sekarang me, tunggu" jawabku panik dan langsung tancap gas menuju kost Putra.
Akupun langsung bergegas menuju kost Putra,
Sesampainya disana, aku berlari menuju kamar Putra, disana hanya ada Alda yang duduk menangis dan kamar kost yang berantakan.
"Kamu kenapa me?"tanyaku panik
"Mas Putra barusan dibawa lagi sama orang yang kemarin, aku takut mas, tadi dipukulin disini" jawab Alda sambil sesenggukan.
"Meme jangan khawatir ya, nanti Mas Elvin coba rundingan sama yang punya mobil ya." Jawabku sambil berusaha menenangkan Alda.
"Gini aja me, sekarang ayo ikut mas ke tempat yang punya mobil ya, nanti kita jemput Putra" kataku lagi.
Alda hanya menanguk pelan, dia menuju kamar mandi dan berganti pakaian. Akupun keluar dari kamar kost Putra dan menunggunya di ruang tamu. Tak lama kemudian, Alda turun. Dia menggunakan kemeja merah bermotif kotak-kotak dengan rambut panjang lurus terurai. Aku hanya bisa terpaku melihatnya. Hatiku tak karuan, antara cinta atau iba.... Aku hanya bingung menentukan apa sebenarnya yang ada didalam hatiku.
"Ayo mas" ajak Alda
Aku hanya menangguk dan berjalan menuju motorku diikuti Alda.
Dijalan kami sama sekali tak saling berbicara, mungkin karena canggung.
Sesampainya di tempat rental mobil yang kuduga telah membawa Putra aku pun masuk, dan disambut oleh dua pria berbadan besar Didepannya. Kulihat Alda sangat ketakutan terhadap kedua pria itu.
"Keperluannya apa mas?" Tanya salah satu pria disana
"Saya mau lihat temen saya mas, katanya tadi dijemput kesini" jawabku
"Sudah dibawa ke satlantas Rembang buat pertanggung jawabannya" sahut pria disampingku.
Aku hanya mengangguk mengerti
Dan pergi menjauh meninggalkan tempat itu,
"Dia dah ke rembang me" kataku pada Alda.
Mendengar itu Alda hanya mengangguk pasrah. Dan mengikutiku dari belakang meninggalkan tempat itu.
"Kamu udah makan?" Tanyaku pada Alda
Alda hanya menggelengkan kepalanya.
"Mau makan?" Tanyaku lagi.
Dia pun hanya diam tak menjawab pertanyaanku.
"Pernah ke Suramadu?" Tanyaku
Dia hanya meggelengkan kepalanya.
"Mau kesana?
Terlihat senyum kecil di wajahnya dan mengangguk pelan.
"Yaudah Lets Go!!"
Aku pun menaiki motor diikuti Alda yang berboncengan denganku,
"Pegangan dong" kataku sambil meraih tangan Alda dan merangkulkan padaku.
Awalnya dilepaskan lagi tapi akhirnya dia berpegangan mungkin karena takut jatuh. Akupun memacu motorku dari arah medaeng ke suramadu yang memakan waktu sekitar 20 menitan. Tak lupa aku mengajaknya makan di restoran nasi campur ikonik Kota Surabaya di daerah Tambak Bayan. Yang ku khawatirkan adalah asupan gizinya yang kurang sejak dia berangkat kesini bersama Putra.
Sesampainya di Suramadu aku pun menaiki jembatan terpanjang di Indonesia yang sejak era presiden Jokowi digratiskan untuk melewatinya.
Aku merasakan pelukan Alda yang semakin Erat, terlihat dari spion motor wajahnya cantiknya tersenyum seakan lupa akan kejadian yang baru dialaminya dan akupun merasa lega. Akupun mengajaknya berkeliling madura, ke desa Socah tempatku biasa memancing, sampai ke Bancaran untuk melihat hutan bakaunya. Tak terasa hari sudah sore, saatnya kami pulang.
Kami pun berangkat
Menuju pelabuhan kamal, sambil menunggu kapal ferry terakhir, jam 7 malam. Aku tak banyak ngobrol dengan Alda karena kulihat dia sudah lelah dan hanya sibuk dengan ponselnya. Sedangkan aku sibuk berbincang dengan sesama pemancing yang berada di sekitar dermaga. Tooooootttt!!!!! Bunyi kapal ferry yang merapat ke dermaga.
Kami pun masuk kedalam ferry, aku mengajak Alda naik ke lantai atas kapal, disana dapat melihat lampu kerlap kerlip dari kota Surabaya dari sebrang Madura. Alda hanya duduk sambil menikmati pemandangan disampingku.
"Kopi, kopi, kopi, kacang kacang, mas kopi?" Tanya salah satu penjual kopi keliling disana, maka aku pun membeli kopi untukku dan teh untuk Alda. Kami pun duduk berdua menikmati pemandangan dari atas kapal sambil menikmati minuman hangat. Alda terlihat sangat antusias, mungkin ini kali pertamanya menyebrang selat madura menggunakan kapal karena sebelumnya dia tinggal di lain kota.

"Me, sini coba..." Kupanggil Alda
"Ini coba pake" kuberikan kalung tadi pada Alda. Alda tersenyum, kulihat wajah cantik dan auranya kembali memancar.
"Makasih ya" jawab Alda sambil tersenyum.
"Mau dipakai? Tanyaku.
Aku kembali menikmati pemandangan kerlap kerlip lampu dan Alda sibuk berselfie ria dengan kalung barunya.

Sesampainya di Surabaya kami pun segera menuju kost Putra di Sidoarjo. disana ternyata belum ada tanda tanda dari Putra. Hanya kamar kost yang masih berantakan sejak tadi. Maka aku pun membantu Alda membereskan kamarnya. Setelah selesai aku segera berpamitan untuk
Untuk pulang.
"Mas pulang dulu, udah malem" kataku pada Alda
"Iya mas" jawab Alda.
Maka aku pun berdiri dan bersiap untuk pulang, tanpa kusadari Alda memelukku dari belakang.
"Makasih ya mas, udah kembaliin moodku."
"Hahaha iya" jawabku sambil tertawa kecil
Kulihat wajah cantiknya tersenyum. Tapi di pipinya terlihat air mata kembali berderai.
"Meme kenapa?" Tanyaku lagi.
"Gak papa kok" jawab Alda.
Aku menatap mukanya dan mengusap air matanya, "udah jangan nangis... Putra gak akan kenapa-kenapa kok." Kataku
"Bukan karena Mas Putra" jawab Alda.
"Terus kenapa??" Tanyaku menimpali jawaban Alda.
"Karena kamu mas" jawab Alda sambil terus menangis.
"Lho kok aku?? Emange aku kenapa?" Sanggahku
Alda hanya diam sambil terisak. Air mata terus berderai di pipinya.
"Aku nggak nyangka, orang sebaik Mas Elvin yang tega merawanin aku" Jawab Alda.

Bersambung....
 
Terakhir diubah:
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd