Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT Bb M — Baby Maker (Ribak Sude Story)

Ada2 aja yang dialamin Aseng ya man-teman. Mau ngobatin (baca ngentotin) binor aja banyak kali halangannya.

Awak nulis SSI-nya di siang masa puasa gini agak terhalang. Nunggu malam abis buka baru bisa membiarkan semua kata-kata vulgar bergerak liar... *curcol
 
Nah mulai diulas soal pembisik binor-binor itu......tapi mantaplah punya rumah tetangga depan kuyang tetangga belakang vampir.
Tetangga kiri kanan apaan ya.....
 
Mantab suhu... suwun

Aseng banyak musuh ini... misteri pembisik pun masih gelap bakalan gegap gempita dunia manggal aseng sekarang lawannya vampir pula.... lanjuuuutttt hu
 
Aku diantar Iyon di SPBU milikku supaya aku bisa pulang dengan membawa mobil. Sampe depan rumah sudah jam 6 pagi yang sudah lumayan terang. Lelah dan ngantuk tentunya. Rencananya sebelum pergi kerja, aku akan tidur dulu sepuasnya di daerah kekuasaanku. Lumayan untuk mengistirahatkan jiwaku.

"Aku mau cerita dikit... Ada satu-dua yang sangat mengganjal di kepalaku... Kalian dengar ya?" kataku sebelum aku pulang tadi. Aku mengajak mereka ngobrol sebentar di dalam mobil sebelum Iyon mengantar Kojek pulang ke Porsea. Kedua sobatku itu mengangguk mengiyakan walopun pasti ngantuk juga. Aku belum siap menyampaikan ini pada abah Hasan juga.

"Ini tentang bagaimana aku bisa keluar dari realitas palsu oppung Datu itu... Ini sangat membingungkan tapi berkat itu pula aku bisa keluar dan kita selamat... Ada yang mengirim kode-kode penolong padaku... Kode tentang kuda yang berulang-ulang... Maksudnya agar aku sadar kalo realitas itu palsu... Mengingatkanku tentang kuda sembrani itu... Ini yang pertama... Siapa yang ngirim kode ini? Yang kedua... yang terakhir... Di dalam realitas palsu itu aku sudah bercerai dengan orang rumahku... Itu sangat mengerikan... Foto nikah kami sudah digantinya dengan foto nikah bareng suami barunya... Tau siapa suami barunya di foto itu? Putra..." paparku akan satu nama itu.

"Putra?" hampir bersamaan Iyon dan Kojek mengulang nama itu. Muka keduanya berkerut heran campur kaget nama itu muncul mengemuka.

"Bukannya dia udah lama mati? Kita bahkan hadir di pemakamannya..." cetus Iyon yang secara gak langsung pernah sangat akrab dengan individu ini. Ekspresinya gak terlalu jelas antara marah dan cemas.

"Makanya... Dari mana oppung Datu itu tau tentang Putra kalo memang dia yang menciptakan gambaran realitas palsu itu? Kenapa waktu aku membelah foto nikah itu adalah jalan keluarku dari sana? Kita semua tau kalo dulu Putra sempat suka dengan orang rumahku... Tapi orang rumah lebih memilih aku dari dia, kan? Tapi dia sudah lama mati... jadi ini kehendak siapa? Maunya siapa?" aku malah emosi entah ke siapa. Keduanya pasti paham emosiku.

"Trus gimana?" tanya Kojek.

"Aku terus menerus mendapat kasus yang berulang... Terus menerus berulang... Selalu berhubungan dengan binor yang pengen hamil dari bibitku... Ada variasi-variasinya tapi intinya tetap itu... Yang paling terbaru ya itu... si Karina ini... Ada yang diberi pesan lewat mimpi, ada yang dibisiki langsung, ditulisi pesan, lewat mempengaruhi siluman ato demit-demit gitu... Ada yang berusaha keras untuk memberikan ini semua padaku... Mencekoki aku dengan semua ini... Aku gak tau apa ini baik ato buruk dalam jangka panjang... Sementara ini ya enak-enak aja... Tapi keknya akhir-akhir ini semakin berbahaya... Aku makin sering minta bantuan pada kalian, kan?" kataku.

"Bentar-bentar... Binor-binor itu minta kau hamili? Minta dibuntingi?" simpul Iyon. Matanya menyipit, antara alisnya berlipat-lipat. Aku mengangguk. "Kenapa kau baru cerita ini sekarang?" tanya Iyon agak kesal mendengar ceritaku ini.

"Kenapa? Kau mau juga, Yon?" sela Kojek. "Kalo masalah subur... aku mungkin lebih subur dari si Aseng... Anakku udah empat... Anak dia aja baru dua..."

"Aku sudah menghamili sebelas binor itu, Jek..." potongku.

"Amangoi (Alamak)... Sebelas kou bilang?!" kaget Kojek. Ya benar, sobat Ambyar. Sudah sebelas binor yang kuhamili. Aida, Yuli, Pipit, Iva, Dani, kak Sandra, Ratih, Mila, Suli, Miranda dan Vony. Mungkin nanti menyusul Andini dan Karina juga. Aku mengangguk berulang-ulang untuk meyakinkan mereka berdua. "Wiih... Sebelas, bah..."

"Ada beberapa kemungkinan... Si pembisik ini memang mengarahkan binor-binor ini murni untuk menolong mereka dengan perantara kau, Seng... Mungkin kau dianggapnya sudah jaminan mutu langsung bunting itu semua binor abis kau entup..." Iyon langsung menyambar mengutarakan kemungkinan pertama. "Kalo ini kejadiannya... bisa-bisa nantinya makin banyak yang datang ke kau, Seng... Makin banyak tempek binor yang kau rasain... Makin banyak binor yang kau buntingi... Teruuuus aja gitu sampe nanti kau gak sanggup ngentot lagi... Memang banyak perempuan di luar sana yang payah bunting..."

"Binikmu gak termasuk?" tanya Kojek lebih ke pertanyaan satir.

"Kimak! Diam kao dulu..." maki Iyon. Kami, aku dan Kojek tertawa karena tau kenapa-kenapanya. Kami tau alasan kenapa Iyon sampe sekarang hanya punya satu anak dari istrinya, belum nambah-nambah. Bahkan abah Hasan gak tau masalah ini.

"Kemungkinan lain... Sebagai pengalih perhatian... Ini yang berbahaya... Kau mau dibuat terlena dengan keadaan ini, Seng... Membuatmu gak awas lagi dan dilakukannya sesuatu di belakangmu... Membokongmu dari belakang... Entah apa itu... Jadi kau sibuk aja trus dengan kegiatan enak-enakmu ini dan tiba-tiba ada sesuatu yang terjadi... Misalnya kucingmu disantetnya sampe mati..." usung Iyon akan kemungkinan kedua. Masih bagus ia membuat contoh kucingku yang dikerjai, bukan anggota keluargaku. Karena aku gak melihara kucing.

"Ish... Amit-amit, Yon..." aku mengusap-usap dadaku membathin sekaligus berdoa agar bukan itu rencana individu yang belum jelas keberadaannya ini.

"Ada kemungkinan lain... Karena kau keenakan trus dapat binor-binor itu dan jadi gak persiapan matang... Ada satu dua yang berulah ato variasinya affair-mu terbongkar sampe ke kuping orang rumahmu... Berantakan, kan? Boom!" Iyon membuat gerakan seakan ada sesuatu yang meledak. Ini seperti yang ada di dalam realitas palsu itu. Kalo ada di dunia pararel, masa depan itu mungkin yang kejadian padaku dan keluargaku.

"Itu yang kejadian di realitas palsu buatan oppung itu, Yon... Kejadiannya di masa depan... Anak-anakku sudah pada besar dan rusak semua... Aku sudah cere dengan orang rumahku... Itu-itu mengerikan..." ungkapku. Iyon dan Kojek hampir bersamaan bersandar ke jok mobil yang mereka duduki. Muka keduanya juga ketat. "Kalian... kalian ngalamin kek gitu juga?" tanyaku menebak dari ekspresi mereka berdua.

Kojek meneguk ludah. Lehernya yang kurus terlihat jelas gerakan jakunnya turun naik. Pandangannya kosong. Gak kurang ekspresi yang mirip-mirip ditampilkan Iyon. Ia menatap jauh ke hadapan. "Abis itu aku gak selera lagi sama perempuan itu..." kata Kojek. Mungkin maksudnya si Sarah itu. Ia gak kunjung mau menceritakannya.

"Itu yang bisa kupikirkan apa yang mungkin kejadian... Entah kalo ada kemungkinan lain aku gak bisa memikirkannya..." tutup Iyon hanya memandang ke depan.

"Udah sebelas, Seng?... Anakmu nanti entah berapa..." kata Kojek.

Sebenarnya sih asyik bisa tebar2 benih, tapi agak aneh kalau polanya mirip2 begini. Harus ketemu asalnya.

Terima kasih update-nya. Penasaran dengan bagaimana akhirnya kasusnya Karina :mantap:
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd