Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

FANTASY Architect! I'm In Love (Update Chapter-8)

Status
Please reply by conversation.
Ingat?



"Jadi hari ini mau survey??" sebuah kecupan mendarat singkat di pipiku

"Iya, kamu enggak keluar??" tanyaku sambil melahap sarapan yang dibuatnya

"Yaaah, padahal ini hari minggu. Mau ngajak kamu main" ujarnya mendengus kesal sambil membereskan beberapa peralatan memasak

"Maaf ya, mau main kemana emang?? Next time deh" ujarku sedikit merajuk

"Jalan-jalan aja, suntuk sih rasanya seminggu ngadepin revisi yang enggak kelar-kelar" jawabnya mendengus kesal

"Haha, coba telpon Vienny. Ajak dia main gih, kamu bawa aja debit card ku yang satunya" ujarku yang diselingi rasa khas kopi hitam di indera pengecapku

"Enggak ah, aku enggak mau debit card mu. Aku maunya kamu" ujarnya sambil bertopang dagu dan mendekatkan wajahnya ke arahku.

Aku tersenyum dan mencubit hidungnya, "Next time ya, i'm promise " ujarku






Dia hanya tersenyum saat melihatku memakai jas warna abu-abu kebiruan yang berpadu dengan kaos putih dan celana kain hitam. "Kenapa??" tanyaku penasaran.

Gelengan kepala dan senyumannya membuatku mendekat ke arahnya seraya memeluknya. "Sore aku udah balik kok. Cuma ke Bekasi doang, kan deket" ujarku mengusap-usap punggungnya

"Aku enggak rela aja, kamu keliatan ganteng banget. Apalagi enggak ada aku. Enggak rela" ujarnya memasang wajah memelas

"Lama-lama aku terbang nih kena gombalanmu" ujarku terkekeh

Dia kembali memelukku erat dan mengecup bibirku. Ciuman hangat dan penuh kasih.

Memang setiap 2 minggu sekali dia selalu menginap di apartemenku di hari sabtu dan minggu, ketika dia tidak pulang ke Bogor. Biasanya juga aku dan dia selalu mengosongkan jadwal, tapi entah kenapa kali ini aku terlupa , dan mengiyakan jadwal survey dengan seorang klien.

"Berangkat dulu ya, kalau mager kemana-mana ajak Vienny kesini aja" ujarku sambil menutup pintu apartemen

Perjalan yang memakan waktu sekitar sejam berhasil membuatku sampai di perumahan yang ditunjukkan oleh aplikasi peta di ponselku. Masuk melewati beberapa blok hingga akhirnya sampai pada sebuah rumah yang di depannya telah terparkir mobil sedan silver yang ku kenal. Kuparkirkan dia tepat di belakang sedan silver itu dan bergegas masuk kedalam.

Rumahnya terlihat cukup lama tidak terurus, beberapa tanaman liar mulai tumbuh di pekarangan depan. Catnya mulai nampak mengelupas di beberapa sisi. Suasananya terlihat suram, berbeda dengan rumah yang memang sehari-hari berpenghuni.

Kuraih ponselku dan menghubunginya, "Gue udah di depan" ujarku dan dia menjawab akan segera turun karena sedang mengecek sesuatu di lantai 2. Sekitar 5 menit kemudian pintu utama rumah terbuka, dan dia muncul dari dalam. "Akhirnya datang juga, yuk lo lihat-lihat dulu aja" ujarnya.

Hari ini adalah pertemuan ketiga kami , setelah tiga hari yang lalu aku membahas apa saja yang bisa ku kerjakan untuk renovasi rumahnya.







"Lo habis darimana??" tanyaku setelah memperhatikan setelan kemeja putihnya

"Oh habis ketemu orang, dia tertarik dengan asuransi yang ditawarkan oleh perusahaanku" jawabnya tanpa menoleh kearahku.

Dia berjalan didepanku, bongkahan pantatnya tercetak jelas dengan indah meskipun tertutup oleh rok hitam yang beberapa sentimeter diatas lututnya.

"Oh, lo kerja di perusahaan asuransi?? Sebenarnya gue juga lagi cari asuransi untuk kesehatan. Mungkin kita bisa ngobrol setelah ini" ujarku yang hanya dibalas dengan senyuman ketika kami menaiki tangga yang menuju lantai dua.





*****​

Dia suka sekali petting. Dia sangat menikmatinya ketika aku menyelipkan tanganku kedalam kaosnya. Payudaranya yang proporsional dengan tubuhnya, terlebih lagi putingnya yang masih terlihat sangat menggemaskan . Kedua puting itu akan menjadi sangat keras dan akan berdiri tegak ketika sentuhan jemariku menari diatasnya. Dia mengenakan bra yang pas dan hanya memiliki satu kait. Bahkan dengan aku yang minim pengalaman, bisa membuka bra-nya dengan mudah. Sejenak dia melihat ke belakang, kupikir dia menyukai apa yang kulakukan.

Itu sangat menyenangkan dan membuat jantungku berdebar-debar! Ketika merasakan kait penutup payudaranya yang indah itu telah terlepas, mengetahui bahwa sekarang aku akan dengan mudah menyentuh payudaranya yang indah dan puting yang mengeras. Awalnya kupikir dia akan marah ketika ku lepas kaitan itu, dan ternyata dia hanya tersenyum kecil seakan benar-benar mengijinkanku. Tanpa butuh waktu yang lama, tanganku merengsek masuk, menyentuh kulit perutnya yang lembut, terus ke atas hingga menyentuh sebuah gundukan yang masih tertutup. Kulihat nafasnya sedikit berat, dan kemudian aku mendorong bra yang sudah longgar itu ke atas, meyebabkan payudaranya menggelantung dengan bebas. Tanganku mulai menggosok puting keras itu, menyebabkan dia menggeliat dengan terengah-engah.

"Hhhh.. Mmmphhh.. I-iya di-disitu.." gumamnya pelan

Ini adalah saat-saat yang luar biasa bagiku!!. Aku telah menyentuh dan mengisap puting mungil itu selama sekitar setengah jam diantara ciuman bibir kami dan payudaranya. Ini adalah pertama kalinya aku membuka ritsleting celana pendek jean-nya. Selama ini kami hanya berciuman, saling memuaskan di balik pakaian lengkap yang masih dikenakan, walau terkadang dia terlihat jauh lebih keenakan daripada aku. Terkadang dia membiarkanku menggosok-gosok dengan lembut selangkangannya, tetapi dia tidak pernah membiarkanku memasukkan tangan ke dalam celananya, setidaknya sampai malam ini.

Saat kami berbaring berciuman, aku menyelipkan tanganku ke bawah ke celana pendeknya yang sekarang terbuka. Aku bergerak perlahan ke bawah, menggosok secara lembut dan sedikit takut bahwa dia akan sedikit marah dan menghentikanku. Yang mengejutkanku adalah, dia tidak ada gestur untuk menghentikan apa yang aku lakukan pada selangkangannya. Perlahan tapi pasti aku mulai merasakan titik lembab pada celana dalamnya dan dengan lembut aku tetap menggesekan tanganku hingga dia benar-benar merasa keenakan, kulihat pinggulnya mulai memelintir dan lengannya menegang dan mencengkeramku.

Napasnya lebih berat dari yang kuketahui sebelumnya. Aku sedikit panik karena kupikir aku telah melangkah terlalu jauh dan terlalu cepat, semua benar-benar diluar perkiraanku.

Tetapi ketika menenangkan diri dan pikiran panikku, aku sudah mulai bisa menikmati dan memegang kendali terhadap apa yang berada di hadapanku, tanganku bergerak ke atas dan mulai berusaha masuk ke dalam celana dalamnya.

Menyentuh rambut kemaluannya yang tipis adalah pengalaman baru bagiku. Rambutnya lurus dan terurai dengan sangat cantik diatas kepalanya, namun di sini ternyata ada rambut tipis, sangat keriting di antara kedua kakinya. Aku terdiam beberapa saat memikirkan hal yang sebetulnya tidak usah terlalu diambil pusing. Kemudian untuk pertama kalinya, aku menyentuhnya!! Ya! Aku benar-benar menyentuh daging itu!!" Oke aku akan jujur bahwa pernah melihat alat kelamin wanita di majalahdan film-film, tetapi aku belum pernah benar-benar menyentuhnya hingga saat ini. Dia tersentak dan terpelintir saat tanganku mentangkup seluruh permukaannya.

Perasaan apa ini?? Jantungku berdetak lebih cepat, hal yang berbeda dari yang pernah kurasakan sebelumnya! Aku menyentuhnya!! Maksudku benar-benar menyentuhnya!! Sekarang apa yang harus ku lakukan?? Apakah aku terlalu noob untuk hal semacam ini?? Tidak!! Banyak 'ilmu' yang sudah aku dapatkan, dan ini saat untuk mempraktekannya. Aku hanya ingin berhati-hati, itu saja!!

Yang aku tahu, penisku sangat sensitif dan lunak, sehingga aku pikir 'miliknya' juga pasti begitu. Aku ingin berhati-hati agar tidak melukai atau menggoresnya, jadi aku hanya menggosok perlahan dan lembut.

Dia tampak sangat menikmatinya. Apa yang harus aku lakukan selanjutnya? Aku bertanya-tanya. Pikirkan Van! Berpikir!!

Ting!! Ahaa!!

Yah, aku pernah mendengar orang-orang berbicara tentang memasukkan jari ke dalamnya, dan sempat kulihat di beberapa film dewasa, jadi aku pikir akan mencobanya. Tapi tidak ada LUBANG di sini! Seharusnya ada LUBANG! Aku terus menggosok dan secara perlahan memulai untuk membayangkan seperti apa bentuk dan penampakannya.

Hingga akhirnya aku menyentuh sesuatu yang basah dan sedikit lengket. Apa ini? Basah sekali! Oke, aku akan menggosok di sini!

Rasanya lebih lembut! Tunggu! Ada bagian dalam lipatan ini di mana terdapat kelembapan!! Aku akan meletakkan jari ku di sini dan menggesernya ... WHOA! Seolah-olah jatuh ke dalam lubang sumur, jariku masuk ke dalam lubang sempit yang hangat, basah, lembut. Dia tiba-tiba tersentak dan mempererat cengkeramannya padaku. Efek dari sentuhanku dan agak mengejutkannya. Aku melihat ke wajahnya yang terlihat pasrah dan sayu, ekspresinya benar-benar menikmati apa yang aku lakukan. Ya, dia menikmati jariku ada di dialam vaginanya! Sialan! dan itu terasa menyenangkan! Tidak heran kalau kebanyakan pria sangat gila untuk menempatkan penis mereka di dalam sana!!

Aku perlahan dan lembut memindahkannya keluar-masuk. Pinggulnya melilit dan menggeliat dengan gerakanku. Dia menyukainya!

"Aahhh... Ahhh.. Vaaaaaann... Ngghhhhhhhh..." erangnya

Aku terus mengeksplorasi vaginanya, keluar masuk jariku dan memutar searah bahkan berlawanan jarum jam kulakukan dan melihatnya semakin tidak karuan. Aku mencari dan mencoba berbagai macam sentuhan demi menemukan apa yang paling disukainya. Waktu itu aku sudah mulai tahu apa itu klitoris dan orgasme wanita, walaupun sama sekali baru pertama kali menyentuhnya. Dan sedikit bingung apa yang harus kulakukan terhadap benda seukuran kacang tersebut.

Ketika kami berbaring berhadap-hadapan, bibirku benar-benar menghabiskan seluruh jengkal bibirnya yang tipis dan lembut. Sejenak kemudian tangannya berada di perutku tepat di atas pinggangku. Tangannya berhenti sebentar di atas perutku yang membuatku merinding. Dengan perlahan tangannya meluncur ke celana dan mulai masuk ke dalam. Lalu tangannya menyentuh dan melilit penisku. Oke ini adalah pertama kalinya penisku disentuh oleh seorang wanita!! Penisku yang sudah tegang dan sekeras batu itu telah membengkak ke titik peregangan, hampir menyakitkan, dan terasa sangat panas sehingga aku bisa merasakan panasnya di kulitku. Sentuhan jari-jarinya terasa dingin dan kulitnya lembut. Sekarang akulah yang menggeliat, terengah-engah, dan pasrah!!

Pinggulku memutar karena sentuhannya, dia mulai menservisku perlahan-lahan dengan ujung tangannya menggosok kepala penisku. Aku telah menggosok penisku sendiri sebelumnya dan rasanya enak, tapi itu tidak ada bandingannya dengan ini!! Ini sangat-sangat berbeda!! Kelembutan tangannya itu yang luar biasa!! Dan kesejukan dari sentuhannya di sekitar penisku yang terlalu panas.


*****​



"Van?? Gimana??" sebuah pertanyaan terlontar dari mulutnya

"Eh??" ujarku terkejut dan tersadar dari ingatan lamaku tentangnya

Aku hanya tersenyum kemudian, dan beranjak dari sofa lamanya yang menghadap ke arah jendela yang tidak memiliki view yang bagus karena tertutup oleh bangunan di sebelahnya.

"Rumah ini, siapa yang beli??" tanyaku

"Mantan suami, dan sudah jadi hak gue" jawabnya lirih sambil tertunduk

"Masih bagus, tidak perlu ada perombakan struktur. Dan juga mungkin jendela itu perlu ditutup karena tidak optimal" jawabku sambil berjalan mengelilingi ruangan di lantai 2

"Terserah lo gimana baiknya, dan juga gue pengen bisa lihat lapangan golf yang ada di seberang perumahan ini" pintanya sambil menunjuk ke arah di seberang lokasi rumahnya.

Aku mengangguk pertanda menyanggupi permintaannya. Dia masih cantik dan menggoda. Tubuhnya masih ramping dan juga buah dadanya masih terlihat kencang walaupun sudah 1 tahun menikah. Mungkinkah dia tidak pernah disentuh oleh mantan suaminya??

Kembali ku lemparkan tubuhku ke atas sofa yang sudah lama itu, dan terus memandangi tubuhnya yang melamun melihat ke arah lapangan golf di seberang. Sial, aku mulai mengingat lagi kejadian itu. Dengan tubuhnya, dengan jemarinya yang lentik dulu dan tidak berubah sampai sekarang.



*****​

Aku membeku, takut bernafas dan bergerak, tak berpikir tentang apapun karena takut perasaan itu akan berlalu. Aku tidak menyadarinya! Tidak ada peringatan apa pun. Tiba-tiba aku merasakan orgasme, seperti sengatan listrik yang meledak di tubuhku. Aku mulai meronta-ronta dengan liar ketika cairan sperma itu keluar, dan menyemprot di tangannya. Tubuhku kaku, mengejang dan sedikit terkejut hingga tersentak, dia terkejut dan menarik tangannya dari celanaku dan bertanya, "Apa itu?? Ada yang keluar disana?"

Aku pun bingung harus menjawab bagaimana. Kemudian aku mendengarnya sedikit takut dan kecewa, "Aku minta maaf! Aku benar-benar minta maaf! Apakah aku menyakitimu?"

Aku memegang pundaknya dan seraya menenangkannya. Sedikit kesulitan uttuk memilih kalimat mana yang tepat untuk menjelaskan padanya , kemudian aku mengulurkan tangan dan menariknya, mencium kening ya dan mengatakan kepadanya bahwa itu baik-baik saja.

"Kamu baru saja membuatku ejakulasi, itu saja!" kataku.

"Oh, maaf! Aku tidak bermaksud ...!" Dia masih bingung dan sepertinya tidak tahu harus berbuat apa. Apakah dia tidak pernah melakukannya??

Tanganku telah ditarik keluar dari celana pendeknya ketika dia berpindah tempat , dan sekarang kami berbaring diam, saling berhadapan. Aku mendekatkan tubuhku kembali padanya, menariknya mendekat dan berbisik, "Rasanya SANGAT enak! Aku sangat menyukainya! Sungguh, tidak apa-apa! Tenang saja!"

Dia masih tampak agak terguncang ketika dia menarik diri dariku dan duduk di ujung meja. Dia mengambil tisu dari laci dan menghapus air mani yang lengket dari tangannya. Lalu dia menyatukan kembali pakaiannya dan menatapku dalam, saat aku membereskan tubuh dan pakaianku.

"Aku tidak pernah melakukannya dengan laki-laki lain sebelumnya. Aku tidak tahu apa yang terjadi." Tiba-tiba dia tampak malu-malu dengan wajah yang memerah.

"Ya, kamu membuatku ejakulasi dengan sangat baik! Aku tidak pernah punya seorang gadis atau pacar untuk melakukan itu juga sebelumnya"

Aku duduk di sebelahnya, memeluk dan mencium bibirnya lembut. "Tapi kamu bisa melakukan itu padaku kapan saja kamu mau dan aku tidak akan keberatan sedikitpun!"

Dia tersenyum seraya berdiri dan meraih tanganku. "Ayo. Sudah malam dan aku harus pulang."


*****​





"Mmm, Van. Apa sudah ada yang mengisi hati lo??" tanyanya dengan pandangan kosong ke luar melalui jendela

"Lo pengen jawaban menyenangkan atau enggak??" tanyaku balik

Dia berpaling memandang ke arahku, tak lama kemudian dia tersenyum dan kembali melihat keluar. "Sepertinya sudah lama ya, gue pikir enggak mungkin juga lo masih punya perasaan yang sama dengan waktu itu" kenangnya

"Well, sudah bertahun-tahun. Semenjak lo pergi tanpa kejelasan" jawabku sambil mengambil rokok dan menunjukkan padanya sebagai pertanda bahwa aku meminta ijin untuk merokok

"Gue pergi juga karena lo enggak ngasih kejelasan apa-apa" jawabnya seraya berjalan ke arahku dan duduk disampingku

Aku hanya tersenyum dan menghembuskan asap rokok ke atas. Dia terus menatapku dan mengambil bungkusan rokok dan meraih sebatang rokok. Dia meminta korek padaku. Tentu saja aku terkejut, karena sepengetahuanku dia tidak suka dengan asap rokok. Itu dulu sih, setelah bertahun-tahun tampaknya dia sudah terbiasa dengan itu. Who knows, people could be changed.

"Sejak kapan lo merokok?? Bukannya suami lo dokter?? Mmm, sorry maksud gue mantan suami lo" ujarku tiba-tiba setelah melihat ekspresinya berubah ketika kusebut kata suami

"Baru saja" ujarnya sambil menyalakan korek dan mulai menghisap rokok. Tentu saja setelahnya dia terbatuk-batuk dan aku langsung mengambil rokok itu dari tangannya.

"Bodoh, jangan memulai sesuatu yang buruk!!" jawabku yang kemudian terkejut karena tiba-tiba dia seperti hendak menangis. Padahal aku pikir tidak terlalu keras membentaknya.

Sunyi, hening. Hanya ada suara hembusan angin yang masuk melalui jendela di depan kami. Dia terlihat sangat berusaha keras menahan air matanya agar tidak jatuh.

"Lo bisa cerita ke gue, kalau lo enggak bisa memendamnya . Well, gue masih pendengar yang baik kok" ujarku

"Gu-gue, boleh peluk lo enggak??" ujarnya dengan pandangan yang dalam. Aku sedikit terkejut atas permintaannya. Tanpa jawaban yang keluar dari mulutku, segera kumatikan rokokku dan membuka tanganku yang kemudian disambut dengan pelukan hangat darinya.



Sorry Yon, aku dipeluk wanita lain.



Suara tangisannya perlahan terdengar olehku, semakin jelas. Ku usap punggungnya untuk menenangkannya, dan kurasakan ada yang aneh. Tidak terasa apapun di punggungnya, maksudku kalian pasti paham kan?? Permukaan punggung seorang wanita yang bebas tanpa ada pengikat. Tanganku berhenti tepat diatas punggungnya dimana seharusnya 'itu' akan terasa. Ku usapkan lagi tanganku untuk memastikan, kemudian dia mendongakkan kepalanya menatapku dan otomatis aku melihat ke arahnya. Dia terpejam dan semakin mendekat ke arahku.

Cuuuppp

Ciuman singkat mendarat dibibirku. Matanya terbuka dan kemudian tersenyum. Aku cukup terkejut terhadap apa yang dia lakukan barusan.

"Sorry, we have done this before. Tanpa ada kejelasan apa hubungan kita waktu itu" ujarnya lirih sambil merengsek kembali ke pelukanku.

"Lo enggak pakai BH??" tiba-tiba pertanyaan konyol itu terlantar

Dia hanya tersenyum, "Enggak, soalnya gerah dan engap"

Aku melepaskan pelukannya dan berdiri dari sofa itu tanpa sepatah kata. "Dia, siapa??" tanyanya sambil menahan tanganku

"Dia seorang wanita yang menerima gue apa adanya" jawabku

"Apa adanya?? Sama seperti gue waktu itu kan??"

"Benarkah?? Gue enggak sependapat" jawabku

Dia terdiam dan melepas genggaman tangannya, "Gue bahkan enggak tahu perasaan gue waktu itu" lanjutku

"Lo enggak pernah bilang karena lo enggak tahu perasaan lo ke gue?? Setelah semua yang kita lakuin??" tanyanya meminta penjelasan

Sial, aku tidak tahu harus menjawab apa. Memang benar kami saling memuaskan tanpa ada kejelasan hubungan. Yang jelas, kami saling menikmati apa yang terjadi. Kissing, petting, handjob dan juga colmek - kata orang kebanyakan -.

Tapi suatu hari aku menyadarinya, aku memiliki perasaan kepadanya. Dan dihari aku hendak mengatakan perasaanku, semuanya tidak berjalan dengan baik. Aku menunggu di depan rumah kosnya yang baru dengan perasaan yang membuncah dan jantung yang berdebar-debar. Aku belum pernah berpacaran sebelumnya, kalian bisa bilang aku cupu. Tapi memang begitu keadaannya. Dari SMA aku terus fokus belajar hingga masuk ke perkuliahan. Di awal semester aku mulai menaksir beberapa teman angkatan cewe yang bisa dihitung dengan jari. Tapi hanya sebatas naksir, tidak ada tindakan pendekatan yang biasa dilakukan oleh laki-laki lain.

Hari itu sabtu pagi, aku memandang dengan senyum puas terhadap maket rumah tinggal yang kubuat. Bukan, itu bukan tugas kuliah. Maket itu merupakan wujud dari rumah tinggal impiannya yang dia ceritakan ketika kami pergi keluar untuk kencan. Ya, bisa dibilang kencan karena hanya kami berdua, meskipun kami belum berpacaran. Sambil menikmati snack yang kami pesan, dia bercerita tentang impiannya memiliki sebuah rumah. Cukup sederhana, hanya ada 3 kamar tidur dan ruang keluarga yang diminta lebih luas. Karena dia ingin rumahnya bisa jadi tempat berkumpul saudara-saudaranya. Semua kamar tidur berada di lantai dua yang memiliki akses untuk melihat ke taman. Cukup sederhana.

Waktu itu masih jam 10 pagi, lebih baik aku tidur sejenak karena sebelumnya aku begadang membuat gambar dan maket. Mungkin aku akan menemuinya sore hari. Dan tentu saja, menyatakan perasaanku padanya.

Sore hari telah tiba, ditemani dengan sebotol minuman isotonik, aku menunggunya. Perasaanku tidak karuan, ini pertama kalinya aku akan menyatakan perasaanku kepada seorang wanita!! Ya!! Aku akan nembak cewe!!

Sejam, dua jam. Waktu berlalu, dari sinar mentari sore hari masih menyinari hingga berganti dengan sorotan lampu jalan. Aku masih menunggunya, menunggu di luar kosnya. Orang yang berlalu-lalang melihatku dengan kebingungan karena aku mondar-mandir dengan wajah gelisah. Namun tak kuhiraukan, aku masih menunggunya. Tapi jujur waktu itu aku sangat tidak sabaran menanti kedatangannya.

Kulihat jam tanganku menunjukkan pukul 10 malam. Jalanan mulai sepi. Aku tidak menghubunginya karena kupikir akan lebih menyenangkan jika aku memberikannya kejutan. Tak terhitung berapa batang rokok yang telah ku hisap untuk menemaniku menunggunya, menunggu wanita yang telah memikat hatiku.

Beberapa menit kemudian terdengar sebuah mobil berhenti di depan kosnya dan memantik keingintahuanku. Belum sempat aku menghampirinya, dia terlihat keluar dari mobil itu dengan seorang laki-laki. Dia tampak sangat berantakan, maksudku pakaiannya masih normal, rapi. Tapi tidak dengan gestur tubuhnya. Dia seperti sempoyongan!! Apakah dia mabuk?? Dan juga siapa laki-laki itu??

Aku mengamati mereka secara sembunyi-sembunyi. Dia terlihat sangat kepayahan menahan tubuhnya sendiri, berjalan sempoyongan. Namun laki-laki itu dengan sigap membopongnya masuk kedalam kamar kosnya. Mukanya kemerahan, pasti! Dia pasti mabuk! Apakah laki-laki itu yang mengajaknya??

"Kita sudah sampai, sini aku anterin sampai kamar" ujar laki-laki itu terdengar olehku.

Mereka berdua masuk ke dalam rumah kos itu dan segera menuju kamarnya. Aku mengikuti mereka setelah mereka berdua masuk kamar. Sial! Perasaan apa ini?? Kenapa sesak sekali??

Aku mendekatkan telingaku ke pintu kamarnya, berusaha mendengar apa saja yang bisa kudengar. Sebuah suara pelan yang mengisyaratkan bahwa laki-laki itu menenangkannya, kemudian terdengar suara decitan dipan kasur yang samar-samar. Sial! Jancok! Pisuhku dalam hati. Ingin rasanya aku mendobrak pintu ini dan masuk kedalam. Tidak, aku tidak berniat untuk join atau threesome seperti di film dewasa yang pernah kulihat. Yang ingin kulakukan sekarang adalah menjauhkan laki-laki itu darinya.

"Aaahhh, iyaa disana. Aaaaaargghhhh" suara lembutnya menggelegar terdengar olehku. Sejenak kemudian aku membatu. Dia menikmatinya?? Dia tidak dalam keadaan terpaksa?? Jadi??

Aku berjalan dengan langkah berat, meninggalkannya dengan situasi seperti itu. Mungkin memang benar, lebih baik tidak ada perasaan. Karena dia juga seperti itu, kupikir ketika dia melakukannya denganku, hanya denganku saja. Dan juga dengan perasaan khusus.

Kutinggalkan maket dan gambar rancangan rumah tinggal impiannya. Ketika ku melihatnya lagi, dadaku terasa sesak. Amarahku memuncak, dan membuang semua 'hal bodoh' itu ke dalam sampah yang berada di depan rumah kosnya.

"Lo tiba-tiba menghindar dari gue. Bahkan lo meminta gue untuk ngejauhin lo. Gue bingung, kenapa?? Apa lo sudah enggak butuh gue lagi??" ujarnya terisak menyadarkanku dari kejadian itu.

Aku terdiam, enggak mungkin aku menceritakan apa yang kulihat waktu itu. Lagipula kejadiannya sudah bertahun-tahun yang lalu. Dan juga, sekarang aku sudah memiliki Yona sebagai kekasihku. Ya, kekasih yang hanya aku saja yang boleh menyentuhnya.

"Itu sudah lama berlalu, dan juga gue kesini sebagai arsitek yang kebetulan teman lo. Bukan teman lo yang kebetulan arsitek." jawabku dengan dingin. Sedikit kesal mengingat kembali kejadian itu.

"Apa bedanya??" tanyanya dengan polos

"Ada batasan yang harus lo dan gue hormati, karena gue datang sebagai arsitek, yang kebetulan juga teman lo" jawabku

Dia terdiam dan memeluk tubuhnya. Kulepaskan jasku dan memberikan padanya. Dia menerima dan langsung memakainya. "Sorry, gue terlihat murahan" ujarnya tiba-tiba.

"Gue enggak pernah berpikiran seperti itu" jawabku sambil kembali duduk disisinya

Dia meraih tanganku dan menggenggamnya, disandarkan kepalanya pada bahuku dan kemudian memeluk lenganku dengan memasukkannya melewati ketiakku. Gundukan kenyal terasa oleh lenganku, dan membuat seluruh tubuhku berdesir. Perlahan tapi pasti dia menolehkan kepalanya pada tubuhku, mengendusnya dengan perlahan dan jujur saja, hal itu membuat bulu kuduku berdiri. Dan yang pastinya si otong juga mulai bangun karena jantungku berdegup kencang menyebabkan aliran darah dengan deras menuju kebawah.

Rok span hitamnya yang hanya selutut seperti membiarkan pahanya bersentuhan dengan jemariku. Masih halus dan lembut, sangat putih sama seperti terakhir kali aku menyentuhnya.

Tangan kirinya mulai menjalar pada dadaku yang bidang, sedangkan aku masih terdiam. Perlahan dia mulai bangkit dan bergerak menuju pangkuanku. Roknya sedikit terangkat dan dia mulai duduk di atasku. Tepat di atas otongku. Kurasakan kain lembut itu bergerak menggeseknya, dia mulai memaju mundurkan pinggulnya yang membuatku bergairah. Tatapannya yang menggoda dan juga kedua tangannya yang kini berada di bahuku. Rambut panjangnya yang terurai jatuh kedepan. Serta kemeja putihnya yang menyembunyikan kancing tengahnya membuatku sejenak melupakan rasa sakit hati yang pernah dia goreskan.

Kami mulai berciuman, sangat lembut bibirnya kembali kurasakan. Saling memagut antara bibirku dan bibirnya, sambil terus memaju-mundurkan pimggulnya memberikan sensasi yang nikmat.

"Just like the old time??" ujarnya dengan senyum menggoda

Kali ini aku benar-benar tidak dapat menahannya, kuraih bongkahan pantatnya dengan kedua tanganku dan meremasnya. Sangat lembut terutama rok spannya memberikan sensasi tersendiri. Bagaimana dengan bongkahan pantatnya yang sebenarnya?? Pasti tak kalah lembut dan juga kenyal.

Kembali kuraih wajahnya dan melumat bibirnya. Bibir atas, bibir bawah semua ku libas dengan meninggalkan air liur yang sangat basah. Dia menikmatinya, tidak, kami berdua menikmatinya. Lidah kami saling bertengkar dan menyusuri rongga mulut masing-masing. Rasanya benar-benar nikmat.

Cukup lama kami berpagutan, dan tetap diiringi dengan gerakan maju mundur pinggulnya. Kurasakan ada yang basah dibawah sana dan membekas di celana hitam kainku. Dia tersenyum padaku, "Maaf, celanamu jadi basah. Enggak di lepas aja??" ujarnya menggoda

Aku tidak menjawab dan menenggelamkan wajahku ke payudaranya yang hanya dilindungi oleh kemeja luarnya saja. Lembut sekali dan menenangkan. Dia mendekat wajahku dengan erat dan menikmati gesekan wajahku di payudaranya.

Kubuka kancing pertama dan kedua kemejanya, sedangkan dia hanya melihatku melakukannya. Tangannya turun dan menjepit payudaranya dengan lengannya, mengakibatkan dua gundukan itu menyembul keluar. Kancing ketiga tidak luput dari pandanganku , ketika terbuka aku meraih payudara kanannya dan mengeluarkannya . Sehingga terlihat sangat menggembung dengan puting yang merah kecoklatan dan mulai menegang.

"It's yours, babe" ujarnya sambil menyodorkan payudaranya padaku

Tanpa pikir lama aku mulai menjilatinya, menghisapnya dan memutar lidahku disekitarnya. Kedua tanganku tetap meremas bongkahan pantatnya sambil membantunya untuk tetap menggesek-gesekkan vaginanya yang masih tertutup celana dalamnya. Sedangkan tangannya menekan kepalaku semakin dalam sambil mengelus rambutku.

Setelah 5 menit aku berpindah kepada payudaranya yang kiri. Dengan cara yang sama aku mengeluarkannya, dan kembali memperlakukannya seperti apa yang kulakukan sebelumnya. Dia melenguh merasakan kenikmatan yang datang.

"Mmmppppphhssssss. Vaaaaan. Teruusss sayaaaaang"

Kurasakan goyangannya semakin cepat, dan memberikan pijatan yang lebih terasa pada penisku yang tampaknya sudah tidak tahan untuk segera terlepas dari sangkarnya. "Aaaah aaah aahh aaah vaaaan" teriaknya seiring dengan gerakannya yang sangat cepat bahkan mulai tidak karuan. Sedangkan aku masih sibuk bermain lidah dengan putingnya yang menjadi sangat keras.

Beberapa menit kemudian dia mengejang dan gerakan pinggulnya semakin cepat dan kurasakan cairan hangat merembes menembus celana kainku. Dia terjatuh lemas ke pelukan ku namun tetap ku tahan karena aku masih menghisap payudaranya. Tempo gerakannya menurun, nafasnya terengah-engah dan memelukku dengan erat. Sedikit membuatku sesak nafas karena pelukannya yang dalam.

"Aaah.. Aahhh.. Mmmmphh" ujarnya seraya menggigit bibir bawah.

"Basah banget dibawah" ujarku mengecup bibirnya yang disambut dengan lebih liar.

Rambutnya berantakan, sedikit basah karena keringat yang muncul. Begini lah caraku memuaskannya dulu, masih dengan pakaian lengkap. Di lepaskannya jasku yang masih melekat di tubuhnya dan membuangnya ke sembarang tempat. Kemudian dia menjatuhkan tubuhnya kepelukanku sehingga aku ikut terdorong bersandar pada sandaran sofa.

Kusingkapkan rok spannya dan mulai menelisik masuk melewati celana dalamnya dan menggeseknya disana. Dia menggelinjang dan merintih keenakan.

"Aaaahhhhh. Iyaa disitu" ujarnya menggelinjang dan kemudian menggigit bahuku dengan keras. Aku terkejut dan sedikit merasa kesakitan sehingga tubuhnya tersentak. Dengan wajah sayu dia menatapku, "So-sorry, Van. Gue enggak tahan". Aku hanya membalas dengan senyuman dan dia kembali memelukku. Akupun kembali menggesekan jariku disana, di antara lubang vagina dan anusnya. Dia benar-benar menikmatinya. Melenguh dengan sedikit tertahan, terkadang dia menggigit bahuku lagi, namun tidak terlalu sakit selanjutnya.

Ku masukkan tanganku lebih dalam hingga aku bisa menyentuh vaginanya yang sangat basah. Sentuhan pertamaku membuatnya memeluk tubuhku dengan erat. Kembali ku gesekan jemariku disana, maju mundur memutar membuatnya keenakan. Dekapannya sangat erat seperti tak akan dilepaskannya, dengan perlahan dia mulai menggerakkan pinggulnya seirama dengan gesekan jemariku. Hanya beberapa menit kemudian dia mulai mempercepat gerakan pinggulnya, begitu juga dengan gesekan jemariku. Dia merancau tidak karuan dan kembali menggigit bahuku yang masih tertutup oleh kaos putihku. Tubuhnya bergetar, mengejang dengan hebat dan kembali kurasakan jemariku menjadi hangat dan basah. Ini orgasme keduanya, dia sangat lelah dengan nafasnya yang terengah-engah tak karuan.

Aku mendiamkannya dan tetap mendekapnya, beberapa saat kemudian dia bangkit dan berlutut dihadapanku. Kulihat dia menyatukan rambut panjangnya di sisi kiri kepalanya dan perlahan meraih resleting celanaku. Membukanya dengan perlahan dan mendapati daging keras disana. Dia tersenyum dengan nakal dan mulai memijatnya dengan tangannya yang lembut. Dia memijat penisku yang masih tertutup oleh kain biru celana dalamku. Aku memejamkan mata menikmati pijatannya. Berbeda dengan Yona rasanya. Sial, kenapa saat seperti ini terlintas bayangan Yona??

Kulirik dia sedang berusaha melepaskan celanaku, dimulai dengan membuka ikatan sabuk, kemudian membuka kancing celanaku. Aku sedikit berdiri membantunya untuk melepas celana kain begitu juga dengan celana dalamku.

Tuuinggg...

Penisku mencuat dengan tegak yang membuat ekspresi terkejut pada wajahnya. Dia melepas semua celana kain dan celana dalamku, membuangnya lagi-lagi ke sembarang tempat.

"Duh kasian, udah tegak daritadi tapi masih dikurung"

Cupppp..

Bibirnya mendarat di ujung penisku dan perlahan mulai mengocok batangnya. Didekatkan bibirnya pada ujung penisku dan tangan kanannya mengocok batang penisku . Tangan kirinya?? Mulai merengsek masuk ke dalam lubang anusku dan beberapa saat kemudian dia menyentuh sesuatu yang kurasakan sangat nikmat. Tidak pernah kurasakan sebelumnya! Apa yang dia lakukan?? Sial!! Rasanya menambah kenikmatan pada tubuhku, selain kocokan lembut pada batang penisku, dan juga sentuhan ujung penis pada bibir lembut miliknya. Aaaaaaaah, darimana dia belajar hal seperti ini?? Dasar laki-laki bodoh!! Kenapa dia bisa meninggalkan wanita sehebat ini??

Dia terus memaju-mundurkan jarinya di lubang anusku, dan terus menyentuh ujungnya yang setiap kali tersentuh membuatku kehilangan akal dan kesadaran karena terlalu nikmat.

Aku tak akan bertahan lama kalau bggini caranya!! Pekikku dalam hati. Dan ternyata benar, beberapa saat kemudian kurasakan spermaku mulai mengalir menuju batang dan pastinya tidak lama lagi akan muncrat. Sial! Bagaimana ini??!!

"Eits, udah mau keluar aja??" ujarnya sambil mempercepat kocokannya pada batang penisku.

Ha?? Bagaimana dia bisa tahu?? Tapi ini benar-benar nikmat, tidak ada duanya.

"Aaaaaaaahhhhh gueee keluaaar!! Gilaaaa looo" erangku sambil melepaskan semua cairan yang berada di dalam penisku. Kulihat dia membuka mulutnya dan menampung semua cairan spermaku yang keluar.

Crooot Crooot crooott

Enam semprotan membuat mulutnya penuh dengan cairan itu, tidak lama berselang dia mencium lubang kencingku dan mengempiskan pipinya. Dia menghisap semuanya!!

"Aaaaahhh Aaaaahhh aaaahhh" erangku mendapat hisapan di ujung penisku. Rasanya nikmat dan geli. Sedikit ngilu namun tetap nikmat yang mendominasi. Terlebih lagi jarinya di lubang anusku masih terus menyentuh ujungnya, membuatnya terasa seperti memompa semua cairan didalamnya. Dan juga hisapannya membuatku terbang kemana-mana.

Bangsaaaaaaaat, ini nikmat bangeeeet. Darimana dia belajar ini semua??

"Hah... Hah.. Hahh.. Lo gila" ujarku dengan nafas terengah-engah

"I said just like the old time" ujarnya sambil tersenyum setelah menelan semua cairan spermaku tanpa sisa.

Tubuhku lemas dan bersandar dengan lemah, dia berdiri dan melepas celana dalamnya sambil tetap menatap ke arahku. Dengan perlahan kembali duduk di pangkuanku. Tangannya mengangkat kaos putihku, dia ingin aku melepaskannya. Kuangkat kedua tanganku untuk mempermudahnya melepas kaos putih itu. Dia duduk di pangkuanku, vaginanya dengan tepat diatas penisku yang terkulai lemas. Tangannya bertumpu pada dadaku yang bidang, tatapannya yang menggoda dan sesekali menggigit bibir bawahnya membuatku mulai 'naik' lagi. Kemudian dia sedikit menungging dan menyambar bibirku dengan ganasnya, memutar kanan dan kiri secara bergantian. Air liur kami menyatu dengan lidah kami yang saling mengait. Shinta.. Dia.. Memang.. Liar..

Garis lipatan bibir vaginanya mulai bergerak memberikan sensasi sentuhan antar kulit yang menggairahkan. Seperti memijat, maju mundur dengan tempo yang pelan, sedikit licin karena vaginanya yang basah. Dia terus bergerak disaat kami saling berciuman. Tanganku yang bebas mencari payudaranya yang kenyal dan membuat karena kemejanya yang tidak terlepas sempurna. Putingnya mencuat dengan keras membuatku memilinnya dengan perlahan.

"Hhmmmm... Hmmmmmppp...." erangnya dalam mulutku ketika aku memijat payudaranya dan memilin kedua putingnya

Penisku mulai bangkit kembali karena rangsangannya, namun tertekan oleh berat tubuhnya dan juga pijatan sensual dari vaginanya. Rasanya nikmat sekali.

Gerakannya semakin cepat memijat penisku, terdengar suara yang lucu karena gesekan dua kulit yang cepat ditambah lagi dengan sedikit cairan dari vaginanya. Penisku seperti membelah tepat di garis lipatan vaginanya, menggesek dengan pelan pada awalnya dan semakin cepat ketika dia perlahan melepas ciumannya dan memejamkan mata.

"Ngggghhhhhh. Aaaahhh.. Nggghhhhh" erangnya pelan dengan mata tertutup. Dia terlihat cantik sekali dengan ekspresi seperti itu. Kembali menggigit bibir bawahnya seperti entah menahan sesuatu atau menikmati gelombang kenikmatan yang sepertinya akan menghantamnya.

Aku merengsek ke depan payudaranya dan mulai menghisapnya, membuatnya kembali tidak karuan dan bergerak dengan sangat cepat hingga akhirnya dia tidak mampu menahannya. Tubuhnya mengejang dan jatuh terkulai lemas. Penisku merasakan cairan hangat yang keluar dari vaginanya. "Lagi??" tanyaku lirih

"Hhh... Nggghhhhh hhhhhh... Masukin aja udah.. Gue enggak tahan" jawabnya sedikit berbisik

Dia sedikit mengangkat tubuhnya, dan ku arahkan penisku tepat di lubang surgawi miliknya. Dengan sekali hentakan penisku langsung ditelannya secara keseluruhan. Rasanya hangat dan nikmat sekali. Dada kami saling bertemu tepat ketika penisku memenuhi seluruh lubang vaginanya. Dia terlihat lemas dengan nafas yang tinggal separuhnya saja. "Lo diam aja, biar gue yang gerak" bisikku lembut yang disertai anggukan lemah darinya

Aku mulai menggoyangkan pinggulku ke atas dan ke bawah dengan tempo yang cepat. Dia hanya memelukku dengan erat dan sesekali menggigit bahuku dengan gemasnya karena tidak tahan dengan kenikmatan yang dia dapatkan. Aku dibawah dan dia berada di atasku memelukku dengan erat, diiringi goyangan pinggulku yang menusuk-nusuk vaginanya dengan cepat.

Aku memperlambat tempo gerakanku dan memberikannya sedikit waktu untuk bernafas, dan kembali mencium bibir lembut tipis miliknya. Tanpa aba-aba dia berbaling dan membelakangiku dengan penis yang masih terasa hangat di dalam sana. Tangannya mencari tumpukan pada sofa dan begitu juga dengan kedua kakinya. Dia mengangkat tubuhnya sedikit seperti posisi kayang, "Lagi.." ujarnya lirih. Tanpa menunggu lama aku menggoyangkan pinggulku ke atas dan bawah, menghentakkan seluruh batang penisku sampai mentok, kedua tanganku kembali meremas payudaranya dari belakang. Tubuhnya hanya diam dan sedikit bergerak karena sentakan pinggulku yang agak menaik temponya.

"Aaaaahhh hah. Aaaaaaahhhhhh. Aahhhhhhh.. Nggghhhhhhh" erangnya

Aku menggenjotnya dengan tempo yang cepat dan konsisten, beberapa menit kemudian kurasakan tubuhnya mengejang kembali, dia bergetar dengan hebat dan terjatuh ke tubuhku. Kedua kakinya terkatup dan semakin menjepit penisku di dalamnya. Cairan hangat kembali menyapu penisku ditambah lagi dengan dinding-dinding vaginanya yang berkedut memberikan hisapan yang terasa sangat nikmat pada ujung penisku. Dia orgasme. Lagi, untuk kesekian kalinya.

"Ngghhhhh haaahhhh. Aahhhh hhhhh" nafasnya terdengar berantakan

Beberapa saat kami berdua terdiam, dia masih meresapi kenikmatan yang datang dan mengalungkan kedua tanganku pada payudaranya. Putih bersih, lembut dan kenyal.

Dia bangkit dan menegakkan tubuhnya, menggenggam tanganku sebagai tumpuan tangannya dan mulai bergerak ke atas kebawah, sedangkan aku hanya terdiam menikmati goyangannya. Terkadang dia memutar pinggulnya memberikan sensasi yang berbeda, menggenjotnya dengan tempo cepat dan perlahan melambat.

"Keluarin dimana?? Ngghhhh" tanyaku sambil mengerang keenakan

"Di-diluar yaaa ngghhhhh" jawabnya

Dia mempercepat goyangannya, hingga akhirnya aku tak kuasa menahan gelombang kenikmatan ini. Dia tahu tepat kapan aku akan ejakulasi, diraihnya penisku dan melepaskan ya dari pelukan otot-otot vaginanya dan langsung mengocoknya dengan cepat.

Crooot crooott

Spermaku muncrat keluar tepat di depan bibir vaginanya, "Aaaaaaaaaaaaahhhhhhhhhhh" lenguhku dengan panjangnya

Dia tetap mengocoknya sampai cairan itu tak keluar lagi, memijatnya ke atas dan sesekali menggesek-gesekan ujung penisku pada vaginanya.

Mataku terpejam menikmati itu semua, sensasi ejakulasi yang kemudian terus dikocok dan juga sentuhan dengan bibir vaginanya membuatku terbang. Nikmat sekali.

Beberapa saat kemudian penisku terkulai lemas, namun dia masih mengocoknya. Sepertinya spermaku muncrat di area vagina dan paha dalamnya. Dia melepaskan penisku dari genggamannya dan berbalik menghadapku, dia melibas bibirku dengan ganas ya hingga akhirnya terjatuh di pelukanku dengan nafas yang tersengal-sengal.

"Hhhh.. Makasih sayang" bisiknya pelan

Aku tidak menjawab, dan hanya menyesapi kenikmatan yang baru saja kami dapatkan. Tubuhnya yang masih terbungkus kemeja dan juga rok span hitamnya yang terangkat benar-benar menggoda. Ini curang, karena hanya aku yang telanjang bulat.

Beberapa menit berlalu dengan dia yang masih ada dalam dekapanku. Menenangkan diri dan mengatur nafas, hingga akhirnya dia bangkit dan menuju kamar mandi yang berada di sudut ruangan. Terdengar bunyi ponsel kuberdering. Aku segera menghampiri tasku dan mengambilnya.

"Yona?? Video call?? Mampus nih!!" gumamku dalam hati.




**To Be Continued**
 
upload ke website photo hosting, ane sendiri pakainya postimage
Terus copy direct link, baru itu yg dipakai
Cek sf tutorial aja

Ane biasanya pake upload House, sebelumnya juga bisa dan fine2 aja gan. Baru ini kok insert link dr upload an di upload House gak bisa.
 
Ada clbk dsini, knapa loe bilang kejadian malam itu van.? Apa dia ga liat maket yg dibuang d kosnya juga.? šŸ¤”šŸ§
 
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd