Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

Menurut pembaca siapa tokoh yang bakal MATI di episode akhir cerita 'Astaga Bapak' ?

  • Suhardi

    Votes: 92 16,4%
  • Dahlia

    Votes: 24 4,3%
  • Yuda

    Votes: 27 4,8%
  • Bayu

    Votes: 23 4,1%
  • Mang Ujang

    Votes: 394 70,4%

  • Total voters
    560
Status
Please reply by conversation.
Update


Beberapa minggu telah berlalu, sabtu pagi, rina di rumahnya tampak mulai bisa menerima kehadiran dahlia sebagai ibu kandungnya terlepas dari persoalan masa lalu yang kelam. Seusai bangun tidur dan membersihkan diri sembari mengganti piyama dengan pakaian santai remaja perempuan seusianya, ia coba bantu sang ibu menyiapkan sarapan buat dirinya sekeluarga, termasuk bapak kandungnya sendiri, pak usman. Di lain hal, sampai saat ini, rina masih tak menyangka bahwa tante dahlia adalah ibu kandungnya. Pantas saja ketika ia mampir ke rumah yuda, begitu perhatian sekali tante dahlia pada dirinya. Alhasil, hidup rina kini damai, tak ada lagi ibu yang suka kesal dan gerutu padanya, tante marni. Tak ada pula bapak tiri yang suka mengganggunya, Marno. Sambil beraktivitas di dapur bersama sang ibu yang tak segan menampakan keseksian tubuhnya dengan balutan daster berwarna coklat tua, rina tampak bercakap-cakap.

"Rina.."
"hubungan kamu dengan yuda baik-baik aja 'kan?", tanya dahlia dengan raut cemas kepada anak perempuannya.

"baik-baik aja kok...", balas rina menutupi fakta bahwasanya yuda kini di sekolah tidak lagi mau dekat-dekat dengan dirinya.

"...."
"syukur deh....", balas dahlia yang tak begitu yakin dengan jawaban rina.

"............"
"....bu, aku boleh nanya?", jeda sebentar, tiba-tiba rina melirik ke arah wajah ibu kandungnya. Terlintas sebuah pertanyaan di dalam benak rina.

"Hmm???"
"boleh dong... kamu 'kan anak ibu, masa gak boleh nanya sih..."
"mau tanya apa memangnya?"

Diliputi keraguan sebetulnya. Namun, rina memaksakan diri untuk bertanya. Terlebih, hal itu terkait keberlanjutan hubungan bapak kandung dengan ibu kandungnya yang masih belum resmi secara pernikahan.

"hubungan ibu sama yuda dan om suhar bagaimana sekarang?"

"ohh itu rupanya yang mau kamu tanyain..."..
"kalo sama om suhar, udah beres.."
"kita udah sepakat cerai..."
"kalo sama yudaa...."
"...mmm..dia marah banget sama ibu, rin...", jawab dahlia sembari menunduk lesu

"gitu yaa....", rina sangat memahaminya

"rina, bener 'kan yuda sama kamu hubungannya baik-baik aja?"
"ibu takut, gara-gara ibu kamu jadi dijauhin sama yuda....", dahlia kembali bertanya pada putri semata wayangnya, biar dia yakin bahwasanya hubungan rina dengan yuda tak bermasalah sedikitpun.

"bener kok bu, bener...."
"aku sama yuda masih temenan kayak biasa kok"
"gak perlu ada yang dikhawatirin....", rina terpaksa berbohong supaya perasaan ibunya bisa tenang pagi ini.

Ketika rina dengan ibunya sedang asyik berduaan di dapur, sang bapak, pak usman, menanti dengan santai. Ia tengah duduk sembari menonton tv di pagi hari. Bahagia sekali perasaan pak usman hari ini. Ia yang dahulu banyak menganggur makanya ditinggal marni, kini beranjak maju karena usaha yang sedang dirintisnya kecil-kecilan. Ya, melalui
modal yang didapat dari teman dekatnya, kini pak usman memiliki usaha di bidang kuliner rumah makan. Tambah bahagia pula hati lelaki itu karena dahlia wanita idamannya selama ini sudah berada di sampingnya, meski masih belum juga ia nikahi.

Di sisi lain, pikiran nyeleneh pak usman masih belum jua berubah. Padahal, dahlia sudah jatuh ke dalam pelukannya. Bagaimana tidak, selagi ada kesempatan bercinta, lelaki gila seks ini buat dahlia 'kelojotan' melayani nafsunya yang rentan meledak-ledak di ranjang. Apalagi baru semalam ia bikin dahlia meronta-ronta tanpa ampun dengan lelehan sperma di vagina wanita itu. Hanya saja, perlahan-lahan, karena keseringan, pak usman mulai agak bosan. Mendadak timbul ide aneh-aneh dalam otak mesum lelaki itu. Sebuah sensasi bercinta yang ia duga bisa mengusir kebosanannya.

"Mas! sarapan dulu yuk...", panggil dahlia sambil membawa sarapan yang sudah ia buat.

"iya sayang....", pak usman lekas mendatangi wanita yang belum ia persunting.

Sementara ibu dan bapaknya sudah berkumpul di meja makan, rina malah tertinggal sendirian di dapur. Ia berdiri menyandarkan tubuhnya ketembok, melamun memikirkan hubungan pertemanannya dengan yuda yang nyaris tak bisa diperbaiki. Terlebih, di sekolah yuda sudah memiliki karib baru yang selalu diajak ngobrol ketika waktu istirahat. Akan tetapi, Rina tak kehilangan asa. Ia berharap yuda masih mau bersahabat dengannya, walaupun sang kawan harus menerima kenyataan bahwa ibunya selama ini adalah ibu kandung rina. Rina tahu hal itu berat, tak semudah yang ia harapkan. Apalagi ia sadar bahwa kelahirannya dengan yuda merupakan sebuah kecelakaan besar yang menimpa keluarga keduanya, akibat ulah bapak mereka.

"Rina.... ayo sarapan dulu, kamu ngapain malah bengong di dapur, rin?" dahlia, sang ibu, menengok rina yang belum juga bergabung untuk sarapan bersama.

"Eh, iya ...?", lekas rina tersadar. Wajahnya menoleh ke arah tatapan bingung mata sang ibu.

Sekilas, rina enyahkan sejenak lamunannya. Ia berjalan membuntuti sang ibu menuju meja tempat sarapan. Di sana ia lihat sang bapak sudah mulai sarapan lebih dulu darinya. Mengambil posisi duduk berdekatan dengan ibunya, rina hendak memulai makan pagi. Ketika sang ibu akan menyendokki piring rina, sang bapak tiba-tiba berkata sambil mengunyah makanan,

"Sayang, pagi ini aku mau keluar rumah yaa...", dengan mesranya pak usman menyapa dahlia.

"Mau kemana mas?"

"Adalah pokoknya..."
"Intinya aku bakal pulang malem nih sepertinya", ucap pak usman menatap ke arah wajah dahlia dan rina.

"Ohh...", dahlia menghela nafas sembari menyodorkan piring berisi nasi dan telur mata sapi kepada rina.

"Memang mau kemana sih pak?", rina pun dibuat penasaran terkesan bapaknya sedang menutupi sesuatu.

"Gak kemana-mana kok..."
"Bapak cuma mau ngurusin urusan usaha bapak yang udah mulai maju ini.."

"Mmm...", gumam rina, percaya saja dengan ucapan sang bapak.

Rina memang tidak begitu menanggapi serius apa yang baru saja sang bapak sampaikan, karena di dalamnya otaknya masih melulu memikirkan yuda. Kiranya, sembari sarapan, barangkali mempertemukan tante marni dengan yuda akan sedikit meregangkan hubungannya dengan sang kawan. Apalagi setahu rina, yuda belum juga bertemu dengan tante marni yang merupakan ibu kandung yuda sendiri. Oleh karena itu, timbul niat dalam batin rina untuk menemui tante marni. Ia ingin mendesak mantan ibunya tersebut agar bertemu yuda sesegera mungkin. Di sisi lain, rina tak mau ketentraman keluarga yang sedang dirasakannya sekarang, tidak dialami pula oleh yuda. Terlebih, yuda sudah banyak menolong rina.

Di lain hal, mengetahui pasangan mesumnya akan pergi dan pulang malam, dahlia agak lega karena hari ini ia sudah berencana menemui suhardi. Keinginannya tersebut bukanlah untuk bertemu melepas rindu, melainkan membahas perceraian keduanya. Sebelumnya, patut diketahui bahwa suhardi tahu dari linda masalah hubungan gelap dahlia dan pak usman. Meskipun demikian, lelaki itu sudah menyadari bahwasanya hubungan tersebut bakalan terjadi. Hal itu sudah merupakan konsekuensi dari ulah masa lalunya. Bagi dahlia sendiri, perceraian merupakan jalan terbaik satu-satunya. Begitu juga dengan suhardi, perceraian merupakan solusi paling bagus ketimbang membiarkan dahlia terjerumus dalam perzinahan.

Selain mau membahas perceraian, dahlia bersama suhardi juga akan membicarakan masalah hubungan firman dan lisa. Kepada dahlia, terkesan mengancam, suhardi berjanji akan menutup rapat-rapat aib yang dahlia lakukan ini, asalkan dahlia mau memberi restu pernikahan antara firman dan lisa. Sebetulnya dahlia sebagai perwakilan keluarga agak sulit memberi restu. Namun, demi tidak mendapatkan malu dari keluarga besarnya karena suhardi mengancam akan memberi tahu, dahlia lebih baik memberi restu hubungan pernikahan sepupu antara firman dan lisa.

Selain itu, dahlia berharap kesempatan kali ini ia bisa bertemu dengan yuda. Dahlia berusaha meminta maaf sekali lagi kepada anak yang selama ini ia besarkan dengan penuh ketulusan. Dahlia tahu dosanya begitu besar kepada yuda, meskipun ia juga sangat tahu lebih besar dosa suhardi dan pak usman yang menyebabkan semua ini telah terjadi. Wanita itu hanya ingin yuda memaklumi dan memahami kondisi yang terjadi sekarang.

###​

"Mau kemana kamu sama rido, man?"
"Rapi banget..."
"Ooh iya, kamu gak jadi nemuin pak arso ya?", tanya arif yang sedang duduk santai di hari Sabtu menjelang siang.

"Ini mau main ke rumah kakak..."
"Ya harus rapi dong kalau mau main ke rumah orang rif...."
"Emmm sorry ya, enggak rif, kebetulan aku dapat tawaran kerja di tempat lain"
"Terima kasih ya sebelumnya...",..

Firman yang sedang mengenakan kaos berkerah berwarna abu-abu membantu putranya, rido mengenakan pakaian. Sampai hari ini sejak mengambil rido dari tangan mang usman, firman belum juga mau mengaku kepada rido bahwa dia adalah bapak kandungnya. Firman lagi lagi khawatir rido bakalan marah padanya jika diberitahu. Apalagi akhir-akhir ini rido mendesak pulang ke Tasikmalaya. Anak itu rindu mang ujang, salah seseorang yang telah merawat dia. Akan tetapi, firman tak akan menuruti kemauan rido. Itu sama saja ia menyerahkan kembali rido kepada mang ujang.

Sekarang firman dan rido diminta suhardi ke rumahnya. Agak sedikit heran ia mengapa kakak ipar yang kemarin ribut dengannya mengundang untuk bertemu kali ini. Menurut suhardi ketika bertemu firman di suatu kesempatan, ada berita bahagia yang ia akan sampaikan kepada firman. Hanya saja firman tidak diberi tahu ketika itu berita bahagia apa yang dimaksud. Dan, hari inilah berita bahagia tersebut akan diberitahu.

"Yuk rido, kita jalan yuk sekarang..."

"Iyaa....", rido menurut saja ketika firman menentengnya guna mengenakan sandal.

Setelah mengenakan alas kaki bersama dengan rido, firman lekas pamit.
"Rif, aku jalan dulu yaa..."...

"Iya man....."
"Rido mau kemana? Jalan-jalan yaa..."
"Hati-hati yaa...", beranjak berdiri, arif mengantarkan kepergian firman bersama rido sampai di depan pintu rumahnya.

"Iya, om...", firman membantu rido menjawab.

Di luar rumah arif, bersama rido, firman berjalan sedikit menjauh dari rumah itu. Keduanya tampak sedang menunggu dan mencari taksi. Sembari menunggu, tiba-tiba seorang wanita tanpa diketahui firman sedang tersenyum memandanginya bersama rido dari kejauhan. Firman yang baru menyadari hal itu langsung menoleh dan memanggil wanita tersebut. Akan tetapi-si wanita malah berbalik badan sekaligus membuang muka. "Lisa!! Lisa!! Liss!!!" Cukup keras teriakan firman, namun lisa tak menanggapi. Sebetulnya firman ingin menghampiri dan mengejar lisa. Namun, lisa yang terlihat buru-buru langsung menaiki taksi yang terlewatkan oleh firman.

Terpaksalah firman diam di tempatnya. Tak lama setelah kepergian lisa, barulah lelaki itu dapatkan taksi. Maka, tak mau menyia-nyiakan waktu, segera ia naik bersama rido guna berpergian menuju rumah suhardi, kakak iparnya. Di dalam taksi, ia biarkan rido melihat-lihat pemandangan luar. Sementara firman berpikir kembali mengapa lisa tadi memandanginya. Apakah wanita itu ingin bertemu rido, putra yang dilahirkannya. Firman benar-benar dibikin penasaran sekarang oleh suhardi, dan kini oleh lisa. Tak hanya memikirkan hal itu, ia juga memikirkan tentang linda yang masih sah istrinya. Firman benar-benar tidak tahu keberadaan linda sekarang. Ia tanya siapapun, semuanya terkesan menutup mulut. Oleh karena itu, firman tak lagi peduli dengan linda. Lagipula, wanita itu tak mau mengurusi anak kandung firman, rido.

Dalam benak firman sekarang, ia cuma mau lisa bersama-samanya mengurusi rido walaupun tak harus dalam ikatan pernikahan. Keinginan firman semata-mata didasari agar lisa juga menjalankan tanggung jawabnya sebagai ibu kandung dari rido. Lagipula bocah itu sekarang memang betul-betul memerlukan kasih sayang seorang ibu. Akan tetapi, sayangnya, keinginan firman tersebut harus terganjal karena lisa setiap kali ingin ditemui firman hampir selalu menghindar. Barangkali wanita itu masih memendam trauma masa lalu bersama firman.

Di lain hal, firman kangen dengan kakak kandungnya, dahlia. Lama ia bertemu sang kakak. Kala mengingat sang kakak, mendadak ia jadi ingat ketika ia terpaksa mengorban kakaknya kepada mang ujang demi anaknya, rido. Firman betul-betul menyesal akan hal itu. Hanya saja sampai hari ini ia tak mau mengaku. Ia takut sang kakal marah besar atas ulahnya dahulu.
"Lagian juga sih si mbak dulu, di sana malah pake pakaian seksi"
"Habis deh'kan digoyang sama mang ujang..."
"Hehe...", sempat-sempatnya ia meledek cabul sang kakak.

Tak lama taksi yang dinaiki firman dan rido sampai di depan rumah suhardi. Setelah berhenti, firman langsung menyerahkan sejumlah uang. Barulah setelah itu ia dengan rido turun dari taksi. Sembari menuntun rido berjalan masuk ke rumah sang kakak, ia pandangi rumah yang dulu sempat ia tempati bersama linda. Ternyata belum banyak berubah. Ketika sampai di depan pintu rumah yang terbuka, firman lekas disambut suhardi.

"Eh kamu man, udah sampai?"
"Ayo masuk, ayo masuk...", menjabat tangan firman , kakak ipar firman tersebut segera mempersilahkan firman masuk. Sambil melangkah masuk, cukup bingung lagi-lagi firman dengan sikap kakak iparnya.

Ketika berada di dalam rumah, kagetlah firman, lisa ternyata berada di sana. Wanita yang tadi firman temui di jalan itu sedang mengobrol dengan sang kakak, dahlia. "Lisa? Kok kamu bisa ada di sini?"

Berbeda sikap dengan sebelumnya, lisa malah menyambut ucapan firman dengan senyuman tulus. "Ya bisa dong, kamu sendiri kenapa bisa di sini?", tanya lisa tersenyum menatap firman.

Terkejut bukan main Firman. Ia mematung mendengar lisa berucap. Bukan pertanyaannya yang bikin firman takjub, melainkan senyuman lisa kepadanya. Hal itu karena terakhir kali lisa tersenyum pada firman ketika keduanya belum kebablasan hingga memiliki seorang anak. Ternyata, tak hanya sampai disitu firman dibikin takjub.

"Rido... sini....", panggil lisa dengan penuh kelembutan. Ia yang beranjak berdiri usai duduk dekat dahlia lantas menghampiri rido. Tidak tanggung-tanggung, bocah yang sedang dipegang tangannya oleh firman tersebut, lekas dipeluk erat-erat oleh lisa. Bahkan, anak itu lantas digendong dan dicium tiada habisnya oleh wanita itu. Dengan berurai air mata, lisa mengatakan,

"Rido, maafin mama yaa..."
"Kamu mau kan maafin mama?"
"Mama udah jahat sama kamu dulu..."
"Tapi mama kali ini janji kok, gak bakalan lagi jauh-jauh dari rido..."
"Mama bakal rawat dan jagain rido, sampai rido gede....", dicium keningnya berulang-ulang oleh lisa sembari digendong, rido yang tak mengerti hanya diam saja.

Sementara firman,

"Ini ada apa sih??", masih bertanya-tanya, bahagia bukan mainnya firman seakan-akan ini hari terbaik yang pernah dialaminya seumur hidup.

###​

"Bay... ajarin gue nyetir mobil dong sekali-kali..."
"Penasaran banget gue njir..."..

"Iya deh..."
"Tapi jangan sekarang, yud. Masalahnya kita sekarang 'kan mau liburan. Nanti kalo lo masuk rumah sakit, liburannya 'kan jadi batal..."
"Bener gak tante linda?"
"Hehe...",.. sindir bayu yang diiiringi seringai tawa.

"Iya betul..."
"Lagian kalo kamu sudah bisa nyetir mobil.."
"Mobilnya memang ada yuda?"
"Hehe...", layaknya bayu, tante linda turut meledekk tajam dirikku.

Baru saja disindir oleh bayu, tak mengapa bagiku. Lagipula, kami sudah bersahabat dekat semenjak ibunya mau menampungku di rumahnya. Apalagi aku satu sekolahan dengan bayu. Setiap pagi aku selalu berangkat sekolah bareng-bareng dengan dia. Bersama tante linda dengan ibunya bayu yang hendak berangkat bekerja, kami menggunakan mobil yang sama untuk memulai aktivitas di pagi hari. Walaupun berbeda isi otak kami, bayu yang pintar mempunyai kesamaan denganku yang bodoh ini. Ya, kesamaan kami tak lain ialah kami sama-sama penggemar berat film porno, entah itu versi barat ataupun Jepang. Maka, tak heran kami sering bertukar referensi film ketika berada di rumah. Selain itu, Aku pun diizinkan mendownload film semauku di kamarnya. Malahan, kami pernah menonton sebuah film porno bersama-sama.

Oleh karena kekariban tersebut, tak sungkan aku bercerita kepadanya, termasuk kujelaskan alasanku mengapa bisa terdampar di rumahnya sekarang. Aku cerita terang-terangan kepada bayu. Bayu yang tak bisa memberi solusi atas masalah yang kualami hanya bisa menyimak ceritaku sekaligus berempati. Di lain hal, kepercayaan yang telah kuberikan kepadanya, ia balas juga dengan bercerita tanpa malu-malu kepadaku tentang masa lalunya yang kelam. Menurutku, lelaki mana yang tak tergila-gila dengan kemolekan ibunya bayu. Buah dadanya yang ranum dilihat dari luar saja sudah bikin air liur menetes. Belum lagi bentuk pinggulnya kala sedang mengenakan celana ngepas, buat kemaluan lelaki lantas berdiri. Jadi, pantas saja ibunya pernah 'digituin'orang. Setelah mendengar cerita bayu, aku seolah memiliki kemiripan nasib dengannya walaupun berbeda kasus. Semoga kemiripan di antara kami membuatku bisa berkawan dekat dengannya terus. Terlebih, di sekolah aku tak berhubungan lagi dengan rina.

Tak pelak, kuceritakan kepadanya pula bahwa aku pernah meniduri tante linda, termasuk kala aku menyetubuhi tante linda beberapa waktu yang lalu di rumah bayu. Bayu terkejut mendengar apa yang kukatakan. Aku pun ikut terkejut ketika ia merespon bahwasanya ia juga bernafsu dengan tante linda karena keduanya sering bertatap muka. Sebaliknya, ceritaku tersebut Ia sambut juga dengan pengakuan bahwasanya ia pernah meniduri ibu kandungnya sendiri. Aku tak begitu kaget mendengar ceritanya karena diriku jauh-jauh hari sudah mengetahui hal tersebut.

"Jadinya, kita mau ke tempat kakekku dulu nih?", tanya bayu yang tetap menjaga pandangan selagi melajukan mobil milik ibunya di atas jalan bebas hambatan.

"Iya,..." jawabku yang duduk bersebelahan dengan bayu.

"Mau ngapain sih kesana?", bayu terkesan risau mengetahui bahwasanya akan berlibur di rumah sang kakek.

"Gak tahu nih tante linda, bay...",...
"Auuu! Adduhhh...", tante linda yang duduk di belakang tiba-tiba mencubit pinggangku.

Sejujurnya, liburan kami bertiga yang sedang berpakaian santai ala traveler mau menemaniku pergi ke Tasikmalaya, ke tempat orang tua kandung ibuku. Konon, kata bapak dari yang tante linda sampaikan kepadaku ibu berada di sana sekarang, rumah yang pernah didatangi om firman untuk menjemput rido. Jadi, beberapa hari yang lalu aku bertemu om firman yang ternyata bersama rido tinggal di tempat kawannya. Tak banyak yang kubahas bersama dengannya, kecuali aku minta petunjuk alamat yang dulu pernah didatangi om firman dan tante dahlia di Tasikmalaya. Aku meminta alamat tersebut karena konon, kata tante linda, bapakku mengatakan ibu kandungku, tante marni, berada di sana sekarang, kebetulan rumah orang tuanya di sana. Sebab, aku tak menemukannya di rumah suaminya, yang baru kuketahui ternyata teman kerja bapak, marno.

Namun, perjalananku ke Tasikmalaya terpaksa harus tertunda sebentar. Tante linda yang telah banyak membantuku memintaku agar mau membujuk bayu pergi ke Garut, rumah kakek bayu dulu yang pernah tante linda kunjungi. Alhasil, Aku tanyakan dahulu kepada tante linda sebetulnya apa tujuannya ke sana sampai-sampai memintaku agar mau mendesak bayu. Menurut tante linda, ada misteri yang perlu diungkapkan. Katanya tante linda terkait dengan kematian kakek bayu. Hanya saja, tante linda belum mau menceritakan kepadaku secara gamblang apa misteri yang ia maksud tersebut. Di sisi lain, tante linda juga memintaku agar merahasiakan tujuannya ke sana kepada bayu maupun ibunya.

"Jadinya kita habis dari Garut langsung ke Tasik, bener nih ya?"
"Mumpung masih bisa berubah arah nih.." tanya bayu butuh kepastian.

"Iya bay...".

"Gapapa kan bayu kalo dari Garut kita ke Tasik?", tanya tante linda, ia mendadak khawatir bayu tidak menyukai perjalanan yang merepotkan ini dengan dua tempat tujuan. Walaupun menyembunyikan maksudnya, Tante linda tetap merasa tidak enak kepada bayu.

"Gapapa kok tante, santai aja...", bayu menoleh sejenak ke tante linda sekaligus melemparkan sebuah senyuman seolah tak ada masalah.. Padahal, dia agak malas pergi ke Garut.

Melihat lemparan senyum seringai bayu ke tante linda, aku jadi teringat bahwa bayu mempunyai hasrat terpendam kepada tante linda. Imajinasiku pun berubah nakal. Sembari melihat ke arah lekak lekuk tubuh tante linda, Aku malahan jadi teringat ketika aku mengerjai tante linda bersama bapak. Kini, akankah aku mengajak bayu buat mengerjai tante linda samahalnya sewaktu bersama bapak. Lagipula kami bertiga akan berada di luar kota bersama-sama. Liburan kian tambah mengasyikkan andai aku bersama bayu kompak mengerjai tante linda di ranjang.

"Hehe..."
"Garut 'kan dingin yaa..."
"Bakalan enak nih kalo diangetin sama tante linda" setan mulai merasuki diriku.

Mendadak tante linda minta bayu berhenti jika terdapat rest area. Sepertinya, ia hendak buang air kecil, "bayu, tante mau buang air kecil nih..."
"Kalau ada rest area berhenti sebentar yaa..."..

"Oke tante...."
"Kalau gak salah bentar lagi di deket sini ada rest area deh..."

"Makanya tante, udah tahu kita mau jalan-jalan, aturan buang air kecil dulu sebelum berangkat tadi..."
"Kalau sampai dikencingin orang 'kan repot nanti..."
"Hehe...", dendamku membalas candaan tante linda sebelumnya.

"Gak lucu yuda bercandaannya...", ketus tante linda menanggapiku.

Entah bayu mendengarkan atau tidak candaanku yang berbau cabul barusan, aku tidak peduli. Lagipula Bayu sudah mengetahui bahwasanya tante linda pernah berbuat cabul denganku. Jadinya aku cuek saja. Di lain hal, aku terlanjur gemas dengan tanteku yang satu ini. Padahal, aku sudah dua kali menidurinya. Namun, terasa tak puas-puasnya aku karena ingin menidurinya lagi. Apakah aku sudah ketagihan dengan tubuh tanteku itu? Kini aku sudah sangat berniat bahwasanya aku benar ingin menyetubuhi tante linda lagi. Oleh karena itu, aku seolah lupa dengan tujuan perjalananku sesungguhnya, yakni mencari ibu kandung yang melahirkan diriku ke dunia ini, tante marni.

Sesuai dengan keinginan tante linda, bayu merapatkan mobilnya ke sebuah rest area di pinggiran jalan tol. Aku lihat dari kaca jendela bahwa Rest Area tempat kami akan berhenti sejenak ini tergolong lumayan besar. Di sana terdapat beberapa restoran dan juga tempat pengisian bahan bakar. Banyak pula orang-orang yang rehat melepas lelah di sana. Di lain hal, menurut bayu, ia berniat untuk mengisi bahan bakar sekalian saat tante linda pergi ke toilet. Aku yang tidak punya rencana kemana-mana sepertinya cukup menemani bayu saja.

Sesampainya di rest area, kami turunkan tante linda ketika hendak berada di dekat tempat pengisian bahan bakar. Setelah itu, barulah bayu menuntaskan keinginannya tadi. Selagi mobil sedang diisi bahan bakar, bayu dan aku keluar dari mobil. Momen menunggu itu kumanfaatkan betul untuk berbicara dengan bayu, terkait ide gilaku. Lagipula, tante linda belum juga kelihatan.

"Bay,..."
"Lo masih nafsu gak sama tante linda", lirihku didekatnya.

"Masihlah yud..."
"Kepengen banget gila...", jawab bayu dengan tegasnya.

"Oke, bagus deh kalo gitu..."
"Jadinya gue punya ide nih bay buat lampiasin nafsu lo...", balasku setelah mendapat respon positif dari bayu.

"Idee apaaan?", bayu kubuat penasaran.

"Pokoknya sekarang gue belum bisa jelasin caranya gimana sebelum gue lihat keadaan di rumah kakek lo.."

"Iya gue tahu..."
"Idenya tadi itu apaan?"
"Lo belum bilang....", protes bayu dengan ekspresi jengkelnya.

"Iya jadi gini, gara-gara lo kemarin-kemarin bilang nafsu sama tante linda, entah kenapa gue jadi kepikiran pengen threesome sama tante linda" "Lagian sekarang kita cuma bertiga nih di luar kota..."
"Assoyy kali, kita entotin tante linda berdua..."
"Haha...",..

"Oke punya ide lo tuh..."
"Tapi, gue takut tante linda bakal ngadu ke nyokap gue, yud...", cemas bayu mendengar ideku.

"Tenang aja bay, itu bisa gue atur...".
"Yang penting, lo nurut aja deh apa kata gue nanti...",.

"Siipp deh kalo gitu..."
"Eh iya, beli kondom dimana ya...", bayu melirik-lirik sekitar rest area.

"Hah? Kondom?"
"Udah gak usah pakai gitu-gituan..."...

"Lah? Nanti kalo tante linda hamil gimana?", heran bayu mendengar pernyataanku.

"Tante linda susah hamil bay, itu kenapa dia pisah sama om gue, kan udah pernah gue ceritain ke lo.."
"Udah nyantai ajaa napa sih.."

"Mmm..yakin nih?", tanya bayu meragukan ucapanku.

"Yakin 1000%, supaya lo percaya...", melotot mataku padanya supaya ia lekas percaya.

"Yaudah deh kalo gitu...".

Setelah menyampaikan ide gilaku dan membuat kesepakatan dengan bayu, bayu membayarkan sejumlah uang kepada petugas pengisian bahan bakar. Bertepatan dengan itu, kulihat tante linda sudah selesai dari toilet. Dia berjalan menghampiri kami yang masih berada berada. Bayu yang juga melihatnya tiba-tiba berkata kepadaku.

"Yud, jadi ngaceng nih gue..", ucap bayu melirik ke arahku .

"Haha.."
"Yaudah nanti lo nyetirnya agak ngegas dikit bay, biar cepet sampe gitu...", tak hanya bayu, celana berbahan jins yang kukenakan pula mendadak sempit. Tak sabar aku rasanya melihat tante linda dipuaskan oleh dua penis. "Oughh..."

"Yaudah, yuk kita berangkat lagi...", ajak tante linda. Sesudah di dekat kami, ia masuk lebih dulu ke dalam mobil.

Sebelum aku dan bayu masuk ke dalam mobil mengikuti tante linda, sempat kuucap pada bayu.
"Garut dingin bay, bakal ada yang angetin kita nih kayaknya...", ucapku menatap bayu.

"Iya nih, hehe..."
"Eh iya, yud, gue malahan punya ide lebih gila dari lo nih..."

"Ide apaan...??"

"Yaudah kita berangkat dulu aja..."
"Sampai di sana gue jelasin ke lo..."..

Sambil membuka pintu mobil dan berharap sesegera mungkin sampai di rumah kakek bayu, sejujurnya aku penasaran apa yang dimaksud bayu. Kukira, ideku tadi itu sudah sangat gila. Namun, bayu malah mengatakan barusan kepadaku, punya ide lebih gila lagi. Hmm... Ide macam yang kiranya terlintas di benak bayu. Aku penasaran sekali.

"Aapaan ya kira-kira?"...

Ketika berada di dalam mobil, seusai aku mengenakan sabuk pengaman, tante linda mengatakan sesuatu kepada bayu.

"Yuda, Bayu,.. kita ke Tasik dulu aja deh yaa..."
"Gapapa'kan?"
"Soalnya, kayaknya lebih asyik kalo kita lama-lama di Garut deh"
"Habis itu 'kan kita tinggal pulang ke Jakarta, gak usah kemana-mana lagi"
"Bagaimana? Bisa'kan?"

"Ishhhhh tante lindaaaa......!!", greget diriku dengan sikap plin-plan tante linda. Oleh karenanya, Aku jadi tak enak dengan bayu yang dari awal sudah menanyakan kepastian tempat tujuan kami pertama kali.

###​

Siang hari agak mendung awan di Tasikmalaya. Di dalam mobil yang sedang melaju sedang, aku, bayu, dan tante linda baru saja menikmati makan siang kami di sebuah warung makan pinggir jalan. "Kenyangnya...." Tentu, bayu mentraktir aku dan tante linda. Puas rasanya perutku menikmati makan siang gratis ini. Sayangnya, belum tuntas semua, karena aku tak jua menemukan tempat tujuan, rumah ibuku. Sebelumnya, sungguh beruntung tadi kami masih mengubah arah tujuan. Awalnya kami ingin melenggang lebih dulu ke Garut, kemudian tasikmalaya. Kini, malah sebaliknya. Penyebabnya tak lain ialah tante linda. Dia yang merancang perjalanan kami dalam rangka liburan, dalam rangka mencari ibuku. Sikapnya yang tergolong plin-plan dalam mengambil keputusan, tak heran membuatku sebal melihatnya. Di sisi lain, hal itu membuatku ingin melampiaskan kejengkelanku terhadapnya ini di ranjang. "Heuhh.."

Di sekitar kawasan yang banyak persawahan nan hijau, kami bertiga tengah kisruh, berdebat masalah jalan yang kami ambil benar atau tidak. Apalagi tante linda, daritadi dia yang paling bawel. Agak kesulitan memang kami menemukan alamat rumah ibuku. Alamat dan petunjuk yang aku peroleh dari om firman sudah semua kami ikuti. Hanya saja, entah mengapa kami merasa seakan tersesat. Alhasil, mobil bayu berjalan tersendat, melaju pelan berharap tak ada satu pun petunjuk yang terlewati.

"Udah bener ini jalannya, tante....", sambil menyetir, bayu ngotot bahwasanya ia tak salah mengambil jalan.

"Hmmm masa sih? Bukannya seharusnya tadi kita belok yah?"

"Enggak tante, enggak..."
"Beloknya tadi 'kan udah...", tak hanya aku, bayu pun jengkel dengan tante linda yang agak cerewet selama perjalanan.

"Yang bener kamu? Bukannya harusnya tadi kita belok yah?", tante linda tak percaya begitu saja.

"Iyyaa bener tante..!."
"Ishhh gak percaya..."...
"Apa perlu kita balik lagi ke tempat awal mau belok?!", merangkak naik emosi bayu.

"Udah, udah, gak usah..."
"Lanjutin dulu aja jalannya, tante mau lihat jalan yang kamu ambil bener apa enggak?", makin menyebalkan saja sikap tante linda.

"Haaddduhh...."
"Yaudah gini aja deh.. kita tanya orang dulu aja yaa..."
"Daripada tersesat jauhkan jadi tambah repot...", ucapku mengambil inisiatif.

"Nah, gitu dong yuda, daritadi aturan kamu begitu...", celetuk tante linda kepadaku.

"Iya tante, iyahh...".

Karena di daerah sini banyak persawahan, bayu memberhentikan mobilnya di dekat salah seorang petani yang sedang berjalan kaki membawa cangkul dipundaknya dan mengenakan alas kaki sandal karet. Dari dalam mobil, sembari membuka kaca jendela mobil aku bertanya langsung kepada bapak tani tersebut.

"Maaf pak, tahu alamat ini enggak?", menyodorkan secarik kertas kecil, aku berharap si petani bisa membaca dan memberikan aku petunjuk.

"Ohhh ini, di sana atuh kang..."...
"Akang teh jadinya ambil lurus aja nih...".
"Rumahnya teh yg dikelilingin sawah itu...", tangan si petani terangkat 90°, menunjuk lurus ke arah sebuah rumah sederhana yang di dekatnya terdapat pula rumah yang agak mirip.

"Hmmm itu, jadi tinggal lurus aja nih ya pak...?"

"Iya bener kang, nanti kalo masih bingung atuh bilang aja rumahnya mang ujang...."
"Orang-orang situ tahu kok", si petani menggangguk.

"Rumahnya mang ujang??".

"Iya betul.***mahnya mang ujang.", sekali lagi petani itu menggangguk untuk meyakinkanku.

"Ohh, makasih ya pak infonya...", usai menghaturkan terima kasih, aku lekas menutup kaca mobil.

"Iya mangga atuh kang..."...

Setelah memperoleh petunjuk, kami melanjutkan perjalanan kembali. Mobil yang tadi berjalan lambat, mulai menggas agar lebih cepat. Makin tak sabar saja aku untuk bertemu ibu kandungku. Semoga ia benar sedang berada di sana sekarang. Sementara itu kondisi di dalam mobil mulai agak melunak, tante linda tak lagi 'ngerocos', bayu juga tampak kalem mengemudi.

"Tuh kan bener tante jalannya yang ini..."
"Aku bilang juga apa....",..

"Iya deh bener....", mengaku salah tante linda dengan pendapatnya.

Sejujurnya bayu dan tante linda tak mau mengomentari masalah yang sedang aku alami, termasuk ketika mencari alamat ibu kandung ibuku. Tak heran tak ada pembicaraan mengenai ibu kandungku sepanjang perjalanan dari jakarta. Keduanya hanya tak mau menyentuh masalah itu, khawatir salah-salah ucap. Padahal, bayu dan tante linda mengetahui betul masalahku. Oleh karena itu, Aku hargai mereka berdua demi menjaga perasaanku.

"Akhirnya sampai juga...."
"Di sini aja ya, yud..."
"Gapapakan?", bayu memarkirkan mobilnya di bahu jalan. Aku paham mengapa mobilnya tak ia arahkan masuk ke dalam, ke wilayah dimana rumah yang katanya ibuku berada, karena jalan ke dalamnya satu arah. Jalan tersebut agak sempit, khawatir jika masuk, mobil susah keluarnya.

"Iya gapapa...", senyum tenangku kepada bayu.

"Yuda, tante sama bayu nunggu di sini aja yaa..."
"Gapapa kan?"
"Tapi, kalau nanti dipersilahkan masuk, kamu bilang yaa..."

"Iya tante gapapa..."
"Kalo itu aku pasti bilang kok...", aku akan seorang diri menemui ibuku karena bayu dan tante linda memilih menunggu di dalam mobil.

Setelah bercakap sebentar dengan kedua orang yang telah menemani perjalananku, aku lekas membuka pintu mobil. Namun, ketika pintu mobil kubuka sedikit, tiba-tiba bayu ingin berbisik di telingaku.

"Yud, yud,..sebentar sini deh..."

"Apaan?", agak bingung aku ketika ia memanggil namaku. Kukira ia mau menemaniku ke dalam. Ternyata,

"Jangan lama-lama ya yud..."
"Udah gak sabar nih gue pengen ngentot tante lo...", bisiknya di telingaku.

"Iyeee....", sahutku.

"Ngomong apaan sih pake bisik-bisik segala?", melihat bayu berbisik di telingaku, tante linda penasaran.

"Ada deh, tante. Mau tahu aja...."
"Iya gak, yud?", bayu menoleh ke arahku.

"Iya...", senyum nyelenehku menatap ke arah tante linda. Samahalnya dengan bayu, aku juga tak sabar melihat tante linda melayani penis kami berdua.

Selesai bayu berbisik, barulah aku keluar dari mobil. Lantas, ketika di luar langsung kurasakan sejuknya udara di sini, khas pedesaan, walaupun suasana masih siang, jauh berbeda dengan Jakarta yang pengap. Tak mau membuang waktu, aku segera melangkah masuk, berjalan menelusuri beberapa rumah. Selama berjalan ke arah rumah ibu, aku menyusun kata demi kata yang kiranya apa yang harus kuucapkan nanti.


Marni

Pada akhirnya berhentilah langkahku di depan rumah yang tadi ditunjukki oleh bapak tani. Sembari berdiri di depan rumah tersebut, sebetulnya aku ingin bertanya kepada seseorang, apakah benar ini rumah mang ujang, semata-mata untuk mendapatkan kepastian. Namun, tak satupun orang berada di sekitarku. Oleh karenanya, tak ada yang bisa kuperbuat. Mau tak mau aku terpaksa mengetuk pintu kiranya penghuninya atau ibuku barangkali di dalam.

"Permisi, permisi,...!", sapaku selagi mengetuk pintu rumah yang katanya rumah mang ujang. Akan tetapi, berulang kali aku mengetuk, berulang kali aku menyapa, tak ada satupun yang keluar ataupun menyahut.

Menghela nafas sejenak seakan hampir putus asa, barulah beberapa menit kemudian pintu terbuka. Kulihat lelaki berbadan cokelat dengan usia lebih tua dari bapakku sedang membetulkan sarungnya sambil membuka pintu. Belum kusapa, wajahnya sudah memandangku dengan tatapan tak mengenakkan.

"Nyari siapa atuh de?", tajam matanya menatap kedua bola mataku

"Iya, saya mau nanya apa bener ini rumahnya mang ujang, pak?", aku tetap bersikap ramah kepadanya.

"Iya bener, ada apa ya? Tapi, maaf kebetulan juga mang ujangnya teh gak ada di rumah nih...".

"Ohhh gitu..."
"Boleh tahu kira-kira kemana ya pak?"
"Apa masih lama?", mataku kedap kedip tak sanggup adu pandang dengan mata si bapak yang melotot.

"Wah saya juga kurang tahu..."
"Kebetulan saya ini tetangganya..."
"Disuruh nungguin rumah...",

"Hmm begitu..."
"Yaudah saya tanya sama bapak aja deh..."
"Pak, di sini ada yang namanya bu marni gak?", tanyaku langsung ke inti pembicaraan.

"Siapa? Bu marni?", ia memintaku mennyebut ulang.

"Iya, bu marni..."

Entah mengapa bapak yang tak kukenali tersebut diam sejenak. Selain itu, ia sempat mengamati bentuk tubuhku dari kepala hingga jengkal kaki seakan ia mencurigaiku.

"Maaf de, di sini gak ada yang namanya bu marni...", spontanlah bapak itu menjawab pertanyaanku.

"Hmm... bener gak ada pak?", aku minta kepastian.

"Enggak ada...", wajahnya mulai gusar denganku.

"Boleh saya nunggu mang ujangnya dulu pak?", aku tak percaya dengan ucapan si bapak.

"Issh kamu atuh ya, dibilang gak ada yang namanya bu marni juga..."
"Terserah kamulah mau bagaimana..."
"Braaakkk....", si bapak betul kesal. Ia menutup pintu sembari membantingnya.

Aku kecewa berat mendengar ucapan dan sikap si bapak barusan. Lebih sedih lagi jika ucapan bapak tersebut benar. Kemana lagikah aku harus mencari ibu kandungku. "Huhh", entah mengapa tubuhku mendadak lesu. Jadi malas diriku ini buat melanjutkan perjalanan ke Garut. Entahlah masih berniatkah aku threesome dengan tante linda dan bayu. Terduduk aku di dekat rumah yang jaraknya tak jauh dari rumah mang ujang. Aku masih belum menerima kenyataan bahwa aku gagal menemukan ibuku.

Ketika aku duduk berbalut kekecewaan, seorang ibu yang merupakan penduduk sekitar menegurku. Barangkali ia kasihan denganku yang tampak terduduk lemas dengan bahu agak membungkuk.

"Kenapa atuh de?", dia menyentuh pundakku.

"Eh? Iya nih bu, saya nyari alamat ini. Apa bener ini rumahnya?", tanyaku ke ibu yang tetap berdiri saat aku terduduk.

Si ibu melihat sejenak, lalu iya mengangguk. "Bener atuh de, ini rumahnya"
"Memang ade teh cari siapa?"

"Cari bu marni, bu..."
"Saya tadi sih udah nanya ke dalem, kata bapak-bapak yang lagi di dalam, gak ada yang namanya bu marni di sini", kukatakan hal yang kualami kepada si ibu.

"Hmm marni?!"
"Iya bener. dia di sini rumahnya"
"Barusan tadi pagi saya lihat dia...", akui si ibu.

"Woh gitu yaa bu..."
"Yaudah terima kasih deh...", si ibu lantas meninggalkanku, melanjutkan kesibukannya kembali. Sementara aku mendengar jawaban si ibu, membuat harapanku tumbuh lagi untuk bertemu ibu kandungku. Hanya saja, aku penasaran. Mengapa bapak-bapak yang kutemui tadi mengaku tak ada yang namanya bu marni di rumah tersebut.

Sambil menarik nafas dan berdiri, aku coba temui si bapak tadi sekali lagi. Aku terpaksa memberanikan diriku, tak peduli apa yang terjadi nanti demi bertemu dengan ibu. Sambil melangkah percaya diri, aku berharap si bapak berubah pikiran. Sesampainya di depan rumah tersebut, perlahan kuketuk pintunya dan kembali menyapa si penunggu rumah. Hanya saja kali ini, aku terkesan dicuekki. Benar-benar tak ada yang menyahut dari dalam setelah kutunggu beberapa menit. Terpaksalah aku bunuh rasa penasaranku dengan masuk secara diam-diam ke dalam rumah itu karena kebetulan pintunya tidak terkunci. Berjalan mengendap-ngendap, aku sempat melihat-lihat rumah yang sudut ruangannya lusuh dan tak terurus ini. Entah mengapa sesampainya di dalam aku merasa sunyi. Kemanakah bapak yang menyebalkan tadi? Kemanakah penghuni rumah ini? Aku terus melangkah pelan menjajaki seisi ruang rumah ini.

Tak beberapa lama, dari kejauhan, kulihat di dekat dapur, terlihat ada sebuah kamar seperti kamar pembantu.
"Aaaahhh mangg...."
"Udah basaahh marnii ahhhhhhh", sebuah desahan keras terdengar sampai telingaku.

"Astagaaaa ibbbbu?!!!", aku terkejut pelan. Walau sempat menganga mulutku, lantas aku tiba-tiba berjongkok dan bersembunyi untuk mengintip dari jauh demi tidak ketahuannya kehadiranku oleh mereka

"Astagaaa ibuu?!!!"
"Apa yang dia lakukan?!!!", kuucap itu sekali lagi sembari membetulkan posisi jongkokku dan mengambil posisi intip yang pas. Setelah itu, barulah... Sangat tak kusangka bahwasanya ibu kandungku yang kucari akhir-akhir ini sedang menungging. Apa maksudnya semua ini. Terlebih, salah seorang lelaki tak berbusana kulihat baru saja mengoral vagina ibu. Di dekatnya pula berdiri telanjang lelaki yang tadi bertemu muka denganku. Ia sedang memamerkan ereksi penisnya di depan wajah ibu. Ditambah, kulihat ibu yang sedang menungging, jarit/kain batik bagian bawahnya tersingkap karena kepala lelaki yang tadi masih sibuk mengoral kelamin ibu.

"Aahhhhh mang dayattt udahhh...."
"Marni udahhh muncratt mang....", tubuh ibu yang menungging bergoncang, lelaki yang ternyata bernama dayat tersebut baru saja membuat ibu orgasme.

"Aaduhhhh akankah aku diam saja?!"
"Sial! Masalahnya kenapa ibu tak melawann?!!!", pusinglah kepalaku. Tak mengerti aku dengan ini semua. Tuhan seperti sedang menghukumku atas semua yang kuperbuat selama ini. Kenapa kedua orang tuaku seperti ini. Di sisi lain, karena terlalu banyak menonton film porno, Aku malah menikmati ibu yang sebetulnya tidak dekat denganku dibegitukan oleh lelaki bernama dayat.

"Ohhhh banyak marni...."
"Hayo Asepp...! buka jaritnya atuh sep..."
"Udah puaskan kamu?", perintah dayat kepada lelaki yang tadi bertemu muka denganku, namanya Asep.

"Belum atuh, baru dikulum penisku yat, belum kita genjot nih si marni..."
"Hhe..."

Setelah orgasme, ibu terkapar kewalahan. Hanya saja, asep yang mendapat perintah dari dayat memanfaatkan itu buat menelanjangi ibu. Kulihat pula ibu ketika ditelanjangi, ia begitu rela saja. Bingung aku dengan sikap ibu kandungku ini. Justru, ia bangun usai terlentang sebentar. Di sisi lain, pria di sekeliling ibu tampak mengambil posisi. Entah apa yang akan mereka lakukan lagi kepada ibu. Dan aku seketika terkaget ketika ibu berkata kepada mereka selagi mengambil posisi berdiri. "Mang dayat, mang asep, ayo entot dua lubamg marni, mang..."
"Biar sekalian marni goyang kontol kalian berdua..."
"Ahhh..."

Lalu, Asep dan dayat dengan penis tergantung berdiri mengapit tubuh bugil ibu. Kedua tangan mereka tanpa disuruh kemudian meremas payudara ibu sembari bergantian berciuman dengan bibir ibuku. Alhasil, penisku jadi ikut tegang melihat aktivitas mereka.
"Iyaaa marni.. cyeppphh cyepphh...."
"Kita berdua bakal masukkin penis ke lubang vagina sama anal kamu kok sayang..."

"Yatt, yukk buru yukk..."
"Gak sabaran nih penisku...", asep tiba-tiba mengambil posisi terlentang di kasur. Ia menunggu tubuh ibuku di atasnya. Kukira sekarang mereka hendak melakukan penetrasi doubel ke dalam dua lubang milik ibu. Benar-benar gila mereka berdua.

"Ayo marniii kamu terlungkup yaahh di atas tubuh mang asep...", dayat membimbing ibuku agar menindih tubuh asep. Sementara asep menyambutnya dengan pelukan di tubuh ibuku. "Ohhhhhss keras penisku melihat ibu sudah ditunggu dua penis berukuran besar...". Lihatlah ibu malah mengarahkan batang penis asep masuk ke dalam vaginanya.

"Ahhh mang asepp, kontolnya gede banget sihhh"
"Aaahhhssss..."

"Ouuhhh baguss marniiii"
"Ouhhg nikmattt..."
"Terusshhh", lenguh nikmat asep ketika ibu menuntun penisnya

"Aahhhh manngggg, masukkk semuanyaa mang..."
"Ohhhhh..."...

Lantas, ketika penis asep masuk seluruhnya dalam vagina ibu, asep tak buang waktunya untuk segera mendekap tubuh ibu. Dilumatlah langsung mulut ibuku oleh bibir tebalnya. Sembari demikian, pinggul ibu pelan-pelan mulai naik turun, disambut penis asep yang mulai mencoba menyodok dari bawah. "Ahhhh manggg..."...

"Ohhhh marni, enak gak sering dientot sayang? Heh?", tanya asep selagi mengusap rambut ibu.

"Aahhh.... "
"Mang dayat mana, mang?"
"Sshhhh.. ohhhss..", di hadapan wajah asep, ibu menampakkan desahannya.

"Yatt, burulahhh....", seru asep.

Ketika ibu daritadi sibuk dengan asep, dayat asyik mengocok-ngocok penisnya. Kini, sesuai perintah asep, dan sesuai dugaanku tadi, dayat bersiap penetrasi ke dalam lubang anal ibu. "Ohhh bu, yuda ngaceng berat nih bu...."
"Kenapa ibuku begini, sih..", aku terus mengelus penisku dari balik celana panjangku sambil terus melihat mereka bertiga, tak peduli aku dengan bayu dan tante linda yang sudah lama menunggu.

"Ayo burulahh yaatt...."
"Biar kita sodok bareng bareng si marni", kembali asep menyeru dayat.

"Aaahh ayoo mang dayat, buruan dong..."
"Marni kepengen dientot dua kontol, mang...."
"Aahhhh....", selagi tetap turun naik digaruk penis asep, ibu mencoba melirik sebisanya ke arah dayat. Selain itu, ibu tampak memohon kepada dayat yang masih berdiri menunggu.

"Ohhh iyaa marniii... kontol mang dayat dateng ini sayang....", tak tahan terus-terusan melihat ibu disesaki penis asep, dayat barulah mulai penetrasi ke lubang anal ibu. Selagi penis dayat masuk, sembari memeluk erat, asep mencoba menahan tubuh ibu yang sedikit memberontak menahan rasa sakit.

"Aahhhh sakiittttttt manggggg", teriak ibu agak keras

"Hhee nanti enak kok sayangg...."
"biar kayak kemarin, kamu kan seneng dientot kontol kita berdua"...

"Ouuhhhh marniii seret anusmu sayang...."
"Oughhhh...", mang dayat terus berusaha menjebol lubang anal ibu.

"Gilaaaa ini semuaaa"
"Ibuku malah mengaduh nikmat...", kulihat pinggul ibu mulai disesaki dua batang penis. Malahan, dirinya menyebut-nyebut mesra nama lelaki yang sedang menidurinya. "Ahhhhh manggg dayat, mang asepp,.."
"kontol kalian berdua enaakk, mang"
"Ayooo adukk cepettt, biar kalian keluarnya bareng marni.."

Dayat yang penisnya mulai bisa menyesuaikan diri dengan lubang anal ibuku mulai bergeliat. Bersama dengan asep keduanya berlomba-lomba menggaruk kedua lubang milik ibu. Tak sampai disitu, lihatlah asep, bibirnya sibuk menetek dengan dua buah payudara ibu yang berayun bebas. Sementara dayat tengah menjambak rambut ibuku yang terkibas-kibas sebelumnya. "Ohhhhh kulihat kedua batang penis pria tersebut beriringan masuk"
"Sementara pinggul ibu terus naik turun dijejali oleh kedua penis itu.

"Aahhhh mangggg...."
"Kontol kalian udah berkeduttt...."
"Bareng yuk kita keluarnya bertigaa....", ibu bersemangat menggoyang penis yang sedang menancap pada dirinya. Sepertinya ia ingin orgasme untuk kesekian kali.

"Ouhhh yattt, kita pejuin dua lubang marni bareng yaattt"
"Ouhhhhh...."
"Marni mau dipejuin lagi yaahh?" Hhmm?", asep memelototi mata ibuku.

"Ahhhhh iyaahh"
"Biar sekaliannn keluarnyaa...."
"Hayok mangg.....", ibuku menjadi-jadi. Alhasil dayat dan asep bak kesetanan memompa penis mereka. "Ouhhhh marniii,.."
"Ini sebentar lagi mamang dayat mau keluar sayang....", dayat kulihat mengelus punggung ibu.

"Sepp kita cepetin ayoo...!"
"Siaappp yattt....!!"
"Oughhhh marnii ini penis kita berdua mau ngecrot sayanggg", kompak keduanya kulihat akan menyemburkan sperma. "Ouhhhh tak tahan aku melihat ibuku sebentar lagk orgasme bareng mereka berdua. Semakin keras saja penisku..."

"Aahhhh mangggg!!
Aahhhhhssss marniii keluar....."
"Aahhhh cretttt crruuusshhh creetttss", pada akhirnya ibuku berhasil dibuat orgasme oleh mereka.

"Aarrggghhhh inii marniiii..."
"Kitaa berduaaa keluarr juga sayaannggg"..
"Crrootttt crottt....", dayat dan asep pun melepaskan orgasme mereka seusai ibu orgasme. Selepas semuanya usai, kulihat ambrol tubuh mereka bertiga. Sedangkan aku, hanya bisa terangsang menatapnya.

"Sia-sia aku di sini......".....
"Seakan benar kata bapak jauh-jauh hari....".

###​
 
Terakhir diubah:
Berharap dapet cerita threesome Yuda Linda Bayu malah dapet Nightmare Foursome. :mati:
Tabahkan hatimu Yud, udah embat aja Rina sama Dahlia. :remas:
Ditunggu Edisi Garut yang roman2nya bakalan Foursome dah :4some:
 
Terakhir diubah:
Status
Please reply by conversation.

Similar threads

Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd