Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

Ba Jing Fang Contollia

Bisa ini...
Semoga ceritanya yahud bisa menghilangkan stress....
Kalau kelamaan up ya menambahi stres.....hahahaha......
Semangat berkarya para juragan cerita...
 
Ba Xing Fang Contollia​

Pov Barra


"Plok...plok...plok"

Alunan merdu nan syahdu dari kedua paha kami saling beradu birahi.

"Aahhh...aaahhh...aahhhh" desah bu Dewi.

Ya bener, bu Dewi ini adalah guru sekolahanku dulu. Orangnya seksi lagi semok. Dadanya yang sekal dan bokongnya yang membulat selalu menjadi bahan coliku setiap pagi. Pokoknya bu Dewi ini wanita idamanku banget.

"Oohh....sempit sekali memekmu bu".

"Hosshh...hosshhh..."

"Aaahh...itu karena kontolmu yang gede sayang" desah bu Dewi yang sedang menikmati sodokan kontolku di memeknya.

"Plaakk...."

Ku tampar bokong yang semok itu.

"Oohh...lagi sayang" bu dewi keenakan.

Laksana mesin aku pacu gerakan tubuhku ini dengan rpm aaatinggi. Desah demi desah saling kami teriakkan, menikmati setiap gesekan antara kelamin. Keringat bercucuran dan hanya lengkuhan penahan hasrat yang mampu kami utarakan.

"Oohhh...." lengkuhan panjang bu Dewi menandakan jika dia mau orgasme.

Dengan semangat penuh aku pun mengejar puncak kenikmatanku sendiri yang sebentar lagi datang.

"Oohh..sayang...nikmaat banget....lebih kenceng" celoteh bu Dewi.

"Dasar bu guru binal" kataku sembari meremas kencang sepasang buah dada yang sendari tadi bergoyang-goyang mengikuti irama gerakan tubuh kami.

"Bu, bentar lagi aku mau sampai...oohhh"

"Iyaa...barengannn..."

Tiba-tiba...

"Byurrr...."

Air seember tumpah tepat di mukaku.

"Woi sapiii....bangun" teriak emak tepat di sebelahku.

"Oohhhh......aaahhhhhh" aku pun terkaget bangun dan kampretnya berbarengan dengan itu pejuku pun ikut keluar.

Untung masih ada kain sarung yang menghalanginya kalau tidak bisa jadi semprotan pejuku mampir di muka emak.

Siaaal....

"Iya maaakk...aku bangun" nadaku sedikit meninggi.

"Hehe..." ekspresi emak tanpa dosa.

Setelah itu emak pun pergi meninggalkan diriku yang masih termanggu. Masih ada rasa kesal pada emak karena mengguyurkan seember air. Lebih menyesal lagi karena kawin dengan bu dewi hanya sebuah mimpi.

Wassyuuuu....

Apes dah hari ini.

"PRAANNKKK"

Terdengar suara panci jatuh, bukan jatuh sih sebenarnya tetapi dibanting emak. Dan setelah ini pasti terdengar teriakan emak.

"Sapii ii" sungguh nyaring sekali suara emak.

Bumi pun bergoncang, dan ranjang tempat dimana aku masih mager pun bergetar.

"Iya maaakkkk" aku langsung melesat secepat gundala kebelet pipis menuju ke kamar mandi.

Sudah rapi...

Sudah ganteng...

Rambut klimis..

Kumis tipis...

Saatnya sarapan

Terlihat jelas bokong emak bergoyang kekiri dan ke kanan berdendang menyanyikan lagu nella kharisma. Sedikit agak sumbang tak sesuai nada yang seharusnya, tapi tetep aja aku nikmati.

Goyangan emakk.

"Plaaakkk"

"Sadar bego itu emaklu, masa iya lu sange" sisi malaikatku pun berkata.

"Asoy cing...goyang terusss" namun sisi iblisku membalasnya.

Huuffft...

"Sarapan ama apa makk" kataku dengen posisi siap makan.

"Eehh..sapii ii dah ganteng" celoteh emak.

"Emakk ini kasih nama bagus-bagus, brama kumbara. Ehh..malah manggilnya sapi'i" jawabku sewot.

"Jaelah...gitu aja ngambek, pan itu panggilan sayang" kata emak ngasal.

Mungkin ini sudah menjadi takdirku, harus pasrah dipanggil sapii'i ama emak. Konon dulu kata emak, aku lahir di pinggir kandang sapi. Hal itu karena saat emak hamil tua, sering bantuin bapak dan simbah untuk ngasih makan sapi peliharaan kami. Saat itu kata emak, waktu mau ngasih makan sapi dia kepleset kulit pisang kemudian jatuh terjengkang. Seketika itu juga emak mengalami pendarahan. Emak teriak menahan sakit di perutnya mungkin terjadi kontraksi. Kata emak juga dulu pas mau lahir terasa sekali kakiku nendang keras sekali. Kata emak lagi dulu aku lahirnya sungsang.

Itulah apesnya aku, lahir sungsang didekat kandang sapi.

Sekip sekip itu cerita masa lalu.

"Iya iya makk" jawabku pasrah.

Mungkin ini sudah menjadi takdirku di anugerahi wajah tampan macam bintang film, punya nama gagah terinspirasi dari cerita kolosal tapi panggilannya sapii.

Kata simbah,"ra mbois blas".

Menahan lapar karena semalem sudah bekerja keras meski sebatas mimpi, pagi ini perutku sudah keroncongan. Penderitaan ini makin lama karena emak belum selesai masak. Ditambah lagi burungku ikutan ngaceng disuguhi goyangan bokong emak. Dasar anak durhaka.

"Taraaaa.....makanan sudah siap" teriak emak mengagetkan lamunanku.

"Isuk-isuk wes ngalamun wae to le" aku hanya tersenyum.

"Mesti ngalamun jorok" sindir emak.

"Hehe"

"Ya gimana lagi mak, isuk-isuk disuguhi bokong semok megal-megol" jawabku polos seakan tanpa dosa.

"Pletakk"

Dengan gerakan yang sangat cepat, gagang sapu sudah bersarang di kepalaku dan sukses membuat benjol.

"Waduoohhh..." emak sukses membuatku berteriak kencang pagi ini.

"Bocah gemblung...emake dewe dimesumi," kesal emak.

"Ampun makk ampunn..." aku meringis sambil menahan sakit.

"Udah, buruan sarapan lalu sono pergi kuliah" emak terlihat masih kesal.

"Tapi le, emak masih seksi kan" emak berkata seperti itu dan sukses membuatku melongo.

Dengan penuh rasa kesal, aku acungkan jempol kananku padanya,"jos pokoe".

Ibu dan anak sama-sama gemblung.

Dan kami pun melanjutkan sarapan bareng. Tidak ada yang istimewa dengan masakan emak pagi ini, masih berupa nasi goreng. Namun terasa begitu istimewa, bukan karena rasa namun kedekatan kamu yang membuat istimewa. Di keluargaku hal semacan ini adalah wajib, hanya saat seperti inilah kami sekeluarga terasa lebih intim. Tiada batasan orang tua dan anak, semua menyatu. Segala macam candaan dan banyolan sering kami lontarkan, saling ejak kekurangan atau kesalahan masing menjadi warna setiap acara seperti ini.

"Oh ya makk, besok aku mau muncak sama teman-teman" ucapku disela-sela makan.

"Sama siapa" emak pun menjawab.

"Biasa lah makk...F4" selorohku.

"F4.." emak terlihat bingung.

"Flongah, Flongoh, fah, foh" jawabku datar.

"Bbuuuaaahhhhaaaa..."emak tertawa lepas.

"Tapi kagak pake muncrat keleees" aku pun sewot setelan sisa makanan emak yang ada didalam mulut sukses berpindah di wajahku.

Emak masih tertawa...

Aku hanya diam memandangnya sinis.

Emak masih tertawa dan semakin keras...

Aku masih diam dan melanjutkan makan.

"Haduhhh...udah..udahh...." akhirnya tawa emak mereda.

"Lalu kapan berangkatnya" emak kembali bertanya.

"Sabtu depan kalo ndak ada halangan" jawabku datar.

"Hmm...ok" udah gitu aja setelah wajahku penuh dengan nasi goreng lalu ditertawakan dan cuma gitu aja jawabannya. Emakku memang super sekali. Setelah itu suasana ruang makan sunyi hanya denting sendok dengan piring yang terdengar. Emak mulai kumat, ketawa sendiri kagk jelas entah apa yang ada di alam bawah sadarnya.

"Drrtt"

"Drrtt"

"Drrt"

Hanya ku pandangi saja sebuah telepon pintar yang terletak di sebelah kananku. Tidak berani aku sentuh benda pipih tersebut, karena itu sebuah hal yang terlarang di saat makan. Tatapan emak menjadi horor, setelah dengan sengaja aku melihat layar telepon pintar itu.

Aku pun terseyum..

Emak diam dan melirikku tajam..

Bulu kudukku merinding...

Burungku ngaceng...

Wasyuuu, ngaceng disaat yang tidak tepat.

Tatapan emak mereda ketika aku melanjutkan makan. Beliau kemudian tersenyum lagi.

"Belum minum obat ya makk" sindirku.

Emak hanya mengangguk.

"Ohh pantes" lanjutku kembali.

Emak tersenyum lagi.

"Emak lagi sange ya" usilku.

Emak hanya mengangguk.

"Ohh, pantes.."tambahku.

Akhirnya ritual makanku selesai. Sembari berkemas, memasukkan hape dikantong celana lalu menenteng tas dan siap berangkat kuliah.

Kemudian,

"Pantes, aku ngaceng mulu liat emak pagi ini" dan langsung lari menuju halaman dimana teman sejawatku sudah siap menungguku diatas motor.

"Anak kampret" teriak emak.

"Deziingg"

Sebilah sendok melayang tepat di sebelah telinga. Untung aku sigap dengan mengaktifkan mode sage, sehingga mampu menghindari serangan emak itu. Kalo tidak, tau deh bagaimana kabarnya telinga ini.

Semesta melindungiku saat ini, pintu depan terbuka lebar. Mempermudah diriku ini lolos dari serangan emak yang datang bertubi-tubi.

"Hahaha"

Kalian pasti heran dengan semua ini,begitu pula dengan aku yang dianugerahi keluarga unik ini.

"Gas pol pak eko" teriakku dari dalam rumah.

Dan temanku satu ini pun paham maksudku, bukan kali pertama dia melihat hal semacam ini. Bahkan dia pernah jadi tameng hidupku dari kejaran emak.

"Anak gemblung" dua kata itu langsung keluar dari mulut makhluk satu ini.

"Buahahahaha" tertawaku lepas.

Akan tetapi jauh di relung hatiku yang paling dalam aku pun mengucap maaf yang tulus pada emak, "maafkan anakmu ini makk".

Dari kejauhan emak berdecak pinggang dan menatapku kesal. Sudah tak peduli lagi dia hanya memakai daster yukensi lusuh tanpa memakai beha pula. Beruntunglah bapak-bapak yang sedang nongkrong di warung kopi depan rumah.

"Hahaha...emakku memang ajaib".



****​


Tuhan menciptakan semesta komplit dengan segala keriuhannya. Tak hanya berisi manusia, berbagai macam tumbuhan dan hewan hidup saling melengkapi satu dengan lainnya. Itupun masih ada beberapa mahluk yang tak nyata ikut menambah kesemarakan isi semesta.

Tuhan itu Maha Enjoy. Tak pernah ada hasil ciptaanNya yang tidak berguna. Walau nilainya kecil, namun masih ada unsur manfaat. Tinggal bagaimana kita melihat dari sudut pandang baik buruknya. Itulah mengapa Tuhan merasa sebal jika manusia manusia di dunia hanya bisa mengeluh tanpa melihat apa yang terjadi disekitarnya.

Tuhan juga Maha Adil. Tak ada ciptaanNya yang bisa hidup sendiri. Semua berdampingan dan saling membutuhkan satu sama lain. Tidak boleh ada egosentris diantara kita. Remahan rengginang di kaleng Khong Guan harusnya tak boleh kita habiskan tanpa sisa. Ada kalanya wajib bagi kita untuk bersedekah pada semut semut disekitar kita. Bagi kita mungkin tidak berguna tetapi bagi yang lain itu adalah suatu hal yang istimewa.

Berbekal persahabatan dari kedua orang tuanya, Dedi dan Redy berteman akrab sedari kecil. Bahkan banyak yang mengira jika mereka adalah saudara kandung. Mungkin karena kemiripan dari wajah. Berdasarkan uji forensik ahli sperma dari Amerika, mereka ini sebenarnya berasal dari sperma yang sama tapi berbeda tempat pengembangannya. Akan tetapi semua kemungkinan pasti tetap ada, prasangka minor pun sudah lama berhembus menyelimuti keduanya. Benar atau tidaknya kabar burung itu hanya kedua orang tua mereka yang tau.fufufu

Tumbuh dan berkembang bersama, membuat Dedi dan Redy selalu terlihat kompak dan saling menjaga. Seakan tidaklah lengkap jika salah satu diantara mereka tidak hadir. Terlebih baik Redy maupun Dedi terlihat lesu tanpa semangat jikalau berjauhan. Mirip dengan biji peler kita yang kembar dan tak bisa jauh satu sama lain. Desas desus yang berkembang pesat dikalangan masyarakat umum, mereka itu penyuka sejenis. Benar atau tidaknya coba tanyakan pada cermin ajaib milik ibunya cinderella.

Redy dan Dedi adalah kombinasi yang pas dan kompilt, saling mengisi satu sama lain. Dalam hal apapun itu bahkan untuk urusan seorang cewek. Sama sama punya kisah tragis nan memilukan jika berhubungan dengan wanita. Mungkin mereka berdua sengaja diciptakan dalam 1 paket khusus saat Tuhan lagi ada promo pembuatan bayi. Jika Dedi sedang bergembira, Redy akan ikut bahagia. Jika Dedi sedang patah hati, Redy lah orang pertama yang lebih bahagia. Benar benar istimewa hubungan keakraban mereka.

Ditempat yang lain, persahabatan ganjil juga terlihat. Sahabat yang saling melaknat, menghina satu sama lain. Meskipun berbeda latar belakang keluarga, mereka tetap kompak satu sama lain.

Bara begitulah emaknya memberi nama. Sebenarnya nama tersebut menjadi beban mental bagi dirinya. Kesukaan emak dalam cerita kolosal yang dulu pernah booming di era delapan puluhan. Cerita tersebut diputar di radio, dan tidak ada satu episode pun yang dilewatkan emak kala itu. Dasar emak-emak jika sudah suka sesuatu pasti akan terbawa dikehidupan nyata. Begitulah dengan emak, yang ngefans benget sama sang tokoh utama. Alhasil anak yang dilahirkannya dikasih nama brama kumbara.

Bara mungkin sekarang sudah kebal akan bullian, bahkan sudah percaya diri menjawab semua itu. Jika ada yang sampai keterlaluan membully nya, Bara tak sungkan untuk nangis gulung gulung di hadapan para pembuly nya. Sungguh sebuah aksi teatrikal yang ampuh untuk meredakan segala ledekan yang selalu di alamatkan kepadanya.

Satu lagi bernama eko, pemuda polos blesteran jawa dan sunda yang numpang lahir di ethiopia. Dengan ciri khas jambul dan hobi mewarnai rambut dengan model yang bisa dikatakan amat sangat norak tanpa rupa. Penampilannya pun tiada henti mengundang cerca para mahluk yang iri pada kegathelan sikap dan wajahnya. Mungkin bagi yang belum kenal pastilah memandang sinis padanya. Namun gaya slengannya, pak eko begitulah para sahabatnya memanggil, selalu menjadi pembeda dimana pun dia berada. Namun jika diantara keempat sahabatnya, dialah yang paling bisa berpikir dewasa dan bijak. Ya meski kadang kala otaknya suka miring dan kerap kali menjerumuskan para sahabatnya ke dalam masalah bersama sama.

Mereka berempat adalah produk gagal hasil ciptaan TuhanNya. Mau di daur ulang pun sudah tidak bisa. Maka dari itu mereka lalu ditakdirkan untuk bersama menjalani kerasnya kehidupan dunia. Karena memiliki persamaan visi dan misi untuk merubah masa depannya, mereka akhirnya sepakat bergabung ke aliran pemuja beha.

Pernah suatu ketika, mereka camping bersama pak eko mengajak Bara, Dedi dan Redy untuk mencuri beha seorang wanita dewasa yang kebetulan ada dilokasi camping tersebut. Harusnya sebagai manusia nornal mereka malu dan menolak dengan keras ide konyol pak eko. Namun sebagai pengikut aliran behaisme dan rasa solidaritas pertemanan mereka yang sudah mencapai tingkat dewa, pada akhirnya mereka rela lari dikejar massa. Sungguh pengalaman yang mengesankan dan mengenaskan tentunya.

Itu hanya sebagian kecil kisah persahabatan mereka. Tidak ada yang menyangka jikalau mereka pada akhirnya jadi sahabat sekental sperma. Perselisihan antara Bara dan Dedi di awal ospek sempat membuat mereka berempat saling bermusuhan. Saling ejek bahkan saling balas keisengan untuk mengerjai. Dan akhirnya ke empatnya dipersatukan karena Dedi dan Bara ketahuan coli bareng di toilet kampus. Tanpa ada skenario dan tidak direncanakan sebelumnya, mereka berdua ketahuan sedang mengintip Diana primadonanya fakultas ekonomi.

Suatu siang di kantin kampus...

"Woi sob, bagaimana kalo kita muncak" ucap Eko mengawali pembicaraan yang absurd.

"Muncak" jawab Bara dengan ekspresi terkejut.

"Muncak" jawab Dedi dengan ekspresi lebaynya.

"Muncak" jawab Redy tanpa ekspresi apapun.


"Dafug...Demi behaaaaa" ucap Redy lagi.

"Hahahahaha..." gelak tawa mereka pun pecah.

"Tapi aku belum pernah muncak pak" Redy pun berkata.

"Sama aku juga" Dedi menambahi pernyataan Redy.

Eko yang mendengarkan pernyataan kedua sahabatnya itu melongo. Dia seolah tidak percaya, secara usia masih muda tapi belum pernah sekalipun naik gunung.

"Kalo aku sih sudah" Bara pun berkata lirih.

Redy yang duduk tepat disebelah Bara pun mendengar perkataan tersebut. Redy seolah tidak percaya akan hal tersebut,"gunung mana yang sudah kau daki Bar?"

Bara hanya tersenyum...

Dan Dedi pun memandang Bara dengan tatapan memukau. Dia merasa takjub akan perkataan sahabatnya itu."iya..dimana bar".

"Gunung kembar emak aku lah" jawab Bara tanpa dosa.

"Wasyuuuu....Buntel Behaaaaa" jawaban kompak ketiga temannya itu.

Mereka tak menyangka jawaban ceplosan tanpa tedeng aling aling dari Bara, meskipun ada satu diantaranya yang mengetahui fakta sesungguhnya. Apa yang dikatakan Bara barusan itu tidak sepenuhnya bohong. Karena dia setiap pagi selalu disuguhi pemandangan nenen montok yang tidak pernah memakai beha. Hanya sehelai kain daster batik. Sebuah fakta yang disembunyikan.haha

"Ayolah gaes muncak napa, buat pengalaman gitu" Eko mencoba merayu.

"Hmmm...gimana ya" jawab Redy.

"Ayolah...ayolah...ayolah..." bujuk Eko lagi.

"Aku sih yes" Bara pun menyahut.

Dedi dan Redy pun masih terlihat ragu. Ini kali pertama mereka akan mendaki gunung. Butuh banyak persiapan, belum lagi perlengkapan untuk mendaki mereka berdua tidak punya.

"Udah tenang aja, untuk perlengkapan kita bisa sewa" sahut Bara seolah dia tahu apa yang sedang dipikirkan kedua sahabatnya itu.

"Tau aja lu sob" kata Dedi malu.

"Biar aku yang sewain perlengkapannya" kata Eko antusias.

"Assiiiaaaaapp..."

"Penampakan di jam 9.." kata Redy datar.

Tanpa komando lebih dahulu, mereka secara serempak kecuali Redy mencari sosok yang dimaksud.

"Diana" kata mereka serempak.

"Montok"

"Semok"

"Toge"

"Tobrut"

"Tanpa behaaaaaaaa"

Mereka terpana akan pemandangan di depannya. Mahasiswi bernama diana yang merupakan primadona fakultas ekonomi. Tidak hanya keempat lelaki absurd itu, tetapi juga setiap pasang mata yang ada dikantin. Tidak hanya pria, beberapa wanita pun memandangnya iri. Sungguh anugerah terindah yang ada di kantin ini.

"Woi udah keless, sampai segitunya" ujar Eko.

"Manuknya kenapa pak" seloroh Dedi kepada Eko.

"Buahahahahaaa" mereka serempak ketawa


****​


Diakhir minggu ini, keempat pemuda kesayangan kita yang tergabung dalam sebuah kelompok bernama the power puff boy telah memantabkan niatnya untuk mendaki gunung. Tidak ada persiapan yang berarti karena semua peralatan sudah disiapkan oleh Eko jauh-jauh hari. Empat tas carier, empat sleeping bag, dengan dua tenda ukuran sedang. Untuk bahan perbekalan semua menjadi tanggung jawab Redy selaku koki. Sedangkan untuk Dedi dan Bara kebagian untuk akomodasi dan perlengkapan tambahan.

Tepatnya dihari jumat sore...

"Makk...besok aku jadi muncak sama anak-anak lho" ucap Bara untuk kesekian kalinya dihari tersebut.

Bara paham jikalau emaknya berat untuk memberi restu padanya. Bisa dihitung dengan jari berapa kali Bara berpergian jauh dan meninggalkan emaknya dirumah. Dan itu pun diwarnai oleh telepon lebay sang emak yang bikin Bara jadi korban pembullian sahabatnya. Tak perlu diragukan bagaimana kedekatan hubungan Bara dan emaknya walau terkadang dibumbui tingkah unik dari keduanya.

Ditempat lain tidak jauh dari rumah Bara, Eko sedang mempersiapkan segala sesuatunya. Dia paham jika dirinyalah yang harus melengkapi semua perlengkapan yang ada.

"Mau muncak lagi le," tanya pak Tukijo ayah dari Eko.

"Iya pak" jawab Eko singkat.

"Opo ndak dipikir lagi le, besok itu sabtu kliwon lho" ucap sang ayah.

"Memang wonten nopo pak" tanya Eko kepada sang ayah.

Ini aneh dalam benak Eko, karena tidak biasanya sang ayah berkata seperti itu.

"Itungane dino elek le" pak Tukijo pun menjawab.

Akan tetapi jawaban tersebut tidak memuaskan hati sang anak Eko. Pasti ada kekuatiran dari sang ayah. Perlu dikatahui jika sang ayah ini merupakan pemuka masyarakat yang cukup dihormati. Beliau sering dimintai pertolongan terkait dengan kemampuan mata batin yang mumpuni. Dah hal ini sering dimanfaatkan sang anak untuk membeli togel.

"Terus pripun pak" Eko pun bertanya pada sang ayah yang kini telah duduk disebelahnya.

Mata pak Tukijo menatap nanar, pandangannya kosong dan terlihat sekali ada sesuatu yang membuatnya resah.

"Sing penting ati-ati ya le,ojo sembrono olehe tumindak. Ojo nylapar karo sing due omah. Kudu ngerti unggah ungguhe yo le," jawab pak Tukijo.

"Nggih pak" ucap Eko.

Dan Eko pun mempersiapkan kembali segala sesuatunya tanpa menyadari sesuatu yang akan dihadapinya nanti.

Sedangkan di rumah Dedi, dia masih sibuk membantu orang tuanya yang merupakan juragan beras. Diantara para sahabatnya dia lah yang paling tajir. Telepon terbaru model terpintar selalu menemaninya. Pakaian yang digunakannya juga selalu bermerk ternama.

Seusai membantu sang ayah yang sedang menghitung stok bulanan, dedi meminta izin,"bah, besok aku dan kawan-kawan mau pergi naik gunung."

"Kamu yakin nak" tanya pak Lasono atau lebih sering dipanggil abah lala.

"Iya bah, pengen nyari pengalaman naik gunung" jawab Dedi asal.

"Kamu ini, abah sih tidak masalah tapi umi mu..." belum semoat abah meramoungkan ucapnnya, sang istri umi Inayah menyela," siapa yang mau naik gunung abah," sambil melirik sang anak.

"Tuh anakmu" jawab abah singkat.

"Iya umi, aku yang mau muncak" tegas Dedi.

Umi Inayah memangdang lekat mata anaknya, dia pengen tahu keseriusan sang anak. Mengingat ini kali pertamanya dia mendaki gunung.

"Sama Redy juga kok mi," lanjut Dedi.

"Ya sudah kalo sama Redy, umi ijinin"

"Horee" Dedi kegirangan setelah mendapatkan restu dari umi.

Sejurus kemudian Dedi berlari menuju kamarnya untuk mempersiapkan segala sesuatunya. Berbekan tas carier hasil sewa, dia pun memasukkan pakaian yang akan dibawa. Dibuka kembali daftar pakaian yang telah direkomendasikan Eko sahabatnya.

"Akhirnya selesai sudah".

"Besok tinggal berangkat".

Dedi merebahkan badannya diatas ranjang, setelah seharian membantu abah kini tinggal lelahnya. Namun tiba-tiba dia bangun lalu menuju lemari pakaiannya. Dibuka sebuah kotak kayu yang tersimpan rapi di dasar lemari. Diambilnya sebuah benda yang sudah kumal dan lumayan bau.

"Aku tidak bisa pergi tanpamu" digenggam erat benda tersebut.

"Sesuai janjiku dulu, kau akan aku kibarkan dipuncak gunung" lalu diciumnya benda tersebut tanpa menghiraukan bau yang menyengat itu.

Bagi Dedi bau itu bagai wewangian surga yang membangkitkan birahi. Setelah itu dia pun memasukkan benda tersebut ke dalam tas yang besok akan dibawa pergi.


Kemudian dirumah Redy terlihat sang mama masih tidak percaya dengan omongan dia. Ijin untuk mendaki gunung masih ditangguhkan. Bukan tanpa alesan, Redy terlahir dengan fisik yang lemah. Mamanya sangat kuatir akan hal tersebut.

"Sayang kamu yakin akan hal itu" sang mama kembali menegaskan niat Redy untuk ikut mendaki gunung.

"Yakin ma, kan ada Dedi juga" jawab Redi mantab.

Karena kesungguhan dan keteguhan hati sang anak dalam meminta ijin darinya, dengan terpaksa dia pun mengijinkannya.

"Ya sudah kalo begitu, tapi kamu harus janji ya Redy untuk tidak merepotkan teman-temanmu.

"Iya mama sayang" ucap Redy senang.

"Makasih mama" lanjut Redy kemudia dia bergegas ke kamar untuk memperiapkan diri.

Semua barang-barang yang hendak di bawa sudah tersebar di ranjang. Di situ juga ada laptop dan alat penyimpan daya listrik. Semua pakaian sudah dimasukkan ke dalam tas, tinggal perangkat elektronik itu saja. Redy masih ragu untuk membawa laptop tersebut, namun dia tidak bisa hidup jauh dari perangkat itu. Bagi Redy, laptop itu laksana nafasnya sendiri. Isi yang ada di dalamnya lah yang membuat dia begitu enggan lepas.

Didalamnya terdapat nama-nama besar di dunia perfilman, sora aoi, momoka ishika, dan ria sakurai adalah beberapa diantara nama tersebut. Haha


***

"Perjalanan kita kurang lebih sejam, untuk sampai ke base camp lalu paling ndak butuh waktu empat jam untuk sampai ke puncak. Itu pun jika tidak ada kendala" terang Eko kepada sahabatnya.

"Mengingat ini perjalanan pertama kalian, jadi aku mohon kerjasamanya ya" lanjutnya lagi.

Eko memandang wajah sahabatnya dengan penuh keraguan, bukan karena apa raut wajah sahabatnya terlihat santai tiada beban. Hanya Redy yang terlihat serius.

"Untuk armada, nanti pake mobil abah aja" celetuk Dedi.

"Apaaa.." semua kaget dan tercengang.

"Napa sih sob, kliatannya gimana gitu" ucap Dedi lagi.

Terbayang sudah bagaimana memori kelam mobil itu di benak Eko, Bara dan Redy. Mendorong sejauh dua kilometer.

Gunung kembar kerangsang, itu lah tujuan ke empat pemuda menghabiskan akhir pekan. Butuh perjalanan kurang lebih satu jam untuk sampai ke base camp. Dari base camp butuh waktu sekitar empat jam untun sampai ke puncak tertinggi. Itu pun jika tidak ada kendala di perjalanannya. Mengingat jalur yang akan dilalui cukup membuat adrenalin melonjak. Ada enam pos yang harus dilalui oleh para pendaki untuk bisa menaklukan gunung itu.

Dan jalur yang bisa dikatakan cukup ekstim berada antara pos empat sampai dengan pos lima. Disitu terdapat sebuah padang savana yang luas, jika tidak pandai menentukan arah dijamin akan tersesat. Selepas savana kita dihadapkan oleh padang tandus dan berbatu. Di sana juga terdapat formasi tebing dan jurang sehingga perlu kehati-hatian.

Namun diluar dari hal tersebut, tidak banyak yang tahu jika di salah satu lereng gunung tesebut terdapat makam yang dikeramatkan. Banyak sekali yang melewatinya tidak sadar jika lokasi itu adalah sebuah makam, karena hanya terdapat sebuah batu yang amat besar dengan permukaan yang datar dibagian atas.

"Akhirnya sampai juga kita" ucap Dedi yang antusias selama perjalanan.

Namun berbeda dengan teman-temannya, perasaan was-was menyelimuti hati mereka. Selalu berdoa agar mobil yang mereka tumpangi tidak mogok dijalan. Mengingat kondisi jalan yang didominasi oleh tanjakan dan turunan tajam.

"Kenapa dengan muka kalian" seloroh Dedi saat melihat separuh wajah dari teman-temannya tampak pucat.

Dan dijawab dengan lirikan maut pemanggil hasrat.

"Buahahahahaaa...." pada akhirnya Dedi pun tertawa geli.

Dia tau selama perjalanan ketiga temannya selalu mengumpat. Dia juga paham sekali akah hal tersebut. Dan akhirnya dia menceritakan jika mobil yang ini berbeda dengan yang dulu meskipun tampilannya sama persis.

"Kampreet" kata ketiga temannya serempak.

Setelah istirahat sebentar, mereka pun beranjak ke pos penjagaab untuk mendaftar juga melengkati administrasinya. Proses ini memakan waktu cukup lama mengingat bukan hanya mereka berempat saja yang mengunjungi gunung ini. Dari daftar yang mereka isi, sudah ada seratus orang sudah berada diatas, sedang sisanya ada puluhan yang masih antri guna mendaftar seperti mereka.

"Markitkem gais" ujar Eko yang telah selesai melengkapi administrasi.

Terlihat dia juga menenteng beberapa lembar kertas, yang berisi petunjuk dan pilihan jalur.

"Disini ada tiga jalur mendaki" terang Eko.

"Kita ambil jalur tengah atau jalur ke tiga saja, kondisi trek cukup landai cocok untuk para pemula seperti kita. Meski ada selisih waktu tempuh sekitar sejam dari jalur yang lain"tambahnya lagi.

Dedi, Redy dan Bara pun setuju dan mengikuti petunjuk dari Eko. Mereka sadar jika masih awam soal gunung jadi tidak berani mengambil resiko. Bagi mereka disini hanya untuk pengalaman dan kesenangan semata. Biar ada yang disombongkan.

Dari pos penjagaan mereka pun beranjak menuju base camp, tempat tujuan pertama mereka. Rencananya disana mereka akan istirahat sejenak sebelum melakukan summit di malam harinya.

"Akhirnya sampai juga " celetuk Bara saat sampai di base camp.

"Yoyoi..." sahut Dedi senang.

Sedangkan Redy tampak begitu lelah, ini kali pertama baginya jalan kaki segitu jauhnya.

"Hosshh...hosshh...hosshh..." tampak sekali Redy kelelahan.

Eko yang berada di belakangnya pun berkata" gimana sob, lu sanggup kagak soalnya medan diatas jauh lebih menanjak dari yang tadi. Eko tampak kuatir dengan kondisi temannya itu.

"Gak apa kok, kita lanjut saja" kata Redy masih terengah-engah.

"Tapi pelan-pelan saja ya" imbuhnya lagi.

"Hahaa, tenang aja sob disini kita have fun aja jangan jadi beban" kata Dedi mencoba menetralisir keadaan.

"Betul itu, disini persahabatan kita akan diuji" kata Bara sok bijak.

"Ente kenapa pak Eko," ucap Dedi penasaran dengan temannya satu itu. Ini bukan menjadi kebiasaan Eko, diam.

"Iya bener, pak Eko diem mulu dari tadi" ucap Redy yang juga penasaran.

Bara hanya memandang sahabatnya begitu lekat, jauh didalam mata Eko serasa kosong. Pasti kalau sudah seperti ini, besar kemungkinan ada sesuatu yang kini dipikirkannya.

"Kebelet pup dari tadi" jawab Eko yang kemudian dia berlari menuju toilet.

Di area base cam ini memang disediakan toilet umum dan mushola. Ada juga bangunan yang digunakan untuk registrasi ulang juga tempat menitipkan barang.

"Aahh...legaaa.." ujar Eko yang baru datang dari toilet.

"Haha..setaan " celetuk Dedi yang tengah menikmati semangkuk mie hasil kreasi Redy.

"Nih bagianmu" kata Bara.

Disela-sela mereka menikmati makan malam itu, Bara menanyakan rencana kedepannya.

"Nanti rencana gimana pak" tanya Bara kepada Eko.

"Mengingat kondisi Redy, kita majukan saja jadwal kita. Nanti sekitar jam 9 kita sudah mulai naik dengan estimasi sampai puncak sekitar jam dua. Dengan formasi aku di depan diikuti Redy lalu Dedi dan Bara di bagian paling belakang. Disini butuh kerjasamanya dan buang jauh-jauh ego kalian. Karena kerja sama tim akan mempermudah kita. Dan yang paling penting jangan dipaksakan, jika lelah kita istirahat" terang Eko.

Semua diam saat mendengarkan penjelasan Eko. Semua paham tugas masing-masing.

"Kita nikmati saja perjalanan ini jalan pelan saja gak perlu ngejar sunset" tambah Bara yang kemudian diamini yang lain.

Tepat jam sembilan, keempatnya bersiap melakukan summit. Di awali dengan berdoa, mereka berjalan menyusuri jalur yang akan di lalui. Jalur tiga memang lebih ringan dari yang lain, dan cenderung landai karena mengambil jalur memutar. Jalur yang didominasi savana dibagian awal ini menyimpan sebuah rahasia dan rahasia tersebut akan dibuka oleh keempatnya nanti.

Sebelum memasuki kawasan savana, Eko yang berada di depan mengambil sebuah tali dari kantong tas selempangnya.

"Tali ini diikatkan di tubuh kalian masing-masing" ucap Eko.

"Kok pake ditali pak" celetuk Dedi yang belum paham.

"Di depan sana itu hamparan savana," Eko memberikan jeda perkataannya itu.

"Menurut petunjuk petugas di bawah tadi, disavana itu terdapat lokasi yang berbatasan dengan tebing, jadi untuk kemananannya perlu dilakukan hal ini. Haya untuk berjaga-jaga hal yang tak diinginkan" imbuh Eko.

Perjalanan pun dilanjutkan.

Lepas dari padang savana, tampak sekali Redy kelelahan namun diam saja. Dedi yang ada didepannya pun menyarankan sang leader untuk mencari tempat beristirahat. Akhirnya mereka beristirahan dibawah batu besar yang di sekelilingnya ditumbuhi pohon bambu. Tidak jauh dari batu besar itu terdapat sebuah mata air. Sungguh kebetulan sekali, persediaan minun mereka hampir habis.

Dedi mengeluarkan perlengkapan memasak, untuk mebuat minuman sembari melepas lelah. Suasana begitu sunyi, gesekan dedaunan bambu menambah suasana mistis. Ditambah samar-sama terdengar suara seperti rintihan seorang wanita.

Redy menggigil ketakutan, begitu juga dengan Dedi yang tengah memasak air untuk membuat kopi.

Hanya Eko dan Bara yang terlihat tenang. Keduanya tersenyum dengan keadaan ini.

"Huuu...huuu...huuuu..."

"Hiii...hiiii..hiiii"

Lengkingan suara tangis dan tawa wanita semakin jelas terdengar.

Suasana begitu mencekam, ditambah lagi suara angin disela-sela pohon bambu menambah mistis keadaan. Sekelebat bayangan hitam muncul dibalik bebatuan besar itu.

"Ggeerrg..." terdengar seperti suara binatang.

Sepasang sinar merah, terlihat dibalik gelapnya malam.

Suasana begitu mencekam.

Lelah yang begitu mendera keempatnya seketika itu hilang. Mereka satu kata dalam kondisi seperti ini, harus segera menninggalkan tempat ini. Dengan langkah cepat mereka beranjak pergi, dan kedua makhluk halus itu hanya memandangi dari atas batu besar.

Semua diam seribu bahasa, ketakutan mendera mereka. Bahkan Dedi sempat ngompol dicelana dan Redi tidak jauh beda keadaanya, tubuhnya basah karena keringat. Hanya Eko dan Bara yang terlihat santai, namun bukan saatnya bercanda meskipun di dalam hatinya tertawa saat melihat ekspresi ketakutan Redy dan Dedi.

Sesampainya di pos 5, tiba-tiba hujan turun dengan lebatnya. Hujan yang disertai angin memaksa mereka untuk mendirikan tenda. Setelah bingung mencari tempat yang aman, mereka pun mendirikan tenda di dekat batu besar dengan pertimbangan bahwa batu besar tersebut melindungi tenda mereka dari terpaan angin yang cukup kencang itu.

Didalam tenda, Eko dan Bara pun berbincang tentang keanehan yang sedang mereka alami.

"Kamu merasa ada yang ganjil kagak" ucap Eko mengawali pembicaraan tersebut.

Memang keempatnya terbagi jadi dua tenda, Bara dan Eko sedangkan Redy dengan Dedi. Disaat Eko dan Bara terjaga, di tenda sebelah Redy dan Dedi sudah terlelap tidur sambil berpelukan.

"Sudah dari base camp kita sudah diikuti kali" jawab Bara mengamini omongan Eko tadi.

"Ada ratusan mata yang mengikuti perjalanan kita tadi" tambah Eko.

"Dan puncaknya di sekitar pohon bambu tadi, mereka kumpul semua disana" lanjut Bara.

"Tapi yang paling membuat aku heran, sejak masuk pos ini tidak ada satupun dari makhluk itu yang mengikuti kita lagi" Bara mencoba memberikan analisisnya.

"Makin aneh lagi, hujan ini yang turun ditengah musim kemarau"papar Eko lagi.

"Iya betul juga. Dan kelihatannya kita harus memupuskan harapan untuk sampai dipuncak malam ini" imbuh Bara kembali.

"Semoga tidak terjadi apa-apa nanti" sebuah harapan dan juga doa yang diamini keduanya mengingat keganjilan yang ada.

"Peluk dong beb, dingin" kata Eko merajuk.

"Najis, jijik ah pak" jawab Bara bergidik jijik.

"Hahahaaa...." tawa Eko kemudian.

Tidak begitu lama mereka pun terlelap dalam mimpi.

Keempat sahabat itu tidaklah tau bahwa ada bahaya yang sedang mengintai mereka. Mereka tidak tahu juga jika hujan itu hanya turun hanya ditempat itu saja. Jalur yang mereka tempuh itu memang jarang dilalui oleh pendaki karena boros diwaktu. Karena masih awam, mereka juga tidak tahu jika jalur ini menyimpan sebuah rahasia. Di jalur itu atau lebih tepatnya dimana sekarang mereka mendirikan tenda malam itu, adalah sebuah makam keramat. Harusnya jalur sesungguhnya berada lima puluh meter disebelah kiri tempat mereka kini. Namun dengan kekuatan gaib, yang membuat hujan ini mengarahkan mereke ke tempat ini.

Dibawah batu besar itu ada makam kuno yang dikutuk. Konon makam tersebut adalah makam petapa yang dikutuk karena berbuat cabul dengan murid-muridnya. Diantara muridnya itu terdapat istri seorang pejabat kala itu. Bahkan kecabulan dan kemesumannya meracuni setiap warga desa disekitar tempat tinggalnya. Warga desa itu bebas berbuat mesum dimana saja, tanpa mengenal waktu dan tempat. Sudah menjadi kebiasaan warga desa saling bertukar istri. Pokonya kala itu seisi desa terpengaruh akan kekuatan cabul petapa itu.

Hingga suatu saat sang pejabat yang istrinya menjadi korban. Beliau meminta pertolongan seorang kyai yang sakti. Sampai saatnya, sang petapa itu dikubur hidup-hidup dan diatas makamnya di letakkan sebuah batu besar yang sudah di beri doa. Tidak hanya itu tidak jauh dari makam tersebut ada empat buat batu di arah mata angin. Keempat batu tersebut adalah perwujudan empat elemen alam sebagai penjaga makam itu. Mereka adalah babi, tapir, sapi dan kambing. Masing-masing mewakili elemen tanah, angin, air dan api.

Diceritakan lewat mulut ke mulut, bahwa untuk membuka segel kutukan itu dibutuhkan empat orang pemuda. Dan mungkin ini lah saatnya dimana ada empat pemuda berada di makam tersebut.

Hujan masih begitu deras menjelang subuh, ditambah dengan petir yang saling bersahutan. Keempat pemuda masih terjaga dalam mimpinya. Semuanya mimpi akan hal yang sama. Mereka ditemui seorang tua yang dikelilingi oleh bidadari yang sangat cantik. Kumpulan bidadari tersebut hanya menggunakan penutup dada dan kemaluan, bahkan ada diantara mereka yang telanjang bulat. Di mimpi itu pula, mereka sempat melakukan hubungan badan dengan bidadari pilihan mereka. Haha dasar mesum.

"Aaahhhh....aaahh...aaahhhhh"

"Ooohhhhhhh....." lengkuhan panjang mereka berempat menghiasi suasana pagi yang sunyi.

Keempatnya bangun secara bersamaan dan sama-sama mengumpat. Kemudian tertawa berbarengan.

"Hahahahaaaa...."

"Wasyuu..."

"Bangkeee..."

"Tai babi.."

"Kampreett..."

Saling melempat umpatan menjadi pembuka pagi ini, bagaimana tidak semua keluar dari tenda dengan noda di selangkangan. Semua ngompol atau lebih tepatnya mimpi basah.

Menyadari hal itu, Dedi bertanya" mimpi ama siapa kalian semalam".

"Bu dewi dong" jawab Bara.

"Siapa bu Dewi" tanya Redy.

Sedangkan Eko hanya tertawa geli.

"Bu Dewi itu bidadari impian, cantik berhijab, bokongnya semok dan yang paling penting nenennya guede cuy" jawab Bara meresapi imajinasinya.

"Dan satu lagi, dia itu JANDA" tambah Bara lagi.

"Mantab broo" ucap Dedi lantang.

"Kalo aku mah masih setia dengan Ratna" tambah Dedi lagi bangga.

Ratna adalah tetangga sebelah rumah Dedi yang bekerja untuk abahnya. Ibu dengan satu orang anak.

"Huuuuuu...."

"Kalo aku kak Rianti" begitu Redy mengucapkan nama itu, sontak ktiga sahabatnya heboh sendiri. Ini kali pertama Redy mengaku jika selama ini dia mempunyai fantasi dengan kaka sepupunya. Semua tahu jika kakak sepupu Redy itu semoknya maksimal. Tidak jauh beda lah dengan sosok bu Dewi yang menjadi idola Bara.

"Kalo aku..." kata Eko ragu.

Sempat dia memandangi wajah sahabatnya, terutama Bara. Karena sosok yang di mimpikannya malam tadi tidak lain adalah emaknya bara.haha.

"Sob sory ya" kata Eko pada Bara.

Bara hanya diam dan menaruh curiga. Bukan hal yang baru baginya jika memanglah sang emak menjadi fantasi Eko. Dia tak juga menyalahkan sahabatnya itu, justru malah bangga jika emaknya dikagumi lawan jenis.

"Aku mimpiin emaknya Bara" sontak seketika itu Redy dan Dedi ketawa tak beradab.

Sedangkan Bara hanya tersenyum bangga.

Begitulah mereka tiada lagi yang disembunyikan. Semua tahu keburukan dan kebiasaan satu sama lain. Walau terkadang dibuat keki oleh tingkah absurd sahabatnya itu.

"Woi sini deh bentar" teriak Dedi dari atas batu besar itu.

Di atas sana dia sedang mengibarkan benda keramat baginya, sebuah beha yang sudah kumal. Beha siapa lagi kalo buka beha Ratna, entah bagaimana Dedi bisa mendapatkan benda tersebut.

"Lihat deh sob, ada semacam tulisan di situ" ucap Dedi saat teman-temannya sudah berada di atas batu.

"Disebelah sana" tunjuk Dedi di ujung batu ini.

Karena penasaran, mereka pun mendekat ke arah yang ditunjukan Dedi tadi. Memang benar ada semacam tulisan mirip prasasti. Dengan huruf jawa kuno, mustahil bagi mereka untuk tahu ada itu.

"Kayak tempelan ini" ujar Dedi yang penasaran dan mencoba untuk menyentuh benda tersebut.

"Iya bener kayak tempelan" imbuh Redy.

"Hoi sudah-sudah gak usah diapa-apain" kata Bara.

"Iya bener, ayo mending kita siap-siap untuk turun" tambah Eko yang merasakan hal yang tidak enak saat itu.

Terlebih dia melihat jika tanah disekitar tempat itu terlihat kering dan tandus. Hanya ditempat ini saja yang basah. Itu semakin menyakinkan jika ada yang tidak beres akan tempat ini.

Belum sempat Bara dan Eko beranjak turun, Dedi dengan sengaja melepaskan batu bertulis tersebut dengan batu besar dibawahnya.

"Ternyata bisa dilepas woi" kata Dedi girang.

Tiba-tiba langit mendung dan petir menyambar sebanyak tiga kali.

"Duaarr"

"Duaarr"

"Duaarr"

Tanah dan batu besar itu bergetar, berguncang hebat. Semua ketakutan. Langit semakin pekat, dan gemuruh petir membahana. Guncangan pada batu besar itu semakin hebat dan diakhiri dengan sebuah ledakan besar.

"Duaaarrr..."

Karena besarnya ledakan tersebut, membuat keempat pemuda itu terlempar jauh ke arah empat mata angin. Bersamaan dengan itu angin berhembus sangat kencang dan menghempaskan sisa batu itu dari tempatnya. Kemudian muncul asap dari bawah batu tadi.

"Huaahahaaahhaaa....."suara tawa yang menggelegar.

Dan keempat pemuda itu terlempar jauh menuju batu yang konon menjadi penjaga makam keramat.

Mampukan keempat pemuda itu mengembalikan sosok yang tersegel itu ketempat yang seharusnya.


***

Pov sapi



"Aduh"

"Badanku terasa sakit sekali" ucapku setelah sadar.

Entah apa yang telah terjadi, terakhir yang aku ingat adalah sebuah ledakan besar dari batu yang kami pijak. Entah seberapa jauh aku terlempar, yang jelas kini aku berada di padang savana kemarin.

"Kenapa tubuhku jadi begitu berat" ucapku dalam hati.

Kemudian aku periksa setiap jengkal kaki dan tanganku, tidak ada yang luka bahkan lecetpun tidak. Padahal aku terjatuh tepat diatas sebuah formasi batu yang cukup besar. Ketika berdiri, aku bisa melihat bahwa formasi batu ini seolah-olah melambangkan sesuatu. Entah apa itu aku pun tak tahu dengan pasti.

"Lho-lho kenapa ini" semakin merasa aneh dengan tubuhku ini.

"Apa yang terjadi dengan diriku ini" aku pun terkejut saat melihat tangan dan kaki mulai berubah.

Secara perlahan tubuhku membesar, sehingga aku pun jatuh dengan posisi merangkak. Dan dibagian bokong terasa sekali sebuah nikmat yang menjalar disekujur tubuhku, kemudian aku pun berteriak "aaaaarrrggggh...".

Sakit sekali, tulang belakangku seperti ditarik paksa. Awal yang nikmat namun berakhir dengan penderitaan.

"Mooooo....." suaraku pun berubah seperti seekor sapi.

"Mooooo....tidaaakkk" aku berteriak sekencang mungkin.


****​
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd