Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

Menurut pembaca siapa tokoh yang bakal MATI di episode akhir cerita 'Astaga Bapak' ?

  • Suhardi

    Votes: 92 16,4%
  • Dahlia

    Votes: 24 4,3%
  • Yuda

    Votes: 27 4,8%
  • Bayu

    Votes: 23 4,1%
  • Mang Ujang

    Votes: 394 70,4%

  • Total voters
    560
Status
Please reply by conversation.
Bimabet
Inget ya, masih ada penutup sehabis episode terakhir ini..

Episode terakhir

"Pak, gimana kondisi bapak sekarang?", ucapku agak kikuk, sambil berdiri didekat bapak, tak sedang mau kupikirkan dosa yang telah ia perbuat dulu setelah peristiwa naas beberapa hari yang telah lewat. "Udah baikkan?"

"Alhamdulilah, udah nih yud... Segeraann malahan....", terlempar senyum dari bapak ke arahku, tak pernah kulihat wajahnya secerah ini, tampak bugar seolah ia sudah bisa pulang ke rumah segera.

"Hhmm bagus deh, semoga bapak cepet pulih...", usai menyalami telapak tangan yang lunglai, kucengkram kuat-kuat tangan legam nan kasar milik bapak, doa dari sana mengalir dariku sebagai anak semata wayang.

Saling bertatapan sekaligus mengamati seisi kamar bapak dirawat, aku terheran-heran kemana ibunya bayu yang semalam menunggui bapak. Apakah ia menyusul putra dan kawannya di bawah, yang sedang melanjutkan tidur, tak mau mengikutiku ke atas tuk menengok bapak. Ah, rasanya tak mungkin. Kalau ya, pasti aku sudah berpapasan dengannya sewaktu menaikki lift.

"Oh ya pak, ibunya bayu kemana ya?" tanyaku memperhatikan bapak memejamkan mata, seperti hendak ingin istirahat.

Bapak pun terperanjat keheranan, seolah pertanyaanku membuat kesan takjub, "Ibunya bayu? Maksud kamu?"

"Iya, ibunya bayu, perempuan yang nungguin bapak semaleman itu..."

"Ohh mbak nia....," cetus bapak. "Dia lagi mandi tuh...." lirik mata bapak menunjuk ke arah dimana kamar mandi berada.

"Hhmmm....", gumamku yang sempat berpikir ingin mengintip ibunya bayu mandi.

"Kamu kenal dia juga, yud?" Bapak dengan terheran memandangiku. Mimik wajahnya seakan tak percaya aku mengenal ibunya bayu. Tanda tanya pun terlihat di dahinya.

"Kenal dong pak...dia itu kan yang kasih aku tumpangan selama gak di rumah..."
"Aku juga di sana sama tante linda loh pak...", jawabku pelan, sebagaimana seseorang yang tak ingin membuat kegaduhan di dalam rumah sakit.

"Ohh begitu....jadi bayu yang tadi kamu sebut itu anak laki-lakinya?"

"Iya pak, dia seumuran dengan yuda....satu sekolahan lagi...."
"Bayu juga punya ade laki-laki, namanya haris...usianya,..lima tahunan kebawah dehnkira-kira..."

"Nah, bayu dan adenya terus kemana? Kenapa gak kamu ajak sekalian naik aja, kan mumpung ibunya di sini juga...", tanya bapak memperhatikan sekelilingku.

"Kalau bayu ada pak, dia di dalam mobil sama tante linda....mereka katanya gak mau naik ke atas, jadi aku aja deh sendiri ke sini..."
"Kalau adenya sih, kata bayu sudah dititipin sama kakak ibunya.."

"Yasudah gapapa...."
"..."
"Ohh ya, yud.....maafin bapak yaa.....kamu mau 'kan? kamu udah gak marah lagi kan sama bapak, yud?", sorot mata bapak menatap wajahku, terpancar dari wajahnya selain belas kasih, ia menginginkan aku kembali ke dalam dekapannya, utuh sebagai keluarga yang tinggal dalam satu rumah. Tentu, sulit bagiku menghindar dan terus menghindar karena ia adalah memang bapak kandungku. Orang yang sudah seharusnya bertanggung jawab atas diriku dan masa depanku. Tak bisa terus-menerus aku menumpang hidup di rumah orang, membebani mereka yang walau katanya tulus memberi.

Akankah ini jadi momen yang tepat bagiku untuk berdamai dengan bapak? Bermukim lagi di rumah yang lama tak kutiduri setelah berbagai peristiwa rumit kulalui tanpanya...Dan, walau pada akhirnya, bapak turut terlibat jua, hingga tubuhnya terkapar luka di ranjang yang penuh selang yang sejujurnya aku tak begitu mengerti juga fungsinya apa.

"Heemm...gimana ya pak.......", agak sedikit berat aku menanggapi permohonan bapak. Noktah masa kelam masih ada yang terpatri dalam benakku. Itu yang membuatku ragu.

"Kalau kamu masih belum bisa, gapapa kok, yud...", tutur bapak yang tak ingin memaksa.

"Huhh...yah mau bagaimana lagi ya pak...", ujungnya aku menunduk pasrah, lelah juga rasanya aku harus ribut terus dengan bapak saat ia tak henti-hentinya memohon maaf padaku. Belum lagi, ia tempat berlindung satu yang kupunya.
"Bapak 'kan,...orang tua yuda.....yang masih satu-satunya peduli, dan yang masih sempet-sempetnya ngasih yuda uang jajan walau yuda udah benci banget sama bapak sekalipun...."
"Lagian, yuda mau kemana lagi sih pak, kalau bukan tinggal sama bapak? Yuda kan gak mungkin terus-terusan hidup numpang sama orang, sama tante linda yang jelas-jelas udah mau cerai sama om firman...", kaca-kaca mulai menghias mataku. Jantung berdebar-debar.
"Apalagi, kalau kondisi bapak udah terkapar begini, siapa lagi yang mau ngurusin bapak,... siapa?! kalau bukan yuda sebagai anak....bukannya orang lain.." lekas kupeluk bapak.
"maafin yudaaa yaa paaaakkk......yuda gak ada maksud benci sama bapaaaak kok selama ini....", Cairlah hubungan kami yang selama ini beku akibat sebuah masalah yang kuketahui belakangan.

Air mata sendu mengalir seperti sungai di musim penghujan, melepas rindu pada bapak yang selalu kuingat omelan sayangnya padaku. Kudekap erat badan kokoh bapak, meski aku tahu ia sedang terkulai cidera. Kuharap dengan dekapan ini, sirna sudah dosa pertengkaran kami berdua, luntur sebagaimana maaf yang sudah sama-sama kami haturkan.

"Iyaa, yud....bapak juga minta maaf yaa sama kamu.....bapak udah buat kamu jadi menderita begini....., bapak janji, bapak gak akan ngulangin hal itu lagi yud...", balas bapak membelai bahuku sebisanya. Begitu hangat kurasakan pelukan bapak di tengah dinginnya kota Garut yang berkabut pagi ini.

Batinku yang lepas dari belenggu terhadap bapak, berharap semoga hari kedepan tak lagi kelabu buat kami berdua samahalnya dengan sinar matahari yang mengusik pagi berkabut. Aku ingin menatap cerah masa depanku, menghapus masa lalu. Biarlah ia jadi kenangan walaupun masih ada beberapa hal yang menggantung di sana sini. Lagipula, aku sudah lakukan sesuatu untuk itu semua... semoga saja membuahkan hasil.

"Kamu bagaimana? Sudah berhasil ketemu ibu kandung kamu?", tanya bapak selagi aku menyeka air mata.

"Udah pak.., yaudalah gak usah dipikirin lagi soal ibu kandungku itu....lebih baik sekarang kita tinggal berdua aja..."

"Loh kenapa begitu?", bapak bingung.

Aku tak berusaha menjawab pertanyaan bapak karena itu kan begitu menyakitkan buatku secara pribadi tuk mengatakannya. Alih-alih aku mengalihkannya ke pembicaraan lain, terkait hubungannya dengan ibunya bayu yang kuyakini bakal lebih menarik perhatian dan menarik bagi bapak.

***​

Beberapa bulan kemudian...

Bulan demi bulan yang panjang sudah kulalui semenjak perdamaianku dengan bapak. Kini aku sudah berada di tempat sebagaimana mustinya aku berada, tempat aku dibesarkan. Ya, di kamarku tercinta. Memang paling nyaman itu tidur di kamar sendiri walaupun kenikmatannya harus kalah dengan tidur bersama dengan tante linda. Tentang wanita itu. Tante linda sendiri masih bertahan di rumah bayu. Ia masih menjalankan hari-harinya seorang diri. Entahlah.. iya akan datang atau tidak hari ini dimana om firman, mantan suaminya, akan segera melangsungkan pernikahan dengan sepupunya sendiri, tante lisa.

Aku yang sudah rapi pagi-pagi dengan batik yang jarang kukenakan, bersigap mendatangi bapak di ruang tengah. Kulihat Ia sedang asyik duduk menyeduh kopi hitam seraya menonton berita carut marut perpolitikan di televisi. Penampilannya juga sudah mirip denganku, cuma postur tubuh kami yang membedakan. Batik lengan panjang dan sepatu pantofel yang belum jua ia pakai karena masih ingin bersantai.

"Kamu sudah siap, yud?", tanya bapak memperhatikan aku yang sudah necis ini.

"Udah pak, yuk berangkat.....", bujukku sambil membetulkan kerah.

"Sebentar, bapak pake baju dulu....", seraya berdiri mengambil dan mengenakan batik, bapak mengajakku mengobrol, "Hebat ya ibumu itu....."

"Maksud bapak siapa? Tante dahlia?"

"Iya..."
"kamu tahu, yud, yang biayain pernikahan om firman dan tante lisa itu siapa?"

"Siapa? Tante dahlia?"

"Iya betul, bapak heran...katanya om kamu, ibumu itu sekarang sudah jadi wanita kaya raya, rumahnya mewah, mobilnya pun sudah dua..."

"Kok bisa ya pak? Tante dahlia udah nikah kali ya pak sama pengusaha gedongan?"

"Bapak juga gak tahu soal itu yud...om kamu aja juga gak tahu...", tutur bapak mulai mengenakan sepatu.

"Heemm....", semenjak bapak sehat, aku hampir tak pernah lagi mampir ke kontrakkan tante dahlia. Aku menganggap semua sudah selesai, tak mau mengurusi masa lalu yang malas aku untuk mengingatnya. Bukan karena tante dahlia itu pernah jadi ibuku, tetapi karena urusanku dengan pak ujang. Walaupun aku sudah tak dengar kabar lagi dari pak arso dan pak bejo yang lenyap begitu saja, tetap saja kedua begundal itu selalu menghantui pikiranku. Aku khawatir mereka menyimpan dendam pada bapak yang sudah sehat ini. Dan, pak ujang lagi-lagi tak bisa memenuhi permintaan terakhirku kala berkunjung.

Ketika kutanyakan pada tante linda dan arif kawannya, jawabannya sama. Pak arso hilang tak berjejak. Atasan mereka pula tiba-tiba sudah berganti. Kutebak Apakah pak arso sedang bersembunyi demi menyusun sebuah rencana? Aku merasa tidak sejauh itu. Tak mungkin bagiku rasanya orang memiliki dendam begitu lama, memendam dendam itu tuk dilampiaskan hingga berkarat-karat. Bisa-bisa buru-buru umur mereka habis termakan zaman, dendam itu musnah seiring berjalannya waktu.

Banyak hal yang membuatku bingung akhir-akhir ini. Selepas bapak sehat, bukan buat diriku ini tenang malah dibayangi tanda tanya. Rina pindah rumah bersama bapak kandungnya, pak usman. Tak sedikitpun ia meninggalkan pesan kepadaku apa alasan di balik kepindahannya tersebut. Walaupun aku sadari ia masih saja terus menghindariku. Parahnya, setelah ia pindah, ia benar-benar tak kulihat lagi. Rina pindah sekolah juga. Tak kuketahui kemana rina melanjutkan pendidikannya. Ketika kutanya semua teman-teman dekat rina, mereka juga tak mengetahui, berhubungan lagi juga tidak, putus begitu saja.

"Yud, kita bareng ya sama ibunya bayu....", ucap bapak selesai mengenakan sepasang sepatunya.

"Loh kok bisa ibunya bayu diundang?"

"Ya bisalah....tante lisa kan guru di sekolahan kamu..."

"Ohh iyaa ya pak....itu berarti bayu ikut juga dong pak...?"

"Bapak gak tahu soal itu, kamu lihat aja nanti....", tukas bapak bercermin sejenak.

Sesaat mengobrol dengan bapak menunggu kehadiran ibunya bayu, tiba-tiba yang kita bicarakan memberikan tanda-tanda kedatangan. Suara klakson mobil nyaring terdengar di depan halaman rumahku. "Tinn....tin.....tiinn....."
Bapak menangkap cepat. Telepati seakan ia miliki. Bapak membujukku tuk segera keluar sekaligus menutup dan mengunci semua akses masuk ke rumah.

"Yaudah yuk, yud buru....!"
"Kamu tutup dan kunci jendela sama pintu...", perintah bapak sembari jalan tegap.

"Iya, sebentar...!", jawabku bergegas tergesa-gesa, takut ketertinggalan.

***​

Siang itu, resepsi pernikahan tante lisa dan om firman digelar dengan serba mewah di sebuah aula gedung sewa yang tak murah, bertaburan pula warna warni pernak-perniknya, lantunan suara penyanyi dan band pengiring terdengar jelas sedang menyanyikan sebuah lagu dangdut di sebuah panggung, makanan di sana-sini, bertaburan, melimpah ruah menanti kudatangi. Tamu undangan datang tiada henti dengan kendaraan mereka. Sayangnya tak ada satu pun yang kukenali. Termasuk, tante dahlia, kakak kandung om firman, yang membiayai semua pernikahan ini termasuk resepsinya. Ia tak datang saat adik kandungnya sedang berbahagia. Ada apakah gerangan? Apakah ia masih takut dan malu menanggung pernikahan antara kedua sepupu itu? Terlebih, tak kulihat sama sekali keluarga dari kedua mempelai, om firman dan tante lisa sendiri. Cuma rido yang kulihat senyam-senyum bersama mereka berdua.

Aku sedang sendiri, mengamati satu per satu tamu undangan yang baru datang. Barangkali saja ada yang kukenal. Di lain hal, bapak kulihat terus menempel dengan ibunya bayu. Sulit kumengerti pula mengapa bisa bergandengan tangan. Aku tahu alasannya. Biar mereka seakan terbilang sebagai pasangam suami-istri. Padahal, belum demikian. Sebentar lagi. Statusnya masih sebatas pasangan suka sama suka.

Selain itu penampilan ibunya bayu dengan kebaya kuning emas yang ia kenakan cukup menggoda. Seksi dan berisi perempuan itu. Bakal betul-betul beruntung bapak jika mempersuntingnya sebagai istri. Lelak-lekuk dan gemulai tubuh ibunya bayu membuat para lelaki sekitar pasti ngiri dengan bapak. Aura dan pesona sensual yang dipancarkan, kuyakini bakal bikin para suami nanti malam berencana 'menghajar' istri mereka di ranjang. Kemaluan berkedut tidak pada waktu yang pas. Kecantikan istri masing-masing luput kala melihat ibunya bayu dengan rambut hitam yang dibiarkan terurai.

"Yud,...diem aja lo...***k keliling...", bayu yang mengenakan batik yang didominasi warna merah tiba-tiba menyapaku.
"Tante linda kok gak dateng sik, yud....tadi gue ajak dia gak mau masa", tanya bayu yang ternyata tidak mengetahui masalah yang selama ini dialami tante linda dan om firman.

"Enggak tahu juga, gue....", jawabku berkilah.

"Hmmm...."
"Eh lihat deh, yud....serasi banget yak bokap lo sama nyokap gue...", sambil melirik ke arah kedua orang tua kami, bayu melontarkan sebuah pujian yang nyaris belum pernah kudengar.

"Iya dong, kan mereka bentar lagi mau nikah..."

"Emangnya urusan cerai bokap lo udah kelar apa?"

"Kata bokap sih udah....", jawabku tak mengetahui secara pasti.

"Hmmmm......nyokap gue kayaknya bakal beruntung banget yah yud bisa nikah sama bokap lo nanti..."

"Kenapa lo bisa bilang begitu bay?", tanyaku heran mengapa bayu bisa ceplos berkata demikian.

"Ya gue nebak aja, intinya nyokap selalu bahagia gitu di rumah semenjak kenal sama bokap lo, yud.."
"Oh ya, lo jangan-jangan gak tahu kalo bokap lo itu suka mampir ke rumah gue...."

"Eh? Serius bay?! Bokap suka mampir?!"

"Iya, serius dong yud...masa gue bohong...."
"Nah, ada sesuatu nih, yud...yang mau gue kasih tahu ke lo...."
"Tapi lo jangan kaget yaa....", bayu hendak memberitahukan sesuatu kepadaku.

"Apa dulu...., tergantung dong....", timpalku mengisyaratkan.

"Yaudah kalau gitu, gak jadi deh gue ngasih tahu lo....", berpaling bayu dariku.

"Eit, eit, yaudah sini kasih tahu apa, buru?", aku menahan bayu, mendesaknya segera memberitahu.

"Tapi lo kaget gak nanti?", bayu kembali menengok ke arah mukaku.

"Enggak....."

"Serius nih gak kaget?", tanya bayu yang masih meragukan diriku tuk mendengar.

"Serius bay! Yaudah cepet kasih tahu.....!", aku memaksa bayu sembari memelototi kedua matanya karena ia terus mengundur-ngundur tuk memberitahuku.

"Yaudah nih, gue kasih tahu lo ya....", bayu mencari salah satu telingaku, untuk membisikkan sesuatu yang ingin ia sampaikan.
"Yud,...ternyata bokap lo udah pernah sekali ngentot nyokap gue...."

"Eh gila lo?! Yang bener?! Jangan bikin kebohongan yang enggak-enggak lagi lo, bay...", meskipun suara bayu pelan, itu cukup menghentakkan jantungku bahwasanya bapak sudah pernah meniduri ibunya bayu. Itu sama saja bapak mengulangi kesalahannya lagi, ingkar janji kepadaku.

"Ihhh serius gue kali ini, gak bohong bener, sumpah....!"

"Terus kenapa lo sebagai anak malah seneng gitu? Udah tahu nyokap lo itu ditidurin sama orang lain...lo masih waras kan, bay?"

"Waraslah....cuma beda aja ini, yudd..."

"Beda gimana sik?", tanyaku benar-benar bingung dengan sikap bayu.

"Yaa bedaaa, bokap lo kan dah janji mau nikahin nyokap gue...ya bagi gue gak ada masalah sama sekali...apalagi mereka ngelakuinnya suka sama suka...."

"Ishhh aneh lo bay, bener....."

"Aneh kenapa sih, yud?...."
"..."
"Gue gak habis pikir aja, pasti tuh toket nyokap gue udah disedot-sedot sama bibir bokap lo....eughhhh.....memeknya udah kena sperma bokap lo jugaaa heeuhhhh..."
"Jadi ngaceng gue nih, yud bayanginnya....kok sempet ya gue kelewatan momen itu....", ucap bayu mengatakannya entah sadar atau tidak. Anak kandung mana yang senang ibu kandung disetubuhi oleh orang lain yang bukan bapaknya sendiri. "Aneh si bayu....!"

Entah mengapa selagi meladeni bayu mengobrol aku merasakan kehilangan sesuatu. Kutatap sekitar dan Kucari-cari sembari berjalan pelan, tak kulihat lagi bapak dan ibunya bayu di aula tempat resepsi pernikahan om firman digelar. Kemanakah mereka? Adakah tamu penting yang menemui mereka sehingga keduanya menghilang begitu saja. Aduh, kemana lagi tuh si bapak....hm....

"Kenapa yud? Lo cari siapa?", tanya bayu yang masih belum menyadari ibunya yang sudah tak berada di gelaran pernikahan yang masih meriah ini.

***​

Aku terpaksa pulang lebih dulu. Maka, Kutinggalkan saja bayu diam-diam tanpa sepengetahuannya. Lagipula aku sedang mengejar rasa penasaranku. Kemanakah tante dahlia yang sudah mengeluarkan uang banyak untuk pernikahan om firman. Mengapa ia bisa-bisanya tak hadir? Apa ia masih tak merestui pernikahan tersebut.

"Bener gak nih dek alamatnya? Entar tahunya salah lagi...."

"Bener kok pak, tadi orang-orang sekitar sini nunjukkin alamatnya ke sini terus...", ucapku kepada supir bajaj yang daritadi menemaniku mutar-mutar sekeliling daerah tempat tante dahlia mengontrak.

"Yaudah kalau gitu, berarti bener tadi bapak nunjukkinnya..."

"Iya bener pak, tadi bapak bener kok.....yaudah nih pak ongkos bajajnya...", sambil membayar ongkos bajajku dengan kemeja batik di pundak, tak lagi kukenakan, aku lebih senang memakai kaos dalamnya yang bewarna hitam dan berbalut keringat. Sekarang Aku turun di depan halaman tante dahlia mengontrak. Cuma kali ini benar-benar ada yang berbeda sehingga menbuatku tersasar beberapa kali hanya karena tak yakin lokasi.
"Kok malah jadi rumah gede begini sekarang....halaman dan perkarangan yang banyak pohonnya kemarin kemana.....", aku bingung dan bertanya-tanya karena lokasi tempat dahlia mengontrak sudah berubah total, seratus delapan puluh derajat, sangat jauh berbeda dari sebelumnya.

Kini dihadapanku berdiri sebuah rumah mewah yang menurutku kira-kira harganya bisa mencapai miliaran rupiah. Belum lagi mobil sedan dengan cat mengkilat yang terparkir di dalamnya. Kukira mobil itu sudah pasti kena pajak berlipat. Lalu, Rumah siapakah ini? kemanakah tante dahlia sekarang tinggal? Atau, jangan-jangan ini rumah tante dahlia. Aku terdiam sejenak tuk berpikir. Tak lama ada yang menepuk bahuku, aku pun sempat terkejut ketika ia juga menyebut namaku.

"Plaaak..."
"Nak yuda?"

"Eh, pak ujang? Apa kabarnya pak......? Lama nih saya gak ketemu bapak....", lekas aku mencium kulit melar tangannya sebagaimana anak muda yang menghormati orang yang lebih tua. Aku tak menyangka pak ujang masih tinggal di sekitar sini, atau di rumah gedongan ini jangan-jangan, pikirku. Apalagi cara berbusananya lebih rapi dengan kaos berkerah biru tua, tidak seperti dulu mengenakan kaos oblong putih longgar seperti tak terurus.

"Sehat, nak yuda sendiri bagaimana? Udah lama pak ujang gak ketemu nak yuda nih...", terkikih pak ujang memandangiku seolah tak menyangka aku bisa berdiri dihadapannya.

"Sehat selalu pak, pak ujang dari mana yaa? Kaget tahu saya pak ditepuk dari belakang....hehe...."

"Maaf, maaf.... bapak itu tadi habis jalan-jalan sekitar sini aja...hirup udara bebas...."
"Ohh ya, ada apa nak yuda mampir ke sini....?"

"Sebelumnya saya boleh tanya dulu pak, pak ujang sekarang tinggal dimana ya?"
"Soalnya tempat pak ujang kok udah berdiri rumah gede ini...", aku bertanya malu-malu sekaligus menunjukki rumah besar yang ada dihadapanku.

"Yaaa pak ujang masih tinggal di sini, ini rumah pak ujang sekarang atuh nak yuda...."

"Hah?! Ini rumah pak ujang sekarang?!!" Aku dibuat sangat kaget oleh ucapan pak ujang.

"Iya, memangnya ada yang aneh nak yuda?"

"Hehe..***k ada kok paak, gak ada....", geleng-geleng aku yang masih belum percaya ini rumah pak ujang. Bagaimana mungkin ia bisa berubah jadi kaya raya mendadak setelah beberapa bulan telah kulewati. Apa ada bisnis besar-besaran yang ia jalani? Aneh.

"Nak yuda, masuk dulu yuk...., pak ujang mau kasih tahu sesuatu sama nak yuda....", ucap pak sembari membuka pintu pagar rumah yang ia akui itu miliknya.

"Kasih tahu apa yaaa, pak?" tanyaku heran.

"Masih terkait sama urusan nak yuda terakhir..", tukas pak ujang mimik wajahnya berubah tak mengenakkan. Aku pun jadi mewanti-wanti yang hendak pak ujang katakan kepadaku. Lagipula, selain hendak mencari dan menemui tante dahlia. Aku masih penasaran dengan keberadaan pak arso dan pak bejo.

"Ohhh....", dari ekspresi wajahnya kudapati, ia memberi kesan kalau ia gagal lagi menunaikan tugas yang kuberikan terakhir. Akan tetapi,..

"Tenang nak, yudaa....pak arso dan pak bejo itu udah berhasil pak ujang matiin kok, kedua orang itu sesuai dengan keinginan nak yuda...."
"Tapi, ada masalah besar yang bakal nak yuda hadapin.........", pak ujang melempar sebuah kecemasan padaku. Aku jadi tak mengerti dan menangkap maksudnya sekalipun.

"Hmmm kalau boleh tahu apa ya pak?", tanyaku amat menanti jawaban dari pak ujang sembari menginjak lantai marmer rumahnya.

"................................"

"Astagaaa Bapaaaaaaaaaaaaaaak!!!!! Emang dasar Biiiiaaaaadaaaaaabbbbb Loo pak....!!! Mampus aja lo mendingannnn!!!!"

***​

Dahlia dengan tubuh bahenol nan gempal yang dibalut daster seksi bewarna krem, dan kedua bukit payudara yang jelas-jelas sengaja ia tonjolkan, sedang mengintip dari balik tembok, mengamati mang ujang yang baru saja selesai berbicara dengan seorang remaja laki-laki yang dahulu pernah diasuhnya. Sambil mengintip tadi malahan, dahlia tersenyum-tersenyum entah apa maknanya. Sebaliknya, usai yuda pergi. Senyum itu sedikit hilang, meski sedikit masih terjaga.

Di sisi lain, Pak ujang setelah menutup pintu rumah, membiar yuda pergi, berusaha mendekati dahlia, yang ia ketahui daritadi menguping pembicaraannya dengan yuda. Menyadari hal itu, Dahlia pun buru-buru berbalik badan. Namun, pak ujang berhasil menangkap badan montok dahlia.

"Oorgghhhh....ayo mbak dahlia sayang...tugas mangg ujang selesai atuh...sekarang kasih jatah mang ujang sesuai janji mbak tadi...", tubuh sintal dahlia dipeluk erat-erat oleh mang ujang. Laki-laki paruh baya itu berhasil memeluk dahlia dari belakang, tak memberi peluang buat dahlia meloloskan diri. Alhasil lengan padat dahlia tak bisa bergerak sama sekali, dihimpit kuat oleh urat kekar tangan mang ujang yang berusaha melingkari, merengkuh payudara dahlia. Terlebih, Dahlia pun tak menolak sama sekali pelukan tersebut. Apalagi ketika kedua telapak tangan pak ujang mulai berani menggerayangi kedua buah dadanya, tak ada perlawanan.

"Ihhhh mang ujang kok gak sabaran sihhhh..aahhh....makasih ya udah urutin kemauan dahlia barusan...mudah-mudahan yuda kena hasutan kita", dahlia mulai menggelinjang, sebab liar telapak tangan kasar mang ujang yang perlahan-perlahan bermain di gundukan bukit kembar dahlia. Mang ujang memilin-milin puting wanita itu, mencumbu pula tengkuk dahlia yang berada di hadapan wajahnya.
"Nyuummphhhh....ayo mbakk, biar kamu cepet hamil anak mang ujang...."
"Lagian kan mang ujang teh udah kasih semua yang mbak dahlia mau, sekarang giliran mbak dahlia atuh kasih yang mang ujang mau..."

"Aaahhhhh iyaaa manggg.....memek dahlia siap layani kontol mang ujang lagi kok....ohhh....", mang ujang dengan celana pendeknya mulai berani menggesekkan batang kemaluan yang sudah keras dan berdiri menjulang pada belahan bokong bulat dahlia. Apalagi ia tak mengenakan celana dalam, dahlia pun demikian.

"Ohhhh mbakk, ayoo cepettt, punya mang ujang gak sabar pengen masukk nih...", rayu mang ujang semakin kuat mencengkram dan meremas payudara dahlia. Apalagi salah satu tali daster dahlia turun. Mang ujang lantas mengambil kesempatan itu untuk menyusupkan tangan sekaligus memegang salah satu buah dada dahlia.
"Mamang mau nenen juga mbakk heeuhhh...", dengus nafas mang ujang.

"Aaaaahhh iyyyaaaa manggg, ayo bawa dahlia ke kamar....dahlia juga udah kepengen dimasukkin....",tutur dahlia tak tahan dengan gesekan batang penis mang ujang di bawah sana. Apalagi hampir sering ia melayani nafsu mang ujang pasca disetubuhi di kamar lelaki itu dulu.

"Orghhhhhh.....", mang ujang langsung menyeret dahlia ke kamar.
 
Pertamax dulu kali baru baca n komen

Ninggalin misteri di akhir cerita nih suhu.. Nyiapin sequelnya ya MH 2? Hehe
Kok jadi dahlia dendam ama suhardi ya? Dan kekayaan dahlia/mang ujang? Semoga ada penjabaran di sequelnya.
Semoga suhu gee mood dan kondisi tetap baik dan bagus utk segera memulai sequel selanjutnya.. Hehe

Dan akhirnya, terimakasih sudah menghadirkan dan mentamatkan cerita2 luar biasa disini suhu...

#eh.. masih ada penutup ya
 
Terakhir diubah:
:jempol:
Woow... Ngeraaayy!!
Ending yg tak terduga... Kereen dah, pokoknya :haha:

:ampun:
Btw selamat atas rampungnya cerbung ini, terus berkarya dan... tetap semangat
:semangat:

:pandapeace:
 
Hormat sebesar-besarnya terhadap pembuat thread... Masih ditunggu untuk lanjutan dari eps terakhir ini.... Aaaaaaahhhhgrrr
 
nggak tau:takut: ini bilangnya, sebuah akhir bahagia atau awal yang buat geregetan..
mana yang selesai dan mana yang baru saja dimulai,,
nunggu epilog saja dech,,​
 
mantab huu ditunggu sekuel berikutnya...sayang ending gk ada tante linda lg ya...tapi tetep oke bgt ceritanya huu
 
Wanjir ceritanya malah gantung gini, serasa mau crotz tapi ada yg gedor pintu, arghh.. Di tunggu lanjutan ny suhu..
 
Status
Please reply by conversation.

Similar threads

Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd