Salam hormat buat admin, super moderator, moderator, guru besar, suhu, master dan semua sobat reader yang ane hormati.
Ijinkan ane memposting cerita ini sebagai partisipasi ane untuk ikut meramaikan event tahunan Lomba Karya Tulis Cerita Panas 2019 (LKTCP 2019). Semoga event tahun ini lebih meriah, dan semakin semarak.
Cerita ini hanyalah fiktif belaka baik nama, tempat maupun kejadiannya. Jika ada kesamaan dari cerita ini di kehidupan nyata, itu hanya kebetulan semata.
Semoga terhibur dengan sajian cerita ini, selamat membaca....!!!
Back To Nature
By rad76
Senin 3 September 2018By rad76
“Ya, hallo...!” Terlihat Raka Aditya sedang menerima telepon. “Apaaaa?! Papa meninggal.” Nampak wajah sedih meliputi pria berusia 31 tahun tersebut setelah ia mendapatkan kabar duka tentang Ayahnya, gagang telepon yang dipegangnya sampai terlepas dari tangannya.
Mendengar teriakan suaminya, Karmila Aldi Supratman (Mila) berusia 28 tahun berlari mendekati dan memeluk suaminya dengan erat. “Kenapa dengan Papa, Mas?” Mila terlihat ikut panik.
“Papa udah ga ada, Dik. Papa meninggal.” Raka menjawab lirih pertanyaan istrinya tak terasa air matanya tak terbendung lagi.
“Innalillahi Wa Inna Ilaihi Rojiun. Papa..... Hiksss....” Mila sudah tidak bisa membendung air matanya. Dia menangis sesegukkan.
“Kita mesti segera ke sana Dik supaya bisa segera mengurus jenazah Papa. Kamu segera berkemas, kita berangkat sekarang juga!”
“Iya Mas, Adik mau berkemas dulu sekalian mau bangunin Dimas.” Mila segera bergegas menuju kamar Dimas putra sulung mereka yang baru berusia 4 tahun.
Sepeninggal sang istri, Raka tertunduk lesu. Dalam hatinya ia berkata, “Pa, maafin Raka.” Matanya berkaca-kaca, dia kembali teringat dengan almarhum Papanya, ingatannya kembali saat-saat kebersamaannya dengan Papa dan Mamanya.
●°●°●°●°●°●°●°●
Delapan tahun yang lalu....
Senin, 7 Juni 2010....
“Raka, dari mana saja kamu? Jam segini baru pulang.” Terdengar lantang suara Bagas Adi Utama menegur keras putranya tersebut.
“Biasa, Pa. Namanya anak gaul ya habis dari dugem lah.” Dengan santai Raka menjawab pertanyaan Papanya dan dengan cueknya ia pergi berlalu meninggalkan Papanya.
“Mau jadi apa kamu Raka? Papa pusing lihat kamu seperti ini terus. Kapan kamu mau mandiri dan bisa menyenangkan orangtua?”
“Ah Papa bawel...! Ga kayak Mama tuh! Nyantai aja kali, Pa. Umur Raka ‘kan, masih muda. Raka mau menikmati masa-masa muda Raka. Dadah Papa...!” Sambil melambaikan tangannya Raka segera meninggalkan Papanya yang hanya bisa mematung dan menahan emosinya.
“Udahlah, Pa! Biarkan saja Raka seperti itu nanti juga dia berubah.” Tiba-tiba Henny Dwi Lestari muncul, mendekati suaminya dan mencoba menenangkan suaminya yang terlihat kesal dengan tingkah laku putra semata wayang mereka tersebut.
“Sampai kapan, Ma?” Bagas spontan menjawab omongan istrinya dengan nada tinggi. “Boro-boro mau ikut bantu perusahaan kita, kuliah aja dia ga bener. Mau jadi apa dia nantinya?”
“Sabar Pa. Papa tenang dulu...! Duduk dulu ya!” Henny mencoba menenangkan suaminya yang nampak kesal atas kelakuan Raka. “Bik Tina... Bik...!”
“Iya, Nya.” Dengan sedikit membungkukkan badan seorang ART itu menghadap Henny yang merupakan majikannya.
“Bik, tolong bikinin kopi buat Tuan ya.” Henny dengan lembut memerintahkan ART-nya tersebut. “Oiya, sekalian juga siapin untuk makan malan.”
“Iya, Nya. Permisi!” Bik Tina dengan sigap segera membalikkan badan dan segera berlalu menuju dapur.
Sementara itu di dalam kamar Raka, Raka terlihat sedang menerima telepon dari sahabatnya.
“Gimana Bos, ntar malam jadi ‘kan kita pesta lagi?”
“Jadi dong. Ntar gue jemput lo jam 10 malam.” Sahut Raka melalui HP-nya.
“Ok siap Bos. Oiya, gue udah kontak dan booking dua cewek cantik buat nemenin kita ntar malam dijamin oke deh mereka berdua. Muda dan cantik-cantik. Bos tinggal transfer aja ke rekening Claudya 10 juta, hehehe...”
“Kali-kali lo yang bayarin, Yo. Hehehe...” Kekeh Raka lewat HP-nya. “Yaudah, lo kirim sekarang nomor rekening Claudya. Kalo soal duit, no problem for me. Gue transfer sekarang. Yang penting kita bisa happy fun tonight.”
“Nomor rekening Claudya ntar gue WA, Bos. Hahaha...” Terdengar suara dari orang yang berbicara dari ujung telepon sana. “Bos emang terbaik deh. Yaudah gue booking tempat dulu buat kita clubbing ntar malam.”
“Siip. Rio, udah dulu ya. Gue mau mandi dulu.” Raka mengakhiri pembicaraan ditelepon lalu ia bergegas menuju kamar mandi yang juga berada di dalam kamarnya tersebut.
Setelah selesai mandi ternyata sudah ada pesan WA masuk ke Hp-nya beserta kedua foto cewek yang mereka booking. Raka sempat memperhatikan dengan seksama kedua foto Wanita Panggilan (WP) tersebut yang memang sesuai dengan kriterianya, dia pun segera mengirim uang sepuluh juta rupiah ke rekening Claudya sesuai informasi dari Rio sahabatnya tadi.
Jam 8 malam, Raka turun ke bawah, dia sudah duduk di meja makan untuk makan malam bersama Papa dan Mamanya.
“Ka, kuliahmu gimana?” tanya Henny memulai percakapan mereka saat makan malam karena hanya saat makan bersama inilah mereka bisa berkumpul itupun tidak sering mereka lakukan bersama.
“Pusing Ma. Gara-gara Si tua Prof. Hendrawan itu mata kuliah Raka ga lulus-lulus. Padahal mata kuliahnya itu sangat penting di jurusan Raka di teknik Sipil.”
“Emang kamu ada masalah apa dengan Beliau, Nak? Kamu belajarlah menjadi dewasa dan menjaga sopan santunmu terhadap Dosen karena mereka itu yang memberikan ilmu dan pengalaman mereka buat bekalmu di masa depan.” Henny memberikan nasehatnya buat Raka dengan nada suara yang lembut hingga Raka menyimaknya dengan baik.
“Iya, Ma. Raka akan mengingat pesan Mama.”
“Percuma Ma menasehati Raka. Omongan kita hanya masuk kuping kanan keluar kuping kiri.” Celetuk Bagas sinis.
“Bikin bad mood makan. Mending Raka keluar dan senang-senang sama Rio aja.” Raka beranjak dari tempat duduknya namun berusaha dicegah oleh Henny.
“Raka, mau kemana lagi kamu Nak?” tanya Mamanya baik-baik dan berusaha mencegah Raka supaya tidak keluyuran malam ini. “Jangan pergi ya udah malam ini.”
Namun Raka seolah tidak menggubris omongan Mamanya. Dengan cueknya dia nyelonong pergi tanpa sepatah kata pun terucap dari bibirnya.
“Biarin aja, Ma. Dilarang juga tetap aja dia pergi.” Bagas nampak kesal dengan sikap Raka yang sepertinya tidak menghargai orang tuanya.
●°●°●°●°●°●°●°●
Dengan mengendarai mobil Jaguar, Raka mulai menyusuri jalanan Jakarta yang mulai sedikit lancar setelah sore tadi sempat padat dan macet. Sekitar 30 menit kemudian mobil Jaguar yang dikendarai oleh Raka mulai memasuki halaman rumah Rio.
“Bos, ganteng banget malam ini.” Rio menyapa Raka ketika Raka baru saja keluar dari mobilnya.
“Bullshit. Lo puji gue pasti ada maunya. Hahaha...” Raka tertawa dan kemudian keduanya tos dengan gaya mereka berdua.
“Ini Bos foto Claudya.” Rio memperlihatkan foto Claudya lewat Hp-nya.
“Kalo yang ini Siska, Bos.” Kembali Rio menunjukkan gambar Siska lewat HP-nya.
Sebelum sampai di night club, Raka dan sahabatnya yang biasa dipanggil dengan nama Rio terlebih dahulu menjemput dua cewek cantik bernama Claudya dan Siska di tempat kost mereka. Siska memakai tangtop berwarna biru sebagai baju atasannya dipadu-padankan dengan bawahannya hotpant berbahan jean berwarna yang sama dengan atasannya. Sedangkan Claudya menggunakan kaos merah sebagai atasannya dipadu-padankan dengan celana hotpant selutut berwarna biru. Claudya dan Siska selain tercatat sebagai mahasiswi semester 3 di salah satu universitas swasta terkenal di Indonesia, keduanya berprofesi sebagai wanita panggilan (WP) hight class dengan bayaran yang tentunya sangat mahal untuk booking dua wanita cantik ini.
Jam 11.00 wib mereka berempat telah sampai di Exodus Club yang berada di daerah Karet Kuningan Jakarta Selatan. Satu persatu pengunjung mulai memasuki gedung itu untuk menikmati hiburan malam yang kata anak jaman now disebut juga ‘DUGEM’ atau Dunia Gemerlap. Di dalam gedung itu terlihat cahaya lampu yang berwarna-warni, dilengkapi pula dengan layar monitor LED dan sofa yang empuk membuat siapapun yang akan datang ke tempat ini akan merasa nyaman berada di sana.
Suasana semakin semangat dengan tampilnya seorang DJ yang mulai memperagarakan kemampuannya mengolah lagu-lagu yang hits. Hampir semua pengunjung tempat itu mulai berjingkrak-jingkrak, ada yang bergoyang, ada yang hanya menggelengkan kepala, ada yang berteriak histeris. Ada yang ikut bernyanyi, menyanyikan lagu yang dimainkan oleh DJ. Bahkan ada pula yang berseru menyebut nama DJ tersebut.
Sementara itu, di salah satu sudut di gedung itu terlihat dua pemuda sedang duduk santai di sofa. Di atas meja sudah tersedia 4 botol whiskey. Kedua pemuda itu datang ke tempat ini ditemani oleh dua wanita cantik berpakaian sexy. Pemuda berkulit putih, memiliki tubuh sixpack, berpostur tinggi sekitar 175 cm dengan berat badan 68 Kg bernama Raka Aditya atau biasa disapa dengan panggilan Raka (23 tahun) duduk ditemani oleh wanita cantik bernama Claudya disapa dengan panggilan Dyah (19 tahun) wanita cantik blasteran Indo-Jerman. Di sebelah kanan Raka adalah sahabatnya yang bernama Rio Hargianto atau Rio (23 tahun) berkulit sawo matang, tinggi badan 173 cm berbadan kekar ditemani wanita cantik berambut panjang bernama Siska (19 tahun).
“Just for fun malam ini, jangan pulang sebelum mabuk! Hahaha...” Raka tertawa senang sembari menuangkan botol minuman beralkohol itu ke dalam gelas-gelas yang ada di atas meja tersebut.
Setelah gelas-gelas itu terisi minuman lalu masing-masing mengambil gelas-gelas tersebut dan melakukan tos sebelum mereka meminumnya.
“Glek.. Glek.. Glek..” Raka meminumnya tanpa berhenti hingga gelas yang dipegangnya itu telah kosong tak bersisa. “Aahh...! Benar-benar nendang nih minuman.” Gumam Raka setelah menghabiskan minuman tersebut. Lalu ia menuangkan kembali botol itu ke dalam gelas minumannya.
“Ka, isiin lagi dong!” Claudya menyodorkan gelas kosongnya pada Raka, lalu Raka menuangkan botol itu ke gelas yang dipegang Claudya. “Ntar kamu mabuk, Dyah?”
“Udah sering gue minum Whiskey. Ga ‘kan bikin mabuk kok.” Claudya menenggak minuman itu dan menuntaskan minuman itu dalam sekejap. “Ah, lumayan bikin hangat nih minuman.”
Mereka berempat bersantai menikmati suasana di club malam itu, alunan musik yang dimainkan oleh Dj semakin menyemarakan suasana di tempat itu, membuat kita terbawa dan ingin mengekspresikan dengan gerakan kepala maupun tubuh.
Namun tanpa disadari oleh mereka ada sepasang mata yang memperhatikan mereka dari kejauhan. Sosok lelaki berkaca mata hitam bertubuh kekar itu terus saja memandang ke arah Raka, Claudya, Rio dan Siska dengan tatapan mata yang tajam. Dengan HP di tangannya lelaki misterius itu mengambil foto Raka dan teman-temannya lalu mengirimkannya ke seseorang melalui WA. Beberapa menit kemudian lelaki itu nampak tersenyum setelah membaca pesan WA yang baru saja masuk, isi WA itu memerintahkannya untuk terus mengamati Raka dan jangan sampai kehilangan jejaknya.
“Mas Rio, ngelantai yuk...!” Siska berdiri dan langsung menarik tangan Rio.
“Ok beib. Tapi kamu makan ini dulu biar kita makin happy di sana nanti!” Bisik Rio dan ia pun langsung memasukkan dua butir pil itu ke mulut Siska.
“Kalian berdua mau ini juga?” Rio menunjukkan pil yang dibawanya kepada Raka dan Claudya.
Claudya mengadahkan tangannya dan menerima dua butir pil yang diberikan oleh Rio dan segera menenggak dua butir pil tersebut. Sementara Raka menolak dengan halus dengan memberi kode pada Rio.
“Yuk beib, kita ngelantai aja! Biarkan aja mereka berdua di sini!” Bisik Siska pada Rio.
“Ayo...!” Rio merangkul Siska, keduanya berjalan menuju floor tempat pengunjung yang ingin ngedance atau ngelantai.
Setelah ditinggal oleh Rio dan Siska, Claudya menggeser duduknya, lebih mendekati Raka dan menyenderkan tubuhnya ke Raka. Raka tersenyum sambil mengelus rambut pirang Claudya.
“Kamu ganteng banget, Ka.” Bisik Claudya suaranya terdengar parau dan berat.
“Kamu juga cantik, Dyah.” Raka menegakkan kepala Claudya kemudian mencium bibirnya.
“CUUUPPP....” Keduanya berciuman dengan sangat mesra, mereka seolah cuek dengan keadaan sekitar.
“Ah...! Gue kok sange ya.” Claudya membatin dalam hati. “Apa pil tadi itu obat perangsang?”
“Dyah, Kita lanjutin pestanya di apartemen gue. Yuk kita samperin Rio dan Siska sekarang!” Bisik Raka lalu menggandeng Claudya menuju floor tempat para pengunjung ingin ngedance.
Suasana di floor semakin ramai, semua orang yang berada di sana semua pada bergoyang dengan gerakan mengikuti irama dari alunan musik DJ. Siska dan Rio terlihat berada di tengah-tengah kerumunan. Siska bergerak erotis di dalam dekapan Rio, tubuhnya meliuk-liuk bagaikan penari ular. Sedangkan Rio di belakang Siska memeluk pinggang wanita cantik itu sambil ikut bergoyang mengimbangi gerakan erotis dari Siska.
“Bro, cabut Yuk. Kita terusin pestanya di apartemen gue aja.” Bisik Raka di telinga Rio sohibnya tersebut.
“Ok Bos.” Jawab Rio lalu ia membisikkan sesuatu di telinga Siska.
Mereka berempat mulai meninggalkan klub malam tersebut setelah Raka membayar semua tagihan. Mereka berempat bergerak menuju parkiran mobil.
●°●°●°●°●°●°●°●
Selama dalam perjalanan dari klub malam ke apartemen Raka, Rio yang duduk di kursi belakang bersama Siska sudah tidak bisa mengendalikan nafsu mereka. Tangtop yang dikenakan oleh Siska sudah terbuka karena kelincahan tangan Rio. BH berwarna hitam yang menutupi payudaranya kini mulai terpampang bebas. Raka hanya geleng-geleng kepala saat melihat tingkah keduanya dari kaca mobil depan. Melihat Raka geleng-geleng kepala, Claudya jadi penasaran dan menengok ke belakang. BH berwarna hitam milik Siska sudah lepas dari tempatnya sehingga sembulan payudara yang putih mencuat ke permukaan.
“Asta... Ups...!” Sedikit kaget Claudya melihat semua itu, namun dia cepat sadar dan segera menutup mulutnya sendiri supaya suara kagetnya tidak sampai membuat heboh.
“Ah...! Mas Rio nakal...!” Desah Siska manja atas perlakuan nakal Rio.
“Sluurrpp...” Rio mulai menghisap puting susu Siska yang mulai terlihat mengembang. Sedangkan tangannya yang lain ga mau diam, tangan kanannya Rio
sudah berhasil melucuti hotpant Siska. Kini di bagian bawah tubuh Siska hanya tersisa secarik kain berwarna hitam yang masih menutupi kewanitaannya.
“Ohh...”Desis Siska sambil ia mengeramasi rambut Rio. Ketika dirasakannya tangan itu sudah berhasil menggeser celana dalamnya dan menguak lebar kewanitaannya itu.
Melihat semua itu Claudya hanya bisa menelan ludah, tiba-tiba libidonya pun ikut naik setelah melihat kejadian itu. Lalu ia alihkan pandangan matanya ke sebelah kanan dimana saat itu Raka sedang menyetir mobil. Claudya yang berprofesi sebagai wanita panggilan jelas tidak sungkan untuk memulai percumbuan, tanpa malu-malu tangan lentiknya mulai menarik resliting celana Raka kemudian memasukkan tangannya ke celana dalam Raka.
“Eh, stop it..! Gue lagi nyetir nih! ” Raka nampak kaget karena kenekatan Claudya barusan.
Claudya tersenyum dan hanya menempelkan jari telunjuknya ke bibir Raka. “Lo fokus aja nyetirnya, sambil lo nikmati blowjob gue.”
“Besar dan panjang.” gumam Claudya kaget setelah merasakan kejantanan Raka yang ternyata memiliki ukuran yang besar dan panjang. “Penasaran gue pengen lihat aslinya.”
Dengan cekatan Claudya segera mengendurkan ikat pinggang Raka sehingga celana Raka melorot dan terbuka lalu Claudya pun mengeluarkan penis Raka dari celana dalamnya.
“Gila, kontol lo besar dan panjang, Ka.” Bisiknya ke Raka. “Gue bantuin lo sampe keluar.” Claudya mulai menjilati area kejantanan Raka. “Sluuurrrpphh... Emuaach....”
“Ahh...!” Raka mendesis dan spontan menjambak rambut Claudya.
“Himana mmmm... Eemmaakk Ghhaakkk...” Claudya berusaha ngomong sambil ia tak henti-hentinya mengeluar-masukkan penis Raka ke dalam mulutnya.
“Gila, enak banget seponganmu say. Ohhh... Yang dalem, say. Ahhh...” Raka begitu menikmati apa yang dilakukan oleh Claudya pengen rasanya ia mengekspresikan perasaannya dengan memejamkan mata namun ia sadar bahwa saat ini ia sedang membawa mobil. Sambil berusaha tetap fokus namun menikmati sensasi nikmat di kejantanannya yang semakin lama semakin basah oleh liur Claudya.
“Gggghhhkkk...” Claudya berusaha memasukkan kontol Raka lebih dalam hingga masuk ke dalam kerongkongannya. Dia melakukan teknik deepthroat. Raka yang merasakan sensasi nikmat di kejantanannya malah membenamkan kepala Claudya makin ke dalam dan menahan kepala Claudya supaya terus berada di tenggorokan Claudya selama mungkin.
Claudya sempat kehabisan nafas saat ia berusaha menahan kontol Raka selama mungkin dan begitu kontol itu terlepas dari mulutnya. “Uah... Hosss... Uwek... Gila lo mau bunuh gue, Ka.” Claudya terlihat cemberut dan kesal dengan perlakuan kasar Raka barusan.
“Sorry say. Nih gue kasih hadiah!” Raka merasa bersalah dan berusaha meminta maaf pada Claudya dengan sedikit merayunya. “CUUUPPP....” Sebuah ciuman mesra mampir di bibir Claudya.
“Ntar aja, kita lanjut lagi di apartemen. Gue bakalan bikin lo klepek-klepek.” Ujar Raka sambil mencolek dagu Claudya.
“Lo buktiin aja omongan lo. Awas aja kalo lo sampe K.O duluan!” cibir Claudya, dia membantu membetulkan kembali pakaian Raka yang tadinya acak-acakan tersebut kini kembali rapi.
Sementara itu di jok belakang, Rio kini sudah menurunkan celananya sekaligus mengeluarkan penisnya dari sarangnya dan bersiap memasukkan penisnya tersebut ke vagina Siska yang kini sudah terlihat basah.
“Aaarrrgghhh....” Keduanya berteriak bersamaan saat kedua alat kelamin mereka telah bersatu. Kontol Rio dengan gagahnya telah bersarang di dalam vagina Siska. Posisi bersenggama mereka dalam posisi Women On Top (WOT) dengan saling berhadapan dan berpelukan satu dengan yang lain.
“Ohhhhhh.” Lenguhan suara Siska nyaring hingga membuat Claudya menoleh ke belakang.
“Gila kalian berdua malah beneran ngewek. Udah ga kuat ya kalian. Hehehe...” Kekeh Claudya setelah melihat keduanya terus berpacu mengejar orgasme mereka yang akan sampai sesaat lagi.
“Terus goyang Beib, gue bentar lagi mau nyampe.” Rio sangat bersemangat ia sudah tidak peduli lagi dengan kondisi di dalam mobil, yang ada di pikirannya bagaimana supaya dia segera memperoleh kenikmatan yang tertinggi dalam persetubuhan singkat itu.
Siska yang berada di atas tubuh Rio terlihat begitu menggebu-gebu, kedua tangannya meremas-remas kedua payudaranya sendiri. Siska seperti sedang mengejar orgasmenya. Tubuhnya bergerak semakin liar dan tak beraturan, kadang gerakannya maju mundur, kadang bergerak berputar dan kadang bergerak naik turun dengan cepat.
Hingga beberapa detik kemudian keduanya nyaris bersamaan mendapatkan orgasmenya.
“Aaaarrrggghhh....” Crooottt... Crooottt... Croooottt...” Rio terlebih dulu mendapatkan ejakulasinya, sperma kental tersebut menembak dengan kencang ke dalam vagina Siska.
“Ohhhhhh.... Gue nyampe Rio... Suuurrrr.... Suuuurrrrr” Teriak histeris Siska saat dia menjemput orgasmenya dan cairan kewanitaannya menyembur dengan deras bersatu dengan sperma Rio.
Mobil yang dikendarai Raka akhirnya sampai juga di basement gedung apartemen di daerah Menteng Mereka berempat keluar dari mobil. Claudya bergelanyut manja dalam dekapan Raka sementara Siska dan Rio berjalan bergandengan tangan dengan senyum merekah dari bibir keduanya. Mereka berempat berjalan menuju lift yang akan mengantarkan mereka di lantai 10.
Selasa, 8 Juni 2010, pukul 00.30 wib...
“Tring....” Lift itu berhenti tepat di lantai 10. Satu persatu mereka keluar dari lift menuju apartemen no. 10-J.
Begitu mereka sudah berada di dalam apartemen. Rio berbisik pada Raka. “Ka, gue ke mini bar lo, ya. Kamu mau nyoba nggak?.” Raka menggelengkan kepala. Rio pun berjalan menuju mini bar tersebut.
“Wow...! Apartemen lo bagus banget Ka.” Claudya berdecak kagum saat sudah berada di dalam apartemen Raka.
Apartemen Raka mempunyai tiga kamar utama berukuran 5x5 meter persegi, masing-masing kamar memiliki kamar mandi dengan fasilitas kamar mandinya berstandar hotel bintang 5. Sedangkan di sudut kanan terdapat mini bar yang memiliki berbagai macam jenis dan merk minuman beralkohol dengan harga yang mahal seperti; The Winston Coctail, minuman ini berharga 12.926 US dolar atau setara dengan Rp. 175 juta. The Dalmore 62, whiskey termahal di dunia yang hanya diproduksi sebanyak 12 botol saja. Hanganya setara Rp. 300 juta. Dan beberapa botol champagne yang berasal dari negara-negara eropa.
“Ka, kamar mandinya di mana?.” Siska bertanya pada Raka letak kamar mandi di apartemen ini.
“Emang mau ngapain lo di kamar mandi?” goda Raka sambil senyum pada Siska.
“Gue mau bersih-bersih dulu, say.” Bisik Siska genit. “Gue kesel sebenarnya sama Rio, tadi main crot aja di dalam. Untung gue udah KB kalo ga bisa bunting gue.”
“Hahaha...” Raka tertawa terbahak-bahak mendengar omelan Siska, setelah itu Raka menjelaskan sekaligus memberitahukan letak kamar mandinya. “Di apartemen ini, masing-masing kamar ada kamar mandinya. Kamu bisa pilih; mau kamar yang ini, yang itu atau yang sana.”
“Yaudah gue masuk sini aja ya.” Bisik Siska sebelum masuk kamar Siska sempat mencium bibir Raka. “CUUUPPP” “Gue pengen ngewek sama lo, Ka. Akan gue kasih service terbaik gue buat lo.”
Claudya sedikit merengut karena merasa dicuekin sama Raka dan sempat cemburu saat Siska dan Raka berciuman. Melihat itu Raka langsung menggoda Claudya dengan candaannya. “Lo manyun gitu malah bikin gue makin terangsang.”
Claudya mulai tersenyum. “Lo bisa aja, Ka. Jujur gue emang wanita panggilan tetapi baru kali ini gue nyaman bertemu dengan klien kayak lo. Lo itu bisa bikin gue cemburu.”
Raka hanya tersenyum, dia berusaha membuat suasana nyaman tetapi tetap menjaga jangan sampai terbawa perasaan.
“Kita nikmati aja malam ini, just for fun!” Raka menggandeng Claudya menuju sofa dan keduanya langsung duduk di sana. Raka pun menyetel TV LED berukuran 90” dan juga menyalakan home theather-nya. Nampak di layar kaca ternyata sebuah film porno Jepang dengan pemeran wanitanya Maria Ozawa atau Miyabi.
Tanpa diduga Claudya malah memulai terlebih dahulu, dia segera melabuhkan ciumannya ke bibir Raka. “CUUUPPP” Mendapatkan ciuman yang hangat dari Claudya, Raka pun menyambutnya dengan hangat hingga keduanya semakin hanyut dan terbuai dalam percumbuan di atas sofa yang empuk.
“Smoooccchhh.... Sluuurrrppphhh...” Suara perpaduan bibir antara Raka dan Claudya membuat suasana ruangan itu semakin panas, ditambah desahan suara Miyabi yang terdengar dari sound system di home theather serta di layar TV Miyabi sedang dicumbu oleh dua orang lelaki. Lelaki pertama sedang meremas dan menghisap payudara Miyabi. Sedangkan lelaki kedua sedang menjilati vagina Miyabi.
“Ohhh...!” Seru Claudya ketika merasakan lincahnya lidah Raka saat menjilati leher yang merupakan titik sensitifnya. Claudya hanya bisa mengusap rambut Raka sebagai pertanda ia sangat menikmati cumbuan dari Raka.
“Kamu sangat cantik dan menggairahkan, Dyah.” Bisik Raka lalu mengulum kuping Claudya hingga membuat Claudya semakin terbuai dan menggeliat kegelian. “Ohh...” desah Claudya.
Tangan Raka mulai aktif bergerak, perlahan kaos merah yang dipakai oleh Claudya mulai tergusur ke atas hingga melewati kepalanya. BH berwarna putih itu seakan tak mampu menutupi gundukan dari payudaranya. Raka tertegun sejenak, kagum dengan kemolekan Claudya hingga dia hanya dia tanpa mau melanjutkannya.
Melihat Raka hanya diam dan tertegun, Claudya tersenyum, dia lantas membuka sendiri kaitan BH yang berada di belakang. “Cklek...” BH putih itu pun mulai terlepas dari tubuhnya membuat tubuh bagian atasnya semakin bebas tanpa penghalang apapun lagi.
“Malah bengong, say.” Bisik Claudya. “Jelek ya toket gue.”
Mendengar bisikan Claudya membuat Raka sadar dari lamunannya bahwa sekarang adalah nyata bukan sekedar mimpi. Tangan Raka mulai menjamah Buah dada yang nampak ranum seperti buah mangga, tidak terlalu besar namun pas sekali dengan genggaman tangannya.
“Ahhh...” desah manja Claudya ketika puting susunya yang sudah tegang itu mulai diisap pelan oleh Raka. Raka melakukannya dengan lembut dan berulang-ulang hingga membuat tubuh Claudya bergeliat merasakan sensasi nikmat di tubuhnya. Matanya mendelik ke atas dan nafasnya semakin berat itu pertanda bahwa orgasmenya sudah mulai dekat dan benar tak lama kemudian “Ohhh... I’m coming, honey....” “Suuurrrr.... Suuurrr.... Suuurrr....” “Kok, gue cepat banget keluarnya.” Claudya membatin dalam hati seakan tak percaya bahwa dia bisa kalah sama Raka padahal Raka hanya merangsang buah dadanya saja.
.
.
.
Sementara itu di mini bar, Rio mulai meracik narkoba jenis sabu-sabu. Sebelum itu dia terlebih dahulu menakarnya, biasanya takaran pemakaian yang biasa dia gunakan sebanyak 1 gram per hari. Dengan menggunakan timbangan biasa, ia mulai menakar sabu-sabu itu menjadi 4 gram dan menyiapkan 4 buah gelas untuk diisi dengan champagne yang ia ambil dari dalam lemari itu. Setelah itu dia memasukkan sabu-sabu yang sudah ditakar itu ke dalam Bong lalu menuangkan champagne yang berasal dari Italy sebanyak 4 kali. Setelah itu Bong itu pun diguncang atau digoyang-goyang dengan tangan supaya sabu-sabu dan champagne itu bercampur menjadi satu.
Karena belum pernah mencoba campuran ini, Rio sangat penasaran ingin mencobanya sekaligus ia ingin tau bagaimana reaksi dan sensasinya. “Ini eksperimen pertama gue, apa ya sensasinya?” Rio bergumam dalam hati. Rio segera menghisap Bong itu melalui selang yang menyerupai pipa isap. Yang dirasakan oleh Rio, cairan itu perlahan bergerak mengalir memasuki mulutnya, terus mengalir ke tenggorokannya, mengalir lagi melewati jantung dan paru-parunya kemudian terus mengalir lagi dan akhirnya cairan itu berhenti setelah sampai di lambungnya. Tanpa disadari oleh Rio, ternyata ia telah menghirup setengah dari isi botol di dalam Bong tersebut.
Beberapa menit kemudian, cairan yang sudah masuk ke dalam tubuhnya itu mulai bereaksi.
Rio merasakan pikirannya menjadi tenang, tubuhnya serasa ringan, dirinya seakan sedang terbang dan melayang di udara.
“Mending gue habisin semua. Nanti gue bikin lagi yang baru.” Celoteh Rio lalu ia pun kembali menghisap Bong itu dan menghabiskan semua isinya.
Beberapa saat setelah menghabiskan semua isi di dalam Bong tersebut. Rio mulai merasakan detak jantungnya semakin lama semakin kencang, badannya mulai bergetar hebat hingga membuatnya tidak kuat untuk berdiri dan memutuskan untuk duduk. Kepalanya yang tadinya terasa ringan kini malah menjadi berat dan seakan mau pecah. Nafasnya semakin berat dan sulit untuk bernafas hingga ia tidak kuasa untuk duduk lalu berbaring di lantai tersebut.
“Kenapa ini? Raka tolong aku...!” Rio berusaha berteriak minta tolong pada Raka sahabatnya namun bukan suara lantang yang keluar bibirnya melainkan cairan yang mirip seperti busa. Bahkan dari kedua lubang telinganya keluar darah segar, tubuhnya menjadi kejang-kejang tanpa bisa lagi ia kendalikan.
.
.
Kembali lagi ke sofa di mana Raka dan Claudya berada, Raka tersenyum bangga setelah tau Claudya orgasme. Lalu ia berdiri, membuka celana hotpant dan celana dalam Claudya yang ternyata sudah basah kuyup akibat cairan kewanitaannya yang keluar pada saat ia orgasme. Selanjutnya Raka melucuti sendiri pakaiannya hingga ia pun kini sudah telanjang bulat lalu ia mendekati Claudya, menyodorkan kontolnya yang mulai menegang ke arah Claudya.
“Lo kangen sama sepongan gue, Ka.” Goda Claudya lalu ia mulai turun dari sofa dan mulai memegang kontol Raka yang mulai mengacung.
Claudya mulai menjilati kontol Raka sambil tangan kanannya mengelus lembut kantong peler yang berada di bawahnya. Dia melakukan itu sambil menatap wajah Raka yang sekarang terlihat sedang merem melek menikmati rasa nikmat di kejantanannya.
Claudya seakan-akan sedang menggoda Raka, dia hanya memainkan lidahnya di seputaran kepala kontolnya tanpa adanya isapan dari mulutnya.
Raka nampak gemas dengan tingkah Claudya lalu ditariknya rambutnya yang pirang itu dan sedikit kasar ia mencoba menarik kepala Claudya membuat kepalanya semakin mendongak ke atas.
Claudya tersenyum senang karena bisa mempermainkan Raka, lalu ia pun mulai membuka mulutnya lebar-lebar supaya bisa menelan semua kontol Raka.
“Sluuuurrrppp... Emmooochhh.... Huuufff....” Kontol Raka sudah berada di dalam mulut Claudya walau tidak semuanya bisa masuk hanya sampai setengahnya dan itu pun sudah membuat Claudya kesusahan untuk bernafas. Berbagai cara dilakukan oleh Claudya, menggunakan teknik deepthoath pun ia lakukan tetapi tetap saja kontol Raka belum ada tanda-tanda akan klimaks.
“Kok lama banget keluarnya. Udah pegel mulut gue.” Claudya hanya bisa membatin.
Raka mengangkat kepala Claudya, dia merasa kasihan dengan Claudya. Dan melabuhkan ciumannya ke bibir Claudya. “CUUUPPP...” “Gue ga bakalan keluar, kalo cuma lo sepongin. Gue pengen ngewek dan keluar dalam sini!” Bisik Raka sambil memegang memek Claudya yang sudah mulai basah kembali.
“Tapi Ka, gue nggak KB. Lo punya kondom nggak?” Claudya nampak ragu-ragu untuk melayani Raka tanpa menggunakan kondom.
“Kamu makan pil ini! Gue jamin aman.” Raka menyerahkan sebutir pil anti hamil pada Claudya untuk meyakinkan Claudya. “Kalo pun nantinya benih gue jadi di rahim lo, gue akan tanggung jawab.”
Claudya tersenyum lalu mengambil pil itu dan langsung menelannya. “Gue gemes sama lo, Ka.” Claudya mendorong pelan tubuh Raka di sofa hingga tubuhnya terlentang lalu ia naik ke atas tubuh Raka dan mulai menuntun kontol itu supaya bisa masuk ke dalam memeknya yang sudah sangat basah.
“Blesss...”
“Ohhh...” Teriak keduanya hampir bersamaan ketika proses bersatunya kedua kelamin mereka dalam posisi wot dan saling berpelukan. Kontol Raka kini sudah masuk sepenuhnya di dalam tubuh Claudya. “Penuh dan sesak memek gue di dalam.” Claudya hanya bisa membatin saat merasakan kejantaan Raka yang besar dan panjang itu sudah memasuki tubuhnya.
Setelah sempat diam beberapa detik di atas tubuh Raka, Claudya perlahan mulai menggerakkan pinggulnya, berputar ke kiri sesaat kemudian berputar ke kanan membuat Raka mendesah kenikmatan.
“Ceklek...” Pintu kamar yang dimasuki oleh Siska terbuka. Dengan santai Siska keluar dari kamar tersebut, dia sempat melihat ke layar TV LED 90”. Di layar TV berukuran besar itu terlihat Miyabi sedang diganbang oleh dua orang lelaki. Lelaki pertama terlentang dengan kontolnya berada di anus Miyabi Sedangkan lelaki kedua begitu semangat memompa kontolnya di dalam memek Miyabi. Suara desahan Miyabi terdengar keras sekali dari sound system home theather itu.
“Astaga, kalian...” Siska lebih kaget lagi setelah mendapati Raka dan Claudya yang sedang ngentot di sofa. Dia lalu melangkah pelan-pelan mendekati keduanya sambil melucuti seluruh pakaiannya hingga Siska pun sudah dalam keadaan telanjang bulat tanpa sehelai pakaian yang menempel ditubuhnya.
“Ka, gue ikut gabung ya.” Bisik Siska setelah ia sudah berdiri di hadapan Raka. “CUUUPPP...” Siska mencium bibir Raka perlahan. Raka terlihat mulai membalas ciuman Siska, posisi tubuh Raka di bawah membuat Siska yang mengontrol percumbuan tersebut. Siska menjulurkan lidahnya lalu disambut oleh Raka. Lidah keduanya saling bertukar ke dalam mulut mereka masing-masing. Siska memegang wajah Raka lalu melumat bbibirnya dengan sangat dalam, melanjutkannya lagi dengan menggigit bibir bawahnya lalu Siska lepaskan perlahan.
Dengan adanya Siska membuat Claudya sedikit terbakar api cemburu. Claudya sebetulnya tidak rela harus berbagi kemesraan bersama-sama Siska, yang ia inginkan bermesraan secara intim hanya berdua dengan Raka. Namun ia mesti bersikap profesional sebagai WP apalagi Siska merupakan sahabatnya. Claudya harus bisa membuang jauh-jauh perasaan terhadap kliennya (Raka) supaya tidak menjadi baper.
Adanya gejolak cemburu di hatinya membuat Claudya semakin semangat bergoyang di atas tubuhnya Raka. “Terus say. Enak banget goyanganmu.” Ceracau Raka. Pujian itu seolah memberikan energi lebih buat Claudya. Dia pun mulai melakukan gerakan kegel yaitu dengan cara menggetarkan area perut dan pinggulnya. “Ahhh... Enak banget goyanganmu say.” Puji Raka setelah merasakan kontolnya seperti sedang diulek-ulek di dalam tubuh Claudya.
Siska yang sejak tadi memperhatikan dari dekat permainan seks antara Raka dan Claudya terlihat gairahnya mulai terbakar. Dia mulai memainkan sendiri kewanitaannya. Jarinya perlahan menggosok itilnya sendiri. “Ohhh...” desah Siska saat benda sensitif itu tersentuh tangannya sendiri.
Mendengar desahan Siska membuat Claudya malah makin semangat, gerakan pinggulnya naik turun di atas kontol Raka semakin cepat karena desakan dari dalam tubuhnya yang makin lama semakin dekat.
“Plok... Plok... Plok...”
“Plok... Plok... Plok...”
“Plok... Plok... Plok...”
Dan beberapa detik kemudian, “Raka.... Gue keluarrrrrr...” Erangan nikmat Claudya saat dia memperoleh orgasmenya. “Sreeettt... Sreeettt... Sreeeettt... Ah.. Ah.. Ah..” Tubuh Claudya berkedut-kedut, nafasnya terasa berat, tubuhnya pun ambruk di atas tubuh Raka. “Gue kalah lagi sama Raka.” Claudya kembali menggerutu dalam hati karena untuk kedua kalinya ia mesti mengakui ketangguhan Raka.
Melihat Claudya sudah keluar membuat Siska menghentikan colmeknya. Ia membisiki Claudya. “Dyah, gantian dong!” Claudya tersenyum kecut, lalu ia segera mencabut kontol Raka yang masih tegak menantang. “Ploop..” Bunyi ketika memekku terlepas dari kontol Raka. Claudya menggeser tubuhnya ke samping Raka pun segera bangkit.
“Doggy style say.” Raka membisiki Siska. Siska pun mengikuti keinginan Raka dengan sedikit membungkukkan badannya kedua tangannya bertumpu pada sandaran belakang sofa. Raka terlebih dulu menggesekkan kontolnya ke bibir memek Siska yang terlihat sudah basah sekali.
Lalu Raka mulai mengepaskan kontolnya ke posisinya sambil sedikit di dorong ke depan perlahan kepala kontol itu menerobos masuk ke memek Siska.
“BLESSS...”
“Aaaahhhh...” Siska memekik pelan sambil tangannya menahan tubuhnya yang sempat terdorong maju ke depan. Dan setelah kepala kontol itu sudah masuk Raka kembali mendorong dengan agak keras hingga setengah batangnya menerobos masuk ke dalam memek Siska.
“Aaaww... Pelan-pelan say.” Seru Siska mengingatkan ketika Raka mulai menggoyang pinggulnya. Raka sempat menarik kontolnya karena mendengar pekikan Siska tadi. “Gila besar dan panjang banget kontol Raka. Memekku terasa penuh dan sesak.” Siska membatin dalam hatinya ketika merasakan besardan panjangnya ukuran kontol Raka. Membuatnya sedikit kaget dan terasa nyeri di kemaluannya.
Siska sempat menoleh ke belakang dan hal itu dimanfaatkan oleh Raka untuk menyambar bibirnya sekaligus melumatnya. Mereka berciuman sejenak, setelah itu Raka menekan lagi hingga seluruh batangnya masuk seluruhnya di dalam memekku.
“Aahhhhhh....” desah Siska dan Raka langsung menarik pinggulnya sedikit ke belakang lalu menekannya ke dalam lagi.
“Plok... Plok... Plok...” Bunyi hentakan pinggul mereka berdua saat kelamin mereka bertemu dan menyatu.
“Aahhhh... Aahhhh... Aahhhh...” Siska mendesaah hal itu malah membuat Raka makin mempercepat sodokannya.
“Plok... Plok... Plok...”
“Plok... Plok... Plok...”
“Aahhhh... Aahhhh... Aahhhh...” Kembali Siska mendesah dan semakin kencang ia memegang sandaran sofa itu supaya tubuhnya tidak sampai terdorong maju ke depan.
Kaki Siska sebelah kiri sedikit diangkat oleh Raka lalu Raka mulai menggenjot kembali dengan kecepatan tinggi.
“Plok... Plok... Plok...”
Raka menggoyangkan pinggulnya kembali sambil menggapai buah dada Siska dari belakang dan meremasnya dengan kuat.
“Aahhhh... Aahhhh... Aahhhh...” Siska mendesah ketika kontol Raka masuk makin dalam hingga teraa sampai mengaduk- aduk di rahimnya.
“Plok... Plok... Plok...”
“Plok... Plok... Plok...”
“Ka, gue mau keluarrrr.... Aaahhh...” Siska mengerang panjang.
“Plok... Plok... Plok...”
“Plok... Plok... Plok...”
Raka malah makin mempercepat sodokannya pada kewanitaan Siska.
“Aahhhhh.... Aahhhh....” Siska mendesah kembali terlihat kakinya sampai bergetar hebat lalu
“Sreeettt... Sreeettt... Sreeettt... Suuurrr.... Ahhhhh....” Cairan kewanitaan Siska keluar dengan cukup kencang ketika Raka mencabut kontolnya sampai-sampai cairan itu membasahi lantai tersebut.
“Wow... Lo squirting, Sis.” Claudya sampai berdecak kagum melihat Siska sampai squirting.
“Dyah kamu sudah siap.” Raka mendekati Claudya di sofa, Claudya sempat kaget namun ia tersenyum dan menganggukkan kepala. Raka mengajaknya untuk bercumbu di lantai yang beralaskan ambal yang empuk..
“Gue pengen croot di dalam.” Bisik Raka setelah keduanya berbaring di atas ambal tersebut. "Kita nikmati malam ini sebagai kenang-kenangan buat kita."
Raka langsung melumat bibir Claudya, Claudya menyambutnya dengan hangat. “CUUUPPP... CUUUPPP... MUACHHH... HMMPP...”
Raka dan Claudya berciuman dengan saling memiringkan kepala dan saling memasukkan lidah mereka . Lidah mereka saling bertukar ke dalam mulut masing-masing dari mereka. Claudya memegang wajah Raka lalu melumat bibirnya. Dan dia menggigit bibir bawah kemudian melepaskannya.
Tangan nakal Raka meraih belahan memek Claudya yang sudah mulai mengering dan Raka mulai memainkan klitorisnya. Mereka saling melumat dan tangan Raka terus memainkan kelitorisku sampai basah kembali.
“Aaahhhh.... Uuhhhh....” Desah Claudya.
Tangan Raka terus menari-nari di dalam memek Claudya sampai membuat Claudya meliuk-liukkan tubuhnya dan ketika Claudya sudah basah sekali Raka kemudian mengangkat paha Claudya dan mengarahkan kontolnya di belahan memeknya. Lalu Raka menurunkan perlahan tubuh Claudya sampai kontolnya sepenuhnya di memek Claudya.
“BLESSS...”
“Awwww...” Claudya sempat memekik pelan sambil ia memejamkan sejenak matanya lalu membukanya kembali.
“Aahhhh...” Claudya melihat Raka merintih dengan mata yang sendu.
Keduanya lalu saling melumat lagi dan Claudya nampak menggoyangkan pinggulnya ke depan dan belakang.
“Aahhhh... Aahhhh... Hemmmmppp...” Keduanya mendesah bersama-sama. Setelah Claudya menggoyangkan ke depan dan belakang dia kemudian menghentikannya sejenak. Lalu dengan bertumpuan pada kedua kakinya Claudya mengangkat pinggulnya ke atas sampai sebatas setengah batang kontol Raka lalu Claudya menurunkan lagi dan dia melakukannya lagi dengan irama yang lambat. “Hu.... Gila nikmat banget rasanya.” Claudya membatin dalam hatinya.
“Plok... Plok... Plok...”
Bunyi gesekan kelamin mereka yang membuat Claudya semakin bernafsu untuk menggenjotnya.
“Plok... Plok... Plok...” Claudya menaikkan dan menurunkan pinggulnya dan makin cepat.
“Ahhh... Ahhh... Ahhh...” Desah keduanya saling bersahutan dan itu semakin membuat Claudya semangat menaik turunkan pinggulnya.
“Plok... Plok... Plok...”
Raka membantu Claudya dengan mengangkat bongkahan bokongnya lalu menurunkannya.
“Ahhh... Ahhh... Ahhh... Gue udah ga kuat lagi Ka.” Claudya berkata dengan nafas yang berat.
Raka kemudian berdiri sambil menggendong Claudya lalu memutarkan tubuh Claudya dan meletakkan tubuhnya di atas ambal. Raka lalu mengangkangkan kedua paha Claudya dan menggenjotnya dengan posisi seperti orang push up.
“Plok... Plok... Plok...”
“Plok... Plok... Plok...”
“Plok... Plok... Plok...”
Raka memompa dengan sangat cepat dan membuat Claudy menggelengkan kepala ke kiri dan ke kanan. Raka kemudian memegang lutut Claudya yang tertekuk untuk dijadikannya sebagai tumpuan dalam menggenjot Claudya.
“Ahhh... Ahhh... Ahhh...” Claudya terus mendesah dan terlihat bulir-bulir keringat mulai keluar dari pori-porinya membasahi tubuhnya.
Raka lalu mengangkat kedua kaki Claudya dan disandarkan ke pundaknya lalu dia berlutut dan kembali menggenjot Claudya.
“Plok... Plok... Plok...”
“Plok... Plok... Plok...”
“Ahhh... Ahhh... Ahhh...” Raka mendesah sambil menatap Claudya.
“Plok... Plok... Plok...”
Raka menggenjot kembali sambil menatap kedua mata Claudya. Keringat Raka pun menetes mengenai tubuh Claudya.
“Plok... Plok... Plok...”
“Kaki gue kram Ka. Bisa turunkan kaki gue. Ahhh...” Claudya memohon pada Raka karena merasakan kram di kakinya.
“Plok... Plok... Plok...”
“Plok... Plok... Plok...”
Raka menggoyangkan lagi pinggulnya dan kali ini dia bisa melumat bibir Claudya dengan leluasa.
“Ahhh... Ahhh... Ahhh...” Desah keduanya saling bersahutan.
“CUUUPPP... CUUUPPP... MUAACCHHH... HMMPPP...” Bibir keduanya saling melumat dan Raka menyelingi dengan remasan-remasan lembut di dada Claudya.
“Plok... Plok... Plok...”
Raka mempercepat pompaannya terhadap memek Claudya dan itu membuat Claudya mau mencapai klimaks untuk ketiga kalinya.
“Ahhh... Ahhh... Ahhh...” Desah keduanya saling bersahutan.
“Plok... Plok... Plok...”
Dan pinggul Raka semakin cepat memaju-mundurkan batang kontolnya di dalam memek Claudya.
“Ahhh... Ahhh... Ahhh... Gue mau keluar lagi Raka Aahhhh... ” rintih Claudya setelah melepaskan ciuman mereka dan ia langsung menggelengkan kepalanya.
“Ahhh... Ahhh... Ahhh... Gue juga mau keluar kita bareng say. Aahhh... ” Raka mendesah lalu dia makin mempercepat genjotannya dan pada hentakan terakhir
Raka membenamkan kontolnya sedalam mungkin hingga terasa membentur dinding rahim Claudya yang paling dalam. Dan dalam waktu yang hampir bersamaan keduanya mendapatkan kepuasan yang tertinggi.
“Sreeetttt... Sreeettt... Sreettt... Suuurrrr.... Aahhhh...” Cairan kewanitaan dari memek Claudya keluar dengan sangat deras dan banyak tertahan karena kontol Raka yang masih kokoh menancap di sana.
“Crooottt... Crooottt... Crooottt... Crooottt... Crooottt... Ohhhhhh....” Semburan sperma Raka sangat kencang hingga masuk semua ke dalam rahim Claudya. Rasa hangat dirasakan Claudya dari semburan sperma Raka.
“CUUUPPP” Raka mengecup pelan bibir Claudya lalu dia merebahkan tubuhnya di samping Claudya. Claudya tersenyum senang lalu dengan manja kepalanya ia rebahkan di dada bidangnya Raka sambil mengelus dada bidangnya.
“Aku nggak akan mungkin bisa melupakanmu Raka. Aku tau, aku bukanlah orang yang tepat untuk mendampingimu sebagai pasanganmu namun hatiku merasakan engkau pria jantan yang bertanggung jawab dan bisa menghargai wanita dan pasanganmu. Andaikan tadi aku tidak memakan pil yang kau berikan aku ikhlas mengandung anakmu walau kamu mungkin tidak akan menjadi jodohku. Kamulah lelaki pertama yang mengisi benihmu di rahimku.” Sebutir air mata menetes dari sudut mata Claudya, air mata kebahagiaan yang ia dapatkan dari pemuda bernama Raka.
●°●°●°●°●°●°●°●
“Braakkk....” Bunyi pintu didobrak dengan kasar hingga pintu apartemen itu terbuka.
Mereka bertiga kaget setelah mendengar suara pintu apartemen itu di dobrak paksa dari luar. Raka, Siska dan Claudya secepat kilat berusaha mengambil baju-baju mereka masing-masing yang masih tergeletak di lantai. Setelah semuanya berpakaian, Raka, Siska dan Claudya berusaha melarikan diri namun terdengar suara teriakan lantang dari seorang petugas.
“Jangan bergerak...! Semua angkat tangannya... Kami dari BNN!” Teriak lantang Seorang petugas dari kepolisian sambil mengacungkan pistolnya dan tangan kirinya menunjukkan identitasnya pada Raka dan teman-temannya. Lalu beberapa petugas dari kepolisian segera menyerbu masuk ke dalam apartemen Raka.
Raka, Siska dan Claudya segera berhenti dan mengangkat tangan mereka.
“Cepat ringkus mereka semua dan periksa tempat ini...!” Perintah seorang petugas kepolisian yang memimpin operasi penangkapan itu.
“Siap, Ndan.” Jawab anak buahnya sambil mereka segera mendekati Raka, Rio, Siska dan Claudya. Dan beberapa orang petugas mulai menggeledah tempat itu.
Dua polwan memakai rompi segera memborgol Claudya dan Siska. “Ka, tolongin gue...! Hikkss....” Claudya terisak-isak, meronta-ronta pada saat dirinya mau dibawa oleh polwan ke luar dari apartemen itu.
Sementara dua polisi lainnya yang juga memakai rompi anti peluru meringkus Raka. “Ada apa ini Pak?” Raka bertanya penuh kebingungan karena melihat begitu banyak petugas kepolisian menggerebek apartemennya.
“Lapor Ndan. Di mini bar itu ada seorang lelaki yang sedang sekarat. Di sampingnya kami menemukan Bong dan satu paket sabu.” Seorang polwan melapor pada atasannya.
“Kenapa dengan Rio, Pak?” Raka kaget setelah mendengar omongan polwan tersebut.
Raka segera berlari ke arah mini bar tersebut diikuti pula oleh Claudya, Siska dan beberapa petugas kepolisian.
“Tolong selamatkan sahabat saya, Pak! Raka mencoba menahan kepala Rio dengan pahanya. “Rio, bertahan ya.” Raka seakan sedang mengajak bicara Rio. Tangannya bergetar dan air matanya mulai keluar dari sudut matanya ketika melihat tubuh sahabatnya itu kejang-kejang dan dari mulut Rio keluar cairan yang mirip seperti busa.
“Hubungi tim medis di bawah, suruh secepatnya ke sini!” Perintah tegas petugas itu kepada polwan yang sedang menghadapnya.
“Siap Ndan. Saya hubungi sekarang.” Sahut polwan itu lantang.
Tak berselang lama empat orang tim medis dari kepolisian sudah berada di sana dan segera mendatangi Rio, Raka menyingkir sebentar untuk memberi ruang buat tim medis itu untuk memberikan pertolongan kepada Rio. Tim medis sudah berusaha menyelamatkan nyawa Rio namun takdir berkata lain. Rio tidak bisa diselamatkan, dia menghembuskan nafas terakhirnya.
“Rio....” Raka berteriak histeris saat mengetahui Rio sudah tidak tertolong lagi. Ia merasa sangat terpukul dengan kematian Rio sahabat semasa kecilnya. Tim medis memberikan waktu dan tempat buat Raka untuk mendekati Rio. Dipeluknya tubuh Rio dengan sangat erat, air matanya seketika tumpah tanpa bisa ditahan lagi.
Di basement apartemen Menteng ternyata sudah dipenuhi oleh beberapa mobil dari petugas kepolisian dan sebuah mobil ambulan yang terparkir tidak jauh dari lift. Tim medis dari kepolisian sudah berhasil mengevakuasi jenazah Rio ke dalam kantong jenazah lalu memasukkannya ke dalam mobil ambulan tersebut. Raka, Claudya dan Siska keluar dari lift itu dengan tangan terborgol didampingi oleh beberapa petugas yang mengawal mereka. Ketiganya pun dimasukkan ke dalam mobil patroli yang sama dikawal oleh dua orang petugas.
Iring-iringan mobil patroli dan ambulan mulai bergerak meninggalkan basement tersebut.
●°●°●°●°●°●°●°●
Suasana di kantor Polisi Sektor Kota Menteng terlihat heboh dengan operasi penangkapan tiga orang di sebuah apartemen mewah di daerah Menteng. Raka, Claudya dan Siska dibawa masuk satu per satu ke dalam kantor polisi dengan tangan diborgol. Beberapa orang wartawan dari berbagai media massa baik media cetak maupun elektronik mencoba mengambil foto, bahkan ada juga dari salah satu stasiun televisi yang mencoba merekam Raka, Claudya dan Siska melalui kamera video namun dihalangi oleh petugas kepolisian karena hal itu melanggar kode etik kalau mengambil gambar secara langsung kepada pelaku. Untung saja ada pengertian dari para pencari berita soal masalah itu hingga tidak terjadi kesalahfahaman antara media dan petugas kepolisian.
Raka dibawa dan ditempatkan di sel tahanan untuk sementara waktu sebelum nantinya dia akan dimintai keterangan lanjutan dari petugas. Sementara Claudya dan Siska dibawa oleh kedua polwan ditempatkan di sel tahanan yang lain, posisi kedua sel tahanan itu saling berhadapan.
“Ka, gue ikut berduka dengan kematian sahabat lo?” Air matanya tak henti-hentinya keluar dari sudut matanya.
Kondisi Siska pun tak jauh berbeda dengan Claudya, terlihat Siska terisak-isak sedih dengan mata yang mulai nampak sembab.
“Rio.... Kenapa jadi begini? Hikssss...” Raka terlihat masih shock dengan kematian Rio. “Harusnya lo dengerin omongan gue Yo. Jauhi obat-obatan terlarang dan Narkoba.”
●°●°●°●°●°●°●°●
Waktu menunjukkan pukul 04.00 wib, suasana di rumah mewah milik Bagas Adi Utama terlihat lengang. Semua penghuninya sudah pada tertidur lelap. Hanya seorang satpam yang masih berjaga di pos keamanan yang berada tidak jauh dari pintu gerbang rumah mewah tersebut.
“Kring....”
“Kring....”
“Kring....”
Suara deringan telepon berbunyi 3 kali membuat seorang ART bernama Bik Tina segera bergegas ke ruang keluarga untuk mengangkat telepon tersebut.
“Hallo benar ini rumahnya Bagas Adi Utama?”
“Iya, benar. Ini rumahnya Tuan Bagas.” Sahut Bik Tina dengan cepat.
“Bapak Bagas Adi Utomo-nya ada?”
“Tuan Bagasnya ada, tapi maaf sepertinya Beliau masih tidur.” Jawab Bik Tina apa adanya dan balik bertanya tentang keperluannya sama Tuannya soalnya melihat waktunya dini hari kemungkinan Tuannya masih tidur. “Ada masalah apa Pak?”
“Tolong sampaikan kami dari Kepolisian. Kami mau bicara dengan Bapak Bagasnya secara langsung.”
“Kalo begitu tunggu sebentar, Pak. Saya panggilin dulu Tuan Bagas-nya!” Sahut Bik Tina sambil meletakkan gagang telepon itu di samping telepon. Bik Tina bergegas menuju kamar majikannya.
“Tok... Tok... Tok...”
“Tuannnn, Nyonyaaaaa.” Bik Tina memanggil majikannya dari balik pintu dengan suara panik.
“Kreek...”
“Ada apa Bik?” Bagas bertanya dan agak kaget setelah melihat Bik Tina seperti orang panik. “Kok, Bibik panik gitu?”
“Tuaaannn... Fiuh... Huh...!” Bik Tina nampak sedang mengatur nafasnya supaya bisa sedikit tenang dan lancar berbicara. “Barusan ada telepon dari kantor polisi, katanya mau bicara langsung sama Tuan.”
Bagas dan Henny segera menuju ruang keluarga, sementara Bik Tina ke dapur untuk mengmbil air minum buat majikannya.
Setelah berada di depan telepon, Bagas segera mengangkat gagang telepon yang tergeletak di samping telepon.
“Hallo. Ini dengan siapa?” Bagas memulai pembicaraan di telepon setelah tadi sempat terpotong.
“Kami dari Kepolisian Sektor Kota Menteng. Benar ini dengan Bapak Bagas Adi Utama.”
“Iya, dengan saya sendiri.” Jawab Bagas cepat. “Ada perlu apa Pak dengan saya?”
“Begini Pak. Kami mau memberitahukan bahwa Raka putra Bapak sekarang berada di kantor Polisi Sektor kota Menteng karena ..........”
“Apaaaa?!.” Bagas kaget mendapatkan kabar dari kantor polisi.
“....................”
“Terima kasih Pak, sudah memberitahu kami. Kami akan segera datang ke sana.” Bagas nampak sedih namun dia berusaha tetap tenang.
“Klik....” Telepon itu segera ditutup oleh Bagas.
Bik Tina datang ke ruang keluarga dengan membawa nampan berisi dua gelas yang telah terisi air minum lalu dengan sedikit membungkuk dia meletakkannya di atas meja. “Silahkan Tuan dan Nyonya diminum dulu supaya bisa sedikit tenang.”
“Makasih Bik Tina.” jawab Henny cepat.
“Saya permisi dulu ‘Nya. Mau bikin sarapan buat Nyonya dan Tuan.”
“Iya, Bik. Makasih.”
Bik Tina segera beranjak meninggalkan majikannya menuju dapur.
“Pa, ada masalah apa sama Raka?” Henny nampak cemas dan bertanya pada suaminya tentang masalah Raka.
“Raka dan teman-temannya ditangkap BNN, Ma. Mereka tertangkap basah sedang melakukan pesta seks dan narkoba di apartemen kita. BNN menemukan barang bukti berupa Bong atau alat hisap sabu dan satu paket sabu-sabu.” Bagas menjawab pertanyaan istrinya sesuai dengan keterangan dari pihak kepolisian barusan.
“Astaghfirullah, Rakaaaaa...!!! Henny nampak kaget setelah mendengar penjelasan suaminya. “Kenapa kamu sampe bergaul seperti ini?”
“Tapi ada kabar buruk lainnya Ma. Huuuuffffttt... Fiuuuhhh.... Haaa...” Bagas terlihat sedang mengatur nafasnya sejenak. Ia pun sempat mengambil gelas di atas meja lalu menghabiskan semua isinya.
“Maksudnya apa Pa?” Henny kaget dan semakin kebingungan dengan omongan suaminya. “Kabar buruk apa?”
“Rio... Rio meninggal dunia karena OD (over dosis) di apartemen kita.” Bagas melanjutkan perkataannya yang sempat terpotong oleh istrinya.
“Innalillahi Wa Inna Ilaihi Rojiun. Rio... Hiksss....” Air mata Henny seketika jatuh karena mendapatkan kabar duka meninggalnya sahabat kecilnya Raka putra semata wayang mereka. Setau Henny, Rio itu anaknya baik dan sopan kepada dirinya maupun suaminya. Henny sudah menganggap Rio seperti anak kandungnya sendiri dan baru seminggu lalu ia memberikan uang buat Rio untuk membantu biaya pengobatan ayahnya yang sedang sakit.
“Mama minum dulu!” Bagas mencoba menenangkan istrinya yang terlihat shock setelah mendengar berita kematian Rio barusan.
Henny segera mengangkat gelasnya lalu meminum air putih itu hingga habis tak bersisa.
“Sabar ya Ma. Kita doakan saja Rio. Ini sudah takdir dari Allah Swt.”
“Iya, Pa.”
Bagas segera memeluk istrinya. Keduanya berpelukan erat untuk saling menguatkan satu sama lainnya. Suasana ruangan menjadi hening tanpa ada suara, baik Bagas maupun Henny hanya diam dan keduanya terlihat merenung dan berpikir untuk mencari solusi terbaik buat Raka putra semata wayang mereka.
Beberapa saat kemudian...
Bagas terlihat sedang menghubungi seseorang melalui telepon genggamnya di dampingi oleh istrinya.
“Ya hallo, Mas Bagas.” Suara dari ujung telepon sana menyahut setelah sambungan telepon itu berbunyi.
“Maaf ya Dek, Mas ganggu istirahatmu.” Bagas merasa tidak enak hati karena mengganggu istirahat orang tersebut.
“Ga pa-pa Mas. Ada masalah apa?” tanya orang itu dari ujung telepon sana.
“Begini Dek, .....................................................................Bagas pun menceritakan apa permasalahannya pada lawan bicaranya tersebut dan diakhir ia pun meminta bantuan hukum buat Raka. Saya mohon bantuannya ya Dek.”
“Baik Mas. Adek akan bantu sepenuhnya persoalan hukum yang sedang dihadapi oleh Raka. Adek akan ke sana untuk segera mengurus permasalahan ini.” Jawab orang itu dari ujung telepon sana.
“Terima kasih ya Dek. Salam ya buat Dinda Rasti dari Mas dan Mbakyu-mu Henny.” Bagas mengucapkan terima kasih sebelum menutup sambungan telepon tersebut.
“Pa, Apakah Raka bisa dibebaskan?” tanya Henny pada suaminya setelah Bagas menutup sambungan telepon tersebut.
“Kalo untuk bebas dari hukuman sepertinya sulit, Ma. Walaupun Dek Heru itu pengacara hebat dan terkenal sekali pun” Bagas memberikan jawaban secara bijak dan realistis dengan permasalahan hukum yang dihadapi Raka. “Tetapi Dek Heru bisa memberikan bantuan hukum buat Raka, insyaallah Dek Heru bisa membantu mengurangi masa hukuman Raka.”
“Iya, Pa. Semoga Raka bisa mengambil hikmah dan pelajaran dari permasalahan ini.” Henny berusaha tenang dan belajar menerima masalah ini dengan hati yang ikhlas.
“Aamiiiin. Papa pun berharap hal yang sama seperti yang Mama harapkan.” Bagas berusaha tegar di hadapan istrinya walaupun di hatinya Bagas merasakan kesedihan yang sama sepeti yang dirasakan oleh istrinya.
“Pa, kita pergi sekarang ya. Mama khawatir dengan keadaan Raka di sana.” Henny merayu suaminya untuk segera membesuk putra mereka di polsek Menteng.
“Bentar Ma, Papa telepon Tardjo dulu supaya siapin mobil.” Bagas pun segera menelepon supir pribadinya itu untuk segera menyiapkan mobil untuk mereka pergi. Dan setelah selesai menghubungi supir pribadinya, Bagas kembali berbicara pada istrinya. “Setelah sholat Subuh, kita berangkat ke sana, Ma!” Henny hanya menggangguk. Bagas segera merangkul istrinya dan mengajaknya kembali ke kamar mereka.
●°●°●°●°●°●°●°●
Bagas dan Henny telah sampai di kantor Polsek Menteng, waktu masih menunjukkan jam 05.30 wib. Bagas terlebih dulu melapor diri ke bagian unit pelayanan masyarakat Polsek Menteng. Kemudian kepada petugas jaga tersebut Bagas mengatakan keperluannya datang pagi ini untuk melihat kondisi Raka Aditya putra semata wayang mereka yang dini hari tadi ditangkap oleh BNN dan sekarang berada di sel tahanan di Polsek Menteng ini. Dengan sedikit basa basi (Kalian pembaca pastilah tau sendiri maksud ane supaya tidak menimbulkan kesalahfahaman terhadap institusi tertentu) kepada petugas jaga tersebut akhirnya Bagas dan Henny diijinkan bertemu dengan Raka di sebuah ruangan yang diperuntukkan untuk pengunjung atau tamu untuk membesuk narapidana (Napi).
Diantar oleh petugas jaga Bagas dan Henny mulai memasuki ruangan itu, Bagas dan istrinya duduk menunggu dengan perasaan haru kedatangan Raka di ruangan tersebut. Tak berselang lama kemudian, Raka muncul di dampingi oleh petugas lainnya kemudian Raka dipersilahkan untuk masuk dan hanya diberikan waktu pertemuan selama 15 menit.
Melihat Papa dan Mamanya yang nampak berkaca-kaca membuat Raka tak kuasa untuk ikut meneteskan air mata. Raka segera mendatangi kedua orang tuanya, peluk dan cium mereka lakukan untuk meluapkan perasaan kasih sayang sebagai satu keluarga.
“Raka, anakku.” Henny mulai membuka pembicaraan dengan putranya. “Jadikanlah peristiwa ini sebagai pembelajaran buatmu Nak untuk menjadi kuat menghadapi kerasnya kehidupan. Ambil hikmahnya dan jangan menyalahkan diri sendiri karena kita pasti tidak akan lepas dengan yang namanya masalah. Jangan kamu lari dari masalah tetapi hadapilah masalah itu. Ingat Nak! Masa depanmu itu bukan tergantung dari orang tua, kakayaan, jabatan maupun kekuasaan tetapi dari dirimu sendiri. Jika kamu ingin selamat dunia dan akhirat hanya satu jawabannya, ILMU. Camkan itu baik-baik ya Nak!”
Raka mendengarkan semua nasehat Mamanya tersebut dengan berlinangan air mata di dalam pelukan Mamanya. Ada setumpuk penyesalan yang menghinggapi dirinya saat ini. Dan yang paling mengganggunya adalah rasa bersalahnya karena lalai untuk selalu mengingatkan sahabat kecilnya untuk menjauhi narkoba hingga akhirnya sahabatnya itu menjadi korban dari kesalahanya sendiri karena berteman dengan narkoba.
“Raka, Maafin Papa Nak.” Bagas nampak bergetar berbicara seperti itu. Sikapnya melunak karena ia menyadari kesalahannya karena terlalu keras membimbing Raka mulai dari menentukan pilihan pendidikan Raka dari SD, SMP, SMA hingga perguruan tinggi. Soal pendidikan Raka sempat menolak tegas untuk kuliah di jurusan Teknik apalagi Teknik Sipil dia ingin kuliah di jurusan Pertanian. Namun karena ego dari seorang Bagas. Raka hanya bisa menuruti keinginan Papanya tersebut yang ingin menjadikannya pengganti Papanya kelak di perusahaan.
Raka lalu memeluk Bagas, keduanya terlihat meneteskan air mata begitu pun Henny yang tak kuasa untuk membendung air matanya kala melihat Suaminya dan putranya kini bisa berdamai dan bisa saling berpelukan dengan penuh kasih sayang.
Tak terasa waktu pertemuan itu sudah mendekati batas waktu yang sudah diberikan hanya bersisa 5 menit lagi mereka akan berpisah.
Bagas hanya memberikan pesan pada putranya sebelum mereka berpisah. “Jaga dirimu baik-baik selama di sini Nak. Om Heru akan menjadi kuasa hukum semoga saja upaya hukum yang kita tempuh bisa membebaskanmu dari jeratan hukuman. Ingatlah pada Allah insyaallah jalanmu akan dipermudah oleh-Nya.”
“Pa, maafin Raka ya. Hiksss....” Raka memeluk Bagas sangat erat. Sebagai seorang anak dia juga mengakui kesalahan kepada orang tuanya khususnya kepada Papanya karena sikap membangkangnya sejak ia dipaksa untuk menuruti keinginan Papanya untuk kuliah di jurusan yang tidak ia sukai sama sekali.
“Iya Nak. Papa sudah memaafkan kamu.” Bagas mengusap rambut Raka seperti saat-saat Raka masih kecil dulu. Putra semata wayang yang menjadi kebanggaannya.
“Lupakan semua yang telah terjadi, Nak. Papa dan Mama pasti memaafkan kamu, tanpa kamu ucapkan sekali pun.” Henny ikut menanggapi perkataan suaminya.
“Papa dan Mama selalu mendoakanmu bahagia.”
“Oiya Pa.” Raka mengangkat mukanya menatap Papanya dengan serius. “Raka punya dua permintaan tolong Papa kabulkan untuk kali ini.”
“Katakan saja Nak.” Bagas pun menanggapi dengan serius. “Insyaallah akan Papa usahakan untuk memenuhi permintaanmu.”
“Yang pertama, tolong bebaskan Claudya dan Siska karena mereka tidak bersalah sama sekali dalam masalah ini. Yang kedua, Berilah Pekerjaan buat mereka berdua di perusahaan Papa.”
“Hmmm...! Kamu suka ya, dengan salah satu wanita itu.” Goda Bagas. “Tumben kamu sampe bela-belain mereka.”
Raka sedikit salah tingkah karena sindiran Papanya, wajahnya sedikit bersemu merah karena malu. Melihat itu Henny berusaha menengahi dengan sedikit teguran buat suaminya.
“Papa...! Sekarang bukan waktunya bercanda Pa.” Henny seakan memperingatkan suaminya untuk tidak bercanda dulu dalam masalah ini.
“Iya, Ma. Papa ‘kan cuma bercanda. Hehehe...” Kekeh Bagas membuat suasana kembali menjadi cair kembali.
“Insyaallah akan Papa penuhi permintaan kamu Ka.”
“Ceklek” Pintu ruangan itu terbuka, seorang petugas memberitahukan bahwa waktu berkunjung telah habis Raka mesti dikembalikan ke sel tahanan.
“Makasih, Ma.” Raka memeluk Mamanya.
Henny mengecup kening Raka dan berpesan. “Jaga dirimu baik-baik di sini!”
Raka mengangguk.
“Makasih, Pa.” Raka kemudian memeluk Papanya.
Bagas lalu mengusap kepala Raka dan mencium keningnya sebagai tanda kasih sayangnya seorang ayah pada anaknya. “Jaga kesehatan!”
“Iya, Pa.” Raka menjawab singkat omongan Papanya lalu berbalik badan meninggalkan kedua orang tuanya untuk kembali ke sel tahanan.
●°●°●°●°●°●°●°●
Terakhir diubah: