Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

Menurut pembaca siapa tokoh yang bakal MATI di episode akhir cerita 'Astaga Bapak' ?

  • Suhardi

    Votes: 92 16,4%
  • Dahlia

    Votes: 24 4,3%
  • Yuda

    Votes: 27 4,8%
  • Bayu

    Votes: 23 4,1%
  • Mang Ujang

    Votes: 394 70,4%

  • Total voters
    560
Status
Please reply by conversation.
Bimabet
kalo ekspektasi ane pengennya sih gini hu..... suhardi nikah sama nia, bayu sama yuda bisa incest sama nia, dahlia balik lg ke suhardi jd istri kedua, yuda sama bayu incest sama dahlia, orgy dah sekeluarga abis itu hahaha kalo linda blm kebayang sih hehe

ayo semangat huuuu updatenya hahaha makin mantep aja alur ceritanya
 
Suhuuu bikin DAHLIA HAMILNYA SAMA MANG UJANG DAN TERGILA2 SAMA MANG UJANG kan MANG UJANG SUDAH JAGO NDUKUN TUHH!!!! TERUS DAHLIA KAWIN SAMA MANG UJANG HU

kalo ekspektasi ane pengennya sih gini hu..... suhardi nikah sama nia, bayu sama yuda bisa incest sama nia, dahlia balik lg ke suhardi jd istri kedua, yuda sama bayu incest sama dahlia, orgy dah sekeluarga abis itu hahaha kalo linda blm kebayang sih hehe

ayo semangat huuuu updatenya hahaha makin mantep aja alur ceritanya

Waduhh usulnya ngeri juga nih...
:D
 
Kalau di liat dari Judulnya "Astaga Bapak" tapi Melebarnya Terlalu Jauh jadinya cerita ma judulnya lum singkron nich hu.... ya mudah mudahan bisa balik lg ke alur judulnya. maaf hu.. Gee13, ini Cuma Saran, Biasa Pembaca biasanya suka banyak komentar hihihi....
 
Kalau di liat dari Judulnya "Astaga Bapak" tapi Melebarnya Terlalu Jauh jadinya cerita ma judulnya lum singkron nich hu.... ya mudah mudahan bisa balik lg ke alur judulnya. maaf hu.. Gee13, ini Cuma Saran, Biasa Pembaca biasanya suka banyak komentar hihihi....

Gak melebar sih... cuma saya aja kali ya yang menempatkan partnya kurang rapi.
Saya mau bikin gemuk nih cerita, ngerucutnya ke satu arah,..
Astaga bapaknya juga sih kalo menurut saya udah cukup banyak dan setara.
-Mulai dari bapak ngajak exe tante sendiri
-masa lalu bapak yang ternyata bikin yuda puyeng kalo dia anak dari hasil tukar pasangan si bapak dengan pak usman
-sama si bapak yang bikin yuda tambah kesel, ternyata dahlia yang awalnya baik jadi istri malah digadain buat bosnya sendiri, pak arso.

Yang terakhir, ada dua astaga paling wow yang saya sengaja simpen dari awal pembuatan cerita ini.. :pandaketawa:

Tentunya muncul pas tamat aja :D
Kan bakal dapat banget tuh ;)

NB: lagipula astaga bapak di sini juga gak sesempit ke arah suhardi aja. Ada firman yang hamilin sepupu sendiri. Ada pak usman. Ada marno. Ada pak arso. Ada mang ujang.. itu kan bapak bapak semua tuh. Bapak-bapak otak cabul :ha:
 
Terakhir diubah:
[HIDE]Update

"Tujuan kita mau kemana sih mass???"
"Saya capeee......."
"Istirahat dulu sebentar...."

"Ayo kita jalan sedikit lagi mbak..."
"tanggung.... di sebelah sana ada warung...."
"Mbak bisa istirahat di sana..."

Sore hari, Nia bersama suhardi berhasil meloloskan diri dari villa pak arso. Dengan berjalan kaki nan melelahkan, mereka berdua berhasil menembus sebuah desa setelah melewati wilayah pertanian sayur mayur. Kini, nia ingin beristirahat usai pelarian, namun ia terpaksa berjalan kaki sedikit lagi, menuruti apa kata suhardi, lelaki yang ia tak kenal dan telah menolongnya dari sekapan pak bejo. Ya, tepat di sebuah warung sederhana, mereka berdua beristirahat. Nia yang tak tahu kemana dompet dan telepon genggamnya dibelikan suhardi minuman sebagai pelepas dahaga. Sementara suhardi, air mineral tak sekedar ia minum, tetapi juga untuk membersihkan lukanya. Mereka berdua duduk bersama, sambil memperhatikan aktivitas masing-masing.

Bila nia, dalam hatinya begitu berterima kasih pada suhardi, suhardi lain lagi. Suasana campur aduk sedang menyelimuti pikiran bapak satu anak ini. Sebetulnya suhardi senang bisa bertemu wanita pujaannya, yang sering ia lihat ketika secara tak sengaja melintas di jalan raya. Terlebih, suhardi telah menyelamatkan wanita itu. Jiwa ksatria nan berani sebagai seorang lelakinya mencuat, membanggakan diri sebagai seorang pria sejati. Sayangnya, ada hal yang mengganjal. Berat di pikiran suhardi, walaupun sanubarinya sudah berkata wanita dihadapannya adalah sosok yang tepat pengganti dahlia bila dilihat dari sisi fisik. Akan tetapi, suhardi harus menerima kenyataan juga bahwa wanita idamannya itu sudah memiliki anak, dan suami. Suhardi merasa harapannya pupus

"Terima kasih ya mas sebelumnyaa...", ucap nia yang tersenyum, memperhatikan suhardi yang sedang sibuk mengurusi luka.

"Yaa sudah sewajarnyalah mbak..."
"Saling membantu...", balas suhardi agak grogi memandangi wajah nia.

"Emm..."
"Gapapa itu mas, gak diobatin?", nia tiba-tiba menunjuk ke arah letak luka suhardi.

"Hmm, segini gak terlalu parah..."
"Tinggal tunggu kering saja, beres...", suhardi memperlihatkan secara jelas bagaimana luka yang ia derita.

"Oohh, gak bakal infeksi?", tanya nia sembari meminum air mineralnya.

"Justru saya menyiram air supaya menghindari infeksi..."
"Kalau mau beli obat, juga dimana?" Lingkungan sekitar suhardi dan nia, bukanlah kota dimana tersedia toko obat atau apotek.

"Iyaa sih..."..
"....."
"Maaf mas, mmm...boleh tahu namanya?"

"Nama??"
"Saya suhardi, panggil saja suhar..."
"mbak sendiri?", suhardi berkenalan, sesekali memandang, sesekali membuang muka. Sepertinya pesona nia benar-benar telah menyihir suhardi.

"Saya nia, mas.."
"Ohh iya, sekali lagi saya terima kasih sama mas suhar...."
"Atas pertolongannya tadi..."

Setelah perkenalan singkat tersebut, suhardi bertanya kepada nia, ada masalah apa dengan pak arso, sampai-sampai nia disekap dan hampir dijadikan sebagai wanita pemuas nafsu mantan atasan suhardi. Maka, tak sungkan Nia menjawab kepada orang yang telah menyelamatkannya, bahwa ia di Jakarta dihubungi pak arso dini hari. Dalam sambungan ponsel, pak arso mengatakan kalau putra nia, bayu, berada di tangan dia, Garut. Selain itu, alasan pak arso menahan putra nia, tak lain pak arso ingin nia melayaninya di ranjang. Alhasil, sebagai ibu yang baik, tentu nia mau tak mau mendatangi pak arso di villanya, Garut dengan menggunakan mobil pribadi. Malang, bukan pak arso yang berhasil ia temui, malahan lelaki lain bernama pak bejo, orang yang tadi berkelahi dengan suhardi. Untungnya,,ketika bertemu pak bejo, ia belum diapa-apakan.

Suhardi yang mendengar cerita nia, kritis sedikit. Terlebih ia mendengar ucapan pak bejo kepada nia bahwasanya pak bejo dan pak arso rindu ingin meniduri nia lagi. Ketika hal tersebut ditanyakan, nia mendadak diam. Batinnya amat malas untuk melihat masa lalu yang terkesan suram. Alhasil, mata yang berkaca-kaca tak mampu membendung air matanya yang tumpah ruah. Tak sanggup nia sebetulnya untuk menceritakan. Akan tetapi, menurutnya bagaimanapun, jika hal itu terus ia pendam, tak akan pernah ada habisnya. Alangkah lebih baik memang hal itu dikatakan ketimbang selalu menjadi beban masa lalu yang mengendap di pikirannya. Kebetulan pula di depan nia ada sosok laki-laki yang telah menolong dan mau mendengar. Sesuatu hal yang hampir tidak pernah ia alami semenjak sang suami meninggal dunia.

"Jj..jadi...."
"...."
"Saya itu sebetulnya...sssudah kkotorr mass....", sambil terisak-isak, nia menyampaikan. Lalu, dengan perlahan ia melanjutkannya lagi, "saya inii sssudah kkkotor mas,..."
"Soalnya harus saya akui, saya memang pernah ditiduri oleh mereka berdua..."

"???? Maksud mbak?", suhardi tercengang, nia ternyata lebih dari dugaannya, tak sekedar memiliki suami dan anak saja.

Lalu, nia kembali bercerita sambil menahan isak tangis.
"Awalnya itu, dari almarhum suami saya..."
"Almarhum suami saya itubpernah berselingkuh mass..."
"Ketika dia berselingkuh, di sanalah dua pria bejad itu mulanya masuk ke dalam kehidupan saya"
"Sampai-sampai, pak arso menyetubuhi saya di villanya, ketika saya berkunjung dengan almarhum suami ke sana..."
"......", air mata nia kembali tumpah.

"Emmhh, maaf,,"
"Suami mbak udah meninggal??", tanya suhardi ingin memastikan

"Iyaa, suami saya sudah lama meninggal"
"....."
"Gak cuma itu kokbmas, ayah mertua saya juga ikut-ikutan...."
"Dia malah tega menyetubuhi saya setelah suami saya meninggal..."
"......"
"Akibatnya, saya mempunyai anak dari ayah suami saya...", kembali nia menangis di depan suhardi, menceritakan semua kelamnya masa lalu dia sebagai seorang wanita.

"Hmmmm...."
"Sudah, sudah..sudah cukup mbak..."
"Tidak usah diteruskan, saya tidak ingin mbak nangis terus karena luka masa lalu...."
"Maafkan saya sebelumnya, karena saya gak ada maksudnmembuat mbak jadi bersedih begini...", suhardi mencegah nia melanjutkan cerita, meskipun ia masih penasaran keseluruhan isinya.

"......"
"Saya terkadang suka nyalahin diri saya mass..."
"Kenapa tubuh saya ini dibuat Tuhan mudah merangsang birahi lawan jenis...",..

"Sudah mbak, sudah, cukup nangisnya...", suhardi menepuk pundak nia, berusaha menenangkan hatinya. Dalam batin suhardi, ia tak bisa menyangkal, tambah terkejut dirinya bahwa nia sudah pernah dicampuri oleh lelaki lain sebagai seorang istri yang sudah bersuami dan juga memiliki seorang anak. Adapun mengetahui kasus macam tersebut, ia jadi teringat dahlia yang dulu pernah ia gadaikan pada pak arso. Suhardi pun akhirnya termenung, melamuni dosanya. Apakah begini juga perasaan dahlia dulu, samahalnya dengan nia? Ia merasa masa lalunya betul-betul jahat terhadap perempuan, terutama pada istrinya, dahlia, yang seolah-olah jadi mainan seksnya. Ditambah, tak pernah terlontar kata maaf dari mulut suhardi.

Di sisi lain, bangkitkan harapan. Status nia yang janda, membuka peluang suhardi untuk menikahinya. Apalagi suhardi sebentar lagi akan menceraikan dahlia. Dia kan menjadi seorang duda. Akan tetapi, maukah suhardi yang calon duda ini dengan janda yang masa lalunya seperti nia? Terlebih, dia harus menghidupi dua orang anak nia. Ditambah, suhardi menilai dirinya sungguh tak pantas untuk nia karena masa lalunya mirip para begundal yang nia ceritakan.
"Sudahlah mbak..., yang terpenting mbaknya sekarang 'kan udah selamet..."
"Nah, lebih baik sekarang kita pikirin nih mbak, kita mau kemana habis ini?

"......."
"Saya mau cari anak saya nih mass....."
"Kira-kira dia disembunyikan dimana ya sama pak arso?"
"Saya takut dia jadi diapa-apain", dengan mata sembab dan suasana hati yang sedang galau, nia mengatakan maunya pada suhardi.

"Hmmm..sabar yaa mbak..."
"Saya yakin kok anak mbak bakal baik-baik aja..."
"Tapi, kayaknya sebelum kita lanjutin cari anak mbak..."
"Kita musti cari tempat berlindung dulu...", ucap suhardi coba mencari akal.

"Tempat berlindung? buat apa?"
"Masalahnya saya tidak punya uang mas, dompet sama ponsel saya saja hilang, barangkali disita sama pak bejo, orang yang tadi berkelahi dengan mas"

"Hmmm...Kita perlu tempat berlindung sementara waktu mbak..."
"Saya yakin di luar sana, pak arso sedang berusaha mencari mbak dan saya..."
"Untuk itu, mbak sekarang nurut saja apa kata saya dulu ya....", terang suhardi pada nia dengan sabar.

"Hmmm yaudah mas saya nurut aja...",..

Setelah nia mau menurut, suhardi bergegas berdiri bertanya pada pemilik warung yang merupakan seorang ibu berumur 60an. Kepada pemilik warung, suhardi mengutarakan dirinya dengan nia adalah suami-istri yang sedang tersesat. Mendengar hal itu, nia sempat berniat mengajukan protes. Namun, ia terpaksa menunda sanggahannya ketika suhardi masih berbicara dengan pemilik warung. Dan, apa yang suhardi lakukan pun membuahkan hasil. Pemilik warung dengan sukarela mau menunjuk sebuah rumah yang ia pegangi kuncinya karena kebetulan pemilik rumah aslinya sedang berada di luar desa selama seminggu. Menurut penuturan suhardi kepada pemilik warung, dia dan istrinya mohon izin menumpang semalam. Sebab, mereka berdua sedang berusaha mencari anak mereka yang hilang. Pemilik warung pun membolehkan. Terlebih, suhardi memberinya secukup uang.

"Mas, kok bilangnya kita suami istri sih?!"
"Gak bisa gitu juga dong...."
"Mas mau macam-macam sama saya yaa..", nia tak menyukai yang barusan suhardi katakan. Tinggal satu rumah juga merupakan salah satu alasannya.

"Aduh! katanya mau nurut,,,."
"Kalau saya gak bilang begitu, kita gak bakalan dapat tempat numpang mbak..."
"Mbak kan tadi katanya gak punya uangg....."
"Lagipula gak bakalan kok saya berani berbuat macam-macam..."
"Kalau perlu saya tidur di luar juga gapapa..."

"Iya deh mas, maaaf...."

Kemudian dengan nia, suhardi dipandu oleh ibu pemilik warung menuju ke sebuah rumah. Rumah yang dijanjikan itu kan menjadi tempat berlindung semalam bagi mereka berdua dari kejaran pak arso yang pastinya mencari mereka, terutama nia. Suhardi mengambil keputusan demikian karena sebagai mantan anak buah tahu betul bagaimana sifat bosnya. Oleh karena itu, dia mencari jalan yang paling aman. Akan tetapi, nia justru khawatir suhardi 'kan berbuat macam-macam. Jaminan pun suhardi sampaikan. Dia akan tidur di luar rumah kalau bisa, supaya nia percaya.

Lagipula, suhardi sudah bertekad bulat tidak akan mengulangi perbuatan buruk di masa lalu. Kapok, karena hingga sekarang dia sedang menikmati imbas dari perbuatannya. Selebihnya, mana mungkin ia tega melakukan itu kepada nia. Walaupun sejatinya suhardi menyukai nia yang berstatus sebagai janda, ia sudah mengetahui bahwa nia ialah wanita yang sudah menderita akibat perbuatan jahat nan bejad para lelaki hidung belang. Tentu, sudah seharusnya suhardi tidak ingin menambah rasa derita nia. Anaknya saja belum ditemukan. Nyaris mirip dengan suhardi yang lama tak berjumpa yuda.

"Ini mbak sama masnya datang dari Jakarta?", tanya si ibu berjalan berdampingan dengan suhardi dan nia.

"Iya nih bu...", jawab suhardi tersenyum melirik ke arah nia.

"Memangnya kemana anaknya mas sama mbak, kok bisa sampai hilang?"

"Emmm...."
"Jadi begini bu,,.."
"Engghh....dia itu pamit sama kami berdua katanya mau ke Garut sama temen-temennya"
"Nah, pas temen-temennya udah pada pulang cuma dia yang belum..", suhardi berbicara terbata-bata, merangkai cerita ngarang untuk mengelabui si ibu.

"Kenapa bisa belum pulang?", si ibu penasaran.

"Enghhh...kata temen-temennya dia mau mampir ke rumah pamannya..."
"Padahal, setahu kami, kita berdua gak punya kerabat tinggal di Garut..."

"Oohhh....", sesampainya di depan pintu rumah yang dimaksud, si ibu membuka kuncinya. Lalu, ia mempersilahkan suhardi dan nia masuk ke dalam. "Hayuk mas dan mbaknya masuk....". Ketika dipersilahkan masuk, nia berbisik kesal dengan yang suhardi lakukan. "Kenapa harus sampai bohongin orang sih?!" Akan tetapi, suhardi tak menggubris, khawatir si ibu tahu. Oleh karena itu, suhardi memilih melihat-lihat suasana dalam rumah yang kan ditempatinya semalam. Sedangkan nia, ia lebih memilih duduk karena masih lelah akibat berjalan kaki dari villa pak arso.

...................​

Malam hari, suasana dingin begitu terasa di wilayah Garut dan sekitarnya. Begitu juga dengan tempat berlindung nia dan suhardi. Mereka berdua yang sedang duduk sambil bersandar di ruang tamu, melepas sedikit lelah yang masih tersisa. Semakin dinginnya, perut mereka mulai kelaparan. Cuma minum sebagai pengganjal perut sore tadi. Alhasil, suhardi berinisiatif memanggil ibu pemilik warung yang sedang berjaga. "Bu!! Ibu!! Kemarii!!"

"Iyaa mas!!", si ibu berjalan tergopoh-gopoh ke arah suhardi. Lalu, sampai di depan pintu rumah, suhardi mengajaknya masuk ke dalam ruang tamu. "Ada apa ya mas?!"

"Ada makanan apa bu?"
"Kebetulan saya lapar...", tanya suhardi sembari duduk menatap si ibu yang sedang berdiri.

"Cuma ada mie instan sama telur mas...",..

"Ohh yaudah gapapa bu.."
"Tolong bikinin satu yaa...", pesan suhardi. Namun, si ibu agak kebingungan. Melihat nia yang disebut suhardi sebagai istri mengapa tidak dipesankan. "Mbaknya gak sekalian dibuatin mas?"

Bukan suhardi yang menjawab, nia yang menyahut. "Saya lagi gak pengen makan bu..."
"Saya mau nanya, di sini yang jual pakaian dimana yaa?"
"Soalnya saya pengen mandi..."

Si ibu pun tersenyum mendengar pertanyaan nia.
"Aduh mbak, di sini beli pakaian mah di pasar"
"Enghh....."
"Kalau enggak, mbak pakai baju saya aja, gimana?"
"Kebetulan kalau dilihat dari badan mbak ada baju saya yang kayaknya pas..."

"Boleh deh bu, boleh..."
"Sekalian saya juga pengen mandinya di rumah ibu aja...", sahut nia.

"Loh kok begitu???", si ibu bingung lagi seraya melirik ke arah suhardi dan nia yang katanya merupakan pasangan suami istri.

Supaya tidak menimbulkan kecurigaan, suhardi lekas menjawab.
"Hehe..."
"Iya nih bu, biasa istri saya..."
"Pengen mandi di rumah ibu supaya bisa deket aja sama orang sini..."
"Ibu juga kan udah baik sama kita..."

"Oohh begitu, yaudah marii...", si ibu sekalian membuatkan makanan untuk suhardi, juga mengantar nia ke rumahnya. Tak hanya meminjamkan nia pakaian, tetapi juga mengizinkan nia mandi di rumahnya yang tak sebagus rumah di Jakarta.

Sambil berjalan beriringan, si ibu ngobrol dengan nia. Nia pun kelabakan meladeni si ibu yang banyak melontarkan pertanyaan yang berkaitan dengan ulah suhardi, yang telah berbohong, bahwa suhardi-nia adalah pasangan suami-istri. Tak mau dicap dan ketahuan pembohong, nia cukup mengiyakan saja, tak berani mengklarifikasi ucapan suhardi.
"Enak ya mbak punya suami..."
"Ada yang merhatiin... ,"
"Emangnya saya..."
"Suami udah lama meninggal..."
"Anak pada kerja di kotaa..."
"Sendirian jadinya...."

"Hehe iya bu,...",..

"Tiap malam ada yang nemenin..."
"Wah apalagi istrinya secantik mbak"
"Seneng pasti suaminya dikelonin...", si ibu tak berhenti-hentinya membicarakan nia, seolah-olah ngiri dengan wanita yang bersuami.

Sementara nia sedang berada di rumah ibu pemilik warung, suhardi duduk seorang diri, memikirkan hari ke depan, yang sepertinya kan semakin rumit. Ya, dia sudah mengibarkan bendera perlawanan pada pak arso karena nia yang disekap, telah suhardi bebaskan. Suhardi tak gentar sedikitpun menghadapi mantan bosnya itu. Dia sudah hafal gelagat pak arso yang dikenal licik. Paling-paling intimidasi terhadap keluarga dekat saja yang suhardi khawatirkan. Apalagi yuda sedang tak bersamanya. Tak hanya itu, suhardi merenung kembali apa yang nia ceritakan padanya. Lagi dan lagi, suhardi dihantui perasaan bersalah masa lalunya. Jika melihat penderitaan nia, begini ternyata perasaan wanita jika disakiti oleh seorang pria. Rumah tangga yang sudah cape-cape dibangun, dihancurkan begitu saja karena syahwat yang tak pernah ada habisnya. Anak pun menjadi korban yang tak tahu apa-apa dari dosa ibu-bapaknya, seperti yang menimpa pada suhardi, nia, serta firman-lisa.

Suhardi jadi tak tahu harus memulai darimana lagi hubungan dia dengan yuda. Yuda jadi benci padanya setelah tahu bahwa ibu kandungnya bukanlah ibunya yang merawat selama ini. Kesalahan yang suhardi perbuat di masa lalu terbayarkan sekarang. Tak seorang pun menemaninya di rumah. Istri meninggalkan, anak juga. Semua keperluannya harus ia urus sendiri lagi. Kasih sayang dan perhatian seorang bapak cuma bisa ia salurkan lewat uang yang dikirimkan melalui linda untuk yuda. Suhardi ingin lebih dari itu. Tak heran, memarahi dan membentak yuda dulu, semata-mata ingin yuda tidak lagi jadi anak yang malas, sebagai perhatian lebih dari seorang bapak terhadap perilaku anaknya. Sekarang, kehidupan suhardi macam pria yang hidup sebatang kara. Walaupun punya uang, ia tak punya keluarga yang bisa menghangati suasana rumah.

"Yudd,, maafin bapak yud...."
"Bapakmu ini bener bodoh!! Bodoh!!!", sambil terduduk, suhardi mengusap-ngusap wajah, mengacak-ngacak rambut yang kusut karena lama tak keramas. Kerinduan laki-laki itu kembali muncul, pada kehadiran anak semata wayang yang merupakan penyebab utamanya. Suhardi ingin berjumpa dengan yuda. Ia rindu dengan putra laki-lakinya biasa diajak ngobrol.
"Yudd bapak kangen sama kamu....", ucap suhardi dari lubuk hati yang paling dalam.
Di sisi lain, dalam pikirannya terlintas mengenai nia, sesuatu yang bakal paling berat dan menghantui suhardi jika memang benar dia berniat mau menikahi wanita itu.


Nia's outfit

"Mas suhar, kusut amat mukanya...."
"Nih mienya dari si ibu....", suhardi tertegun, melihat nia yang begitu cepat selesai membersihkanbdiri. Tak hanya itu, nia ia lihat bagai bidadari. Tak ragu jadinya suhardi untuk mempersunting nia.

"Eh?? Iya nih..."
"Mbak cepet banget selesai mandinya..", ucap suhardi menerima mangkuk berisi mie kuah dan telur.

"Gimana gak cepet, cuma sabunan aja..."
"Samponya si ibu gak cocok sama saya...", nia tengah mengangin-anginkan rambutnya supaya kering.

Sambil makan, suhardi curi-curi pandang ke arah nia yang tampak anggun mengenakan daster berwarna biru. Pikirannya juga mulai kemana-mana. Dia berandai-andai kalau nia jadi istrinya tampak kehidupan ranjang bakal harmonis, lebih dari saat bersama dahlia. Lengan nia yang gempal, buah dada yang berisi. Pinggul yang bulat, seta tubuh yang sintal. Benar-benar nia sosok istri idaman suhardi. Akibatnya, makan lahap saja suhardi menyantap mienya di tengah pikiran yang kusut.

"Maaf mas, saya boleh tanya sesuatu?", tanya nia yang sambil berdiri menatap suhardi.

"Silahkan...."

"Mas bisa ada di rumah pak arso tadi ada keperluan apa?", tanya nia dengan suara pelan.

"Ooh saya?? saya diajak aja sama pak arso ke villanya..."
"Saya juga gak tahu maksud pak arso apa.."
"Lagipula saya hari ini harus pergi kerja...", jawab suhardi dengan jujur.

"Hmmm.."
"Mas karyawannya pak arso? kerja dimana boleh tahu mas?", ketika ditanya demikian, suhardi lantas hanya menyebut nama perusahaannya.

"Ehmmm, kalau mbak sendiri?", tak mau kalah, suhardi bertanya balik.

"Saya sepeninggal suami saya, bantu-bantuin kakak saya bisnis, mas..."
"Alhamdulillah sayanya sekarang punya usaha sendiri buat hidupin dua anak..."
"Ohh ya, kalau mas sendiri, istri dan anak mas bagaimana??", nia kepengen tahu latar belakang suhardi, sosok laki-laki yang telah menyelamatkannya dari sekapan pak bejo.

Sebelum menjawab, seraya menyantap mie yang belum habis, suhardi mengawalinya dengan tersenyum.
"Istri saya sudah jatuh ke pelukan laki-laki lain mbak..."
"Anak saya, marah sama ibu bapaknya yang rencana mau cerai.."
"...."

"Hmmmm...."
"Yang sabar ya mass...", nia tak berani mengorek lebih dalam. Namun, Suhardi tetap melanjutkan apa yang dia katakan barusan pada nia. Lantas, nia pun jadi tertarik dan duduk menyimak.
"Saya juga sih mbak awalnya yang salah..."
"...."
"Saya duluan yang selingkuhi istri saya..."
"Yaudah, begini cara istri saya balas dendam sama suaminya...."
"Padahal, saya sih udah gak berselingkuh lagi..."
"Heuuhh...."
"Ujungnya, anak saya malah ikut-ikutan..."
"Dia marah sama bapak dan ibunya..."

"Hemmm..."
"Laki-laki kenapa suka begitu yaa mas....?!"
"Padahal, istri di rumah udah baik, udah setia.."
"Tetep aja laki-laki mata keranjang...", tanya nia yang heran dan jadi teringat almarhum suaminya usai mendengar cerita suhardi.

Suhardi tak menyanggah, dia membenarkan apa yang nia katakan, karena memang benar dia mengalami hal itu.
"Iya ya mbak..."
"Saya sendiri juga bingung..."
"...."
"Tapi, saya bersyukur banget sekarang udah sadar..."
"Yaaa yang namanya manusia..."
"Nyesel pasti selalu belakangan..."

"Kenapa mas bisa yakin banget kalo mas udah sadar?", tanya nia kembali, karena dia ragu dengan pernyataan suhardi.

"Gimana gak sadar sih mbak...."
"Di rumah, saya itu jadi kesepian..."
"Biasanya ada istri yang ngurusin, eh sekarang malah enggak..."
"Ada anak yang ngeramein, eh sekarang udah enggak"
"Rumah tangga saya pokoknya sudah berantakan..."
"Yaudahlah sekarang saya yang udah sadar ini cuma bisa pasrah aja, memang bener perselingkuhan itu awal dari kehancuran rumah tangga..", suhardi mengakui hal itu sebagai seorang calon duda di hadapan nia.

"Yaudah sabar aja mas, saya yakin kok mas, pasti mas dapat jodoh yang terbaik kalau mas bener-bener sadar ini..."
"Manusia kan memang gak ada yang sempurna.." tersenyum nia menatap suhardi.

"Iya mbak, sama-sama, mbaknya juga...", suhardi turut membalas senyuman nia seusai makan.

######​

"Iihhh yudaa, udahh aahh...."

"Hmmmmmm....."
"Masih kepengen nih tante sayangg,...", selepas mandi dan bercinta bersama, aku masih kepengen mencicipi tubuh tante linda, yang rasa-rasanya telah buatku jadi ketagihan. Aku coba menggoda tante linda dengan memeluk tubuhnya saat kami sedang tidur di satu ranjang yang sama. Tapinya, tante linda tak mau. Dia mengelak, ingin beristirahat total malam ini. Lagipula besok ia harus berangkat ke kantor pagi-pagi.
Meskipun demikian, kami sempat berbicara sebentar mengenai kelanjutan masalah bayu. Kepadaku, tante linda mengatakan rencananya yang tadi ia belum sampaikan. Menurut tante linda, Ia berencana mengikuti kemana alur rencana arif terhadapnya. Aku yang khawatir tante linda diapa-apakan diminta tante linda untuk tetap tenang. Apalagi kata tante linda, satpam kantornya sudah siap menjadi bodyguard buat dirinya. Dengan demikian, aku yang sudah resmi sebagai 'kekasih' tante linda tidak perlu cemas berlebihan.

Aku pun juga tidak ketertinggalan karena kebetulan aku belum menyampaikan rencanaku.
"Kita santet aja gimana?"
"Mumpung aku punya kenalan dukun nih...", ucapku spontan sembari rebah di samping tante linda.

"Terus kamu mau nyantet siapa?"
"Memang udah jelas yang salah siapa?"
"Bayu mau sekalian kamu santet juga, gitu?", tante linda tak menghendakki usulku karena siapa-siapa yang bersalah masih samar-samar.

"Iya sih, tapi aku udah keburu emosi aja nih ama orang-orang itu..., kecuali bayu loh yaaa..."
"Soalnya gelagat pak arso dan pak bejo itu udah mencurigakan duluan..."

"Iya tante tahu..."
"Tapi kamu gak bisa cepet-cepet ngambil kesimpulan gitu dong yud..."

"Hmmm iya dehhh...", aku mengalah. Namun, Aku masih berkemauan memakai jasa makhluk halus buat membereskan dua orang yang kucurigai, pak arso dan pak bejo, walaupun tante linda melarangku. Sebagai sebuah jalan pintas, entah mengapa aku baru kepikiran sekarang. Bagiku yang tak punya kekuatan apa-apa, termasuk uang, bisa mengandalkan pak ujang dengan cuma-cuma merupakan sesuatu yang berharga, siapa tahu aku bisa menggunakannya juga untuk membuat rina mau memaafkanku. Akan lebih baik aku kesampingkan dulu masalah rina. Masalah bayu menjadi prioritasku, menyangkut aku sudah menumpang di rumahnya.

Terlebih, ibunya bayu sampai malam ini belum pulang juga. Kemanakah dia yang pagi hari sudah ditemukan tidak ada di kamarnya. Kata tante linda, kita akan menunggu hingga besok. Jika masih belum ada kabar, baru kita bergegas mencari. "Haddehh, udah anaknya punya masalah, ibunya malah buat masalah baru".

Bukan hanya masalah bayu dan ibunya, aku menceritakan apa yang belum kuceriterakan, mengenai yang tante dahlia katakan ketika aku mengunjungi kontrakannya, bahwa bapak pernah menggadai 'ibuku kandungku' itu untuk kepentingan pekerjaan semata. Tante linda pun terperanjat. Apalagi ketika kukatakan bahwa tante dahlia digadaikan bapak pada bosnya. Akibatnya, mendengar ceritaku itu, tante linda mulai ragu menjodohkan ibunya bayu dengan bapak. Ia takut penyakit bapak gampang kambuhan. Bagaimana mungkin, ibunya bayu mau menerima lelaki macam bapak sebagai pemimpin rumah tangganya. Ditambah, ibunya bayu pernah mengalami masa-masa kelam dengan pria hidung belang.

"Eh iya, yud....."
"Jangan-jangan, bapak kamu ngorbanin tante dahlia sama pak arso....", tiba-tiba tante linda terbersit sesuatu yang tak kupahami.

"Maksudnya? Kenapa jadi pak arso?, tanyaku heran, karena yang ada juga mengaitkan pak arso dengan ibunya bayu, bukan tante dahlia.

"Kamu lupa yaa, foto yang kita lihat waktu itu...", tante linda berusaha mengingatkan.

"Foto yang mana???!!"
".......", aku berpikir sejenak, menengok kebelakang, barangkali ada sesuatu yang kulewati sehingga tante linda membantu untuk mengingatkannya. Mulanya, benar-benar tak aku mengerti maksud tante linda mengaitkan tante dahlia dengan pak arso. Akan tetapi, setelah kuingat-ingat....
"Aaahhh iyaa!!! Foto yang di villa pak arso..!!" Aku baru ingat sekarang. Jadi, sewaktu aku mampir di villa pak arso ketika teman tante linda, arif, mengajak, aku sempat tanpa izin masuk ke kamar seseorang yang kuduga itu kamar pak arso. Di sana aku melihat ada foto bapak bersama pak arso. Bisa ku coba tebak, andai itu benar pak arso bosnya bapak, maka pak arso benar-benar lelaki perusak tangga orang, gila perempuan pula. Kurang lebihnya gemar meniduri istri anak buahnya sendiri.

Bahkan, pikiranku mulai liar, merambat kemana-mana, apa jangan-jangan bapak mengenal almarhum bapaknya bayu? Bukankah bapaknya bayu anak buah pak arso juga? Sebelum aku berpikir terlalu jauh ke sana, alangkah baiknya besok aku kembali berkunjung ke kontrakkan tante dahlia lagi untuk memastikan benar atau tidaknya bos bapak yang meniduri tante dahlia itu adalah pak arso. Sekalian aku ingin bertemu pak ujang, mengutarakan tugasnya yang belum aku sampaikan hari ini. Aku hendak meminta pak ujang menyantet pak bejo. "Biar lelaki itu mampus duluan..."

"Kamu mikirin apa sih?"
"Udah inget belum?", tante linda daritadi memperhatikanku.

"Udah kok. Tapi itu kan belum pasti, aku besok musti tanya dulu sama tante dahlia..",..
"Ohh iya, tante linda mau mulai kapan rencananya?"

"Sesegera mungkin sih yud, tapi tante nungguin arif yang gerak..."
"Kalau tante yang mulai kan, nanti dia jadi curiga..."

"Oke deh kalo menurut tante bagusnya begitu..."
"......"
"Emmm Yuda, boleh nanya sesuatu gak?", terbenak sebuah pertanyaan di kepalaku. Aku ingin menanyakan hubungan tante linda dan om firman yang katanya tidak akan dilanjutkan, bercerai. Semoga tante linda mau menanggapinya.

"Mau nanya apa?"
"Jangan panjang-panjang, tante mau tidur nih...", kulihat kedua kelopak mata tante linda yang terkesan sayu. Namun, ia masih sanggup meladeni aku berbicara.
"Masalah tante linda sama om firman bagaimana?"
"Cerai yaa..?"

"Aduuh, kamu kok malem-malem nanya begitu.."
"Males banget..."
"Iya cerai....", jawab tante linda agak jengkel mengetahui apa yang aku tanyakan.

"Memangnya kenapa?", tanyaku masih belum puas dengan jawaban tante linda tadi....

"Kenapa ya..."
"Emmm....karena tante 'kan sayangnya sama kamu", terkesan main-main tante linda menjawab, nampak dari senyum yang keluar. Akan tetapi, aku terus memaksa sampai tante linda mau jawab dengan jujur. "Serius nih tanteee...."
"Kenapa?"

"Dih dibilangin karena tante sayang kamu..."
"Masa gak percaya...", karena tante linda bertahan dengan sikapnya yang tak mau memberitahu, aku berbalik, menakali dirinya yang coba bermain-main. Kupandangi gunung kembar tante linda yang membusung menghadap ke arahku. Meski ditutupi kaos yang ia kenakan, Aku tertarik menjamahnya di malam hari. Maka, salah tanganku merayap, menyentuhnya, hingga Tante linda bereaksi.
"Ihh apaan sihh...."

"Tante, yuda mau nenen,.."
"Katanya kan tante sayang sama yuda, sekarang biarin yuda mau lihat nenen tante....", ucapku sambil menarik-narik kaos yang tante linda kenakan. Tapi, tante linda menahannya.
"Tante ngantukkk yud...."
"Kamu gak ada cape-capenya yah..", balas tante linda yang melihatku sudah tak sabaran ingin melihat payudaranya.

Karena terus ditahan, aku mengerahkan seluruh tenagaku, "srreeeeekkkkk....", tenaga tante linda akhirnya kalah. Tersingkaplah pakaian tante linda. Tak membuang waktu, kutatap tajam payudara tante linda yang menggantung di depan wajahku. "Ohhh gak pake bh yaah tante..."
"Gede banget nih toket..."

"Yudaaaa, udahhh ahhh"
"Tante ngantuk, yud....", tante linda merengek, memintaku agar payudaranya tidak diapa-apakan. Sedangkan aku, sudah tak sabaran menyantap susu tante linda. Aku anggap saja ini pelampiasan yang tadi tak jadi menidurinya lagi.
"Urgghhh.."
"Heepppp...sruppttt....cyepphhh"

"Aaaaahhhh,....", desah tante linda, melihat bibirku mendarat, melahap puting susunya.

"Ohhh enak, sebelum tidur, yuda bisa nenen sama tante sayangg...",...
"Yuda hauss tanteee..."
"Cyepphhh,,....nyommphhh, slerrpp....", kupeluk tubuh tante linda. Malam ini, jelang tidur aku dapat kesempatan melahap bukit kembarnya.
"Aaduhhh, yaudah cepetann yudd..."
"Tante mau tidur nih...", ketika kupeluk, tante linda merangkul balik, pasrah, membiarkan puting susunya aku nikmati.

#######​

"Gitu amat ya rumah tangga mbak dahlia sama mas suhar..", ucap firman yang sedang mampir di kosan lisa bersama rido. Mereka bertiga baru saja jalan-jalan bersama bak keluarga. Padahal, lisa dan firman belum resmi menikah.

"Yaa mau bagaimana lagi...", seusai jalan-jalan dan makan malam bersama di luar, lisa dan firman mengobrol satu sama lain, membangun kembali benih-benih cinta yang telah terkubur lama. Yang mereka bicarakan sekarang ialah mengenai rumah tangga suhardi. Lisa yang tahu masalah utamanya lekas bercerita kepada firman. Namun, firman tak berbagi cerita mengenai dahlia yang pernah ditiduri mang ujang demi mendapatkan rido, anak firman-lisa.

"Tega banget yaa mas suhar...."
"Padahal, mbak dahlia itu udah baik banget..."
"Kasihan yuda kan ujungnya sekarang...", ucap firman turut prihatin. Ia tidak reaktif berlebihan sebagai adik kandung dahlia karena dia juga mempunyai kesalahan besar pada kakaknya.

"Intinya mereka pasti ceraai, mas..", sambil berbicara dengan firman, lisa memangku putranya, rido. Tak hanya gemas, dia rindu pada anak yang sejujurnya tidak dia rawat dan besarkan. Namun, ia berjanji dari sekarang tidak akan pernah lepas dari rido.

Firman merayakan kembali romantismenya bersama lisa, melupakan linda yang tak lagi dia pedulikan kabarnya. Padahal, ia masih punya urusan dengan linda, terkait perceraian mereka berdua. Bagi firman itu tidak perlu dipusingkan, antara linda dan dirinya nampak sudah satu suara, cerai. Bagaimanapun linda tetap persinggahan, pelabuhan cinta firman ketika cintanya pada lisa tak kesampaian. Linda yang tak bisa hamil juga penyebab lain mereka harus bercerai. Apalagi linda tak mau menerima kehadiran rido yang bukan anak kandungnya. Kehadiran rido seakan-akan menyindir linda yang tak bisa mengaruniai firman seorang anak.

Adapun di benak firman sekarang ialah bagaimana dia bisa sesegera mungkin menikahi lisa. Tak hanya ingin disahkan sebagai suami-istri, dia juga kangen bersebadan dengan lisa yang menurutnya amat merangsang kala mendesah. Bahkan, firman sudah punya rencana sehabis menikah ia akan membuatkan adik untuk rido. Akan tetapi, lisa sendiri saja belum mengetahui hal tersebut. Memang alangkah terlalu 'lebay' rencana firman.

"Mas, kamu tungguin rido dulu yaa.."
"Aku mau mandi dulu...", pesan lisa terhadap firman.

"Ikut dong sayang...", goda firman pada calon istrinya.

"Apaan sih kamu mass..."
"Nikah aja belum kita, udah pengen begituan".

"Hehe...
"Iya, iyaa...", firman nyengir, hanya mengangguk dan tak berani berbuat kurang ajar. Dia tentu tidak mau hubungan yang sudah baik dengan lisa rusak kembali. Alhasil, ditinggal lisa mandi, firman melepas lelah tidur-tiduran bersama rido. Ia juga sedang cape berat karena sepanjang jalan bersama lisa menggendong dan menuntun anak itu.

.................​

Masih dikosan lisa, rido tampak bermain sendirian. Entah kemana ibu bapaknya yang katanya sudah berjanji mau bertanggung jawab dan tak akan melepasnya lagi. Padahal, almarhumah ibu yang merawatnya dulu tak pernah sama sekali lepas dari rido.

"Aaaaaahhh ridooo, sabar ya sayangg"
"Mama lagi ngurusin bapak kamu dulu nih...",
"Aahhh masss...", di atas kasurnya lisa dalam keadaan bugil, merangkak bak mamalia. Di atasnya, firman sedang menindih, memeluk rindu, meremas-remas buah dada lisa si betina yang lama tak dia jamah. Kelamin mereka berdua juga sedang bertemu, kawin layaknya binatang berkaki empat.

"Urghhhh, kangen aku sama punya kamu lisaa..."
"Masih sempit ajaa yaaa..."
"Urgghh, erghhh...", vagina lisa terus ditempa penis firman, batang kelamin yang lama tak menabur benih di rahim lisa.

"Aaahhhh, terusss,...
"Kamu masih kayak dulu ajaaa sayangg.."
"Aaah...sukanya dari belakang....", lisa hanya bisa merintih ketika firman makin bernafsu memompa penisnya di liang peranakan lisa, hingga lisa terjulur lidahnya, menumpahkan ludah karena semakin nikmatnya digenjot firman.

"Orghhhh lisaaa...."
"Ayo sayang kita buatkan rido adik baru...", firman tiba-tiba saja memompa cepat. Dia berbisik demikian selagi mencumbu tengkuk lisa. Barangkali ia tak tahan melihat ekspresi muka lisa yang terus merintih-rintih sejalan dengan intensitas sodokan penis firman.
"Aaahhhh iyaaaa...."
"Adduhhhh enakkk mas firman..."
"Lisa mau itu kamu mas...."
"Ayo kita bikin anak lagiii..."

"Iyyyaaa lisaaa sayaanggg iniiiiii mas mau keluarrrr...."
"Arrgghhhhh, ayo ciuman lisa sayangkuu..."
"Unccccchhhh"
".........."
"............."

"Bbbbbbbbbbbrussssssssssssssshhhhhhhhhhh....", sebuah guyuran air dingin membasahi rambut dan wajah firman. Diikuti pula suara lantang lisa yang mendadak tak lagi mendesah.
"Masss bibir kamu kenapa manyun-manyun gitu?!!!!"
"Udah gitu kamu ngigau lagi pas tidur..."
"Nyebut-nyebut namaku, lisa sayang, lisa sayang...."
"Kamu mimpi jorok yaaa mass???!!!!
Sial buat firman yang basah kuyup, ternyata kerinduan bersetubuh dengan lisa itu hanya mimpi yang belum kesampaian lagi.
"Eeehhh lisaa???!! Ayo sayang kita bikin anak...", firman masih belum sadar.

"Hah??!! Bikin Anak??!! Anak mbahmuuu mass!!!"
"Bbbrrrrrruusssssssssshhhhhhhh....", sekali lagi lisa mengguyur air dengan gayung ke arah kepala firman, supaya firman cepat sadar dari mimpinya.

Bersambung

















[/HIDE]
 
Terakhir diubah:
Status
Please reply by conversation.

Similar threads

Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd