Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.
Status
Please reply by conversation.
Beneran sibuk nih Om @Gee13, sampe sekarang belon nongol lagi.
Tetap Semangat Om sukses selalu RLnya. :semangat::mantap:
 
Suhu gee kemana yak? Ditunggu ni cerita favoritnya hehehe
 
Update



Episode 3 : Kasus di Sekolah 2
Menjelang malam, mentari berpamitan. Angin sore menyisir lelah mereka yang berjibaku mencari nafkah. Suhardi bukan beruntung lagi dirinya. Cape hilang di rumah. Disambut manis wajah Nia yang membuatnya selalu ingin cepat pulang. Ketika sampai, istrinya sedang memasak untuk makan malam. Kemeja belum dilepas, badan berbau apek, ia secepat kilat memeluk mesra nia. Dirangkulnya pinggang sang istri penuh kelembutan dan kerinduan.

"Kamu mandi dulu mas, sana......bau badan kamu......", Nia sedikit memberontak. Sebab, ia sedang mencengkeram sebuah sodet, mengarau ayam yang masih kekuning-kuningan di atas minyak panas. "Kena minyak nanti kamu mas", tegur nia.

Suhardi abai. Ia malah mencumbu tengkuk nia yang ditetumbuhi rambut. Hidungnya menjelajah, mengendus-ngendus panjangnya rambut nan aromatik istrinya.
"Uhmm...Istriku yang cantik ini lagi masak apa?"

"Maaaassss....udahhhh, geliii........", nia mendorong tubuh suhardi untuk sedikit menjauh, berusaha melepaskan rangkulan suaminya.
Akan tetapi, suhardi tidak semudah itu membiarkan nia melakukan perlawanan. Ia semakin memepetkan tubuhnya dengan nia. Memeluk istrinya lebih rapat lagi. Di sisi lain, batang kelamin pun mau ikut campur. Tuannya tidak dibiarkan berjuang sendirian.

"Aaaiiih!...mass aku lagi masaaakkkk!....jangan sekarang!", nia tak kuasa melawan kuatnya tenaga suhardi. Semakin ia memberontak, sang suami kian berangsang dirasuki birahi. Ditambah lakinya itu bukan sekedar memeluk lagi. Burung pemuas nafsu nia tiap malam gusar, menyundut-nyundut di bawah sana, seakan mau keluar dari resleting celana suhardi. Pikir nia, bisa-bisa dirobek celana training panjang yang ia sudah beli mahal.

Di dapur, suami-istri pamer keintiman, di dekat wajan panas yang kapanpun siap mengakhiri kegairahan suhardi dan nia. Sementara Anak-anak mereka tidak mengetahui hal itu. Yuda dan bayu justru sedang berdebat sengit di dalam kamar bayu. Bayu duduk mengerjakan tugas. Yuda mengajak saudaranya tersebut untuk berdiskusi sebentar. Persoalan diskusi yang dibahas tidak jauh-jauh dari apa yang alami di sekolah siang tadi. Yuda berdiri mendebat saudaranya. Bayu berhenti mengerjakan tugas karena bingung dengan sikap yuda yang tidak konsisten.

"Lo gimana sih, sekarang jadi ketuker begini pendapat kita.....gue sih udah yakin banget sekarang kalo Pak ngadimin itu gak salah apa-apa. Eh, tiba-tiba malah sekarang elo yang berubah pendirian, yud...", bayu menampik alasan yuda yang kini mencurigai gelagat pak ngadimin. "Sekarang lo pikir nih ya yud, kalau bener ada siswi atau guru yang dicabulin, kenapa cuma ibu melinda yang ngaku?! Yang lainnya kemana?!"

"Gue tahu soal itu, tapi apa lo bisa nyangkal soal yang gue lihat habis pulang sekolah? Lo bisa nyangkal soal korban hipnotis yang banyak itu? Lo gak usah belagak kayak detektif lah bay...", bantah yuda.

"Heemm....kita ketemu lagi aja sama pak ngadimin besok, gimana? Tapi setelah pulang sekolah biar puas ngobrolnya...", usul bayu bermaksud mengakhiri simpang siur yang terjadi.

"Oke, gue setuju...", yuda menggaruk-garuk siku.

"Sebentar yud, kok gue penasaran ya kenapa Mas Sardi ama Pak Hamid minta lo jangan terlalu deket sama pak ngadimin ya?"

"Tuh kan, udah gue bilang tadi....gue jadi ragu sama pak ngadimin gara-gara itu..."

"Kita musti bilangin soal ini ke pak ngadimin besok yud...supaya kita gak salah paham sama beliau...", bayu melirik ke arah smartphone-nya.

"Yaudah, gue juga pengen lihat reaksinya pak ngadimin bagaimana".

Topik pembicaraan beralih. Setelah tensi sempat sedikit menegang, bayu mendinginkan suasana dengan obrolan selingan. Dia membicarakan tentang gadis bernama Larasati. Yang sedang jadi pujaan remaja pria di sekolah mereka. Sayangnya, bayu bukan bagian dari remaja laki-laki itu. Ia tidak memendam hasrat suka sama sekali dengan sosok Larasati atau akrab disapa Laras. Malahan, bayu menyukai salah seorang teman wanita yuda yang juga kawan dekat rina. Wanita yang ditaksir bayu itu bernama Vanessa. Selera bayu memang demikian. Apakah dampak ia penyuka milf sehingga rentan melirik wanita berisi dengan dada terbilang mekar. Itu semua bisa dilihat dari tampilan fisik Vanessa.


Vanessa
Yuda sendiri menanggapi santai setelah mengetahui bayu menyukai Vanessa. Lagipula status gadis tersebut tak berpasangan sejak putus dari kekasihnya yang berada di sekolah lain. Menurut yuda, bayu punya peruntungan lebih mendapatkan hati Vanessa. Apalagi teman dekat rina itu sedikit terbilang cewek materalistis. Di sisi lain bayu terbilang bergaya cowok tajir. Menyadari hal tersebut, yuda mencoba memanfaatkan bayu.

"Aelahhh...bantu gue napa yudd....mumpung vanessa belum sama siapa-siapa.....tapi sih gue yakin udah ada deketin dia....", bayu membujuk yuda agar diperkenalkan dengan Vanessa.

"Oke, oke....gue bantuin lo....asal lo mau bantuin gue, gimana.....?", yuda berniat mengajukan syarat.

"Yaudah buruan bilang.......", desak bayu.

"Supaya adil, lo kan mau gue mulusin dapetin vanessa..., nah elo musti bantuin gue dulu cari tahu keberadaan rina. Karena lewat rina itu gue bisa bantuin elooo bay...."

"Eeemmmm.....oke gue sepakat, tapi kita musti kelarin masalah pak ngadimin dulu yak........"

###

Keesokan hari di sekolah, sesuai perjanjian, siang hari ibu melinda tak sabar menanti kedatangan orang tua Mian. Siswa laki-laki yang terkena masalah saat pelajaran bahasa Indonesia kemarin di kelas bayu. Ibu melinda kebetulan tidak ada jam mengajar ketika siswa-siswi dan guru lainnya berada di dalam kelas sehingga ia merasa bisa mengobrol lebih leluasa. Namun, ada yang berbeda dengan penampilan ibu melinda saat ini. Ia melepas blazer hitamnya. Membolehkan orang yang lewat melihat lengan sintal dan tubuh moleknya. Memang ia menggunakan kaos berwarna hitam. Payudara yang menantang buat kaos itu tak bermakna lagi untuk menutupi aurat ibu melinda. Padahal, sebentar lagi ia harus menemui orang tua murid. Apakah guru wanita ini mau mendapatkan penilaian miring dari orang tua mian? Apakah ibu melinda mau dibilang guru dengan penampilan seronok? Sepertinya iya.

Kebetulan yang bakal datang bapaknya Mian. Bapak Sutarjiman atau biasa dipanggil Pak Tarji. Umurnya 45 tahun. Dia merupakan supir bus antar kota Sumatera dan Jawa di sebuah terminal. Karena jarang pulang, terkadang bisa dimaklumi mengapa ia terbilang gagal mendidik anaknya, Mian. Terlebih bisa dikatakan Mian sebelas-dua belas dengan bapaknya. Mian tumbuh di lingkungan kumuh daerah belakang terminal yang kerap dijadikan tempat berkumpul para preman. Ibunya, Larsih, yang berumur 40 tahun merupakan seorang pedagang nasi uduk di depan rumah. Ia sering digoda lelaki sekitar rumahnya karena dikira jarang dapat belaian suami yang kelayapan mengantar penumpang. Apalagi Pak Tarji di tengah perjalanan dengan busnya kerap memakai jasa PSK kalau nafsunya sulit terbendung. Selain itu, ia diduga pintar memikat hati wanita. Konon, dia punya banyak simpanan. Hal itu yang tidak diketahui Larsih. Sebaliknya, pak tarji menganggap biasa saja istrinya dijaili.

Di ruang guru Ibu Melinda masih menanti kedatangan pak tarji. Situasi ruang guru yang luar itu kebetulan sepi. Beberapa guru duduk sibuk memeriksa tugas siswa. Sementara di sekitar ibu melinda, gurunya sedang mengajar di kelas. Ibu melinda menengok jam dinding dan jam di tangan kirinya. Sudah lewat 5 menit dari jadwal yang ditentukan yakni Pukul 10.00 WIB.

Tak lama, muncul pria tambun dengan wajah berminyak dari pintu masuk. Nyengar-nyengir memandangi sudut-sudut ruang guru seperti orang bingung. Ibu melinda lalu lekas berdiri menyahut untuk memberi isyarat. Ia berani menebak inilah orang tua Mian. Segera ibu melinda mempersilahkan pria berkumis lele tersebut untuk duduk saling berhadapan, diperantarai meja kayu jati yang di atasnya ditumpuki file, buku-buku, dan timbunan kertas soal ujian.

"Bapaknya mian ya?" Ibu melinda mengulurkan tangan, ia lihat tangan lelaki itu berbulu. Dia mengenakan kalung aneh seperti jimat. Jari manisnya terdapat batu akik yang ia tidak ketahui batu jenis apa. Kancing kerah kemeja di bagian atas diturunkan satu. Tampak kutang putih. "Ayo silahkan duduk, pak..."

"Iya, ini ibu melinda?", kedip-kedip mata pak tarji memandangi guru anaknya sekaligus menjabat tangan guru dengan status janda tersebut. Jenjang leher ibu melinda yang dibiarkan terpampang seperti sebuah halaman, mengundang pak tarji berdecak kagum. Barangkali ibu melinda bisa dikatakan PSK paling mahal andai ia menemukannya di pinggiran jalan. Dalam benaknya bodoh sekali Mian cari masalah dengan guru secantik ini. Seharusnya ibu melinda dinakali, bukan dibikin kesal. Kalaulah demikian, pak tarji merasa ingin mengulang sekolahnya lagi. "Ada apa ya bu? Mian bikin masalah yaaa..."

"Betul pak, barangkali anak bapak sudah cerita sebelumnya....", ibu melinda tersenyum. Dia mengetahui ada tatapan nakal di sorot mata bapaknya mian. Dia tidak bisa pungkiri hal tersebut. Mata laki-laki itu jelalatan memandang tubuh ibu melinda.

"Iya, kata Mian dia sudah bikin ulah di sekolah...saya udah paham kelakuan anak itu...dulu di SMP juga dia terlibat tauran, bu", pak tarji memperhatikan bagian dada ibu melinda. Gemas batinnya ingin menelanjangi guru itu. Padahal, tidak ada belahan dada di sana. Imajinasinya saja yang terlanjur kotor.

"Hemm begitu ya pak.", angguk ibu melinda. "Kalau menurut bapak, mian ini lebih baik diapakan? Apa kita biarkan terus-terusan nakal seperti ini?"

Belum menjawab, tiba-tiba smartphone jadul pak tarji berdering di tengah pembicaraan. Ia tak ragu untuk langsung mengangkatnya. "Maaf ya bu, saya angkat telepon dulu...", pak tarji bergegas berdiri. Ia keluar dari ruangan guru. Tak sungkan ibu melinda mengizinkan selagi dibuat menunggu kembali.

"Kamu tenang saja, masalah ini urusan bapakmu....gurumu ini emang musti dikasih pelajaran, mian...hehehe....", tutur pak tarji nyeleneh, ternyata yang menghubunginya Mian. Anak itu menghubungi bapaknya dari salah satu kamar mandi sekolah. Dia tidak berniat menemui bapaknya tatap muka.

Pak Tarji menutup telepon. Sebelum masuk ruang guru dan menemui ibu linda kembali. Dia mengelus-ngelus cincin akik di jarinya. Kalung yang dikenakan ia bacakan sesuatu. Selanjutnya barulah pak tarji masuk kembali.
"Maaf ya bu, tadi ada telepon dari temen....", pak tarji menyipitkan mata. Tersembunyi senyum tipis di balik bibir laki-laki itu.

"Iya pak, gapapa...", ibu melinda memaklumi. Wanita itu kemudian merasa aneh dengan dirinya. Lehernya pegal. Tubuh wanita jadi bergairah bercampur gelisah pada waktu dan tempat yang tak seharusnya. "Jadi, bagaimana pak masalah Mian?", ibu melinda mengira dirinya mengalami gejala sakit. Ia tak enak badan. Tubuhnya terasa lemas dan lunglai.

"Eeemmm.....untuk masalah Mian, bagaimana kita bicarakan di tempat lain saja bu?", terkekeh pak tarji. Ia lalu tanpa takut-takut menyentuh tangan ibu melinda. Andai ada guru yang melihat pasti mencurigai keduanya. Kemudian pak tarji melanjutkan kata-katanya, "Ibu cantik sekali bu hari ini.....", pak tarji membelai kulit mulus telapak tangan ibu guru yang mengajar bahasa Indonesia itu.

"Eh? Terima kasih pak....hhmmm....jangan digituin dong pak tangan saya......kalau ada yang ngelihat gimana?", kesengsem ibu melinda. Raut wajahnya memerah terkesan malu. Rayuan pak tarji sekilas ampuh. Padahal, bapak dari mian tersebut baru saja mengguna-guna Ibu melinda. Itu adalah sihir yang selama ini ia gunakan untuk memikat sekaligus memperdaya wanita.

"Pulang nanti saya jemput yaa bu....", pak tarji meremas tangan ibu melinda. Melihat situasi kiri-kanan yang sepi, ia tak ragu mencium tangan ibu melinda.

"Aaahh bapak...jangan....", ibu melinda lekas menarik tangannya. Akan tetapi, kecupan bapak satu orang anak itu terlanjur mengena.

"Hehe.....baiklah, sepulang sekolah saya tunggu ibu di depan gerbang...tapi jangan depan gerbang banget, gak enak kalau sampai Mian dan teman-temannya ngelihat kan bu...", pak tarji berdiri, menatap mesra ibu melinda seolah-olah sudah menjadi kekasih barunya. Ibu melinda justru terdiam. Bingung. Ia tidak bisa merespon apa yang barusan bapaknya mian katakan. Wanita itu menjadi linglung.

###

"Kalau jalan terbaiknya sudah seperti ini....lebih baik bapak yang mengalah, saya akan angkat kaki dari sekolah ini, nak yuda...nak bayu...", setelah pulang sekolah, sambil memandangi awan mendung, yuda dan bayu mampir di bangunan di belakang sekolah yang rupanya lebih pantas disebut gudang. Di depan bangunan itu, bayu dan yuda duduk di sebuah undakan marmer, menemani pak ngadimin yang tengah menghisap rokoknya. "Dengan keluarnya saya, barangkali sekolah ini bisa jadi tenang kembali, bagaimana?", pak ngadimin melirik ke arah bayu dan yuda.

"Yaah si bapak, kalau bapak bener jangan lari atuh pak....itu sama aja orang duga bapak beneran ngelakuin hal itu", yuda memprotes keinginan pak ngadimin.

"Ya mau bagaimana lagi? Bapak sudah bantah berkali-kali. Tapi tuduhan itu tidak selesai-selesai.", pak ngadimin memberengut alisnya, coba meneguk sekali secangkir kopi hangat yang disediakan yuda dan bayu.

"Gak gitu juga pak. Mungkin ada jalan lain....", bayu berusaha memikirkan. "Menurut bapak ini ulah siapa?"

Pak ngadimin berdeham. Termangu seolah lupa apa pertanyaan bayu. Dia mau mengatakan sesuatu, tetapi ditahan-tahan. Akibatnya, fokus pembicaraan itu berbelot karena kehadiran Larasati. Yuda dan bayu cuma melongo memandang bidadari sekolah itu muncul. Menatap langit, bertanya apakah ia baru turun dari khayangan. Sungguh, lebih elok disebut bidadari Larasati ini. Bukannya bernafsu, yuda dan bayu terpesona dengan kecantikan gadis itu. Larasati hendak menemui pak ngadimin. Akan tetapi, ia urung menyadari ada yang lebih dulu menemui penjaga sekolah senior itu. Larasati melarikan diri. Boleh jadi ia pulang ke rumahnya.


Larasati
"Pak, si Laras itu ngapain ke sini.....?", tanya yuda heran. Rindu itu hidup lagi. Mengingatkan ia harus segera mencari tahu keberadaan rina.

".....sama seperti kalian sekarang.....", pak ngadimin menatap cakrawala langit yang perlahan cerah. Batang rokok yang dihisapnya memendek. Bara api sudah berjatuhan memyentuh tanah.

"Maksud bapak, ngobrol kayak kita juga begini?", bayu turut penasaran.

"Iya....", pak ngadimin mengangguk. Matanya lalu berkaca-kaca. Ada sesuatu yang ia sedihkan.

"Pak, pak ngadimin kok sedih?", bayu menengok lebih dekat muka pak ngadimin. "Yang sabar ya pak......", bayu mengira kesedihan itu berasal dari ujian yang sedang menerpa pak ngadimin di sekolah ini".

"Yaudah deh pak, sekarang kita berdua terserah bapak aja...kalau emang bapak keluar dari sini itu keputusan terbaik....silahkan....kita hormati keputusan pak ngadimin...", yuda sudah pasrah. Jalan keluar terkesan buntu. "Gue cuma heran aja, orang-orang yang udah deket sama pak ngadimin kayak pak hamid kok bisa percaya isu murahan itu ya?"

"Nak yuda..nak bayu...adakala di dunia ini kita tidak sepenuhnya tahu rahasia Tuhan, tapi kita sebagai hamba sepatutnya mengerti keputusan Tuhan selalu yang terbaik....", Pak Ngadimin menghabiskan kopinya.

"Pak, gak bisa semudah itu bapak keluar pak....", bayu masih tidak menerima keinginan pak ngadimin untuk mengundurkan diri. "Kita musti cari tahu siapa yang tega ngelakuin ini ke bapak...", bayu mengepal tangannya kuat-kuat.

"Sudah nak bayu, sudah...", pak ngadimin mengelus punggung bayu. "Nak bayu, lebih baik memikirkan masa depan nak bayu sekarang.....nak bayu sudah kelas 3 kan? Kasian orang tua yang sudah ngeluarin biaya...."

"Oke deh pak, saya terserah bapak aja....", sungguh berat hati bayu mengetahui keputusan pak ngadimin. Ia paham pak ngadimin sebetulnya kuat-kuat saja bertahan di sekolah ini melewati isu tidak sedap yang sedang dialaminya. Namun, ia menomorsatukan keberlangsungan sekolah ini, termasuk nama baik sekolah yang sudah dipupuk oleh perintis dan alumninya.

"Yaudah pak, kita pulang dulu.....", yuda beranjak berdiri. "Terus, kalau kita mau ngobrol sama bapak lagi bagaimana?"

"Nanti bapak kasih kabar....", pak ngadimin turut berdiri.

"Yuk pak, kita pamit nih....", bayu mencium tangan pak ngadimin. Diikuti yuda setelahnya.

"Semoga kalian jadi orang sukses yaa...belajar yang rajin....patuhin kata orang tua....", pesan pak ngadimin.

Kedua anak remaja itu lantas meninggalkan bangunan tempat pak ngadimin tinggal di sekolah ini. Mereka berjalan melalui gedung sekolah, menembus lapangan. Suasana sekolah sudah sepi. Hanya office boy yang mondar mandir. Petugas keamanan tidak ada di posnya boleh mungkin karena tidak ada lagi siswa di sekolah. Bayu berjalan berdampingan dengan yuda. Keduanya sudah mantap kalau pak ngadimin bukanlah pelaku di balik aksi kriminal di sekolah, seperti isu yang sudah santer disebarkan. "Gimana? udah yakin kan sekarang lo?", bayu menyenggol yuda.

"Iya, gue sekarang udah yakin banget....", yuda dan bayu berdiri di depan gerbang sekolah, menunggu bajaj. "Nyokap nginep yak nih malem?"

"Iyaa.....kasian bokap yak kesepian di kamar....hahaha...", tawa bayu disambut yuda. Kemudian, bayu penasaran oleh sesuatu yang dilihatnya tak sengaja. Dia lantas mencolek yuda,"yud, yud...lihat deh itu...itu kan ibu melinda kan? Sama siapa ya dia?"

"Emmmm pacarnya kali....dia kan udah lama cerai sama suaminya....", yuda melirik ke arah ibu melinda yang sedang duduk di atas motor bebek. Dibonceng oleh seseorang yang mereka tak persis tahu karena mengenakan helm dan membelakangi yuda dan bayu. Beberapa menit kemudian, motor itu meluncur cepat.

###

Dua hari setelah pertemuan sore itu, pak ngadimin benar mengundurkan diri. Yuda dan bayu mengira pak ngadimin masih akan menimbang-nimbang soal keputusannya itu. Ternyata kakek tua tersebut teguh dengan keputusan yang diambil. Kemudian, sesuai dugaan pak ngadimin, hilangnya dia dari lingkungan sekolah membuat isu kejahatan tentangnya tidak terdengar lagi. Sekolah kembali nyaman dan tentram buat warganya. Namun, yuda dan bayu belum mendapatkan kabar dimana keberadaan pak ngadimin sekarang. Mereka berdua yakini pak ngadimin pasti segera memberikan kabar. Duduk berdua makan di kantin, sambil menikmati mie ayam pangsit saat istirahat, Yuda dan bayu menceritakan banyak hal, terutama soal pencarian rina. Ditemani gerimis hujan, yuda dan bayu berdiskusi apa yang pertama kali musti dilakukan dalam pencarian rina ini. Yuda terlihat frustasi. Dia sudah kehabisan akal karena vanessa sebagai teman dekat saja tidak mengetahui dimana rina sekarang.

Sebaliknya bayu, meminta yuda mendekatkan dirinya dengan vanessa saja terlebih dulu kalaulah pencarian rina masih belum menemui titik terang. Yuda tetap bersikeras tidak mau. Alhasil, tidak ada jalan lain bagi bayu untuk menuruti kemauan saudaranya. Di samping pembicaraan itu, mereka teringat bahwa Sabtu besok mereka akan jalan-jalan keluar kota dalam rangka perayaan ulang tahun Sang Mama. Rencananya mereka akan berkunjung ke Garut. Sebuah tempat yang menyisakan kenangan lama.

"Jadi gimana soal ide lo itu, udah ngomong sama bokap?", tanya yuda meskipun dia malas membahas tentang bapaknya, tetapi dia antusias mengenai ide bayu, menghadiahkan sesuatu yang spesial untuk ibu mereka berdua.

"Belum yud, nanti malem mungkin....", jawab bayu sambil mengunyah makanan, ia melirik suasana kantin yang lumayan ramai.

"Kok gue ragu yaa, nyokap lo bakalan mau...",

"Soal nyokap itu urusan gue yud, gampang mah....", bayu menganggap sepele. Kemudian anak itu ingin menceritakan sesuatu yang lain pada yuda, mengenai pentolan sekolah mereka, Mian. "Eh lo tahu Mian kan?"

"Tahu, anak sok jagoan itu kan? Emang kenapa dia di kelas lo? Buat ulah lagi?", Mian memang dikenal suka membuat onar di sekolah.

"Udah gak sih, hehe...", bayu entah mengapa tertawa. "Aneh aja, hari pertama setelah dipanggil bokapnya sama ibu melinda dia girang banget. Eh, hari berikutnya sekarang ini.....", belum melanjutkan bayu sudah tertawa lagi.

"Lo kenapa sih?", yuda tidak bisa ikut tertawa karena tak mengerti maksud bayu. "Si Mian kenapa?! Ngomong dong!", desak yuda berharap bayu segera memberi tahu.

"Iyaa,.....", bayu masih tersendat-sendat. Ia sulit menahan tawanya. "Jadi, aneh aja yud, hari pertama setelah bokapnya ketemu ibu melinda, Mian seneng banget lolos dari hukuman, tapi hari ini.....hari ini.....hari ini yud.....haha", lagi bayu tertawa. Kali ini ia sanggup melanjutkan,"kata anak-anak dia nangis bapak ibunya cerai...haha"

"Lah?! Kok bisa mendadak cerai gitu?!", yuda sontak kaget.

"Nanti pulang sekolah aja gue ceritain kenapanya....hahaha...", bayu kembali melepas tawa. Yuda hanya bertanya-tanya apa yang lucu di otak bayu.

Bersambung

###

Apa yang terjadi pada Ibu Melinda? Apa yang terjadi pada Keluarga Mian? Nantikan episode selanjutnya. Sex scene saya letakkan pada next episode. Silahkan menanti.

Duh Suhuu, bu melinda udah ga sabar minta dieksee huhuhuu~ T_T
 
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
up suhu...kangen mamah nia nih...
Tetep semangat suhu....
Ane selalu menanti cerita menarik ente suhu...
 
Bimabet
yah bioskopnya jd bubar dah pelemnya jarang di puter nih
wkwkwkwk
 
Status
Please reply by conversation.

Similar threads

Balasan
5.906
Dilihat
5.142.830
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd