Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Bali dengan dua bidadari

Status
Please reply by conversation.
sebelumnya wapol mau DISCLAIMER dulu.
cerita ini sama sekali, i repeat sama sekali ga berhubungan, terinspirasi, maupun ngambil spotlight dari kasus yang sedang marak. wapol nulis ini setahun silam (tau kan trit ini sempet dibekukan gegara wapol ga apdet). dan kisahnya sendiri lebih dari 2 tahun silam. wapol cuma menceritakan kembali apa yang wapol alami, mungkin sedikit bumbu untuk membuat cerita lebih menarik (seriously plain bgt kalo ga dikasi bumbu). so, jika part ini menyalahi aturan grup, mohon bilang wapol agar didelete dan skip langsung ke part berikutnya, sepengetahuan wapol ga ada di rules sub cerpan. terima kasih

Part.9, tangan-tangan kecil


Lona sudah mulai tinggi. nafasnya memburu. Vaginanya sudah sangat basah ketika dua jari gw mengocoknya. Gw menjilati putingnya sambil beberapa kali menggigitnya kecil. Tangan lona sudah masuk ke dalam celana gw, mengocok perlahan wapol.jr yang sudah tinggi. tetiba terdengar teriakan dari arah tangga “HEY! KALIAN NGAPAIN?!?!” sontak kami menyudahi permainan kami. Lona langsung menutup kemejanya tanpa mengancingnya. Gw melihat ke arah tangga. 5 orang bocah, 3 orang masih berpakaian SMP, dua di antaranya membawa batang kayu cukup panjang. Dua orang sisanya memakai celana pendek dan kaos oblong. Dari badannya lumayan besar, sepertinya sudah SMA. mereka Melihat lurus ke arah kami dengan wajah marah. Gw antara kaget, kesal, kentang. Kaget karena kami ketahuan, kesal karena ni bocah pada sok banget padahal ge tepok dikit bisa gelinding ampe bawah.


“Kalian-kalian ini yang buat Bali kotor! Mesum sembarangan!” teriak bocah lainnya sambil mereka menghampiri kami. satu orang bocah menarik tangan gw, “gini harus dilaporin nih” teriak bocah tersebut. “kalo gw lempar ni lima bocah bisa kena kasus berat, kalo ikut bisa digiring warga” pikiran gw kalut. Lona melihat mereka penuh ketakutan. Tangannya terus mendekap, berusaha menutup kemejanya ketika beberapa bocah mulai menarik-nariknya.


“kalian kenapa sih?” tanya Lona perlahan santai. “ya kalian, mesum!” teriak bocah lainnya yang membawa kayu. “terus kalo kami digiring kalian dapet apa?” tanya Lona lagi. 2 bocah yang memegangi lona saling berpandangan. Sepertinya mereka bingung. “dapet duit dari bli ***** (gw lupa bli siapa). Teriak satu bocah yang sedang menarik-narik gw. agak risih sebenernya kegep ama bocah gini. Serba salah, melawan pasti menang, tapi harga diri berantem ama bocah. “duit doang?” tanya Lona lagi. Bocah lain menginstruksi temannya untuk tidak menjawab lebih lanjut. “kalian liat apa aja sih emang?” tanya Lona lagi. “kalian mesum! Ni bli’nya mesum! Lagi ngobel-ngobel (memainkan vagina) memek! Ngerusak aja!” jawab ketus bocah yang menginstruksi temannya untuk diam. “oooh. Terus kalian pengen?” jawab Lona kemudian. Mereka saling berpandangan. “enggak!!” pekik bocah yang memegangi tangan gw, namun wajahnya seperti mengisyaratkan lain.


“kalo kalian pengen ga masalah kok, udah pada gede, udah bisa berdiri kan burungnya?” goda Lona. Gw menatap Lona ragu, apa maksudnya. Kenapa dia seperti menawarkan diri? “enggak!!kita mau bawa kalian! Biar dihukum!!” pekik bocah lainnya. “Lho, untungnya kalian kalo kami dihukum apa?” tanya gw kemudian. Mereka kembali saling berpandangan. Gw mulai tenang dengan ni bocah tapi ragu apa yang akan Lona lakukan. “kita dapet duit kan ya?” bisik bocah yang memegang tangan kiri gw ke bocah yang memegang tangan kanan gw, diikuti anggukan sebagai jawaban. “kalo Cuma duit bli bisa kasih kok, berapa sih?” tanya gw kemudian sambil memberi tawaran. “enggaak!!” pekik bocah yang memegangi tangan Lona. “kalo laporin kami, kalian ga untung apa-apa lho, kalian ngeliat apa aja emang tadi?” tanya Lona lagi dengan nada lebih lembut. “mbok (sebutan kakak di bali) mesum! Digrepe-grepe kan tadi? Lg dikobel-kobel” jawab si kepala geng yang memegangi tangan gw.


“mau juga?” Lona memberi tawaran yang sangat sulit mereka tolak. Mereka saling berpandangan. “enggak!!” pekik satu bocah. “yakin ga mau?” tanya gw membuyarkan prinsip mereka. Gw memandang Lona cemas. Lona melihat gw, menatap yakin akan tawarannya. “mau apa emang?” tantang si kepala geng setelah melihat teman-temannya. Ya, bisa terlihat yang memegangi tangan lona seperti menatap mesum ke arah dada lona, tangannya juga seperti sudah beberapa kali menyentuh dada lona ketika mereka berusaha menarik kami. “daripada laporin Cuma dapet duit, mending mbok kasih lebih, pengen kan ngeliatin daritadi?” tantang Lona. “enggaaaak!!” pekik bocah yang memegang lengan kiri lona. “ahh enggak apa daritadi kamu colongan nyolek dada mbok” cibir lona. Wajah bocah itu memerah antara marah dan malu, teman-temannya yang memegangi gw langsung menatapnya. Wajahnya tertunduk. “daripada colongan, mbok kasih deh, gimana?” tantang Lona. “serius?” dua bocah itu langsung menjawab spontan. Lona menginstruksi mereka untuk melepaskan tangannya, kedua bocah itu menuruti.


Lona menatap kepala geng yang berdiri di hadapannya. “daripada dilaporin, ga penting. Mending sini mbok kasih” kata Lona menantang mereka. “ah bohong!” jawab kepala geng penuh keraguan. Tangan kiri Lona memegang kemejanya yang belum dikancing, tangan kanannya membelai celana si kepala geng. “duit bisa dicari, pilih yang susah didapet aja gimana?” tawar Lona sambil menatap si kepala geng. 4 bocah lainnya memperhatikan dengan seksama apa yang sedang dilakukan Lona. Tanpa menunggu jawaban, lona membuka gesper si kepala geng, kemudian membuka kait dan resleting celana SMP tersebut. Lona kemudian perlahan menurunkan celana dan celana dalam si kepala geng dan mencuatlah penis mungil yang masih tertutup kulup, Belum berdiri sepenuhnya. Lona kemudian bersimpuh di depan kepala geng. 4 bocah makin khidmat menyaksikan. Gw sendiri penasaran, kaget, dan khawatir, apa Lona melakukan ini terpaksa karena perbuatan kami. tangan kanan lona mengocok pelan penis kecil yang perlahan menegang tersebut. Si kepala geng hanya terdiam mematung. Kulup penisnya perlahan keluar, dan Lona nampak mendekat. Ia perlahan menjilati kepala penis tersebut. “aaaaah” si kepala geng bergetar, ia mendesah ketika penisnya dijilati Lona.


Jemari lona masih mengocok penis tersebut. Penis yang panjangnya hanya sepanjang jarak telunjuk hingga kelingking. Kedua tangan lona kemudian memegang pinggang si kepala geng, perlahan ia menenggelamkan penis tersebut ke dalam mulutnya. Tidak sulit untuk mencapai ujung penis. Si kepala geng menengadah, mendesah keenakan. Teman-temannya terpaku melihat kejadian ini sambil menelan ludah. Ketika si kepala geng melihat lona, ia mungkin bisa melihat kedua dada lona dari sela-sela wajah lona karena memang kemeja lona kini hanya menutupi samping dadanya, tangan yang digunakan untuk sebagai kait kini sedang memegang pinggul si kepala geng.


Tak perlu waktu lama hingga dua orang yang memegang tangan lona untuk sadar ada rejeki nomplok di hadapan mereka. Bocah yang memegang tangan kiri lona perlahan mengusap leher kiri lona, turun hingga ke dadanya. Ia kemudian langsung meremas dada lona. “aaaw” sontak lona sambil melepas kulumannya. “pelan-pelan ngeremesnya, pakai perasaan” komentar Lona yang disambut tawa dari bocah lain, “pelan-pelan begook! Makanya cewe lu gamau digrepe, kasar sih” yah cibiran-cibiran khas anak SMP saling bersautan. “hehe maaf mbok, abis toketnya gede banget. Aku gemes” sahut si bocah yang kembali diiringi tawa. Lona kemudian melanjutkan kulumannya. bocah lain yang juga memegang lengan Lona ikut mengambil bagian. Tangannya merambah ke dada kanan lona. seperti kesulitan mereka menarik kemeja lona, tangan lona yang sedang memegang pinggul si kepala geng kemudian beralih ke belakang tubuhnya, mengisyaratkan mereka untuk menarik turun kemeja lona. gayung bersambut mereka langsung melucuti kemeja lona. dan nampaklah kedua dada lona yang berukuran sedang, membusung. Dua bocah yang memegang gw terperangah.


Lona melepas kulumannya, “mau laporin terus Cuma dapet duit apa mau mbok?” goda lona. 5 bocah tersebut berteriak kompak “mbok ajaa”. “naah gitu kompak kan enak” jawab lona diiringi tawa mereka. Gw masih ga percaya apa yang gw liat.


Bocah berkaos hitam yang memegangi tangan gw seperti tak mau melewatkan momen. Ia bangkit kemudian duduk di samping Lona. tangannya langsung masuk ke balik rok Lona. “basah banget mbok memeknya” celetuk bocah tersebut sambil memainkan vagina Lona. ada rasa cemburu juga liat Lona “diperkosa” bocah, tapi dia bukan siapa-siapa gw. merasa gagal bertanggung jawab atas dia juga sebenernya, tapi di sisi lain gabisa dibohongi kalo pemandangan ini bener-bener menggugah hasrat.


Lona mulai limbung, terlalu banyak rangsangan yang ia terima. Dua bocah memainkan dadanya, satu bocah memainkan vaginanya, dan mulutnya sibuk mengulum. Ia kemudian memposisikan dirinya. Seperti satu komando semua bocah kompak dengan Lona. Lona tidur telentang dengan tasnya menjadi bantal, si kepala geng bersimpuh di sisi kiri lona. kembali Lona mengulumnya. Dua bocah yang asik dengan dada lona kemudian rebahan di kedua sisi lona, memposisikan kepala mereka di dada lona. “gede banget toket mboknya ya” kata bocah di sisi kanan lona. “jauh lebih gede dari **** pacarmu” celetuk bocah di sisi kirinya. “sok tau kamu, tapi iya ini gede banget, empuk, enak” jawab bocah di sisi kanan lona yang kemudian menjilati dada lona. bocah yang tadi memainkan vagina lona duduk di sisi kanan sambil kembali memainkan vagina lona dari balik roknya.


“basah banget mbok, enak” pujinya. “mana basah mana basah? Liat dong buka” pinta bocah terakhir yang masih duduk di samping gw. gw bangkit ke sisi lona. bocah itu menghentikan permainannya. rok lona memakai karet, jadi gampang untuk dibuka. Gw tarik turun perlahan rok Lona menyajikan sajian utama mereka sambil melepaskan pakaian terakhir yang melekat di tubuh Lona. saat ini Lona sudah telanjang, tanpa apapun lagi yang menutupi tubuhnya, di tengah bocah-bocah yang menggerayangi tiap bagian sensitifnya. Langit masih cukup cerah untuk melihat vagina Lona dengan bulu-bulu tipis mengkilap karena telah basah.


Bocah terakhir akhirnya bergabung. Dengan takjub ia memperhatikan vagina Lona. seperti membantu lona sendiri melebarkan kakinya membentuk huruf M. Bocah terakhir duduk menghadap vagina Lona. ia terus memperhatikan vagina lona. “gapernah liat memek lu ya?” tanya bocah yang sedang memainkan vagina Lona. dijawab dengan gelengan bocah tersebut. “lha si **** ngapain aja?” tanyanya lagi. “gapernah ngeliat, megang doang, tapi ini berbulu, pacar gw enggak” jawabnya. Gw terkekeh melihatnya. “Cewek itu kalo udah gede berbulu juga, sama kaya cowok” jawab gw santai sambil menyalakan rokok, berusaha santai melihat pemandangan ini. mereka berdua mengangguk polos.


“sini lu gw ajarin jilmek” seru kepala geng di tengah asyiknya kuluman lona. Lona melepas kulumannya. bocah itu kemudian bergerak ke arah vagina lona. tiarap dengan wajah menghadap vagina lona yang terbuka lebar menantang mereka. Tak menunggu lama si kepala geng langsung membenamkan wajahnya, “aaaahhhhhh” Lona melenguh agak kencang ketika bocah itu liar menjilati vagina lona. “aahhh, mmmhh” Lona terus melenguh sambil kedua tangannya menahan kepala dua bocah yang memainkan dadanya agar tak melepasnya. “hhhh...aaaahh...mhhh... kamu ke sini kamu” perintah lona di tengah lenguhannya. Bocah yang tadi memandangi vagina lona kemudian berjalan, memposisikan diri bersimpuh di samping kepala lona. “ahhh, buka celananya” perintah lona lagi di tengah lenguhannya. Anak itu menuruti saja, ia menurunkan celana kolornya, dan mencuatlah penis tanpa bulu. “pernah disepongin ama pacarnya?” tanya Lona menggoda sambil jemarinya mengelus penis bocah itu. Bocah tersebut menggeleng, Lona tersenyum kemudian menarik penis bocah itu mendekati mulutnya. Lona menjilati kepala penis yang sudah keluar dari kulupnya. “aaaah mbok...ahh” bocah itu melenguh. “kamu daripada bengong, kalo mau ngocok, ngocok aja turunin celananya” perintah lona kepada bocah terakhir yang bengong melihat teman-temannya. Lona seperti sudah tinggi, wajahnya sayu. Perlahan ia memasukan penis itu ke mulutnya. Tempo lambat berangsur cepat, tanpa ampun Lona mengulum penis bocah itu dengan cepat. “aaahh enak banget aaaaahhh...aaaaahhhh” bocah itu melenguh kencang sambil memegangi kepala lona. matanya merem melek keenakan. Sekilas gw bisa melihat jemari lona memainkan biji bocah tersebut sambil ia terus mengulumnya dengan cepat. Hanya butuh waktu dua menit bocah tersebut memekik “aaahh mbook aku mau pipiis” kuluman cepat Lona berangsur pelan hingga berhenti. Bocah itu seperti sudah menembakkan spermanya ke mulut Lona. tubuhnya bergidik, ia melenguh kencang.


Sesaat kemudian bocah tersebut duduk lemas dengan penis yang kian menyusut. Sementara lona seperti mendapat asupan vitamin. “ah payah lu cepet banget!” seru bocah yang asyik menikmati dada kanan Lona. “enak banget parah” jawab bocah itu terduduk lemas. Bocah yang barusan mengolok temannya itu kemudian melangkahkan kakinya, menjulurkan penis mungil yang sudah berdiri itu tepat di wajah Lona. “nih gw tahan lama”. Lona memberi isyarat bocah tadi untuk memegangi kepalanya agar bisa lebih tepat menuju penis bocah tersebut. Bocah yang sudah lemas itu kemudian memposisikan duduk menjadikan pahanya menjadi bantal untuk Lona.


Perlahan lona mengocok penis bocah tersebut. Belum dikulum, bocah itu sudah menggelinjang keenakan. Lona mengarahkan penis tersebut ke atas, dan mulai menjlati biji bocah tersebut. “aaaahhh” bocah itu mulai melenguh. Lona kemudian memegang pinggang bocah tersebut dan mulai memasukan penis itu ke mulutnya. Lagi, tak butuh banyak usaha untuk membenamkan seluruh penis it ke dalam mulutnya. Tangan lona kemudian mulai menggoyang pinggang bocah itu maju mundur, semakin lama makin cepat.


Sementara itu, bocah yang tengah memainkan dada kiri Lona tetiba menarik tangan kanan Lona untuk mengocok penisnya. Maka sekarang Lona melayani dua penis. Bocah yang asik memperhatikan itu juga sudah menurunkan celananya. Bergantian dengan kepala geng bocah itu menjilati, dan memainkan vagina lona. terkadang mereka menjilati, membuka lebar bibir vaginanya, memasukan jemarinya, hingga satu bocah melebarkan, satu bocah lainnya menjilati vagina lona.


“mmhhh, mmmhh” di tengah kulumannya Lona mulai melenguh sejadinya. Tubuhnya terus bergoyang. Setiap titik rangsang yang ia miliki saat ini sedang dijamah. Gw sendiri yang melihat mulai tak tahan. Wapol.jr sudah berdiri tegak di balik celana. “aaah mau pipis” seru bocah yang penisnya sedang lona kocok dengan tangan. Sejurus kemudian beberapa semprotan sperma mendarat mulus ke wajah lona. cairan putih kental itu berhamburan di wajah cantik lona. diiringi kemudian dengan bocah yang penisnya sedang dikulum menjambak kepala lona, tubuhnya bergidik, “mau pipiiis...aaaaah” dan mungkin beberapa semprotan sperma lainnya bersarang hangat di mulut Lona.


Dua bocah itu langsung tergolek lemah. “mbok, aku enthu ya” pinta si kepala geng kemudian. Lona sejenak melupakan dua bocah yang mempermainkan vaginanya bagai mainan. Ketika lona melihat, si kepala geng sudah menepuk-nepuk penisnya di bibir vagina Lona. gw sedikit bangkit dari duduk gw, melihat apa benar bocah tersebut benar mau menyetubuhi wanita yang terpaut cukup jauh umurnya. “jangan dek, mbok masih perawan” pinta Lona memelas sambil merapatkan pahanya. Bocah itu nampak tak peduli. “dek, kamu punya pacar?” tanya lona memecah hawa nafsu si kepala geng. Bocah itu mengangguk. “coba bayangin kalo pacarmu itu tetiba diperawan orang, marah ga? Kalo mbokmu di rumah diperawan orang, marah ga kamu?” tanya Lona lagi. Bocah itu nampak sedikit berpikir sambil masih menggesek-gesekkan penisnya di bibir vagina lona. “marah mbok” jawabnya kemudian. “nah, bli di sana juga, pacar mbok pasti marah kalo pacarnya diperawan. Nggak baik lho merawan orang sembarangan” tambah lona kemudian. Bocah itu nampak kecewa. Lona beranjak duduk, menyeka sperma yang berceceran di wajahnya.


“mbok punya ide, kamu telentang sini” pinta lona sambil beranjak bangkit. Bocah tersebut menurut saja. Ia kemudian memposisikan tubuhnya tidur telentang. Perlahan lona bersimpuh dengan posisi vaginanya berada di atas penis si kepala geng. Perlahan lona mengusap penis bocah itu dan memposisikannya menghadap ke perut bocah itu. Kemudian ia menjepit batang penis itu dengan bibir vaginanya yang telah basah cairan dan liur dua bocah tersebut. “aaaaahhhhh” bocah itu melenguh ketika perlahan lona bergerak maju mundur memijit penis mungil tersebut dengan vaginanya. bocah terakhir berdiri di sisi kanan lona, mengacungkan penisnya ke wajah lona seperti meminta jatahnya. Dengen senang hati Lona menggenggam penis tersebut dan perlahan mengocoknya. 3 suara desahan saling bersahutan. Lona bahkan meremas dadanya sendiri yang sudah penuh cupangan. Dua bocah yang memainkan dada lona memenuhi dada tersebut dengn tanda merah. Cupangan-cupangan itu bertebaran di seluruh dada Lona.


Hanya beberapa menit berlalu, si kepala geng mulai meregang. Nafasnya sudah berat. “aaah mbok mau keluaar” desahan itu membuat lona bergerak makin cepat. “aaaaaaaahhh” dan si kepala geng akhirnya mencapai puncaknya. Sperma berhamburan ke bibir vagina lona hingga perut si kepala geng. Diiringi kemudian lenguhan kencang bocah terakhir. Bocah itu tetiba memegang kepala lona, memaksanya mengulum penisnya, sialnya sebelum bibir lona sampai, penis tersebut memuntahkan muatannya. Semburan pertama bersarang ke mulut Lona, dan semburan-semburan berikutnya bertebaran ke wajah lona.


“kalian nakal ih senengnya pipis di muka mbok” celetuk lona. bocah tersebut hanya tersenyum simpul. Lona kemudian bangkit duduk di sebelah kepala geng yang masih tercengang dengan apa yang ia alami. Tidak sampai setengah jam untuk Lona membuat 5 jagoan kecil ini kalah di medan pertempuran. Masing-masing bocah kemudian memakai celananya. Sementara lona masih duduk telanjang memandangi mereka. “mending mana ama dapet duit?” goda lona kemudian sambil berusaha bangkit. “ini mbok!” seru salah satu bocah, “besok main ke sini lagi mbok!” seru bocah lainnya. “iya kalo ada waktu ya” jawab lona ramah.


Seluruh bocah kini sudah mengenakan celana mereka, sementara lona masih berdiri tanpa sehelai benangpun. Bocah-bocah itu masih menatap tubuh lona. mereka seperti terbius dengan pesona tubuh yang baru mereka permainkan ini. belasan cupangan berbekas di dada lona, sperma-sperma mulai mengering di wajah dan bibir vagina lona. Lona meminta mereka untuk tidak menceritakan apa yang telah mereka lakukan, dan mereka mengiyakan dengan penuh semangat. Mereka bersiap kembali ke atas, dan lona (masih dengan bertelanjang) melepas kepergian mereka. Lona melihat bocah-bocah itu menaiki anak tangga dengan riang.


Gw turut melihat bocah tersebut, memastikan posisi kami sudah tak terlihat oleh bocah tersebut. Kemudian gw langsung memeluk Lona dari belakang. Tangan kiri gw langsung meremas dada lona sementara tangan kanan gw menyentuh area vaginanya. “aaah pol” lona melenguh sebentar. Gw gak berhenti meremas kedua dada Lona, sementara satu tangan gw lainnya langsung menyeruak ke dalam vagina Lona yang memang sudah basah. “aku ga tahan banget beb” kata gw sambil menarik lona ke tengah pendopo. Kemudian gw posisikan lona menungging dengan tangan bertopang ke bangku pendopo. Tak ada penolakan. Gw langsung menurunkan celana gw, kemudian tangan gw memposisikan wapol.jr di bibir vagina lona.


Dengan satu hentakan, wapol.jr menyeruak masuk ke dalam vagina Lona. “aaaaaahhhhhhhhh” Lona melenguh panjang. Tangan gw meremas kedua bokong Lona yang agak kotor karena tiduran sembarangan di pendopo ini. Suasana langit yang mulai memerah padam, daun saling berdesir, Lenguhan Lona yang mulai liar, dan bunyi *plok Plok* vagina lona yang sudah banjir ketika gw menghentak wapol.jr masuk mengiringi sore menuju petang kami. vagina Lona menjepit keras penis gw; hangat dan legit.”aaah aaaah mmhhh aaaah” Lona melenguh makin kencang ketika gw memompa wapol.jr kian cepat. Tangan kiri gw meremas-remas bokong lona sementara tangan kanan gw menjambak rambutnya.


Gw memompa Lona makin cepat. Tangan gw berpindah ke dadanya yang bergoyang liar. Meremasnya kasar sambil sesekali mencubit putingnya. 5 menit berlalu, lenguhan lona semakin berat. Nafasnya sudah sangat memburu. Tak beberapa lama, Lona akhirnya mencapai klimaks. “aaaaah aku mau keluar sayaaang” lenguh lena kencang. Tubuhnya bergidik, vaginanya berkedut kencang, membuatnya semakin sempit dan terasa seperti memijat wapol.jr. semburan hangat kemudian membanjiri wapol.jr, meleleh hingga keluar, diiringi tubuh Lona yang membusung dan satu lenguhan panjang. Tubuh lona kemudian seperti tak bertenaga. “lemes sayang....”ujar Lona pelan, namun gw tetap memompa lona dan lona tetap melenguh setiap kali wapol.jr menghentak masuk ke dalam vaginanya.


Akhirnya gw cabut wapol.jr, gw posisikan Lona tidur telentang seperti ketika bocah-bocah itu mempermainkan tubuhnya. Kedua kaki lona gw angkat, bertopang ke bahu, kemudian gw arahkan lagi wapol.jr ke bibir vagina lona. “lemes? Masih mau gaa?” goda gw kemudian sambil menggesek-gesekan wapol.jr di bibir vagina lona. lona hanya mengangguk. Tangan gw memposisikan kepala wapol.jr di lobang kenikmatan tersebut. Ketika dirasa pas, tangan gw bergegas meremas dada lona yang dipenuhi cupangan bocah-bocah tersebut. Dan blessss... langsung gw hentakkan wapol.jr masuk ke dalam vagina lona sekuat dan sedalam yang gw bisa, “hhhhhaaaaaaaaaaaaahhhhhh” Lona melenguh panjang. Gw langsung pompa secepat dan sekuat yang gw bisa. Lona melenguh sejadinya, kian lama kian kencang. Kami bercumbu bagai hutan ini milik kami. gw ga peduli jika tetiba Mona dan yang lainnya sampai dan melihat kami, gw ga peduli kalo bocah itu atau orang lain menghardik kami. kepala gw sudah dipenuhi napsu, dan gw tau Lona merasakan hal yang sama. Walaupun Lona sudah tergolek lemas, ia menikmati setiap sodokan wapol.jr di dalam vaginanya.


Napas kami berdua sudah sangat memburu. Dan tak butuh waktu lama untuk gw mencapai puncaknya. Setelah melihat kejadian tadi, gw bener-bener dibuat tinggi. gw merasakan penis gw sudah mulai berkedut siap memuntahkan muatannya tp gw berusaha untuk memompa vagina Lona. hingga akhirnya tubuh gw bergidik, dan tepat ketika gw menarik wapol.jr keluar, ia memuntahkan muatannya. Tembakan pertama tepat mengenai vagina lona, dan 4 tembakan selanjutnya bersarang dari paha hinga perutnya. Gw melihat semprotan perdana itu berada di bibir (sedikit masuk) vagina Lona yang sedang menganga. Setelah memuntahkan muatan, gw kemudian rebahan di samping Lona. kami berdua tergolek lemas, saling berpelukan, tanpa satu apapun menutupi tubuh kami. seperti tidak peduli apa yang mungkin terjadi.


Di tengah pelukan ini nafas kami saling memburu hingga perlahan tenang. Gw memandang wajah lona yang belepotan sperma yang mulai mengering, di tenga suasana yang makin redup karena sunset sedang berlangsung. “maaf, aku gabisa jagain kamu” ya, seperti akhirnya tersadar, gw merasa gagal melindungi Lona. ia seperti telah “diperkosa” oleh bocah-bocah itu. Lona menatap gw sebentar, kemudian tertawa kecil. Gw agak bingung dengan arti tawa itu. “aku tau konsekuensinya, seks di tempat umum gini” jawabnya kemudian. Gw masih dirundung rasa bersalah. Nafsu gw yang 10 menit lalu sangat tinggi saat ini sudah hilang entah kemana. Gw memeluk tubuh telanjang Lona, bukan karena nafsu, melainkan rasa kesal berbalut menyesal karena tak bisa melindungi tubuh indah ini.


“udah gapapa sayang” jawab lona menenangkan sambil mengelus rambut gw. “lagipula, aku penasaran kalo main ama bocah itu gimana” tambah lona kemudian sambil wajahnya tertunduk malu. “penasaran gimana?” tanya gw bingung. Lona bangkit, ia seperti ingin menjelaskan sesuatu. “libido aku tinggi, kamu tau itu. Kita pernah swinger, aku pernah ngentot ama cowok yang baru aku kenal, Pierre. Itu bukan kali pertama aku ngentot sembarangan gini. Dan aku selalu penasaran rasanya melayani bocah kaya tadi. Jadi...” kata-kata Lona seperti terputus. Gw bangkit, memandang wajahnya yang sedang tertunduk malu. “jadi apa?” tanya gw berusaha menyambung kata-kata lona. Lona menatap gw dan tersenyum, “jadi terima kasih udah mengabulkan keinginan aku” seru lona ceria sambil perlahan ia bangkit dan mengambil rok dan kemejanya yang bergeletakan sembarangan. Beberapa saat gw tercengang, gw seperti melihat sisi lona yang lain. bukan lona yang pendiam, bukan lona yang liar, seperti level baru dari keliaran Lona. ia kemudian memecah pandangan kosong gw dengan melempar pakaian gw.


“lagipula, itu bocah 5 lawan 1 tapi gabisa bikin aku orgasme” canda lona sambil memakai pakaiannya. “yaah kurang pengalaman, kalo yang ngehardik tadi anak SMA atau pemuda sini mungkin udah abis kamu diperkosa” jawab gw sambil memakai pakaian. “iya mungkin, aku masih takut kalo itu. Ga pernah kebayang ngerinya diperkosa pol” jawab lona lagi. “terus kenapa kamu tadi ngaku perawan” tanya gw penasaran sambil menyeka wajah lona dengan tisu basah. “bocah itu gaakan kuat lama, takutnya malah muncrat di dalem, kan ga lucu” jawab lona sambil merapikan pakaiannya yang belepotan tanah dan debu. “iya juga sih, tp kamu tadi tinggi ga?” tanya gw lagi sambil merapikan barang bawaan kami. “banget, aku udah sange banget, tapi itu bocah gda yang bener, sempet kesel sebenernya, tapi yaah bocah” jawab lona diiringi tawa terkekeh.


Kami kemudian melanjutkan penanjakan. 15 menit dengan sisa tenaga kami akhirnya sampai di bibir tebing. “haloo mboook” suara riuh bocah-bocah itu kembali terdengar. Ada satu pendopo mirip yang kami jamahi di bawah, terletak tepat di bibir tebing. Mereka sedang asik duduk-duduk di pendopo tersebut. Wajah sumringah terpampang. Lona membalas dengan senyuman. “capek mbok? Mau minum?” tanya salah satu bocah sambil membuka boks minuman. Rupanya mereka di atas sini berjualan minuman. Gw dan lona diberikan masing-masing satu botol air mineral dan satu botol teh secara Cuma-Cuma. Kata mereka sebagai tanda terima kasih mereka. kami duduk di pendopo lapak mereka sambil menikmati suguhan minuman dan mengatur tenaga yang terkuras. 2 orang yang berseragam SMP duduk mengapit lona, melihat ke arah dada lona dengan seksama. "ngapain liat-liat? tadi udah puas juga" hardik lona, dua bocah tersebut memalingkan kepala mereka, seperti agak malu. diiringi senda gurau teman-temannya.

"mbok, ga gatel apa belepotan tanah gitu?" tanya si kepala geng tetiba selepas tawa. "yah gatel sih, kalian juga sih bikin gatel" jawab lona sambil menyesap teh botol. "kita bantu bersihin yuk, skalian permintaan maaf dan terima kasih" kata bocah lain tetiba bangkit dari duduknya. yang lain langsung mengiyakan setuju. "bantuin gimana?" tanya gw penasaran. "kits mandiin...ayoo!" jawab bocah-bocah itu kompak. dua bocah yang mengapit lona langsung memegang tangan lona. "jangan doong, malu ah ama abang situ" tolak lona namun gw ga melihat penolakan dari gerakannya. satu bocah mengambil teh botol lona dan menaruhnya di meja, satu bocah tetiba mengambil selang, ya di pendopo ini ada selang dan keran air, mungkin untuk mereka mencuci gelas. dua bocah yang mengapit lona memposisikan lona berdiri. si kepala geng sendiri berdiri di depan lona.

"sayang, kamu tega aku diperkosa lagi?" tanya lona ke gw sambil merajuk. gw melihat matanya memang agak minta, karena gda tanda kecemasan ataupun penolakan, "aku mau kamu bersih sayang, kalo kotor gitu kan kamu juga yang risih" jawab gw sambil menyesap teh botol dan dilanjutkan dengan riuh ramai bocah-bocah.


Dua bocah memegangi tangan lona, si kepala geng perlahan membuka kancing lona satu persatu. “biar ga basah ya mbok bajunya” celetuknya. Lona masih berpura-pura meronta. Dan terlepaslah semua kancing lona. si kepala geng kemudian melucuti kemeja lona dan kini terpaparlah dua buah dada lona yang dipenuhi cupangan mereka, agak temaram namun cukup terlihat. “waaaaaaaaaw” kelima bocah itu terperangah seperti belum pernah melihatnya. Lona berusaha menutupi dadanya namun dua orang bocah itu kembali mengapit tangannya.


Bocah yang tadi mengambil selang seperti tak mau kalah. Ia menggeser posisi kepala geng dan langsung memegang rok lona. tak perlu waktu lama untuk rok tersebut meluncur bebas turun. Kini terpampanglah siluet tubuh wanita di antara temaram petromax dan langit yang berwarna ungu hampir gelap. Satu bocah menyalakan keran air (yang ternyata jaraknya cukup jauh), sementara kepala geng sudah bersiap mengarahkan selang ke tubuh lona. Lona menggelinjang ketika air menyembur cukup kencang dan tepat mengenai putingnya, “dingin dingin...aw” lona berusaha menghindari semburan air tersebut. Beberapa detik kemudian ia sudah terbiasa dengan air tersebut. Seorang bocah berseragam SMP memberikan pakaian lona ke gw. tangan-tangan kecil itu kemudian menyeka tubuh lona, namun ya pada dasarnya modus mereka fokus mengusap dada, bokong, dan vagina lona.


Tubuh basah lona mengkilap diterpa cahaya, digerayangi tangan-tangan kecil di sekujur tubuhnya yang berpura membersihkannya. “shhh jangan ke sana” desah lona pelan ketika salah satu jari mereka menyeruak ke dalam vagina lona. “biar dalemnya bersih juga mbok, hehe” jawab satu bocah cengengesan. Bocah lain yang mengelus-elus dada lona tetiba mencubitnya. “sshhh heeh” sedikit mendesah lona menepis tangan bocah tersebut. Bocah itu hanya cengengesan.


15 menit akhirnya lona minta mereka menyudahi, setelah serbuan remasan di dada dan gesekan di vaginanya. salah seorang bocah akhirnya mematikan keran. Gw bisa melihat beberapa bocah ikut basah kuyup, ya wajar saja ia memeluk lona dari belakang dan meremas kedua dadanya. Setelah lona “dimandikan” barulah bocah-bocah itu sadar mereka ga punya handuk. “yah mbok, gda handuk” kata mereka polos. Lona dan bocah-bocah itu mengalihkan pandangan ke gw. “ada di mobil” jawab gw santai sambil beranjak bangkit. Berat hati akhirnya bocah-bocah itu mau melepas lona. kami berpamitan. Gw menggandeng lona yang masih telanjang basah menuju ke mobil. Jaraknya memang tidak terlalu jauh, dan dengan santainya lona berjalan tanpa menutup apapun di tubuhnya. Mungkin karena sudah gelap gulita, tidak ada orang lagi, dan memang tempat ini sangat sepi.


Lona mengambil handuk dari tas gw di bagasi dan menyeka tubuhnya. Baru selesai ia menyeka tubuhnya, dari arah tangga muncul cahaya, “lon pada dateng” sontak gw kaget. Lona langsung masuk ke row tengah dan gw menutup semua pintu mobil. “ngapain pol? Lona mana?” tanya pierre yang memimpin jalan sambil menghampiri gw. “ganti baju di dalem, panas katanya” jawab gw dan membuat pierre antusias menengok kaca. Belum sempet pierre ngintip, lona membuka pintu seberang, keluar dengan jumpsuit biru jeans. “aaaah telat, ga bilang daritadi” seru pierre kecewa. Bukan pierre yang kami takutkan sebenarnya, tapi mona. karena mona tak tahu kelakuan sahabatnya, pun sebaliknya. Akhirnya semua orang berkumpul, termasuk alex, Lena, dan Dan. Kami kemudian saling bertukar nomer, berpisah mobil dan meneruskan kisah masing-masing. Aroma keringat menyeruak sepanjang perjalanan pulang, wajar saja kami semua berkeringat melewati tangga neraka itu.



teaser part.10, kayaknya mona kurang dieksplor. kira-kira apa yang terjadi di malam terakhir yaa? berhubung ini diaplot tanggal 16-1 (16 januari), yuk tengok page 15
 
baru baca judulnya... semoga menarik... ntar siang saat jam istirahat gue baca....
 
Wkwkwk.... Kirain kegep Mona ga taunya anak-anak kampung...
Ditunggu lanjutannya hu
 
cape :panlok3: naik tangga pake dikerjain bocah,,, Untung saja sudah dituntasin. namun dingin-dingin dimandiin, bisa masuk angin.​
 
Gak harus tiap episode ada adegan seksnya hu, kadang malah perlu pendukung seperti bridging dll.
 
Bimabet
Di sela2 trit, wapol mau nanya dong...
Kalo cerbung gini, tiap part harus ada bagian “panas”nya kah? Boleh ga sih ada part cerita lurus buat pembangunan karakter, suasana, atau bridging?
gak masalah bang kalau ada part yg gak ada ss nya,
tuh beberapa cerita yg rating tinggi berbab-bab gak ada ss nya.
justru biar jadi cerita sex yg utuh mesti ada pembangunan karakter, dramatisasi dan kalau bisa juga ada konfliknya
agar tak jatuh jadi sekedar liputan sex sekedar bikin happy , memanjakan kontie
 
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd