Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

Alkisah Di Desa Permai

Cerita manakah yang akan diterbitkan selanjutnya

  • Majlis Budak ( MC Nur )

    Votes: 389 58,4%
  • Sekolah Budak ( MC Intan )

    Votes: 220 33,0%
  • Serikan Budak ( MC Syifa )

    Votes: 57 8,6%

  • Total voters
    666
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
Ayoooo hancurkan lobang'y hahaha
Buat mereka lebih terhina dengan lobang yg besar wkwkwkw
 
Bonus 2 : Melayani Para Supir



Hari sabtu itu pertama di bulan itu, seperti biasa, aku pergi ke kota untuk mengambil pekerjaan di bawah perintah Bu Susi. Hal ini merupakan program pembinalan yang dirancang Tuan Haris agar aku bisa semakin binal dan semakin mahir melayani nafsu para lelaki.



Biasanya aku akan datang ke tempat lokalisasi itu dengan menumpang sebuah mobil. Tuan Haris tidak membolehkanku membawa uang apapun jadi aku harus menggunakan tubuhku sebagai bentuk transaksi termasuk makan.



Dalam perjalanan, aku sengaja duduk di samping supir tanpa mengenakan pakaiaan kecuali sebuah jilbab besar yang disampirkan ke belekang. Mulutku senantiasa memainkan kontol si supir sepanjang perjalanan. Sedangkan tangan si supir berkali-kali menggerayangi tokedku.



Usai sampai, tanpa mengenakan pakaiaan apapun selain jilbab aku turun. Sedangkan gamis yang sebelumnya kupakai akan diambil oleh si supir sebagai ongkos. Jadi, setelah aku kembali aku harus memiliki uang untuk membeli gamis baru agar dapat pulang menggunakna baju saat sampai di desa.



Aku berjalan pelan menelusuri gang-gang lokalisasi. Beberapa pria yang melihatku bersuit-suit girang menyaksikan tubuh *******. Aku membalas semua suitan itu dengan senyum genit menggoda.



Tiba-tiba aku melihat seorang lonte yang berjalan mendekatiku sambil berseru,”oi, budak !”



Mendengar seruan itu, aku bergegas menghampirinya dan menjatuhkan tubuhku di depannya sambil mencium ujung sepatunya.”Hamba Nyonya.”



“Sepatu gua kotor nih, bersihin dong.”Dengan santainya lonte itu mengangkat sepatu haknya yang agak berlumpur. Tanpa membuang waktu lagi, aku segera menjilati alas sepatunya yang penuh lumpur dengan lidahku.



“Ah, kau emang budak penurut.”tukas lonte itu.”Kepalanya aja yang berjilbab. Tapi lidahnya tetap ngejilatin sepatuku.”



“Terima kasih sudah menggunakan lidah hamba untuk membersihkan sepatu Nyonya.”



Ada sepuluh menit aku menjilati sepatunya sebelum akhirnya lonte itu merasa cukup dan pergi begitu saja meninggalkanku. Aku kemudian kembali melanjutkan perjalanan ke rumah Bu Susi.



Di rumah, terlihat Bu Susi yang duduk santai di teras sambil merokok. Dia terlihat begitu kesal ketika aku sampai ke terasnya.



“Lama banget !”bentaknya kasar. Aku segera mengambil posisi bersimpuh dan mencium kakinya seperti kebiasanku.



“Mohon maaf Nyonya, tadi ada seorang wanita mulia yang meminta saya membersihkan sepatunya.”jawabku. Karena begitulah aturan yang berlaku untukku. Aku harus memperlakukan para lonte di sini layaknya ratu mulia yang harus kulayani dengan sepenuh hati.



“Kau mau salahin mereka !”



“Tentu tidak Nyonya. Itu semua kesalahan hamba.”



“Cepat nungging !’perintah Bu Susi kasar. Aku segera mengambil posisi nungging dengan pantat yang terangkat tinggi.



Bu Susi sejenak ke dalam dan kembali membawakan rotan. Dengan keras Bu Susi menampar pantatku dengan rotan.



“Ahhhh…terima kasih….”kataku sambil berusaha menahan sakit .



Bu Susi terus memukuli pantatku tanpa ampun. Dan setiap kali pukulan rotan itu juga aku terus mengucapkan terima kasih karena Bu Susi sudah repot-repot mau menghukumku hingga aku bisa semakin sadar posisiku sebagai budak hina.



Setelah puas memukuli pantat nunginggku, Bu Susi sejenak kembali dan membawa bongkahan es. Tanpa peringatan, Bu Susi langsung menghujamkan es ke kulitku yang perih karena terus dipukuli rotan.



“ahhhhh…..terima..kasih….nyonya…..”cercauku sambil berteriak tak mampu menahan sakit. Namun bukan jeritan atau umpatan yang keluar melainkan ungakapan terima kasih. Entah bagaimana, tapi sepertinya otakku sudah diprogram untuk berterima kasih pada siapapun yang sudah menyiksa dan merendahkanku.



“Lain kali jangan telat lagi !”cetus Bu Susi dengan sinis.



“Terima kasih Nyonya telah menghukum budak hina ini. Sungguh sebuah kemuliaan bagi hamba karena bisa dihukum oleh tangan Nyonya yang suci.”kataku sambil bersimpuh mencium kaki Bu Susi.



“Bagus. Emang udah begitu harusnya budak bersikap.”sahut Bu Susi sambil tertawa lepas.



“Baik Nyonya.”



“Nah budak, hari ini kamu gak akan melayani para lelaki di sini,”



Aku mengangkat kepala tak mengerti. Biasanya tugasku adalah melayani para lelaki sebagai ‘bonus’ karena sudah main ke tempat Bu Susi. Aku dipaksa melayani nafsu mereka semua tanpa batasan waktu yang berarti itu sesuai dengan stamina pelanganku. Sepanjang persetubuhan itu juga kesemua lubangku bebas dimasuki tanpa memakai kondom. Dan yang paling miris adalah aku tidak diberi apapun sebagai gantinya sebab aku hanyalah bonus untuk menghibur tamu-tamu Bu Susi yang mau bermain di tempatnya.



“Lalu saya harus bagaimana Nyonya ?”

“Ayo ikut.”Perintah Bu Susi sambil melenggang pergi.



“Tapi baju saya ?”



“Memang budak butuh baju.”balas Bu Susi tak peduli. Akhirnya dengan penuh rasa malu aku mengikuti langkahnya di belakang.



Sebenarnya aku sudah terbiasa untuk telanjang di luar. Tapi itu dilakukan di area lokalisasi yang sudah cukup mengenalku. Namun tanpa kusangka Bu Susi terus mengajakku hingga tepi jalan raya yang ramai.



Aku berusaha menjulurkan jilbabku ke bawah untuk menutupi tokedku. Tanganku juga menyilang di depan berusaha menutupi memekku. Melihat sikapku, Bu Susi menegur,”gak usah diumpetin. Kau harus nunjukin hiburan untuk para pengguna jalan.”



Aku dengan langkah patah-patah akhirnya meletakan tanganku di samping dan kembali menyibak jilbabku ke belakang hingga setiap pengguna jalan dapat melihat tubu telanjangku dengan jelas. Beberapa saat aku memejamkan mata menahan malu ketika tubuhku menjadi tontonan di pinggir jalan. Namun beberapa saat kemudian aku mulai menikmati tubuhku yang menjadi santapan mata para pengguna jalan.



Hingga akhirnya, terlihat sebuah bus berukuran sedang yang melintas. Bu Susi kemudian meraih sesuatu di dalam tasnya berupa sebuah colar. Lekas saja dirinya memakaiakannya di leherku dan menyuruhku merangkak layaknya anjing.



Bus berhenti tepat di depan Bu Susi. Terlihat kernet menanyakan sesuatu pada Bu Susi.”mau kemana, Bu ?”



“Ini mau ke terminal X. Tapi saya boleh bawa anjing ya.”



“Wah, kalau di bis gak boleh bawa peliharaan bu.”



“Kalau yang kayak gini boleh ?”tanya Bu Susi sambil memberi isyarat padaku yang merangkak di sampingnya.



Si kernet agak terkejut melihatku yang merangkak seperti anjing tanpa mengenakan sesuatu apapun selain jilbab. Bu Susi sekilas melirik ke arahku memberi isyarat. Aku menanggapinya dengan menggonggong dan menjulurkan lidah. Sungguh aku sangat malu dengan keadaan seperti itu. Namun di sisi lain aku merasa begitu nikmat bisa direndahkan di depan umum.



“Bo…boleh.”jawab kernet itu tegagap.



“Makasih,”ujar Bu Susi sambil menarikku masuk ke dalam bis. Di dalam bis, supir bis yang sudah paruh baya terlihat agak terkejut melihat kedatanganku. Begitupun dengan para penumpang. Mata mereka terlihat melotot menatap seluruh tubuh mulusku.



“Wah, ibu lagi jalan-jalan sama anjing nih ?”tanya supir dengan suara genit.



“Iya nih. Anjing saya bandel. Makanya pengen saya bawa keluar. Siapa tahu bisa dapet hukuman dari penumpang sekalian.”



“Langsung aja bu. Kebetulan penumpang udah jenuh. Lumayanlah ada anjing buat dimainin.”



Bu Susi menyeretku ke bagian tengah bis yang kosong dan membiarkanku tetap di dalam lorong bis. Suasana bis sangat sepi sebab hanya ada lima penumpang dengan 4 lelaki dan satu gadis remaja yang kutaksir masih berusia SMA. Perhatian semua penumpang sekaragn terfokus padaku. Mereka seharusnya saat ini sangat risih dengan penampilanku. Namun keseksian tubuhku dapat menyita perhatian mereka.



“Anjingnya cantik ya ?”tanya seorang bapak-bapak yang duduk di seberang kami.



“Eh iya. Kalau gak cantik mah mana mau saya urus.”



“tapi kok make jilbab ya ?”

“Iya, jadi ini adalah anjing syari. Aslinya ibu-ibu alim tapi akhirnya sadar kalau dirinya itu budak hina yang lebih rendah dari para lonte. Ini saya bawa jalan-jalan juga buat latihan dia biar lebih merendah lagi.”



Aku cukup tersinggung mendengar kata-kata Bu Susi terlebih di depan orang yang masih asing di tengah bus yang melaju. Namun anehnya hatiku merasa berterima kasih karena Bu Susi sudah mau repot-repot mengingatkan posisiku.



“Oh begitu. Boleh saya pinjem. Kontol saya gatel nih.”



“Oh tentu pak. Emang ini anjing setiap hari harus dikontolin kalau gak lubangnya bakalan kegatelan.“



Bu Susi langsung menendang pantatku dan memaksaku merangkak ke bawah bapak tadi. Dengan santai bapak tadi meraih celananya dan meloloskannya ke bawah hingga nampaklah yang bergoyang pelan seiring laju bus.



Aku dengan senang hati mulai mengulum kontol bapak itu. Bapak tadi mencengkram jilbabku dan memaksaku lebih dalam mengulum kontolnya hingga aku kesulitan bernapas. Bapak itu terlihat keenakan dengan kulumanku.



Setelah sesi blowjob itu, bapak tadi mengangkat tubuhku dan memangkukku dengan kontolnya yang menerobos pantatku. Ingin rasanya aku berteriak menahan sakit ketika pantatku di tusuk di atas bis yang melaju. Tapi suara yang kukeluarkan hanyalah gongongan.



“Guk…guk…gukk….ahhh….ahhh….guk…guk…”cercauku dengan lidah yang sengaja kujulurkan. Entahk kenapa perlakuan dari Bu Susi telah membuatku sepenuhnya menjadi anjing dan membuatku lupa kalau aku adalah seorang wanita alim yang taat.



“Eh pak, gantian dong pake anjingnya. Masa bapak terus sih,”protes salah seorang penumpang yang sedari tadi menahan birahinya melihat permainanku.



“Iya nih. Kita kan juga pengen main.”



“Lah, salah sendiri diem aja.”bela bapak itu.



“Udah-udah. Anjingnya bisa dimainin sama kontol siapa aja kok.”terang Bu Susi sambil tersenyum.”Benerkan, anjing.”



“Guk..gukk..ahh..”jawabku dengan gonggongan disertai desahan.



“Tuh, anjingnya udah gak sabar buat ngentot sama kontol bapak-bapak sekalian.”Bu Susi tersenyum sambil menepuk-nepuk kepalaku. Aku tersenyum senang kepalaku bisa disentuh oleh tangan mulia Bu Susi.”Oh ya, pak, saya berhenti di sini ya.”



“Loh, duitnya gimana ?”tanya kernet menghadang Bu Susi yang beranjak berdiri.



“Udah pake aja anjingnya. Besok baru kembaliin ke tempat saya naik tadi. Dia tahu jalan kok.”



“Oh, terima kasih ya buk.”tukas kernet girang.”Siplah pokoknya.”



“Ok anjing, kamu baik-baik ya di sini. Besok baru balik lagi.”kata Bu Susi sambil meremas tokedku.”Jangan nakal ya.”



“Guk…guk…guk.”jawabku merasa begiu terhormat karena dengan diriku Bu Susi dapat naik bis dengan gratis. Betapa banggannya diriku karena tubuhku bisa dimanfaatkan sebagai alat tukar.



Bu Susi kemudian turun setelah berbicara sepatah dua patah kata dengan sopir yang dibalas dengan anggukan riang sang supir. Setelah itu tubuhku yang masih lemas kemudian di diberdirikan di lorong seraya tanganku diikat di pegangan penumpang di atas.



Maka dimulailah aksi persetubuhan yang hebat. Pantat dan memekku tak henti-hentinya dimasuki dengan berbagai kontol. Mereka dengan leluasa terus memompa kontolnya di kedua lubangku hingga aku senantiasa terjepit di antara dua kontol. Tak cukup di situ, toked dan mulutku juga tak luput dari permainan mereka. Tangan mereka dengan mahir bergeliya meremas tokedku sementara mulut mereka terus mengirimkan liur ke dalam mulutku.



Perjalanan bis itu terasa begitu menyenangkan buat para penumpang. Sepanjang perjalanan itu kontol mereka setia berada di lubangku. Sementara itu aku yang terikat tak berdaya hanya bisa menggonggong layaknya anjing yang sedang dipuaskan.



Sayangnya perjalanan itu harus berakhir seiring dengan penumpang yang satu per satu turun. Tersisalah kernet, supir, dan gadis SMA yang semenjak tadi hanya diam memperhatikan permainanku. Ketika sore mulai menjelang, gadis itu terlihat bangkit mendekati kernet.



“Bang anjingnya saya mainin dulu ya,”



“Oh silahkan,”jawab kernet itu mempersilahkan.



Gadis itu tanpa basa-basi langsung melepas ikat pinggangnya yang berwarna hitam dan tahu tahu saja sudah mencambuk perutku dengan ikat pinggangku.



“Gukkkkkk…”gonggongku kesakitan.



“Nih rasain dasar cewek murahan !”serunya sambil tersenyum sinis.



Pukulan ikat pinggang itu terus menderaku. Gadis itu dengan kasar mencambuki paha, perut, punggung, pantat, memek, dan tokedku hingga berubah merah. Selama itu juga aku hanya bisa menggonggong menggantikan jeritan kesakitan.



Gadis itu kemudian menendang perutku hingga aku tersentak ke belakang. Belum juga aku pulih, gadis itu sudah memasukan ujung sepatunya ke dalam memekku yang sudah dipenuhi sperma yang lumer hingga ke lantai bis. Tak cukup sampai di situ, gadis itu mengaduk-aduk sepatunya di dalam memekku hingga menyentuh rahimku. Aku lagi-lagi hanya bisa menggonggong untuk mengganti rintihan kesakitanku.



“Ih, gara-gara lu sepatu gua jadi kena sperma nih. Bersihin cepat !”perintahnya sambil melepas ikatan tanganku. Dengan patuh meski keadaan tubuh lemah dan sakit kujilati sepatunya hingga mengkilap.

“Ih, malah jadi kena ludahlu kan.”Gadis itu menggeram marah. Secara kasar dia membuka jilbabku hingga rambut panjangku tergerai. Kemudian dia menginjak rambutku untuk membersihkan sepatunya. Berkali-kali dia memutar mutar sepatunya di atas rambutku sedang posisiku sedang merangkak hingga aku harus merasakan sakit yang sangat karena rambutku yang ditarik paksa karena injakannya.



“Nah, begini baru bersih,”ujarnya senang.



“Gukk…gukk..”balasku senang karena dia bersedia menggunakan rambutku sebagai keset untuk membersihkan sepatunya dari liurku yang najis.



Akhirnya setelah menurunkan semua penumpang, bis diarahkan ke terminal. Sepanjang perjalanan aku duduk dipangku oleh kernet bis dengan kontolnya yang terus menyumbat lubang pantatku sedangkan tangannya meremas tokedku.



“Oh ya kita belum kenalan ya,”cetus kernet itu teringat sesuatu.”Namaku Jali. Nah supir itu pamanku. Namanya Joni. Kalau kau namanya siapa ?”



“Guk…guk…gukk….”



“Kau bodoh kali Jali, dia kan anjing. Mana bisa jawab.”tukas si sopir yang bernama Joni.



“Oh iya lupa. Gimana kalau kita kasih nama aja,”Jali nampak berpikir sejenak sebelum akhirnya mencetus,”gimana kalau namanya Doggy.”



“Ah cocok kali. Gimana, suka kan sama namanya.”



“Guk…gukk…”jawabku sambil tersenyum sumringah dan menjulurkan lidah. Ah, alangkah baiknya mereka. Mereka bahkan berkenan memberikanku nama yang sesuai untuk seekor anjing sepertiku.



Bis akhirnya berhenti di terminal. Di sana sudah terparkir puluhan bis dari berbagai jurusan. Begitu sampai, Joni langsung saja merampas tali kekakngku dari Jali.



“Sekarang giliranku !”ujarnya tegas.



“Ah, mamang gimana sih. Kan aku masih mau pakai.”



“Kau udah lama pakai. Lagian aku butuh hiburan nih abis nyopirin nih bis.”jawab Joni tak peduli dan memaksakaku untuk merangkak mengikutinya.



Aku akhirnya merangkak di terminal yang beranjak sepi. Hanya ada satu dua warung yang tetap buka untuk melayani para sopir yang lelah usai mengais rezeki. Kedatanganku yang telanjang menyisahkan jilbab serta merangkak layaknya anjing segera menjadi perhatian para sopir.



“Woi bang, hebat kali kau bisa dapat nih anjing.”ujar salah satu sopir yang tertarik mendekat.



“Iya nih. Abis dipenjimin sama ibu-ibu. Katanya buat bayar bis.”



“Bisa dientot kah ?”



“Ya bisalah. Kalau gak mana mau kubawa. Tapi kau jangan ngentotin dia dulu. Ak mau mainin dulu nih. Dari tadi udah gak sabaran pas di bis Cuma bisa denger pada main.”



Akhirnya aku diseret menuju salah satu warung yang agak sepi. Penjaganya seorang pria paruh baya yang langsung terkejut melihat kedatanganku. Namun Joni dengan cepat mencairkan suasana dengan memesan makanan.



“Kok kau bisa dapet cewek kayak anjing gitu sih ?”tanya si penjaga warung penasaran usai menyerahkan makanan.



“Iya nih namanya juga hoki,”sahut Joni sambil menyelesaikan makanannya sedangkan aku diikat di kursi yang didudukinya.



Joni membuka celananya dan memperlihatkan kontol hitam yang terlihat kotor namun di depanku, kontol itu seperti benda pusaka yang begitu mulia. Dengan segera aku mengemutinya seperti mengemus permen. Rasa asin keringat yang kurasakan seolah menambah sensasi kenikmatan ketika aku mengulum kontolnya. Sementara itu Joni terlihat santai melanjutkan makanannya



“Woi Doggy, lu laper gak ?”tanya Joni usai menyelesaikan makannya.



“Guk…”jawabku jujur sebab sejak tadi mulutku tidak terisi apapun kecuali sperma dan liur.



Joni melemparkan tulang ayam sisa makannya ke lantai. Aku dengan cepat memakannya dengan penuh rasa syukur sebab Joni bersedia memberikan tulang dengan sedikit daging yang masih menempal untuk anjing hina sepertiku. Untuk minumnya, Joni meletakan kobokan bekas tangannya yang segera saja kuminum bagaikan anjing kehausan. Tentu saja aku meminumnya dengan cara menjilatinya layaknya anjing.



“Mang, aku bayar pakai tu anjing ya. Entotin aja semau kau. Nanti aku balik setengah jam lagi.”



“Sip bos,”kata si penjaga warung dengan semangat menurunkan celananya dan menghampirku. Tanpa aba-aba dia langsung menusuk memekku dengan kasar hingga membuatku kepayahan.



Ada setengah jam aku harus melayani hasrat dari penjaga warung. Selama itu juga dengan semangat membara penjaga warung itu terus menusuk ke semua lubangku seolah dikejar waktu. Tak butuh waktu lama, dia akhirnya mencapai klimaks dan menyemprotkan spermanya ke rahimku.



Ketika Joni datang, aku sudah tergolek tak berdaya dengan lelehan sperma yang terus keluar dari memekku. Dengan kasar Joni menarik tali kekangku dan memaksaku merangkak mengikutinya ke salah satu bangunan kecil di sudut terminal



Joni menyalakan lampu dan menampakkan wujud asli bangunan itu yang merupakan toilet umum. Aku segera di bawa masuk ke toilet dengan 3 bilik serta beberapa toilet berdiri yang keadaannya sangat kumuh dan kotor. Bau pesing menguar dari tiap lantai membuat penciuman terganggu.



Joni menyerahkan sebuah sikat dengan gagang pendek dan menyuruhku untuk membersihkan semua sudut kamar mandi. Tentu saja sebagai anjing aku hanya bisa menggunakan mulutku untuk membersihkannya. Butuh waktu lama untuk melakukannya. Selama itu juga beberapa kali sikat harus terjatuh dan wajah serta jilbabku harus bersentuhan dengan toilet yang kotor.



Satu jam kemudian, akhirnya aku menyelesaikan perintah Joni. Joni kembali datang dan membersihkan kotoran yang sudah terangkat dengan semprotan selang. Namun ternyata tugasku belum sepenuhnya selesai. Joni menyuruhku untuk mengelap seluruh kloset yang baru saja dibersihkan dengan jilbabku dan kemudian menyuruhku untuk memakainya kembali.



Kondisiku sangat payah setelah pekerjaan itu selesai. Badanku bau oleh bau pesing kamar mandi yang melekat di tubuhku. Jilbabku juga basah oleh air bekas menyiram kamar mandi. Joni sampai menutup hidungnya ketika mengambil tali kekangku dan membawaku untuk membersihkan diri.



Di bawah sebuah keran, aku dibersihkan hingga basah kuyup. Joni menuangkan sabun cuci piring begitu saja di tubuhku dan menyikat tubuhku dengan sikat kloset. Terakhir dia menyuruhku untuk membuang jilbabku.



Setelah persiapan siap, Joni mengikatku dengan posisi kaki terikat di paha dan mendudukanku di salah satu kloset berdiri. Sejenak Joni memasukan kontolnya yang sudah tegak berdiri dan mulai menyetubuhiku. Tak lama kemudian dia mencapai klimaks dan menyemprotkan spermanya ke dalam memekku.



“Nah anjing, sampai besok pagi, kau bakalan melayani kami semua sebagai kloset buat peju dan kencing kita. Gimana, enakkan ? Nanti gua kasih tarif kayak ke wc buat ngentotin kau sepuasnya sekaligus buang kencing di mulut kau”



“Guk…gukk…gukk…”Aku menggonggong penuh rasa syukur. Betapa baik Joni sampai mau membandrolku dengan harga 2 ribu rupiah.

Maka dimulailah pemerkosaan brutal itu. Puluhan sopir bis diundang Joni dnegan hanya mengenakan tarif 2 ribu rupiah untuk bisa mengentotiku sepuasnya. Tentu saja para supir sangat bersemangat dengan tawaran dari Joni. Mereka bahkan sampai berebutan untuk dapat memasukan kontolnya ke dalam memekku.



Akhirnya ketika pagi menjelang aku hanya bisa terkapar tak berdaya dengan memek yang terus mengeluarkan sperma sisa persetubuhan semalam. Joni tertawa sambil mengipas-ngipas pendapatannya dengan menjual tubuhku.



“Gimana Doggy rasanya jadi kloset ?”



“Gukk…”gonggongku lemah dengan mulut yang juga meneteskan sisa kencing yang juga diminumkan padaku. Namun meski mendapatkan begitu banyak siksaan dan penghinaan, aku berterima kasih sekali untuk itu. Sebab dengan itulah aku bisa semakin memperdalam peranku sebagai budak pemuas birahi.
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd