Update
[HIDE]
Kurebahkan tubuhku di tempat tidur, pikiranku masih melayang tentangnya, tentang kebodohanku dan segala hal yang terlewat. Kejadian di bandara itu sampai-sampai membuatku tidak dapat beristirahat seperti biasanya selama penerbangan.
“Bodoh, sungguh bodoh, sangat bodoh," batinku.
Aku tersentak bangun dari tempat tidurku, karena tiba-tiba otakku berguna menyiratkan kata media sosial, bergegas kuraih smartphone dan kunyalakan laptop. Membuka Facebook, Tweet, Path, dan Line.
“Hi kamu, semoga kutemukan.” Lirihku
“Arghhhhhhhh %%##$$!!??**!!” umpatku, “kamu yang mana diantara ribuan nama Indriyani ini?”
Setelah menghabiskan waktu sekitar dua jam aku menyerah mencari di media sosial, tak ada satupun yang mirip. Mungkin dia termasuk golongan cewek-cewek alay yang menggunakan nama seperti 1ndr1y4n1 c3mungudh c3l4lu. Sudahlah, aku lelah, kupesan makanan melalui kurir online.
***
“Jangan main handphone terus, anak gadis itu harusnya sudah mandi jam segini," omel Mama yang mendapatiku masih berleha-leha ditempat tidur, gerah memang udara di pulau borneo ini, padahal sudah sengaja hanya menggunakan kaos katun longgar berwarna biru muda dan short hitam ketat.
Ingin segera mandi tetapi aku masih belum selesai mencari sosok Yudistira di akun media sosial milikku, instagram, cowok tipikal dia mudah ditebak, pasti termasuk golongan narsis yang mengabadikan setiap momen.
“Indriyaniiii….!!!! Mandi!!” Peringatan terakhir dari mama.
Tanpa menjawab, aku melangkah menuju kamar mandi seraya menanggalkan kaos dan short yang melekat di tubuhku, tidak akan ada yang melihat selain mama, karena setiap kamar tidur di rumah ini punya kamar mandi sendiri. Mama hanya geleng-geleng melihat ulahku.
Kunyalakan shower, air hangat menyusuri setiap lekuk tubuhku yang di tumbuhi bulu-bulu halus, kecuali bulu vaginaku, tergolong tebal untuk gadis seusiaku, tapi aku sangat menyukainya, tidak ada keinginan untuk mencukur habis kecuali merapikannya.
Aroma buah melon dari sabun kecantikan yang aku gunakan semerbak memenuhi kamar mandi, busa nya turut menjelajahi seluruh bagian tubuhku hingga ke bagian paling sensitif, kedua puting dan klitorisku, membuatku sangat menikmati menyabuni titik-titik tersebut secara perlahan dan seksama.
“uhhhhhhh….” Lenguhku, saat ujung-ujung jariku menyentuh lembut puting dan klitorisku
***
Selesai makan kuambil vapor, menghirupnya dalam-dalam
“Hufffffttttttttt.” Hembusan beraroma leci yang kubuat sendiri. Setiap hembusan sama rasanya seperti mengingatnya.
Terasa manis seperti senyum dan tawanya saat bersenda gurau
Kembali kuhirup dan hembusan yang panjang, mint dingin terasa menambah kesunyian dan kesendirianku.
Sekali lagi kuhirup panjang dan hembuskan, pahit karena dry heat seolah mewakili pahitnya kerinduan akan seseorang yang entah siapa dan dimana
*Dry heat = kehabisan liquid pada koil sehingga kapas yg terbakar
Aku mulai meyibukan diri dengan meracik liquid untuk stok besok, seolah-olah paham akan kimiawi aku gunakan gelas ukur untuk menakar setiap zat sebagai bahan dasar liquid. Tak perlu waktu lama selesai sudah hasil karyaku yang tanpa nama. Kuputuskan mencoba beberapa tetes sebelum beranjak tidur.
“Huffttttt.” Kali ini terasa lebih lembut, sembari melangkak ke tempat tidur kuraih smartphone untuk mencari hiburan pengantar lelap, mulai dari bermain game sampai menonton kumpulan video lucu.
***
Aku memutuskan untuk istirahat lebih cepat dari biasanya karena hari yang cukup melelahkan, lagian di kota Khatulistiwa ini pun aku tidak memiliki kawan akrab yang bisa menemani untuk menikmati menghabiskan malam. Hanya berteman smartphone yang sejak tadi ku utak-atik menjelajahi profil setiap lelaki dengan nama Yudistira.
Kupasang headset mendengarkan lagu band favorit aku, Stratovarius, perlahan mulai hilang kesadaranku, dan terlelap.
Stratovarius – Forever
I stand alone in the darkness
The winter of my life came so fast
Memories go back to childhood
To days I still recall...
***
...Oh how happy I was then
There was no sorrow there was no pain
Walking through the green fields
Sunshine in my eyes...
“Kring…. Kring…. Kring.”
“Selamat pagi pak Wahyudi, iya saya siap kembali bekerja lebih baik, buktinya pagi ini saya sudah hampir sampai di kantor pak. Siap pak, terima kasih.” Percakapan singkat di pagi hari dengan pimpinan perusahaan di kantorku yang ingin memastikan apakah aku sudah kembali dan siap bekerja seperti biasanya, kulanjutkan mendengar radio yang mengiringi perjalananku menuju kantor.
“tuing..”
Sebuah notifikasi undangan dari seorang kawan untuk melihat live gadis-gadis yang menggoda, kuacuhkan saja karena sedang mengendarai kendaraan.
***
…I'm still there everywhere
I'm the dust in the wind
I'm the star in the northern sky...
“Klik…” Aku matikan aplikasi pemutar musik di smartphone milikku.
“Hoaammm.” Aku terbangun dengan headset dan masih mendengarkan lagu yang sama, ternyata aku setting repeat di lagu tersebut.
Terlintas pikiran iseng di pagi hari, menggoda lelaki-lelaki di media sosial live chat milikku, cukup seksi lah gadis baru bangun tidur, sambil tertutup selimut guna menyamarkan tubuhku yang gendut.
***
Setiba di kantor, aku langsung menuju meja kerjaku dan menyeruput kopi susu yang disediakan oleh pramusaji kantorku. Cukup banyak file yang harus aku kerjakan, bakal jadi hari yang melelahkan.
Kuambil smartphone milikku untuk aku setting mode getar guna menjaga konsentrasiku dalam menyelesaikan pekerjaan, iseng aku slide notifikasi undangan untuk menyaksikan siaran langsung pada aplikasi Bigo Live.
“Udahan dulu ya, Indri mau mandi, makan dan jalan-jalan di Kota Khatulistiwa, bye bye bye… ikeh… ups jangan ngeres ya…” salam penutup dari gadis yang sedang aku saksikan.
Tubuhku bergetar…
Ingin berteriak memanggil namanya…
Itu dia.. iya dia… tak salah lagi… Indriyani…
(bersambung)
[/HIDE]