Rezzo
Pendekar Semprot
Yuk berbagi ilmu tentang UFO...Yg atas ane kagak percaya ufo itu ada.
Yg bawah ane sangat percaya ufo itu nyata.
Leh uga ts . . . .
Yuk berbagi ilmu tentang UFO...Yg atas ane kagak percaya ufo itu ada.
Yg bawah ane sangat percaya ufo itu nyata.
Leh uga ts . . . .
mahap akang, bukan kurang kerjaan. memang ilmuwan harus spt itu. kalau kagak, hape yg kita pake sekarang gak akan ada.Sungguh doktor yang kurang kerjaan...
Punya ilmu tinggi dan bagus bukannya menciptakan hal yang berguna, malah mencoba menggali sesuatu yang nggak ada pakemnya.
Tapi memang begitulah ilmuwan yang terlalu banyak meneliti, dan ujung-ujungnya pasti menguap nggak jelas. Toh mau dibuktikan sama siapa coba? Sama aliennya? Ngibul bin ngarang...
Inilah salah satu doktor yang salah tanggap, mengkhayal dibilang optimis...
sebentar lagi pasti bakalan ada tuh ilmuwan yang sesumbar mau bikin mesin waktu, kita lihat saja.
Emangnya para ilmuwan (termasuk Tesla) tahu dari mana alien berkomunikasi pakai sistem linguistik? Dari mimpi di siang bolong?mahap akang, bukan kurang kerjaan. memang ilmuwan harus spt itu. kalau kagak, hape yg kita pake sekarang gak akan ada.
soal komunikasi sama alien, Tesla sudah kasi tau kalayak akademisi bahwa angka 3,6,9 itu bilangan yang khusus dan bisa dipakai berkomunikasi dengan alien ....
Trus, kalau definisi alien disederhanakan sebagai makluk non bumi, maka Tuhan, malaikat harus dimasukkan sebagai kelompok alien. nahhhhh .... pegimana lagi nih
Emangnya para ilmuwan (termasuk Tesla) tahu dari mana alien berkomunikasi pakai sistem linguistik? Dari mimpi di siang bolong?
Nggak ada yang salah dengan membuat algoritma bahasa gan. Salah satu impian para ilmuwan adalah menggabungkan seluruh bahasa di muka bumi dan dijadikan sebuah bahasa universal. Tapi, kesulitan yang terjadi adalah bahwa meskipun sifat umum bahasa itu universal (karena ada vokal dan konsonan), tapi gaya bahasa di setiap belahan dunia itu punya keunikan tersendiri, baik dari tekanan, makna, dan penggunaan. Bahasa juga bersifat tidak tetap, karena setiap saat bisa saja berubah/berevolusi.
Sekali lagi, penelitian tentang bahasa itu tidak salah. Yang salah adalah pemikiran fantasi, seperti keberadaan alien. Dan yang makin menambah parah fantasi itu adalah "ngomong sama alien".
Kalau ngomongin Tesla, sebenarnya doi siapa sih? Ilmuwan?
Memang, dia itu ilmuwan, dan temuannya juga masih dipakai sampai sekarang. Tapi, lebih lanjut, dia itu ilmuwan yang seperti apa? Ilmuwan yang nyaris gila karena kepintarannya sendiri?
Tesla itu nggak sendirian, karena ilmuwan yang mirip sama dia juga ada. Bahkan yang pikirannya lebih ekstrem dari dia juga ada. Sebagai contohnya lihat saja Luigi Galvani yang berkeyakinan bisa menghidupkan makhluk yang sudah mati dengan aliran listrik, dan keponakannya malah meneruskan kegilaan itu. Contoh lainnya seperti Robert Ettinger yang bercita-cita mengawetkan mayat agar bisa dihidupkan suatu saat nanti dengan metode Cryonic-nya.
Ilmuwan itu nggak beda jauh sama profesi-profesi lain, karena pelakunya adalah manusia. Di dalam diri manusia itu ada yang namanya obsesi. Ketika seseorang berhasil menemukan sesuatu yang baru, pasti dia akan mengembangkannya lagi, terus dan terus begitu tanpa kenal rasa puas, apalagi jika dihadapkan pada hobi atau bidang kesukaannya. Ketika pelukis berhasil melukis sebuah objek, pasti dia ingin melukis objek yang lain lagi. Ketika pemain sepak bola berhasil menguasai sebuah teknik, pasti dia akan mengembangkan teknik yang lain lagi. Begitu juga bagi seorang pemanjat ulung, yang ketika berhasil memanjat sebuah tebing, pasti dia mencoba memanjat tebing yang lebih menantang lagi, dan begitulah seterusnya dengan profesi yang lainnya.
Tapi, ada beberapa ilmuwan yang benar-benar sudah kelewatan dan tertelan oleh kepintarannya sendiri. Awalnya hanya sebuah bayangan, lalu muncullah anggapan-anggapan dan teori-teori kecil di dalam otaknya. Kemudian dia mencoba mencari-cari kemungkinan hingga obsesinya pun melampaui akal sehatnya. Dan ujung-ujungnya kita bisa lihat ilmuwan-ilmuwan yang benar-benar sudah mencoba "Bermain jadi Tuhan".
Tapi, sesuai dari itu semua, saya menduga, jika agan adalah ilmuwan, agan akan berisiko mendadak koplak seperti Tesla juga. Kenapa? Karena agan menganggap Tuhan dan Malaikat adalah ALIEN. Padahal kita semua tahu bahwa definisi umum dari alien adalah makhluk biologis yang tinggal di luar Bumi, sedangkan zat Tuhan dan malaikat itu non-biologis. Kenapa bisa agan samakan? Apakah agan merasa sedang menyembah alien?
Ilmuwan memang punya tujuan pribadi masing-masing gan. Ada yang menggali ilmu untuk tujuan komersial, ada yang untuk kepentingan orang banyak, ada yang untuk prestasi akademik, dan sebagainya. Itulah yang melahirkan HP yang kita pegang sekarang. Tidak ada yang salah dari itu semua selagi visi penggalian ilmu pengetahuannya masih di dalam jalur yang sehat. Tapi, jika agan berkata semua ilmuwan harus gila pengetahuan secara ekstrem dan abnormal seperti itu (layaknya Tesla dan Pak Elliot yang ada di thread ini), saya cuma bisa angkat tangan.
Kita harus mengerti dulu dasarnya, Masbro.Tesla, Luigi, dan mungkin ilmuan lain yg agan sebut "nyaris gila" itu nyatanya berhasil membuat hal yg dianggap kegilaan itu menjadi kenyataan (meskipun tidak semua) dan bahkan mereka ikut berkontribusi terhadap peradaban manusia.
ane setuju yg agan blg tentang manusia yg selalu memiliki obsesi didalam dirinya utamanya ketika mereka berhasil melakukan/menciptakan sesuatu karena memang itu sudah ada pada semua manusia tinggal bagaimana cara manusia tersebut mengetahui apakah itu sebuah obsesi atau bukan. menurut ane obsesi juga bukanlah hal yg buruk selama dibalik obsesi itu ada tujuan baik yg ingin diciptakan dan tanpa merugikan orang lain.
intinya sih menurut ane, mereka2 para ilmuan berbeda dengan org dianggap gila/ingin "bermain menjadi Tuhan". mereka hanya dipenuhi rasa ingin tahu akan sesuatu dan mereka selalu mencari tahu sesuatu tersebut dengan memikirkan kemungkinan2 yg memang "mungkin" mendukung teori2 mereka untuk terwujud. ya contohnya kaya yg td agan blg sendiri si Luigi yg berkeyakinan bisa menghidupkan mahluk yg sudah mati dgn aliran listrik sudah berhasil diwujudkan. dalam dunia kedokteran ada yg namanya alat pacu jantung apa namanya lupa ane yg memungkinkan seseorang yg "mati" organ tubuhnya (jantung) untuk hidup kembali.
tidak ada yg tahu apakah yg dikerjakan/diteliti para ilmuan adalah sebuah obsesi semata (tidak berdasar), kegilaan, kurang kerjaan, dll hanya waktu dan Tuhan lah yg bisa menjawabnya.
Kita harus mengerti dulu dasarnya, Masbro.
Penemuan, penelitian, dan pengembangan, semuanya memang dipegang oleh para ilmuwan dan menurut saya tidak ada yang salah dari itu semua.
Jadi begini...
Jika penduduk bumi sekarang mengatakan Thomas Alva Edison adalah penemu bola lampu, tentu generasi-generasi mereka selanjutnya akan tetap memegang teguh prinsip bahwa Thomas Alva Edison adalah penemu bola lampu. Tapi bagaimana jika saya katakan penemu bola lampu bukan Thomas Alva Edison, tapi penemunya adalah komedian Tukul Arwana? Apa reaksi Masbro? Tertawa?
Itu SUBJEKTIF, Masbro. Kita sekarang membahas mengenai perkara yang OBJEKTIF.
Saya tidak pernah menghina profesi ilmuwan, namun menyayangkan beberapa ilmuwan yang justru tertelan oleh kepintarannya sendiri. Jadi, jangan salah paham dengan kalimat-kalimat saya.
Obsesi itu BERBEDA dengan ambisi. Saya ulangi, Obsesi itu berbeda dengan ambisi.
Obsesi itu digerakkan sebagian besarnya oleh hawa nafsu, Masbro. Jadi obsesi itu cenderung tidak ada batasnya.
Sementara, ambisi itu didasari oleh sebuah target, dan lebih banyak digerakkan oleh logika ketimbang nafsu.
Namun begitu, karena manusia punya hawa nafsu, sudah pasti mereka punya obsesi.
Sampai di sini kira-kira paham kan?
Nah, para ilmuwan yang "Out of Control" seperti Nikola Tesla, Luigi Galvani, Giovanni Aldini, dsb, itu tidak lagi memainkan ambisi mereka, tapi obsesi. Coba bayangkan, apa yang terjadi apabila ada manusia dengan IQ jauh di atas rata-rata dan mempunyai obsesi yang jauh di atas rata-rata pula? Sudah pasti risiko "gila" akan menanti mereka. Bukan gila seperti orang yang dijalanan itu, tapi orang gila yang hanya mementingkan obsesinya. Sebagai manusia, level IQ, EQ, dan SQ kita harus pada titik yang seimbang, agar semuanya berjalan dengan baik. Itulah mengapa banyak penemu, ilmuwan dan filsuf terkenal (yang IQ-nya luar biasa tinggi) cenderung rentan berkhayal sangat tinggi dan melogiskan khayalannya itu.
Kesimpulannya, apa yang Masbro katakan itu adalah "ambisi", bukan "obsesi". Ambisi itu positif, sementara obsesi adalah hal negatif yang harus manusia tekan di dalam dirinya. Sayangnya, Nikola Tesla adalah salah satu ilmuwan yang GAGAL menekan obsesinya.
Contoh dari ambisi misalnya: Ada seorang wanita yang sangat menyukai salah satu artis luar negeri, dan dia ingin sekali bertemu dengannya. Di dalam pikirannya pun sudah tergambar sesi di mana dia bisa berfoto-foto dengan artis favoritnya itu, lalu dia memposting foto itu di instagram.
Contoh dari obsesi misalnya: Ada seorang wanita yang sangat menyukai salah satu artis luar negeri, dan dia ingin sekali bertemu dengannya. Di dalam pikirannya, apabila nantinya dia bertemu dengan artis idolanya itu, dia akan menciumi bibirnya, lalu membuka celana artis idolanya, lalu menyetubuhi artis idolanya, setelah itu dia mencakar-cakar wajah artis idolanya supaya tak ada lagi wanita lain yang menyukai artisnya itu dan hanya dia yang memilikinya sampai mati.
Jelas perbedaannya?
Nah, dalam menyikapi penemu-penemu seperti Tesla, Aldini, dsb, kita dituntut untuk objektif, Masbro. Kita menghargai penemuan mereka, bukan pola pikir mereka yang nyeleneh, apa lagi cuma karena sosoknya. Seperti yang saya katakan di atas, jika saja penemu bola lampu adalah Tukul Arwana, pasti generasi selanjutnya akan mengatakan Tukul Arwana, bukan? Jadi, itu tak lebih hanya sejarah, bukan sains itu sendiri.
Manusia itu hitam dan putih, Masbro. Dan ilmuwan itu juga manusia. Kembangkanlah putihnya, buang hitamnya. Jangan terlalu banyak meneliti sampai-sampai yang hitamnya disikat juga. Contohnya adalah seperti isi thread ini.
Demikianlah.
Obsesi lebih mudah diredam???obsesi dan ambisi emg beda gan definisinya tp keduanya didasari hal yg sama yaitu HASRAT dan NAFSU sebagai faktor pendorongnya. terus bedanya dimana? bedanya obsesi jg ikut melibatkan emosi/perasaan org tersebut tidak seperti ambisi yg justru tidak melibatkan emosi dan hanya fokus pada satu tujuan (misal :kesuksesan, kemasyuran, kekuasaan) jgn sampe keliru bedanya dimana gan haha. maka dari itu menurut ane "obsesi" lah yg lbh positif ketimbang "ambisi" (karna seringkali yg terjadi "ambisi" yg merugikan org lain karna tidak melibatkan perasaan/emosi dan hanya berfokus pada tujuan tertentu) karna melibatkan emosi maka tentulah obsesi LEBIH MUDAH ditahan/diredam. kalo ambisi ini lebih kearah psikopat karna tidak melibatkan perasaan sama sekali.
oleh sebab itu menurut ane para ilmuan ini lbh kearah "obsesi" karna mereka akan mempertimbangkan dampak positif dan negatif dr teori/penemuan mereka terhadap peradaban manusia. kalo untuk contoh ambisius ya mereka2 yg sukses dilingkungan pejabat pemerintahan dan eksekutif bisnis yg melibatkan politik didalamnya. maka dari itu kadangkala ilmuan dan pemerintah tidak sejalan.
tapi bukan berarti ane bilang semua ilmuan itu tidak punya "ambisi" atau semua pejabat/pebisnis sukses itu "psikopat" ya hahaha. tp sebagian besar memang begitu adanya (streotipe).
jadi intinya sih gak ada yg salah menurut ane dengan penelitian bahasa alien ini toh seperti yg doi dijelaskan dalam artikel TS bahwa tujuannya adalah baik yaitu mempermudah manusia berinteraksi dgn alien (jika memang alien itu nyata dan suatu saat kita bertemu) ya kalo ternyata alien itu tidak ada ya gak ada ruginya jg ke kita. sekian hehe