Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Balada Istri Pelaut

BAB XXXIV



Kebun lama yang tidak tersemai



Ina membalas whatsapp suaminya mengatakan bahwa dia masih di kantor. Dia juga sempat menanyakan kapan suaminya akan pulang, karena sudah lewat kontrak, namun suaminya masih belum juga ada pembicaraan untuk pulang.

Dia juga juga membalas whatsapp Satria dan mengatakan bahwa dia menunggu kedatangan tamunya untuk bahas masalah supply BBM di kawasan Pelabuhan Patimbang.

Hubungannya dengan suaminya emang kali ini tidak seperti yang sebelumnya. Ina menyadari sekali semua itu, meski didalam hatinya dia selalu berkeyakinan bahwa Alex tidak akan mungkin meninggalkannya.

Mau dapat dimana dia istri seperti aku?

Siapa yang bisa melayaninya seperti aku melayaninya?

Semua kata-kata dan keyakinan yang selama ini selalu dia taruh dalam hatinya, dan dia yakini bahwa meski Alex marah, namun dia tidak akan mungkin berani meninggalkannya dan Kalia. Alex adalah captain yang hebat namun payah dalam hal wanita.

Lamunannya terputus ketika Kuswan mengetok pintu ruangannya, dan kemudian meletakkan barang pesanannya

“bukain Pak….” perintah Ina

Kuswan lalu membuka paket yang dikirim dari Bandung, sebuah contoh tas untuk dokumen crew, yang dipesan oleh Ina dan dia coba tawarkan ke beberapa perusahaan pelayaran untuk bagian crewing mereka

“ angkat Pak?”

Kuswan lalu mengangkatnya

“bagus….” komentar Ina lagi.

“taruh aja di lemari….” perintahnya lagi

Kuswan lalu membuka lemari tempat Ina menyimpan barang-barang kantor, lalu meletakkan di space yang kosong

“ sudah pada pulang?”

“sudah Bu…..”

Meski baru jam 4 sore, namun kalau sudah tidak ada kerjaan, dan kebetulan hanya adiknya Ina yang datang, karena karyawan lain ada yang sakit dan ada yang ditugaskan Ina ke Tanjung Priok, sehingga adiknya pun tadi sudah pulang duluan

Lalu

“bu…..” suara Kuswan pelan

“iya Pak…” Ina mengangkat wajahnya dan menatap Kuswan

“maaf Bu….”

“kenapa?

Ina dia menunggu apa yang ingin disampaikan Kuswan

“kamar saya mau diperpanjang atau gimana?”

Ina kaget, karena setahu dia selama ini gajinya Kuswan sudah dia tambah perbulan sekalian untuk membayar sewa kamar petakannya yang sekarang ditempatinya

“kenapa emang?”

Kuswan diam kali ini

“ naik harganya?”

“Bukan Bu…”

“trus?”

Sambil masih agak gamang dia menjawab

“khan sudah jarang Ibu datang…. kalau buat saya sendiri, kayanya terlalu mahal Bu….”

Ina tertegun sesaat.

Entah Kuswan sedang berpura-pura mengingatkan, karena dia tahu Satria tidak ada, atau memang dia ingin berlaku sopan dan tahu diri ke Ina.

“ngga nyaman disitu?”

“nyaman banget Bu…. cuma khan….”

Ina tersenyum

“disitu aja dulu…..”

“oh gitu yah Bu….”

“iya lah…. khan ada ac dan lebih besar….”

Kuswan hanya manggut manggut. Ina tahu apa yang Kuswan rasakan, dia hanya menundukkan wajahnya dan melanjutkan pekerjaannya

“baik Bu, saya standby dibawah…..”

Kusawan pamit kebawah

“oke..”

Iba tahu apa yang Kuswan rasakan. Dia seakan kasihan dan tahu maksud Kuswan. Pria tegap itu seperti meminta perhatiannya, karena semenjak Satria datang memang total Kuswan tidak kebagian jatah sama sekali. Padahal Kuswan sebetulnya nyaris selalu bisa bahkan sangat perkasa dalam melayaninya. Hanya saja dari segi tampang, performa fisikal, dan juga untuk diajak jalan, jelas keponakannya Satria unggul kemana mana.

Kuswan hanyalah pria tua yang setia menjaga majikannya, memanjakan majikannya, dan juga menuruti perintah majikannya setiap majikannya butuh. Dia bagaikan anjing penjaga yang selalu setia, meski tuannya kadang tidak peduli dengan dirinya.

“pak, balik…..” tiba -tiba suara Ina terdengar dari balik pintu

“siap Bu….”

Kuswan yang sedang membersihkan mobil, segera mengemas perlengkapannya, mencuci tangannya, lalu naik ke ruangan atas mengambil tas dan perlengkapan Ina. Dia membantu menutup pintu, mematikan AC, memastikan air semua kerannya tertutup, lalu dia segera menutup pintu kaca dan juga rolling door.

Mobil kemudian keluar dari parkiran dan segera jalan di jalan raya

“kita langsung pulang Bu?”

“iya….” jawab Ina pendek

“baik Bu…..”

Tidak seperti biasanya jika berdua dengan Kuswan saat masih belum ada Satria, dia suka duduk di depan. Namun sekarang Ina lebih banyak duduk di belakang, di kursi penumpang.

“oli sudah diganti?” Tanya Ina memecahkan kesunyian di mobil

“sudah Bu, sudah diservis kemarin semuanya….”

‘Oke….”

Ina sejujurnya kasihan melihat Kuswan. Tangan kekar ex aparat itu terlihat sangat kokoh saat memegang setir mobil. Rambut cepaknya selalu dia jaga agar aura militernya tetap muncul, dan memang orang-orang segan berurusan dengan dia, apalagi di jalanan.

Sudah dua bulan mungkin dia tidak mendapat nafkah bathin semenjak Satria datang, apalagi semenjak anak muda itu mulai jadi pacar gelapnya, maka semuanya sudah dikuasai oleh Satria sendiri, apalagi dia tinggal bareng di rumah

“rumah sudah dibayar, Pak?”

“belum Bu….”

“kapan jatuh tempo?”

“3 hari lagi Bu….”

Diam kembali

“diperpanjang aja lagi….”

“baik Bu…..”



++++++++++++++++++


Pagi hari ini sudah menyapa hari

Ina terbangun pukul 5 subuh, dan tidak bisa memejamkan matanya lagi. Dia sempat mengirimkan whatsapp ke Alex, yang kini seperti menonaktifkan last seen di fitur WAnya, dan juga membalas wa dari Satria yang masih di kampung halamannya.

Setelah Kalia berangkat ke sekolahnya, Ina pun segera bersiap siap untuk ke kantornya. Dia ingin mencoba menghubungi salah satu anak usaha Ocean Tanker yang juga punya usaha keagenan kapal, untuk kerjasama dengan perusahaannya siang ini. Maklum setelah pekerjaan di Tanjung Priok dan Marunda selesai, belum ada lagi pekerjaan baru yang menanti di depan dalam waktu dekat.

Guyuran air di sekujur tubuhnya membuat dia agar merinding. Sudah mau seminggu Satria pergi, dan selama itu juga dia puasa tidak bercinta. Selama ini dia sebetulnya pernah juga hampir sebulan tidak bercinta dengan pria lain, namun semenjak adanya Kuswan dan Satria, frekuensi bercintanya Ina memang meningkat pesat, apalagi dengan anak muda seperti Satria.

Kuswan sudah standby di depan garasi, sambil menyantap risol dan juga secangkir kopi. Mobil sudah dipanasinya, karena semalam sudah dicuci, jadi pagi ini dia tidak cuci lagi.

Matanya seperti menahan hasrat melihat penampilan majikannya pagi ini. Bagaimana tidak, dengan kemeja putih tipis ketat sehingga bra merah marron terlihat dari luar, dan rok mini hitam yang juga ketat diatas lutut, tubuh Ina pagi ini memang sedap dipandang.

“ayo jalan Pak….”

“siap Bu..”

Mobil lalu keluar dari perumahan mewah di kawasan Bekasi ini, dan keluar ke arah Boulevard.

Lalu

“kita ke kantor, Bu?”

“iya…..” jawab Ina

Mereka sempat mampir ke Starbuck, seperti kebiasaan Ina selama ini, selalu mengisi tumblernya dengan kopi, sebelum ke kantor

“bapak mau kopi?”

“saya sudah tadi, Bu… makasih…”

Ina diam mendengar penolakan Kuswan

Lalu mobil kembali berjalan

“rumah sudah diperpanjang?”

“sudah Bu…..” jawab Kuswan cepat

“semalam sudah saya bayar…”

Lalu

“coba kita kesana, saya mau lihat kondisinya sekarang….”

Kuswan bagaikan tidak percaya mendengar ucapan Ina.

“baik Bu…..”

Rasanya ingin menginjak gas lebih kencang Kuswan. Hatinya sumringah sekali mendengar perintah Ina barusan.

Sambil dia melirik dari kaca spion tengah, dia melirik ke arah Ina yang sedang sibuk dengan ponselnya di kursi tengah. Isi celana Kuswan seketika konek dan mulai menegang seiring hangatnya suhu tubuhnya. Kerinduannya untuk bercinta dengan Ina pun sepertinya akan terpenuhi hari ini. Meski bahasa tubuh Ina masih kaku dan terlihat cuek, namun dengan perintahnya agar mereka ke kontrakannya dia, sudah menjadi lampu hijau bagi Kuswan yang sudah seperti jadi batu isi celananya selama hampir dua bulan.



++++++++++++++++++++

Seperti biasa kamar Kuswan selalu rapi dan bersih. Beda dengan kamar Satria yang berantakan dan kadang pembantu harus membersihkan kamarnya, meski Ina suka memberi tahu agar Satria agar jangan membiarkan kamarnya berantakan, apalagi jika mereka selesai bercinta.

Kuswan agak salah tingkah saat Ina masuk, lalu duduk di ranjang. Matanya masih tetap di ponselnya, sambil mengetikkan beberapa whatsapp sepertinya.

“ibu mau minum?”

“boleh…” sambil konsentrasinya masih di ponsel “ aqua aja…”

Kuswan lalu mengambil aqua botol di lemari yang memang selalu ada, karena Ina kalau datang tidak ingin minum air aqua di dispenser.

“silahkan Bu….” dia meletakkan botol aquanya yang sudah dibukain di samping ranjangnya di lantai.

Kuswan lalu ke kamar mandi, mencuci peralatannya, mencuci tangannya, lalu kembali ke dalam kamarnya. Kontrakannya yang seperti petakan, namun punya kamar sendiri yang berpintu dan kamar mandi terpisah, sehingga sebelum ke kamar lagi yang ACnya sudah dinyalakan, dia sempat memastikan pintu terkunci.

Saat dia masuk di kamar, Ina masih sibuk dengan ponselnya. Badannya bersandar di kepala tempat tidur, kakinya kini selonjoran di kasur. Betis indahnya dan setengah paha mulusnya pun terlihat terekspose karena rok mini yang dikenakan Ina seperti tidak mampu menahan gempalnya pahanya dia.

“Pak, pijitin dong aku….” perintahnya ke Kuswan lagi “pegel…”

Kuswan segera duduk di tepi ranjang, lalu kaki Ina diangkat ke pangkuannya, dan mulia jari-jarinya meremas telapak kaki Ina.

Terdengar rintihan kecil saat jemarin keras Kuswan menekan kakinya

“pelan-pelan….”

“iya Bu… maaf…..”

Kembali tangan Kuswan beraksi.

Ina tetap sambil membaca dan membalas whatsapp yang sepertinya tidak selesai-selesai dari keluar rumah. Sambil menikmati tekanan jari Kuswan yang dirasanya melegakan pegelnya telapak kakinya

“betis dong…..”

Kuswan mengalihkan remasannya ke betis Ina.

Situasi ini membuat Kuswan semakin mengeras isi celananya. Melihat dan menyantuh kulit boss nya ini, rasanya birahi Kuswan bagaikan memberontak meminta dilepaskan. Apalagi saat kakinya dinaikan ke pangkuan Kuswan, celana dalam berwarna merah terlihat mengintip dari balik paha Ina. Pemandangan ini membuat Kuswan galau dan semakin hangat badannya.

“udah Pak…..”

Ina lalu menarik kakinya, tersenyum ke Kuswan, lalu berdiri menuju ke kamar mandi.

Terdengar suara air menyemprot dari kamar mandi, dan tidak lama kemudian Ina keluar dari kamar mandi, masuk kembali ke kamar.

“udah dicuci?” tanyanya ke Kuswan

“u u udah Bu…..” jawab Kuswan gagap

Ina iba melihat Kuswan. Dia tahu pria ini sangat berharap ingin bercinta seperti dulu. Namun Ina memang sudah seperti hilang rasa ke Kuswan. Kali ini pun karena dia sudah seminggu tidak disentuh, dan juga karena rasa ibanya, makanya dia ingin mengajak Kuswan bercinta. Sekalian dia juga ingin merasakan batang perkasa milik Kuswan yang sizenya lebih kekar dari Satria.

Ina tersenyum melihat Kuswan yang agak gagap

“buka bajunya….” perintah Ina

“iya Bu….” dengan cepat Kuswan membuka bajunya

“pintu sudah dikunci?”

“sudah Bu….” ujar Kuswan sambil membuka celana panjangnya, sehingga hanya menyisakan celana dalam yang seakan tidak mampu menahan kencangnya tonjolan kontolnya yang sudah tegang.

Ina juga kemudian membuka kemejanya, dan sekalian dengan roknya, meletakkannya di ambalan di dinding kamar.

Melihat mulusnya Ina dengan bra dan cd sewarna, membuat Kuswan belingsatan. Dengan cepat dia lalu memeluk tubuh indah yang sudah lama dia rindukan.

“kangen……”

Ina tersenyum dan membiarkan Kuswan memeluknya dengan erat

Kuswan lalu mencium pundaknya yang telanjang itu dengan lembut. Kulit hitam Kuswan bagaikan perbandingan kontras dengan kulit putih mulus Ina.

“ough….” rintih Ina terdengar saat Kuswan mulai merambah lehernya, yang sering jadi tempat yang membuatnya merinding karena mendapat sentuhan disana. Badannya meliuk dalam dekapan Kuswan saat bibir Kuswan mecumbu lehernya.

Tatapan mereka bertemu

Dan dengan lembut Kuswan mencium bibir Ina, yang kali ini tidak menolak. Ciuman yang lembut dan akhirnya menjadi lumatan bibir yang ganas saat lidah mereka bertemu dan slaing menekan. Sementara jari Kuswan merapat ke punggungnya Ina, dan membuka kaitan branya.

Bra merah itu jatuh ke lantai, dan kembali bibir mereka saling bertautan, dada mereka saling berdekapan, dan batang kemaluan Kuswan yang sudah tegang serasa mengganjal di belahan vagina Ina yang masih terbungkus celana dalam.

“ough….” rintih wanita itu keluar saat mulut Kuswan menjumput puting buah dadanya yang mengeras akibat rangsangan dari Kuswan. Dia sejenak lupa dengan Satria, yang ada ialah dia membiarkan sopirnya kembali menjajah tubuh indahnya itu, dan jawabannya ialah dengan membusungkan dadanya saat mulut dan lidah Kuswan bermain di buah dada indahnya dengan putting yang menegang.

Bibir mereka saling bertautan kembali. Liar dan saling bertukar lidah dan ludah.

Sementara itu tangan Ina dengan lincahnya bergerak membelai urat jantan yang menegang dari balik celana dalamnya. Tangannya lalu menurunkan celana dalam itu, dan batang besar berurat hitam meloncat seakan merasakan kebahagiaan akibat mendapat belaian kembali setelah lama tidak ada tangan indah yang menjamah

Tubuh Ina kini terlentang pasrah

Celana dalam nilon merah itu lalu diturunkan oleh Kuswan, sehingga bukit indah yang ditumbuhi rerumputan tipis yang sudah lama dirindukan oleh Kuswan, kini terpampang indah di kasur, seakan menantangnya untuk mengeksplore lebih lanjut lagi.

Dengan ganas lidah Kuswan lalu menyapu belahan indah itu.

Ina berteriak sambil meremas rambut Kuswan yang dipotong pendek saat lidahnya mnyusuri belahannya yang kini mulai basah.

“ough…….ah…..” gumanan bibir Ina bagaikan sudah tidak sadar lagi dia sedang dimana.

Bau harum khas vagina yang terawat, seakan menantang hidung Kuswan untuk melumat bibir dan kacang kecil yang tumbuh diatas bibir vagina, yang membuat pantat Ina bergarak liar tak menentu, seiring dengan liarnya lidah Kuswan menyapu semua permukaan vagina yang kemerahan itu.

Tangan Kuswan meremas buah dada Ina, sambil lidahnya dan bibirnya bergantian mencumbu vagina Ina, yang semakin basah dan licin akibat liarnya lidah Kuswan yang merana sekian lama tidak mencicipi indahnya madu manis di sela paha Ina.

“sudah yuk….. masukin…..” pinta Ina seakan tidak kuat dengan serangan dari Kuswan yang terus mendesak birahinya, dan sentuhan idahnya Kuswan jika diteruskan maka bisa saja Ina jebol dibuatnya.

Namun dia ingin yang lain

Dia ingin batang kemaluan Kuswan yang mengerjakan tugas itu.

Kuswan lalu bangkit, sambil menggenggam batang kejantanannya.

Dia lalu mengarahkan batangnya yang mengkilap topi bajanya itu ke arah vagina yang sudah terbuka pahanya lebar-lebar. Tatapan sayu Ina, seakan mempersilahkan batang besar itu untuk tenggelam kedalam vagina basahnya.

Batang Kuswan semakin mengeras.

Tubuh indah yang berbaring pasrah di kasurnya, tubuh yang dia rindukan sekali selama ini, akhirnya kembali tersedia di hadapannya.

Kepala kontolnya yang hitam dan besar itu lalu digosok gosok ke bagian permukaan dan itil Ina

“ough……” sambil menggigit bibirnya dia merintih

Tangannya sedikit mencengkram pinggul Kuswan

Lalu perlahan lahan akhirnya batang hitam itu masuk kedalam vaginanya Ina. Kepala Ina terdongak sesaat saat batang itu menggelosor masuk. Jepitan uratnya dengan otomatis menyambut mencengkram erat semua urang jantan itu, membuat saraf-saraf tubuhnya bagaikan tersettrum akibat penuhnya lubang kemaluannya dengan batang Kuswan.

Sesaat Ina lupa dengan yang lain.

Tubuh Kuswan kini menempel ke tubuh Ina. Pemandangan yang kontras antara tubuh hitam Kuswan yang hampir menutupi tubuh mungil dan seksi milik Ina. Mereka menikmati sesaat bertemunya kedua tubuhnya dan menusuknya batang Kuswan kedalam vagina Ina.

Lalu Kuswan mulai menggoyang dengan lembut

Dada montok dan segar Ina menempel ke dada keras Kuswan.

Tangannya Ina melingkar di leher Kuswan. Lengan Kuswan menahan di sisi kasur, sementara kaki Ina terbuka lebar, dan sodokan Kuswan kini makin gencar menghujam vagina nikmat dan hangat milik Ina.

Rintihan dan lenguhan mereka saling silih berganti.

Jepitan vagina Ina benar-benar membuat Kuswan melayang layang. Dan batang kemaluan yang besar dan kuat, serta goyangan teratur nan berpengalaman dari Kuswan, membuat Ina pun semakin dilontarkan ke awang-awang dan mendekati puncak birahinya.

Seminggu tidak tersentuh, dari yang biasanya hampir setiap hari dia disenggol oleh Satria, membuat Ina haus akan sentuhan pria lagi, dan Kuswan yang memang sangat mengerti dan memahami bagaimana memuaskan majikannya ini bagaikan mendapat momentum indah untuk menyalurkan hasratnya.

Tangan Ina kini menekan pantat Kuswan.

Bibir Kuswan yang agak menghitam lalu melumat bibir indah Ina. Disambut dengan penuh kehanagatan bahkan lidahnya pun ikut bermain menyambut lidah Kuswan. Birahinya kini mendekat.

Mata Ina terpejam meresapi sodokan batang Kuswan

Melihat Ina yang sudah mendekati puncak kenikmatannya, Kuswan semakin fokus menggocek di arah yang sedang dia mainkan saat ini. Batang yang penuh di dalam lubang hangat Ina, lalu sentuhan di bagian kelentitnya, membuat Ina menggeram dan sambil menjepitkan pahanya ke badan Kuswan.

Dan akhirnya…..

Ina lalu berteriak lirih…..

Dia memeluk erat tubuh Kuswan, pahanya menjepit erat panggul Kuswan, dan tangannya seperti menekan pantat Kuswan

“ough….argh…..ouh…..”

Badannya agak melengkung sering teriakannya

Merasakan orgasme dengan Kuswan memang sedikit berbeda sensasinya. Jika dengan Satria maka sensasinya dia bagaikan sepasang kekasih yang menikmati ketampanan sang pasangan. Namun dengan Kuswan dia bagaikan nyai di kampung yang berkuasa atas pembantu prianya yang perkasa.

Kuswan tahu Ina sedang menggapai orgasmenya, dia seperti membiarkan dulu agar otot vagina Ina agak tenang dulu.

Lalu

“ayo…. keluarin….” bisik Ina lagi

Kuswan kembali semangat dan lalu mulai menggocek lagi.

Pantatnya naik turun

Dia kini meresapi indahnya jepitan hangat Ina lewat rapatnya lubang basah itu. Lubang yang selama ini rajin dijaga dan dirawat oleh Ina dengan jamu dan juga treatment yang rutin. Membuat pria-pria yang merasakan nikmatnya lubang ini selalu ketagihan dan meminta lagi.

Sesekali bibirnya singgah di bibir Ina, yang kali ini seperti membiarkan Kuswan bermanja manja ke dirinya

Kadang leher Ina menjadi sasaran bibir Kuswan

Dan goyangan Kuswan kini makin kencang

“buang diluar yah….” bisik Ina yang sudah sedikit sadar dari birahinya

“iya……” balas Kuswan lirih di tengah kobaran birahinya

Dan tidak lama kemudian Kuswan tiba-tiba mencabut batang kemaluannya yang bagaikan yang hitam dari lubang kemaluan Ina, lalu menumpahkan semua cairannya ke perut Ina sambil dia memeluk erat wanita itu.

“banyak banget…..” cekikikan Ina melihat tumpahan air peju di perutnya

KUswan tumbang disamping Ina

Seketika dia segera sadar. Dia langsung bangun dari tidurnya, mengambil handuk bersih untuk Ina, dan juga tisu dan kemudian melap perut Ina yang rata dan bersih, yang terlihat kontras dengan peju kental yang berceceran di perutnya.

“ udah lama banget yah…..”

Kuswan menganggukkan kepalanya

“banget Bu….”

Ina tertawa geli melihatnya.
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd