Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT AMNESIA

Bimabet
Kelihatannya bakal panjang nih cerita si Lasmijan. Btw ngos"an euy lari marathon dari pejwan sampai ke pej ini.
Eh kira" Lasmijan bakalan dapet berapa perawan dan berapa janda nih...hehehe..
Ijin nyimak kelanjutan kisah Lasmijan si kontie lintah ya om...
 
Ceritanya bagus,dibalut area pedesaan yg minim konflik
Kembang kembang desa yg haus akan terong bengkok whahahahahaha

Sehat selalu suhu @Sumandono
 
Bagian Empat :
PUTRI DIAH PITALOKA

Ceu Kades Uti sangat terkejut ketika lelaki muda itu tiba-tiba roboh dan menimpa dirinya. Semula Ceu Kades menyangka pemuda itu cuma pura-pura namun ketika mengetahui hidungnya meneteskan darah, Ceu Kades panik dan menjerit minta tolong. Segera saja rombongan perempuan yang sedang bergerombol di dapur bermunculan dan menolong Ceu Kades dari tindihan Lamsijan yang badannya kaku.

Mereka menggotong Ijan dan membawanya ke dalam kamar, membaringkannya di dipan yang ada alas kasurnya. Sementara ceu Kades masih terduduk di kursi kayu yang reyot dengan rasa kejut yang belum hilang. Tangan Ceu Kades yang tak sengaja menyentuh selangkangan pemuda itu terlihat gemetar.
"Tidak mungkin." Bisik Ceu Kades dalam hatinya, "tak mungkin sebesar itu."

Dia menarik nafas panjang untuk menghilangkan pias di wajahnya lalu memanggil Bah Dadeng untuk meminta keterangan apakah Lamsijan sering mengalami itu. Bah Dadeng mengiyakan. Tanpa pikir panjang lagi Ceu Kades menelpon Bidan Vero untuk secepatnya datang ke rumah Bah Dadeng.

Selesai menelpon bidan Vero, Ceu Kades Uti mengisi formulir itu sesuai dengan perkiraannya sendiri. Dia meminta Kartu Keluarga Bah Dadeng dan memasukkan Lamsijan sebagai nama anak Bah Dadeng. Lalu memanggil Pak RT Aep dan Pak RW Odang untuk menandatangani formulir tersebut.
"Ya sudah akang adalah Lamsijan." Kata Ceu Kades Uti setengah berbisik di telinga Lamsijan.

***​

Bidan Vero yang sedang gabut karena tidak ada pasien, langsung menaiki motor maticnya dengan membawa sejumlah peralatan dan obat-obatan. 15 menit kemudian dia muncul di ujung gang dan memasuki gang diikuti beberapa emak-emak yang tinggal di sekitar RT 07 yang penasaran dengan berita pingsannya Lamsijan. Entah bagaimana caranya berita itu menyebar ke pelosok RT dan kemudian RW, bahwa Ceu Kades Uti menginterograsi saudaranya Bah Dadeng yang bernama Lamsijan, sehingga pemuda itu pingsan. Tak ada yang tahu.

Namun kemungkinan besar hal tersebut berawal dari Nyi Iin yang datang ke rumah itu dan tak sengaja melihat seorang pemuda terjatuh dalam pelukan Ceu Kades itu setelah ditanyai nama dan tempat tanggal lahirnya. Nyi Iin yang kecewa karena hanya ingin bertemu dengan Bah Dadeng, segera balik kanan dan bertemu dengan Wak Epoh di jalan desa. Nyi Iin menceritakan bahwa dia melihat saudaranya Bah Dadeng pingsan setelah ditanyai ole Ceu Kades Uti. Wak Epoh kemudian pulang ke rumahnya dan menceritakannya kembali kepada Nyi Cicih, Mang Ocid dan Dudung. Sebelum bidan Vero datang, cerita itu sudah menyebar ke seluruh RW. Kira-kira begitulah kemungkinan cara menyebarnya hoaks tersebut.

Rumah Bah Dadeng pun dikerumuni oleh massa yang ingin tahu apa yanga sebenarnya terjadi.

Bah Dadeng sendiri menjadi rikuh. Banyak sekali orang yang mendatangi rumahnya. Tapi dia tetap merasa senang karena dia memiliki banyak ikan. Ceu Popon yang merasa dirinya paling dekat dekat Bah Dadeng tiba-tiba mengusulkan untuk masak nasi dan membuat sambel. Emak-emak pun setuju.
"Ini banyak Mie Instant di sini, Ceu. Bagaimana kalau kita bikin saja semuanya terus tambahin cabe biar pedesnya berasa, setuju tidak? Lumayan buat ngejamu orang yang segini banyaknya." Usul Uut. Semua ternyata setuju.

Tiba-tiba saja suasana rumah Bah Dadeng menjadi hiruk pikuk oleh kesibukan emak-emak memasak. Sementara itu di kamar, Bidan Vero didampingi Ceu Kades Uti memeriksa Lamsijan yang mulai siuman.
"Kang Ijan mengalami gejala pembekuan darah." Kata Bidan Vero dengan lagak seperti dokter, "tapi jangan khawatir, itu hanya sementara. Nanti juga sembuh koq. Saya kasih obat pengencer darah dan parasetamol untuk sakit kepalanya." Kata Bida Vero dengan nada yang meyakinkan.
"Berapa semua biayanya, dok?" Tanya Lamsijan.

Wajah Bidan Vero merah karena jengah ketika dipanggil dokter.
"Ah, tidak usah. Semuanya sudah ditanggung Ceu Kades." Katanya sambil meninggalkan kamar.

Lamsijan melirik ke arah Ceu Kades Uti dan berkata, "teh, ambil uang secukupnya di dompet ini." Kata anak muda itu sambil menyerahkan sebuah dompet. Melihat dompet itu Ceu Kades Uti yang semula cemberut tiba-tiba tersenyum. Dia membuka dompet itu dan tambah tersenyum melihat duit yang sangat banyak.
"Mungkin ada sekitar 6 atau 7 juta, aku ambil 500 ribu saja ah." Kata Ceu Kades Uti dalam hatinya dan mengambil uang 5 lembar seratus ribuan, kemudian dia mengembalikan dompet itu kepada Lamsijan.
"Nah, sekarang Kang Ijan istirahat dulu ya, saya mau ke luar sebentar." Katanya setelah mengantongi uang 500 ribu rupiah tersebut.
"I ya, Teh. Makasih ya Teh."
"Teteh yang makasih." Kata Ceu Kades Uti dengan senyum cerah, dia kemudian celingukan sebentar, lalu tanpa tedeng aling-aling Ceu Kades Uti mencipok bibir Lamsijan dengan sekali cipokan yang cepat; sementara tangannya secara lembut hinggap di atas selangkangan Lamsijan dan meremas batang itu dari luar celananya.
"Aakhh... Teteh... "
"Sssttt... jangan bilang-bilang."

Ceu Kades Uti kemudian ke luar dan terkejut oleh banyaknya orang. Beberapa bapak-bapak sedang mengumpulkan kayu bakar untuk membuat api unggun sekaligus untuk membuat ayam bakar, demikian kata mereka ketika Ceu Kades bertanya.

Ceu Kades Uti tiba-tiba tersenyum. Akalnya yang cerdik segera terbit untuk memanfaatkan situasi tersebut.
"Hm, anggap saja ini perayaan menyambut kehadiran warga baru." Katanya dalam hati, lalu menelpon Mang Uko dan kawan-kawan dari RW 01 untuk datang dengan membawa kendang dan peralatan seni lainnya sebagai pengisi hiburan. "Malam ini kita akan berpesta." Katanya dalam hati sambil tersenyum gembira.

Kepala Desa Sirnalaya, Putri Diah Pitaloka yang cerdik, di ruang kerjanya.

Kepala-desa2.jpg


***​

Entah bagaimana mulainya, mendadak saja halaman depan rumah Bah Dadeng dipenuhi orang dari seluruh penjuru desa. Mang Uko dan kawan-kawan memainkan kendang, gong dan terompet untuk membawakan lagu-lagu tradisional sunda dicampur dengan lagu-lagu dangdut. Orang-orang yang datang pun menari-nari dengan gembira.

Melihat suasana yang gembira itu, Pak RW Odang diam-diam mengambil Bambu Air Lahang yang berasal dari pohon kawung (enau/aren) yang sudah dia fermentasikan selama bertahun-tahun di belakang rumahnya dibantu oleh Koman. Lalu membagikannya kepada setiap orang sebanyak setengah gelas plastik bekas air minum kemasan. Orang-orang pun menenggaknya dan suasana pesta dadakan pun menjadi lebih meriah.

Di tengah keramaian pesta yang tak direncanakan itu, Memey mengendap-endap masuk ke dalam kamar dan menemukan Lamsijan tengah terlelap. Cahaya dari luar dan suara musik dan orang-orang yang bersorak, menemani jantung Memey yang berdegup kencang.
"Aku ingin melihatnya dari dekat." Katanya dalam hati. Dia pernah tak sengaja melihat pemuda itu mandi di halaman belakang rumah Ceu Popon dan dia tidak percaya dengan apa yang dilihatnya.

Dengan hati-hati dia menyingkap celana pendek Lamsijan dan meliha sebuah kepala berbentuk helm jerman yang bermata satu tengah terpejam; seakan ikut majikannya sama-sama tertidur lelap.

Memey mendekatkan wajahnya dan menghirup aroma yang lezat itu. Daging hidup yang bersih, yang dirawat dan dijaga dengan baik dari sisa-sisa urine dan keringat lembab yang penuh bakteri; membuat lidahnya melelet-lelet menahan godaan untuk merasakan kekenyalan dan kelembutannya.

Walau Memey baru berusia 27 tahun, tapi dia sudah menjanda 3 kali.

Memey memiliki tubuh ramping tinggi kecil khas sunda. Rambutnya setengah keriting berwarna kecoklatan alami. Kulitnya kuning langsat, hidung bangir dan sepasang mata yang agak sipit. Dia menikah ketika berusia 17 tahun dengan teman kerjanya di Pabrik Tekstil. Setelah dua tahun mengarungi biduk rumah tangga, pabrik di mana mereka bekerja mengalami kebangkrutan. Suaminya kemudian mencari kerja di kawasan Industri di Karawang. Memey sendiri mendapat pekerjaan di toko baju di Cicadas, Bandung. Selama hidup terpisah jauh, mereka saling berselingkuh dan kemudian sama-sama setuju untuk bercerai secara baik-baik.

Memey kemudian menikahi selingkuhannya yang merupakan manajer toko. Tapi pernikahannya tidak berjalan mulus karena ternyata si manajer sudah mempunyai anak dan istri. Pada suatu hari, istri si manajer mendatangi rumah kontrakan mereka dan mengamuk; istri tua yang marah itu mengancam Memey dengan pisau dan akan membunuhnya. Memey ketakutan dan lari, dia bersembunyi di sebuah rumah yang sedang direnovasi. Mandor yang bernama Pak Jono melindungi Memey dari kejaran istri tua yang kalap itu. Beberapa bulan kemudian, Memey dan Pak Jojo menikah. Memey diajak tinggal di rumah Pak Jono yang terletak di Desa Sirnalaya, RT 05 RW 07. Dua tahun menikah, Pak Jojo meninggal dunia karena kecelakaan kerja di Jakarta. Ibunya Jojo yang masih hidup, meminta Memey untuk tetap tinggal karena dia merasa kesepian. Di rumah itu, hanya tinggal mereka berdua.

Sampai dengan saat ini, Memey sudah lebih dari 2 tahun menjanda. Dia sudah merasakan perbedaan dan persamaan tiga penis laki-laki. Semuanya enak tapi bau dan jorok. Besar dan panjangnya pun rata-rata. Namun untuk yang satu ini, yang saat ini sedang ditatapnya tanpa kesip, dia benar-benar sangat penasaran.

Rasa penasaran itulah yang membuat lidahnya menjulur dan menjilat ujung kepala botak itu. Ternyata benar, halus dan gurih.
"Ougkhkh..." pemuda itu mengeluh ketika Memey mengulumnya pelahan. Janda itu tersenyum melihat reaksinya. Ketika dia berniat mengocok dengan mulutnya, tiba-tiba pintu terbuka dan suara musik terdengar lebih keras.

Saat pintu ditutup dan dikunci, suara musik dari luar terdengar mengecil kembali.

Memey terkejut. Dia melihat Ceu Kades Uti masuk ke dalam rumah dan melangkah menuju kamar. Tanpa pikir panjang lagi, Memey cepat bersembunyi di kolong dipan. Jantungnya berdegup kencang karena takut ketahuan atas apa yang telah dilakukannya.

"Kang Ijan..." Suara Ceu Kades Uti terdengar lembut dan manja. "Maafin Teteh ya, Teteh tidak bermaksud..."
"Teteh... teteh... " Suara Lamsijan terdengar seperti mengigau.
"Ya Kang..."
"Enak Teh." Kata Lamsijan.
"Enak apa akang... sayang."
"Aahh... teteh... mah... akang suka sama Teteh di...em..."
"Ssssstttt... Teteh juga suka."
"Lagi Teteh lagi... akang suka..."

Jantung Memey semakin berdegup kencang ketika Ceu Kades Uti melepaskan sandalnya dan naik ke atas dipan. Memey menahan nafas dan menunggu apa-apa kira-kira selanjutnya yang akan terjadi.

(Bersambung)
 
Terakhir diubah:
Jav Toys
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd